Robohnya Surau Kami

9
ROBOHNYA SURAU KAMI Cerpen (Alm.)A.A Navis KALAU beberapa tahun yang lalu Tuan datang ke kota kelahiranku dengan menumpang bis, Tuan akan berhenti di dekat pasar. Melangkahlah menyusuri jalan raya arah ke barat.Maka kira- kira sekilometer dari pasar akan sampailah Tuan di jalan kampungku. Pada simpang kecil ke kanan, simpang yang kelima, membeloklah ke jalan sempit itu. Dan di ujung jalan itunanti akan Tuan temui sebuah surau.Di depannya ada kolam ikan, yang airnya mengalir melalui empat buah pancuran mandi. Dan di pelataran kiri surau itu akan Tuan temui seorang tua yang biasanya duduk disana dengan segala tingkah ketuaanya dan ketaatannya beribadat. Sudah bertahun-tahun ia sebagai garin, penjaga surau itu. Orang-orang memanggilnya Kakek. Sebagai penjaga surau, Kakek tidak mendapat apa-apa. Ia hidup dari sedekah yangdipungutnya sekali se-Jumat. Sekali enam bulan ia mendapat seperempat dari h a s i l pemunggahan ikan mas dari kolam itu. Dan sekali setahun orang-orang mengantarkan fitrahId kepadanya. Tapi sebagai garin ia tak begitu dikenal. Ia lebih dikenal sebagai pengasah pisau. Karena ia begitu mahir dengan pekerjaannya itu. Orang-orang suka minta tolongkepadanya, sedang ia tak pernah meminta imbalan apa-apa. Orang-orang perempuan yangminta tolong mengasahkan pisau atau gunting, memberinya sambal sebagai imbalan. Oranglaki-laki yang minta tolong, memberinya imbalan rokok, kadang-kadang uang. Tapi yang palingsering diterimanya ialah ucapan terima kasih dan sedikit senyum. Tapi kakek ini sudah tidakada lagi sekarang. Ia sudah meninggal.D a n tinggallah surau itu tanpa penjaganya. Hingga anak- anak menggunakannyasebagai tempat bermain, memainkan segala apa yang disukai mereka. Perempuan yangkehabisan kayu bakar, sering suka mencopoti papan dinding atau lantai di malam hari. JikaTuan datang sekarang,

description

t6er6ew

Transcript of Robohnya Surau Kami

Page 1: Robohnya Surau Kami

ROBOHNYA SURAU KAMI

Cerpen (Alm.)A.A Navis

KALAU beberapa tahun yang lalu Tuan datang ke kota kelahiranku dengan

menumpang bis, Tuan akan berhenti di dekat pasar. Melangkahlah menyusuri

jalan raya arah ke barat.Maka kira-kira sekilometer dari pasar akan sampailah Tuan

di jalan kampungku. Pada simpang kecil ke kanan, simpang yang kelima, membeloklah

ke jalan sempit itu. Dan di ujung jalan itunanti akan Tuan temui sebuah surau.D i

d e p a n n y a a d a k o l a m i k a n , y a n g a i r n y a m e n g a l i r m e l a l u i e m p a t

b u a h p a n c u r a n mandi. Dan di pelataran kiri surau itu akan Tuan temui

seorang tua yang biasanya duduk disana dengan segala tingkah ketuaanya dan

ketaatannya beribadat. Sudah bertahun-tahun ia sebagai garin, penjaga surau itu.

Orang-orang memanggilnya Kakek.

Sebagai penjaga surau, Kakek tidak mendapat apa-apa. Ia hidup dari

sedekah yangd i p u n g u t n y a s e k a l i s e - J u m a t . S e k a l i e n a m b u l a n

i a m e n d a p a t s e p e r e m p a t d a r i h a s i l pemunggahan ikan mas dari kolam

itu. Dan sekali setahun orang-orang mengantarkan fitrahId kepadanya. Tapi

sebagai garin ia tak begitu dikenal. Ia lebih dikenal sebagai pengasah

p i s a u . K a r e n a i a b e g i t u m a h i r d e n g a n p e k e r j a a n n y a i t u . O r a n g -

o r a n g s u k a m i n t a t o l o n g kepadanya, sedang ia tak pernah meminta

imbalan apa-apa. Orang-orang perempuan yangminta tolong mengasahkan

pisau atau gunting, memberinya sambal sebagai imbalan. Orang laki-laki yang

minta tolong, memberinya imbalan rokok, kadang-kadang uang. Tapi yang palingsering

diterimanya ialah ucapan terima kasih dan sedikit senyum. Tapi kakek ini sudah

tidakada lagi sekarang. Ia sudah meninggal.D a n t i n g g a l l a h s u r a u i t u t a n p a

p e n j a g a n y a . H i n g g a a n a k - a n a k m e n g g u n a k a n n y a s e b a g a i t e m p a t

b e r m a i n , m e m a i n k a n s e g a l a a p a y a n g d i s u k a i m e r e k a . P e r e m p u a n

y a n g kehabisan kayu bakar, sering suka mencopoti papan dinding atau

lantai di malam hari. JikaTuan datang sekarang, hanya akan menjumpai gambaran

yang mengesankan suatu kesucian yang bakal roboh. Dan kerobohan itu kian cepat

berlangsungnya. Secepat anak-anak berlari didalamnya, secepat perempuan

mencopoti pekayuannya. Dan yang terutama ialah sifat masabodoh manusia sekarang,

yang tak hendak memelihara apa yang tidak dijaga lagi. Dan biangkeladi dari

kerobohan ini ialah sebuah dongengan yang tak dapat disangkal

kebenarnya.Beginilah kisahnya. Sekali hari aku datang pula mengupah

kepada Kakek. BiasanyaKakek gembiri menerimaku, karena aku suka memberinya

uang. Tapi sekali ini Kakek begitu muram. Di sudut benar ia duduk dengan

lututnya menegak menopang tangan dan dagunya.Pandangannya sayu ke

depan, seolah-olah ada sesuatu yang mengamuk pikirannya. Sebuahbelek susu yang

berisi minyak kelapa, sebuah asahan halus, kulit sol panjang, dan pisau cukurtua

berserakan di sekitar kaki Kakek. Tidak pernah aku melihat Kakek begitu durja dan

belum pernah salamku tak disahutinya seperti saat itu.Kemudian aku duduk di

Page 2: Robohnya Surau Kami

sampingnya dan aku jamah pisau itu. Dan aku tanya Kakek,"Pisau siapa, Kek?""Ajo

Sidi.""Ajo Sidi?"Kakek tak menyahut.Maka aku ingat Ajo Sidi, si pembual itu. Sudah

lama aku tak ketemu dia. Dan aku inginketemu dia lagi. Aku senang mendengar

bualannya yang aneh-aneh sepanjang hari. Tapi ini  jarang terjadi karena ia

begitu sibuk dengan pekerjaannya. Sebagai pembual, sukses terbesarbaginya ialah

karena semua pelaku-pelaku yang diceritakannya menjadi model orang

untukdiejek dan ceritanya menjadi pameo akhirnya. Ada-ada saja orang-orang di

sekitar kampungkuyang cocok dengan watak pelaku-pelaku ceritanya. Ketika sekali ia

menceritakan bagaimanasifat seekor katak, dan kebetulan ada pula seorang yang

ketagihan jadi pemimpin berkelakuanseperti katak itu, maka untuk selanjutnya

pemimpin tersebut kami sebutkan pemimpin katak.Tiba-tiba aku ingat lagi pada

Kakek dan kedatangan Ajo Sidi kepadanya. Apakah Ajo

Sidi telah membuat bualan tentang Kakek? Dan bualan itukah yang mendurjakan

Kakek? Akuingin tahu. Lalu aku tanya Kakek lagi,"Apa ceritanya, Kek?""Siapa?""Ajo

Sidi.""Kurang ajar dia." Kakek menjawab."Kenapa?" "Mudah-mudahan pisau cukur ini,

yang kuasah tajam-tajam ini, menggorohtenggoroknya.""Kakek marah?""Marah? Ya,

kalau aku masih muda, tapi aku sudah tua. Orang tua menahan

ragam.Sudah lama aku tak marah-marah lagi. Takut aku kalau imanku rusak

karenanya, ibadatkurusak karenanya. Sudah begitu lama aku berbuat baik,

beribadat, bertawakal kepada Tuhan.Sudah begitu lama aku menyerahkan diriku

kepada-Nya. Dan Tuhan akan mengasihi orangyang sabar dan tawakal."Ingin

tahuku dengan cerita Ajo Sidi yang memurungkan Kakek jadi memuncak.

Akutanya lagi Kakek:"Bagaimana katanya, Kek?" Tapi Kakek diam saja. Berat hatinya

bercerita barangkali.Karena aku telah berulang-ulang bertanya, lalu ia yang bertanya

padaku."Kau kenal padaku, bukan? Sedari kecil aku sudah di sini. Sedari mudaku,

bukan? Kautahu apa yang kulakukan semua, bukan? Terkutukkah perbuatanku?

Dikutuki Tuhankah semuapekerjaanku?"Tapi aku tak perlu menjawabnya lagi.

Sebab aku tahu, kalau Kakek sudah membukamulutnya, di takkan diam lagi. Aku

biarkan Kakek dengan pertanyaanya sendiri." S e d a r i m u d a k u a k u d i s i n i ,

b u k a n ? T a k k u i n g a t p u n y a i s t r i , p u n y a a n a k , p u n y a keluarga seperti

orang-orang lain, tahu? Tak kupikirkan hidupku sendiri. Aku tak ingin

carikaya, bikin rumah. Segala kehidupanku, lahir batin, kuserahkan kepada

Allah Subhanahuwata'ala. Tak pernah aku menyusahkan orang lain. Lalat seekor

enggan aku membunuhnya.Tapi kini aku dikatakan manusia terkutuk. Umpan

neraka. Marahkah Tuhan kalau itu yangkulakukan, sangkamu? Akan

dikutukinya aku kalau selama hidupku aku mengabdi kepada-Nya? Tak

Kupikirkan hari esokku, karena aku yakin Tuhan itu ada dan pengasih

penyayangk e p a d a u m a t - N y a y a n g t a w a k a l . A k u b a n g u n p a g i - p a g i .

A k u b e r s u c i . A k u p u k u l b e d u k membangunkan manusia dari tidurnya, supaya

bersujud kepada-Nya. Aku sembahyang setiapw a k t u . A k u p u j i - p u j i D i a . A k u

b a c a K i t a b - N y a . A l h a m d u l i l l a h k a t a k u b i l a a k u m e n e r i m a karunia-

Nya. Astagfirullah kataku bila aku terkejut. Masya-Allah, kataku bila aku

Page 3: Robohnya Surau Kami

kagum.Apalah salahnya pekerjaanku itu? Tapi kini aku dikatakan manusia

terkutuk."Ketika Kakek terdiam agak lama, aku menyelakan tanyaku,"Ia katakan Kakek

begitu, Kek?""Ia tak mengatakan aku terkutuk. Tapi begitulah kira-kiranya."Dan aku

melihat mata Kakek berlinang. Aku jadi belas kepadanya. Dalam hatiku

akumengumpati Ajo Sidi. Tapi aku lebih ingin mengetahui apa ceritanya Ajo

Sidi yang begitumemukuli hati Kakek.Dan ingin tahuku menjadikan aku nyinyir

bertanya. Dan akhirnya Kakek bercerita juga. “Pada suatu waktu,” kata Ajo Sidi

memulai, “di akhirat, Tuhan Allah memeriksa orang-o r a n g y a n g s u d a h

b e r p u l a n g . P a r a m a l a i k a t b e r t u g a s d i s a m p i n g - N y a . D i t a n g a n

m e r e k a t e r g e n g g a m d a f t a r d o s a d a n p a h a l a m a n u s i a . B e g i t u

b a n y a k n y a o r a n g y a n g d i p e r i k s a . Maklumlah di mana-mana ada perang.Dan

di antara orang-orang yang diperiksa itu ada seorang yang di dunia dinamai

HajiSaleh. Haji Saleh itu tersenyum-senyum saja, karena ia sudah begitu yakin akan

dimasukkank e s u r g a . K e d u a t a n g a n n y a d i t o p a n g k a n d i p i n g g a n g

s a m b i l m e m b u s u n g k a n d a d a d a n menekurkan kepala ke kuduk. Ketika

dilihatnya orang-orang yang masuk neraka, bibirnya m e n y u n g g i n g k a n

s e n y u m e j e k a n . D a n k e t i k a i a m e l i h a t o r a n g y a n g m a s u k

s u r g a , i a melambaikan tangannya, seolah hendak mengatakan “selamat ketemu

nanti”. Bagai tak habis-habisnya orang yang berantri begitu panjangnya. Susut di muka,

bertambah yang di belakang.Dan Tuhan memeriksa dengan segala sifat-Nya. Akhirnya

sampailah giliran Haji Saleh. Sambiltersenyum bangga ia menyembah Tuhan. Lalu

Tuhan mengajukan pertanyaan pertama."Engkau?""Aku Saleh. Tapi karena aku sudah

ke Mekah, Haji Saleh namaku.""Aku tidak tanya nama. Nama bagiku tak perlu. Nama

hanya buat engkau di dunia.""Ya, Tuhanku.""Apa kerjamu di dunia?""Aku menyembah

Engkau selalu, Tuhanku.""Lain?""Setiap hari, setiap malam, bahkan setiap masa aku

menyebut-nyebut nama-Mu.""Lain?""Segala tegah-Mu, kuhentikan, Tuhanku. Tak

pernah aku berbuat jahat, walaupun duniaseluruhnya penuh oleh dosa-dosa yang

dihumbalangkan iblis laknat itu.""Lain?"" Y a , T u h a n k u , t a k a d a

p e k e r j a a n k u s e l a i n d a r i p a d a b e r i b a d a t m e n y e m b a h -

M u , menyebut-nyebut nama-Mu. Bahkan dalam kasih-Mu, ketika aku sakit, nama-Mu

menjadi buahbibirku juga. Dan aku selalu berdoa, mendoakan kemurahan

hati-Mu untuk menginsafkanumat-Mu.""Lain?"Haji Saleh tak dapat menjawab

lagi. Ia telah menceritakan segala yang ia kerjakan.Tapi ia insaf, bahwa

pertanyaan Tuhan bukan asal bertanya saja, tentu ada lagi yang belumdikatakannya.

Tapi menurut pendapatnya, ia telah menceritakan segalanya. Ia tak tahu

lagiapa yang harus dikatakannya. Ia termenung dan menekurkan kepalanya. Api

neraka tiba-tibamenghawakan kehangatannya ke tubuh Haji Saleh. Dan ia menangis.

Tapi setiap air matanyamengalir, diisap kering oleh hawa panas neraka itu."Lain lagi?"

tanya Tuhan."Sudah hamba-Mu ceritakan semuanya, o, Tuhan yang Mahabesar, lagi

Pengasih danPenyayang, Adil dan Mahatahu."Haji Saleh yang sudah kuyu

mencobakan siasat merendahkan diri dan memuji Tuhandengan

pengharapan semoga Tuhan bisa berbuat lembut terhadapnya dan tidak

Page 4: Robohnya Surau Kami

salah tanyakepadanya. Tapi Tuhan bertanya lagi: "Tak ada lagi?""O, o, ooo, anu Tuhanku.

Aku selalu membaca Kitab-Mu."" L a i n ? " " S u d a h k u c e r i t a k a n s e m u a n y a , o ,

T u h a n k u . T a p i k a l a u a d a y a n g a k u l u p a mengatakannya, aku pun bersyukur

karena Engkaulah yang Mahatahu.""Sungguh tidak ada lagi yang kaukerjakan di dunia

selain yang kauceritakan tadi?""Ya, itulah semuanya, Tuhanku.""Masuk kamu."D a n

m a l a i k a t d e n g a n s i g a p n y a m e n j e w e r H a j i S a l e h k e n e r a k a . H a j i

S a l e h t i d a k mengerti kenapa ia dibawa ke neraka. Ia tak mengerti yang

dikehendaki Tuhan daripadanyadan ia percaya Tuhan tidak silap. Alangkah

tercenggangnya Haji Saleh, karena di neraka itubanyak teman-temannya di

dunia terpanggang hangus, merintih kesakitan. Dan ia tambah takmengerti lagi dengan

keadaan dirinya, karena semua orang-orang yang dilihatnya di neraka itutak kurang

ibadatnya dari dia sendiri. Bahkan ada salah seorang yang telah sampai

empatbelas kali ke Mekah dan bergelar syekh pula.L a l u H a j i S a l e h

m e n d e k a t i m e r e k a , d a n b e r t a n y a k e n a p a m e r e k a

d i n e r a k a k a n semuanya. Tapi sebagaimana Haji Saleh, orang-orang itu pun, tak

mengerti juga."Bagaimana Tuhan kita ini?" kata Haji Saleh kemudian, “Bukankah kita

disuruhnya-Nya taat beribadat, teguh beriman? Dan itu semua sudahkita

kerjakan selama hidup kita. Tapi kini kita dimasukkan-Nya ke neraka.”  

 “Ya, kami juga heran. Tengoklah itu orang-orang se-negeri dengan kita semua, dan tak

kurang ketaatannya beribadat.”  “Ini sungguh tidak adil.”  “Memang tidak adil,” kata orang-

orang itu mengulangi ucapan Haji Saleh. “Kalau begitu, kita harus minta kesaksian atas

kesalahan kita.”  “Kita harus mengingatkan Tuhan, kalau-kalau Ia silap memasukkan

kita ke neraka ini.”  “Benar. Benar. Benar.” Sorakan yang lain membenarkan Haji Saleh. “Kalau

Tuhan tak mau mengakui kesilapan-Nya, bagaimana?” suatu suara melengking di

dalam kelompok orang banyak itu. “Kita protes. Kita resolusikan,” kata Haji Saleh. “Apa

kita revolusikan juga?” tanya suara lain, yang rupanya di dunia menjadi pemimpin

gerakan revolusioner. “Itu tergantung pada keadaan,” kata Haji Saleh. “Yang penting

sekarang, mari kita berdemontrasi menghadap Tuhan.”  “Cocok sekali. Di dunia dulu

dengan demontrasi saja banyak yang kita peroleh,” sebuahsuara menyela. “Setuju.

Setuju. Setuju.” Mereka bersorak beramai-ramai. Lalu mereka berangkatlah bersama-

sama menghadapTuhan. Dan Tuhan bertanya. “Kalian mau apa?” Haji Saleh yang jadi

pemimpin dan juru bicara tampil ke depan. Dan dengan suaramenggeletar dan

berirama indah, ia memulai pidatonya: “O, Tuhan kami yang Mahabesar. Kami yang

menghadap-Mu ini adalah umat-Mu yangpaling taat beribadat, yang paling taat

menyembah-Mu. Kamilah orang-orang yang selalumenyebut nama-Mu, memuji-

muji kebesaran-Mu, mempropagandakan keadilan-Mu, dan lain-lainnya. Kitab-Mu

kami hafal di luar kepala kami. Tak sesat sedikit pun kami

membacanya.A k a n t e t a p i , T u h a n k u y a n g M a h a k u a s a , s e t e l a h

k a m i E n g k a u p a n g g i l k e m a r i , E n g k a u masukkan kami ke neraka. Maka

sebelum terjadi hal-hal yang tak diingini, maka di sini, atasnama orang-orang yang

cinta pada-Mu, kami menuntut agar hukuman yang Kaujatuhkankepada kami

Page 5: Robohnya Surau Kami

ditinjau kembali dan memasukkan kami ke surga sebagaimana yang

Engkau janjikan dalam Kitab-Mu.”  “Kalian di dunia tinggal di mana?” tanya Tuhan. “Kami ini

adalah umat-Mu yang tinggal di Indonesia, Tuhanku.”  “O, di negeri yang tanahnya subur

itu?”  “Ya, benarlah itu, Tuhanku.”   “ T a n a h n y a y a n g m a h a k a y a - r a y a , p e n u h

o l e h l o g a m , m i n y a k d a n b e r b a g a i b a h a n tambang lainnya

bukan?”   “ B e n a r . B e n a r . B e n a r . T u h a n k a m i . I t u l a h n e g e r i k a m i . ”

M e r e k a m u l a i m e n j a w a b serentak. Karena fajar kegembiraan telah

membayang di wajahnya kembali. Dan yakinlahmereka sekarang, bahwa Tuhan

telah silap menjatuhkan hukuman kepada mereka itu. “Di negeri, di mana tanahnya

begitu subur, hingga tanaman tumbuh tanpa ditanam?”  “Benar. Benar. Benar. Itulah negeri

kami.”  “Ya. Ya. Ya. Itulah dia negeri kami.”  “Negeri yang lama diperbudak orang lain?”  “Ya,

Tuhanku. Sungguh laknat penjajah itu, Tuhanku.”   “ D a n h a s i l t a n a h m u , m e r e k a y a n g

m e n g e r u k n y a , d a n d i a n g k u t n y a k e n e g e r i n y a , bukan?”  “Benar, Tuhanku.

Hingga kami tak mendapat apa-apa lagi. Sungguh laknat mereka itu.”  “Di negeri yang selalu

kacau itu, hingga kamu dengan kamu selalu berkelahi, sedanghasil tanahmu

orang lain juga yang mengambilnya, bukan?”  “Benar, Tuhanku. Tapi bagi kami soal

harta benda itu kami tak mau tahu. Yang pentingbagi kami ialah menyembah dan

memuji Engkau.”  “Engkau rela tetap melarat, bukan?”  “Benar. Kami rela sekali,

Tuhanku.”  “Karena kerelaanmu itu, anak cucumu tetap juga melarat,

bukan?”  “Sungguhpun anak cucu kami itu melarat, tapi mereka semua pintar mengaji.

Kitab-Mu mereka hafal di luar kepala.”

“Tapi seperti kamu juga, apa yang disebutnya tidak dimasukkan ke hatinya,

bukan?”  “Ada, Tuhanku.”  “Kalau ada, kenapa engkau biarkan dirimu melarat,

hingga anak cucumu teraniayasemua. Sedang harta bendamu kaubiarkan orang

lain mengambilnya untuk anak cucu mereka.Dan engkau lebih suka berkelahi antara

kamu sendiri, saling menipu, saling memeras. Aku berikau negeri yang kaya-raya,

tapi kau malas. Kau lebih suka beribadat saja, karena beribadat tidak

mengeluarkan peluh, tidak membanting tulang. Sedang aku menyuruh engkau

semuanyaberamal di samping beribadat. Bagaimana engkau bisa beramal kalau

engkau miskin. Engkaukira aku ini suka pujian, mabuk disembah saja, hingga

kerjamu lain tidak memuji-muji danmenyembahku saja. Tidak. Kamu semua mesti

masuk neraka. Hai, Malaikat, halaulah merekaini kembali ke neraka. Letakkan di

keraknya.” Semua jadi pucat pasi tak berani berkata apa-apa lagi. Tahulah mereka

sekarang apa  j a l a n y a n g d i r e d h a i A l l a h d i d u n i a . T a p i H a j i

S a l e h i n g i n j u g a k e p a s t i a n a p a k a h y a n g dikerjakannya di dunia itu salah

atau benar.T a p i i a t a k b e r a n i b e r t a n y a k e p a d a T u h a n . I a b e r t a n y a s a j a

p a d a m a l a i k a t y a n g mengiring mereka itu."Salahkah menurut pendapatmu, kalau

kami menyembah Tuhan di dunia?" tanya HajiSaleh."Tidak. Kesalahan engkau,

karena engkau terlalu mementingkan dirimu sendiri. Kautakut masuk neraka,

karena itu kau taat bersembahyang. Tapi engkau melupakan kehidupankaummu

sendiri, melupakan kehidupan anak istrimu sendiri, sehingga mereka itu kucar-

Page 6: Robohnya Surau Kami

kacirs e l a m a n y a . I n i l a h k e s a l a h a n m u y a n g t e r b e s a r , t e r l a l u e g o i s t i s .

P a d a h a l e n g k a u d i d u n i a berkaum, bersaudara semuanya, tapi engkau tak

memperdulikan mereka sedikit pun."...Demikian cerita Ajo Sidi yang kudengar dari

Kakek. Cerita yang memurungkan Kakek.D a n b e s o k n y a , k e t i k a a k u m a u

t u r u n r u m a h p a g i - p a g i , i s t r i k u b e r k a t a a p a a k u t a k

p e r g i menjenguk."Siapa yang meninggal?" tanyaku kaget."Kakek.""Kakek?""Ya. Tadi

subuh Kakek kedapatan mati di suraunya dalam keadaan yang

mengerikansekali. Ia menggorok lehernya dengan pisau cukur.""Astaga. Ajo Sidi

punya gara-gara," kataku seraya cepat-cepat meninggalkan istrikuyang

tercengang-cengang. Aku cari Ajo Sidi ke rumahnya. Tapi aku berjumpa

sama istrinyasaja. Lalu aku tanya dia."Ia sudah pergi," jawab istri Ajo Sidi."Tidakkah

ia tahu Kakek meninggal?""Sudah. Dan ia meninggalkan pesan agar dibelikan kain

kafan buat Kakek tujuh lapis.""Dan sekarang," tanyaku kehilangan akal sungguh

mendengar segala peristiwa olehperbuatan Ajo Sidi yang tidak sedikit pun

bertanggung jawab, "dan sekarang ke mana dia?""Kerja""Kerja?" tanyaku mengulangi

hampa."Ya. Dia pergi kerja."[]