RM Gangguan Bicara Pada Autisme

54
BAB I PENDAHULUAN Autisme berasal dari bahasa Yunani, “autos” yang berarti segala sesuatu yang mengarah pada diri sendiri. Penderita autisme memiliki obsesi terhadap pikiran dan khayalan sendiri daripada melihat kenyataan atau realita kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu penderita autisme sering disebut orang yang hidup di “alam”nya sendiri. 1 Prevalensi terkini dari Eropa, Asia dan Amerika Serikat bervariasi dari 1 setiap 500 hingga 1 setiap 50 anak. Perbandingan antara anak laki-laki dengan perempuan mencapai 4:1. Gejala penyerta pada autisme dapat berupa retardasi mental (75%), dan kejang (11-39%). Angka kejadian kejang pada autisme meningkat risikonya berbanding lurus dengan tingkat retardasi mental. 2 Penderita autisme memperlihatkan lingkup gejala gangguan dalam interaksi sosial, komunikasi, serta gangguan pola perilaku. 3 Gangguan ini akan mempengaruhi kualitas hidup penderita baik pada saat masih kanak-kanak hingga saat dewasa nanti. Pengelolaan rehabilitasi medik bertujuan meningkatkan kualitas hidup pada anak dengan autisme dalam bentuk memfasilitasi pengembangan bentuk komunikasi, interaksi sosial, dan mengatasi gangguan sensorimotor melalui pelatihan yang terstruktur. Program rehabilitasi medik melibatkan okupasi terapis, fisioterapis, terapis wicara, dan psikologis. Berbagai teknik pun dikembangkan 1

description

Referat

Transcript of RM Gangguan Bicara Pada Autisme

Page 1: RM Gangguan Bicara Pada Autisme

BAB I

PENDAHULUAN

Autisme berasal dari bahasa Yunani, “autos” yang berarti segala sesuatu yang

mengarah pada diri sendiri. Penderita autisme memiliki obsesi terhadap pikiran dan

khayalan sendiri daripada melihat kenyataan atau realita kehidupan sehari-hari. Oleh

karena itu penderita autisme sering disebut orang yang hidup di “alam”nya sendiri.1

Prevalensi terkini dari Eropa, Asia dan Amerika Serikat bervariasi dari 1 setiap

500 hingga 1 setiap 50 anak. Perbandingan antara anak laki-laki dengan perempuan

mencapai 4:1. Gejala penyerta pada autisme dapat berupa retardasi mental (75%), dan

kejang (11-39%). Angka kejadian kejang pada autisme meningkat risikonya berbanding

lurus dengan tingkat retardasi mental.2

Penderita autisme memperlihatkan lingkup gejala gangguan dalam interaksi

sosial, komunikasi, serta gangguan pola perilaku.3 Gangguan ini akan mempengaruhi

kualitas hidup penderita baik pada saat masih kanak-kanak hingga saat dewasa nanti.

Pengelolaan rehabilitasi medik bertujuan meningkatkan kualitas hidup pada anak dengan

autisme dalam bentuk memfasilitasi pengembangan bentuk komunikasi, interaksi sosial,

dan mengatasi gangguan sensorimotor melalui pelatihan yang terstruktur. Program

rehabilitasi medik melibatkan okupasi terapis, fisioterapis, terapis wicara, dan psikologis.

Berbagai teknik pun dikembangkan untuk terapi autisme, yang menggabungkan keahlian

dari terapi-terapi di atas.4

Terapis wicara memiliki pendekatan khusus pada gangguan spektrum autisme.

Pendekatan ini perlu diketahui oleh klinisi pada bidang yang terkait sebagai satu

rangkaian terapi yang bersifat menyeluruh.

1

Page 2: RM Gangguan Bicara Pada Autisme

BAB II

AUTISME

II.1 DEFINISI

Autisme atau yang lebih tepat disebut gangguan spektrum autisme (Autism

Spectrum Disorder - ASD) adalah sekumpulan gejala gangguan perkembangan

yang menyebabkan gangguan sosial, komunikasi dan perilaku yang bermakna.5

Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Health edisi 5 (DSM 5),

ASD adalah gangguan perkembangan (neurodevelopmental disorders) dengan

gambaran hendaya pada komunikasi serta interaksi sosial dan pola perilaku,

aktivitas dan ketertarikan yang monoton.6 Sebelumnya pada DSM 4 edisi revisi

(DSM IV-TR), ASD dikenal secara terpisah sebagai gangguan autistik (autisme

klasik, autisme infantil dini, autisme masa kanak-kanak atau autisme Kanner),

gangguan disintegratif masa kanak-kanak, gangguan perkembangan pervasif dan

sindrom Asperger.7 Sedangkan menurut ICD 10, ASD merupakan bagian dari

gangguan perkembangan pervasif yang didefinisikan sebagai gangguan

perkembangan yang muncul sebelum usia 3 tahun dengan adanya gambaran

psikopatologis pada tiga area: tidak didapati adanya timbal balik saat berinteraksi

sosial, komunikasi serta perilaku yang terbatas, stereotipik dan berulang-ulang.8

Perbedaan bermakna di antara kedua pengkodean diagnosa ini adalah pada

ICD-10 gejala harus ada sebelum usia 3 tahun, sementara DSM 5 tidak

memasukkan batasan usia; hal ini mengindikasikan bahwa gejala mungkin belum

bermanifestasi hingga kebutuhan sosial melebihi kapasitas anak tersebut.9

II.2 PATOGENESIS

Patogenesis dari ASD belum sepenuhnya diketahui. Kerusakan otak pre-

perinatal baik karena antenatal bleeding pada trimester I-II, pre–post maturitas,

respiratory distress dianggap berhubungan dengan kejadian ASD.3

Konsensus umum berpendapat bahwa ASD disebabkan oleh genetik yang

menyebabkan terjadinya gangguan perkembangan otak sehingga mempengaruhi

perkembangan sosial dan komunikasi sehingga menyebabkan ketertarikan anak

2

Page 3: RM Gangguan Bicara Pada Autisme

terbatas dan memiliki perilaku yang stereotipik. Teori epigenetik menyatakan

bahwa terdapat gen abnormal yang menjadi aktif pada saat perkembangan pada

janin sehingga mempengaruhi ekspresi dari gen lain yang tidak termutasi dengan

sendirinya.9

Secara garis besar terdapat teori-teori sebagai berikut:9

1. Genetik

2. Neurobiologis

3. Lingkungan dan perinatal

4. Usia orang tua

5. Imunisasi

Genetik

Beberapa bukti dimana genetik memiliki peran terhadap terjadinya

autisme dengan alasan sebagai berikut :

1. Adanya dominasi laki-laki dengan perbandingan 4:1

2. Peningkatan risiko terjadinya ASD pada saudara kandung

3. Peningkatan angka kejadian pada anak kembar monozigot

Neurobiologis

Pencitraan neuro serta studi otopsi pada pasien membuktikan adanya

kelainan otak sebagai penyebab terjadinya ASD. Kelainan yang terjadi meliputi

perbedaan ukuran dari volume substansia alba dan grisea, anatomi sulkus dan

girus otak, konsentrasi neurotransmiter di otak, jaringan neural, lateralisasi otak

serta proses kognitif dibandingkan pada individu sehat. Beberapa bagian otak

yang diduga terlibat dalam autisme adalah amigdala, yaitu pusat pengendalian

emosional terhadap rangsangan dari luar dan hipokampus yang penting dalam

fungsi memori. Sel-sel saraf yang terdapat di amigdala ditemukan bentuknya

kecil, abnormal dan tampak lebih padat dibanding sel normal. Dari hasil penelitian

juga ditemukan adanya sirkulasi darah yang lebih lambat pada beberapa bagian

lapisan luar otak (korteks), dan menurunnya jumlah sel yang bertugas meneruskan

sinyal-sinyal penghambat gerakan tubuh yang berpusat di otak kecil (serebelum)

ke korteks. Dengan foto MRI didapat gambaran pengisutan (hipoplasi) serebelum

3

Page 4: RM Gangguan Bicara Pada Autisme

dan sistem limbik. Tanda-tanda ini mengarahkan para ahli pada suatu hipotesis,

bahwa awal terjadinya autisma infantil adalah sebelum lahir.3

Gambar 1. Struktur otak yang terlibat dalam autisme3

Bukti keterlibatan kelainan otak didukung oleh temuan sebagai berikut :9

1. Pertumbuhan lingkar kepala saat balita serta peningkatan ukuran otak secara

keseluruhan (2-10%), mungkin terkait dengan peningkatan jumlah neuron di

korteks pre-frontal. Hal ini mungkin dapat dijelaskan dimana dalam studi

neuropsikologis ditemukan bahwa pada saat anak mendapatkan stimulasi

4

Page 5: RM Gangguan Bicara Pada Autisme

sosial, proses emosi yang seharusnya dilakukan oleh amigdala justru

dibebankan pada area pre-frontal sehingga area tersebut bekerja lebih berat.

Tetapi dalam studi otopsi pembesaran lingkar kepala sendiri didapati karena

adanya peningkatan volume otak dimana terdapat pembesaran pada area

parietal, temporal dan oksipital.3

2. Magnetic Resonance Imaging (MRI) fungsional mengindikasikan pada

penderita ASD, terdapat perbedaan pola konektivitas, strategi kognitif serta

area otak yang terlibat dalam proses pengolahan informasi terkait input visual

dan auditorik; input sensorik yang dibutuhkan untuk interaksi sosial.

3. Positron Emission Tomography (PET) menunjukkan bahwa penderita ASD

memiliki gangguan fungsi pembentukan serotonin.

4. Elektrofisiologi otak mengindikasikan dimana individu dengan ASD

mengalami masalah dengan pengenalan wajah serta adanya keterlambatan

sistem saraf dalam mengolah tatapan mata.

5. Terdapat gangguan neural dalam mengenali dan memahami pembicaraan.

6. Penurunan jumlah sel purkinje - berperan sebagai modulator sinyal di

serebelum, mempengaruhi pengolahan bahasa, perencanaan motorik, imajinasi

objek dan perkiraan waktu.

Akhir-akhir ini ditemukan bahwa pada otak penderita autisme, secara

makroskopis ukuran otaknya lebih besar dibanding normal. Dicurigai pembesaran

ini karena kegagalan proses perampingan/pemangkasan sel-sel saraf (apoptosis)

yang tidak diperlukan lagi pada saat perkembangan otak berlangsung. Jawaban

yang lebih pasti dan rinci atas pertanyaan dimana dan bagaimana bentuk

gangguan otak anak autisme sampai sekarang belumlah ada.3

Lingkungan dan perinatal

Kondisi maternal seperti diabetes mellitus, obesitas, hipertensi,

penggunaan asam valproat serta penghambat serotonin selama kehamilan juga

meningkatkan risiko ASD. Terdapat bukti yang cukup yang menyatakan adanya

hubungan antara faktor perinatal seperti presentasi abnormal, berat badan lahir

5

Page 6: RM Gangguan Bicara Pada Autisme

rendah, aspirasi mekoneum meningkatkan risiko ASD hingga 5 kali lipat pada

populasi umum.

Belum terdapat cukup bukti yang mendukung adanya keterlibatan faktor

lingkungan dalam konteks keterpaparan toksin dimana sangat dipengaruhi oleh

konsentrasi toksin, durasi keterpaparan, mekanisme kerja toksin serta kemampuan

toksin tersebut menembus sawar darah otak.

Usia orang tua

Peningkatan usia orang tua baik ayah ataupun ibu memiliki hubungan

dengan kejadian ASD. Hal ini mungkin disebabkan oleh mutasi gen spontan.

Imunisasi

Tidak terdapat bukti adanya hubungan antara vaksin campak dan

thimerosal (bahan pengawet yang dipakai pada vaksin, mengandung merkuri)

dengan ASD.9

Gejala ASD biasa terlihat pada saat anak berusia 2 tahun, tetapi mungkin

juga bermanifestasi lebih dini. Sesuai definisinya, ASD harus muncul pada masa

perkembangan dini, namun bisa saja tidak terlihat sampai pada saat anak lebih

dewasa (sebagai contoh, ketika kebutuhan hubungan sosial melebihi kapasitas

anak).6 Pada kondisi tertentu dengan gejala ASD ringan mungkin baru tampak

oleh guru atau orang tua pada saat berusia 4-6 tahun. Sementara ICD 10

berpedoman di mana gejala harus muncul sebelum usia 3 tahun.7

II.3 GAMBARAN KLINIS

Gambaran klinis pada ASD berbeda di setiap kasusnya, oleh karena itulah

digunakan istilah spektrum; di mana pada autisme sendiri menunjukkan adanya

cakupan gejala yang luas dari paling ringan hingga sangat berat: dari anak-anak

usia sekitar 1 tahun dengan keterlambatan perkembangan pada aspek personal

sosial ke anak-anak yang sudah mengalami perkembangan tetapi tidak mengalami

kemajuan, hingga anak-anak yang mungkin sudah mencapai tahap perkembangan

tertentu namun mengalami kemunduran. Sekitar dua dari tiga anak-anak dengan

6

Page 7: RM Gangguan Bicara Pada Autisme

ASD menunjukkan rendahnya kemampuan berkomunikasi pada dua tahun

pertama kehidupan. Sekitar satu dari empat anak dengan autis sudah mencapai

satu tahapan tertentu dari aspek perkembangan bahasa dan personal sosial namun

mengalami kemunduran pada usia 15-24 bulan. Kemunduran dapat bertahap atau

mendadak. Penurunan kemampuan merupakan gambaran penting dari ASD;

apabila penurunan kemampuan ini berkaitan dengan kelahiran adik atau pindah ke

lingkungan yang baru, diagnosis ASD sebaiknya ditunda.2 Gambaran klinis yang

sangat beragam ini juga dipengaruhi oleh: situasi keluarga, tahapan perkembangan

anak, kepribadian penderita serta berat ringannya gejala.10

Gangguan komunikasi dan interaksi sosial

Anak-anak dengan ASD tidak memiliki kemampuan untuk menyadari

keberadaan orang lain, tidak mampu ikut merasakan penderitaan yang dialami

orang lain, tidak memberi respons ketika diajak bermain bersama, tidak ada

keinginan untuk berbagi atau bermain bersama; semuanya ini mengakibatkan anak

tidak memiliki teman dan terisolasi secara sosial. Mereka juga tidak mampu

menangkap komunikasi non verbal yang ditunjukkan oleh orang tua, sehingga

sering kali orang tua berkata anak menolak untuk dibelai, kontak mata yang

sangat minimal, tidak ingin digendong, dipeluk bahkan tidak suka bila disentuh

dan tidak menangis bila ditinggal pergi oleh ibu atau orang terdekatnya.

Perilaku yang terbatas dan aktivitas yang repetitif

Perilaku dan ketertarikan yang terbatas serta aktivitas yang repetitif

ditambah dengan respon berlebihan atau sebaliknya terhadap input sensorik

merupakan gejala utama yang juga didapati dari ASD. Perilaku stereotipik -

perilaku motorik yang berulang-ulang seperti menepuk-nepuk tangan, memutar-

mutar jari, berjalan jinjit serta mempermainkan segala jenis mainan dengan cara

yang sama tanpa mempedulikan bagaimana seharusnya mainan tersebut

digunakan. Juga didapati adanya echolalia. Perilaku stereotipik ini kadang

mengarah kepada diri sendiri, karena itu perlu pengawasan karena dapat berisiko

menyakiti diri sendiri. Pada anak ASD dengan gangguan kognitif, seringkali

7

Page 8: RM Gangguan Bicara Pada Autisme

mereka membentur-benturkan kepala, menampar wajah, menggigit atau mencubit

diri sendiri. Pencetus perilaku ini dapat akibat rasa takut, rasa gembira yang

berlebihan tetapi lebih sering tidak menentu.

Dalam kehidupan sehari-hari tampak adanya rutinitas yang sangat kaku,

hal ini dapat diamati di mana mereka mungkin hanya mau makan-makanan

tertentu saja dengan cara tertentu atau pergi ke satu tujuan melalui rute yang selalu

sama.

Anak-anak ASD mengalami gangguan pengolahan sensorik, sebanyak 42-

99% memiliki respon yang berlebihan, kurang atau tidak semestinya terhadap

stimulus luar. Karena itulah anak dengan ASD menolak makanan dengan rasa

atau tekstur tertentu, terganggu dengan jenis bahan pakaian tertentu, tidak suka

dipegang dengan lembut namun menyukai dipijat, memberi respon yang tidak

semestinya terhadap nyeri, sangat terganggu dengan suara tertentu tetapi pada saat

yang sama dapat tidak terganggu sama sekali bila ada suara yang lebih dekat dan

lebih jelas mengganggu.

Intelektual

Kemampuan intelektual anak dengan ASD sangat beragam. Kemampuan

verbal lebih lemah dibanding kemampuan non verbalnya. Kemampuan sehari-hari

yang memerlukan hafalan, mekanis, visuospasial serta proses persepsi biasanya

lebih baik dibandingkan dengan proses menata konsep, pemberian alasan,

interpretasi, menggabungkan informasi serta berpikir abstrak.

Gangguan bicara dan bahasa

Gangguan bicara dan berbahasa pada anak ASD sangat beragam. Kurang

dari setengah dari jumlah penderita gagal menggunakan bicara sebagai modal

komunikasi utama mereka. Kemampuan berbahasa mungkin muncul namun tidak

digunakan untuk komunikasi, mereka mengimitasi pembicaraan orang atau

mengulang kata-kata tetapi tanpa maksud menyampaikan ide atau sesuatu yang

bermakna. Pada kasus tertentu mungkin saja berupa bicara dengan nada datar,

tanpa tekanan dan intonasi. Pada kasus yang sangat ringan mungkin mereka masih

mampu berkomunikasi dan memiliki pemahaman normal dalam aspek fonologi,

8

Page 9: RM Gangguan Bicara Pada Autisme

tata letak bahasa serta makna bahasa, namun mereka tidak mampu memahami

perspektif lawan bicara, maksud terselubung. Mereka juga tidak mampu

memahami humor serta teguran atau perkataan kasar – sarkasme.

Gambar 2. Gejala autisme

Defisit motorik

Anak dengan ASD mungkin memberikan gambaran defisit motorik seperti

gangguan jalan, berjalan jinjit atau tanda motorik abnormal lainnya seperti

hipotonia.

Makrosefal

Sekitar satu dari empat anak dengan ASD memiliki lingkar kepala lebih

dari persentil 97. Pada anak-anak dengan ASD terdapat pertumbuhan lingkar

kepala yang sangat cepat hingga 70% di tahun pertama kehidupan, walau tidak

semua anak-anak ini tidak menjadi makrosefal. Peningkatan pertumbuhan lingkar

kepala ini mungkin terkait dengan abnormalitas perkembangan otak terkait

dengan ASD. Bagaimanapun, makrosefal tidak diperlukan dalam mendiagnosis

ASD.

9

Page 10: RM Gangguan Bicara Pada Autisme

Gejala-gejala tersebut di atas tidak harus ada semua pada setiap anak

penyandang autisme. Pada penyandang autisme yang berat mungkin hampir

semua gejala di atas ada, tapi pada yang ringan hanya terdapat sebagian saja dari

gejala di atas.3

II.4 DIAGNOSIS

Diagnosis ASD ditegakkan secara klinis berdasar anamnesis, pemeriksaan

fisik serta pengamatan perilaku anak. ASD harus dicurigai bila anak memiliki

masalah interaksi sosial, komunikasi serta adanya perilaku-ketertarikan dan

aktivitas yang terbatas serta repetitif. Penggunaan tools juga sebaiknya digunakan

dalam mendiagnosis ASD. Walau belum ada kesepakatan internasional tools

mana yang digunakan, American Academy of Child and Adolescent Psychiatry,

American Academy of Neurology, dan American Academy of Pediatrics

menganjurkan penggunaan tools sebagai berikut :

Berdasarkan laporan orang tua: Autism Behavior Checklist (ABC), Gilliam

Autism Rating Scale edisi 2 (GARS-2), dan Autism Diagnostic Interview-

Revised (ADI-R).

Berdasarkan pengamatan klinisi: Childhood Autism Rating Scale (CARS) dan

Autism Diagnostic Observation Schedule-Generic (ADOS-2).11

Berdasarkan DSM-5, diagnosis ASD harus memenuhi kriteria berikut:6

Gangguan komunikasi dan interaksi sosial yang menetap dan terjadi di banyak

tempat-keadaan; ditunjukkan dengan adanya gangguan pada :

- Resiprokal sosial emosi - mengulang-ulang pembicaraan, tidak mampu

berbagi kesukaan serta emosi.

- Perilaku komunikasi non verbal - kontak mata yang sangat jarang,

ketidakmampuan memahami bahasa tubuh orang lain.

- Menjaga relasi - sulit punya teman, beradaptasi dengan lingkungan sekitar,

tidak memiliki ketertarikan dengan teman sebaya-kelompok.

Perilaku, ketertarikan serta aktivitas yang terbatas dan berulang; ditunjukkan

dengan adanya gangguan pada (minimal dua):

- Gerakan stereotipik dan berulang-ulang (menggunakan objek atau bicara)

10

Page 11: RM Gangguan Bicara Pada Autisme

- Pola perilaku ritualistik, rutinitas yang kaku tanpa mempedulikan keadaan.

- Ketertarikan yang sangat terbatas pada objek tertentu

- Respon yang berlebihan atau justru kurang terhadap input sensorik (respon

yang tidak semestinya terhadap bunyi tertentu, tidak menyukai perbedaan

suhu udara, menyentuh atau menghidu objek secara berlebihan)

Gejala-gejala ini harus mengganggu fungsi sosial (atau akademik)

Gejala-gejala ini harus ada pada periode awal perkembangan. Walau mungkin

baru muncul setelah kebutuhan sosial melebihi kapasitas yang dimiliki.

Gejala-gejala ini tidak dapat sesuai dengan gangguan intelektual atau global

developmental delay

Derajat keparahan

DSM-5 merekomendasikan agar klinisi menjabarkan tingkat keparahan ASD yang

dipisah berdasarkan masing-masing aspek:6

Interaksi dan komunikasi sosial

Level 1 (“membutuhkan bantuan”) – Gangguan sudah terlihat dan

membutuhkan bantuan, kesulitan untuk memulai interaksi sosial,

ketidakmampuan memberikan respons sosial, ketertarikan untuk interaksi

sosial sangat minimal, percakapan yang berulang ulang, ketidakmampuan

mencari teman.

Level 2 (“membutuhkan bantuan mendasar”) – Gangguan yang sangat jelas

pada komunikasi, terlihat adanya ganguan walaupun dibantu, respons abnormal

terhadap interaksi sosial, kesulitan untuk membuka percakapan.

Level 3 (“sangat membutuhkan bantuan mendasar”) – Gangguan fungsi yang

berat di mana hanya terdapat sedikit inisiatif untuk berinteraksi secara sosial,

respons yang sangat minimal saat orang lain mencoba membuka percakapan

dengan penderita.

Perilaku terbatas/repetitif

Level 1 (“membutuhkan bantuan”) – Perilaku menghambat fungsi, kesulitan

merubah aktivitas, kemandirian terbatas.

11

Page 12: RM Gangguan Bicara Pada Autisme

Level 2 (“membutuhkan bantuan mendasar”) – Perilaku menghambat fungsi di

berbagai tempat, kesulitan untuk merubah fokus

Level 3 (“sangat membutuhkan bantuan mendasar”) – Perilaku menghambat

fungsi di seluruh aspek kehidupan, sangat sulit beradaptasi dengan perubahan.

Kesulitan merubah kegiatan dan fokus.

II.5 DIAGNOSA BANDING

Diagnosa banding dari autisme diantaranya adalah2 :

Global developmental delay

Gangguan intelektual (retardasi mental)

Gangguan perkembangan bahasa – speech delayed

Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH)

Sindrom Asperger

Sindrom Rett

Sindroma disintegratif pada anak

Gangguan perkembangan bahasa (disfasia)

Dalam praktek sehari-hari, ASD sering kali memiliki gejala yang

tumpang tindih dengan GPPH dan communication disorder - speech delayed.

Pada penderita speech delayed sendiri harus dipastikan ada tidaknya gangguan

pendengaran, retardasi mental atau kurang stimulasi. Persamaan ASD dengan

GPPH adalah adanya gangguan konsentrasi, tak mampu menunggu giliran,

meminta sesuatu dengan cara non verbal, kurang peduli dengan lingkungan dan

bila marah sulit ditenangkan.10

Perbedaan antara ASD, GPPH dan speech delayed:10

ASD GPPHSpeech

Delayed

12

Page 13: RM Gangguan Bicara Pada Autisme

Stimulasi Maju lambat dan

sulit

Maju bertahap Maju bertahap

Objek bermain Ingin terus sama Berganti terus Berganti bila

sudah bosan

Bila diarahkan Sangat sulit Sulit Mudah

Reaksi Sering aneh Kadang aneh Wajar

Emosi – marah Sangat sulit

diredakan

Sulit diredakan Mudah

diredakan

Sosialisasi Tidak mau Ingin tetapi ditolak

teman

Tidak

Gangguan

perilaku

Sering

menyimpang

Kadang-kadang Tidak ada

Persepsi

sensorik

Menolak dibelai Kadang mau dibelai Senang

dibelai

Pengobatan Antipsikotik Psikostimulansia Tanpa obat

Sindroma Rett merupakan penyakit otak progresif, tetapi khusus mengenai

anak perempuan. Perkembangan anak sampai umur 5 bulan normal, namun

setelah itu mengalami kemunduran. Lingkar kepalanya sejak umur 5 bulan juga

mengalami penurunan dalam kecepatan pertumbuhannya. Umumnya kemunduran

sangat parah meliputi perkembangan bahasa, interaksi sosial, maupun motoriknya.

Sedangkan sindroma Asperger mempunyai ciri-ciri autisme, namun umumnya

intelegensinya baik dan kemampuan bahasanya juga hanya terganggu dengan

derajat ringan. Oleh karenanya sindroma Asperger sering disebut High

Functioning Autism.

Sindroma disintegratif pada anak adalah gangguan yang ditandai dengan

kemunduran dari perkembangan normal yang telah dicapai setelah umur 2 tahun,

paling sering terjadi pada umur sekitar 3-4 tahun. Anak mengalami kemunduran

dalam beberapa minggu atau bulan, dalam bahasa, keterampilan motorik,

13

Page 14: RM Gangguan Bicara Pada Autisme

kemampuan adaptif atau sosial, termasuk kontrol kandung kemih dan buang air

besar sampai pada taraf austitik. Anak laki-laki lebih sering terkena dibanding

perempuan.

Gangguan perkembangan bahasa (disfasia) terjadi karena gangguan

perkembangan otak hemisfer kiri, yang tidak berfungsi sebagai pusat berbahasa.

Ada beberapa sub-tipe gangguan ini yang mirip dengan autisme, khususnya

ditinjau dari perkembangan bahasa wicaranya, yaitu tipe disfasia tidak dijumpai

perilaku repetitif atau obsesif.

Retardasi mental seringkali sulit dibedakan dengan autisme pada praktek

sehari-hari sebab autisme juga sering disertai dengan retardasi mental. Pada

retardasi mental, tiga ciri pokok autisme tidak dijumpai.

II.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG

ASD dapat merupakan gejala penyerta dalam penyakit lainnya walau

dalam jumlah sangat kecil. Penyakit tersebut antara lain: tuberosklerosis, sindrom

fragile X, sindrom Angelman. Walau frekuensi penyakit ini sangat sedikit,

penyingkiran penyakit serta mencari etiologi ASD akan sangat melegakan orang

tua serta berperan dalam konseling dalam perencanaan memiliki anak selanjutnya.

Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain, uji metabolik, pencitraan

neurologis (MRI) serta electroencephalography (EEG). Dalam 25% kasus didapati

adanya hiperserotoninemia. Pada pemeriksaan EEG didapati adanya abnormalitas

difus bilateral hinggal 50% pada penderita ASD.3 Pemeriksaan penunjang ini tidak

selalu harus dilakukan dan harus disesuaikan dengan anamnesis serta pemeriksaan

fisik.11

II.7 PENATALAKSANAAN

14

Page 15: RM Gangguan Bicara Pada Autisme

Tujuan utama tatalaksana ASD adalah memaksimalkan fungsi supaya anak

dapat semandiri mungkin, serta meningkatkan kualitas hidup anak. Tujuan

khususnya adalah sebagai berikut:

peningkatan fungsi sosial serta kemampuan bermain

meningkatkan kemampuan komunikasi (baik fungsional dan spontanitas)

meningkatkan kemampuan adaptasi

menurunkan perilaku negatif atau non fungsional

meningkatkan pencapaian akademis serta kemampuan kognitif anak

ASD tidak dapat disembuhkan dan merupakan kondisi kronis yang

membutuhkan penanganan yang menyeluruh. Tatalaksana harus disesuaikan

dengan usia serta kebutuhan mendasar anak. Diagnosis dan intervensi dini

memiliki potensi mempengaruhi keluaran, terutama pada aspek perilaku,

fungsional dan komunikasi. Terdapat banyak bukti yang mendukung di mana

ketika intervensi dini dilakukan akan mempengaruhi keluaran menjadi lebih baik.

Terdapat juga bukti yang mendukung di mana intervensi dini akan mengurangi

bahkan mencegah masalah perilaku. Tatalaksana ASD difokuskan pada intervensi

perilaku dan edukasi untuk mengatasi gejala utama dari ASD. Penggunaan obat-

obatan dapat dipakai untuk mengatasi atau mengontrol gejala tetapi tidak untuk

mengatasi gangguan utamanya.12

Terapi non farmakologis

Dari berbagai macam studi observasi serta kajian sistematik didapati

karakteristik terapi perilaku yang efektif, yaitu sebagai berikut:13

Rasio guru dengan murid yang tinggi (1:1 atau 1:2)

Program yang disesuaikan dengan masing-masing anak

Terapis berpengalaman dalam bekerja dengan anak autis

Minimal 25 jam per minggu dan melibatkan keluarga

Adanya evaluasi, transisi serta penyesuaian dan modifikasi program

Kurikulum yang terfokus pada peningkatan perhatian, imitasi, komunikasi,

bermain serta interaksi sosial

15

Page 16: RM Gangguan Bicara Pada Autisme

Dapat diprediksi serta terstruktur dan adanya analisis fungsional pola perilaku

Lingkungan belajar mengajar yang kondusif

Intervensi yang diberikan dapat menggunakan kurikulum berbasis ABA

(Applied Behavior Analysis), Structured Teaching (termasuk metode Treatment

and Education of Autistic and related Communication-handicapped Children

[TEACCH] model), dan atau model berbasis perkembangan seperti

Developmental Individual Difference [DIR atau Floortime]. Belum ada bukti

metode mana yang terbukti lebih baik antara satu dengan lainnya.14 Anak dengan

ASD mendapatkan keuntungan dari intervensi bahasa terutama bila diaplikasikan

dalam banyak keadaan serta dalam kegiatan sehari-hari. Terdapat banyak metode

seperti penggunaan intervensi bahasa tradisional, berbasis perilaku, menggunakan

alat bantu visual dan banyak metode lainnya. Belum ada penelitian yang dapat

menyimpulkan metode mana yang lebih baik.

Terapi perilaku

Metode terapi perilaku yang sering digunakan di Indonesia adalah metode

Lovaas, sesuai dengan nama penemunya. Intervensi perilaku ini disebut juga

Applied Behavioral Analysis (ABA). Prinsip terapi ABA adalah proses yang

disebut ”operant conditioning”, yaitu bahwa consequence memiliki pengaruh

yang kuat dan dapat diperkirakan terhadap perilaku. Suatu consequence yang

memperkuat perilaku disebut reinforcer (imbalan), misalnya makanan, sentuhan,

pelukan, pujian atau aktivitas yang disukai. bila anak mendapat imbalan setelah

berhasil berperilaku seperti yang diharapkan, maka ia akan cenderung mengulang

perilaku tersebut.

Secara sederhana proses pengajaran ABA adalah:

A-antecedent: hal yang mendahului perilaku (stimulus/ instruksi)

B-behavior: perilaku yang terjadi setelah antecedent diberikan (respon)

C-consequence: akibat yang diterima setelah perilaku terjadi (konsekuensi)

Terapis ABA harus memberi prompt (petunjuk/bantuan) bila perlu agar

anak dapat mengerti apa yang diharapkan dari mereka dan belajar keterampilan

baru, kemudian secara bertahap mengurangi bantuan tersebut.

16

Page 17: RM Gangguan Bicara Pada Autisme

Teknik dasar ABA dilakukan dengan cara:

1. terapis memberikan instruksi pertama

2. bila anak berespon salah atau tidak berespon sama sekali, katakan ”tidak”

3. terapis memberikan instruksi kedua

4. anak tetap tidak berespon atau tetap salah, katakan kembali ”tidak”

5. berikan kembali instruksi ketiga, langsung bantu anak berperilaku yang

diharapkan dan segera diikuti dengan konsekuensi positif

Pengajaran aktivitas baru dimulai dengan sistem satu guru satu murid dan

satu ruangan, kemudian bertahap meningkat ke kelompok kecil hingga kelompok

besar. Kemudian anak dicoba dimasukkan dalam suatu kelas pada sekolah umum.

Di kelas anak semula didampingi terapis yang tugasnya antara lain menjembatani

instruksi dari guru kepada anak

Kepatuhan adalah terapi utama pada metode ABA, dan bila kepatuhan

sudah ada maka akan mudah memberikan pengarahan perilaku. Bila kepatuhan

telah terbina, program awal yang dijalankan adalah meniru gerakan motorik kasar,

bukan semata-mata agar anak dapat melakukan gerakan motorik yang dimaksud

(seperti tepuk tangan ke atas, dll), namun yang terpenting agar anak memahami

konsep tiru, yaitu anak harus melakukan hal serupa seperti yang dilakukan terapis

17

Page 18: RM Gangguan Bicara Pada Autisme

bila terapis menginstruksikan “tiru”. Anak juga dilatih mengidentifikasi atau

memegang bagian tubuh dan mengikuti perintah sederhana satu tahap. Program

ini ditujukan agar anak dapat mengikuti arahan lisan (auditorik).

Pada tahap berikutnya anak dilatih meniru gerakan motorik halus, gerakan

mulut yang ditujukan sebagai persiapan bicara yaitu dalam hal kekuatan,

ketepatan, kecepatan atau kelancaran. Kemudian terapis melatih untuk menirukan

suara sederhana seperti suara vokal a, i, u, e, o dan berikutnya suku kata, kata

dasar, dan akhiran dan kata-kata. Setelah anak bisa menirukan berbagai kata,

maka menggunakan kata-kata tersebut untuk melabel (menyebut nama-nama

benda atau objek). Selanjutnya anak mampu mengetahui dan menguasai secara

reseptif yaitu identifikasi bagian tubuh, benda, gambar, orang-orang terdekat

keluarga, warna, huruf, dan angka.

Berikutnya dilatih membuat kalimat sederhana seperti menjawab

pertanyaan sosial (contoh: siapa namamu, dst), menunjuk benda yang diinginkan

sambil melabel (menyebut nama) benda tersebut. Setelah itu anak dilatih

menggabung kata-kata untuk membentuk kalimat seperti “saya mau kue”.

Selain itu anak juga dilatih menggunakan konsep abstrak yaitu ya atau

tidak, kata depan, kata ganti, lawan kata dan sebelum atau sesudah. Jika mereka

telah menguasai konsep dasar tersebut di atas mereka diajarkan untuk mengajukan

pertanyaan-pertanyaan dan dilibatkan pada percakapan sederhana. Hal yang juga

perlu diperhatikan adalah dilakukan generalisasi dalam hal subyek, obyek dan

tempat serta dipraktekkan pada kesempatan-kesempatan insidental atau secara

kebetulan. Dari hasil prosedur yang telah teruji, anak autis akan berkembang dari

tidak bicara hingga akhirnya menguasai banyak kemampuan bicara seperti anak-

anak usia pra sekolah lainnya.16

Terapi ABA dapat memberikan hasil yang sangat baik, namun

membutuhkan waktu dan komitmen. Secara umum direkomendasikan 25-40 jam

terapi per minggu oleh tenaga ahli. Orang tua juga harus mau ikut terlibat dalam

melatih anaknya di rumah. Masalah-masalah ini dapat menghambat keberhasilan

terapi ABA. 13

18

Page 19: RM Gangguan Bicara Pada Autisme

Peran orangtua

Intervensi dengan keterlibatan orang tua sangat membantu proses interaksi

anak dengan lingkungannya, meningkatkan perkembangan, kepuasan orang tua,

memotivasi dan sangat baik untuk kesehatan mental. Walau keluaran

maksimalnya belum diketahui, keterlibatan orang tua merupakan hal penting yang

sangat mendasar.14

Okupasi terapis

Okupasi terapis dapat membantu meningkatkan fungsi motorik halus serta

meningkatkan kemampuan adaptasi terhadap lingkungan. Terapi integrasi

sensorik yang juga dilakukan okupasi terapis, dapat diberikan untuk menenangkan

anak terhadap input sensorik tertentu atau sebaliknya meningkatkan respon

terhadap input sensorik tertentu. Terapi integrasi ini sangat baik bila digabungkan

dengan terapi perilaku serta edukasi yang sifatnya menyeluruh.14

Terapi farmakologis

Terapi perilaku harus dimaksimalkan terlebih dahulu sebelum penggunaan

obat-obatan, juga harus dipertimbangkan keuntungan dan kerugian dari obat yang

akan digunakan. Pemantauan rutin juga harus dilakukan untuk memastikan efikasi

serta efek samping obat.

Bila anak dengan ASD disertai dengan gejala inatensi dan hiperaktivitas

obat yang disarankan adalah metilfenidat. Bila didapati adanya perilaku agresif

dan mencederai diri sendiri, obat yang disarankan adalah risperidone. Untuk

perilaku repetitif dan adanya gangguan kecemasan, obat yang disarankan adalah

fluoxetine atau SSRI (Selective serotonin re-uptake inhibitors) lainnya sebagai

lini pertama. Untuk gejala depresi disarankan penggunaan obat SSRI atau SNRI

(serotonin norepinephrine reuptake inhibitor) sebagai lini pertama. Penanganan

kejang pada anak ASD sama dengan penanganan kejang pada penderita non ASD.

Bila terdapat gangguan tidur (sulit tidur, restlessness, sering terbangun) dapat

dipertimbangkan penggunaan obat melatonin.15

II.8 PROGNOSIS

19

Page 20: RM Gangguan Bicara Pada Autisme

Autisme belum dapat disembuhkan hingga saat ini, namun masalah yang

dihadapi anak ASD dapat dikurangi dengan pendekatan terapi multidisipliner

yang komprehensif. Prognosis umumnya ditentukan berat ringannya gejala,

tingginya intelegensia, dan umur saat diagnosis. Bila gejala ringan, kecerdasan

cukup, dan/atau makin muda saat terdiagnosis, prognosis lebih baik.

Kemampuan intelektual dan komunikasi merupakan dua faktor yang

paling menentukan hasil akhir yang dicapai oleh anak autis setelah menjalani

program terapi. Kemajuan yang paling baik biasanya dicapai oleh anak yang tidak

disertai gangguan belajar. Sepuluh persen dari penyandang autisme mampu hidup

dengan baik pada masa dewasa, mereka memiliki pekerjaan, berkeluarga. Tetapi

60% penderita menunjukkan ketergantungan sepenuhnya pada keseluruhan aspek

kehidupan. Ketidakmampuan komunikasi yang terus berlanjut setelah melewati

usia 5 tahun dan IQ<60 menunjukkan prognosa yang kurang baik. Namun

penyandang autisme yang mampu berbicara sebelum usia 5 tahun dan memiliki

tingkat inteligensi rata rata memiliki kemungkinan meningkatkan kemampuan

penyesuaian dirinya.1

BAB III

PEMBENTUKAN BICARA DAN BAHASA

Bicara (speech) adalah produksi dan persepsi dari simbol oral.

Kemampuan bicara adalah sesuatu yang khas pada manusia, karena bicara

merupakan salah satu sistem komunikasi yang kompleks di mana seseorang

20

Page 21: RM Gangguan Bicara Pada Autisme

mengutarakan pendapat atau ide, perasaan hati, berdialog dan bersosialisasi. Agar

yang diucapkan dapat dimengerti orang lain, maka harus melalui bahasa

lingkungan budaya di mana kita tinggal, sehingga bicara dan bahasa merupakan

satu kesatuan.16

Fungsi berbahasa merupakan komponen paling penting dalam neurologi

fungsi luhur, karena ciri manusia adalah kemampuan untuk mencurahkan isi

pikiran dan perasaannya melalui fungsi bahasa dan berbicara. Pengertian bahasa

lebih luas, karena di samping berbicara (komunikasi verbal), yang terdiri dari

fonem (bunyi bahasa), morfem (kata-kata), sintaksis (tata bahasa) dan semantik

(isi bahasa), terdapat juga komunikasi non verbal seperti bahasa tulisan, bahasa

isyarat, pantomim dan musik. Bahasa terdiri dari bentuk, isi, dan penggunaan

bahasa.17

Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh perkembangan anak.

Karena kemampuan berbahasa sensitif terhadap keterlambatan atau kerusakan

pada sistem lainnya, sebab melibatkan kemampuan kognitif, sensori motor,

psikologis, emosi, dan lingkungan di sekitar anak. Seorang anak tidak akan

mampu berbicara tanpa dukungan dari lingkungannya. Mereka harus mendengar

pembicaraan yang berkaitan dengan kehidupannya sehari-hari maupun

pengetahuan tentang dunia. Mereka harus belajar mengekspresikan dirinya,

membagi pengalamannya dengan orang lain dan mengemukakan keinginannya.18

III.1 Anatomi fungsional

Hemisfer kiri merupakan pusat kemampuan berbahasa pada 94% orang

dewasa kanan dan lebih dari 75% pada orang dewasa kidal. Pengkhususan

hemisfer untuk fungsi bahasa sudah dimulai sejak di dalam kandungan, tetapi

berfungsi secara sempurna setelah beberapa tahun kemudian. Berbagai

penelitian menunjukkan bahwa anak dengan kerusakan otak unilateral sebelum

maupun sesudah lahir, diperkirakan fungsi berbahasa dapat diprogram oleh

hemisfer lainnya, walaupun kelainan yang khusus tersebut masih dapat

diketemukan dengan tes yang teliti. Plastisitas perkembangan otak seperti ini

menyebabkan perkembangan bahasa pada anak sukar ditentukan.19

21

Page 22: RM Gangguan Bicara Pada Autisme

Seperti pada orang dewasa terdapat 3 area utama pada hemisfer kiri anak

khusus untuk berbahasa yaitu di bagian anterior (area Broca dan korteks

motorik) dan di bagian posterior (area Wernicke).18,19 Maturasi maksimal sinaps

pada area Wernicke terjadi pada usia 8-24 bulan, sedangkan area Broca terjadi

pada usia 15-24 bulan. Mielinisasi maksimal area Wernicke pada area Broca

pada usia 4-6 tahun.

Penelitian terhadap 100 MRI anak berusia 0-39 bulan ditemukan 10%

mielinisasi substansia alba otak terjadi pada usia 6 bulan di daerah sensorimotor,

sedangkan daerah fungsi bicara pada usia 18 bulan. Hampir 90% mielinisasi

pada daerah sensorimotor ditemukan pada usia 8 bulan, sedangkan daerah fungsi

bicara setelah usia 35 bulan. Mielinisasi tercepat terjadi pada usia 18-24 bulan.

Dari sini dapat disimpulkan bahwa perkembangan bicara dapat ditunggu sampai

usia 18 bulan, stimulasi terutama pada usia 18-24 bulan. Kemungkinan

keberhasilan stimulasi diatas 25 bulan sangat kecil, oleh karena perkembangan

mielinisasi sudah sempurna.20

Proses berbicara dimulai saat mendengar pembicaraan, di mana getaran

udara yang ditimbulkan akan masuk melalui saluran telinga luar kemudian

menimbulkan getaran pada membran timpani. Kemudian rangsangan diteruskan

oleh ketiga tulang kecil dalam telinga tengah ke telinga bagian dalam. Di telinga

bagian dalam terdapat reseptor sensoris untuk pendengaran yang disebut koklea.

Saat gelombang suara mencapai koklea maka impuls ini diteruskan oleh saraf

VIII ke area pendengaran primer di otak diteruskan ke bagian temporo parietal

(area Wernicke) dan dicocokkan dengan ingatan yang sudah disimpan

sebelumnya. Kemudian jawaban diformulasikan dan disalurkan oleh fasikulus

arkuata ke bagian anterior otak dimana jawaban motorik dikoordinasi dan

gerakan bicara dikontrol. Selanjutnya proses bicara dihasilkan oleh vibrasi dari

pita suara yang dibantu oleh aliran udara dari paruparu, sedangkan bunyi

dibentuk oleh gerakan bibir, lidah dan palatum (langitlangit). Jadi untuk proses

bicara diperlukan koordinasi sistem saraf motoris dan sensoris di mana organ

pendengaran sangat penting. Apabila terjadi kelainan pada salah satu dari

jalannya impuls ini, maka akan terjadi kelainan bicara. Kerusakan pada bagian

22

Page 23: RM Gangguan Bicara Pada Autisme

posterior akan mengakibatkan kelainan bahasa reseptif, sedangkan kerusakan di

bagian anterior akan menyebabkan kelainan bahasa ekspresif.18,19

Gambar 3. Area bahasa di otak (proyeksi lateral sinistra)21

Periode kritis bagi perkembangan kemampuan berbicara dan bahasa

adalah periode antara 9-24 bulan awal kehidupan. Pengamatan langsung terhadap

perilaku komunikasi selama pemeriksaan rutin dapat diambil dari laporan orang

tua. Anak yang sedang belajar berbicara, akan mengamati dengan seksama wajah

lawan bicaranya dan gerakan-gerakan yang dilakukannya sampai pada saat

dimana petunjuk visual menjadi tidak penting, yang menandakan peningkatan

dalam memahami sinyal lisan pendengaran.4

Dengan berkembangnya keterampilan ekspresif anak, kemampuan yang

meningkat dalam berbicara dan berbahasa menjadi lebih mudah diamati. Periode

2-4 tahun pertama menunjukkan peningkatan yang cepat dalam jumlah dan

kompleksitas perkembangan berbicara, kekayaan perbendaharaan kata dan kontrol

neuromotorik. Modulasi suara mungkin masih berlebihan, pengendalian intensitas

suara masih terbatas, demikian pula dengan pengendalian artikulasi dan ritme

berbicara. Selama periode inilah gangguan dalam kelancaran berbicara dapat lebih

kelihatan, seperti gagap atau cara bicara seperti bayi. Pengetahuan bahwa ketidak

lancaran adalah merupakan bagian dari perkembangan normal atas pengendalian

berbicara, akan meredakan kecemasan orang tua.

23

Page 24: RM Gangguan Bicara Pada Autisme

Keterampilan mengartikulasikan suara juga mengikuti pola tertentu. Yang

pertama muncul adalah suara yang paling "mudah dan paling gampang, yaitu

suara bibir (dinyatakan dalam huruf m, p, b, f, v, o). Berikutnya yang terdengar

adalah suara sederhana yang dihasilkan oleh lidah dan gusi (d, n, t). Ketika anak

mulai menguasai kontak lidah-palatum (g, k, ng), sering mereka bingung antara d

dan g serta t dan k terutama bila keduanya muncul dalam satu kata (misalnya dagu

diucapkan dadu atau gagu). Jenis duplikasi fonetik ini sering terjadi pada umur 2

tahun, dan dapat pada umur 3 tahun. Ketika anak belajar membuat pembedaan

suara, mereka juga belajar mengendalikan motorik untuk pola bicara yang lebih

kompleks dan dapat mengucapkan huruf f, v, s dan z. Karena suara-suara itu

mirip, anak umur 3 tahun dapat keliru menyebut f untuk s atau v untuk z.

Pengendalian dari berbagai bunyi ucapan biasanya dikuasai lebih dulu

pada awal kata-kata. Anak umur 2 tahun mungkin menghilangkan suara pada

akhir kata; anak umur 3 tahun dapat terpeleset pada bunyi di tengah kata, dan anak

umur 4-5 tahun dapat mengalami kesulitan dengan kata yang lebih kompleks.

Kesalahan artikulasi dapat terjadi sampai batas umur 7 tahun. Anak umur 4 tahun

adalah penerima bahasa ibu yang baik. Dapat saja terjadi kesalahan artikulasi,

tetapi ucapannya cukup dapat dimengerti dan telah menguasai dasar sintaks,

fonetik dan semantik.19

III.2 Tahapan perkembangan bicara dan bahasa

Perkembangan bicara yang dini berlangsung melalui beberapa tahapan: 22

1. Fase pra bicara ( 0 sampai 10 bulan )

Kemampuan reseptif ditandai dengan berkembangnya kemampuan mengenal

bunyi. Pada fase dini, anak telah bereaksi, kemudian menunjukkan orientasi

pada suara bel. Kemampuan ekspresif awalnya adalah suara guttural saat bayi

24

Page 25: RM Gangguan Bicara Pada Autisme

mengeluarkan suara tenggorok dan berbagai respon fisiologis seperti

menguap, batuk, menangis, gelegekan. Kemudian berkembang dalam bentuk

suara cooing, anak dapat mengeluarkan huruf hidup seperti "aaa-aaa". Umur

3 bulan ia dapat menunjukkan perhatian terhadap suara ibu. Umur 6 bulan

sudah mengeluarkan kombinasi huruf hidup dan mati misalnya "bababa,

dadada" hal ini disebut babbling.

2. Fase naming (10 sampai 18 bulan)

Pada fase ini bayi sudah mengerti bahwa benda atau manusia mempunyai

nama. Ia mulai mengucapka "mama" bila melihat ibunya. Kemampuan

resepif pada umur 1 tahun mungkin sudah mencapai 100 kata walaupun ia

baru mengucapkan 1-2 kata yang berarti. Ia dapat mengikuti perintah bila

orang menggunakan mimik. Umur 2 tahun anak sudah mengerti kata-kata

tanpa mimik. la mulai mengucapkan kalimat pendek dengan irama tertentu

(immature jargoning), kemudian kata-kata bertambah (mature jargoning).

Pada fase ini anak-anak sudah dapat mengucapkan 25 kata. Selama masa ini

menunjuk merupakan hal yang penting. Kemampuan reseptif menyebabkan ia

akan melihat ke arah benda yang ditunjuk. Menunjuk juga merupakan bagian

dari kemampuan ekspresif. Ia menunjuk kepada sesuatu yang menarik

minatnya, sambil berbicara "uh, uh, uh" untuk meminta orang dewasa

mengambil benda tersebut. Hal ini disebut sebagai protoimperative pointing.

Menunjuk juga merupakan bagian dari perkembangan personal-sosial. Dalam

hal ini ia menunjuk bukan untuk mendapatkan benda tersebut, tapi untuk

menyatakan bahwa ia mengerti adanya obyek yang menarik dan

mengharapkan agar mitranya juga merasa tertarik. Hal ini disebut sebagai

protodeclarative pointing.

3. Fase kombinasi huruf (18 sampai 24 bulan)

Ia mengatakan kata yang belum tentu sesuai dengan nama bendanya,

misalnya ia menunjuk kacamata ayahnya dan berkata "papa" bukan

"kacamata". Ia mengucapkan kombinasi kata-kata yang sering didengarnya,

misalnya "makasih". Kemudian muncul bicara telegrafis. Ia mengucapkan

kalimat pendek yang singkat misalnya "keluar" berarti "saya mau pergi keluar

25

Page 26: RM Gangguan Bicara Pada Autisme

rumah", pada saat ini 50% di antara kata-kata yang diucapkannya dapat

dimengerti oleh orang asing. Setelah umur 2 tahun, fungsi berbicara dan

berbahasa berkembang dengan cepat.

4. Fase diferensiasi (2½ - 5 tahun)

Pertambahan keterampilan berbicara pada anak terlihat sangat menonjol.

Anak mulai mengadakan diferensiasi dalam penggunaan kata-kata dan

kalimat. Telah menguasai tata bahasa orang dewasa, perbendaharaan kata

berkembang baik kuantitatif maupun kualitalif. Kata-kata yang telah dikenal

anak sebelumnya mulai lebih terdiferensiasi dalam pemakaiannya, terutama

terhadap kata benda dan kata kerja. Fungsi bahasa untuk komunikasi benar-

benar berfungsi.

5. Perkembangan bahasa sesudah usia 5 tahun

Anak sudah dapat membuat kalimat lengkap. Perkembangan kognitif

akan berkembang terus sampai usia 14 tahun, dan perubahan di bidang

kognitif ini akan tampak pada kemampuan anak di bidang linguistik.

Gangguan bicara dan bahasa terutama pada ASD dapat dideteksi sejak

dini. Di negara Jepang, deteksi dini dilakukan pada bayi usia 18 bulan. Bayi

dengan risiko tinggi bila didapati adanya ketidakpedulian dengan ibu dan orang

sekitar serta tak mau tatap mata.

Ciri-ciri anak dengan risiko tinggi:10

Bayi

1. Ekspresi emosi kurang

2. Tak peduli dan respons kurang terhadap perilaku ibu

3. Tak dapat ditenangkan dengan digendong atau bertemu ibu

4. Tak mampu mempertahankan kontak dengan sesuatu yang asing

5. Tidak tersenyum saat melihat ibu

6. Tak dapat bermain interaktif dengan ibu atau orang lain

Anak usia 2 tahun

1. Tidak bermain pura-pura

2. Tidak menunjuk atau menyebut objek

26

Page 27: RM Gangguan Bicara Pada Autisme

3. Tidak ada minat sosial

4. Tidak ada permainan sosial

5. Gangguan perhatian

Anak usia 3 tahun

1. Gangguan komunikasi baik verbal atau non verbal

2. Gangguan interaksi sosial

3. Gangguan perilaku

4. Gangguan perasaan dan emosi

5. Gangguan persepsi sensorik

BAB IV

TERAPI WICARA PADA AUTISME

Karakteristik gangguan bicara dan bahasa pada anak autis: 23

1. Fonologi:

Banyak anak autis tidak bicara atau “mute”, suara tidak keluar, anak lebih

bergumam atau hanya keluar beberapa bunyi.

27

Page 28: RM Gangguan Bicara Pada Autisme

2. Prosodi:

Anak autis tidak mempunyai variasi nada suara, sehingga nada bicaranya selalu

datar atau kadang-kadang bernada tinggi. Sukar mengatur volume suaranya,

tidak tahu kapan mesti merendahkan volume suara, misal saat membicarakan

hal-hal pribadi.

3. Sintaks:

Sering terjadi gangguan pembentukan kata dalam kalimat. Ekolalia terjadi

karena ada kesulitan dalam menemukan kata atau dapat juga karena anak tidak

mengerti kata atau kalimat.

4. Komprehensi:

Hampir selalu terganggu, sehingga sering ditemukan gangguan interpretasi

bahasa. Misalnya kaki gunung diartikan gunung berkaki. Satu kata yang

mempunyai banyak arti mungkin sulit untuk dimengerti oleh mereka.

5. Semantik:

Selalu terganggu pada anak autis. Kemampuan komunikasi fungsional sangat

terbatas. Isi pembicaraan selalu konkrit, tidak ada imajinasi, dan miskin ide

bicara. Sering menggunakan kata ganti orang yang terbalik, misalnya antara

saya dan kamu, menyebut diri sendiri sebagai “kamu”.

6. Pragmatik:

Selalu ditemukan hambatan dalam komunikasi sosialnya, misalnya:

- tidak dapat berbicara secara bergilir (turn taking)

- bicara banyak tanpa mengerti apa yang dibicarakan

- tidak ada kontak mata dengan lawan bicara

- tidak ada gerakan tubuh (gestures)

- terpaku pada pendapatnya sendiri, bicara selalu ritual dan tidak fleksibel

- sulit memulai pembicaraan

- terus mengulang pertanyaan biarpun telah mengetahui jawabannya atau

mempertahankan topik pembicaraan yang mereka sukai tanpa

mempedulikan lawan bicaranya

- sering bicara sendiri, mengulang potongan kata dari iklan televisi atau lagu

dan mengucapkannya di muka orang lain dalam suasana yang tidak sesuai

28

Page 29: RM Gangguan Bicara Pada Autisme

7. Komunikasi non verbal:

Mereka lebih banyak tidak menggunakan gerakan tubuh untuk

mengekspresikan perasaannya, misal menggelengkan kepala, melambaikan

tangan, dan sebagainya. Biasanya mereka tidak menunjuk atau memakai

gerakan tubuh untuk menyampaikan keinginannya, tetapi dengan memegang

tangan orang tuanya untuk dipakai mengambil barang yang dimaksud.

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam mengajarkan bicara adalah:24

1. Faktor anatomi dan fisiologi

Pemeriksaan mekanisme mulut dan sekitarnya untuk mengetahui apakah ada

kelainan struktur atau fungsi organ bicara. Pada autisme, umumya secara

anatomis normal.

2. Faktor psikologis

Tidak ada kontak dengan orang atau benda

Tidak ada minat

Tidak ada / kurang inisiatif

Tidak tahu mengekpresikan keinginannya

Sangat emosional

Lingkungan rumah yang tidak menunjang perkembangan anak

3. Faktor neurologis

Ada lima saraf otak yang terlibat dalam innervasi musculator untuk bicara,

yaitu nn. V, VII, IX, X, XII

4. Faktor inteligensi

Faktor ini menentukan cepat lambatnya perkembangan bicara anak, anak yang

memiliki intelegensi normal akan cepat mengolah dan memahami tugas-tugas

yang diberikan, sebaliknya anak yang berada di bawah rata-rata proses

penerimaan berfikir dan pemahamannya akan memakan waktu yang cukup

lama

29

Page 30: RM Gangguan Bicara Pada Autisme

Program terapi wicara pada anak autis dibagi menjadi 4 tahap: 24

1. Tahap pertama:

Pada tahap ini, yang harus dilakukan adalah mencapai dahulu kepatuhan,

artinya mulai mampu merespons jika diberikan perintah/tugas. Biasanya

seorang anak autisme yang konsisten memakai metoda ABA (Applied

Behavior Analysis) dengan jumlah jam belajar minimal empat jam perhari akan

tercapai dalam 1-2 bulan.

2. Tahap kedua:

Memberikan modalitas bahasa, perlu diketahui kekurangan anak autisme dalam

bahasa adalah :

Konsep bahasa

Isi bahasa

Penggunaan bahasa

3. Tahap ketiga:

Penting mengajarkan komunikasi, karena mengajarkan bicara membutuhkan

waktu lama maka mengajarkan komunikasi diutamakan, dengan cara

mengajarkan anak berinisiatif, menyampaikan keinginannya, perasaan, dan

pikiran kepada orang lain.

4. Tahap keempat:

Mengajar bicara, terdapat dua aspek yang penting untuk bicara:

1. Aspek sensorik yang meliputi pendengaran, penglihatan dan rabaan (taktil).

Modalitas sensorik ini digunakan sebagai pintu utama untuk mengolah

stimulus dari lingkungan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan

dalam diri anak. Alat yang digunakan berupa benda kongkrit yang mana

dapat dilihat atau diraba – diproses - diamati dan dipahami. Kemudian

ditingkatkan pada tahap yang lebih abstrak yakni foto atau gambar sebagai

representasi dari obyek tadi.

2. Aspek motorik yang berhubungan dengan neurofisiologis atau saraf bicara

di otak untuk mengatur laring dan alat-alat artikulasi yang keduanya

bertanggung jawab mengeluarkan atau memproduksi suara.

30

Page 31: RM Gangguan Bicara Pada Autisme

Bicara dapat diajarkan setelah anak memiliki bahasa baik pasif atau

ekspresif, berarti setelah tiga sampai enam bulan terapi. Harus dibedakan

mengajar bicara pada anak autisme yang verbal atau lisan dengan yang non verbal

(tidak mampu berbicara lisan). Anak non verbal, jenis bantuan visualisasi yang

efisien adalah dengan PECS (picture exchange communication symbol) ataupun

COMPIC (computer pictograms for communication), yang baik untuk mengajar

bahasa atau komunikasi.

Pada anak yang mampu bicara lisan atau verbal penggunaan PECS/

COMPIC juga esensial, sebagai jembatan untuk anak belajar bahasa, komunikasi

dan bicara, tetapi jika ujaran spontanitasnya sudah tercapai baik dalam kata-

kalimat atau dalam komunikasinya sehari-hari, PECS/COMPIC dapat

ditinggalkan.

Tujuan terapi pada anak autisme adalah memfasilitasi pengembangan

komunikasi, interaksi sosial, dan mengatasi gangguan sensorimotor melalui

pelatihan yang terstruktur. Dalam latihan terstruktur, proses mengajarkan

komunikasi pada anak dengan autisme melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:24

1. Menyamakan (matching)

Dalam konsep ini anak diajarkan untuk memasangkan benda/gambar/simbol,

tujuannya adalah agar anak paham bahwa suatu benda/gambar/simbol yang

diberikan kepadanya mempunyai makna tertentu

2. Identifikasi

Pada tahap kedua ini, anak diajari agar tahu nama benda/gambar/simbol.

Anak berespon dengan memegang, mengambil, atau menunjuk

benda/gambar/simbol sesuai dengan nama yang disebutkan oleh terapis.

3. Ekspresi

Anak diminta menjawab pertanyaan tentang nama benda/gambar yang telah

dipahami tadi dengan cara menyebutkannya (melabel) atau menunjuk simbol

(bila anak belum bisa berkomunikasi verbal).

Dalam latihan bicara, kita tidak dapat mengharapkan anak mendapat

perkembangan yang optimum bila hanya mengandalkan latihan selama sesi terapi

31

Page 32: RM Gangguan Bicara Pada Autisme

oleh terapis wicara. Orang tua perlu diberi pengertian dan motivasi agar turut

berpartisipasi secara aktif dalam melatih anak di rumah.

Untuk orang tua, langkah yang perlu diperhatikan adalah:24

1. Tiru dan tambahkan

Anak meniru suara/gerakan ibu, dan ibu menambahkan kata/gerakan baru.

Misalnya ibu mengajarkan kata “baju” sambil memegang bajunya.

2. Interpretasikan

Ibu menginterpretasi apa yang diinginkan anak dengan menggunakan kata-

kata dan/atau tindakan. Contohnya anak menunjuk lubang di celananya

sambil mengeluarkan suara “oh, oh”, lalu ibu dengan tanggap mengatakan

“oh ada LUBANG...LUBANG yang besar di celana ya”. Dengan demikian

anak tahu bahwa kita memahaminya, dan ibu dapat memberikan informasi

yang dibutuhkan pada saat yang tepat.

3. Perluas

Sejalan dengan berkembangnya pemahaman anak, topik pembicaraan

diperluas untuk menambah wawasan dan kemampuannya.

KESIMPULAN

Autism Spectrum Disorder - ASD merupakan gangguan perkembangan

yang kompleks pada interaksi sosial, komunikasi verbal – non verbal, disertai

adanya tanda pola perilaku yang terbatas dan berulang. Diagnosis autisme

32

Page 33: RM Gangguan Bicara Pada Autisme

ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis DSM V. Penanganan anak autis

memerlukan intervensi multidisipliner baik dari bidang neurologi anak, pediatri

sosial, jiwa anak serta rehabilitasi medik.

Tatalaksana utama pada anak ASD adalah terapi non medikamentosa, bila

dalam pengamatan tidak didapati kemajuan dapat dipertimbangkan terapi

farmakologis sesuai gejala yang mengganggu. Tim rehabilitasi medik baik

fisioterapis, okupasi terapis, terapis wicara serta psikolog dapat berperan dalam

memfasilitasi pengembangan komunikasi, interaksi sosial, dan mengatasi

gangguan sensorimotor melalui pelatihan yang terstruktur.

DAFTAR PUSTAKA

1. Yusuf E. Autisme masa kanak. Medan: PS Psikologi FK USU; 2003.2. Augustine M. Terminology, epidemiology, and pathogenesis of autism

spectrum disorder. http://www.uptodate.com/contents/terminology -

33

Page 34: RM Gangguan Bicara Pada Autisme

epidemiology - and –pathogenesis – of – autism – spectrum - disorder. Published 2013. Accessed 10 Oktober, 2013.

3. Hartono B. Autism: Etiology and Pathology In: Pelatihan Rehabilitasi Medik pada Autisme. Semarang: Instalasi Rehabilitasi Medik - RSUP dr. Kariadi; 2002.

4. Soebadi R. Peranan rehabilitasi medik pada autisma. In: Tohamuslim A, Pandji T, Moeliono M, editors. Pertemuan Ilmiah Tahunan II 2003 4-6 September; Bandung PERDOSRI; 2003. p. 83-91.

5. Communication Problems in Children with Autism Spectrum Disorder. National Institute of Deafness and Other Communication Disorders. http://www.nidcd.nih.gov/health/voice/Pages/Communication-Problems-in-Children-with-Autism-Spectrum-Disorder.aspx. Accessed 10 Oktober, 2013.

6. Association AP, Force APAD-T. Diagnostic and statistical manual of mental disorders: DSM-5. 5th ed. Washington, D.C.: American Psychiatric Association; 2013.

7. American Psychiatric Association., American Psychiatric Association. Task Force on DSM-IV. Diagnostic and statistical manual of mental disorders : DSM-IV-TR. 4th ed. Washington, DC: American Psychiatric Association; 2000.

8. WHO. Chapter V: Mental and behavioral disorders. International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems 10th Revision (ICD-10).http://apps.who.int/classifications/icd10/browse/2010/en#/F84.0. Published 2010. Accessed 10 Oktober, 2013.

9. Augustine M. Clinical features of autism spectrum disorder. http://www.uptodate.com/contents/terminology-epidemiology-and-pathogenesis-of-autism-spectrum-disorder. Published 2013. Accessed 10 Oktober, 2013.

10. Yusuf I. Kriteria Diagnosis Autisme dan Problematikanya. In: Pelatihan Rehabilitasi Medik pada Autisme. Semarang: Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP dr. Kariadi; 2002.

11. Augustine M. Diagnosis of Autism Spectrum Disorders. http://www.uptodate.com/contents/diagnosis-of-autism-spectrum-disorder. Published 2013. Accessed 10 Oktober, 2013.

12. Weissman L, Bridgemohan C. Autism spectrum disorder in children and adolescents: Overview of management. http://www.uptodate.com/contents/autism-spectrum-disorder-in-children-and-adolescents-overview-of-management. Published 2013. Accessed Oktober 10, 2013.

13. Puspita D. Terapi applied behavior analysis yang menyenangkan bagi anak ASD. In: Konferensi Nasional Autisme I; 2003 2-4 Juli 2003; Jakarta: PPDSKJI, IDAI, PERDOSSI; 2003. p. 133-149.

14. Weissman L, Bridgemohan C. Autism spectrum disorder in children and adolescents: Behavioral and educational interventions. http://www.uptodate.com/contents/autism-spectrum-disorder-in-children-and-adolescents-behavioral-and-educational-interventions. Published 2013. Accessed 10 Oktober, 2013.

34

Page 35: RM Gangguan Bicara Pada Autisme

15. Weissman L, Bridgemohan C. Autism spectrum disorder in children and adolescents: Pharmacologic interventions. http://www.uptodate.com/contents/autism-spectrum-disorder-in-children-and-adolescents-pharmacologic-interventions. Published 2013. Accessed 10 Oktober, 2013.

16. Sidiarto L. Gangguan Berbahasa dan Bicara pada Disfasia. In: Hartono B, Rahmawati D, editors. Simposium Neuropediatri ”Child who does not speak” 2002; Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro; 2002. p. 7-13.

17. Kusumoputro. Afasia: Gangguan Berbahasa. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 1992.

18. Soetjiningsih, Selina H. Diagnosis dan Tatalaksana Gangguan Bicara Pada Anak In: Simposium dan Pelatihan Deteksi Dini dan Intervensi Dini Penyimpangan Perkembangan; 2005 1-2 Oktober 2005 Surabaya; 2005.

19. Pusponegoro D, Handrastuti S, Kurniati N. Pediatric Neurology and Neuroemergency in Daily Practice. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2006.

20. Hardiono D. Gangguan Komunikasi. In: Achirul B, Aditiawati, editors. Kuliah Umum PIT IDAI I 2001; Palembang: Badan Penerbit IDAI; 2001. p. 67-82.

21. Batson DW, Avent J. Physical Medicine and Rehabilitation. In: Braddom R, editor. Physical Medicine and Rehabilitation. 4 ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2011. p. 53-64.

22. Heidi M. Evaluation and Management speech and language disorder in preschool children. Pediatrics in Review. 2005;26 (4): 131142.

23. Sipala Y. Mengajar wicara pada penyandang autisme. In: Konferensi nasional autisme I; 2003 2-4 Juli 2003; Jakarta: PPDSKJI, IDAI, PERDOSSI; 2003.

24. Sjah S, Fadhilah S. Membantu anak ASD berkomunikasi secara efektif. In: Konferensi Nasional Autisme I; 2003 2-4 Juli 2003; Jakarta: PPDSKJI, IDAI, PERDOSSI; 2003. p. 213-220.

35