Rkpd Kota Banjarbaru 2015

download Rkpd Kota Banjarbaru 2015

of 61

Transcript of Rkpd Kota Banjarbaru 2015

  • 7/21/2019 Rkpd Kota Banjarbaru 2015

    1/61

    RKPD Kota Banjarbaru Tahun 2015 45

    PEMERINT H KOT B NJ RB RU

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A.

    Latar Belakang

    Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

    Pembangunan Nasional (SPPN) mengamanatkan penyusunan Rencana

    Pembangunan Jangka Panjang (RPJP); Rencana Pembangunan Jangka

    Menengah (RPJM); dan Rencana Pembangunan Tahunan atau Rencana Kerja

    Pemerintah (RKP). Amanat undang-undang tersebut dijabarkan ke dalam

    Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, tata cara Penyusunan,

    Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.

    Untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tersebut

    Pemerintah telah menetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010

    tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan,

    Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan RencanaPembangunan Daerah, yang didalamnya mengatur tahapan, tata cara penyusunan,

    pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah yang meliputi

    RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD, RKPD, dan Renja SKPD.

    Dalam melaksanakan amanat undang-undang, peraturan pemerintah, serta

    Peraturan Menteri Dalam Negeri tersebut di atas, Pemerintah Kota Banjarbaru telah

    menyusun dokumen RPJP Kota Banjarbaru 2005-2025 yang ditetapkan dengan

    Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011. Untuk dokumen RPJMD Tahap I (2005-

    2010) telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2005, sedang

    RPJMD Tahap II (2011-2015) telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 14

    Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota

    Banjarbaru Tahun 2011-2015.Penyusunan RPJMD mengacu kepada RPJPD 2005-2025, yang memuat :

    visi, misi dan program prioritas Kepala Daerah terpilih; dan rancangan rencana

    teknokratik. RPJMD yang merupakan visi, misi dan program prioritas dari Kepala

    Daerah terpilih yang akan dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat daerah

    melalui program dan kegiatan yang dituangkan dalam Rencana Strategis dari

    Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra-SKPD). RPJMD akan dijabarkan dengan

    rencana pembangunan tahunan/Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).

    B. Dasar Hukum Penyusunan

    Landasan hukum yang digunakan dalam penyusunan Rencana Kerja

    Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Banjarbaru Tahun 2014 ini adalah:

    1. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah

    Tingkat II Kota Banjarbaru (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999

    Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3822);

    2.

    Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran

    Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara

    Republik Indonesia Nomor 4286);

    3.

    Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan

    Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

    4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

    Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

    Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

    5.

    Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

    Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

    Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali dan

    terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan

    Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

    Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan

    Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

  • 7/21/2019 Rkpd Kota Banjarbaru 2015

    2/61

    RKPD Kota Banjarbaru Tahun 2015 46

    PEMERINT H KOT B NJ RB RU

    6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

    Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

    Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik

    Indonesia Nomor 4438);

    7.

    Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka

    Panjang (RPJP) Nasional Tahun 2005-2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia

    Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

    4700);

    8.

    Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

    Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor

    82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

    9.

    Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

    10.

    Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 136, Tambahan

    Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4574);

    11. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan

    Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575);

    12.

    Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah Kepada Daerah

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 139, Tambahan

    Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4577);

    13.

    Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

    Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140,

    Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

    14. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

    Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan

    Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota(Lembaran Negara Republik Indonesia

    Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

    4737);

    15. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat

    Daerah(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan

    Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);

    16.

    Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi

    Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

    Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

    4815);

    17.

    Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas

    Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20,

    Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816);

    18.

    Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara

    Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan

    Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan

    Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

    19. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana

    Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014;

    20.

    Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

    Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali dan

    terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang

    Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006

    tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara Republik

    Indonesia Tahun 2011 Nomor 310);

    21.

    Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan

    Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata cara

    Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan

    Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 517);

  • 7/21/2019 Rkpd Kota Banjarbaru 2015

    3/61

    RKPD Kota Banjarbaru Tahun 2015 47

    PEMERINT H KOT B NJ RB RU

    22. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 17 Tahun 2009 tentang

    Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kalimantan Selatan

    Tahun 2005-2025;

    23.

    Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 17 Tahun 2009 tentang

    Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kalimantan Selatan

    Tahun 2011-2015;

    24. Peraturan Daerah Kota Banjarbaru Nomor 2 Tahun 2008 tentang Urusan

    Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kota Banjarbaru(Lembaran

    Daerah Kota Banjarbaru Tahun 2008 Nomor 2 Seri D Nomor Seri 1);

    25. Peraturan Daerah Kota Banjarbaru Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pembentukan,

    Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah di Lingkungan Pemerintah Kota

    Banjarbaru (Lembaran Daerah Kota Banjarbaru Tahun 2008 Nomor 11 Seri D

    Nomor Seri 5) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota

    Banjarbaru Nomor 20 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah

    Kota Banjarbaru Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Organisasi dan

    Tata Kerja Dinas Daerah

    di Lingkungan Pemerintah Kota Banjarbaru (Lembaran Daerah Kota Banjarbaru

    Tahun 2011 Nomor 20);

    26.

    Peraturan Daerah Kota Banjarbaru Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pembentukan,

    Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah dan Satuan Polisi Pamong

    Praja Kota Banjarbaru (Lembaran Daerah Kota Banjarbaru Tahun 2008 Nomor

    12 Seri D Nomor Seri 6) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota

    Banjarbaru Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah

    Kota Banjarbaru Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Organisasi dan

    Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah dan Satuan Polisi Pamong Praja Kota

    Banjarbaru (Lembaran Daerah Kota Banjarbaru Tahun 2011 Nomor 21);

    27.

    Peraturan Daerah Kota Banjarbaru Nomor 11 Tahun 2011 tentang Rencana

    Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Banjarbaru Tahun 2011-2025

    (Lembaran Daerah Kota Banjarbaru Tahun 2011 Nomor 11);

    28. Peraturan Daerah Kota Banjarbaru Nomor 14 Tahun 2011 tentang Rencana

    Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Banjarbaru Tahun 2011-2015

    (Lembaran Daerah Kota Banjarbaru Tahun 2011 Nomor 14);

    29.

    Peraturan Daerah Kota Banjarbaru Nomor 14 Tahun 2013 tentang Anggaran

    Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Banjarbaru Tahun Anggaran 2014

    (Lembaran Daerah Kota Banjarbaru Tahun 2013 Nomor 14);

    30.

    Peraturan Walikota Banjarbaru Nomor 55 Tahun 2013 tentang Penjabaran

    Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Banjarbaru Tahun Anggaran

    2014 (Berita Daerah Kota Banjarbaru Tahun 2013 Nomor 55).

    C.

    Hubungan Antar Dokumen

    1.

    RKPD dan RPJM Nasional

    RPJM Nasional menjadi acuan penyusunan Rancangan Awal RKPD, khususnya

    dalam menjabarkan program-program sektoral dan program

    kewilayahan/regional. Program yang bersifat sektoral, antara lain dapat dilihat

    pada Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan

    yang Berkeadilan. Inpres ini memuat program-program yang dinaungi ke dalam

    Program Pro-Rakyat, Program Keadilan untuk Semua (justice for all); dan Program

    Pencapaian Tujuan Milenium (Millenium Development Goals-MDGs).

    2.

    RKPD dan RPJM Provinsi Kalimantan Selatan

    Program pembangunan daerah yang tertuang dalam RPJMD dijabarkan ke dalam

    RKPD, dengan memperhatikan hasil evaluasi capaian kinerja RKPD tahun

    sebelumnya dan mengacu Rancangan Awal RKPD Provinsi.

    3.

    RKPD dan RPJM Kota Banjarbaru

  • 7/21/2019 Rkpd Kota Banjarbaru 2015

    4/61

    RKPD Kota Banjarbaru Tahun 2015 48

    PEMERINT H KOT B NJ RB RU

    RKPDKota Banjarbaru Tahun 2015 ini merupakan tahun terakhir pelaksanaan

    RPJMD Kota Banjarbaru 2011-2015, yaitu tahun keempat : perencanaan tahun

    2014 untuk dilaksanakan tahun 2015.

    4.

    RKPD dan RTRW Kota Banjarbaru

    Penyusunan RKPD memperhatikan dan mempertimbangkan pola dan struktur

    ruang RTRW Kota Banjarbaru sebagai dasar menetapkan lokasi program

    pembangunan yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang daerah di Kota

    Banjarbaru.

    5.

    RKPD dan Renja SKPD

    Rancangan Renja SKPD disusun mengacu pada rancangan awal RKPD, yang

    digunakan sebagai acuan perumusan program, kegiatan, indikator kinerja dan

    dana indikatif dalam Renja SKPD, sesuai dengan rencana program prioritas pada

    rancangan awal RKPD.

    D.

    Sistematika Dokumen RKPD

    RKPD Kota Banjarbaru Tahun 2015 disusun dengan sistematika sebagai

    berikut :

    BAB I : Pendahuluan, menguraikan mengenai latar belakang penyusunan,

    pengertian dan proses penyusunan, landasan hukum yang digunakan,

    kedudukan dan keterkaitan antara dokumen RKPD dengan dokumen

    perencanaan lainnya, sistimatika atau kerangka pemikiran tentang

    substansi RKPD yang ingin dituju berdasarkan tema perencanaan

    tahunan yang dicanangkan, serta maksud dan tujuan penyusunan,

    RKPD.

    BAB II : Evaluasi Hasil Pelaksanaan RKPD Tahun Lalu dan Capaian Kinerja

    Penyelenggaraan Pemerintahan, memuat gambaran umum kondisi

    daerah terkini berdasarkan capaian target pembangunan tahun 2013,

    evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan, hasil capaian program dan

    kegiatan yang direncanakan tahun 2015 serta permasalahan

    pembangunan daerah.

    BAB III : Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah, memuat kerangka ekonomi

    daerah/gambaran kondisi ekonomi mencakup : indikator pertumbuhan

    ekonomi daerah, sumber-sumber pendapatan dan kebijakan pemerintah

    daerah yang diperlukan dalam pembangunan perekonomian daerah,

    meliputi pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah.

    BAB IV : Prioritas Pembangunan Daerah, menjelaskan tujuan dan sasaran

    prioritas pembangunan daerah.

    BAB V : Rencana Program dan Kegiatan Prioritas Daerah, memuat rincian

    rencana program dan kegiatan prioritas RKPD tahun 2015 yang disusun

    oleh instansi pelaksana/SKPD, indikator capaian masing-masing

    program dan kegiatan serta pagu indikatifnya.

    BAB VI : Penutup, menjelaskan tahapan-tahapan sistematika atau hal-hal pokok

    yang termuat dalam keseluruhan RKPD, sebagai pedoman bagi semua

    pihak dalam memfungsikan RKPD sesuai dengan ketentuan

    perundangan yang berlaku.

  • 7/21/2019 Rkpd Kota Banjarbaru 2015

    5/61

    RKPD Kota Banjarbaru Tahun 2015 49

    PEMERINT H KOT B NJ RB RU

    E. Maksud dan Tujuan

    Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Banjarbaru Tahun 2015

    disusun dengan maksud untuk :

    a.

    Menyediakan acuan resmi bagi Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat

    Daerah dalam rangka menyusun Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja

    Daerah (RAPBD) yang didahului dengan penyusunan Kebijakan Umum APBD

    (KUA), serta penentuan Prioritas dan Pagu Anggaran Sementara (PPAS) Tahun

    2015;

    b. Sebagai pedoman Penyusunan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah

    (Renja SKPD) Tahun 2015.

    Tujuan Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kota Banjarbaru

    adalah untuk menciptakan sinergisitas dalam pelaksanaan pembangunan daerah

    antar wilayah, antar sektor pembangunan dan antar tingkat pemerintahan serta

    menciptakan efisiensi alokasi sumber daya dalam pembangunan daerah.

  • 7/21/2019 Rkpd Kota Banjarbaru 2015

    6/61

    RKPD Kota Banjarbaru Tahun 2015 50

    PEMERINT H KOT B NJ RB RU

    BAB II

    EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU

    DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

    A.

    Gambaran Umum Kondisi Daerah

    1.

    Aspek Geografis dan Demografi

    Kota Banjarbaru, secara geografis, terletak pada 03027-03029 Lintang

    Selatan dan 114045-11404545 Bujur Timur dengan batas-batas wilayah sebagai

    berikut :

    ~ Sebelah Utara, berbatasan dengan Kecamatan Martapura, Kabupaten Banjar;

    ~ Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Karang Intan, Kabupaten

    Banjar;

    ~ Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Gambut dan Aluh-Aluh

    Kabupaten Banjar;

    ~ Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah

    Laut

    Luas wilayah Kota Banjarbaru 371,3 km2 dengan ketinggian berada pada

    0-500 m dari permukaan laut. Dari luas wilayah tersebut dapat dibedakan atas

    wilayah kelerengan 0-2% mencakup 59,35 persen luas wilayah, kelerengan 2-8%

    mencakup 25,78 persen wilayah, kelerengan 8-15% mencakup 12,08 persen

    wilayah. Kota Banjarbaru memiliki iklim tropis berkisar antara 23,3oC-32,7oC

    dengan kelembaban udara rata-rata berkisar antara 47%- 98%.

    Kota Banjarbaru secara administratif terdiri dari 5 Kecamatan dan 20

    Kelurahan, yaitu : Kecamatan Landasan Ulin, Kecamatan Liang Anggang,

    Kecamatan Cempaka, Kecamatan Banjarbaru Utara dan Kecamatan Banjarbaru

    Selatan,

    Pengembangan potensi wilayah secara spasial yang dilakukan melalui

    kebijakan pengembangan kawasan strategis Provinsi Kalimantan Selatan, Kota

    Banjarbaru termasuk dalam Kawasan Strategis Untuk Pertumbuhan Ekonomi

    yakni Kawasan Metropolitan Banjar Bakula yang meliputi wilayah administrasi

    pemerintahan Kota Banjarmasin, Kota Banjarbaru, sebagian Kabupaten Banjar,

    sebagian Kabupaten Barito Kuala, sebagian Kabupaten Tanah Laut.

    Jumlah penduduk Kota Banjarbaru mengalami peningkatan dari tahun

    ke tahun. Pada tahun 2011 jumlah penduduk Kota Banjarbaru sebesar 203.398

    jiwa dan tahun 2012 menjadi 213.998 jiwa, kemudian pada tahun 2013

    mengalami peningkatan mencapai 220.168 jiwa yang terdiri dari 112.819 jiwa

    laki-laki dan 107.349 jiwa perempuan. Rata-rata laju pertumbuhan penduduk

    Banjarbaru dari tahun 2009-2013 sebesar 6,53% dengan tingkat kepadatan pada

    tahun 2013 mencapai 593 orang per km2. Kota Banjarbaru yang identik sebagai

    Kota Pendidikan di mana terdapat berbagai perguruan tinggi negeri maupun

    swasta menyebabkan banyaknya pendatang yang berdomisili untuk menuntut

    ilmu. Selain itu, posisi Kota Banjarbaru yang cukup strategis baik secara

    administratif maupun akses ekonomi mendorong peningkatan jumlah penduduk

    sehingga mendorong perkembangan pembangunan perumahan yang cukup pesat

    beberapa tahun terakhir.

    2.

    Aspek Kesejahteraan Masyarakat

    a.

    Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

    1)

    Pertumbuhan ekonomi

    Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai

    dampak dari kebijaksanaan pembangunan yang telah diambil,

    khususnya dalam bidang ekonomi. Indikator ini memiliki arti penting

    bagi pemangku kebijakan untuk mengetahui keberhasilan

  • 7/21/2019 Rkpd Kota Banjarbaru 2015

    7/61

    RKPD Kota Banjarbaru Tahun 2015 51

    PEMERINT H KOT B NJ RB RU

    pembangunan yang telah dicapai, serta berguna sebagai bahan untuk

    menentukan kebijakan dan arah pembangunan di masa yang akan

    datang.

    Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat diartikan

    perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan

    barang danjasayang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan

    kemakmuran masyarakat meningkat.

    Gambaran tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih realistis

    atau riil dapat dilihat berdasarkan pertumbuhan PDRB atas dasar harga

    konstan (tahun dasar 2000).

    Gambar 1

    Perkembangan Nominal PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas

    Dasar Harga Konstan Tahun 2009-2012 dan Perkiraan Tahun 2013

    (Milyar Rupiah)

    Sumber : Indikator Makro Ekonomi Kota Banjarbaru, Tahun 2013* Angka Perkiraan

    Selama tahun 2009 sampai dengan 2012 perkembangan nominal

    PDRB Kota Banjarbaru terus meningkat dari sebesar 1.696,61 milyar

    rupiah menjadi 2.360,08 milyar dan diperkirakan pada tahun 2013

    meningkat sebesar 2.657,29 milyar rupiah. Besaran PDRB ini dari

    tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan

    bahwa aktifitas kegiatan ekonomi Kota Banjarbaru mengalamipeningkatan baik dari nilai nominal maupun realitas produksinya.

    Pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan diharapkan

    dapat memberikan dampak pada beberapa aspek. Pertama,

    meningkatkan taraf hidup masyarakat, serta memperluas kesempatan

    kerja dan pemerataan pembagian pendapatan masyarakat. Kedua,

    meningkatkan hubungan ekonomi dan mengusahakan adanya

    pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan

    tersier, sehingga tercipta pendapatan masyarakat yang meningkat secara

    mantap dengan tingkat pemerataan yang baik.

    1,696.611,887.95

    2,115.58

    2,360.08

    2,657.29

    901.43 954.18 1,011.34 1,073.88

    1,141.26

    0.00

    500.00

    1,000.00

    1,500.00

    2,000.00

    2,500.00

    3,000.00

    2009 2010 2011 2012 2013*

    ADHB ADHK

    http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/04/produk-jasa-pengertian-karakteristik.htmlhttp://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/04/produk-jasa-pengertian-karakteristik.html
  • 7/21/2019 Rkpd Kota Banjarbaru 2015

    8/61

    RKPD Kota Banjarbaru Tahun 2015 52

    PEMERINT H KOT B NJ RB RU

    Gambar 2Pertumbuhan Ekonomi Kota Banjarbaru

    Periode 2009-2012 dan Perkiraan Tahun 2013

    Sumber : PDRB Kota Banjarbaru* Angka Perkiraan

    2)

    Struktur Ekonomi

    Struktur perekonomian Kota Banjarbaru masih didominasi oleh

    peranan sektor tersier dan sektor sekunder. Hal ini disebabkan Kota

    Banjarbaru tidak memiliki Sumber Daya Alam yang berlimpah. Selain

    itu, Banjarbaru merupakan wilayah permukiman dan perkantoran.

    Peranan sektor tersier dalam struktur perekonomian

    Kota Banjarbaru diperkirakan mengalami peningkatan dari 54,78 persenpada tahun 2012 menjadi 55,35 persen pada tahun 2013. Hal ini

    dikarenakan sektor jasa-jasa yang terus mengalami perkembangan.

    Sementara itu, peranan sektor sekunder diperkirakan cenderung

    mengalami penurunan sedikit dibanding tahun 2012, yaitu dari 33,22

    persen pada tahun 2012 menjadi 32,86 persen di tahun 2013. Hal ini

    merupakan kelanjutan dari adanya beberapa perusahaan industri besar

    sedang yang tutup sejak tahun 2011.

    Tabel 1.

    Struktur Perekonomian Kota Banjarbaru

    Tahun 2009-2012 dan Perkiraan Tahun 2013

    Lapangan Usaha 2009 2010 2011 2012 2013*

    Sektor Primer 13,12 12,63 12,34 13,00 11,79

    Pertanian 4,21 4,35 4,24 4,14 3,99

    Pertambangan dan Penggalian 8,91 8,28 8,10 7,86 7,80

    Sektor Sekunder 35,11 34,25 33,58 33,22 32,86

    Industri 13,04 12,50 12,24 12,09 11,89

    Listrik dan Air 2,53 2,88 2,82 2,76 2,80

    Bangunan 19,54 18,87 18,52 18,37 18,17

    Sektor Tersier 51,76 53,12 54,08 54,78 55,35

    Perdagangan, Hotel danRestoran

    18,89 18,45 18,82 19,41 19,95

    Pengangkutan dan Komunikasi 7,66 7,96 7,84 7,76 7,64

    Keuangan, Persw dan Jasa Prsh. 3,75 3,96 4,14 3,94 3,82

    Jasa- jasa 21,46 22,75 23,28 23,67 23,94

    PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

    Sumber : Indikator Makro Ekonomi Tahun 2013* Angka Perkiraan

    3) PDRB Per Kapita

    Salah satu indikator kesejahteraan penduduk adalah pendapatan

    per kapita yang dapat diwakili oleh PDRB per kapita. Rata-rata PDRB

    per kapita Kota Banjarbaru selama periode 2009-2012 sebesar 10,30

    5.91

    5.85

    5.99

    6.18

    6.27

    5.6

    5.7

    5.8

    5.9

    6

    6.1

    6.2

    6.3

    6.4

    2009 2010 2011 2012 2013*

  • 7/21/2019 Rkpd Kota Banjarbaru 2015

    9/61

    RKPD Kota Banjarbaru Tahun 2015 53

    PEMERINT H KOT B NJ RB RU

    juta rupiah dan pada tahun 2013 diperkirakan sebesar 12,07 juta

    rupiah. Seiring dengan peningkatan pendapatan per kapita atas dasar

    harga berlaku, maka diharapkan kemampuan daya beli penduduk per

    kapita juga mengalami peningkatan.

    Tingkat kesejahteraan masyarakat tidak hanya ditentukan oleh

    pendapatan per kapita yang tinggi, melainkan juga harus diikuti dengan

    pemerataan pendapatan yang diterima oleh masyarakat itu sendiri

    dengan kata lain pendapatan yang tinggi tidak akan berarti jika hanya

    dinikmati oleh golongan tertentu saja.

    Tabel 2.

    PDRB per kapita Kota Banjarbaru Tahun 2009-2012 dan perkiraan

    Tahun 2013

    Tahun PDRB Perkapita Per Tahun (Rp)

    2009 8.870.760,-

    2010 9.382.034,-

    2011 10.401.184,-2012 11.125.925,-

    2013* 12.069.361,-

    Sumber : Indikator Makro Ekonomi Tahun 2013

    4) Laju Inflasi

    Sepanjang tahun 2009 sampai dengan tahun 2013, tingkat inflasi

    (tahunan) di Kalimantan Selatan mengalami gejolak naik dan turun.

    Inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu mencapai 9,06 persen.

    Naiknya inflasi pada periode ini diakibatkan kondisi cuaca yang kurang

    mendukung dan gelombang yang tinggi sehingga jalur distribusi barang

    terhambat dan pasokan barang menjadi terbatas.Tahun 2011 inflasi di Kalimantan Selatan kembali turun

    mencapai 3,98 persen, jauh diatas inflasi nasional yang hanya mencapai

    3,79 persen. Melambatnya laju inflasi ini terutama dipengaruhi

    turunnya tekanan permintaan serta lancarnya pasokan bahan makanan

    secara umum. Hal ini terjadi karena dukungan kondisi cuaca yang baik

    sehingga mendorong peningkatan produksi padi dan harga beras dapat

    dikendalikan serta lancarnya pasokan bahan makanan seperti sayuran,

    bumbu-bumbuan dan gula pasir dari Pulau Jawa. Peningkatan

    produksi peternakan ayam ras pedaging yang disebabkan karena karena

    curah hujan yang moderat sehingga ayam tidak mudah terserang

    penyakit juga turut andil dalam menjaga inflasi selama tahun 2011.Selain itu harga emas yang sempat mengalami penurunan harga

    khususnya pada bulan Oktober dan Desember turut mengurangi

    tekanan inflasi pada tahun 2011.

    Inflasi Kalimantan Selatan Tahun 2012 tercatat 5,96 persen.

    Angka tersebut berada di atas angka inflasi rata-rata Kalimantan

    maupun inflasi nasional yang masing-masing tercatat sebesar 5,29

    persen dan 4,31 persen dan pada tahun 2013 kembali naik menjadi 6,98

    persen.

  • 7/21/2019 Rkpd Kota Banjarbaru 2015

    10/61

    RKPD Kota Banjarbaru Tahun 2015 54

    PEMERINT H KOT B NJ RB RU

    Gambar 3.

    Inflasi Tahunan di Propinsi Kalimantan Selatan tahun 2009-2013

    Sumber : Statistik Ekonomi Keuangan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan

    Dilihat dari kelompok pengeluarannya, meningkatnya inflasi

    tahunan pada tahun 2013 didorong oleh inflasi pada kelompok

    transportasi dan komunikasi sebesar 12,36 persen, bahan makanan

    sebesar 9,94 persen, perumahan sebesar 6,19 persen dan kelompok

    makanan jadi sebesar 5,55 persen. Tujuh kelompok pengeluaran yang

    memberikan pengaruh terbesar dalam peningkatan inflasi selama tahun

    2013 ditunjukkan pada tabel berikut :

    Tabel 3.

    Tujuh Kelompok Pengeluaran Inflasi Utama Tahun 2013

    Kelompok Persentase Perubahan Harga

    Bahan Makanan 9,94

    Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 5,55

    Perumahan 6,19

    Sandang -2,25

    Kesehatan 3,28

    Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 2,36

    Transportasi dan Komunikasi 12,36

    Total 6,98

    Sumber : Statistik Ekonomi Keuangan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan

    Seiring dengan membaiknya kinerja perbankan, meningkatnya

    pendapatan masyarakat, dan semakin banyaknya produk perbankan

    yang ditawarkan, mendorong penghimpunan dana khususnya dari

    dalam negeri mengalami peningkatan. Dalam menjalankan operasional

    kegiatan perbankan, Bank memiliki tiga sumber dana yaitu ; (1) dana

    yang bersumber dari masyarakat, (2) dana yang bersumber dari bank itu

    sendiri, (3) dana yang bersumber dari lembaga lain. Penghimpunan dana

    pihak ketiga (DPK) yang berasal dari masyarakat berupa giro, deposito

    dan tabungan. Penghimpunan dana yang dilakukan perbankan di Kota

    Banjarbaru sampai bulan Desember tahun 2013 mencapai 2,35 trilyun

    rupiah atau meningkat sebesar 3,52 persen dibandingkan periode yang

    sama pada tahun sebelumnya yang mencapai 2,27 trilyun rupiah. Dari

    seluruh dana yang dihimpun dari masyarakat, yang terbesar berasal dari

    tabungan yaitu sebesar 1,65 trilyun rupiah atau 70,10 persen dari total

    dana yang dihimpun. Sementara itu, jenis simpanan deposito

    merupakan yang terkecil dari total dana yang dihimpun dari masyarakat,

    yaitu sebesar 268,99 milyar rupiah atau sebesar 11,43 persen dari

    keseluruhan dana yang dihimpun dari masyarakat.

    Gambar 4.

    3.86

    9.06

    3.98

    5.96

    6.98

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    78

    9

    10

    2009 2010 2011 2012 2013

    Kalimantan Selatan

  • 7/21/2019 Rkpd Kota Banjarbaru 2015

    11/61

    RKPD Kota Banjarbaru Tahun 2015 55

    PEMERINT H KOT B NJ RB RU

    Perkembangan Penghimpunan Dana Perbankan di Kota Banjarbaru

    Tahun 2009-2013 (Milyar Rupiah)

    Sumber : Statistik Ekonomi Keuangan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan

    Kegiatan intermediasi bank selain penghimpunan dana adalah

    penyaluran kredit. Fungsi intermediasi bank akan berjalan dengan baik

    jika kemampuan menghimpun dana dan penyaluran kredit berjalan

    seirama. Oleh karena itu, bank berusaha untuk menawarkan berbagai

    macam kredit dan beragam keuntungan.

    Tabel 4.

    Penyaluran Kredit menurut Jenis Penggunaan

    di Kota Banjarbaru Tahun 2009-2013 (Milyar Rupiah)

    TahunJenis Penggunaan Kredit

    Modal Kerja Investasi Konsumsi Jumlah

    2009 400,35 111,37 868,88 1.380,60

    2010 432,60 103,11 1.031,24 1.566,95

    2011 537,26 162,83 1.321,66 2.021,75

    2012 670,39 397,21 1.368,85 2.436,45

    2013 853,54 527,55 1.902,32 3.283,16

    Sumber : Statistik Ekonomi Keuangan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan

    Secara umum jumlah penyaluran kredit pada posisi bulan

    Desember tahun 2013 di Kota Banjarbaru adalah sebesar 3,28 trilyun

    rupiah atau meningkat sebesar 34,76 persen dibandingkan tahun 2012

    yang mencapai 2,44 trilyun rupiah. Dari total penyaluran kredit tahun

    2013 sebesar 1,28 trilyun rupiah digunakan untuk konsumsi dengan

    sebesar 58,44 persen. Disalurkan untuk modal kerja sebesar 25,45

    persen dan untuk investasi sebesar 16,11 persen.

    Besarnya proporsi kredit untuk konsumsi sebenarnya kurang

    menggembirakan bagi dunia usaha karena orang lebih cenderung

    menggunakan uangnya untuk hal-hal yang kurang produkif dan bukan

    menggunakan pada hal-hal yang dapat meningkatkan penghasilan

    keluarga atau dapat dikatakan adanya kecenderungan untuk berlaku

    konsumtif.

    Bila dilihat menurut sektor ekonomi, hampir semua sektor

    mengalami peningkatan dalam hal penyerapan kredit, kecuali sektor

    industri pengolahan yang justru mengalami penurunan yaitu dari 88,51

    miliar rupiah pada tahun 2011 turun menjadi 19,96 miliar rupiah tahun

    2012 dan terjadi peningkatan kembali pada tahun 2013 sebesar 27,18

    milyar. Penurunan penyerapan kredit untuk sektor industri pengolahan

    ini seiring dengan derasnya produk dan jasa impor karena bea masuk

    terlalu liberal. Semua itu mengakibatkan penyaluran kredit dari

    perbankan terhadap para pelaku usaha di bidang ini juga menurun

    karena usaha mereka tidak semaju sebelumnya.

    257.50 295.71388.60

    550.34 550.34

    155.42238.47 285.20 282.49 268.99

    627.02

    808.01

    1,118.46

    1,435.82

    1,648.65

    0.00

    200.00

    400.00

    600.00

    800.00

    1000.00

    1200.00

    1400.00

    1600.00

    1800.00

    2009 2010 2011 2012 2013

    Giro Deposito Tabungan

  • 7/21/2019 Rkpd Kota Banjarbaru 2015

    12/61

    RKPD Kota Banjarbaru Tahun 2015 56

    PEMERINT H KOT B NJ RB RU

    Tabel 5.

    Penyaluran Kredit Menurut Sektor

    di Kota Banjarbaru Tahun 2011-2013 (Milyar Rupiah)

    Sektor

    Penyaluran Kredit

    2011 2012 2013

    Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 12,65 21,67 19,79

    Pertambangan & Penggalian 9,15 15,37 7,19

    Industri Pengolahan 88,51 19,96 27,18

    Listrik, Gas & Air Bersih 1,11 1,80 3,59

    Konstruksi 69,39 78,18 128,81

    Perdagangan, Hotel & Restoran 221,09 325,25 400,15

    Pengangkutan & Komunikasi 10,82 35,03 27,45

    Keuangan, Real Estate & Jasa Perusahaan 52,15 59,49 69,99

    Jasa-Jasa 40,09 55,48 52,67

    Jumlah 504,95 612,16 736,81

    Sumber : Indikator Makro Ekonomi Tahun 2013

    b.

    Kesejahteraan Masyarakat

    1)

    Pendidikan

    a)

    Angka Melek Huruf

    Pada hakekatnya pendidikan merupakan usaha sadar

    manusia untuk mengembangkan kepribadian di dalam maupun di

    luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Oleh karenanya

    pendidikan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia. Dalam

    konteks pembangunan daerah, keberhasilan pembanguan di bidang

    pendidikan akan meningkatkan kualitas tenaga penggerak

    pembangunan itu sendiri sehingga diharapkan hasil yang dicapai

    oleh pembangunan ke depannya lebih berkualitas.

    Pencapaian hasil pembangunan dalam dimensi pendidikan

    diukur dengan 2 variabel, yaitu rata-rata lama sekolah dan angka

    melek huruf. Rata-rata Lama Sekolah adalah rata-rata jumlah

    tahun yang dihabiskan oleh penduduk berusia 15 tahun ke atas

    untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah

    dijalani. Ukuran yang sangat mendasar dari indikator pendidikan,

    secara makro adalah kemampuan baca tulis (melek huruf)

    penduduk, yaitu kemampuan untuk membaca dan menulis huruf

    latin dan huruf lainnya. Angka Melek Huruf (AMH) penduduk

    dewasa adalah proporsi penduduk berusia 15 tahun ke atas yang

    dapat membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya.

  • 7/21/2019 Rkpd Kota Banjarbaru 2015

    13/61

    RKPD Kota Banjarbaru Tahun 2015 57

    PEMERINT H KOT B NJ RB RU

    Gambar 5.

    Perkembangan Angka Melek Huruf Penduduk Kota Banjarbaru

    Tahun 2009-2013

    Sumber : BPS Kota Banjarbaru

    Perkembangan angka melek huruf dan angka rata-rata

    sekolah di Kota Banjarbaru setiap tahun terus mengalami

    peningkatan, hal ini dapat dilihat pada gambar 9 dan gambar 10.

    Angka melek huruf Kota Banjarbaru pada tahun 2013 sebesar 98,91

    persen. Hal ini berarti 1,09 persen saja penduduk usia 15 tahun ke

    atas yang tidak dapat membaca dan menulis.

    b)

    Angka Rata-Rata Lama Sekolah

    Sementara pada tahun 2012 rata-rata lama sekolah KotaBanjarbaru cukup tinggi yaitu sebesar 10,66 tahun. Artinya rata-

    rata penduduk Kota Banjarbaru telah mengentaskan pendidikan

    sampai di kelas 3 SMA. Hal ini menunjukkan program pemerintah

    wajib belajar 9 tahun sudah berhasil.

    Gambar 6.

    Perkembangan Rata-rata Lama Sekolah Kota Banjarbaru

    Tahun 2009-2012 dan Perkiraan Tahun 2013

    Sumber : BPS Kota Banjarbaru

    Peran SDM berkualitas sangat strategis dalam

    pembangunan/ pengembangan wilayah, di samping sebagai subyek

    sekaligus obyek dari pembangunan/pengembangan wilayah

    tersebut. SDM berkualitas merupakan faktor yang menentukan

    maju tidaknya suatu daerah. Salah satu hal yang dapat dilakukan

    dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah melalui

    peningkatan taraf pendidikan.

    98.198.22

    98.95

    98.53

    98.91

    97.6

    97.8

    98

    98.2

    98.4

    98.6

    98.8

    99

    99.2

    2009 2010 2011 2012 2013

    9.749.85

    10.06

    10.66 10.69

    9.2

    9.4

    9.6

    9.8

    10

    10.2

    10.4

    10.6

    10.8

    2009 2010 2011 2012 2013*

  • 7/21/2019 Rkpd Kota Banjarbaru 2015

    14/61

    RKPD Kota Banjarbaru Tahun 2015 58

    PEMERINT H KOT B NJ RB RU

    Kota Banjarbaru menjadi barometer untuk kualitas

    penduduk Kalimantan Selatan, karena selain angka melek dan

    angka partisipasi tinggi, persentase penduduk yang menamatkan

    pendidikan tinggi juga jauh lebih banyak dibandingkan kabupaten

    lain. Di Kota Banjarbaru selain berdiri Universitas Negeri tertua di

    Kalimantan Selatan, tersebar juga beberapa perguruan tinggi

    dengan berbagai jurusan.

    c)

    Angka Partisipasi Sekolah

    Indikator yang dapat memberikan gambaran peningkatan

    kualitas pendidikan salah satunya dapat dilihat melalui Angka

    Partisipasi Sekolah. Angka Partisipasi sekolah ada dua yaitu Angka

    Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partsipasi Murni (APM).

    APK adalah rasio jumlah siswa, berapapun usianya, yang

    sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlahpenduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan

    tertentu. APK menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara

    umum di suatu tingkat pendidikan. APK merupakan indikator yang

    paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia

    sekolah di masing-masing jenjang pendidikan.

    Sedangkan APM merupakan proporsi jumlah penduduk usia

    tertentu yang bersekolah pada jenjang pendidikan tertentu terhadap

    jumlah penduduk pada kelompok umur yang sesuai dengan jenjang

    pendidikan tersebut. Kegunaan Angka Partisipasi Murni (APM)

    adalah untuk melihat tingkat partisipasi penduduk menurut jenjang

    pendidikan tertentu.

    Gambar 7.

    Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partispasi Murni (APM)

    Kota Banjarbaru Tahun 2013

    Sumber : AKSE Tahun 2013, BPS Kota Banjarbaru

    Partisipasi sekolah penduduk Kota Banjarbaru pada tahun

    2013 cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari APK SD yang mencapai

    120 persen, APK SLTP 103 persen dan APK SLTA mencapai 84,78persen serta APM SD sebesar 98,78 persen, APM SLTP 90,91 persen

    dan APM SLTA sebesar 58,28 persen.

    Dari tabel 6 terlihat bahwa pada tahun 2013 penduduk usia

    5 tahun ke atas yang tidak punya ijazah (tidak sekolah dan

    tidak/belum tamat SD sederajat) persentasenya cukup besar yaitu

    sekitar 4,53 persen yang tidak pernah sekolah dan 21,02 persen

    tidak/belum tamat SD sederajat.

    Tabel 6.

    120

    103

    84.78

    98.7890.91

    58.28

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    140

    SD SLTP SLTA

    APK APM

  • 7/21/2019 Rkpd Kota Banjarbaru 2015

    15/61

    RKPD Kota Banjarbaru Tahun 2015 59

    PEMERINT H KOT B NJ RB RU

    Persentase Penduduk Usia 5 Tahun Ke atas Menurut Pendidikan

    Tertinggi Yang Ditamatkan di Kota Banjarbaru Tahun 2010-2013

    Tahun 2010 2011 2012 2013

    Tidak/belum sekolah 4,28 3,12 4,57 4,53

    Tidak punya ijazah 23,41 22,27 20,72 21,02

    SD 17,6 18,33 18,59 18,37SLTP Sederajat 16,85 18,91 16,05 16,21

    SLTA Sederajat 26,53 25,93 26,97 28,06

    DI/DIII 3,75 2,68 2,36 2,43

    S1/S2/S3 7,58 8,76 10,75 9,38

    Total 100,00 100,00 100,00 100,00

    Sumber : AKSE Tahun 2013, BPS Kota Banjarbaru

    Kondisi pendidikan penduduk Kota Banjarbaru selama 4

    tahun terakhir ini semakin baik jika dibandingkan kondisi pada

    tahun sebelumnya, yang terlihat dari menurunnya jumlah

    penduduk yang tidak bersekolah dan yang tidak menamatkan SD

    sederajat serta meningkatnya persentase penduduk yang

    menamatkan sekolah di setiap jenjang pendidikan.

    2)

    Kesehatan

    Masalah kesehatan bagi negara-negara berkembang sangat erat

    kaitannya dengan mutu sumber daya manusia sebagai salah satu modal

    pembangunan. Pada tingkat mikro (individual dan keluarga), kesehatan

    adalah dasar bagi produktivitas kerja dan kapasitas untuk belajar di

    sekolah. Tenaga kerja yang sehat secara fisik dan mental akan lebih

    enerjik dan kuat, lebih produktif, dan mendapatkan penghasilan yang

    tinggi. Pada tingkat makro, penduduk dengan tingkat kesehatan yang

    baik merupakan masukan (input) penting untuk menurunkankemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan ekonomi jangka

    panjang.

    Terdapat korelasi yang kuat antara tingkat kesehatan yang baik

    dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Secara statistik diperkirakan

    bahwa setiap peningkatan 10 persen angka harapan hidup (AHH) waktu

    lahir akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi minimal 0.3-0.4 persen

    per tahun, jika faktor-faktor pertumbuhan lainnya tetap. Dengan

    demikian, perbedaan tingkat pertumbuhan tahunan antara negara-

    negara maju yang mempunyai AHH tinggi (77 tahun) dengan negara-

    negara sedang berkembang dengan AHH rendah (49 tahun).

    Gambaran mengenai perkembangan derajat kesehatanmasyarakat salah satunya dapat dilihat dari kejadian kematian dalam

    masyarakat dari waktu ke waktu. Kejadian kematian juga dapat

    digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan

    kesehatan dan program pembangunan di bidang kesehatan lainnya.

    Tabel 7.

    Perkembangan Jumlah Kejadian Kematian Bayi di Kota Banjarbaru

    Tahun 2009-2013

    Indikator Kematian Bayi 2009 2010 2011 2012 2013

    Angka Kematian Bayi/1000kelahiran Hidup

    9,2 5,3 5,4 9,95 7,54

    Jumlah Kematian bayi 33 19 21 40 34Sumber : Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru

    Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru,

    kejadian kematian bayi dari tahun 2009-2011 mengalami penurunan.

    Dimana pada tahun 2009 terjadi 33 kejadian kematian bayi, dan

    menurun pada tahun 2010 menjadi 19 kejadian kemudian mengalami

    sedikit peningkatan di tahun 2011 menjadi 21 kejadian kematian.

    Kemudian pada tahun 2012 terjadi kenaikan menjadi 40 kejadian

  • 7/21/2019 Rkpd Kota Banjarbaru 2015

    16/61

    RKPD Kota Banjarbaru Tahun 2015 60

    PEMERINT H KOT B NJ RB RU

    kematian dan menurun kembali pada tahun 2013 menjadi 34 kejadian

    kematian.

    Angka Kematian bayi merupakan indikator penting yang

    digunakan untuk mengukur kesejahteraan penduduk dan kesehatan

    masyarakat suatu wilayah. Kesehatan bayi yang baru lahir dapat

    dipengaruhi oleh kondisi tempat tinggalnya dan berkaitan erat dengan

    tingkat pendidikan, sosial ekonomi, sistem nilai serta adat istiadat serta

    akses terhadap pelayanan kesehatan yang tersedia.

    Semakin sedikitnya kejadian kematian bayi menggambarkan

    telah terjadi peningkatan kualitas hidup dan pelayanan kesehatan

    masyarakat. Kejadian kematian bayi erat kaitannya dengan kondisi

    kesehatan perempuan pada masa kehamilan, penolong persalinan serta

    sanitasi. Penyebab kematian bayi antara lain adalah BBLR (berat badan

    lahir rendah), cacat bawaan, aspirasi susu formula, pneumonia,

    hipotermida penyempitan saluran cerna. Sedangkan faktor yang

    berpengaruh terhadap angka kematian bayi antara lain adalah faktor

    aksesbilitas terhadap fasilitas kesehatan, peningkatan pelayanan

    kesehatan dari tenaga medis yang terampil serta kesediaan masyarakat

    untuk mengubah dari pola tradisional; ke norma kehidupan modern

    dalam bidang kesehatan. Melalui faktor-faktor itulah kejadian kematian

    dapat ditekan.

    Tabel 8.

    Persentase Balita Gizi Buruk dan Gizi Kurang Tahun 2009-2013

    di Kota Banjarbaru

    Tahun % balita gizi buruk % balita gizi kurang Jumlah

    2009 0,05 5,38 5,432010 1,41 11,52 12,93

    2011 0,10 4,41 4,51

    2012 0,25 2,75 3,00

    2013 0,02 1,00 1,02

    Sumber : Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru

    Pada tahun 2009 persentase balita gizi buruk dan gizi kurang

    sebesar 5,43 persen, hingga pada tahun 2013 mengalami penurunan

    sebesar 1,02 persen. Hal ini menunjukkan penanganan gizi buruk dan

    gizi kurang balita cukup mendapat perhatian dari pemerintah daerah.

    Keberhasilan program kesehatan dan program pembangunan

    sosial ekonomi salah satunya dapat dilihat dari peningkatan usiaharapan hidup penduduk di suatu wilayah. Meningkatnya perawatan

    kesehatan melalui fasilitas kesehatan dan peningkatan daya beli

    memberikan kesempatan lebih luas kepada masyarakat untuk

    mendapatkan akses pelayanan kesehatan dan lebih mampu dalam

    pemenuhan kebutuhan gizi dan kalori. Perbaikan ekonomi masyarakat

    juga akan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk

    mempunyai pendidikan yang lebih baik sehingga memperoleh pekerjaan

    dengan penghasilan yang memadai. Hal ini pada gilirannya akan

    meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan menambah usia

    harapan hidup. Perkembangan AHH Kota Banjarbaru adalah

    sebagaimana grafik berikut :

  • 7/21/2019 Rkpd Kota Banjarbaru 2015

    17/61

    RKPD Kota Banjarbaru Tahun 2015 61

    PEMERINT H KOT B NJ RB RU

    Gambar 8.

    Perkembangan Angka Harapan Hidup (eo) Kota Banjarbaru Tahun

    2009-2012 dan Perkiraan Tahun 2013

    Sumber : BPS Kota Banjarbaru

    3)

    Ketenagakerjaan

    Ketersediaan tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi

    merupakan penunjang utama dalam pembangunan ekonomi. Dari

    seluruh penduduk usia kerja di Kota Banjarbaru, sebesar 61,16%

    diantaranya aktif dalam pasar tenaga kerja atau disebut dengan

    penduduk angkatan kerja. Sedangkan sisanya lebih memilih untuk

    mengurus rumah tangga atau masih bersekolah.

    Selama 5 tahun terakhir ini sekitar 60 persen lebih dari total

    penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) di Kota Banjarbaru adalahangkatan kerja, dengan TPAK pada tahun 2013 sebesar 62,43 persen

    yang berarti dari 100 orang penduduk usia kerja, 62 orang diantaranya

    merupakan angkatan kerja (bekerja dan mencari kerja). Dari jumlah

    tersebut yang bekerja sebesar 97,96 persen, sehingga tingkat

    pengangguran terbuka (TPT) Kota Banjarbaru hanya 2,04 persen atau

    mengalami penurunan dibandingkan tahun 2012 yang mencapai 6,54

    persen.

    Tingkat pengangguran terbuka merupakan perbandingan antara

    jumlah angkatan kerja yang mencari pekerjaan, baik yang pertama kali

    maupun yang sudah pernah bekerja sebelumnya, dengan jumlah

    seluruh angkatan kerja. Tingkat pengangguran terbuka selaluberbanding terbalik dengan tingkat kesempatan kerja. Tingkat

    kesempatan kerja menggambarkan besarnya penyerapan pasar tenaga

    kerja terhadap angkatan kerja. Semakin tingginya besaran tingkat

    pengangguran terbuka mencerminkan semakin rendahnya besaran

    tingkat kesempatan kerja, demikian sebaliknya semakin rendah tingkat

    pengangguran terbuka mencerminkan semakin tingginya besaran

    tingkat kesempatan kerja.

    Tabel 9.

    TPAK dan TPT Kota Banjarbaru Tahun 2009-2013

    Tahun TPAK TPT2009 61,00 9,15

    2010 65,19 8,10

    2011 67,06 6,69

    2012 61,24 6,54

    2013 62,43 2,04

    Sumber : AKSE, BPS Kota Banjarbaru (diolah)

    67.31

    67.48

    67.76

    68.04

    68.28

    66.8

    67

    67.2

    67.4

    67.6

    67.8

    68

    68.2

    68.4

    2009 2010 2011 2012 2013*

  • 7/21/2019 Rkpd Kota Banjarbaru 2015

    18/61

    RKPD Kota Banjarbaru Tahun 2015 62

    PEMERINT H KOT B NJ RB RU

    4) Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

    Dimensi Manusia dalam pembangunan, pada dasawarsa terakhir

    ini muncul sebagai salah satu isu yang mendunia. Adanya isu seolah-

    olah mempertanyakan kembali tujuan pembangunan yang dinilai

    kurang berorientasi pada manusia dan hak-hak asasinya. Di Indonesia

    isu tersebut mulai muncul dan menjadi prioritas perhatian pada awal

    Repelita I melalui penetapan strategi pembangunan nasional dengan

    penekanan pada Pertumbuhan Ekonomi seiring dengan peningkatan

    sumber daya manusia. Dalam kerangka ini, pembangunan manusia

    seutuhnya menjadi tujuan utama pembangunan nasional melalui

    peningkatan kemampuan sumber daya manusia, agar mampu berperan

    sebagai subyek pembangunan. Isu pembangunan manusia tersebut

    cenderung akan semakin berkembang menjadi kebutuhan untuk

    diantisipasi, seiring dengan semakin berkembangnya kesadaran politik

    masyarakat Indonesia dan terbukanya komunikasi menjelang maupun

    pada saat kita memasuki era globalisasi.

    United Nations Development Programme (UNDP) menggunakan

    sebuah indikator komposit yang disebut dengan Human Development

    Indeks (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Indeks

    Pembangunan Manusia (IPM) merupakan salah satu indikator agregat

    dari capaian peningkatan kesejahteraan dalam pembangunan.

    Pembangunan manusia adalah suatu proses memperluas pilihan-pilhan

    bagi manusia. Di antara pilihan-pilihan hidup yang terpenting adalah

    pilihan untuk hidup sehat, untuk menikmati umur panjang dan sehat,

    untuk hidup cerdas, dan berkehidupan mapan.

    IPM mengukur keberhasilan pembangunan dalam 3 dimensi

    dasar, yaitu dimensi pendidikan, dimensi kesehatan serta dimensi

    kesejahteraan. Dimensi pendidikan diukur dengan rata-rata lama

    sekolah dan angka melek huruf, sedangkan dimensi kesehatan diukur

    dengan angka harapan hidup dan dimensi kesejahteraan diukur dengan

    kemampuan daya beli masyarakat.

    IPM merupakan angka agregat yang dapat diartikan sebagai jarak

    yang harus ditempuh-shortfall-suatu wilayah untuk mencapai nilai

    maksimum 100 yang berarti bahwa pembangunan manusia secara

    keseluruhan tersebut telah tercapai. Bagi suatu wilayah angka IPM yang

    diperoleh menggambarkan kemajuan pembangunan manusia di daerah

    tersebut. Jika angka IPM tersebut masih rendah atau masih jauh dari

    angka 100 berarti jarak yang ditempuh untuk mencapai tujuan masih

    jauh. Kecenderungan perkembangan angka IPM, semakin dekat ke arah

    tujuan (angka 100) maka perkembangannya semakin pelan sebaliknya

    untuk angka IPM yang masih rendah maka perkembangan untuk

    mencapai tujuan semakin cepat.

  • 7/21/2019 Rkpd Kota Banjarbaru 2015

    19/61

    RKPD Kota Banjarbaru Tahun 2015 63

    PEMERINT H KOT B NJ RB RU

    Gambar 9.

    Perkembangan IPM Kota Banjarbaru dan Kalimantan Selatan Tahun

    2009-2012 dan perkiraan Tahun 2013

    Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Selatan

    Pembangunan di Kota Banjarbaru termasuk cukup berhasil hal

    ini ditunjukkan dengan IPM Kota Banjarbaru yang selalu menduduki

    peringkat pertama di provinsi Kalimantan Selatan. Dari tahun ke tahun

    angka IPM Kota Banjarbaru terus meningkat dimana pada tahun 2012

    mencapai 76,28. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan angka

    IPM Propinsi Kalimantan Selatan yang mencapai 71,08 dan diperkirakan

    pada tahun 2013 IPM Kota Banjarbaru kembali meningkat mencapai

    76,90.

    c.

    Seni Budaya

    Pengembangan bidang seni dan budaya sangat penting.

    Keanekaragaman seni budaya menjadi sumber inspirasi pembangunan di

    segala bidang. Dua sektor ini juga bagian dari industri kreatif, industri yang

    sedang gencar dikembangkan pemerintah. Sudah menjadi fakta bahwa

    banyak daerah dikenal berkat seni dan budayanya. Oleh karenanya

    pemerintah daerah harus ikut andil mengembangkan seni budaya.

    Tabel 10.Jumlah Organisasi Kesenian Menurut Kecamatan di Kota Banjarbaru

    Tahun 2009-2012

    Kecamatan 2009 2010 2011 2012

    Landasan Ulin 3 3 3 4

    Liang Anggang 7 7 7 8

    Cempaka 9 9 9 9

    Banjarbaru Utara 7 8 11 9

    Banjarbaru Selatan 12 12 13 16

    Kota Banjarbaru 38 39 43 46

    Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banjarbaru

    Pembangunan seni budaya di Kota Banjarbaru antara lain dapat

    dilihat dari perkembangan jumlah organisasi kesenian yang tumbuh danberkembang di Kota Banjarbaru. Sepanjang tahun 2009 sampai tahun 2012,

    jumlah organisasi kesenian terus mengalami peningkatan, pada tahun 2009

    terdapat 38 organisasi kesenian di Kota Banjarbaru meningkat di tahun 2012

    menjadi 46 organisasi kesenian. Kecamatan yang paling banyak memiliki

    organisasi kesenian adalah kecamatan Banjarbaru Selatan yaitu memiliki 16

    organisasi kesenian sedangkan yang paling sedikit adalah kecamatan

    Landasan ulin yang hanya memiliki 4 organisasi kesenian.

    74.43 74.7475.43

    76.28 76.9

    69.369.92

    70.4471.08

    72.12

    64

    66

    68

    70

    72

    74

    76

    78

    2009 2010 2011 2012 2013*

    Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan

  • 7/21/2019 Rkpd Kota Banjarbaru 2015

    20/61

    RKPD Kota Banjarbaru Tahun 2015 64

    PEMERINT H KOT B NJ RB RU

    3. Aspek Pelayanan Umum

    a.

    Pendidikan

    1)

    Fasilitas Pendidikan

    Ketersediaan fasilitas pendidikan yang memadai merupakan

    syarat mutlak untuk pembangunan. Peningkatan jumlah sekolah akan

    memungkinkan daya tampung yang memadai yang pada akhirnya akan

    meningkatkan kualitas pendidikan masyarakatnya.

    Kota Banjarbaru dikenal sebagai kota pelajar di Provinsi

    Kalimantan Selatan umumnya dikarenakan tersedia lebih banyak

    pilihan sekolah pada berbagai jenjang pendidikan dengan kualitas yang

    relatif baik. Pemerintah Kota Banjarbaru juga berupaya untuk

    meningkatkan kualitas sekolah yang ada agar memenuhi standar

    sekolah untuk menghasilkan kualitas sumber daya manusia yang

    unggul.

    Tabel 11.

    Perkembangan Jumlah Sekolah Menurut Jenjang Pendidikan Tahun

    2009-2013

    SekolahTahun

    2009 2010 2011 2012 2013

    STK 81 81 81 90 90

    SD 74 78 78 75 74

    SMP 21 18 18 19 20

    SMA 9 9 9 10 10

    SMK 9 11 11 14 14

    Sumber : Kota Banjarbaru Dalam Angka

    Sepanjang tahun 2009-2013 telah terjadi penambahan 9

    (sembilan) buah Sekolah Dasar (SD) dan 4 (empat) buah Sekolah

    Menengah Kejuruan (SMK). Secara kualitas, di Kota Banjarbaru juga

    tersedia sekolah, baik SD, SMP maupun SMA bertaraf internasional.

    Dengan demikian diharapkan pelajar di Kota Banjarbaru khususnya

    memiliki daya saing dengan pelajar daerah lain.

    Di Kota Banjarbaru juga tersedia lebih banyak perguruan tinggi

    dengan berbagai disiplin ilmu dibanding daerah lain. Hal ini merupakan

    daya tarik bagi para pelajar untuk menuntut ilmu di Kota Banjarbaru.

    Pemerintah Kota Banjarbaru memberikan dukungan yang penuh

    terhadap keberadaan perguruan tinggi tersebut. Hingga tahun 2013

    terdapat 2 buah perguruan tinggi negeri dan 10 buah swasta di Kota

    Banjarbaru.

    Di Kota Banjarbaru juga terdapat Universitas Lambung

    Mangkurat (Unlam). Unlam merupakan universitas negeri tertua di

    Pulau Kalimantan. Di Unlam tersedia berbagai fakultas dengan

    jurusannya masing-masing, yaitu fakultas pertanian, kehutanan,

    perikanan, teknik, MIPA, kedokteran serta program pasca sarjana.

    Keberadaan berbagai perguruan tinggi ini memberikan dampak

    ekonomis bagi masyarakat Kota Banjarbaru serta membuka peluang

    untuk mengembangkan berbagai usaha di Kota Banjarbaru yang pada

    akhirnya akan turut memberikan dorongan positif terhadap

    kesejahteraan masyarakat pada umumnya.

    2)

    Angka Kelulusan

    Pemerintah Kota Banjarbaru terus memberikan perhatian

    melalui berbagai instrument kebijakan dan langkah strategis terhadap

    angka kelulusan siswa. Perkembangan tingkat persentase kelulusan

  • 7/21/2019 Rkpd Kota Banjarbaru 2015

    21/61

    RKPD Kota Banjarbaru Tahun 2015 65

    PEMERINT H KOT B NJ RB RU

    pada tataran sekolah dasar, menengah dan sekolah menengah atas

    memperlihatkan angka di atas 99 persen.

    Gambar 10.

    Tingkat Presentase Angka Kelulusan Tahun 2013

    Sumber : Dinas Pendidikan Kota Banjarbaru

    b. Kesehatan

    1)

    Sarana Prasarana

    Kesehatan merupakan salah satu hal terpenting dalam

    kehidupan manusia. Dalam tersedianya sarana dan prasarana

    kesehatan yang memadai sangat membantu dalam upaya meningkatkan

    derajat kesehatan masyarakat sekaligus meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Di Kota Banjarbaru pada tahun 2013 terdapat 5 buah

    rumah sakit umum (RSU) milik pemerintah dan milik swasta.

    Puskesmas perawatan meningkat jumlahnya pada tahun 2009 menjadi

    17 buah.

    Tabel 12.

    Peningkatan Fasilitas Kesehatan di Kota Banjarbaru

    Fasilitas Kesehatan 2009 2010 2011 2012 2013

    Rumah Sakit 4 4 4 5 5

    Puskesmas 7 8 8 8 8

    Puskesmas Pembantu 14 13 12 13 13

    Apotik Swasta 32 40 42 42 45Sumber : Kota Banjarbaru Dalam Angka

    2)

    Tenaga Kesehatan

    Tabel 13.

    Peningkatan Tenaga Kesehatan di Kota Banjarbaru

    Tenaga Kesehatan 2009 2010 2011 2012 2013

    Dokter Spesialis 31 17 50 45 45

    Dokter Umum 52 54 83 68 74

    Dokter Gigi 10 18 19 19 20

    Medis 42 89 152 118 45

    Perawat dan Bidan 248 313 494 377 327

    Farmasi 17 54 62 61 55Gizi 14 38 43 42 40

    Teknisi Medis 27 62 61 48 67

    Sanitasi 5 46 40 38 35

    Kesmas 9 165 50 48 33

    Sumber : Kota Banjarbaru Dalam Angka

    100

    99.87

    100

    99.8

    99.85

    99.9

    99.95

    100

    100.05

    SD/MI SMP/MTs SMA/MA

  • 7/21/2019 Rkpd Kota Banjarbaru 2015

    22/61

    RKPD Kota Banjarbaru Tahun 2015 66

    PEMERINT H KOT B NJ RB RU

    c. Panjang Jalan

    Suksesnya pelaksanaan Percepatan dan Perluasan Pembangunan

    Ekonomi Indonesia (MP3EI) sangat tergantung pada kuatnya derajat

    konektivitas ekonomi nasional (intra dan inter wilayah). Untuk

    menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan mutlak diperlukan

    infrastruktur jalan yang baik.

    Disadari bahwa pembangunan infrastruktur jalan di Pulau

    Kalimantan tertinggal dibandingkan Pulau Jawa, sehingga peran pemerintah

    sangat diperlukan dalam meningkatkan dan membangun prasarana jalan.

    Panjang jalan negara yang melewati Kota Banjarbaru hingga tahun

    2012 adalah 26,500 km dengan kondisi baik. Sedangkan jalan provinsi yang

    ada di Kota Banjarbaru adalah sepanjang 19,000 km. Jalan yang dimiliki

    pemerintah Kota Banjarbaru sendiri adalah sepanjang 515,175 km dengan

    rincian 64,41 persen dalam kondisi baik, 22,38 persen dalam kondisi sedang,

    12,08 persen dalam kondisi rusak dan 1,13 persen dalam kondisi rusak

    berat.

    Tabel 14.

    Panjang Jalan Negara, Provinsi, dan Kota Menurut Kondisi Jalan

    Di Kota Banjarbaru Tahun 2012 (km)

    Kondisi jalan Negara Provinsi Kota

    Baik 26.500 19.000 329.664

    Sedang - - 121.249

    Rusak - - 58.417

    Rusak Berat - - 5.845

    Jumlah 26.500 19.000 515.175

    Sumber : Kota Banjarbaru Dalam Angka

    d.

    Rumah Tinggal Bersanitasi

    Lingkungan tempat tinggal yang sehat salah satunya ditandai oleh

    tersedianya fasilitas sanitasi yang layak dan ketersediaan air bersih.

    Fasilitas sanitasi yang layak didefinisikan sebagai sarana yang aman,

    higienis, dan nyaman yang dapat menjauhkan pengguna dan lingkungan di

    sekitarnya dari kontak dengan kotoran manusia. Pendekatan untuk

    mengukur sanitasi layak dilihat apakah jenis tempat akhir pembuangan tinja

    rumah tangga adalah tangki septik.

    Perkembangan rumah tangga bersanitasi dan air bersih pada periode

    tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 cukup baik, hal ini tergambar padatahun 2010 rumah tangga bersanitasi dan air bersih sebesar 84,33 persen

    yang berarti hanya 15,67 persen rumah tangga yang tidak bersanitasi dan

    air bersih. Kemudian pada tahun 2013 rumah tangga bersanitasi dan air

    bersih sebesar 85,50 persen yang berarti hanya 14,50 persen rumah tangga

    yang tidak bersanitasi dan air bersih.

  • 7/21/2019 Rkpd Kota Banjarbaru 2015

    23/61

    RKPD Kota Banjarbaru Tahun 2015 67

    PEMERINT H KOT B NJ RB RU

    Gambar 11.

    Persentase Perkembangan Rumah Tangga Bersanitasi dan Air Bersih

    Kota Banjarbaru Tahun 2010-2013

    Sumber : Laporan Dinas Pekerjaan Umum Kota Banjarbaru

    e.

    Sarana Ibadah

    Sebagian besar penduduk Kota Banjarbaru adalah memeluk agama

    Islam, akan tetapi toleransi beragama di Kota Banjarbaru tercipta baik.

    Karena sebagian besar penduduk Kota Banjarbaru adalah pemeluk Islam,

    maka tempat ibadah yang paling banyak adalah masjid dan

    mushola/langgar. Pada tahun 2012 terdapat 63 mesjid dan 192

    mushola/langgar. Selain itu juga terdapat 2 bangunan gereja khatolik.

    Sarana ibadah yang lain juga tersedia, yaitu 6 gereja protestan dan 1 pura.

    Tabel 15.

    Sarana Ibadah di Kota Banjarbaru Tahun 2010-2011

    Tempat PeribadatanTahun

    2009 2010 2011 2012

    Masjid 65 73 73 63

    Mushola/Langgar 200 276 269 192

    Gereja Katholik 1 2 2 2

    Gereja Protestan 13 5 5 6

    Pura dan Lainnya 0 1 1 1

    Sumber : Kota Banjarbaru Dalam Angka

    f.

    Gender

    Kesetaraan gender merupakan salah satu hal yang sangat

    diperhatikan dan disoroti oleh berbagai pihak saat ini, khususnya dalam

    hubungannya dengan keberhasilan pembangunan.

    Tabel 16.

    Persentase Perempuan di Lembaga Pemerintah Kota Banjarbaru Tahun

    2010-2012

    Lembaga Pemerintah 2010 2011 2012

    Anggota DPRD 2009-2014 12,00 12,00 12,00

    PNS 60,69 60,98 61,62Hakim Pengadilan Negeri 38,46 33,33 36,36

    Hakim Pengadilan Agama 25,00 15,38 20,00

    Jaksa Kejaksaan Negeri 40,00 23,53 30,00

    Sumber : Profil dan Analisis Gender Kota Banjarbaru

    Data di atas menunjukkan bahwa keterwakilan perempuan di

    lembaga legislatif (DPRD) masih rendah. Berdasarkan UU jumlah anggota

    DPRD Kota Banjarbaru 25 orang dan keterwakilan perempuan di DPRD

    tahun periode 2009-2011 hanya 12 persen atau 3 orang saja. Masih

    84.33

    62.55

    85.1 85.5

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    90

    2010 2011 2012 2013

  • 7/21/2019 Rkpd Kota Banjarbaru 2015

    24/61

    RKPD Kota Banjarbaru Tahun 2015 68

    PEMERINT H KOT B NJ RB RU

    rendahnya partisipasi perempuan pada lembaga legislatif bukan semata-

    mata dipengaruhi oleh ketidakmampuan mereka tapi mungkin disebabkan

    oleh kesadaran politik dari perempuan itu sendiri yang masih rendah.

    Perempuan cenderung enggan berpolitik karena merasa politik bukanlah

    wilayah yang nyaman bagi mereka untuk berkiprah akibat dari banyaknya

    waktu yang harus diluangkan di kancah politik yang berarti harus banyak

    meninggalkan keluarga dan tugas-tugas lainnya.

    Di dalam Pemerintah Kota Banjarbaru, penerimaan serta penempatan

    Pegawai Negeri Sipil (PNS) tidak lagi berbias gender. Persentase perempuan

    PNS pada tahun 2012 meningkat dibanding tahun 2010. Pada tahun 2012

    keterwakilan perempuan di lingkungan Pemerintah Kota Banjarbaru

    mencapai hampir 61,62 persen.

    Berbeda dengan penempatan PNS, kesetaraan gender belum terlihat

    di lingkungan lembaga yudikatif. Komposisi hakim pengadilan negeri di

    Kota Banjarbaru belum berimbang antara laki-laki dan perempuan.

    Demikian halnya dengan komposisi hakim pengadilan agama serta jaksa

    kejaksaan negeri masih didominasi oleh laki-laki.

    g.

    Partisipasi Keluarga Berencana

    Jumlah penduduk yang besar tidak akan menjadi kekuatan

    pembangunan bila tidak disertai dengan kualitas sumber daya manusia yang

    memadai. Oleh karenanya program Keluarga Berencana (KB) merupakan

    suatu upaya yang sangat penting dalam mewujudkan tujuan akhir

    pembangunan manusia itu sendiri. Dalam Undang-Undang Republik

    Indonesia Nomor 52 Tahun 2009 disebutkan bahwa Keluarga Berencana

    adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan,

    mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai

    dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas.

    Pengendalian kuantitas penduduk dilakukan untuk mewujudkan

    keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara jumlah penduduk

    dengan lingkungan hidup baik yang berupa daya dukung alam maupun daya

    tampung lingkungan serta kondisi perkembangan sosial ekonomi dan

    budaya.

    Gambar 12.

    Perkembangan Jumlah Akseptor KB Aktif Tahun 2009-2013

    Sumber : Kota Banjarbaru Dalam Angka

    Sejalan dengan upaya tersebut di atas, sepanjang tahun 2009-2011

    jumlah akseptor KB aktif di Kota Banjarbaru mengalami peningkatan,

    namun pada tahun 2012 terjadi penurunan dan kemudian pada tahun 2013

    kembali meningkat. Dalam kurun waktu tahun 2009-2013 jumlah akseptor

    KB aktif sebesar 25.391 orang.

    23,742

    30,02932,083

    23,742 25,391

    0

    5,000

    10,000

    15,000

    20,000

    25,000

    30,000

    35,000

    2009 2010 2011 2012 2013

  • 7/21/2019 Rkpd Kota Banjarbaru 2015

    25/61

    RKPD Kota Banjarbaru Tahun 2015 69

    PEMERINT H KOT B NJ RB RU

    Peserta KB aktif di Kota Banjarbaru memiliki kecenderungan

    menggunakan 4 alat KB, yaitu pil, suntikan, implan, dan IUD. Sedangkan

    alat KB yang lain masih kurang diminati dan diterima oleh masyarakat.

    Tabel 17.

    Jumlah Akseptor Keluarga Berencana Aktif

    Menurut Pemakaian Alat/Cara KB Tahun 2009-2013

    Tahun IUD MOP MOW Implan Suntikan Pil Kondom Total

    2009 1.106 219 181 1.092 10.589 10.064 492 23.742

    2010 1.809 103 937 1.176 11.071 13.723 1.310 30.029

    2011 1.469 - 966 794 11.698 15.765 1.391 32.083

    2012 781 264 691 459 9.063 16.011 338 27.607

    2013 1.401 146 1.068 1.120 9.171 12.276 209 25.391

    Sumber : Kota Banjarbaru Dalam Angka

    4.

    Aspek Daya Saing Daerah

    a.

    Kemampuan Ekonomi Daerah

    Kemampuan ekonomi daerah dapat dilihat pada aspek pendapatan,

    tingkat konsumsi dan pola konsumsi. Pada daerah yang memiliki kemampaun

    ekonomi lebih baik, persentase konsumsi makanan biasanya di bawah 50

    persen.

    Berdasarkan hasil penghitungan dari data Susenas, persentase

    distribusi pengeluaran konsumsi makanan dari 51,19 persen di tahun 2009

    menjadi 47,37 persen di tahun 2013. Sebaliknya konsumsi non makanan

    meningkat dari 48,81 persen di tahun 2009 menjadi 52,63 persen di tahun

    2013. Dengan demikian, secara umum di Kota Banjarbaru terjadi perubahan

    pola konsumsi ke arah yang lebih maju atau sejahtera.Pola konsumsi atau pengeluaran rumah tangga dapat menggambarkan

    kondisi kesejateraan secara tidak langsung. Rumah tangga yang mapan pada

    daerah yang sudah maju mempunyai pola konsumsi yang berbeda dengan

    rumah tangga dengan tingkat penghasilan rendah.

    Tabel 18.

    Distribusi Persentase Pengeluaran Perkapita Sebulan Untuk Konsumsi

    Makanan dan Bukan Makanan di Kota Banjarbaru Tahun 2009-2012

    TahunKota Banjarbaru

    Makanan Bukan Makanan

    2009 51,19 48,812010 50,80 49,20

    2011 49,95 50,05

    2012 44,96 55,04

    2013 47,37 52,63

    Sumber : Data diolah dari Susenas

    Beberapa kondisi umum yang bisa terjadi adalah rumah tangga dengan

    tingkat pendapatan yang tinggi, umumnya porsi konsumsi makanan semakin

    berkurang seiring dengan tingkat pendapatan yang meningkat. Hal ini

    disebabkan konsumsi makanan akan mengalami kejenuhan pada suatu batas

    sehingga sisa pendapatan akan dialihkan ke konsumsi non makanan. Dengan

    demikian pola konsumsi makanan dan non makanan sedikit banyak dapat

    menggambarkan kesejahteraan penduduk atau rumah tangga.

    Besarnya pengeluaran rumah tangga berhubungan erat dengan tingkat

    konsumsi rumah tangga itu sendiri walaupun dipengaruhi juga oleh beberapa

    hal yang lain seperti jumlah anggota rumah tangga dan kebiasaan lingkungan

    tempat tinggal.

  • 7/21/2019 Rkpd Kota Banjarbaru 2015

    26/61

    RKPD Kota Banjarbaru Tahun 2015 70

    PEMERINT H KOT B NJ RB RU

    Tabel 19.

    Jumlah dan Persentase Rumah Tangga Menurut Golongan Pengeluaran

    di Kota Banjarbaru Tahun 2013

    Golongan Pengeluaran Jumlah Rumah Tangga

    < 1.585.0008.195

    13,30%

    1.585.000 - 3.175.00028.834

    46,76%

    > 3.175.00024.608

    39,92%

    Total61.637

    100,00%

    Sumber : Susenas 2013

    Tabel di atas menunjukkan 13,30 persen rumah tangga mempunyai

    tingkat pengeluaran kurang dari atau sama dengan Rp 1.585.000,- per bulan.

    Sedangkan yang mempunyai pengeluaran antara Rp.1.585.000,- sampai

    dengan Rp 3.175.000,- tercatat sebanyak 46,76 persen dan pengeluaran yang

    lebih besar dari Rp 3.175.000,- sebanyak 39,92 persen.Untuk pengeluaran per jenis komoditi pada bahan makanan rata-rata,

    pengeluaran tertinggi terjadi pada jenis komoditi makanan dan minuman jadi

    yaitu sebesar 30,89 persen. Komoditi ikan 12,36 persen, padi-padian 10,58

    persen, komoditi tembakau 10,91 persen, kemudian telur dan susu 6,84

    persen.

    Tabel 20.

    Nilai dan Persentase Pengeluaran Per Kapita Menurut Jenis Komoditi Bahan

    Makanan Selama Sebulan yang Lalu di Kota Banjarbaru Tahun 2013

    Jenis Komoditi Nilai (Rp) Persentase

    Padi-padian 173.024 10,58Umbi-umbian 7.189 0,44

    Ikan 202.121 12,36

    Daging 85.068 5,20

    Telur dan Susu 111.819 6,84

    Sayur-sayuran 101.393 6,20

    Kacang-kacangan 25.904 1,58

    Buah-buahan 77.478 4,74

    Minyak dan Lemak 43.618 2,67

    Bahan Minuman 67.317 4,12

    Bumbu-bumbuan 23.912 1,46

    Konsumsi Lainnya 32.657 2,00

    Makanan dan Minuman Jadi 504.956 30,89

    Tembakau dan Sirih 178.323 10,91

    Jumlah 1.634.780 100,00

    Sumber: Susenas 2013

    Sedangkan untuk pengeluaran non makanan, pengeluaran perumahan

    dan fasilitas rumah tangga merupakan pengeluaran yang tertinggi yaitu

    sebesar 43,15 persen, pengeluaran aneka barang dan jasa 38,76 persen

    kemudian pengeluaran barang tahan lama 6,10 persen. Pakaian dan alas kaki

    5,27 persen dan sisanya pengeluaran pajak dan asuransi 4,12 persen serta

    keperluan pesta 2,16 persen dari jumlah pengeluaran non makanan

    seluruhnya.

    Tabel 21.

    Persentase Pengeluaran Per Kapita Menurut Jenis Komoditi Non MakananSelama Sebulan yang Lalu di Kota Banjarbaru Tahun 2013

    Jenis Komoditi Nilai (Rp) Persentase

    Perumahan dan fasilitas rumah 837.942 46,13

    Aneka barang dan jasa 661.940 36,44

    Pakaian dan alas kaki 92,961 5,12

    Barang tahan lama 125.184 6,89

    Pajak dan asuransi 64.503 3,55

    Keperluan pesta dan upacara 33.816 1,86

    Jumlah 1.816.346 100,00

    Sumber: Susenas 2013

  • 7/21/2019 Rkpd Kota Banjarbaru 2015

    27/61

    RKPD Kota Banjarbaru Tahun 2015 71

    PEMERINT H KOT B NJ RB RU

    b. Fasilitas Wilayah/Infrastruktur

    Perkembangan jumlah penduduk Kota Banjarbaru membawa

    konsekuensi semakin bertambahnya jumlah angkutan darat sebagai sarana

    transportasi bagi penduduk. Bertambahnya jumlah kendaraan tersebut juga

    merupakan bagian dari peningkatan ekonomi masyarakat Kota Banjarbaru.

    Jumlah kendaraan bermotor di Kota Banjarbaru dari tahun 2009

    hingga tahun 2012 secara umum mengalami peningkatan. Unit Pelayanan

    Pendapatan Daerah (UPPD) Kota Banjarbaru mencatat bahwa pada tahun

    2012 jumlah kendaraan roda dua jenis scoter meningkat 99 persen dibanding

    tahun 2009. Sedangkan untuk sepeda motor meningkat sebesar 10 persen.

    Tabel 22.

    Perkembangan Jumlah Kendaraan Roda Dua dan Roda Empat Pendaftaran

    Ulang dan Pendaftaran Baru Pada UPPD Banjarbaru Tahun 2009-2011

    Jenis Kendaraan 2009 2010 2011 2012

    Sepeda motor 60.347 54.823 52.559 67.113

    Scoter 208 16.936 21.244 21.244

    Mini Bus/Micro Bus 4.520 5.189 6.063 7.785

    Bus 19 11 6 6

    Pick up 1.683 2.301 2.594 3.251

    Sedan 807 959 810 892

    Jeep 1.142 1.279 1.278 1.333

    Truk 1.935 1.634 1.801 1.262

    Roda 3 16 16 16 42

    Sumber : UPPD Kota Banjarbaru

    Bertambahnya jumlah kendaraan bermotor membawa dampak

    semakin padatnya jalan raya serta semakin meningkatnya polusi udara akibat

    pembakaran bahan bakar.Kota Banjarbaru merupakan pintu gerbang utama untuk mengakses

    seluruh daerah di Provinsi Kalimantan Selatan. Hal ini disebabkan di kota ini

    terdapat Bandara Udara Internasional Syamsudin Noor. Keberadaan bandara

    ini memudahkan akses ekonomi, sosial serta pendidikan di Kota Banjarbaru

    sehingga mendorong pelaksanaan pembangunan.

    Jumlah penumpang yang datang ke Bandara Syamsudin Noor dan

    penumpang yang berangkat dari Bandara Syamsudin Noor mengalami

    peningkatan. Dibanding tahun 2009, jumlah penumpang yang datang ke

    Bandara Syamsudin Noor naik sebesar 77,09 persen sedangkan penumpang

    yang berangkat dari Bandara Syamsudin Noor naik sebesar 77,15 persen.

    Tabel 23.

    Jumlah Penumpang yang Datang Ke dan Berangkat Dari Bandara

    Syamsudin Noor Tahun 2009-2012

    Tahun Datang Berangkat

    2009 1.017.582 1.032.415

    2010 1.295.692 1.288.160

    2011 1.486.495 1.501.714

    2012 1.802.084 1.829.025

    Sumber : Bandar Udara Syamsudin Noor Banjarmasin

    Air merupakan salah satu sumber utama dalam kehidupan

    masyarakat. Air merupakan faktor pendukung untuk menjaga kelangsungan

    pembangunan. Semakin banyak rumah tangga yang mampu mengakses air

    bersih menunjukkan keberhasilan pemerintah untuk menyediakan air bersih

    yang terjangkau bagi warganya. Ketersediaan air bersih juga merupakan daya

    tarik bagi calon investor untuk menanamkan modal di Kota Banjarbaru.

    Sepanjang tahun 2009-2013 sebagian besar rumah tangga di

    Kota Banjarbaru menggunakan sumur terlindung/tidak terlindung untuk

    kebutuhan air minum. Selain itu, cukup banyak rumah tangga yang

    menggunakan air kemasan dan air leding. Pada tahun 2013, tidak ada lagi

  • 7/21/2019 Rkpd Kota Banjarbaru 2015

    28/61

    RKPD Kota Banjarbaru Tahun 2015 72

    PEMERINT H KOT B NJ RB RU

    rumah tangga yang menggunakan air sungai dan air lainnya untuk sumber

    air minum.

    Tabel 24.

    Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum Yang Digunakan

    Tahun 2009-2013

    Sumber air minumTahun

    2009 2010 2011 2012 2013

    Air kemasan/isi ulang 12,08 27,34 29,82 35,45 34,65

    Leding meteran/eceran 28,98 11,29 10,72 17,69 13,29

    Sumur bor/pompa 8,61 2,14 3,36 4,19 1,34

    Sumur terlindung/tidak 49,68 58,62 56,11 42,67 48,39

    Lainnya 0,64 0,61 - - 2,34

    Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

    Sumber : Susenas

    c.

    Komunikasi dan Informatika

    Banyak penduduk Indonesia yang tidak memiliki akses kepada

    Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), sehingga mereka tidak sepenuhnya

    mampu mengambil manfaat dari adanya globalisasi. Jika kesenjangan digital

    (digital divide) ini tidak dihilangkan, maka dampak positif globalisasi hanya

    dapat dinikmati oleh sedikit masyarakat yang tinggal di pusat perkotaan

    (urban center).

    Pemerintah berkomitmen untuk mengejar target MDGs yang terkait

    dengan TIK dan mencapai tujuan yang telah disetujui oleh World Summit for

    Information Society. Tujuan tersebut termasuk: (1) penyediaan layanan telepon

    dasar untuk seluruh penduduk (layanan universal) dan (2) sebanyak 50 persen

    penduduk mampu mengakses internet pada tahun 2015.

    Berdasarkan data SP2010, persentase rumah tangga yang menguasai

    telepon (kabel dan seluler) mencapai 93,56% dan yang memiliki akses internet

    sekitar 33,19%. Angka-angka ini menunjukkan bahwa Banjarbaru memiliki

    pijakan untuk mencapai target pada tahun 2015.

    d.

    Iklim Berinvestasi

    Peningkatan kemampuan ekonomi melalui penyediaan sarana dan

    prasarana, serta kebijakan yang mampu mendorong dan

    menumbuhkembangkan investasi dalam bidang jasa, perdagangan dan

    industri yang ramah lingkungan dengan dilandasi ekonomi kerakyatan

    merupakan salah satu misi yang diemban dalam rangka mewujudkan visi Kota

    Banjarbaru. Oleh karenanya arah kebijakan pembangunan ekonomi adalah

    peningkatan pemberdayaan ekonomi rakyat.

    Ketersediaan fasilitas akomodasi di suatu wilayah akan mendukung

    iklim pariwisata serta menarik investor untuk masuk ke wilayah tersebut.

    Sepanjang tahun 2010-2013 telah terjadi peningkatan fasilitas akomodasi

    yaitu dari 27 hotel/penginapan pada tahun 2009 menjadi 33

    hotel/penginapan pada tahun 2013. Peningkatan ini terjadi pada klasifikasi

    hotel bintang 3 dan bintang 4 pada tahun 2013 yaitu Hotel Rodhita dan Hotel

    Novotel.

    Gambar 25.

    Perkembangan Jumlah Hotel/Penginapan

    Menurut Klasifikasi Akomodasi di Kota Banjarbaru Tahun 2010-2012

    KlasifikasiTahun

    2009 2010 2011 2012 2013

    Bintang 4 - - - 1 1

    Bintang 3 - - - - 1

    Bintang 2 1 2 2 2 2

    Bintang 1 2 2 2 2 2

    Melati 3 4 4 4 4 4

    Melati 2 2 2 2 2 2

  • 7/21/2019 Rkpd Kota Banjarbaru 2015

    29/61

    RKPD Kota Banjarbaru Tahun 2015 73

    PEMERINT H KOT B NJ RB RU

    Melati 1 5 5 5 5 5

    Non Klasifikasi 13 13 14 15 16

    Sumber : Kota Banjarbaru Dalam Angka (diolah)

    e.

    Obyek Wisata

    Pembangunan di bidang pariwisata diarahkan untuk meningkatkan

    gerak roda perekonomian daerah melalui pengembangan potensi

    kepariwisataan yang dapat memberikan multiplier effect terhadap penyerapan

    lapangan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat serta penerimaan

    daerah.

    Tabel 26.

    Nama dan Alamat Obyek Wisata Yang Ada di Kota Banjarbaru Tahun 2012

    Nama Obyek Wisata Alamat

    Kolam Renang Idaman Jl. Taman Gembira Barat

    Water Boom Aquatika Guntung Manggis

    Padang Golf Swargaloka Jl. A. Yani Km. 21Taman Van Der Pijl Jl. A. Yani Km. 34

    Taman Air Mancur Minggu Raya Jl. A. Yani Km. 34

    Taman Bermain Idaman Jl. A. Yani Km. 34

    Pujasera Minggu Raya Jl. A. Yani Km. 34

    Sirkuit Cempaka Cempaka

    Pendulangan Intan Pumpung Kec. Cempaka

    Lesehan Bina Wisata Jl. Mentaos Timur

    Museum Lambung Mangkurat Jl. A.Yani Km 36

    Makam Ratu Syarifah Kec. Cempaka

    Lapangan DR. Murjani Jl. A.Yani Km 34

    Bundaran Simpang Empat Jl. A.Yani Km 35,5

    Monumen Trisakti Kecamatan Cempaka

    Danau Seran Kota Banjarbaru Kec. Landasan Ulin

    Bakantan Park Gt Manggis

    Agrowisata Durian Gt ManggisFamily Park Kota Citra Jl A Yani Km 18

    Museum Permata Kec Landasan Ulin

    Museum Lahan Rawa Kec Landasan Ulin

    Taman Simpang Empat/ Eks Waterfall Jl A Yani Km 36

    Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

    5.

    Aspek Pendukung Lainnya

    a. Keuangan Daerah

    Dalam era otonomi daerah saat ini setiap daerah dituntut untuk

    meningkatkan kemandirian. Sumber dana yang digunakan dalam

    pembangunan daerah harus mampu dioptimalkan, sehingga mengurangi

    ketergantungan pada pemerintah pusat.

    Beberapa prinsip dalam pengelolaan Keuangan Daerah antara lain

    bahwa Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan terukur secara

    rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan

    aspek Belanja yang dilakukan harus didukung dengan adanya kepastian

    tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup. Kebijakan yang diambil

    dalam pengelolaan keuangan daerah harus dapat meningkatkan pelayanan

    dan kesejahteraan masyarakat secara maksimal.

    Pendapatan daerah adalah faktor yang menentukan keberhasilan

    penyelenggaraan otonomi daerah di Kota Banjarbaru, artinya semakin besar

    pendapatan yang diterima maka akan semakin leluasa pemerintah Kota

    melakukan kegiatan pembangunan guna menciptakan kesejahteraan bagi

    masyarakat.

  • 7/21/2019 Rkpd Kota Banjarbaru 2015

    30/61

    RKPD Kota Banjarbaru Tahun 2015 74

    PEMERINT H KOT B NJ RB RU

    Tabel 27.

    Perkembangan Realisasi APBD Kota Banjarbaru Tahun 2009-2013

    (Milyar Rp)

    Uraian 2009 2010 2011 2012 2013

    Pendapatan Daerah 411,17 424,34 546,32 532,79 662,69

    1.

    Pendapatan Asli Daerah 24,77 30,30 44,18 41,48 54,372. Dana Perimbangan 346,32 335,58 379,57 413,61 491,43

    3. Lain-Lain Pendapatan Sah 40,07 58,46 122,57 77,70 116,88

    Belanja Daerah 421,28 418,18 479,73 538,30 679,61

    1. Belanja Tidak Langsung 182,69 229,43 251,49 266,45 307,55

    2. Belanja Langsung 238,59 188,75 228,24 271,84 372,05

    Sumber : Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

    Selama periode 2009-2013 perkembangan realisasi pendapatan daerah

    meningkat sebesar 61,07 persen, yaitu dari 411,17 milyar rupiah pada tahun

    2009 menjadi 662,69 milyar rupiah pada tahun 2013. Sedangkan dari sisi

    belanja realisasi meningkat sebesar 61,28 persen, yaitu dari 421,28 milyar

    rupiah pada tahun 2009 meningkat menjadi 679,61 milyar rupiah pada tahun

    2013.

    Penerimaan Pemerintah Kota Banjarbaru paling besar adalah berasal

    dari dana perimbangan. Pada tahun 2009 dana perimbangan yang diterima

    Pemerintah Kota Banjarbaru adalah sebesar 346,32 milyar rupiah atau

    meliputi 78,45 persen dari seluruh penerimaan pemerintah Kota Banjarbaru

    pada tahun tersebut. Sedangkan pada tahun 2013 jumlah dana perimbangan

    menjadi sebesar 491,43 milyar rupiah atau meliputi 74,16 persen.

    Jika dibandingkan tahun 2009 maka pada tahun 2013 terjadi kenaikan

    PAD (Pendapatan Asli Daerah) sebesar 125 persen, sedangkan dana

    perimbangan meningkat sebesar 41,90 persen dan bagian lain-lain

    penerimaan yang dianggap sah meningkat sebesar 190 persen.

    b. Penanaman Modal

    Investasi atau penanaman modal merupakan salah satu variabel

    ekonomi yang penting dalam menggerakkan perekonomian. Beberapa teori

    ekonomi menyebutkan betapa pentingnya peranan investasi dalam

    meningkatkan output. Peningkatan output ekonomi suatu daerah akibat

    perubahan investasi sangat tergantung dari besarnya ICOR ( Incremental

    Capital Output Ratio).

    Untuk mengatur PMDN di Indonesia, pemerintah telah mengeluarkan

    Undang-Undang (UU) No. 6 Tahun 1968 tentang rencana PMDN. Dalam UU

    tersebut juga dijabarkan bahwa jumlah kumulatif rencana PMDN adalahjumlah seluruh rencana PMDN sejak tahun 1968 dengan memperhitungkan

    pembatalan, perluasan, perubahan, penggabungan, pencabutan, dan

    pengalihan status dari PMDN ke PMA atau sebaliknya.

    Sementara itu, untuk mengatur PMA pemerintah telah mengeluarkan

    UU No. 1 Tahun 1967 tentang PMA. Dalam UU itu disebutkan bahwa jumlah

    kumulatif rencana PMA adalah jumlah seluruh rencana PMA yang disetujui

    pemerintah sejak tahun 1967 dengan memperhitungkan pembatalan,

    perluasan, perubahan, penggabungan, pencabutan, dan pengalihan status

    dari PMA ke PMDN atau sebaliknya.

    Upaya-upaya positif telah dilakukan pemerintah dalam rangka untuk

    lebih menarik minat investor baik investor dalam negeri maupun investorasing untuk menanamkan modalnya. Upaya-upaya tersebut diantaranya

    dengan meningkatkan keamanan dan menumbuhkan iklim yang kondusif bagi

    investasi serta pemberian fasilitas bagi investor yang akan menanamkan

    modalnya.

    Sebagai wilayah yang strategis dan memiliki Sumber Daya Manusia

    yang berkualitas, Kota Banjarbaru memiliki potensi yang besar menjadi salah

    satu daerah tujuan investasi di Kalimantan Selatan. Pada tahun 2013

  • 7/21/2019 Rkpd Kota Banjarbaru 2015

    31/61

    RKPD Kota Banjarbaru Tahun 2015 75

    PEMERINT H KOT B NJ RB RU

    bertambah 1 buah perusahaan yang berinvestasi dengan besernya investasi

    sebesar 20,5 milyar.

    B.

    Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD Sampai Tahun Berjalan dan

    Realisasi RPJMD

    Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD merupakan suatu proses

    untuk menilai kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah. Melalui evaluasi kinerja

    pelaksanaan pembangunan akan dihasilkan informasi kinerja yang dapat menjadi

    masukan bagi proses perencanaan dan penganggaran yang didukung oleh

    ketersediaan informasi dan data yang lebih akurat. Dengan demikian, program

    pembangunan menjadi lebih efisien, efektif, disertai dengan akuntabilitas

    pelaksanaannya yang jelas. Keberhasilan pencapaian sasaran pada semua tingkat

    pelaksana pembangunan akan dapat diukur dengan menggunakan indikator kinerja

    yang telah didefinisikan secara tepat sebelumnya. Evaluasi terhadap status dan

    kedudukan pencapaian kinerja pembangunan daerah dilakukan dengan

    menggunakan Indikator Kinerja Utama yang mencerminkan keberhasilan

    penyelenggaraan suatu urusan pemerintahan.

    Penyelenggaraan Pemerintahan Kota Banjarbaru didasarkan pada Peraturan

    Daerah Nomor 14 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah

    Daerah tahun 2011-2015 dan Peraturan Walikota Banjarbaru Nomor 10 Tahun 2012

    tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2013. Adapun hasil-

    hasilnya antara lain :

    NoSasaranStrategis

    Indikator Kinerja SatuanTarget2013

    Realisasi2013

    1. Seluruh anak

    usia sekolahmenyelesaikanpendidikan SLTPdan memilikiketerampilan IT,bahasa asingdan wirausaha

    Di setiap SD/MI tersedia 2 orang guru

    yang memenuhi kualifikasi akademik S1atau D-lV dan 2 (dua) orang guru yangtelah memiliki sertifikat pendidik

    % 100 100

    Di setiap SMP/MTs tersedia guru dengankualifikasi akademik S1 atau D-lVsebanyak 70% dan separuh diantaranya(35% dari keseluruhan guru) telahmemiliki sertifikat pendidik untuk daerahkhusus masing-masing sebanyak 40%dan 20%

    % 100 100

    Di setiap SMP/MTs tersedia guru dengankualifikasi akademik S1 atau D-lV dantelah memiliki sertifikat pendidik masing-masing 1 orang untuk mata pelajaranMatematika, IPA, Bahasa Indonesia, danBahasa Inggris

    % 100 100

    Di setiap Kabupaten/Kota semua KepalaSekolah SD/Ml berkualifikasi S1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik

    % 100 100

    Pemerintah Kabupaten/Kota memilikirencana dan melaksanakan kegiatanuntuk membantu satuan pendidikandalam mengembangkan kurikulum danproses pembelajaran yang efektif

    % 100 100

    Setiap guru tetap bekerja 37,5 jam perminggu di satuan pendidikan, termasukmerencanakan pembelajaran,melaksanakan pembelajaran, menilaihasil pembelajaran, membimbing ataumelatih peserta didik dan melaksanakantugas tambahan

    % 100 100

    Satuan pendidikan menyelenggarakanproses pembelajaran selama 34 mingguper tahun dengan kegiatan tatap mukasebagai berikut :a) Kelas l - ll : 18 jam per minggub) Kelas lll : 24 jam per mingguc) Kelas lV - Vl : 27 jam per minggud) Kelas VII - lX : 27 jam per minggu

    %%%%

    100100100100

    100100100100

    Setiap guru menerapkan rencanapelaksanaan pembelajaran (RPP) yangdisusun berdasarkan silabus untuksetiap mata pelajaran yang diampunya.

    % 100 100

  • 7/21/2019 Rkpd Kota Banjarbaru 2015

    32/61

    RKPD Kota Banjarbaru Tahun 2015 76

    PEMERINT H KOT B NJ RB RU

    NoSasaranStrategis

    Indikator Kinerja SatuanTarget2013

    Realisasi2013

    Setiap guru mengembangkan danmenerapkan program penilaian untukmembantu meningkatkan kemampuanbelajar

    % 100 100

    Kepala sekolah melakukan supervisikelas dan memberikan umpan balikkepada guru 2 kali dalam setiap semester

    % 100 100

    Setiap guru menyampaikan laporan hasilevaluasi mata pelajaran serta hasilpenilaian setiap peserta didik kepadakepala sekolah pada akhir semesterdalam bentuk laporan hasil prestasibelajar peserta didik

    % 100 100

    Setiap satuan pendidikan menerapkanprinsip-prinsp manajemen berbasissekolah (MBS).

    % 100 100

    Tersedianya satuan pendidikan dalamjarak yang terjangkau dengan berjalankaki yaitu maksimal 3 km untuk SD/MIdan 6 km untuk SMP/MTs dari kelompokpermukiman permanen di daerahterpencil

    % 100 100

    Jumlah peserta didik dalam setiaprombongan belajar untuk SD/MI tidakmelebihi 32 orang, dan untuk SMP/MTstidak melebihi 36 orang. Untuk setiaprombongan belajar tersedia 1 (satu) ruangkelas yang dilengkapi dengan meja dankursi yang cukup untuk peserta didikdan guru serta papan tulis

    % 100 100

    Di setiap SMP dan MTs tersedia ruanglaboratorium IPA yang dilengkapi denganmeja dan kursi yang cukup untuk 36peserta didik dan minimal satu setperalatan praktek IPA untuk demonstrasi

    dan eksperimen peserta didik

    % 85,71 100

    Di setiap Kota semua Kepala SekolahSMP/MTs berkualifikasi akademik S1atau D-IV dan telah memiliki sertifikatpendidik

    % 100 100

    Kunjungan pengawas ke satuanpendidikan dilakukan satu kali setiapbulan dan setiap kunjungan dilakukanselama 3 jam untuk melakukan supervisidan pembinaan

    % 100 100

    Rasio ketersediaan sekolah/