RJP Baru 2012

30
BAB I PENDAHULUAN Resusitasi jantung paru (RJP) merupakan usaha yang dilakukan untuk mengembalikan fungsi pernafasan dan atau sirkulasi pada henti nafas (respiratory arrest) dan atau henti jantung (cardiac arrest) pada orang dimana fungsi tersebut gagal total oleh suatu sebab yang memungkinkan untuk hidup normal selanjutnya bila kedua fungsi tersebut bekerja kembali. Setiap menit terdapat sekitar 4-6 orang meninggal didunia karena serangan jantung. Dan sangat disayangkan jika seseorang tiba-tiba meninggal, yang tadinya kelihatan segar bugar, dengan kata lain jantungnya yang sehat untuk tiba-tiba tidak berdenyut lagi. 1 Di Amerika penyakit jantung merupakan pembunuh nomor satu. Setiap tahun hampir 330.000 warga Amerika meninggal karena penyakit jantung. Setengahnya meninggal secara mendadak, karena serangan jantung (cardiac arrest). Dari semua kejadian serangan jantung, 80% serangan jantung terjadi di rumah, sehingga setiap orang seharusnya dapat melakukan resusitasi jantung paru (RJP) atau cardiopulmonary resuscitation (CPR). Menurut American Heart Association bahwa rantai kehidupan mempunyai hubungan erat dengan tindakan resusitasi jantung paru, 1

Transcript of RJP Baru 2012

Page 1: RJP Baru 2012

BAB I

PENDAHULUAN

Resusitasi jantung paru (RJP) merupakan usaha yang dilakukan untuk

mengembalikan fungsi pernafasan dan atau sirkulasi pada henti nafas (respiratory

arrest) dan atau henti jantung (cardiac arrest) pada orang dimana fungsi tersebut

gagal total oleh suatu sebab yang memungkinkan untuk hidup normal selanjutnya

bila kedua fungsi tersebut bekerja kembali.

Setiap menit terdapat sekitar 4-6 orang meninggal didunia karena serangan

jantung. Dan sangat disayangkan jika seseorang tiba-tiba meninggal, yang tadinya

kelihatan segar bugar, dengan kata lain jantungnya yang sehat untuk tiba-tiba

tidak berdenyut lagi.1

Di Amerika penyakit jantung merupakan pembunuh nomor satu. Setiap

tahun hampir 330.000 warga Amerika meninggal karena penyakit jantung.

Setengahnya meninggal secara mendadak, karena serangan jantung (cardiac

arrest).

Dari semua kejadian serangan jantung, 80% serangan jantung terjadi di

rumah, sehingga setiap orang seharusnya dapat melakukan resusitasi jantung paru

(RJP) atau cardiopulmonary resuscitation (CPR). Menurut American Heart

Association bahwa rantai kehidupan mempunyai hubungan erat dengan tindakan

resusitasi jantung paru, karena bagi penderita yang terkena serangan jantung,

dengan diberikan RJP segera maka akan mempunyai kesempatan yang amat besar

untuk dapat hidup kembali.2

RJP biasanya di pelajari oleh dokter, perawat dan para medis lainya, akan

tetapi di Amerika RJP di pelajari oleh orang-orang yang bertugas di publik

(keramaian orang), seperti satpam, polisi, petugas stasiun dan pekerja publik

lainnya. Setiap tahun RJP menolong ribuan nyawa di Amerika Serikat. Lebih dari

5 juta warga amerika mendapat pelatihan RJP dari American Heart Association

dan American Red Cross Course.3

Pedoman Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) dan Emergency

Cardiovascular Care (ECC) tahun 2010 adalah berdasarkan masukan dari 356

1

Page 2: RJP Baru 2012

ahli resusitasi dari 29 negara. Pedoman ini ditinjau kembali setiap lima tahun, dan

diperbarui hanya bila ada bukti jelas bahwa perubahan akan meningkatkan

kelangsungan kadar hidup. Penelitian yang diterbitkan sebelum dan sejak tahun

2005 telah menunjukkan bahwa (1) kualitas kompresi dada terus membutuhkan

perbaikan, walaupun pelaksanaan tahun 2005 pedoman telah dikaitkan dengan

kualitas yang lebih baik dan kelangsungan hidup CPR lebih besar; (2) ada cukup

banyak variasi dalam kelangsungan hidup pasien yang terkena serangan jantung di

luar rumah sakit hingga sampai ke sistem pelayanan medis darurat (EMS), dan (3)

korban yang sebagian besar di luar rumah sakit yang tiba-tiba serangan jantung

tidak menerima CPR oleh pengamat. Perubahan yang direkomendasikan dalam

Pedoman 2010 AHA untuk CPR dan ECC upaya untuk mengatasi masalah ini dan

juga membuat rekomendasi untuk meningkatkan hasil dari serangan jantung

melalui penekanan baru pada jantung penangkapan pasca perawatan. Pedoman

baru stres pengenalan awal, mendesak orang untuk memanggil 9-1-1 atau nomor

darurat lokal mereka jika mereka pernah menemukan seseorang jatuh dan tidak

responsif, dan tidak menunda dengan "melihat, mendengar, dan merasa" untuk

bernapas atau bernadi. Mereka juga merekomendasikan bahwa alih-alih mencoba

mengingat berapa banyak dan berapa banyak penekanan napas, pengamat

melakukan CPR didesak hanya untuk mendorong cepat dan mendorong keras. 

Untuk pasien dengan serangan jantung, prognosa tingkat kelangsungan

hidup dan gangguan neurologis adalah buruk, meskipun resusitasi sedini mungkin

yang melibatkan resusitasi jantung paru, defibrilasi dini dan implementasi yang

tepat pasca perawatan jantung, dapat meningkatkan angka kebertahanan hidup dan

status neurologis pasien.

2

Page 3: RJP Baru 2012

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Definisi

Resusitasi atau reanimasi mengandung arti harfiah menghidupkan kembali,

dimaksudkan usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah suatu episode

henti jantung berlanjut menjadi kematian biologis.4

Resusitasi Jantung Paru (RJP) atau Cardiopulmonary Resuscitation (CPR)

adalah prosedur kegawatdaruratan medis yang ditujukan untuk serangan jantung

dan pada henti napas.5

RJP adalah kombinasi antara bantuan pernapasan dan kompresi jantung

yang dilakukan pada korban serangan jantung.6

II.2. Indikasi

a. Henti Napas

Henti napas primer (respiratory arrest) dapat disebabkan oleh banyak

hal, misalnya serangan stroke, keracunan obat, tenggelam, inhalasi

asap/uap/gas, obstruksi jalan napas oleh benda asing, tesengat listrik,

tersambar petir, serangan infark jantung, radang epiglotis, tercekik

(suffocation), trauma dan lain-lainnya.7

Pada awal henti napas, jantung masih berdenyut, masih teraba nadi,

pemberian O2 ke otak dan organ vital lainnya masih cukup sampai beberapa

menit. Kalau henti napas mendapat pertolongan segera maka pasien akan

teselamatkan hidupnya dan sebaliknya kalau terlambat akan berakibat henti

jantung.7

b. Henti Jantung

Henti jantung primer (cardiac arrest) ialah ketidaksanggupan curah

jantung untuk memberi kebutuhan oksigen ke otak dan organ vital lainnya

secara mendadak dan dapat balik normal, kalau dilakukan tindakan yang

tepat atau akan menyebabkan kematian atau kerusakan otak. Henti jantung

3

Page 4: RJP Baru 2012

terminal akibat usia lanjut atau penyakit kronis tentu tidak termasuk henti

jantung.7

Henti jantung ditandai oleh denyut nadi besar tak teraba (karotis

femoralis, radialis) disertai kebiruan (sianosis) atau pucat sekali, pernapasan

berhenti atau satu-satu (gasping, apnu), dilatasi pupil tak bereaksi terhadap

rangsang cahaya dan pasien tidak sadar.4

Pengiriman O2 ke otak tergantung pada curah jantung, kadar

hemoglobin (Hb), saturasi Hb terhadap O2 dan fungsi pernapasan. Iskemi

melebih 3-4 menit pada suhu normal akan menyebabkan kortek serebri

rusak menetap, walaupun setelah itu dapat membuat jantung berdenyut

kembali.7

II.3. Fase RJP

Resusitasi jantung paru dibagi menjadi 3 fase diantaranya:4

Fase I : Tunjangan Hidup Dasar (Basic Life Support) yaitu prosedur pertolongan

darurat mengatasi obstruksi jalan nafas, henti nafas dan henti jantung, dan

bagaimana melakukan RJP secara benar.

Terdiri dari :

C (circulation) : mengadakan sirkulasi buatan dengan kompresi jantung paru.

A (airway) : menjaga jalan nafas tetap terbuka.

B (breathing) : ventilasi paru dan oksigenisasi yang adekuat.

Fase II : Tunjangan hidup lanjutan (Advance Life Support); yaitu tunjangan hidup

dasar ditambah dengan :

D (drugs) : pemberian obat-obatan termasuk cairan.

E (electrocardiography) : diagnosis elektrokardiografis secepat mungkin setelah

dimulai KJL, untuk mengetahui apakah ada fibrilasi ventrikel, asistole, atau

agonal ventricular complex.

F (fibrillation treatment) : tindakan untuk mengatasi fibrilasi ventrikel.

4

Page 5: RJP Baru 2012

Fase III : Tunjangan hidup terus-menerus (Prolonged Life Support).

G (Gauge) : Pengukuran dan pemeriksaan untuk monitoring penderita secara terus

menerus, dinilai, dicari penyebabnya dan kemudian mengobatinya.

H (Head) : tindakan resusitasi untuk menyelamatkan otak dan sistim saraf dari

kerusakan lebih lanjut akibat terjadinya henti jantung, sehingga dapat dicegah

terjadinya kelainan neurologic yang permanen.

H (Hypothermia) : Segera dilakukan bila tidak ada perbaikan fungsi susunan saraf

pusat yaitu pada suhu antara 30° - 32°C.

H (Humanization) : Harus diingat bahwa korban yang ditolong adalah manusia

yang mempunyai perasaan, karena itu semua tindakan hendaknya berdasarkan

perikemanusiaan.

I (Intensive care) : perawatan intensif di ICU, yaitu : tunjangan ventilasi :

trakheostomi, pernafasan dikontrol terus menerus, sonde lambung, pengukuran

pH, pCO2 bila diperlukan, dan tunjangan sirkulasi, mengendalikan kejang.4

II.4. Persiapan

1.Anestesi

Karena seseorang dalam serangan jantung adalah hampir selalu tidak

sadar, obat-obat anestesi biasanya tidak diperlukan untuk resusitasi

kardiopulmoner (RJP).8

2.Peralatan

RJP, dalam bentuk yang paling dasar, dapat dilakukan di mana saja tanpa

perlu peralatan khusus. Terlepas dari peralatan yang tersedia, teknik yang tepat

sangatlah penting.8

Alat pelindung diri (APD) yaitu, sarung tangan, masker, gaun, harus

digunakan. Namun, pada sebagian besar pasien yang diresusitasi di luar rumah

sakit, RJP dilakukan tanpa perlindungan seperti itu, dan tidak ada kasus yang telah

dilaporkan tentang penularan penyakit melalui pengiriman pasien yang di RJP.

Beberapa rumah sakit dan sistem pelayanan medis darurat, menggunakan

perangkat elektronik untuk memberikan penekanan dada mekanik, meskipun

5

Page 6: RJP Baru 2012

sampai relatif baru-baru ini, perangkat tersebut belum terbukti lebih efektif

daripada kompresi manual yang berkualitas tinggi. Sebuah penelitian yang telah

dipublikasikan menunjukkan bahwa adanya peningkatan angka harapan hidup

dengan hasil neurologis yang lebih baik pada pasien yang menerima kompresi

dekompresi-RJP secara aktif, dengan augmentasi tekanan negatif intrathoracic,

dibandingkan dengan pasien yang menerima standar RJP.

Selain itu, sistem kesehatan lainnya telah mulai menerapkan perangkat elektronik

untuk memantau RJP dan memberikan umpan balik untuk penyedia audiovisual

RJP, sehingga membantu mereka meningkatkan kualitas kompresi selama RJP.8

Seorang operator Advanced Cardiac Life Support (ACLS) (yaitu, dokter,

perawat, paramedis) juga dapat memilih untuk memasukkan pipa endotrakeal

langsung ke dalam trakea pasien (intubasi), yang menyediakan ventilasi yang

paling efisien dan efektif. Namun, 2 penelitian kohort retrospektif telah

dipertanyakan nilai intubasi endotrakeal pra-rumah sakit, dan studi lebih lanjut di

daerah ini dibenarkan.8

Perangkat tambahan yang digunakan dalam pengobatan serangan jantung

adalah defibrilator jantung. Perangkat ini memberikan kejutan listrik ke jantung

melalui 2 elektroda ditempatkan pada dada pasien dan dapat mengembalikan

jantung ke irama perfusi normal.8

3. Pemposisian pasien

RJP adalah yang paling mudah dan efektif dilakukan dengan meletakkan

pasien secara terlentang pada permukaan yang relatif keras, yang memungkinkan

kompresi efektif pada sternum. RJP yang dilakukan di atas bahan yang lembut

seperti kasur atau yang lainnya, umumnya kurang efektif.

Petugas kesehatan yang memberikan penekanan harus ditempatkan cukup tinggi

di atas pasien untuk mencapai ketinggian yang cukup, sehingga ia dapat

menggunakan berat badannya untuk kompresi dada yang cukup.8

Di rumah sakit, di mana pasien berada di atas brangkar atau tempat tidur,

posisi yang tepat sering dicapai dengan menurunkan tempat tidur, operator RJP

yang berdiri di atas bangku pijakan , ataupun keduanya. Dalam RJP di luar rumah

6

Page 7: RJP Baru 2012

sakit, pasien sering diposisikan di lantai, dengan operator RJP berlutut di samping

pasien.8

II.5 Prosedur RJP

Pada dasarnya resusitasi jantung paru terdiri dari 2 elemen : kompresi dada

dan mulut-ke-mulut (mouth-to-mouth) napas buatan.9

Sebelum menolong korban, hendaklah menilai keadaan lingkungan terlebih

dahulu:

1. Apakah korban dalam keadaan sadar?

2. Apakah korban tampak mulai tidak sadar, tepuk atau goyangkan bahu

korban dan bertanya dengan suara keras “Apakah Anda baik-baik saja?”

3. Apabila korban tidak berespon, mintalah bantuan untuk menghubungi

rumah sakit terdekat, dan mulailah RJP

A. Bantuan Hidup Dasar

Merupakan prosedur pertolongan darurat tentang henti jantung dan henti

napas serta bagaimana melakukan RJP yang benar sampai ada bantuan datang.

Pedoman 2010 AHA untuk CPR dan ECC merekomendasikan perubahan dalam

tunjangan hidup dasar yaitu urutan langkah dari A-B-C (Airway – Breathing –

Chest compressions) diganti dengan C-A-B (Chest compressions – Airway –

Breathing). Perubahan ini adalah karena sebagian besar henti jantung disebabkan

oleh fibrilasi ventrikel atau takikardi tanpa denyut (80-90%), kemudian disusul

oleh ventrikel asistol (+10%) dan terakhir oleh disosiasi elektro-mekanik (+5%).

Dua jenis henti jantung yang terakhir lebih sulit ditanggulangi karena akibat

gangguan pacemaker jantung. Fibirilasi ventrikel terjadi karena koordinasi

aktivitas jantung menghilang. Maka pada kondisi seperti ini, unsur-unsur penting

dari awal BLS adalah penekanan dada dan defibrilasi awal. Dalam urutan A-B-C,

penekanan dada sering tertunda sementara responden membuka saluran udara

untuk memberikan nafas mulut-ke-mulut, mengambil perangkat penghalang, atau

mengumpulkan dan merakit peralatan ventilasi. Dengan mengubah urutan ke C-

A-B, penekanan dada akan dimulai lebih cepat. Terdapat juga satu hambatan pada

7

Page 8: RJP Baru 2012

urutan A-B-C, yang dimulai dengan prosedur yang penyedia layanan kesehatan

primer menemukan yang paling sulit sekali, yaitu, membuka jalan napas dan

memberikan napas. Dimulai dengan penekanan dada mungkin lebih mendorong

penyedia pelayanan kesehatan primer untuk memulai RJP. Perubahan besar pada

Pedoman 2010 AHA untuk CPR dan ECC adalah sebagai berikut :6

Karena korban serangan jantung dapat bermanifestasi dengan waktu yang

singkat seperti kegiatan serangan atau agonal gasps yang dapat

membingungkan layanan kesehatan primer, jadi mereka harus dilatih

secara spesifik untuk mengidentifikasi presentasi serangan jantung untuk

meningkatkan pengakuan serangan jantung.

Dokter harus menginstruksikan penyelamat yang tidak terlatih untuk

memberikan Hands-Only CPR untuk orang dewasa dengan serangan

jantung mendadak.

Perbaikan telah dilakukan untuk rekomendasi untuk pengakuan segera dan

mengaktivasi emergency response system setelah dokter mengidentifikasi

pasien dewasa yang tidak responsif dengan tidak bernapas atau tidak

bernapas normal (yaitu, hanya terengah-engah). Dokter memeriksa kondisi

kesehatan pasien secara singkat tanpa bernapas atau tidak bernapas normal

(yaitu, tidak bernapas atau hanya terengah-engah). Dokter kemudian

mengaktifkan emergency response system dan mengaktifkan AED (atau

mengirim seseorang untuk melakukannya). Dokter tidak harus

menghabiskan lebih dari 10 detik memeriksa denyut nadi, dan jika denyut

nadi tidak benar-benar teraba dalam waktu 10 detik, harus dimulai RJP

dan menggunakan defibrillator eksternal otomatis (AED) bila sudah

tersedia.

"Melihat, mendengar, dan merasakan pernafasan" telah dihapus dari

algoritma.

Penggunaan tekanan krikoid selama ventilasi umumnya tidak dianjurkan.

Penyelamat harus memulai penekanan dada sebelum memberikan napas

penyelamatan (C-A-B bukan A-B-C). Permulaan awal RJP dengan 30

8

Page 9: RJP Baru 2012

kompresi daripada 2 ventilasi menyebabkan penundaan lebih pendek

untuk kompresi pertama.

Tingkat kompresi dimodifikasi untuk setidaknya 100/menit dari sekitar

100/menit.

Kompresi kedalaman untuk orang dewasa telah sedikit diubah untuk

minimal 2 inci (sekitar 5 cm) dari kisaran yang direkomendasikan

sebelumnya sekitar 1. sampai 2 inci (4 sampai 5 cm).

Kompresi dada pada tingkat yang memadai dan mendalam, membiarkan

recoil dada lengkap antara penekanan, meminimalkan gangguan dalam

tekanan, dan menghindari ventilasi berlebihan.

Mengurangi waktu antara kompresi terakhir dan pengiriman shock dan

waktu antara pengiriman shock dan dimulainya kembali penekanan segera

setelah memberi shock.

Ada peningkatan fokus menggunakan pendekatan tim selama RJP

dilaksanakan

Perubahan ini dirancang untuk menyederhanakan pelatihan bagi dokter dan

untuk terus menekankan kebutuhan untuk menyediakan RJP berkualitas tinggi

bagi pasien serangan jantung.

9

Page 10: RJP Baru 2012

.

Gambar 1. Algoritma Basic Life Support (BLS)

Untuk membantu dokter mengenali serangan jantung, dokter harus

mengetahui pasien bernapas, dan jika bernafas adalah normal, dalam upaya untuk

membedakan korban dengan terengah-engah misalnya, pada pasien yang

membutuhkan RJP dari korban yang bernafas normal dan tidak perlu RJP. 

Pedoman 2010 AHA untuk CPR dan ECC menyarankan dokter untuk

menginstruksikan penyelamat untuk memberikan Hands-Only CPRTM untuk orang

dewasa yang tidak responsif dengan tidak bernapas atau tidak bernapas

normal. Perubahan pada pedoman 2010 AHA untuk CPR dan ECC adalah untuk

merekomendasikan inisiasi dengan penekanan dada sebelum ventilasi. Meskipun

tidak ada bukti dipublikasikan pada manusia atau hewan yang menunjukkan

bahwa permulaan RJP dengan 30 kompresi daripada 2 ventilasi mengarah ke hasil

yang lebih baik, penekanan dada memberikan aliran darah, dan penelitian

menunjukkan kelangsungan hidup yang lebih tinggi bila para pengamat

disediakan penekanan dada daripada tidak penekanan dada. Malah penekanan

10

Page 11: RJP Baru 2012

dada dapat dimulai segera, sedangkan posisi kepala dan mencapai segel untuk

mulut-mulut atau sungkup membutuhkan waktu yang lama. Keterlambatan

inisiasi penekanan dapat dikurangi jika 2 penyelamat yang hadir: para penyelamat

pertama dimulai penekanan dada, dan penyelamat kedua membuka jalan napas

dan siap untuk memberikan napas segera sebagai penyelamat pertama telah

menyelesaikan set pertama dari 30 penekanan dada. Penekanan menyebabkan

pengaliran darah terutama dengan meningkatkan tekanan intrathoracic dan

langsung menekan jantung. Penekanan menghasilkan aliran darah kritis dan

pengiriman oksigen dan energi ke jantung dan otak. Kebingungan dapat terjadi

bila berbagai kedalaman dianjurkan, jadi satu kedalaman kompresi

direkomendasikan. Penyelamat sering tidak memadai memampatkan dada

meskipun direkomendasi untuk mendorong keras. Selain itu, ilmu sains yang ada

menunjukkan bahwa penekanan dari minimal 2 inci lebih efektif dibandingkan

penekanan dari 1 inci. Dengan ini, pedoman 2010 AHA untuk CPR dan ECC

merekomendasikan kedalaman minimum tunggal untuk kompresi dada orang

dewasa, dan bahwa kedalaman kompresi lebih dalam daripada rekomendasi yang

lama.6

Jumlah penekanan dada per menit selama RJP merupakan faktor penentu

penting dari kelangsungan hidup dengan fungsi neurologis yang baik. Jumlah

sebenarnya penekanan dada diberikan per menit ditentukan oleh laju penekanan

dada dan jumlah dan durasi gangguan dalam penekanan (misalnya, untuk

membuka jalan napas, memberikan napas penyelamatan, atau mengizinkan

analisis dari AED). Pada banyak penelitian, pengiriman penekanan yang lebih

selama resusitasi dikaitkan dengan kelangsungan hidup yang lebih baik, dan

pengiriman penekanan lebih sedikit dikaitkan dengan kelangsungan hidup lebih

rendah. Pernapasan diperiksa secara singkat sebagai bagian dari pemeriksaan

untuk serangan jantung. Setelah set pertama penekanan dada, jalan napas dibuka

dan penyelamat memberikan 2 napas kepada pasien.6

Tekanan krikoid adalah teknik memberi tekanan kepada tulang rawan

krikoid pasien untuk mendorong trakea posterior dan kompres kerongkongan

terhadap vertebra serviks. Penekanan krikoid dapat mencegah tekanan inflasi

11

Page 12: RJP Baru 2012

lambung dan mengurangi risiko regurgitasi dan aspirasi selama ventilasi

menggunakan sungkup, tetapi juga dapat menghambat ventilasi. Tujuh penelitian

secara acak menunjukkan bahwa penekanan krikoid dapat menunda atau

mencegah penempatan suatu saluran napas dan bahwa aspirasi masih dapat terjadi

meskipun aplikasi tekanan krikoid dilakukan. Oleh karena itu, penggunaan rutin

tekanan krikoid tidak dianjurkan.6

Bantuan hidup dasar biasanya digambarkan sebagai urutan tindakan, dan ini

terus benar untuk dokter. Kebanyakan dokter bekerja dalam tim, dan anggota tim

biasanya melakukan tindakan BLS secara bersamaan. Misalnya, salah satu

penyelamat segera memulai penekanan dada sementara penyelamat lain

mendapatkan AED dan panggil untuk bantuan, dan penyelamat ketiga membuka

jalan napas dan menyediakan ventilasi.6

B. Bantuan Hidup Lanjut

Terdiri atas Bantuan hidup dasar ditambah langkah-langkah :

D (Drugs) : Pemberian obat-obatan.

Obat-obat tersebut dibagi menjadi 2 golongan :

1. Penting :

a. Adrenalin : Mekanisme kerja merangsang reseptor alfa dan beta, dosis yang

diberikan 0,5 – 1 mg iv diulang setelh 5 menit sesuai kebutuhan dan yang

perlu diperhatikan dapat meningkatkan pemakaian O2 miokard, takiaritmi,

dan fibrilasi ventrikel.4

b. Natrium Bikarbonat: Penting untuk melawan metabolik asidosis, diberikan

iv dengan dosis awal : 1 mEq/kgBB, baik berupa bolus ataupun dalam infus

setelah selama periode 10 menit. Dapat juga diberikan intrakardial, begitu

sirkulasi spontan yang efektif tercapai, pemberian harus dihentikan karena

bisa terjadi metabolik alkalosis, takhiaritmia dan hiperosmolalitas. Bila

belum ada sirkulasi yang efektif maka ulangi lagi pemberian dengan dosis

yang sama.4

c. Sulfat Atropin : Atropin tidak  lagi  direkomendasikan untuk digunakan 

rutin dalam pengelolaan pulseless electrical activity (PEA)/asistol.

12

Page 13: RJP Baru 2012

Mengurangi tonus vagus memudahkan konduksi atrioventrikuler dan

mempercepat denyut jantung pada keadaan sinus bradikardi. Paling berguna

dalam mencegah “arrest” pada keadaan sinus bradikardi sekunder karena

infark miokard, terutama bila ada hipotensi. Dosis yang dianjurkan ½ mg,

diberikan iv. Sebagai bolus dan diulang dalam interval 5 menit sampai

tercapai denyut nadi > 60/menit, dosis total tidak boleh melebihi 2 mg

kecuali pada blok atrioventrikuler derajat 3 yang membutuhkan dosis lebih

besar.

d. Lidokain: Meninggikan ambang fibrilasi dan mempunyai efek antiaritmia

dengan cara meningkatkan ambang stimulasi listrik dari ventrikel selama

diastole. Pada dosis terapeutik biasa, tidak ada perubahan bermakna dari

kontraktilitas miokard, tekanan arteri sistemik, atau periode refrakter

absolut. Obat ini terutama efektif menekan iritabilitas sehingga mencegah

kembalinya fibrilasi ventrikel setelah defibrilasi yang berhasil, juga efektif

mengontrol denyut ventrikel prematur yang multi fokal dan episode

takikardi ventrikel. Dosis 50-100 mg diberikan iv sebagai bolus, pelan-pelan

dan bisa diulang bila perlu. Dapat dilanjutkan dengan infus kontinu 1-3

mg/menit, biasanya tidak lebih dari 4 mg/menit, berupa lidocaine 500 ml

dextrose 5 % larutan (1 mg/ml).4

2. Berguna :

a. Isoproterenol: Merupakan obat pilihan untuk pengobatan segera (bradikardi

hebat karena complete heart block). Ia diberikan dalam infus dengan jumlah

2 sampai 20 mg/menit (1-10 ml larutan dari 1 mg dalam 500 ml dectrose 5

%), dan diatur untuk meninggikan denyut jantung sampai kira-kira 60

kali/menit. Juga berguna untuk sinus bradikardi berat yang tidak berhasil

diatasi dengan Atropine.4

b. Propanolol: Suatu beta adrenergic blocker yang efek anti aritmianya terbukti

berguna untuk kasus-kasus takikardi ventrikel yang berulang atau fibrilasi

ventrikel berulang dimana ritme jantung tidak dapat diatasi dengan

13

Page 14: RJP Baru 2012

Lidocaine. Dosis umumnya adalah 1 mg iv, dapat diulang sampai total 3 mg,

dengan pengawasan yang ketat.4

c. Kortikosteroid: Sekarang lebih disukai kortikosteroid sintetis (5 mg/kgBB

metil prednisolon sodium succinate atau 1 mg/kgBB dexametason fosfat)

untuk pengobatan syok kardiogenik atau syok lung akibat henti jantung.

Bila ada kecurigaan edema otak setelah henti jantung, 60-100 mg metil

prednisolon sodium succinate tiap 6 jam akan menguntungkan. Bila ada

komplikasi paru seperti pneumonia post aspirasi, maka digunakan

dexametason fosfat 4-8 mg tiap 6 jam.4

E (Electrocardiography)

Diagnosis elektrokardiografis untuk mengetahui adanya fibrilasi ventrikel dan

monitoring.

F (Fibrilation Treatment)

Gambaran EKG pada ventrikel fibrilasi ini menunjukan gelombang listrik tidak

teratur baik amplitudo maupun frekuensinya. Terapi definitifnya adalah syok

elektrik (DC-Shock) dan belum ada satu obat pun yang dapat menghilangkan

fibrilasi. Tindakan defibrilasi untuk mengatasi fibrilasi ventrikel. Elektroda

dipasang sebelah kiri puting susu kiri dan di sebelah kanan sternum atas.

Gambar 2. EKG abnormal

DC Shock

14

Page 15: RJP Baru 2012

2 menit 2 menit

Intubasi : as soon as possible, without stop CPRPijat 100 x/menit Nafas 8 – 10 x/menit

VT/VF

Adrenalin Adrenalin

Indikasi : Shockable

- Ventricular Tachycardia (VT) tanpa pulsasi carotis (pulseless)

- Ventricular Fibrilation (VF) coarse (kasar)

Kontraindikasi : Un-shockable

- Asystole

- Pulseless Electrical Activity (PEA)

- Electro Mechanical Dissociation (EMD)

Cara :

- Gunakan DC shock unsynchronized, single shock 360 Joule (monophasic), 200 Joule (biphasic)

- Bila tetap VT (pulseless)/VF coarse, lakukan defibrilasi 360/200 J berulang bergantian dengan pijat jantung

- Adrenalin 1 mg (1 ampul) dimasukkan setiap 3 – 5 menit

- Lidocaine atau amiodarone dapat diberikan setelah pemberian 3 shock dan irama tetap VT/VF

Penyulit : luka bakar bila jelly kurang, shock listrik (shock electric) bila ada kebocoran arus listrik

Cara memakai DC Shock:

- Siapkan DC Shock, nyalakan powernya, pilih unsynchronized, pilih dosis energi 360/200 J.

- Beri jelly secukupnya pada electrode pedal, oles pakai tangan.

- Charge elektrode sampai bunyi “tiiiiiiiiiiiiittttttt…………………….” (pengisian selesai).

- Semua penolong minggir (tidak menempel tempat tidur pasien), katakan “atas bebas, bawah bebas, samping bebas, saya bebas”, ingat: BEBASKAN DARI SUMBER OKSIGEN.

- Kejut di Sternum dan di Apex jantung (ICS 5 sinistra, axilla ant.line) dengan tekanan ± 10 kg (pedal boleh dibolak-balik)

VT (pulseless)/VF coarse

15

Page 16: RJP Baru 2012

Evaluasi CPR : tiap 2 menit

2 menit 2 menit

Intubasi : as soon as possible, without stop CPRPijat 100 x/menit Nafas 8 – 10 x/menit

ASYST

Evaluasi AdrenalinEvaluasi

CPR-1 30 : 2

Call for help

Pasang monitor

CPR-2 adrenalin CPR-3 CPR-4 CPR-5 CPR-6

Adrenalin : 1mg, i.v., repeated every 3-5 minutes

EvaluasiEvaluasi Adrenalin

Cardiac arrest

2 menit 2 menit

Evaluasi CPR : tiap 2 menit

ASYSTOLE/PEA/EMD

Cardiac arrest

2 menit 2 menit

Gambar 3. Algoritma CPR pada keadaan VT/VF dan Asystole/PEA/EMD

16

Page 17: RJP Baru 2012

Gambar 4. Algoritma baru advanced cardiovascular life support (ACLS)

C. Bantuan Hidup terus-menerus

G (Gauge) : Tindakan selanjutnya adalah melakukan monitoring terus menerus

terutama sistem pernapasan, kardiovaskuler, dan sistem saraf.

H (Head) : Tindakan resusitasi untuk menyelamatkan otak dan sistim saraf dari

kerusakan lebih lanjut, sehingga dapat dicegah terjadinya kelainan neurologis

yang permanen.

H (Hypothermy) : Segera dilakukan bila tidak ada perbaikan fungsi susunan saraf

pusat yaitu pada suhu antara 30°-32°C.

H (Humanization) : Harus diingat bahwa korban yang ditolong adalah manusia

yang mempunyai perasaan, karena itu semua tindakan hendaknya berdasarkan

perikemanusiaan.

I (Intensive care) : Perawatan intensif di ICU, yaitu : tunjangan ventilasi :

trakheostomi, pernafasan dikontrol terus menerus, sonde lambung, pengukuran

pH, pCO2 bila diperlukan, dan tunjangan sirkulasi, mengendalikan kejang.

17

Page 18: RJP Baru 2012

Keputusan untuk mengakhiri resusitasi

Keputusan untuk memulai dan mengakhiri usaha resusitasi adalah masalah

medis, tergantung pada pertimbangan penafsiran status serebral dan

kardiovaskuler penderita. Kriteria terbaik adanya sirkulasi serebral dan adekuat

adalah reaksi pupil, tingkat kesadaran, gerakan dan pernafasan spontan dan

refleks. Keadaan tidak sadar yang dalam tanpa pernafasan spontan dan pupil tetap

dilatasi 15-30 menit, biasanya menandakan kematian serebral dan usaha-usaha

resusitasi selanjutnya biasanya sia-sia. Kematian jantung sangat memungkinkan

terjadi bila tidak ada aktivitas elektrokardiografi ventrikuler secara berturut-turut

selama 10 menit atau lebih sesudah RJP yang tepat termasuk terapi obat.4

II.6 Pasca prosedur

Komplikasi

Melakukan penekanan dada dapat menyebabkan patahan rusuk atau tulang

dada, meskipun insiden semacam fraktur secara luas dianggap rendah.

Pernapasan buatan menggunakan metode ventilasi yang invasif (misalnya,

mulut ke mulut, bag-valve-mask [BVM]) sering dapat mengakibatkan

insuflasi lambung. Hal ini dapat menyebabkan muntah, yang selanjutnya dapat

menyebabkan napas kompromi atau aspirasi. Masalahnya dapat dihilangkan

dengan menyisipkan saluran napas invasif, yang mencegah udara memasuki

kerongkongan.

18

Page 19: RJP Baru 2012

BAB III

KESIMPULAN

The 2010 American Health Association (AHA) Guidelines for CPR and

ECC menekankan perlunya RJP berkualitas tinggi, termasuk :

Tingkat kompresi minimal 100/menit (perubahan dari "kira-kira" 100/min)

Sebuah kedalaman kompresi minimal 2 inci (5 cm) pada orang dewasa dan

kedalaman kompresi minimal sepertiga dari diameter anteriorposterior dari

dada pada bayi dan anak-anak (sekitar 1,5 inci [4 cm] pada bayi dan 2 inci

[5 cm] pada anak-anak). Perhatikan bahwa kisaran 1 sampai 2 inci tidak lagi

digunakan untuk orang dewasa, dan kedalaman mutlak yang ditetapkan

untuk anak-anak dan bayi lebih dalam dari pada versi sebelumnya dari

Pedoman AHA untuk CPR dan ECC. Memungkinkan untuk mundur dada

selesai setelah setiap kompresi

Meminimalkan gangguan dalam penekanan dada

Menghindari ventilasi berlebihan

Tidak ada perubahan rekomendasi untuk kompresi-untuk ventilasi rasio

dari 30:2 untuk penyelamat tunggal orang dewasa, anak-anak, dan bayi (termasuk

bayi yang baru lahir). The 2010 American Health Association (AHA) Guidelines

for CPR and ECC terus merekomendasikan bahwa napas penyelamatan diberikan

pada sekitar 1 detik. Sekali napas lanjutan di tempat, penekanan dada dapat

dilakukan secara kontinu (pada tingkat minimal 100/menit). Napas penyelamat

kemudian dapat disediakan pada sekitar 1 nafas setiap 6 sampai 8 detik (sekitar 8

sampai 10 napas per menit). Ventilasi berlebihan harus dihindari. 

19

Page 20: RJP Baru 2012

DAFTAR PUSTAKA

1. Sanif E., 2010. Metode Baru Resusitasi Jantung Paru. Disitasi dari

http://www.jantunghipertensi.com/index.php?

option=com_content&task=view& i d=206&Itemid=9

2. Stoppler M.C., 2010. The Importance of CPR. Disitasi dari

http://www.emedicinehealth.com/cardiopulmonary_resuscitation_cpr/article

_em.htm

3. Dar Ahmed B., 2008. Cardiopulmonary Resuscitation. Assocaiate Prof of

Medicine. Chinkipora Sopore Kashmir, India.

4. Andrey, 2012. Resusitasi Jantung Paru Pada Kegawatan Kardiovaskuler.

Disitasi dari http://yumizone.wordpress.com/2008/11/27/resusitasijantung -

paru-pada-kegawatan-kardiovaskule r/

5. Wikipedia, 2010. Cardiopulmonary Resuscitation. Disitasi dari

http://en.wikipedia.org/wiki/Cardiopulmonary_ resuscitation

6. American Heart Association. 2010. Cardiopulmonary resuscitation. Disitasi

tanggal 18 maret 2012 dari http://www.americanheart.org/presenter.jhtml?

identifier=4479

7. Latief S.A., 2007. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Edisi Kedua. Penerbit

FKUI. Jakarta.

8. Lira .A , Kulkarni R. 2012. Cardiopulmonary Resuscitation. Diperbaharui

tanggal 17 Juni 2011 , disitasi tanggal 18 Maret 2012. Diunduh dari

http://emedicine.medscape.com/article/1344081-overview

9. Mayo Clinic staff. 2010. Cardiopulmonary Resusistation. Disitasi dari

http://www.mayoclinic.com/health/first-aid-cpr/FA00061

10. Agarwal P.S.& Jadon A., 2008. Cardiopulmonary Resuscitation. TATA

Motors Hospital. Jamshedpur. India.

11. American Heart Association. 2010. Part 4 Adult Basic Life Suppot in

Circulation Journal.

20