riswandiipbbab1

10
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam kerangka pembangunan nasional, pembangunan daerah merupakan bagian yang terintegrasi. Pembangunan daerah sangat menentukan keberhasilan pembangunan nasional secara keseluruhan. Dapat diamati bahwa perkembangan pembangunan daerah telah berlangsung dengan pesat dan diperkirakan akan terus berlanjut. Perkembangan ini akan membawa dampak keruangan dalam bentuk terjadinya perubahan pola pemanfaatan ruang, baik direncanakan ataupun tidak direncanakan. Penataan ruang kawasan perkotaan diselenggarakan untuk (1) mencapai tata ruang kawasan perkotaan yang optimal, serasi, selaras, dan seimbang dalam pengembangan kehidupan manusia. (2) Meningkatkan fungsi kawasan perkotaan secara serasi, selaras, dan seimbang antara perkembangan lingkungan dengan tata kehidupan masyarakat. (3) Mengatur pemanfaatan ruang guna meningkatkan kemakmuran rakyat dan mencegah serta menanggulangi dampak negatif terhadap lingkungan alam, lingkungan buatan, dan lingkungan sosial (UU Nomor 24 Tahun 1992). Ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan merupakan bagian dari penataan ruang kota yang berfungsi sebagai kawasan hijau pertamanan kota, kawasan hijau hutan kota, kawasan hijau rekreasi kota, kawasan hijau kegiatan olahraga kawasan hijau dan kawasan hijau pekarangan. Ruang terbuka hijau adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas, baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur. Pemanfatan ruang terbuka hijau lebih bersifat pengisian hijau tanaman atau tumbuh-tumbuhan secara alamiah ataupun budidaya tanaman seperti lahan pertanian, pertamanan, perkebunan dan sebagainya (Inmendagri No. 14 Tahun 1988). Faktor yang sangat penting dalam permasalahan lingkungan adalah besarnya populasi manusia. Pertumbuhan penduduk merupakan faktor utama yang mempengaruhi perkembangan pemukiman dan kebutuhan prasarana dan sarana. Pertambahan jumlah penduduk juga akan menyebabkan meningkatnya kebutuhan

Transcript of riswandiipbbab1

Page 1: riswandiipbbab1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di dalam kerangka pembangunan nasional, pembangunan daerah

merupakan bagian yang terintegrasi. Pembangunan daerah sangat menentukan

keberhasilan pembangunan nasional secara keseluruhan. Dapat diamati bahwa

perkembangan pembangunan daerah telah berlangsung dengan pesat dan

diperkirakan akan terus berlanjut. Perkembangan ini akan membawa dampak

keruangan dalam bentuk terjadinya perubahan pola pemanfaatan ruang, baik

direncanakan ataupun tidak direncanakan.

Penataan ruang kawasan perkotaan diselenggarakan untuk (1) mencapai

tata ruang kawasan perkotaan yang optimal, serasi, selaras, dan seimbang dalam

pengembangan kehidupan manusia. (2) Meningkatkan fungsi kawasan perkotaan

secara serasi, selaras, dan seimbang antara perkembangan lingkungan dengan tata

kehidupan masyarakat. (3) Mengatur pemanfaatan ruang guna meningkatkan

kemakmuran rakyat dan mencegah serta menanggulangi dampak negatif terhadap

lingkungan alam, lingkungan buatan, dan lingkungan sosial (UU Nomor 24 Tahun

1992).

Ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan merupakan bagian dari penataan

ruang kota yang berfungsi sebagai kawasan hijau pertamanan kota, kawasan hijau

hutan kota, kawasan hijau rekreasi kota, kawasan hijau kegiatan olahraga kawasan

hijau dan kawasan hijau pekarangan. Ruang terbuka hijau adalah ruang-ruang

dalam kota atau wilayah yang lebih luas, baik dalam bentuk area/kawasan maupun

dalam bentuk area memanjang/jalur. Pemanfatan ruang terbuka hijau lebih

bersifat pengisian hijau tanaman atau tumbuh-tumbuhan secara alamiah ataupun

budidaya tanaman seperti lahan pertanian, pertamanan, perkebunan dan

sebagainya (Inmendagri No. 14 Tahun 1988).

Faktor yang sangat penting dalam permasalahan lingkungan adalah

besarnya populasi manusia. Pertumbuhan penduduk merupakan faktor utama yang

mempengaruhi perkembangan pemukiman dan kebutuhan prasarana dan sarana.

Pertambahan jumlah penduduk juga akan menyebabkan meningkatnya kebutuhan

Page 2: riswandiipbbab1

2

bahan pangan dan energi serta bertambahnya limbah domestik dengan cepat.

Sejalan dengan upaya pembangunan ekonomi atau pengembangan kawasan,

berbagai kegiatan masyarakat dan pemerintah yang ada di Kota Pekanbaru terjadi

pada suatu ruang. Ketidaktepatan rencana dan ketidaktertiban pemanfaatan ruang

dapat berpengaruh terhadap penurunan kualitas lingkungan hidup, sehingga

lingkungan menjadi berkembang secara ekonomi, namun menurun secara ekologi.

Kondisi demikian menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem, yang

dapat berupa terjadinya peningkatan suhu udara dan pencemaran udara.

Peningkatan konversi lahan sekitar 60,11 % pada tahun 2004 dilakukan

untuk pengembangan kawasan-kawasan pemukiman (Anonim, 2002). Rencana

tata ruang untuk pemukiman tahun 2000 berjumlah 14.172 hektar, sementara pada

tahun 2004 jumlahnya meningkat menjadi 35.531 hektar. Pengembangan kawasan

untuk pemukiman terjadi karena jumlah penduduk semakin berkembang pesat,

baik itu penduduk lokal ataupun pendatang yang ambil bagian dalam kegiatan

perekonomian. Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) Pekanbaru Tahun

2002-2006 memperkirakan jumlah penduduk Kota Pekanbaru sampai dengan

tahun 2006 mencapai 704.220 jiwa, sementara pada tahun 2002 hanya berjumlah

615.195 jiwa, terjadi peningkatan sekitar 12,64%. Peningkatan jumlah penduduk

akan berdampak pada perubahan penggunaan lahan baik untuk pemukiman,

kawasan hijau kota ataupun peruntukan lainnya.

Pembangunan yang belum merata memberikan pengaruh terhadap

penyebaran jumlah penduduk. Daerah pusat kegiatan merupakan pusat kehidupan

sosial, ekonomi, budaya, dan politik dalam suatu kota sehingga pada kawasan ini

terdapat bangunan utama untuk kegiatan sosial ekonomi (Yunus, 2002). Rute

transportasi dari segala penjuru memusat pada kawasan ini sehingga daerah pusat

kegiatan merupakan kawasan dengan derajat aksesibilitas tertinggi. Penduduk

Kota Pekanbaru tahun 2003 berjumlah 653.920 jiwa (BPS Kota Pekanbaru, 2003).

Kecamatan yang berada pada pusat kota mempunyai kecenderungan dengan

kepadatan penduduk yang tinggi. Kecamatan Pekanbaru Kota mempunyai

kepadatan penduduk dengan jumlah 135 jiwa/hektar, Senapelan 55 jiwa/hektar,

Page 3: riswandiipbbab1

3

Sukajadi 121 jiwa/hektar, Sail 66 jiwa/hektar, Rumbai 5 jiwa/hektar, Bukit Raya 7

jiwa/hektar, dan Tampan 14 jiwa/hektar.

Besarnya pemakaian energi listrik di Kota Pekanbaru terjadi seiring

dengan meningkatnya populasi dan aktifitas masyarakat untuk berbagai kegiatan.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) Kota

Pekanbaru, terjadi peningkatan konsumsi listrik dalam hitungan kWh. Rata-rata

peningkatan hingga tahun 2004 sekitar 8,74 %. Jumlah kWh yang terpakai pada

tahun 1998 yaitu sebesar 346.506.282 dan pemakaian sampai dengan tahun 2004

berjumlah 563.669.923 kWH (Lampiran 1).

Jumlah kendaraan di Kota Pekanbaru pada Tahun 2000 berjumlah 247.683

unit. Terjadi peningkatan sekitar 12,14 %, pada akhir Tahun 2004 berjumlah

300.112 unit (Direktorat Lalu Lintas, Polda RIAU). Peningkatan jumlah

kendaraan akan meningkatkan kebutuhan energi yang berdampak terhadap

peningkatan jumlah karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan.

Udara sebagai sumber daya alam yang mempengaruhi kehidupan manusia

serta makhluk hidup lainnya harus dijaga dan dipelihara kelestarian fungsinya

untuk pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan manusia serta perlindungan bagi

makhluk hidup lainnya. Supaya udara dapat bermanfaat sebesar-besarnya bagi

pelestarian fungsi lingkungan hidup, maka udara perlu dipelihara, dijaga dan

dijamin mutunya melalui pengendalian pencemaran udara (PP No.41 Tahun

1999).

Berdasarkan informasi dari Laboratorium Udara BAPEDALDA Kota

Pekanbaru bahwa untuk saat tertentu keadaan kualitas udara ambien Kota

Pekanbaru telah melebihi ambang batas. Kriteria ambang batas ditetapkan

berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. Kep-45/MENLH/10/1997

tentang perhitungan dan pelaporan serta informasi Indeks Standar Pencemar

Udara (ISPU). Parameter pencemaran udara meliputi nilai partikulat (PM-10),

ozon (O3), CO, SO2 dan NO2. Nilai Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU)

disajikan pada Lampiran 2.

Masing-masing jenis polutan terpapar dengan kriteria baik, sedang, tidak

sehat, sangat tidak sehat, sampai dengan berbahaya. Dampak yang ditimbulkan

Page 4: riswandiipbbab1

4

dari partikulat (PM-10) untuk kategori sedang adalah terjadi penurunan pada jarak

pandang, kategori tidak sehat selain gangguan jarak pandang terjadi juga

pengotoran debu, kategori sangat tidak sehat akan terjadi peningkatan sensitivitas

pada penderita asma dan bronhitis (Lampiran 3). Dampak yang ditimbulkan dari

Ozon (O3) untuk kategori sedang akan mengakibatkan luka pada beberapa spesies

tumbuhan, kategori tidak sehat mengakibatkan penurunan kemampuan daya tahan

tubuh, kategori sangat tidak sehat akan mempengaruhi pernafasan penderita paru-

paru kronis (Lampiran III Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak

Lingkungan No. 107 Tahun 1997). Sementara dampak untuk masing-masing

kategori sedang yang ditimbulkan dari karbon monoksida (CO), nitrogen (NO2),

dan sulfur dioksida (SO2) adalah terjadinya perubahan kimia darah, berbau, dan

luka pada beberapa spesies tumbuhan.

Perubahan yang terjadi mempunyai pengaruh buruk terhadap lingkungan,

apalagi jika sebelumnya aparat pemerintah belum mempersiapkan strategi

perencanaan khusus untuk mengantisipasi segala bentuk perubahan yang terjadi

khususnya terhadap pengelolaan lingkungan hidup kawasan perkotaan secara

berkesinambungan. Permasalahan lingkungan di Kota Pekanbaru ditimbulkan

akibat terjadi peningkatan kawasan untuk pemukiman, peningkatan jumlah

penduduk yang berhubungan dengan daya tampung lingkungan, jumlah karbon

dioksida yang dihasilkan serta keberadaan vegetasi atau kawasan hijau sebagai

daya dukung lingkungan.

Tujuan yang ingin dicapai dengan pembangunan berkelanjutan adalah

menggeser titik berat pembangunan dari hanya pembangunan ekonomi menjadi

juga mencakup pembangunan sosial-budaya dan lingkungan (Keraf, 2002). Dalam

konsep dasar pembangunan yang berwawasan lingkungan ada dua aspek penting

yang menjadi perhatian utama yaitu lingkungan dan pembangunan. Oleh karena

itu, pembangunan berwawasan lingkungan berarti pembangunan yang baik dari

titik pandang ekologi atau lingkungan. Berwawasan lingkungan juga berarti

adanya keharmonisan dalam hubungan manusia dan alam atau lebih spesifik

antara manusia dan lingkungan fisiknya (Yakin, 1997).

Page 5: riswandiipbbab1

5

Untuk mengatasi permasalahan lingkungan yang timbul maka perlu

dilakukan pengelolaan lingkungan fisik perkotaan sesuai dengan daya dukung dan

kebutuhan kota. Bentuk pengelolaan dapat berupa pemanfaatan ruang yang

diperuntukkan bagi penghijauan kota. Penelitian ini dilakukan supaya dapat

memperoleh gambaran mengenai jumlah kebutuhan luas vegetasi untuk

mendukung perkembangan kota di Kota Pekanbaru.

1.2 Kerangka Pemikiran

Kota yang sedang berkembang pada umumnya berusaha untuk

mengembangkan dirinya dari suatu keadaan dan sifat masyarakat tradisional

dengan keadaan ekonomi terbelakang, menuju ke arah keadaan yang lebih baik.

Dalam hal ekonomi, ditujukan untuk mendapatkan kesejahteraan dan tingkat

ekonomi yang lebih baik. Akan tetapi perhatian terhadap pembangunan ekonomi

saja tidak akan memberikan jaminan untuk suatu proses pembangunan yang stabil

dan berkelanjutan apabila mengabaikan aspek lain seperti lingkungan

(Tjokroamidjojo, 1995).

Meningkatnya jumlah populasi penduduk kota dan kebutuhan sumber

daya, keberadaan kota tidak dapat dilepaskan dari masalah-masalah lingkungan

seperti keterbatasan lahan, polusi air, udara dan suara, sistem sanitasi yang buruk,

dan kondisi perumahan yang tidak memadai serta masalah transportasi. Lebih

lanjut, persoalan lingkungan kota juga mempunyai implikasi yang kompleks,

terutama berkaitan dengan persoalan sosial ekonomi masyarakat kota. Lingkungan

kota yang kurang baik dan sehat memicu berkembangnya berbagai persoalan

sosial kota, baik menyangkut kriminalitas kota, persoalan psikologis penduduk

kota, kemiskinan, serta konflik-konflik sosial lainnya.

Pertumbuhan kegiatan ekonomi dan pembangunan yang terpusat pada

daerah perkotaan, memacu arus urbanisasi sehingga berpengaruh terhadap

penyebaran penduduk. Dengan meningkatnya jumlah penduduk dan luas lahan

yang terbatas akan berakibat terhadap menurunnya kemampuan daya dukung dan

daya tampung lingkungan. Permasalahan lain yang timbul akibat adanya

pertambahan jumlah penduduk diantaranya adalah terjadinya penurunan kualitas

Page 6: riswandiipbbab1

6

lingkungan yang diakibatkan dengan terjadinya penurunan kualitas udara oleh

adanya kegiatan industri dan transportasi.

Pencemaran terjadi dengan meningkatnya aktivitas masyarakat, dalam hal

ini adalah semakin banyaknya jumlah kendaraan di kawasan perkotaan akan

menimbulkan berbagai macam polusi udara yang membahayakan kesehatan

manusia. Terjadinya perubahan iklim mikro dapat dirasakan dengan

meningkatnya suhu udara di kawasan perkotaan sebagai dampak dari banyaknya

sumber pencemar. Keadaan ini juga akan menimbulkan penurunan nilai estetika,

artinya pada kawasan perkotaan, masyarakat sudah tidak dapat lagi merasakan

kenyamanan yang nantinya juga akan menimbulkan permasalahan-permasalahan

psikologis bagi manusia di kawasan perkotaan. Pencemaran udara juga menjadi

bagian dari penurunan kualitas lingkungan sebagai akibat adanya kegiatan

industri, jumlah kendaraan bermotor yang terus bertambah dan berbagai jenis

aktifitas masyarakat.

Perkembangan kota yang terjadi di Kota Pekanbaru terlihat dengan

semakin berkembangnya perekonomian di segala sektor. Industri, perdagangan

dan jasa juga memegang peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan

perekonomian. Bertambahnya tingkat pertumbuhan penduduk juga merupakan

dampak dari suatu perubahan kota yang menunjukkan banyaknya aktivitas yang

terjadi di dalam kota tersebut yang pada akhirnya membutuhkan lahan yang

banyak untuk pemukiman. Perkembangan kota juga akan mengakibatkan konversi

terhadap lahan-lahan hijau, sehingga peran lahan hijau tersebut menjadi prioritas

yang terakhir dari kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah kota. Ketiga

kelompok tersebut yaitu kegiatan industri, perdagangan dan jasa berpengaruh

terhadap perekonomian, pemukiman serta konversi lahan-lahan hijau akan

menimbulkan dampak-dampak perubahan yang negatif dari keadaan sebelumnya

terhadap lingkungan, hal ini tentu akan menimbulkan masalah-masalah baru

terhadap lingkungan yang akan berpengaruh terhadap kualitas lingkungan.

Perlu dilakukan suatu cara untuk penanggulangan kerusakan lingkungan

akibat dari permasalahan-permasalahan lingkungan yang timbul. Salah satu cara

yang bisa dilakukan untuk mengatasi kerusakan lingkungan perkotaan adalah

Page 7: riswandiipbbab1

7

dengan pengadaan ruang terbuka hijau yang tepat dan sesuai fungsinya serta lebih

khusus untuk menghasilkan suatu perencanaan hutan kota yang nantinya akan

memberikan sumbangan yang positif dengan keberadaan pohon-pohon yang ditata

dengan suatu perencanaan yang baik.

Hutan kota merupakan bagian dari ruang terbuka hijau kota,

keberadaannya memiliki makna mengamankan ekosistem alam yang besar

pengaruhnya terhadap eksistensi dan kelangsungan hidup kota itu sendiri. Manfaat

keberadaan hutan kota yaitu untuk memperbaiki lingkungan dan menjaga iklim,

meresapkan air, menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik kota

serta mendukung pelestarian plasma nutfah dan aspek lainnya, sehingga

pembangunan dapat berjalan seiring sejalan dengan aspek kelestarian lingkungan.

Pendekatan pembangunan hutan kota yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan parsial yakni menyisihkan sebagian dari kota untuk kawasan hutan

kota (Dahlan, 2004). Ada beberapa metoda yang dapat dilakukan untuk

menetapkan luasannya yakni berdasarkan perhitungan: (1) persentase luas

(Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 1988); (2) luasan perkapita

(Simonds,1983); dan (3) isu penting pada suatu kota. Persentase luas yang dipakai

menjadi acuan adalah 40 % dari luas wilayah adalah kawasan hijau. Luasan

perkapita yang digunakan adalah kebutuhan ruang terbuka hijau masyarakat yaitu

40 meter persegi/jiwa. Isu penting yang digunakan adalah berdasarkan jumlah

karbon dioksida berdasarkan kemampuan tipe vegetasi untuk menyerap karbon

dioksida (Iverson et. al. 1993).

Diagram alir kerangka penelitian yang dilakukan untuk merencanakan

pembangunan hutan kota untuk memenuhi kebutuhan ruang terbuka hijau di Kota

Pekanbaru disajikan pada Gambar 1.

Page 8: riswandiipbbab1

8

Kesesuaian

Luas RTH

Kesesuaian

Luas RTH

Permasalahan

Lingkungan

Arahan Penanaman

Vegetasi Dengan

Hutan Kota

Perkembangan Kota

Existing Condition

RTH

Standar Kebutuhan

RTHKondisi Kota

RUTRK

Kawasan Hijau

Luas dan Sebaran

Inmendagri

No.14/88

Jumlah

Penduduk

Jumlah

Karbon dioksida

Luas Wilayah

Kependudukan

Konsumsi Energi

(listrik, minyak

tanah,

premium, solar)

Luas dan SebaranAnalisis Penutupan

Lahan

Analisis Kebutuhan

RTH

Luas dan Sebaran

No No

1.3 Rumusan Masalah

Pembangunan di Kota Pekanbaru merupakan rangkaian upaya

pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan.

Kawasan Kota Pekanbaru merupakan tempat yang sangat menarik bagi

masyarakat untuk mengembangkan kehidupan sosial ekonomi. Kehidupan sosial

ekonomi berpengaruh terhadap pertumbuhan penduduk baik secara alamiah

maupun migrasi sehingga menyebabkan tidak terkendalinya perkembangan

pemukiman dan lingkungan perumahan.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Page 9: riswandiipbbab1

9

Faktor yang sangat penting dalam permasalahan lingkungan adalah

besarnya populasi manusia. Pertumbuhan penduduk merupakan faktor utama yang

mempengaruhi perkembangan pemukiman dan kebutuhan prasarana dan sarana.

Pertambahan jumlah penduduk juga akan menyebabkan terjadinya peningkatan

kebutuhan energi seperti energi listrik, minyak tanah, bahan bakar transportasi

yaitu premium dan solar. Sejalan dengan upaya pembangunan ekonomi atau

pengembangan kawasan, berbagai kegiatan masyarakat dan pemerintah yang ada

di Kota Pekanbaru terjadi pada suatu ruang. Ketidaktepatan rencana dan

ketidaktertiban pemanfaatan ruang dapat berpengaruh terhadap penurunan kualitas

lingkungan hidup.

Ruang terbuka hijau semakin terdesak keberadaannya dan berubah

menjadi bangunan untuk mencukupi kebutuhan fasilitas penduduk kota.

Penyebaran jumlah penduduk yang tidak merata dalam suatu wilayah, akan

memberikan pengaruh yang negatif terhadap daya dukung lingkungan. Kebutuhan

energi sebagai dampak adanya kegiatan pembangunan, meningkatkan

pengaruhnya terhadap kualitas udara Kota Pekanbaru. Rencana tata ruang yang

merupakan aplikasi peraturan mengenai ruang terbuka hijau, belum bisa

diwujudkan dengan baik untuk mengakomodasi aspek-aspek yang membutuhkan

ruang terbuka hijau.

Secara lebih khusus, permasalahan pokok yang hendak diteliti atau

diungkapkan pada penelitian ini adalah :

1. Apakah ruang terbuka hijau yang ada telah memberi keseimbangan

lingkungan terhadap penyebaran dan jumlah penduduk, luas wilayah serta

dampak yang ditimbulkan dari penggunaan energi (listrik, minyak tanah,

premium, dan solar) ?

2. Apakah rencana tata ruang untuk kawasan hijau sudah mampu

mengakomodasi kebutuhan ruang terbuka hijau yang dibutuhkan masyarakat

dan fungsi untuk menyerap karbon dioksida dapat terpenuhi ?

Page 10: riswandiipbbab1

10

1.4 Tujuan Penelitian

Secara spesifik tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis luas dan sebaran ruang terbuka hijau di Kota Pekanbaru.

2. Menganalisis jumlah kebutuhan ruang terbuka hijau di Kota Pekanbaru

berdasarkan luas kawasan, jumlah penduduk, dan karbon dioksida yang

dihasilkan.

3. Mengidentifikasi apakah luas dan sebaran ruang terbuka hijau di Kota

Pekanbaru telah sesuai terhadap kebutuhan luas kawasan hijau

berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 1988 tentang

Penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH), jumlah penduduk, dan jumlah

karbon dioksida yang dihasilkan.

4. Mengidentifikasi kesesuaian jumlah dan sebaran ruang terbuka hijau

berdasarkan Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) terhadap

kebutuhan ruang terbuka hijau.

5. Arahan penambahan ruang terbuka hijau untuk memenuhi kebutuhan

ruang terbuka hijau di Kota Pekanbaru.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian adalah ini :

1. Memberikan informasi kepada Pemerintah Daerah Kota Pekanbaru mengenai

kebutuhan ruang terbuka hijau Kota Pekanbaru.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi Pemerintah Daerah Kota Pekanbaru untuk

menentukan lokasi dan luas kawasan hijau kota.

3. Sebagai bahan rujukan dan perbandingan untuk penentuan kebutuhan ruang

terbuka hijau khususnya bagi kawasan-kawasan kota yang mengalami

permasalahan lingkungan yang sama.