Riset Arif
-
Upload
ellayz-cabbiz -
Category
Documents
-
view
261 -
download
0
Transcript of Riset Arif
7/23/2019 Riset Arif
http://slidepdf.com/reader/full/riset-arif 1/57
i
PREVALENSI PENDERITA ARITMIA DI RUMAH
SAKIT BINAWALUYA TAHUN 2008-2009
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
Oleh :
ARIF BUDI RAHMANNIM: 105103003394
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/2009 M
7/23/2019 Riset Arif
http://slidepdf.com/reader/full/riset-arif 2/57
ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana
Kedokteran di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, November 2009
Arif Budi Rahman
Materai
Rp. 6000
7/23/2019 Riset Arif
http://slidepdf.com/reader/full/riset-arif 3/57
iii
PREVALENSI PENDERITA ARITMIA DI RUMAH SAKIT
BINAWALUYA TAHUN 2008-2009
Laporan Penelitian
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Kedokteran (S.Ked)
Oleh
Arif Budi Rahman NIM: 105103003394
Menyetujui,
Pembimbing
Endah Wulandari. M.Biomed
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/2009 M
7/23/2019 Riset Arif
http://slidepdf.com/reader/full/riset-arif 4/57
iv
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Laporan Penelitian berjudul PREVALENSI PENDERITA ARITMIA DI
RUMAH SAKIT BINAWALUYA TAHUN 2008-2009 yang diajukan oleh Arif
Budi Rahman (NIM: 105103003394), telah diujikan dalam sidang di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada November 2009. Laporan penelitian ini
telah di sesuaikan dengan pedoman penulisan laporan penelitian dan dikoreksi
oleh pembimbing. Laporan ini diterima sebagai salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Kedokteran (S. Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter.
Jakarta, 9 November 2009
DEWAN PENGUJI
Ketua Sidang Pembimbing Penguji
dr.Nurul Hiedayati,PhD Endah Wulandari,M.Biomed dr.BisatyoMardjikoen SpOT
PIMPINAN FAKULTAS
Dekan FKIK UIN PJS Kaprodi PSPD FKIK UIN
Prof. Dr (hc).drMK. Tadjudin, SpAnd dr. Mukhtar Ikhsan, SpP (K), MARS
7/23/2019 Riset Arif
http://slidepdf.com/reader/full/riset-arif 5/57
v
KATA PENGANTAR
تھ بر ك و مة حر و مكی ل ع م الس ل
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi sebagai salah satu
syarat memperoleh gelar Sarjana Sains (S.Ked) dengan judul “ PREVALENSI
PENDERITA ARITMIA DI RUMAH SAKIT BINAWALUYA TAHUN 2008-
2009”. Shalawat dan salam kita curahkan kepada suri tauladan kita Nabi Besar
Muhammad SAW. beserta keluarga dan para sahabat.
Segenap rasa terima kasih ingin penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang
telah membantu terselesaikannya skripsi ini, diantaranya:
1.
Orangtua tercinta dan kakak,adik tersayang yang telah memberikan doa
dan dukungan yang besar kepada penulis.
2.
Bapak Prof. Dr. dr. Hc. M. K. Tadjudin Spd. Md.selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.
3. Bapak Dr. dr. H. Syarif Hasan Lutfie, Sp RM selaku Ketua Prodi
Kedokteran yang telah memberikan bimbingan dan arahan.
4.
Ibu Endah, M.BioMed selaku Pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan arahan.
7/23/2019 Riset Arif
http://slidepdf.com/reader/full/riset-arif 6/57
vi
5. Syafiq Hasan Futhuri, Fabyo Ismantri yang banyak memberikan motivasi
dan rekan-rekan Kedokteran Angkatan 2005.
6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Besar harapan penulis agar skripsi in dapat berguna bagi kita semua.
Jakarta, Oktober 2009
Arif Budi Rahman
7/23/2019 Riset Arif
http://slidepdf.com/reader/full/riset-arif 7/57
vii
DAFTAR ISI
Lembar Sampul Depan .................... ............ .......... ................................ ......... i
Lembar Pernyataan Keaslian Karya ………………………………………….... ii
Lembar Persetujuan Pembimbing ... .................... ............ ........... ..................... . iii
Lembar Pengesahan ........................................................................................ iv
Kata Pengantar ………………………………………………………………… v
Daftar Isi……………………………………………………………………….. vii
Daftar Tabel, Gambar
dan Singkatan ...................................................................................................... ix
Abstrak ………………………………………………………………………… x
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Penelitian ………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………… 3
1.3 Tujuan Penelitian …………………………………………………. 3
1.4 Manfaat Penelitian …………………………………………………3
Bab II Tinjauan Pustaka
2.1 Kerangka Teori ............…………………………………………… 5
2.2 Kerangka Konsep ........... ………………………………………… 28
2.3 Definisi Operasional ………………………………………........... 29
Bab III Metodologi Penelitian
3.1 Jenis Penelitian …………………………………………………… 30
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………………. 30
3.3 Jadwal Penelitian .....……………………………………………… 30
3.4 Populasi dan Sampel ……………………………………………… 30
3.5 Kriteria Peneltian............ ..……………………………………….. 31
3.6 Prosedur Peneltian............... ……………………………………… 31
3.7 Cara Kerja…………………... …………………………………… 32
7/23/2019 Riset Arif
http://slidepdf.com/reader/full/riset-arif 8/57
viii
Bab IV Hasil dan Pembahasan
4.1Data Karakteristik Pasien………………………………………… 34
4.2 Keterbatasan Penelitian ………………………………………… 41
Bab V Simpulan dan Saran
5.1 Simpulan ………………………………………………………… 42
5.2 Saran ………………………………………………………………42
Daftar Pustaka ……………………………………………………………….. 43
Lampiran …………………………………………………………………….. 45
7/23/2019 Riset Arif
http://slidepdf.com/reader/full/riset-arif 9/57
ix
DAFTAR TABEL, GAMBAR DAN SINGKATAN
TABEL
Tabel 1. Total penderita Aritmia
Tabel 2 Gambaran penderita Aritmia
Tabel 3. Distribusi Frekuensi jenis kelamin responden
GAMBAR
Gambar 1. Diagram penderita Aritmia
Gambar 2. Aritmia berdasarkan jenis kelamin
7/23/2019 Riset Arif
http://slidepdf.com/reader/full/riset-arif 10/57
x
Arif Budi Rahman
NIM : 105103003402
Prevalensi Penderita Aritmia Di Rumah Sakit Binawaluya Tahun 2008-2009
ABSTRAK
Aritmia adalah kelainan dalam kecepatan, irama, tempat asal darirangsangan (impuls), atau gangguan penghantaran yang menyebabkan perubahan
dalam urutan normal aktivasi atrium dan ventrikel. Aritmia paling seringmenyerang pria disbanding wanita, seiring bertambahnya usia persentase aritmia
semakin tinggi.Sampel adalah seluruh pasien yang telah di diagnosis menderita aritmia di
RS Binawaluya tahun 2008-2009. Metode penelitian adalah cross-sectional.Subyek penelitian adalah data pasien penderita aritmia di RS Binawaluya tahun
2008-2009.Hasil penelitian di RS Binawaluya menunjukan prevalensi penderita
aritmia pada tahun 2008-2009 dari total penderita aritmia adalah 62% terjadi pada
laki-laki, dan 38 % terjadi pada wanita
Kata kunci : Aritmia, prevalensi, klasifikasi
Referensi : 24 (1999-2009)
7/23/2019 Riset Arif
http://slidepdf.com/reader/full/riset-arif 11/57
xi
Arif Budi Rahman
NIM : 105103003402Prevalensi Penderita Aritmia Di Rumah Sakit Binawaluya Tahun 2008-2009
ABSTRACT
7/23/2019 Riset Arif
http://slidepdf.com/reader/full/riset-arif 12/57
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Yang dimaksud dengan gangguan irama jantung adalah kelainan dalam
kecepatan, irama, tempat asal dari rangsangan (impuls), atau gangguan
penghantaran yang menyebabkan perubahan dalam urutan normal aktivasi atrium
dan ventrikel. Sejak 40 hingga 50 tahun lalu, penyakit kardiovaskuler masih tetap
merupakan penyebab kematian yang cukup banyak pada negara-negara
berkembang. Gangguan irama jantung dapat terkena pada siapa saja di dunia
tanpa memperhatikan distribusi menurut suku atau ras. Kematian mendadak yang
berasal dari gangguan irama jantung diperkirakan mencapai angka 50 % dari
seluruh kematian karena penyakit jantung. Gangguan irama jantung yang terjadi
dapat berupa atrial fibrilasi, atrial flutter, blok jantung, ventrikel fibrilasi, ventrikel
takikardi serta gangguan irama lainnya. Data epidemiologi yang diperoleh dari
New England Medical Journal (2001) menyebutkan bahwa kelainan struktur arteri
koroner merupakan penyebab 80 % gangguan irama jantung yang dapat berakhir
dengan kematian mendadak . (1)
Angka kejadian gangguan irama jantung akan meningkat dengan
pertambahan usia. Diperkirakan, populasi geriatri (lansia) akan mencapai 11,39 %
di Indonesia atau 28 juta orang di Indonesia pada tahun 2020. Makin bertambah
7/23/2019 Riset Arif
http://slidepdf.com/reader/full/riset-arif 13/57
2
usia, persentase kejadian akan meningkat yaitu 70 % pada usia 65 – 85 tahun dan
84 % di atas 85 tahun.(2).
Gangguan irama jantung yang paling sering ditemukan adalah atrial
fibrilasi. Sekitar 2,2 juta penduduk Amerika dan hampir sekitar 5 % pada populasi
umur 69 tahun dan 8 % pada populasi umur 80 tahun menderita kelainan ini.(3)
Atrial fibrilasi meningkatkan resiko kematian sebanyak 1,5 – 1,9 kali,
yang diakibatkan oleh stroke tromboemboli. Atrial flutter sendiri lebih jarang
ditemukan dibandingkan dengan atrial fibrilasi. Sejumlah pasien yang datang ke
rumah sakit dengan diagnosa takikardi supraventrikuler menunjukkan atrial
fibrilasi sebanyak 77 % dan 10 % atrial flutter.(3)
Data yang diperoleh dari seorang ahli jantung dan pembuluh darah
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, menyebutkan bahwa gangguan irama
jantung jenis atrial fibrilasi dapat meningkatkan resiko terserang stroke lima kali
lipat dibandingkan populasi dengan irama jantung normal sehingga hal ini dapat
menurunkan kualitas hidup penderitanya. Sejauh ini, atrial fibrilasi memberikan
kontribusi terhadap 50.000 kasus stroke setiap tahunnya di Amerika Serikat. Data
di ruang perawatan koroner intensif RSCM (2006), menunjukkan, terdapat 6,7 %
pasien mengalami atrial fibrilasi.(2)
Jenis gangguan irama jantung lainnya yang sering menyebabkan kematian
mendadak adalah ventrikel fibrilasi yang sering terjadi bersama ventrikel
takikardi. Hal ini menyebabkan sekitar 300.000 kematian per tahunnya di
Amerika Serikat. Kelainan ini juga ditemukan sebanyak 0,06 – 0,08 % per
tahunnya pada populasi dewasa. Ventrikel fibrilasi dan ventrikel takikardi
7/23/2019 Riset Arif
http://slidepdf.com/reader/full/riset-arif 14/57
3
merupakan kelainan pertama yang paling sering terjadi akibat sindrom koroner
akut dan merupakan penyebab 50 % kematian mendadak, yang biasanya terjadi 1
jam setelah onset infark miokard.(4)
Studi epidemiologik jangka panjang menunjukkan bahwa pria mempunyai
resiko gangguan irama ventrikel 2 – 4 kali lipat dibandingkan dengan wanita.
Sementara itu, data yang lebih baru dari Abildstrom dan kawan-kawan (2002)
yang melakukan studi prospektif selama 4 tahun menemukan bahwa gangguan
irama ventrikel pada pria hanya 1,3 kali lebih sering daripada wanita.
Masih meningkatnya prevalensi aritmia di indonesia, tetapi belum adanya
data yang lengkap di jakarta, oleh karena itu peneliti ingin mencari tahu lebih
lanjut angka kejadian setiap aritmia.(5)
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Berapa prevalensi penderita aritmia di Rumah Sakit Binawaluya tahun
2008-2009?
1.3. Tujuan penelitian
1.3.1. Tujuan umum
Mengetahui prevalensi penderita aritmia di Rumah Sakit Binawaluya
tahun 2008-2009
1.3.2 Tujuan khusus
Diketahuinya prevalensi penderita aritmia di Rumah Sakit Binawaluya
tahun 2008-2009
7/23/2019 Riset Arif
http://slidepdf.com/reader/full/riset-arif 15/57
4
1.4. Manfaat penelitian
1.4.1. Manfaat bagi Peneliti
1. Menambah ketrampilan bagi peneliti dalam melakukan penelitian
2. Mengaplikasikan seluruh ilmu pengetahuan yang didapat selama
menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (FKIK UIN Syahid)
1.4.2 Manfaat bagi Perguruan Tinggi
1. Mewujudkan tridarma perguruan tinggi dalam melaksanakan fungsi dan tugas
perguruan tinggi sebagai lembaga yang menyelenggarakan pendidikan,
penelitian, dan pengabdian masyarakat
2. Mewujudkan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah sebagai universitas
riset dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan.
3. Meningkatkan kerjasama dan komunikasi antara mahasiswa dan staf pengajar
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah
4. Mendapatkan data awal tentang prevalensi dan karakteristik penderita aritmia
yang menggunakan pacemaker di rumah sakit Binawaluya tahun 2008-2009
yang dapat digunakan dalam penelitian selanjutnya.
1.4.3
Manfaat bagi masyarakat :
1.
Memberikan gambaran mengenai angka prevalensi di Rumah Sakit
Binawaluya tahun 2008-2009
7/23/2019 Riset Arif
http://slidepdf.com/reader/full/riset-arif 16/57
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Definisi Aritmia
Gangguan irama jantung adalah kelainan elektrofisiologi jantung yang
dapat disebabkan oleh gangguan sistem konduksi jantung, gangguan pembentukan
dan/atau penghantaran impuls.(3)
Epidemiologi Aritmia
Sejak 40 hingga 50 tahun lalu, penyakit kardiovaskuler masih tetap
merupakan penyebab kematian yang cukup banyak pada negara-negara
berkembang. Gangguan irama jantung dapat terkena pada siapa saja di dunia
tanpa memperhatikan distribusi menurut suku atau ras. Kematian mendadak yang
berasal dari gangguan irama jantung diperkirakan mencapai angka 50 % dari
seluruh kematian karena penyakit jantung. Gangguan irama jantung yang terjadi
dapat berupa atrial fibrilasi, atrial flutter, blok jantung, ventrikel fibrilasi, ventrikel
takikardi serta gangguan irama lainnya. Data epidemiologi menyebutkan bahwa
kelainan struktur arteri koroner merupakan penyebab 80 % gangguan irama
jantung yang dapat berakhir dengan kematian mendadak.(1)
Data yang diperoleh dari Framingham (2002) menyebutkan angka
kejadian gangguan irama jantung akan meningkat dengan pertambahan usia.
Diperkirakan, populasi geriatri (lansia) akan mencapai 11,39 % di Indonesia atau
28 juta orang di Indonesia pada tahun 2020. Makin bertambah usia, persentase
7/23/2019 Riset Arif
http://slidepdf.com/reader/full/riset-arif 17/57
6
kejadian akan meningkat yaitu 70 % pada usia 65-85 tahun dan 84% diatas 85
tahun. Gangguan irama jantung yang paling sering ditemukan adalah atrial
fibrilasi.(3)
Atrial flutter sendiri lebih jarang ditemukan dibandingkan dengan atrial
fibrilasi. Sejumlah pasien yang datang ke rumah sakit dengan diagnosa takikardi
supraventrikuler menunjukkan atrial fibrilasi sebanyak 77% dan 10 % atrial
flutter.(3)
Data yang diperoleh dari seorang ahli jantung dan pembuluh darah
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, menyebutkan bahwa data di ruang
perawatan koroner intensif RSCM (2006), menunjukkan, terdapat 6,7 % pasien
mengalami atrial fibrilasi.(2)
Studi epidemiologik jangka panjang menunjukkan
bahwa pria mempunyai resiko gangguan irama ventrikel 2 – 4 kali lipat
dibandingkan dengan wanita.
2.1.3
Penyebab
Penyebab dari aritmia jantung biasanya satu atau gabungan dari kelainan
berikut ini dalam sistem irama-konduksi jantung :
1. Irama abnormal dari pacu jantung
2.Pergeseran pacu jantung dari nodus sinus ke bagian lain dari jantung.
3. Blok pada tempat-tempat yang berbeda sewktu menghantarkan impuls melalui
jantung.
4. Jalur hantaran impuls yang abnormal melalui jantung.
5. Pembentukan yang spontan dari impuls abnormal pada hampir semua bagian
jantung.(4)
7/23/2019 Riset Arif
http://slidepdf.com/reader/full/riset-arif 18/57
7
Beberapa kondisi atau penyakit yang dapat menyebabkan aritmia adalah :
1. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard
(miokarditis
karena infeksi).
2. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri koroner),
misalnya iskemia miokard, infark miokard.
3. Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin, dan obat-obat anti
aritmia
lainnya.
4. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia).
5. Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja
dan irama jantung.
6. Gangguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
7. Gangguan metabolic (asidosis, alkalosis).
8. Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme).
9. Gangguan irama jantung akibat gagal jantung.
10. Gangguan irama jantung karena karmiopati atau tumor jantung.
11. Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis system konduksi
jantung).(5) (6)
7/23/2019 Riset Arif
http://slidepdf.com/reader/full/riset-arif 19/57
8
2.2 Klasifikasi
Pada umumnya aritmia dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu :(5)
1) Gangguan pembentukan impuls.
a. Gangguan pembentukan impuls di sinus
Takikardia sinus
Bradikardia sinus
Aritmia sinus
b. Gangguan pembentukan impuls di atria (aritmia atrial).
· Ekstrasistol atrial
· Takiakardia atrial
Atrial fluter
· Fibrilasi atrial
c. Pembentukan impuls di ventricular (Aritmia ventricular).
Ekstrasistole ventricular.
Takikardia ventricular.
Fibrilasi ventricular.
2) Gangguan penghantaran impuls.
a. Av blok derajat I
b. Av blok derajat II
c. Av blok derajat III.
7/23/2019 Riset Arif
http://slidepdf.com/reader/full/riset-arif 20/57
9
2.3
Tanda/Gejala
2.3.1 DISRITMIA NODUS SINUS
a. Bradikardia sinus
Bradikardi sinus bisa terjadi karena stimulasi vagal, intoksikasi digitalis,
peningkatan tekanan intrakanial, atau infark miokard (MI). Bradikardi sinus juga
dijumpai pada olahragawan berat, orang yang sangat kesakitan, atau orang yang
mendapat pengobatan (propanolol, reserpin, metildopa), pada keadaan
hipoendokrin (miksedema, penyakit adison, panhipopituitarisme), pada anoreksia
nervosa, pada hipotermia, dan setelah kerusakan bedah nodus SA.
Berikut adalah karakteristik disritmia :
1) Frekuensi: 40 sampai 60 denyut per menit
2) Gelombang P: mendahului setiap kompleks QRS; interval PR
normal
3) Kompleks QRS: biasanya normal
4) Hantaran: biasanya normal·
5) Irama: reguler
Semua karakteristik bradikardi sinus sama dengan irama sinus normal,
kecuali frekuensinya. Bila frekuensi jantung yang lambat mengakibatkan
perubahan hemodinamika yang bermakna, sehingga menimbulkan sinkop
(pingsan), angina, atau disritmia ektopik, maka penatalaksanaan ditujukan untuk
meningkatkan frekuensi jantung. Bila penurunan frekuensi jantung diakibatkan
oleh stimulasi vagal (stimulasi saraf vagul) seperti jongkok saat buang air besar
atau buang air kecil, penatalaksanaan harus diusahakan untuk mencegah stimulasi
7/23/2019 Riset Arif
http://slidepdf.com/reader/full/riset-arif 21/57
10
vagal lebih lanjut. Bila pasien mengalami intoksikasi digitalis, maka digitalis
harus dihentikan. Obat pilihan untuk menangani bradikardia adalah atropine.
Atropine akan menghambat stimulasi vagal, sehingga memungkinkan untuk
terjadinya frekuensi normal.(7) (8)
b.Sinus takikardi
Takiakrdia sinus (denyut jantung cepat) dapat disebabkan oleh demam,
kehilangan darah akut, anemia, syok, latihan, gagal jantung kongestif, nyeri,
keadaan hipermetabolisme, kecemasan, simpatomimetika atau pengobatan
parasimpatolitik.
Pola EKG takikardia sinus adalah sebagai berikut :
1) Frekuensi : 100 sampai 180 denyut permenit.
2) Gelombang P : Mendahului setiap kompleks QRS, dapat tenggelam dalam
3) gelombang T yang mendahuluinya; interval PR normal.
4) Kompleks QRS : Biasanya mempunyai durasi normal.
5) Hantaran : Biasanya normal.
6) Irama : Reguler.(8)
Semua aspek takikardia sinus sama dengan irama sinus normal kecuali
frekeunsinya. Tekanan sinus karotis, yang dilakukan pada salah satu sisi leher,
mungkin efektif memperlambat frekuensi untuk sementara, sehingga dapat
membantu menyingkirkan disritmia lainnya. Begitu frekuensi jantung meningkat,
maka waktu pengisian diastolic menurun, mengakibatkan penurunan curah
jantung dan kemudian timbul gejala sinkop dan tekanan darah rendah. Bila
frekwensi tetap tinggi dan jantung tidak mampu mengkompensasi dengan
7/23/2019 Riset Arif
http://slidepdf.com/reader/full/riset-arif 22/57
11
menurunkan pengisian ventrikel, pasien dapat mengalami edema paru akut.
Penanganan takikardia sinus biasanya diarahkan untuk menghilangkan
penyebabknya. Propranolol dapat dipakai untuk menurunkan frekwensi jantung
secara cepat. Propranolol menyekat efek serat adrenergic, sehingga
memperlambat frekuensi.(8) (9)
2.3.2 DISRITMIA ATRIUM
a. Kontraksi premature atrium Penyebab :
Iritabilitas otot atrium karena kafein, alcohol, nikotin.
Miokardium teregang seperti pada gagal jantung kongestif
Stress atau kecemasan
Hipokalemia
Cedera
Infark
Keadaaan hipermetabolik.
Karakteristik :
Frekuensi : 60 sampai 100 denyut per menit.
Gelombang P : Biasanya mempunyai konfigurasi yang berbeda dengan
gelombang P yang berasal dari nodus SA.
Kompleks QRS : Bisa normal, menyimpang atai tidak ada.
Hantaran : Biasanya normal.
Irama : Reguler, kecuali bila terjadi PAC. Gelombang P akan terjadi lebih
awal dalam siklus dan baisanya tidak akan mempunyai jeda kompensasi
yang lengkap. Kontraksi atrium premature sering terlihat pada jantung
7/23/2019 Riset Arif
http://slidepdf.com/reader/full/riset-arif 23/57
12
normal. Pasien biasanya mengatakan berdebar-debar. Berkurangnya
denyut nadi (perbedaan antara frekwensi denyut nadi dan denyut apeksi)
bisa terjadi. Bila PAC jarang terjadi, tidak diperlukan penatalaksanaan.
Bila terjadi PAC sering (lebih dari 6 per menit) atau terjadi selama
repolarisasi atrium, dapat mengakibatkan disritmia serius seperti fibrilasi
atrium. Sekali lagi, pengobatan ditujukan untuk mengatasi penyebabnya.(8)
b. Takikardia Atrium Paroksimal
Adalah takikardia atrium yang ditandai dengan awitan mendadak dan
penghentian mendadak. Dapat dicetuskan oleh emosi, tembakau, kafein,
kelelahan, pengobatan simpatomimetik atau alcohol. Takikardia atrium
paroksimal biasanya tidak berhubungan dengan penyakit jantung organic.
Frekwensi yang sangat tinggi dapat menyebabkan angina akibat penurunan
pengisian arteri koroner. Curah jantung akan menurun dan dapat terjadi gagal
jantung.(9)
Karakteristik :
Frekuensi : 150 sampai 250 denyut per menit.
Gelombang P : Ektopik dan mengalami distorsi dibanding gelombang P
normal; dapat ditemukan pada awal gelombang T; interval PR memendek
(Kurang dari 0, 12 detik).
Kompleks QR : Biasanya normal, tetapi dapat mengalami distorsi apabila
terjadi penyimpangan hantaran.
Hantaran : Biasanya normal.
Irama : Reguler.
7/23/2019 Riset Arif
http://slidepdf.com/reader/full/riset-arif 24/57
13
Pasien biasanya tidak merasakan adanya PAT. Penanganan diarahkan
untuk menghilangkan penyebab dan menurunkan frekwensi jantung. Morfin dapat
memperlambat frekwensi tanpa penatalaksanaan lebih lanjut. Tekanan sinus
karotis yang dilakukan pada satu sisi, akan memperlambat atau menghentikan
serangan dan biasanya lebih efektif setelah pemberian digitalis atau vasopresor,
yang dapat menekan frekwensi jantung. Penggunaan vasopresor mempunyai efek
refleks pada sinus karotis dengan meningkatkan tekanan darah dan sehingga
memperlambat frekwensi jantung. Sediaan digitalis aktivitas singkat dapat
digunakan. Propranolol dapat dicoba bila digitalis tidak berhasil. Quinidin
mungkin efektif, atau penyekat kalsium verapamil dapat digunakan.
Kardioversion mungkin diperlukan bila pasien tak dapat mentoleransi
meningkatnya frekuensi jantung.(10)
c. Fluter atrium
Terjadi bila ada titik focus di atrium yang menangkap irama jantung dan
membuat impuls antara 250 sampai 400 kali permenit. Karakter penting pada
disritmia ini adalah terjadinya penyekat tetapi terhadap nodus AV, yang
mencegah penghantaran beberapa impuls. Penghantaran impuls melalui jantung
sebenarnya masih normal, sehingga kompleks QRS tak terpengaruh. Inilah tanda
penting dari disritmia tipe ini, karena hantaran 1:1 impuls atrium yang dilepaskan
250 – 400 kali permenit akan mengakibatkan fibrilasi ventrikel, suatu disritmia
yang mengancam nyawa.(7)
7/23/2019 Riset Arif
http://slidepdf.com/reader/full/riset-arif 25/57
14
Karakteristik :
1) Frekuensi : frekwensi atrium antara 250 sampai 400 kali denyut per
menit.
2) Irama : Reguler atau ireguler, tergantung jenis penyekatnya (misalnya
2:1, 3:1 atua kombinasinya).
3) Gelombang P : Tidak ada, melainkan diganti oleh pola gigi gergaji yang
dihasilkan oleh focus di atrium yang melepaskan impuls dengan cepat.
Gelombang ini disebut sebagai gelombang F.
4) Kompleks QRS : Konfigurasinya normal dan waktu hantarannya juga
normal.
5) Gelombang T : Ada namun bisa tertutup oleh gelombang flutter.(5)
Penanganan yang sesuai sampai saat ini untuk flutter atriuma dalah
sediaan digitalis. Obat ini akan menguatkan penyekat nodus AV, sehingga
memperlambat frekwensinya. Quinidin juga dapat diberikan untuk menekan
tempat atrium ektopik.penggunaan digitalis bersama dengan quinidin biasanya
bisa merubah disritmia ini menjadi irama sinus. Terapi medis lain yang berguna
adalah penyekat kanal kalsium dan penyekat beta adrenergic.(10)
Bila terapi medis tidak berhasil, fluter atrium sering berespons terhadap
kardioversi listrik.
d. Fibrilasi atrium
Fibrilasi atrium (kontraksi otot atrium yang tidak terorganisasi dan tidak
terkoordinasi) biasanya berhubungan dengan penyakit jantung aterosklerotik,
7/23/2019 Riset Arif
http://slidepdf.com/reader/full/riset-arif 26/57
15
penyakit katup jantung, gagal jantung kongestif, tirotoksikosis, cor pulmonale,
atau penyakit jantung congenital.
Karakteristik :
1) Frekuensi : frekwensi atrium antara 350 sampai 600 denyut permenit;
respons ventrikuler biasanya 120 sampai 200 denyut per menit.
2) Gelombang P : tidak terdapat gelombang P yang jelas; tampak indulasi
yang iereguler, dinamakan gelombang fibrilasi atau gelombang F, interval
PR tidak dapat diukur.
3) Kompleks QRS : Biasanya normal .
4) Hantaran : Biasanya normal melalui ventrikel. Ditandai oleh respons
ventrikuler ireguler, karena nodus AV tidak berespon terhadap frekwensi
atrium yang cepat, maka impuls yang dihantarkan menyebabkan ventrikel
berespon ireguler.
5) Irama : ireguler dan biasanya cepat, kecuali bila terkontrol. Ireguleritas
irama diakibatkan oleh perbedaan hantaran pada nodus AV.
Penanganan diarahkan untuk mengurangi iritabilitas atrium dan
mengurangi frekuensi respons ventrikel. Pasien dengan fibrilasi atrium
kronik, perlu diberikan terapi antikoagulan untuk mencegah tromboemboli
yang dapat terbentuk di atrium. Obat pilihan untuk menangani fibrilasi
atrium sama dengan yang digunakan pada penatalaksanaan PAT, preparat
digitalis digunakan untuk memperlambat frekwensi jantung dan
antidisritmia seperti quinidin digunakan untuk menekan disritmia
tersebut.(3)
7/23/2019 Riset Arif
http://slidepdf.com/reader/full/riset-arif 27/57
16
2.3.3 DISRITMIA VENTRIKEL
a. Kontraksi Prematur Ventrikel
Kontraksi ventrikel premature (PVC) terjadi akibat peningkatan
otomatisasi sel otot ventrikel. PVC bisa disebabkan oleh toksisitas digitalis,
hipoksia, hipokalemia, demam, asidosis, latihan, atau peningkatan sirkulasi
katekolamin.
PVC jarang terjadi dan tidak serius. Biasanya pasien merasa berdebar-debar teapi
tidak ada keluhan lain. Namun, demikian perhatian terletak pada kenyataan bahwa
kontraksi premature ini dapat menyebabkan disritmia ventrikel yang lebih
serius.(9)(8)
Pada pasien dengan miokard infark akut, PVC bisa menjadi precursor
serius terjadinya takikardia ventrikel dan fibrilasi ventrikel bila :
1) Jumlahnya meningkat lebih dari 6 per menit
2) Multi focus atau berasal dari berbagai area di jantung.
3) Terjadi berpasangan atau triplet
4) Terjadi pada fase hantaran yang peka.
5)
Gelombang T memeprlihatkan periode di mana jantung lebih
berespons terhadap setiap denyut adan tereksitasi secara
disritmik. Fase hantaran gelombang T ini dikatakan sebagai fase
yang peka.
7/23/2019 Riset Arif
http://slidepdf.com/reader/full/riset-arif 28/57
17
Karakteristik :
a) Frekuensi : 60 sampai 100 denyut per menit.
b) Gelombang P : Tidak akan muncul karena impuls berasal
dari ventrikel.
c) Kompleks QRS : Biasanya lebar dan aneh, berdurasi lebih
dari 0, 10 detik. Mungkin berasal dari satu focus yang
sama dalam ventrikel; atau mungkin memiliki berbagai
bentuk konfigurasi bila terjadi dari multi focus di
ventrikel.
d) Hantaran : Terkadang retrograde melalui jaringan
penyambung dan atrium.
e) Irama : Ireguler bila terjadi denyut premature.
Untuk mengurangi iritabilitas ventrikel, harus ditentukan penyebabnya dan
bila mungkin, dikoreksi. Obat anti disritmia dapat dipergunakan untuk pengoabtan
segera atau jangka panjang. Obat yang biasanya dipakai pada penatalaksanaan
akut adalah lidokain, prokainamid, atau quinidin mungkin efektif untuk terapi
jangka panjang.
b. Bigemini Ventrikel
Bigemini ventrikel biasanya diakibatkan oleh intoksikasi digitalis,
penyakit artei koroner, MI akut, dan CHF. Istilah bigemini mengacu pada
kondisi dimana setiap denyut adalah prematur.
7/23/2019 Riset Arif
http://slidepdf.com/reader/full/riset-arif 29/57
18
Karakteristik :
a) Frekuensi : Dapat terjadi pada frekwensi jantung berapapun, tetapi
biasanya kurang dari 90 denyut per menit.
b) Gelombang P : Seperti yang diterangkan pada PVC; dapat tersembunyi
dalam kompleks QRS.
c) Kompleks QRS : Setiap denyut adalah PVC dengan kompleks QRS yang
lebar dan aneh dan terdapat jeda kompensasi lengkap.
d) Hantaran : Denyut sinus dihantarkan dari nodus sinus secara normal,
namun PVC yang mulai berselang seling pada ventrikel akan
mengakibatkan hantaran retrograde ke jaringan penyambung dan atrium.
e) Irama : Ireguler.
Bila terjadi denyut ektopik pada setiap denyut ketiga maka disebut
trigemini, tiap denyut keempat, quadrigemini. Penanganan bigemini ventrikel
adalah sama dengan PVC karena penyebab yang sering mendasari adalah
intoksikasi digitalis, sehingga penyebab ini harus disingkirkan atau diobati bila
ada. Bigemini ventrikel akibat intoksikasi digitalis diobati dengan fenitoin
(dilantin).
c. Takikardia Ventrikel
Disritmia ini disebabkan oleh peningkatan iritabilitas miokard, seperti
PVC. Penyakit ini biasanya berhubungan dengan penyakit arteri koroner dan
terjadi sebelum fibrilasi ventrikel. Takikardia ventrikel sangat berbahaya dan
harus dianggap sebagai keadaan gawat darurat. Pasien biasanya sadar akan adanya
7/23/2019 Riset Arif
http://slidepdf.com/reader/full/riset-arif 30/57
19
irama cepat ini dan sangat cemas. Irama ventrikuler yang dipercepat dan
takikardia ventrikel mempunyai karakteristik sebagai berikut :
a) Frekuensi : 150 sampai 200 denyut per menit.
b) Gelombang P : Biasanya tenggelam dalam kompleks QRS; bila
terlihat, tidak slealu mempunyai pola yang sesuai dengan QRS.
Kontraksi ventrikel tidak berhubungan dengan kontraksi atrium.
c) Kompleks QRS : Mempunyai konfigurasi yang sama dengan
PVC- lebar dan anerh, dengan gelombang T terbalik. Denyut
ventrikel dapat bergabung dengan QRS normal, menghasilkan
denyut gabungan.
d) Hantaran : Berasal dari ventrikel, dengan kemungkinan hantaran
retrograde ke jaringan penyambung dan atrium.
e) Irama : Biasanya regular, tetapi dapat juga terjadi takiakrdia
ventrikel ireguler.
Terapi yang akan diberikan dtentukan oleh dapat atau tidaknya
pasien bertoleransi terhadap irama yang cepat ini. Penyebab
iritabilitas miokard harus dicari dan dikoreksi segera. Obat
antidisritmia dapat digunakan. Kardioversi perlu dilakukan bila
terdapat tanda-tanda penurunan curah jantung.
d. Fibrilasi Ventrikel
(4)
Fibrilasi ventrikel adalah denyutan ventrikel yang cepat dan tak efektif.
Pada disritmia ini denyut jatung tidak terdengar dan tidak teraba, dan tidak ada
respirasi. Polanya sangat ireguler dan dapat dibedakan dengan disritmia tipe
7/23/2019 Riset Arif
http://slidepdf.com/reader/full/riset-arif 31/57
20
lainnya. Karena tidak ada koordinasi antivitas jantung, maka dapat terjadi henti
jantung dan kematian bila fibrilasi ventrikel tidak segera dikoreksi.
Karateristik :
a) Frekuensi : Cepat, tak terkoordinasi dan tak efektif.
b) Gelombang P : Tidak terlihat.
c) Kompleks QRS : CEpat, undulasi iregulertanpa pola yang khas
(multifokal). Ventrikel hanya memiliki gerakan yang bergetar.
d) Hantaran : Banyak focus di ventrikel yang melepaskan impuls pada saat
yang sama mengakibatkan hantaran tidak terjadi; tidak terjadi kontraksi
ventrikel.
e) Irama : Sangat ireguler dan tidak terkordinasi, tanpa pola yang khusus.
Penanganan segera adalah melalui defibrilasi.
2.3.4 ABNORMALITAS HANTARAN
a. Blok AV Derajat Satu(7)
Blok AV derajat satu biasanya berhubungan dengan penyakit jantung
organic atau mungkin disebabkan oleh efek digitalis. Hal ini biasanya terlihat pad
apasien dengan infark miokard dinding inferior jantung.
Karakteristik :
a)
Frekuensi : Bervariasi, biasanya 60 sampai 100 denyut per menit.
b)
Gelombang P : Mendahului setiap kompleks QRS. Interval PR berdurasi
lebih besar dari 0, 20 detik.
c)
Kompleks QRS : Mengikuti setiap gelombang P, biasanya normal.
7/23/2019 Riset Arif
http://slidepdf.com/reader/full/riset-arif 32/57
21
d) Hantaran : Hantaran menjadi lambat, biasanya di setiap tempat antara
jaringan penyambung dan jaringan purkinje, menghasilkan interval PR
yang panjang. Hantaran ventrikel biasanya normal.
e) Irama : Biasanya regular.
Disritmia ini penting karena dapat mengakibatkan hambatan jantung
yang lebih serius. Merupakan tanda bahaya. Maka pasien harus dipantau ketat
untuk setiap tahap lanjut penyekat jantung.
b. Blok AV Derajat Dua
Penyekat AV derajat dua juga disebabkan oleh penyakit jantung organic,
infark miokard atau intoksikasi digitalis. Bentuk penyekat ini menghasilkan
penurunan frekwensi jantung dan biasanya penurunan curah jantung.
Karakteristik :
a) Frekuensi : 30 sampai 55 denyut per menit. Frekuensi atrium dapat lebih
cepat dua , tiga atau empat kali disbanding frekwensi ventrikel.
Gelombang P : Terdapat dua, tiga atau empat gelombang untuk setiap
kompleks QRS.
b) Interval PR yang dihantarkan biasanya berdurasi normal.
c)
Kompleks QRS : Biasanya normal.
d)
Hantaran : Satu atau dua impuls tidak dihantarkan ke ventrikel.
e)
Irama : Biasanya lambat dan regular. Bila terjadi irama ireguler, hal ini
dapat diebabkan oleh kenyataan adanya penyekat yang bervariasi antara
2:1 sampai 3:1 atau kombinasi lainnya. Penanganan diarahkan untuk
meningkatkan frekuensi jantung guna mempertahankan curah jantung
7/23/2019 Riset Arif
http://slidepdf.com/reader/full/riset-arif 33/57
22
normal. Intoksikasi digitalis harus ditangani dan seitap pengoabtan
dengan fungsi depresi aktivitas miokard harus ditunda.
c. Penyekat AV Derajat Tiga
Penyekat AV derajat tiga (penyekat jantung lengkap) juga berhubungan
dengan penyakit jantung organic, intoksikasi digitalis dan MI. frekwensi jantung
berkurang drastic, mengakibatkan penurunan perfusi ke organ vital, seprti otak,
jantung, ginjal, paru dan kulit.
Karakteristik :
a) Asal : Impuls berasal dari nodus SA, tetapi tidak dihantarkan ke serat
purkinje. Mereka disekat secara lengkap. Maka setiap irama yang lolos
dari daerah penyambung atau ventrikel akan mengambil alih pacemaker.
b) Frekuensi : frekwensi atrium 60 sampai 100 denyut per menit, frekuensi
ventrikel 40 sampai 60 denyut per menit bila irama yang lolos berasal
dari daerah penyambung, 20 sampai 40 denyut permenit bila irama yang
lolos berasal dari ventrikel.
c) Gelombang P : Gelombang P yang berasal dari nodus SA terlihat regular
sepanjang
d)
irama, namun tidak ada hubungan dengan kompleks QRS.
e)
Kompleks QRS : Bila lolosnya irama berasal dari daerah penyambung ,
maka kompleks QRS mempunyai konfigurasi supraventrikuler yang
normal, tetapi tidak berhubungan dengan gelombang P. kompleks QRS
terjadi secara regular. Bila irama yang lolos berasal dari ventrikel,
kompleks QRS berdurasi 0, 10 detik lebih lama dan baisanya lebar dan
7/23/2019 Riset Arif
http://slidepdf.com/reader/full/riset-arif 34/57
23
landai. Kompleks QRS tersebut mempunyai konfigurasi seperti
kompleks QRS pada PVC.
f) Hantaran : Nodus SA melepaskan impuls dan gelombang P dapat dilihat.
Namun mereka disekat dan tidak dihantarkan ke ventrikel. Irama yang
lolos dari daerah penyambung biasnaya dihantarkan secara normal ke
ventrikel. Irama yang lolos dari ventrikel bersifat ektopik dengan
konfigurasi yang menyimpang.
g) Irama : Biasanya lambat tetapi regular.
Penanganan diarahkan untuk meningkatkan perfusi ke organ vital.
Penggunaan pace maker temporer sangat dianjurkan. Mungkin perlu
dipasang pace maker permanent bila penyekat bersifat menetap.
d. Asistole Ventrikel
Pada asistole ventrikel tidak akan terjadi kompleks QRS. Tidak ada
denyut jantung, denyut nadi dan pernapasan. Tanpa penatalaksanaan segera,
asistole ventrikel sangat fatal.
Karakteristik :
a) Frekuensi : tidak ada.
b)
Gelombang P : Mungkin ada, tetapi tidak dapat dihantarkan ke nodus
AV dan ventrikel.
c)
Kompleks QRS : Tidak ada.
d)
Hantaran : Kemungkinan, hanya melalui atrium.
e)
Irama : Tidak ada.
7/23/2019 Riset Arif
http://slidepdf.com/reader/full/riset-arif 35/57
24
Resusitasi jantung paru (CPR) perlu dilakukan agar pasien tetap hidup.
Untuk menurunkan stimulasi vagal, berikan atropine secara intravena. Efinefrin
(intrakardiak) harus diberikan secara berulang dengan interval setiap lima menit.
Natrium bikarbonat diberikan secara intravena. Diperlukan pemasangan
pacemaker secara intratoraks, transvena atau eksternal.
2.4 Prosedur Diagnostik
1. EKG : Menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi.
Menyatakan tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit
dan oabt jantung.
2. Monitor Holter : gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk
menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien
aktif (di rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi
pacu jantung/efek obat antidisritmia.
3. Foto dada : Dapat menunjukkan pembesaran bayangan jantung
sehubungan dengan disfungsi ventrikel atau katup.
4. Scan pencitraan miokardia : Dapat menunjukkan area iskemik/kerusakan
miokard yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu
gerakan dinding dan kemampuan pompa.
5.
Tes stress latihan : Dapat dilakukan untuk mendemonstrasikan latihan
yang menyebabkan disritmia.
6.
Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium
dapat menyebabkan disritmia.
7/23/2019 Riset Arif
http://slidepdf.com/reader/full/riset-arif 36/57
25
7. Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas jantung, adanya obat
jalanan atau dugaan interaksi obat, contoh digitalis, quinidin dan lain-lain.
8. Pemeriksaan Tiroid : Peningkatan atau penurunan kadar tiroid serum dapat
menyebabkan /meningkatnya disritmia.
9. laju Sedimentasi : Peninggian dapat menunjukkan proses inflamasi
akut/aktif, contoh endokarditis sebagai faktor pencetus untuk disritmia.
10. GDA/Nadi Oksimetri : Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi
disritmia.
2.5 Manajemen Medik
Pada prinsipnya tujuan terapi aritmia adalah
(1) mengembalikan irama jantung yang normal (rhythm control),
(2) menurunkan frekuensi denyut jantung (rate control), dan
(3) mencegah terbentuknya bekuan darah.
Terapi sangat tergantung pada jenis aritmia. Sebagian gangguan ini tidak
perlu diterapi. Sebagian lagi dapat diterapi dengan obat-obatan. Jika kausa aritmia
berhasil dideteksi, maka tak ada yang lebih baik daripada menyembuhkan atau
memperbaiki penyebabnya secara spesifik. Aritmia sendiri, dapat diterapi dengan
beberapa hal di bawah ini;
Disritmia umumnya ditangani dengan terapi medis. Pada situasi dimana
obat saja tidak memcukupi, disediakan berbagai terapi mekanis tambahan. Terapi
yang paling sering adalah kardioversi elektif, defibrilasi dan pacemaker.
Penatalaksanaan bedah, meskipun jarang, juga dapat dilakukan.
7/23/2019 Riset Arif
http://slidepdf.com/reader/full/riset-arif 37/57
26
2.5.1 Obat – obatan
Obat-obatan. Ada beberapa jenis obat yang tersedia untuk mengendalikan
aritmia. Pemilihan obat harus dilakukan dengan hati-hati karena mereka pun
memiliki efek samping. Beberapa di antaranya justru menyebabkan aritimia
bertambah parah. Evaluasi terhadap efektivitas obat dapat dikerjkan melalui
pemeriksaan EKG (pemeriksaan listrik jantung).
2.5.2 Kardioversi(8)
Kardioversi mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan disritmia yang
memiliki kompleks QRS, biasanya merupakan prosedur elektif. Pasien dalam
keadaan sadar dan diminta persetujuannya.
2.5.3 Defibrilasi(10)(11)
Defibrilasi adalah kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat
darurat. Biasanya terbatas penatalaksanaan fibrilasi ventrikel apabila tidak ada
irama jantung yang terorganisasi. Defibrilasi akan mendepolarisasi secara lengkap
semua sel miokard sekaligus, sehingga memungkinkan nodus sinus memperoleh
kembali fungsinya sebagai pacemaker.
2.5.4 Defibrilator Kardioverter Implantabel
Adalah suatu alat untuk mendeteksi dan mengakhiri episode takiakrdia ventrikel
yang mengancam jiwa atau pada pasien yang mempunyai risiko tinggi mengalami
fibrilasi ventrikel.
2.5.5 Terapi Pacemaker(8)
Pacemaker adalah alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik berulang
ke otot jantung untuk mengontrol frekwensi jantung. Alat ini memulai dan
7/23/2019 Riset Arif
http://slidepdf.com/reader/full/riset-arif 38/57
27
memeprtahankan frekwensi jantung kerika pacemaker alamiah jantung tak mampu
lagi memenuhi fungsinya. Pacemaker biasanya digunakan bila pasien mengalami
gangguan hantaran atau loncatan gangguan hantaran yang mengakibatkan
kegagalan curah jantung.
2.5.6 Pembedahan Hantaran Jantung
Takikardian atrium dan ventrikel yang tidak berespons terhadap pengobatan dan
tidak sesuai untuk cetusan anti takikardia dapat ditangani dengan metode selain
obat dan pacemaker. Metode tersebut mencakup isolasi endokardial, reseksi
endokardial, krioablasi, ablasi listrik dan ablasi frekwensi radio. Isolasi
endokardial dilakukan dengan membuat irisan ke dalam endokardium,
memisahkannya dari area endokardium tempat dimana terjadi disritmia. Batas
irisan kemudian dijahit kembali. Irisan dan jaringan parut yang ditimbulkan akan
mencegah disritmia mempengaruhi seluruh jantung. Pada reseksi endokardial,
sumber disritmia diidentifikasi dan daerah endokardium tersebut dikelupas. Tidak
perlu dilakukan rekonstruksi atau perbaikan.
Krioablasi dilakukan dengan meletakkkan alat khusus, yang didinginkan
sampai suhu -60ºC (-76ºF), pada endokardium di tempat asal disritmia selama 2
menit. Daerah yang membeku akan menjadi jaringan parut kecil dan sumber
disritmia dapat dihilangkan. Pada ablasi listrik sebuah kateter dimasukkan pada
atau dekat sumber disritmia dan satu sampai lima syok sebesar 100 sampai 300
joule diberikan melalui kateter langsung ke endokardium dan jaringan sekitarnya.
Jaringan jantung menjadi terbakar dan menjadi parut, sehingga menghilangkan
sumber disritmia.
7/23/2019 Riset Arif
http://slidepdf.com/reader/full/riset-arif 39/57
28
Ablasi frekuensi radio dilakukan dengan memasang kateter khusus pada
atau dekat asal disritmia. Gelombang suara frekuensi tinggi kemudian disalurkan
melalui kateter tersebut, untuk menghancurkan jaringan disritmik. Kerusakan
jaringan yang ditimbulkan lebih spesifik yaitu hanya pada jaringan disritmik saja
disertai trauma kecil pada jaringan sekitarnya dan bukan trauma luas seperti pada
krioablasi atau ablasi listrik.
7/23/2019 Riset Arif
http://slidepdf.com/reader/full/riset-arif 40/57
29
2.6 Kerangka Konsep
Keterangan:
= variabel yang diteliti
= variabel yang tidak diteliti
Gangguan penghantaran impuls
Penderita aritmia
Gangguan
pembentukan impuls
SinusTakikardi
Sinus Bradikardi
Atrial Ekstrasistol
Atrial Takikardi
Atrial Flutter
Atrial Fibrilasi
Ventrikel Ekstrasistol.
Ventrikel Takikardi.
Blok AV derajat I
Blok AV derajat II
Blok AV derajat III
7/23/2019 Riset Arif
http://slidepdf.com/reader/full/riset-arif 41/57
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Desain penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah studi cross-sectional.
3.2. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian Prevalensi Penderita Aritmia Di Rumah Sakit Binawaluya Tahun
2008-2009 menggunakan data sekunder yang dimiliki oleh Rumah Sakit
Binawaluya Kampung Rambutan. Adapun waktu penelitian dimulai pada bulan
September 2009 sampai Oktober 2009
3.3. Sumber Data
Data yang digunakan adalah data sekunder yang didapat dari rekam medis
penderita aritmia di Rumah Sakit Binawaluya
3.4. Populasi dan sampel
1.
Populasi penelitian
Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah semua penderita aritmia di
Rumah Sakit tahun 2008-2009
2.
Sampel penelitian
Sampel pada penelitian ini adalah Rekam medis yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi
3.5. Kriteria Penelitian
3.5.1. Kriteria Inklusi
Penderita aritmia di Rumah Sakit Binawaluya tahun 2008-2009
7/23/2019 Riset Arif
http://slidepdf.com/reader/full/riset-arif 42/57
31
3.5.2. Kriteria Eksklusi
Rekam medis penderita aritmia yang tidak lengkap
3.6. Besar Populasi
3.6.1 Besar Sampel
Pada penelitian cross sectional, diperlukan perkirakan besarnya sampel.
Perkiraan besarnya sampel dapat dihitung
n = Zα 2
P Q
d 2 *22
n = (1,96)2
x 0,50 x (1- 0,50) = 97
(0,10)2
3.7. Cara kerja
3.7.1. Identifikasi variabel
3.7.2. Pengumpulan Data
Data yang diperlukan adalah jumlah penderita aritmia dengan
menggunakan data rekam medis.
3.7.3. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan setelah mendapatkan jumlah penderita aritmia
dari data rekam medis. Selanjutnya dimasukkan ke dalam komputer melalui data
entry pada program SPSS versi 10.0 untuk windows yang kemudian diverifikasi.
3.7.4. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan dalam bentuk narasi, teks, dan tabel.
7/23/2019 Riset Arif
http://slidepdf.com/reader/full/riset-arif 43/57
32
3.7.5. Analisa Data
Analisa data dilakukan dengan menggunakan uji statistik non parametrik.
3.7.6. Interpretasi Data
Data diinterpretasikan secara deskriptif.
3.7.7. Pelaporan Hasil
Hasil penelitian dibuat dalam bentuk makalah laporan penelitian yang
dipresentasikan di hadapan staf pengajar program studi pendidikan dokter FKIK
UIN pada hari.../.....
3.8. Etika Penelitian
3.9. Batasan Operasional
Penderita aritmia, berdasarkan diagnosis dokter yang merawat.
3.10 Sarana Kegiatan
1. Tenaga
Penelitian ini dilakukan oleh seorang mahasiswa semester VIII Program
studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan dibantu
oleh seorang pembimbing (materi dan statistik) yaitu Endah, M. Bio Med.
2. Fasilitas
Fasilitas yang tersedia adalah laptop, alat tulis, alat komunikasi, alat
transportasi, dan lain-lain.
3.
Organisasi penelitian –
7/23/2019 Riset Arif
http://slidepdf.com/reader/full/riset-arif 44/57
33
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Total Penderita aritmia di RS binawaluya
Dalam penelitian ini, gambaran penderita aritmia di rumah sakit
Binawaluya Cardiac Center Jakarta dibagi menjadi 2, yaitu gangguan
pembentukan impuls dan gangguan penghantaran impuls, seperti yang tersaji
dalam tabel 4.1.
Tabel 4.1 Gambaran penderita aritmia di rumah sakit Binawaluya Cardiac
Center Jakarta 2009
Aritmia Jumlah Persen %
Gangguan pembentukan impuls 124 90.5
Gangguan penghantaran impuls 13 9.5
Total 137 100
7/23/2019 Riset Arif
http://slidepdf.com/reader/full/riset-arif 45/57
34
tipe aritmia
gangguan penghantaragangguan pembentukan
F r e q u e n c y
140
120
100
80
60
40
20
0
Gambar 4.1. diagram penderita aritmia di RS Binawaluya
Tabel 4.1.1
Gambaran Aritmia di rumah sakit Binawaluya Cardiac Center Jakarta 2009
Aritmia Jumlah Persen (%)
ST ( sinus takikardi ) 0 0
SB (sinus bradikardi ) 2 1.5
AES (atrial ekstrasistol) 3 2.2
AT (atrial takikardi) 0 0
AFl (atrial fluter) 4 2.9
7/23/2019 Riset Arif
http://slidepdf.com/reader/full/riset-arif 46/57
35
AF (atrial fibrilasi) 81 59.1
VT (ventrikel takikardi) 0 0
VES (ventrikel ekstrasistol) 17 12.4
VF (ventrikel fibrilasi) 2 1.5
SVT (ventrikel takikardi) 17 12.4
Av blok derajat 1 2 1.5
Av blok derajat 2 0 0
Av blok derajat 3 0 0
Total Av blok 10 7.3
4.1.2 Aritmia berdasarkan jenis kelamin
Distribusi frekuensi jenis kelamin responden dibagi menjadi dua yaitu laki-
laki dan perempuan. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa jumlah laki-
laki 85 orang (62%) lebih banyak dari pada perempuan 52 orang (38%) dari total
penderita aritmia di rumah sakit Binawaluya Cardiac Center Jakarta, seperti yang
tersaji pada tabel 4.2
Tabel 4.1.2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin responden di rumah sakit
Binawaluya Cardiac Center Jakarta 2009
Jenis kelamin Jumlah Persen (%)
Laki-laki 85 62
Perempuan 52 38
7/23/2019 Riset Arif
http://slidepdf.com/reader/full/riset-arif 47/57
36
Aritmia berdasarkan jenis kelamin
perempuanlaki-laki
F r e q u e n c y
100
80
60
40
20
0
7/23/2019 Riset Arif
http://slidepdf.com/reader/full/riset-arif 48/57
37
4.2 Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian yang dilakukan ini terdapat beberapa keterbatasan yang
dimiliki, diantaranya :
4.2.1 Gambaran aritmia
Sinus Bradikardi
Dari hasil penelitian ini diperoleh hasil penderita sinus bradikardi
sebanyak 2 orang atau 1.5% dari total jumlah aritmia keseluruhan. Belum ada
penelitian sebelumnya tentang sinus bradikardi.
.Atrial ekstrasistol
Dari hasil penelitian ini diperoleh hasil penderita atrial ekstrasistol sebanyak
3 orang atau 2.2% dari total jumlah aritmia keseluruhan. Belum ada penelitian
sebelumnya tentang atrial fluter.
Atrial flutter
Dari hasil penelitian ini diperoleh hasil penderita atrial flutter sebanyak 4
orang atau 2.9 dari total jumlah aritmia keseluruhan. Atrial flutter sendiri lebih
jarang ditemukan dibandingkan dengan atrial fibrilasi. Ha ini sesuai dengan
pnelitian sebelumnya, yaitu Sejumlah pasien yang datang ke rumah sakit dengan
diagnosa takikardi supraventrikuler menunjukkan 70 % atrial fibrilasi , dan 10 %
atrial flutter.(3)
Atrial fibrilasi dapat berlangsung sebentar (paroksismal) atau menetap,
dan jukga dapat disebabkan karena penyakit katup mitral, infark miokard akut,
dan infeksi akut pada jantung.
7/23/2019 Riset Arif
http://slidepdf.com/reader/full/riset-arif 49/57
38
Atrial fibrilasi
Berdasarkan hasil analisis terhadap 137 penderita aritmia, pada penelitian
ini menunjukkan Atrial Fibrilasi merupakan jenis aritmia yang tersering dengan
jumlah sample 81, yaitu 59.1 (%). Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya,
data di ruang perawatan koroner intensif RSCM (2006), menunjukkan, terdapat
6,7 % pasien mengalami atrial fibrilasi dan gangguan irama jantung yang paling
sering ditemukan adalah atrial fibrilasi. Biasanya berhubungan dengan penyakit
jantung aterosklerotik, penyakit katup jantung, gagal jantung kongestif,
tirotoksikosis, cor pulmonale,
Tingginya angka prevalensi atrial fibrilasi pada penelitian ini akan
meningkatkan resiko terserang stroke lima kali lipat dibandingkan populasi
dengan irama jantung normal sehingga hal ini dapat menurunkan kualitas hidup
penderitanya. Sejauh ini, atrial fibrilasi memberikan kontribusi terhadap 50.000
kasus stroke setiap tahunnya di Amerika Serikat. Sedangkan di Departemen
Neurologi RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta diperoleh insidens atrial fibrilasi
pada pasien stroke sekitar 2,2 %. Atrial fibrilasi juga dapat timbul sehubungan
dengan penyakit sistemik non kardiak. Misalnya pada hipertensi sistemik
ditemukan 45% dan diabtes melitus 45% dari pasien atrial fibrilasi. Tetapi pada
sekitar 3% pasien tidak dapat ditemukan penyebabnya.
Ventrikel ekstrasistol
Dari hasil penelitian ini diperoleh hasil penderita ventrikel ekstrasistol
sebanyak 17 orang atau 12.4 dari total jumlah aritmia keseluruhan.
7/23/2019 Riset Arif
http://slidepdf.com/reader/full/riset-arif 50/57
39
Ventrikel Fibrilasi
Dari hasil penelitian ini diperoleh hasil penderita atrial flutter sebanyak
2 orang atau 1.5% dari total jumlah aritmia keseluruhan. Pada penelitian
sebelumnya telah dijelaskan bahwa ventrikel fibrilasi sering terjadi bersama
ventrikel takikardi. Hal ini menyebabkan sekitar 300.000 kematian per tahunnya
di Amerika Serikat. Kelainan ini juga ditemukan sebanyak 0,06 – 0,08 % per
tahunnya pada populasi dewasa. Ventrikel fibrilasi dan ventrikel takikardi
merupakan kelainan pertama yang paling sering terjadi akibat sindrom koroner
akut dan merupakan penyebab 50 % kematian mendadak.
Supraventrikular Takikardi
Dari hasil penelitian ini diperoleh hasil penderita atrial flutter sebanyak
17 orang atau 12.4% dari total jumlah aritmia keseluruhan. Menurut AHA
(american heart association) tahun 2003 , perkiraan supraventrikular takikardi
dalam 3.5% sampel rekam medis MESA ( Marshfield Epidemiologic study area)
adalah 2.25% per seribu. Insiden SVT pada survei ini 35/100 ribu orang pertahun.
Wanita pada populasi MESA memiliki resiko 2 kali lipat dibanding pria.
AV blok derajat I
Dari hasil penelitian ini diperoleh hasil penderita atrial flutter sebanyak
2 orang atau 1.5% dari total jumlah aritmia keseluruhan.
Total AV blok
Dari hasil penelitian ini diperoleh hasil penderita total AV blok sebanyak
10 orang atau 7.3% dari total jumlah aritmia keseluruhan. Sulit menemukan
7/23/2019 Riset Arif
http://slidepdf.com/reader/full/riset-arif 51/57
40
tulisan yang menyebutkan angka insidensi atau prevalensi blok AV total (
zulhairi,2002 )
4.2.2 Gambaran aritmia berdasarkan Jenis Kelamin
Hasil analisis menunjukkan bahwa penderita aritmia pada laki-laki 85 orang
(62%) lebih banyak dari pada perempuan 52 orang (38%) dari total penderita
aritmia di rumah sakit Binawaluya Cardiac Center . Hasil ini sesuai dengan studi
epidemiologik jangka panjang yang menunjukkan bahwa pria mempunyai resiko
gangguan irama ventrikel 2 – 4 kali lipat dibandingkan dengan wanita. Sementara
itu, data yang lebih baru dari Abildstrom dan kawan-kawan (2002) yang
melakukan studi prospektif selama 4 tahun menemukan bahwa gangguan irama
ventrikel pada pria 1,3 kali lebih sering daripada wanita.
7/23/2019 Riset Arif
http://slidepdf.com/reader/full/riset-arif 52/57
41
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil penelitian ini, prevalensi aritmia di rumah sakit
Binawaluya pada bulan September 2008 – September 2009 didapatkan hasil
sebanyak 137 penderita aritmia
2. Dari 137 pasien penderita aritmia diperoleh 124 (90.5%) yang mengalami
gangguan pembentukan impuls dan 13 (9.5%) yang mengalami gangguan
penghantaran impuls.
3. Dari masing-masing jenis aritmia diperoleh hasil, AF (atrial fibrilasi)
sebanyak 81 (59.1%), VES (ventrikel ekstrasistol) dan, SVT
(supraventrikular takikardi) 17 (12.4%), total AV blok sebnyak 10 (7.3%),
arial fluter sebanyak 4 (2.9%), AES (atrial ekstrasistol) 3 (2.2%),dan sinus
bradikardi, ventrikel fibrilasi, serta Av blok derajat I didapatkan hasil
sebanyak 2 (1.5%) pasien dari total penderita aritmia.
4.
Sebagian besar penderita aritmia di rumah sakit Binawaluya merupakan
jenis atrial fibrilasi.
5.
Laki-laki mempunyai faktor resiko mengalami gangguan irama jantung
lebih besar daripada wanita
7/23/2019 Riset Arif
http://slidepdf.com/reader/full/riset-arif 53/57
42
Saran
1. Bagi dokter spesialis jantung dan dokter umum serta para perawat
yang ikut merawat pasien, sebaiknya diagnosis dalam rekam medis
ditulis dengan lengkap.
2. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor
yang berhubungan dengan penderita aritmia
7/23/2019 Riset Arif
http://slidepdf.com/reader/full/riset-arif 54/57
43
DAFTAR PUSTAKA
1.
Huikuri H.V., Castellanos A., and Myerbug R.J.. Sudden Death Due to
Cardiac Arrhythmias. In : The New England Journal of Medicine
[online].2007. available from
;http://www.content.nejm.org/cgi/content/full/345/20/1473.htm
2. Evy. Gangguan Irama Jantung Picu Stroke. In : Kompas Cyber Media
[online]. 2007. Available from :
http://www.64.203.71.11/ver1/Kesehatan/0707/27/095136.htm
3. Rosenthal L.. Atrial Fibrillation. In : E - Medicine [online]. 2007.
Available from : http://www.emedicine.com/med/topic184.htm
4. Zevitz M.E.. Ventricular Fibrillation. In : E – Medicine [online]. 2006.
Available from : http://www.emedicine.com/med/topic2363.htm
5.
Abdurrahman N. Dan Trisnohadi H.B.. Klasifikasi, Etiologi, dan Genesis
Aritmia. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi ke-3.
Jakarta : Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia. 2004 ; p.1001 – 1014.
7/23/2019 Riset Arif
http://slidepdf.com/reader/full/riset-arif 55/57
44
6. Yuniadi Y.. Kematian Mendadak (Tidak) Hanya dialami Pria. In :
Yayasan Jantung Indonesia [online]. 2008. Available from :
http://www.id.inaheart.or.id-p40.htm
7.
Emergency Cardiovascular Care Program, Advanced Cardiac Life
Support, 1997-1999, American Heart Association.
8. Noer Sjaifoellah, M.H. Dr. Prof, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid I,
Edisi ketiga, 1996, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
9.
Price & Wilson, 2006, Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit, Edisi 6, Volume I, EGC, Jakarta
10.
http://www.rnceus.com/course_frame.asp?exam_id=16&directory=ekg
11.
http://www.ce5.com/ekg101.htm
12.
http://www.rnceus.com/course_frame.asp?exam_id=16&directory=ekg
7/23/2019 Riset Arif
http://slidepdf.com/reader/full/riset-arif 56/57
45
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
7/23/2019 Riset Arif
http://slidepdf.com/reader/full/riset-arif 57/57
RIWAYAT HIDUP
Nama : Arif Budi Rahman
Tempat/Tgl Lahir : Bekasi, 03 April 1987
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Ds.Telaga Murni Kecamatan Cikarang Barat
BEKASI
Riwayat Pendidikan:
1. TK Al-Imaroh (1991-1993)
2. SD Telaga Murni 01 (1993-1999)
3.
MTs Al-Imaroh (1999-2002)
4.
SMA Insan Kamil (2002-2005)
5. S-1 Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta (2005-2010)