Risalah Manhaj Kaderisasi 1427 H-Lengkap.rtf

45
Risalah Kaderisasi Manhaj 1427 H

description

khbjhvjvh

Transcript of Risalah Manhaj Kaderisasi 1427 H-Lengkap.rtf

Page 1: Risalah Manhaj Kaderisasi 1427 H-Lengkap.rtf

Risalah Kaderisasi Manhaj 1427 H

Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI)

SISTEMATIKA RISALAH

Page 2: Risalah Manhaj Kaderisasi 1427 H-Lengkap.rtf

27

[Type text]

BAGIAN I : PENDAHULUANI. Latar BelakangII. Dasar PemikiranIII. Formulasi Kaderisasi Manhaj 1427 H

BAGIAN II : LANDASANI. Landasan IslamII. Landasan Filosofi GerakanIII. Platform Integralitas Kaderisasi Manhaj 1427 H

BAGIAN III : TAFSIR KEPRIBADIAN UTUH KADER KAMMII. 39 Citra Kader dalam Filosofi GerakanII. 65 Kompetensi Dasar

BAGIAN IV : GRAND DESIGN KADERISASI MANHAJ 1427 HI. Nalar Kaderisasi Manhaj 1427 H

1. Orientasi Kaderisasi Nasional2. Lima Profil Muslim Negarawan3. Enam Kompetensi Kritis4. Man Power Kader KAMMI

II. Aplikasi Pencapaian Muslim Negarawan1. Syakhsiyah Kader KAMMI2. Indeks Jati Diri Kader KAMMI3. Sarana dan Prasarana

BAGIAN V : METODOLOGI KADERISASII. Pola Umum KaderisasiII.

BAGIAN I

Page 3: Risalah Manhaj Kaderisasi 1427 H-Lengkap.rtf

27

[Type text]

PENDAHULUAN

Latar Belakang Penyusunan Risalah Kaderisasi Manhaj 1427 H merupakan panduan sistem pengkaderan yang

dilakukan KAMMI di Indonesia. Sesuai Rencana Strategis (Renstra) KAMMI Tahap I, risalah ini merupakan wujud dari amanah Muktamar KAMMI III di Samarinda tahun 2004, sebagai berikut: 1. Penyempurnaan pola umum kaderisasi menuju kaderisasi yang mengadaptasi perubahan

zaman dan filosofi gerakan KAMMI.2. Mempertahankan ekspansi kader melalui implementasi kontinyu pola umum kaderisasi

dan penguatan konsep kader siyasi.3. Pemantapan posisi sebagai gerakan dakwah tauhid melalui konsistensi tindakan ‘amal

dakwah KAMMI, dan pemantapan jaringan dengan gerakan Islam.4. Pembangunan posisi sebagai gerakan intelektual profetik, dengan membangun tradisi

berpolitik KAMMI pada prinsip politik moral berbasis nalar intelektual.Di samping itu, risalah ini juga berangkat dari evaluasi kritis terhadap pola kaderisasi

yang selama ini digunakan. Pola Umum Kaderisasi (Polkad) sebelumnya relevan untuk di zamannya. Menghadapi perubahan zaman, maka perlu ada revitalisasi pola umum kaderisasi agar kontekstual dengan tetap bertahan pada kekhasan mabda’ bangunan gerakan yang telah dibangun sebelumnya. Perubahan arus sejarah bangsa dan peran-peran umat dalam kancah sosial-politik bangsa ikut menjadi faktor-faktor penting yang harus diperhitungkan. Perkembangan gerakan pun memungkinkan terjadinya perubahan agenda gerakan dan agenda kaderisasi. Hal itu semua harus diperhitungkan agar masa kini dan masa depan gerakan mahasiswa tetap memiliki eksistensi dan memberi kontribusi siginfikan dalam proses perbaikan bangsa.

Untuk mengantisipasi segala bentuk perubahan yang bersifat fundamental pada bingkai filosofi gerakan dan arus perkembangan zaman, maka risalah kaderisasi ini dibatasi waktunya. Pola Kaderisasi ini akan diujicobakan selama empat tahun terhitung sejak Muharam tahun 1427 H (awal 2006). Atas alasan ini pula maka Risalah Kaderisasi KAMMI ini disebut Manhaj Kaderisasi 1427 H.

Dasar Pemikiran Formulasi Manhaj Kaderisasi 1427 H Kelahiran KAMMI di era reformasi tidak muncul secara tiba-tiba. KAMMI adalah

bagian dari rencana gerakan yang dibangun oleh arus kebangkitan Dunia Islam, secara khusus di Indonesia. Perkembangan peran-peran umat Islam dalam perbaikan negara dan masyarakat semakin menuai hasil, terutama dalam pembentukan pandangan publik yang Islami. Indikasi ini nampak dari kecenderungan budaya Islam yang semakin bersaing dengan budaya Barat yang hegemonik, serta pengalihan wacana pengetahuan umum kepada paradigma Islam sebagai sistem keilmuan alternatif dari yang selama ini diterapkan dalam rangka memecahkan problematika kemanusiaan dan alam dalam perspektif yang lebih aplikatif dan holistik, begitu juga dalam realitas fakta sosial dan perkembangan konstelasi politik kehadiran gerakan Islam menjadi salah satu kekuatan bangsa yang diperhitungkan dalam mewujudkan Indonesia baru.

Perjuangan sebuah cita-cita akan kemenangan Islam sebagai jiwa perjuangan KAMMI dan solusi Islam sebagai tawaran perjuangan KAMMI maka perubahan yang dicita-citakan KAMMI harus dipandang secara obyektif dan realisitis. Pertanyaan mendasarnya adalah bagaimana mewujudkan itu semua. Pertanyaan ini perlu disadari dalam alam kesadaran gerakan, bahwa sebenarnya wujud eksistensi dirinya memiliki misi yang mulia dalam

Page 4: Risalah Manhaj Kaderisasi 1427 H-Lengkap.rtf

27

[Type text]

perbaikan problematika umat. Kompleksitas problematika umat tidak dapat diselesaikan oleh satu pihak, ia harus ditanggung bersama oleh umat ini di seluruh lapisannya. KAMMI sebagai bagian dari lapisan pemuda memiliki posisi dan peran strategis dalam konteks perubahan ini yakni sebagai pewaris yang sah atas masa depan bangsa dan umat. Posisinya sebagai gerakan yang menghimpun para pemuda terpelajar menjadikan KAMMI sebagai wadah permanen yang menyemai bibit-bibit unggul lahirnya para pemimpin Islam yang tangguh di masa depan. Dalam kerangka inilah kaderisasi KAMMI dan revitalisasinya menempati posisi penting untuk mendapat perhatian lebih.

Dalam mewujudkan masa depan Indonesia berbasis pandangan syumuliyatul Islam yang jernih maka gerakan harus berupaya mencetak kader-kadernya dalam setting jangka panjang. Kaderisasi yang berumber dari cita-cita kuat akan masa depan Indonesia di tangan Islam memicu gerakan untuk menyiapkan sumber daya handal yang terlatih agar tampil elegan untuk mampu memimpin bangsa ini di hari kemudian. Dalam konteks dakwah, upaya sosialisasi gagasan gerakan akan perubahan perlu dikemas dalam komunikasi efektif yang berpengaruh. Hal ini merupakan upaya akselerasi kemenangan umat untuk menjadikannya berdaya guna, mampu mengglobalisasikan keistimewaannya pada peradaban lain dan menjadikannya lebih kompetitif dan dihargai. Penyelenggaraan komunikan efektif ini tiada lain adalah dengan mewujudkan sumber daya aktivis yang memiliki kompetensi, maka dari sinilah agent of change lebih fungsional.

Namun yang diinginkan KAMMI bukanlah sekedar menjadi agent of change, lebih dari itu adalah terwujudnya director of change (pengendali perubahan). Permasalah utama yang dihadapi bangsa ini adalah hilangnya rasa kepemilikan pada bangsa itu sendiri oleh mayoritas komponen bangsa. Hal inilah yang kemudian melahirkan krisis kepemimpinan. Dalam pandangan KAMMI, krisis kepemimpinan di tingkat nasional adalah minimnya sosok manusia Indonesia yang memiliki mentalitas dan sikap sebagai negarawan. Penjualan aset-aset berharga yang dimiliki negeri ini secara tidak bijak, kebijakan-kebijakan yang tidak memihak pada perlindungan seluruh potensi baik yang dimiliki masyarakat, dan mendahulukan kepentingan individu atau kelompok daripada kepentingan bangsa merupakan salah satu indikasi dari kurangnya mentalitas negarawan. Korupsi dan menjual informasi berharga yang dimiliki bangsa ini dengan murah pada bangsa lain dan melupakan sejarah panjang perjuangan founding fathers atas berdirinya negeri ini menunjukkan hilangnya jiwa kenegarawanan bangsa.

KAMMI, sesuai visinya melahirkan pemimpin yang tangguh di masa depan berupaya untuk bersikap bijak bahwa ketimpangan bangsa ini harus diselesaikan dengan upaya perbaikan dan tawaran-tawaran solusi yang terbaik. Bahwa pasca bergulirnya reformasi gerakan mahsiswa tidak sekedar menampilkan sosok kepemudaannya sebagai anak bangsa yang kritis, lebih dari itu pemuda adalah pewaris yang sah atas masa depan negeri ini, maka ia ikut bertanggung jawab untuk membangun negeri ini. Dalam proses pembangunan ini kader KAMMI dituntut untuk seimbang dalam memandang persoalan secara kritis dan konstruktif. Maka dalam hal ini KAMMI menetapkan persiapan permanen dengan menyiapkan kader-kader yang berjiwa negarawan.

Gagasan terwujudnya director of change berangkat dari visi gerakan yang berupaya menciptakan masyarakat Islami dengan menghadirkan para pemimpin perubahan yang tangguh. Para pemimpin itulah yang merancang dan mengendalikan perubahan. Tidak ada yang mustahil bagi gerakan mahasiswa untuk mewujudkannya. Sejarah mengajarkan bahwa di setiap perubahan para pemudalah kunci rahasianya. Menjadi tokoh perubahan tentu memiliki syarat yang lebih berat daripada sekedar menjadi aktivis perubahan. Syarat-syarat itu di antaranya adalah kepribadian yang kokoh, kemampuan berorganisasi dan kemampuan

Page 5: Risalah Manhaj Kaderisasi 1427 H-Lengkap.rtf

27

[Type text]

menebar pengaruh yang kuat di tingkat publik. Dalam logika gerakan pemuda mewujudkan director of change setidaknya harus memenuhi lima kompetensi: pertama, pengetahuan dasar yang kuat dan luas, kedua, wawasan makro kebangsaan, ketiga, kepakaran dan profesionalitas, keempat, jaringan yang luas dan kepemimpinan yang kuat dan terlatih, terakhir, kemampuan menyampaikan gagasan pada orang lain dengan penguasaan komunikasi massa.

Kritik mendasar pada gerakan mahasiswa adalah ekspresi reaksionernya pada berbagai isu. Bentuk reaksioner ini mengindikasikan bahwa gerakan itu tidak memiliki agenda atau termakan oleh agenda orang lain. Dalam hal ini KAMMI tidak layak untuk memposisikan demikian. Sebagai organisasi pergerakan dan pengkaderan, KAMMI memiliki agenda tersendiri yang memfungsikan dirinya sebagai tren setter (penyeting tren). Bagi KAMMI gerakan mahasiswa bukanlah alat pukul politik yang disibukkan mencari musuh dan bergerak sebagai watch dog. Gerakan mahasiswa adalah aset masa depan, maka ia harus memiliki rencana masa depan bangsanya yang kelak ia pun ikut andil dalam proses kepemimpinan bangsa ini. Kompetensi dasar di atas itu merupakan wujud dari pengokohan gerakan yang menjadikan dirinya lebih kontributif pada pemecahan masalah umat dan bangsa.

Dalam pertimbangan-pertimbangan KAMMI sebagai gerakan mahasiswa dan revitalisasi positioning gerakan di tingkat publik, serta arus sejarah yang dibangun zeit gest (jiwa zaman) itulah maka Manhaj Kaderisasi 1427 H ini disusun.

Formulasi Manhaj Kaderisasi 1427 H Manhaj Kaderisasi 1427 H adalah panduan sistem pengkaderan nasional KAMMI yang

diterapkan selama empat tahun sejak Muharam 1427 H hingga 1431 H dan secara berkala akan dievaluasi perkembangan aplikasinya di lapangan. Segala perubahan yang mendasar dari Manhaj Kaderisasi 1427 H ini akan dilakukan setelah empat tahun berjalan.

Manhaj Kaderisasi 1427 H ini disusun dari lembaran-lembaran konsep kaderisasi yang telah diujicobakan di beberapa daerah dan dilengkapi dari rancangan baru yang diadaptasikan sesuai kebutuhan zaman yang dibingkai mabda’ (prinsip-prinsip dasar) dari Filosofi Gerakan KAMMI.

Secara umum Manhaj Kaderisasi 1427 H terdiri dari penjelasan dasar pemikiran, landasan gerakan, grand design manhaj kaderisasi, pola umum kaderisasi, dan perangkat-perangkat kaderisasi. Secara lebih spesifik dalam Manhaj Kaderisasi 1427 H perangkat-perangkat kaderisasi disusun lebih detil.

Page 6: Risalah Manhaj Kaderisasi 1427 H-Lengkap.rtf

27

[Type text]

BAGIAN IILANDASAN GERAKAN

Landasan Islam Cita-cita sebuah bangsa yang digambarkan al-Qur’an adalah menjadi negeri yang baik

dan Tuhan-pun mengampuni penduduknya. Kenyataan berbicara lain, bahwa di negeri ini krisis menimpa bertubi-tubi dan berkepanjangan. Al-Qur’an menjelaskan sumber-sumber utama yang bersifat permanen akar krisis berat yang dialami sebuah umat atau bangsa. Krisis multidimensional ini disadari sebagai sebuah keniscayaan yang akan dialami oleh bangsa-bangsa. Allah berfirman, ”Dan tidak ada suatu negeri pun (yang durhaka penduduknya), melainkan Kami membinasakannya sebelum hari Kiamat atau Kami siksa (penduduknya) dengan siksaan yang sangat keras. Yang demikian itu telah tertulis di dalam Kitab (Lauh Mahfuz).” (QS. Al-Isra: 58). Namun demikian, Allah pun menjelaskan akar penyebab terjadinya krisis tersebut. Negeri ini rusak diakibatkan beberapa faktor mendasar di bawah ini di antaranya:

Pertama, lalainya masyarakat terhadap prinsip-prinsip kebenaran agama ”Maka ketika mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu (kesenangan) untuk mereka. Sehingga ketika mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka secara tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam putus asa.” (QS. Al-An’am: 44)

Kedua, melemahnya daya kritis peran-peran bargaining position konstruktif terhadap realitas ketimpangan yang terjadi.”Maka setelah mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang orang yang berbuat jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik.” (QS. Al-A’raf: 165)

Ketiga, tidak mensyukuri nikmat material dan spiritual yang telah disediakan”Allah tidak akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman. Dan Allah Maha Mensyukuri Maha Mengetahui.” (QS. An-Nisa’: 147)

Keempat, kekuasaan yang cenderung merusak potensi kebaikan dan tatanan masyarakat”Dia (Balqis) berkata, ”Sesungguhnya raja-raja apabila menaklukan suatu negeri, mereka tentu akan membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia menjadi terhina; dan demikian pula yang akan mereka perbuat.” (QS. An-Naml: 34)

Kelima, hilangnya keharmonisan dan kontrol sosial”Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentu telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. (QS. Al-Hajj: 40)”Dan kalau Allah tidak melindungi sebagian manusia dari keganasan manusia yang lain, niscaya rusaklah bumi ini.” (QS. Al-Baqarah: 251)”Dan janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa dasar pengetahuan. Demikianlah, Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian

Page 7: Risalah Manhaj Kaderisasi 1427 H-Lengkap.rtf

27

[Type text]

kepada Tuhan tempat kembali mereka, lalu Dia akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-An’am: 108)”Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari laki-laki dan perempuan dan menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kalian saling mengenal. Sesungguhnya orang yang mulia di antara kalian di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.” (QS. Al-Hujurat: 13)

Keenam, hilangnya nuansa Rabbaniyah dan terputus dari relasi spirit nubuwah”Dan Allah tidak akan menghukum mereka, selama engkau (Muhammad) berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan menghukum mereka, sedang mereka (masih) memohon ampunan.” (QS. Al-Anfal: 33)

Krisis multidimensional ini tidak bisa dibiarkan berlangsung, harus ada langkah-langkah praktis agar harga diri sebagai umat dan bangsa kembali mulia (QS. Ali Imran: 110). ”Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu beriman.” (QS. Ali Imran: 139). Keimanan dan ketakwaan akan memiliki signifikansinya dalam proses perubahan kehidupan ini jika diimplementasikan secara aplikatif. ”Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan carilah wasilah untuk mendekatkan diri kepada-Nya, dan bersungguh-sungguhlah di dalamnya agar kamu beruntung.” (QS. Al-Maidah: 35). Wasilah itu sudah digariskan al-Qur’an secara jelas dengan menciptakan tandzim (organisasi) gerakan. ”Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh (berbuat) yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran: 104). ”Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya berbaris teratur bagaikan bangunan yang tersusun kokoh.” (QS. Ash-Shaff: 4)

Kehadiran KAMMI merupakan wujud dari kewajiban yang diperintahkan Allah dalam rangka ikut andil dalam proses perubahan masyarakat Indonesia menuju tatanan lebih baik sesuai manhaj Islam. Al-Qur’an (QS. Ali Imran: 110) secara spesifik merancang program kerja gerakan yang harus dilakukan secara intensif, yakni:1. Mendukung dan menyelenggarakan proyek-proyek kebaikan2. Mendukung dan menggalang perlawanan terhadap proyek-proyek

kejahatan3. Melakukan penyadaran Ilahiyah sebagai pusat tujuan.

KAMMI sebagai organisasi pergerakan (harakatutajnid) memiliki peran strategis untuk melakukan amar ma’ruf nahi munkar secara elegan. Namun gerakan dakwah akan mengalami kelesuan jika tidak diimbangi dengan memaksimalkan fungsinya sebagai organisasi pengkaderan (harakatul ’amal). Al-Qur’an pun secara spesifik menetapkan program kerja kaderisasi yang bersifat permanen. ”Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk menghadapi mereka dengan kekuatan yang kamu miliki dan dari pasukan berkuda yang dapat menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya, tetapi Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu infakkan di jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dizalimi (dirugikan).” (QS. Al-Anfal: 60). Ayat ini memandu gerakan untuk selalu memberikan perhatian lebih pada kaderisasi. Di samping itu, ayat ini juga memberi isyarat bahwa out put kader yang dihasilkan harus memiliki ketangguhan serta kompetensi yang diperhitungkan publik.

Page 8: Risalah Manhaj Kaderisasi 1427 H-Lengkap.rtf

27

[Type text]

Keberadaan kader yang tangguh ini merupakan prasyarat terwujudnya momentum yang Allah janjikan bahwa kelak negeri ini akan berada di bawah tampuk kepemimpinan Islam yang adil serta ditopang oleh infrastruktur orang-orang shaleh yang kuat. ”Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan yang mengerjakan kebaikan (amal shaleh), bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia ridhai. Dan Dia benar-benar mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu pun. Tetapi barang siapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An-Nur: 55)

Kaderisasi KAMMI dalam hal ini berkonsentrasi untuk mencetak man power gerakan yang akan dipersembahkan pada bangsa ini. ”Dan sungguh, telah Kami tulis di dalam Zabur setelah (tertulis) di dalam Az-Zikr (Lauh Mahfuz), bahwa bumi ini akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang shaleh.” (QS. Al-Anbiya’: 105)

Landasan Filosofi GerakanKaderisasi KAMMI yang termaktub dalam Manhaj Kaderisasi 1427 H ini melandaskan

pada bingkai yang telah digariskan di dalam Filosofi Gerakan KAMMI. Filosofi gerakan ini merupakan landasan utama dan spirit perjuangan yang menjiwai gerakan KAMMI. Dari bangunan filosofi gerakan inilah diharapkan lahirnya kader-kader KAMMI dengan kultur gerakan yang khas dan istimewa. Kekhasan ini menjadikan gerakan memiliki kekuatan bangunan integralitas internal dan aman dari bahaya eksternal yang akan merusaknya. Filosofi Gerakan KAMMI mencakup visi, misi, prinsip, karakter organisasi, paradigma gerakan, unsur-unsur perjuangan dan kredo gerakan KAMMI. Ciri yang melekat dari kader yang ingin dihasilkan dari filosofi gerakan ini adalah integralitas dan progresivitas kader di medan amal perjuangan Islam.

Visi KAMMIKAMMI adalah wadah perjuangan permanen yang akan melahirkan kader-kader pemimpin dalam upaya mewujudkan bangsa dan negara Indonesia yang Islami.

Misi KAMMIa. Membina keislaman, keimanan, dan ketaqwaan mahasiswa muslim Indonesia.b. Menggali, mengembangkan, dan memantapkan potensi dakwah, intelektual, sosial, dan

politik mahasiswa.c. Mencerahkan dan meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia menjadi masyarakat

yang rabbani, madani, adil, dan sejahtera.d. Memelopori dan memelihara komunikasi, solidaritas, dan kerjasama mahasiswa

Indonesia dalam menyelesaikan permasalahan bangsa dan negara.e. Mengembangkan kerjasama antar elemen bangsa dan negara dengan semangat

membawa kebaikan, menyebar manfaat, dan mencegah kemungkaran (amar ma`ruf nahi munkar).

Prinsip Gerakan KAMMIa. Kemenangan Islam adalah jiwa perjuangan KAMMIb. Kebathilan adalah musuh abadi KAMMIc. Solusi Islam adalah tawaran perjuangan KAMMI

Page 9: Risalah Manhaj Kaderisasi 1427 H-Lengkap.rtf

27

[Type text]

d. Perbaikan adalah tradisi perjungan KAMMIe. Kepemimpinan umat adalah strategi perjuangan KAMMIf. Persaudaraan adalah watak muamalah KAMMI

Karakter Organisasi KAMMIKAMMI adalah organisasi kader (harokatut tajnid) dan organisasi pergerakan (harokatul amal).Paradigma Gerakan KAMMI1. KAMMI adalah Gerakan Da’wah Tauhid a. Gerakan Da’wah Tauhid adalah gerakan pembebasan manusia dari berbagai bentuk

penghambaan terhadap materi, nalar, sesama manusia dan lainnya, serta mengembalikan pada tempat yang sesungguhnya: Allah swt.

b. Gerakan Da’wah Tauhid merupakan gerakan yang menyerukan deklarasi tata peradaban kemanusiaan yang berdasar pada nilai-nilai universal wahyu ketuhanan (Ilahiyyah) yang mewujudkan Islam sebagai rahmat semesta (rahmatan lil ‘alamin).

c. Gerakan Da’wah Tauhid adalah gerakan perjuangan berkelanjutan untuk menegakkan nilai kebaikan universal dan meruntuhkan tirani kemungkaran (amar ma’ruh nahi munkar)

2. KAMMI adalah Gerakan Intelektual Profetika. Gerakan Intelektual Profetik adalah gerakan yang meletakkan keimanan sebagai

ruh atas penjelajahan nalar akal b. Gerakan Intelektual Profetik merupakan gerakan yang mengembalikan secara tulus

dialektika wacana pada prinsip-prinsip kemanusiaan yang universal c. Gerakan Intelektual Profetik adalah gerakan yang mempertemukan nalar akal dan

nalar wahyu pada usaha perjuangan perlawanan, pembebasan, pencerahan, dan pemberdayaan manusia secara organik.

3. KAMMI adalah Gerakan Sosial Independena. Gerakan Sosial Independen adalah gerakan kritis yang menyerang sistem

peradaban materialistik dan menyerukan peradaban manusia berbasis tauhid.b. Gerakan Sosial Independen merupakan gerakan kultural yang berdasarkan

kesadaran dan kesukarelaan yang berakar pada nurani kerakyatan.c. Gerakan Sosial Independen merupakan gerakan pembebasan yang tidak memiliki

ketergantungan pada hegemoni kekuasaan politik-ekonomi yang membatasi.4. KAMMI adalah Gerakan Politik Ekstraparlementer

a. Gerakan Politik Ekstraparlementer adalah gerakan perjuangan melawan tirani dan menegakkan demokrasi yang egaliter.

b. Gerakan Politik Ekstraparlementer adalah gerakan sosial kultural dan struktural yang berorientasi pada penguatan rakyat secara sistematis dengan melakukan pemberdayaan institusi-institusi sosial/rakyat dalam mengontrol proses demokrasi formal.

Unsur-unsur Perjuangan KAMMIAgar dakwah dapat tumbuh berkelanjutan secara seimbang, tetap berada pada orientasi yang benar, mampu mengelola amanah dan masalah, dan terus memiliki kekuatan untuk mewujudkan tujuan-tujuannya, maka KAMMI menyusun dirinya di atas unsur-unsur sebagai berikut:1. bina’ al-qo’idah al-ijtima’iyah (membangun basis sosial), yaitu membangun lapisan

masyarakat yang simpati dan mendukung perjuangan KAMMI yang meliputi

Page 10: Risalah Manhaj Kaderisasi 1427 H-Lengkap.rtf

27

[Type text]

masyarakat umum, mahasiswa, organisasi dan lembaga swadaya masyarakat, pers, tokoh, dan lain sebagainya.

2. bina’ al-qo’idah al-harokiyah (membangun basis operasional), yaitu mambangun lapisan kader KAMMI yang bergerak di tengah-tengah masyarakat untuk merealisasikan dan mengeksekusi tugas-tugas dakwah yang telah digariskan KAMMI.

3. bina’ al-qo’idah al-fikriyah (membangun basis konsep), yaitu membangun kader pemimpin yang mampu menjadi teladan masyarakat, memiliki kualifikasi keilmuan yang tinggi sesuai bidangnya, yang menjadi guru bagi gerakan, mengislamisasikan ilmu pengetahuan pada bidangnya, dan memelopori penerapan solusi Islam terhadap berbagai segi kehidupan manusia.

4. bina’ al-qo’idah al-siyasiyah (membangun basis kebijakan), yaitu membangun kader ideolog, pemimpin gerakan yang menentukan arah gerak dakwah KAMMI, berdasarkan situasi dan kondisi yang berkembang.

Keempat unsur tersebut merupakan piramida yang seimbang, harmonis dan kokoh, yang menjamin keberlangsungan gerakan KAMMI.

Kredo Gerakana. Kami adalah orang-orang yang berpikir dan berkendak merdeka. Tidak ada satu orang

pun yang bisa memaksa kami bertindak. Kami hanya bertindak atas dasar pemahaman, bukan taklid, serta atas dasar keikhlasan, bukan mencari pujian atau kedudukan.

b. Kami adalah orang-orang pemberani. Hanyalah Allah yang kami takuti. Tidak ada satu makhluk pun yang bisa menggentarkan hati kami, atau membuat kami tertunduk apalagi takluk kepadanya. Tiada yang kami takuti, kecuali ketakutan kepada selain-Nya.

c. Kami adalah para petarung sejati. Atas nama al-haq kami bertempur, sampai tidak ada lagi fitnah di muka bumi ini. Kami bukan golongan orang yang melarikan diri dari medan pertempuran atau orang-orang yang enggan pergi berjihad. Kami akan memenangkan setiap pertarungan dengan menegakkan prinsip-prinsip Islam.

d. Kami adalah penghitung risiko yang cermat, tetapi kami bukanlah orang-orang yang takut mengambil risiko. Syahid adalah kemuliaan dan cita-cita tertinggi kami. Kami adalah para perindu surga. Kami akan menyebarkan aromanya di dalam kehidupan keseharian kami kepada suasana lingkungan kami. Hari-hari kami senantiasa dihiasi dengan tilawah, dzikir, saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran, diskusi-diskusi yang bermanfaat dan jauh dari kesia-siaan, serta kerja-kerja yang konkret bagi perbaikan masyarakat. Kami adalah putra-putri kandung dakwah, akan beredar bersama dakwah ini ke mana pun perginya, menjadi pembangunnya yang paling tekun, menjadi penyebarnya yang paling agresif, serta penegaknya yang paling kokoh.

e. Kami adalah orang-orang yang senantiasa menyiapkan diri untuk masa depan Islam. Kami bukanlah orang yang suka berleha-leha, minimalis dan loyo. Kami senantiasa bertebaran di dalam kehidupan, melakukan eksperimen yang terencana, dan kami adalah orang-orang progressif yang bebas dari kejumudan, karena kami memandang bahwa kehidupan ini adalah tempat untuk belajar, agar kami dan para penerus kami menjadi perebut kemenangan yang hanya akan kami persembahkan untuk Islam.

f. Kami adalah ilmuwan yang tajam analisisnya, pemuda yang kritis terhadap kebatilan, politisi yang piawai mengalahkan muslihat musuh dan yang piawai dalam memperjuangkan kepentingan umat, seorang pejuang di siang hari dan rahib di malam hari, pemimpin yang bermoral, teguh pada prinsip dan mampu mentransformasikan masyarakat, guru yang mampu memberikan kepahaman dan teladan, sahabat yang tulus

Page 11: Risalah Manhaj Kaderisasi 1427 H-Lengkap.rtf

27

[Type text]

dan penuh kasih sayang, relawan yang mampu memecahkan masalah sosial, warga yang ramah kepada masyarakatnya dan responsif terhadap masalah mereka, manajer yang efektif dan efisien, panglima yang gagah berani dan pintar bersiasat, prajurit yang setia, diplomat yang terampil berdialog, piawai berwacana, luas pergaulannya, percaya diri yang tinggi, semangat yang berkobar tinggi.

Platform Integralitas Manhaj KaderisasiDi dalam al-Qur’an surat Ali Imran: 146-147, Allah berfirman, ”Dan betapa banyak

nabi yang berperang didampingi sejumlah besar dari para pengikut(nya) yang bertakwa. Mereka tidak (menjadi) lemah karena bencana yang menimpanya di jalan Allah, tidak patah semangat dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar. Dan tidak lain ucapan mereka hanyalah do’a, ”Ya Tuhan Kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebihan (dalam) urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir.”

Ayat ini memiliki tiga kandungan:1. bahwa nabi didampingi oleh kader-kader mujahid yang banyak2. kader yang membersamai perjuangan nabi memiliki kualitas yang kokoh:

tidak lemah atas berbagai ujian yang ditimpakan pada mereka, tidak patah semangat, dan pantang menyerah

3. para mujahid tersebut menyadari kelemahan-kelemahan dan kesalahan dirinya dan memicu diri untuk bangkit menjadi yang terbaik atas bantuan Allah.Dalam konteks kaderisasi, ayat ini mengisyaratkan tiga sasaran kaderisasi:

1. to raise the quantity atau pertambahan jumlah2. to develop the quality atau peningkatan kualitas3. to build the competency atau pembangunan kompetensi

Pertambahan KuantitasGerakan dakwah adalah menyeru manusia sebanyak-banyaknya pada kebaikan. Namun

dakwah dalam pengertian yang luas tidak sekedar mengenalkan Islam dan menunjukkan manusia pada kebaikan semata, lebih dari itu gerakan dakwah akan semakin eksis ketika mendapat simpati masyarakat dan didukung oleh jumlah kader yang banyak dan produktif. Perkembangan problematika umat akan semakin ringan jika beban tersebut dipikul banyak kadernya. Unsur paling pokok dalam pertumbuhan gerakan adalah keharusan memperhatikan:1. Ekspansi rekrutmen gerakan

Ekspansi rekrutmen gerakan KAMMI meliputi: a. Perluasan pengenalan KAMMI, di antaranya Pra DM1 dan kegiatan-

kegiatan yang mengenalkan KAMMI secara menarik.b. Optimalisasi koneksi penjaringanc. Optimalisasi Daurah Marhalah I

2. Disiplin dalam menerapkan manhaj gerakanManhaj Kaderisasi 1427 H ini harus ditopang dengan disiplin perangkat kaderisasi secara optimal.a. Penyiapan pemandu yang terlatih dan kompetenb. Optimalisasi Madrasah KAMMI c. Optimalisasi Sekolah-sekolah Peradaban KAMMId. Peningkatan kemampuan pemandu dalam aspek penguasaan manhaj

Page 12: Risalah Manhaj Kaderisasi 1427 H-Lengkap.rtf

27

[Type text]

e. Peningkatan mutu fungsi manajemen dan administrasi kaderisasi3. Pengokohan struktur gerakan

Peningkatan jumlah kader harus ditopang oleh struktur gerakan yang kokoh, ada dua hal yang harus dikuatkan.a. Disiplin dalam manajemen mekanisme organisasib. Memobilisasi potensi dengan stok ukhuwah di antaranya melalui kegiatan-

kegiatan yang menghadirkan banyak kader.

Peningkatan Kualitas Kualitas kader ditentukan oleh Indeks Jati Diri Kader (IJDK) di setiap jenjangnya. IJDK

KAMMI adalah kualitas inti yang membentuk karakteristik kader KAMMI di setiap jenjang pengkaderannya. IJDK KAMMI Manhaj Kaderisasi 1427 H meliputi aqidah, fikrah dan manhaj perjuangan, akhlak (syakhsiyah Islamiyah-harakiyah), ibadah, pengetahuan keislaman, wawasan ke-Indonesia-an, kepakaran dan profesionalitas, pergerakan dan kepemimpinan, dan pengembangan diri.

Peningkatan kualitas kader mengacu pada peningkatan (tarqiyah) yang dilakukan baik dalam pengkaderan qabla tanzhim maupun ba’da tanzhim. Untuk meningkatkan kualitas ini setiap kader KAMMI hendaknya meningkatkan interaksi dengan filosofi gerakan, sebab pertumbuhan kualitas gerakan sangat terpengaruh oleh sejauh mana interaksi kader di setiap jenjang dengan filosofi gerakan ini berlangsung.

Ada tiga unsur yang meningkatkan interaksi para kader dengan filosofi gerakan,1. Syarat-syarat menjadi anggota biasa (di tiap tingkatan),2. Cara-cara pembentukan anggota biasa (di tiap tingkatan),3. Cara-cara penilaian terhadap kualitas anggota biasa (di tiap tingkatan).

Gerakan KAMMI akan kuat, kokoh, dan mengembang dengan baik jika tarbiyah (kepemanduan) dan keterlibatan dalam struktur gerakan menjadi wajib bagi setiap kader. Maka dari dua hal ini proses peningkatan akan berjalan lancar. Peningkatan kualitas kader ini meliputi pembentukan (at-tansi’ah), pemeliharaan (ar-ri’ayah), pengembangan (at-tanmiyah), pengarahan (at-taujih), dan pemberdayaan (at-tazwif).

Pembangunan Kompetensi KritisBangsa dan umat ini membutuhkan para pemimpin perubahan yang memiliki idealisme

dan kompetensi yang diperhitungkan. Para pemimpin itu terlahir dari rahim gerakan Islam yang tertata rapi (quwwah al-munashomat), semangat keimanan yang kuat (ghirah qawiyah) dan kompetensi yang tajam. Tiga hal ini merupakan syarat utama munculnya sosok Muslim Negarawan yang memiliki keberpihakan pada kebenaran dan terlatih dalam proses perjuangannya.

Secara aplikatif sosok kader muslim negarawan harus memiliki kompetensi kritis yang harus dilatih sejak dini. Kompetensi kritis ini adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki kader yang dirancang sesuai kebutuhan masa depan sebagaimana yang dirumuskan di dalam Visi Gerakan KAMMI. Terdapat lima kompetensi kritis yang harus dimiliki kader KAMMI, sebagai berikut ini:1. Pengetahuan Ke-Islam-an

Kader harus memiliki ilmu pengetahuan dasar keislaman, ilmu alat Islam, dan wawasan sejarah dan wacana keislaman. Pengetahuan ini harus dimiliki agar kader memiliki sistem berpikir Islami dan mampu mengkritisi serta memberikan solusi dalam cara pandang Islam.

Page 13: Risalah Manhaj Kaderisasi 1427 H-Lengkap.rtf

27

[Type text]

2. Kredibilitas MoralKader memiliki basis pengetahuan ideologis, kekokohan akhlak, dan konsistensi dakwah Islam. Kredibilitas moral ini merupakan hasil dari interaksi yang intensif dengan manhaj tarbiyah Islamiyah serta implementasinya dalam gerakan (tarbiyah Islamiyah harakiyah).

3. Wawasan ke-Indonesia-anKader memiliki pengetahuan yang berkorelasi kuat dengan solusi atas problematika umat dan bangsa, sehingga kader yang dihasilkan dalam proses kaderisasi KAMMI selain memiliki daya kritis, ilmiah dan obyektif juga mampu memberikan tawaran solusi dengan cara pandang makro kebangsaan agar kemudian dapat memberikan solusi praktis dan komprehensif. Wawasan ke-Indonesia-an yang dimaksud adalah penguasaan cakrawala ke-Indonesia-an, realitas kebijakan publik, yang terintegrasi oleh pengetahuan interdisipliner.

4. Kepakaran dan profesionalismeKader wajib menguasai studi yang dibidanginya agar memiliki keahlian spesialis dalam upaya pemecahan problematika umat dan bangsa. Profesionalisme dan kepakaran adalah syarat mutlak yang kelak menjadikan kader dan gerakan menjadi referensi yang ikut diperhitungkan publik.

5. KepemimpinanKompetensi kepemimpinan yang dibangun kader KAMMI adalah kemampuan memimpin gerakan dan perubahan yang lebih luas. Hal mendasar dari kompetensi ini adalah kemampuan kader beroganisasi dan beramal jama’i. Sosok kader KAMMI tidak sekedar ahli di wilayah spesialisasinya, lebih dari itu ia adalah seorang intelektual yang mampu memimpin perubahan. Di samping mampu memimpin gerakan dan gagasan, kader pun memiliki pergaulan luas dan jaringan kerja efektif yang memungkinkan terjadi akselerasi perubahan.

6. Diplomasi dan JaringanKader KAMMI adalah mereka yang terlibat dalam upaya perbaikan nyata di tengah masyarakat. Oleh karena itu ia harus memiliki kemampuan jaringan, menawarkan dan mengkomunikasikan fikrah atau gagasannya sesuai bahasa dan logika yang digunakan berbagai lapis masyarakat. Penguasaan skill diplomasi, komunikasi massa, dan jaringan ini adalah syarat sebagai pemimpin perubahan.

Prinsip Kaderisasi KAMMIPlaform Integralitas Kaderisasi KAMMI di atas akan lebih kuat dengan diikat oleh

prinsip kaderisasi KAMMI berikut ini:1. kaderisasi sebagai kultur gerakan, yaitu bahwa:

kaderisasi adalah budaya gerakan KAMMI bukan semata sistem atau program organisasi

kaderisasi adalah merupakan jiwa gerakan KAMMI mengkader adalah karakter dan mentalitas kader KAMMI, bukan hak, beban atau

kewajiban2. kaderisasi integratif, yaitu bahwa:

kaderisasi KAMMI adalah turunan langsung visi dan misi KAMMI seluruh ragam aktifitas gerakan KAMMI yang dilakukan oleh berbagai tingkat dan

bagian organisasi KAMMI merupakan pencapaian tujuan kaderisasi KAMMI aktualisasi kader dalam beragam aktivitas intra maupun ekstra gerakan adalah

bagian dari kaderisasi KAMMI

Page 14: Risalah Manhaj Kaderisasi 1427 H-Lengkap.rtf

27

[Type text]

3. kaderisasi yang menyeluruh (komprehensif), yaitu bahwa: kaderisasi KAMMI menyangkut beragam aspek kemanusiaan dan kepribadian kaderisasi KAMMI mengembangkan beragam potensi dan kompetensi individu

kader kaderisasi KAMMI memenuhi pendidikan pada beragam aspek kemasyarakatan

seperti sosial,budaya, politik, ekonomi dan hukum4. kaderisasi berorientasi hasil, yaitu bahwa:

kaderisasi KAMMI berorientasi pada pencapaian kapasitas pribadi kader yang unggul dan mandiri (tarbiyah dzatiyah) dengan orientasi minimal adalah pencapaian IJDK

BAGIAN IIITAFSIR KEPRIBADIAN UTUH KADER KAMMI

39 Citra Kader dalam Filosofi GerakanDalam Filosofi Gerakan KAMMI terdapat 39 citra kader yang menjadi karakter

personal budaya gerakan KAMMI. Citra kader tersebut merupakan kualitas khas yang dimiliki KAMMI yang termaktub dalam visi, misi hingga kredo gerakan, yakni: 1. pemimpin tangguh, 2. iman taqwa, 3. intelektual, 4. pelopor, 5. komunikatif, 6. solidaritas, 7. amal jama’i, 8. problem solver, 9. independent, 10. ikhlas, 11. pemberani, 12. mujahid, 13. penghitung resiko yang cermat, 14. perindu syurga, 15. abid, 16. da’i, 17. menjauhi kesia-siaan, 18. visioner, 19. aktif, 20. progresif, 21. manusia pembelajar, 22. ilmuwan, 23. kritis, 24. politisi, 25. moralis, 26. transformatif, 27. murobbi, 28. social worker, 29. empatik, 30. supel, 31. manajer, 32. ahli strategi, 33. loyal, 34. diplomat, 35.luas wawasan, 36. percaya diri, 37. militan, 38. kemandirian ekonomi, 39. Istiqomah.

Masing-masing citra diri ini merupakan satu kesatuan kepribadian kader KAMMI yang utuh. Namun hal ini tidak dapat dimengerti jika tidak ada penjelasan aplikatif yang mengarah pada pembentukan citra diri tersebut. Dari sinilah maka perlu ada penjelasan khusus yang menjadi kompetensi dasar kader sebagai bekal utama menuju kualitas integritas diri tersebut.

65 Kompetensi DasarMenjadi kader KAMMI paripurna harus memenuhi kompetensi dasar sebagai syarat

mutlak dalam pribadinya. Agar penjelasan relevan dengan konteks eksternal peran-peran signifikan kader di medan juang maka penjelasan juga harus diseimbangkan pada kualitas diri internal kognitif, afektif dan psikomotorik. Dari sanalah upaya kaderisasi mengarah pada pencapaian kompetensi dasar kualitas kader KAMMI. Di bawah ini merupakan penjelasan rinci kualitas kader KAMMI yang dikolaborasikan dari 39 citra kader KAMMI yang dirumuskan dalam Filosofi Gerakan dan 40 Kompetensi yang pernah dirumuskan dalam Pola Umum Kaderisasi KAMMI pertama.

Berikut adalah 65 kompetensi dasar yang dikolaborasikan dengan aspek pengetahuan (C), sikap (A) dan Psikomotor (P). Adapun 65 kompetensi dasar kaderisasi KAMMI, yaitu setelah menyelesaikan proses pengkaderan secara keseluruhan maka kader KAMMI akan mampu:1. Mengetahui aksioma yang berkaitan dengan aqidah yang benar

dan bersumber dari Alkitab, Assunnah serta bukti-bukti rasional (C). Menanamkan realitas tersebut di dalam diri serta membersihkannya dari segala kotoran bid’ah dan khurafat.(A)

Page 15: Risalah Manhaj Kaderisasi 1427 H-Lengkap.rtf

27

[Type text]

2. Mempererat hubungan dengan Allah swt diatas landasan aqidah yang benar sesuai dengan manhaj ahlus sunnah wal jama’ah (A).

3. Memperkokoh dan memperdalam wala’ terhadap diennya serta teguh dalam aqidah. Membentuk orientasi yang positif dalam menerapkan hukum-hukum syari’at Islam diatas kehidupan dan menjadikannya sebagai parameter untuk menerima atau menolak sesuatu. (A)

4. Aktif dalam mentazkiah diri , meningkatkan akhlaq, meluruskan perilaku dan memerangi tradisi serta budaya yang berlawanan dengan Islam dalam kehidupan pribadi atau masyarakat. (A)

5. Mampu mengendalikan diri dengan tidak berlebih-lebihan serta tidak fanatik kepada hawa nafsu dan keinginan pribadi. (A)

6. Menganalisa manhaj Islam tentang tata hubungan antara manusia dengan alam semesta dengan menempatkannya sebagai pemeran utama. Manusia adalah khalifah di bumi, dan memakmurkan bumi salah satu tugasnya. Allah telah menundukkan alam semesta bagi manusia dan memberinya hidayah menuju jalan yang lurus. (C)

7. Memiliki kemampuan dalam menerapkan hukum Islam dan orientasinya dengan benar. (C)

8. Mengevaluasi problematika serta tantangan yang utama bagi pribadi, keluarga serta masyarakat dan mengenal cara mengatasinya. (C)

9. Berinteraksi dan beradaptasi dengan realitas ilmiah masa kini dan menghadapi problematika serta tantangan-tantangannya serta mencari solusi serta gambaran yang benar tentang petunjuk Islam dan prinsip-prinsipnya. (A)

10. Beradaptasi dengan kehidupan modern dan menghadapi tantangan selama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam. (A)

11. Mengarahkan orientasi yang seimbang dan praktis dalam memandang dunia dan akhirat. (A)

12. Menjalin hubungan yang kuat dengan kitab Allah dan sunah rasul-Nya didasari pemahaman, kecintaan, dan penguasaan terhadap ajaran-ajarannya serta terikat dengan arahan-arahannya, mengamalkan hukum-hukumnya dengan pemahaman yang baik dan menseleksi yang cocok dengan setiap waktu dan tempat serta merujuk kepada keduanya di setiap urusan apalagi ketika terjadi friksi. (C, A,P).

13. Memiliki pengetahuan dan konsep dasar dalam bentuknya yang terpadu dan menumbuhkan kemampuan dalam melakukan penelitian ilmiah, serta membentuk orientasi ke arah pengembangan iptek pada tataran teori dan praktek yang berkaitan dengan seluruh aspek kehidupan. (C)

14. Memiliki proses berifikir yang benar sesuai dengan dasar-dasar Islam dan petunjuknya. (C)

15. Melakukan kegiatan diskusi tematik bersama teman dan orang lain. (C)

16. Mengenal tanah air serta ummatnya (dunia Islam kontemporer) dengan segala sesuatu yang tersimpan berupa sumber daya manusia dan sumber daya alam serta mendaya-gunakannya saat ini, dan menentukan sebab-sebab, kendala yang dihadapi dan bisa mengatasinya, dengan menggunakan informasi dan pengalaman yang dimilikinya. (C).

17. Memiliki kesadaran akan problematika ummat Islam yang berkaitan dengan bangsanya, kaum minoritas, kedalaman problematika, latar belakang, perkembangan, unsur-unsur yang mempengaruhi dan kekuatan-kekuatan

Page 16: Risalah Manhaj Kaderisasi 1427 H-Lengkap.rtf

27

[Type text]

internal/eksternal yang akan mempengaruhi serta menggambarkan cara yang bijak dalam mencari solusi. (A, C).

18. Mengenal berbagai sumber informasi dan terlatih dalam memanfaatkannya untuk mendapatkan informasi yang benar. (C, P)

19. Mentarbiyah dirinya (tarbiyah dzatiah) agar proses belajar dapat berkesinambungan secara afektif dan mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan serta kemampuan (skills). (A).

20. Menanamkan izzah terhadap ummat Islam, risalah (misi), pilar, sejarah, minhaj, peradaban, tokoh, dan kontribusinya, serta mengambil pelajaran dari berbagai kelemahan, dengan menampilkan kekuatan, keberhasilan dan keterbelakangannya. (A)

21. Memiliki kerakteristik kepribadian dasar, dan berupaya meningkatkannya, sabar, ulet, tawakal agar siap memikul tanggung jawab dalam situasi sulit. (A)

22. Mengevaluasi sisi kekuatan dan kelemahan dirinya. Pada sisi yang kuat ditingkatkan melalui berbagai kegiatan aplikatif dan bermanfaat untuk Islam dan muslimin, sedangkan pada sisi lemah dihilangkan. (C)

23. Realistis dalam berfikir, berbicara, dan bertindak. (C, A)24. Profesional dan kreatif dalam bekerja, pada bidang spesilisasinya,

dan berupaya keras untuk mengikuti perkembangan iptek baik teori maupun praktek, agar menjadi unsur yang aktif, produktif bagi umatnya dan manusia secara umum. (C, A, P)

25. Menganalisa Islam secara mendalam sebagai landasan hubungan sosial dalam tubuh umat Islam dan pribadi muslim.(C)

26. Menyadari akan peranannya di bidang pembangunan, produksi dan investasi pada bangsanya serta mengetahui problematika yang dihadapi sesuai dengan realita umat dan karakter zaman. Dan mampu memanfaatkan teknologi modern serta terampil menggunakannya untuk melakukan perubahan dalam berbagai bidang kehidupan selama tidak bertentangan dengan prinsip dan kaedah Islam. (C, A, P)

27. Membudayakan syura , memiliki motivasi untuk menyampaikan pendapat dan menghargai pendapat orang lain. Sehingga tertanam pada dirinya bahwa syura wajib dilaksanakan dalam semua kondisi selama mengacu kepada kaidah-kadiah syar’i. (A)

28. Mengetahui hak-hak manusia dalam Islam dan digunakan dalam kehidupannya. (A)

29. Memahami ukhuwah Islamiah dan cinta karna Allah secara mendalam, mengetahui ruang lingkupnya, dan komitmen dengan adab-adabnya, serta menunaikan hak-haknya. Memahami hak dan kewajiban ukhuwah sesuai dengan syari’at Allah. (A)

30. Menjadi da’i ahli yang mampu melaksanakan da’wah secara mandiri di segala bidang, dalam kondisi apapun, dengan mengikuti perkembangan di berbagai lapisan masyarakat dan mampu menghadapi berbagai tantangan. (C, A, P)

31. Mengetahui berbagai tantangan umum dan khusus yang dihadapi oleh setiap negara masing-masing dan berupaya untuk mengatasinya. (C, A, P)

32. Memiliki kemampuan manajemen, perencanaan, strategi yang sesuai dengan metode ilmiah dan teknologi modern dan memberikan kontribusi dalam mengarahkan jalan jama’ah serta mengefektifkannya. (C, A, P)

Page 17: Risalah Manhaj Kaderisasi 1427 H-Lengkap.rtf

27

[Type text]

33. Berinteraksi antar anggota yang berbeda tanah airnya dan bertukar pengalaman diantara mereka. (A)

34. Menguasai dasar-dasar sistim politik praktis Islam, kedudukannya diantara sistim politik internasional, dan hubungan politik internasional dengan politik Islam. (C)

35. Berkomunikasi massa dan terampil mempengaruhi. (P)36. Mengambil pelajaran secara optimal dari pengalaman dan potensi

yang terabaikan dari para da’i yang berpengalaman (senior) di bidang keislaman secara umum dan bidang da’wah secara khusus. (A)

37. Mendalami jihad dengan benar dan menyeluruh yang meliputi: sarat-sarat dan adab-adabnya, medan dan perlengkapannya, dan memiliki semangat berkorban dengan ikhlas serta ta’at kepada Allah, sesuai dengan manhaj ahlus sunnah wal jama’ah. (C, A)

38. Memperkokoh keyakinan akan kewajiban amal jama’I—khususnya masa kini— untuk menegakkan dienullah di muka bumi dan mengembalikan ummat kepada manhaj Islam agar menempati posisi sebenarnya sebagai ummat terbaik dan sebagai saksi atas manusia. (A)

39. Mengenal harakah dan jama’ah Islamiah yang reformis di berbagai negeri Islam, dengan menampilkan manhaj, perjuangan, pencapaian dan pengaruhnya pada ummat. Mengevaluasinya secara obyektif, menjelaskan perbedaan, keistimewaan, kelemahan-kelemahan dan penjelasannya secara terinci. (C)

40. Mengenal harakah Ikhwanul Muslimin yang meliputi karakteristik, sejarah, ad-art, aturan-aturan dan memiliki wawasan akan target internasional dari da’wah, baik secara manhaj maupun harakah. (C)

41. Berkomitmen terhadap kesiapan mendengar dan taat (assam’u wat tha’at) baik dalam kondisi giat maupun malas sesuai dengan kaidah-kaidah syar’i. (A)

42. Bertanggung jawab, memikul beban, kasih sayang pada orang lain dengan menegakkan keadilan, menjaga kehormatan harta umum maupun khusus, ekonomis, menciptakan keamanan, tidak melanggar undang-undang, memberikan penyuluhan, menyiapkan kekuatan, menjaga kesehatan, memelihara fasilitas umum, melindungi harta, menguatkan akhlaq dan menyebarkan da’wah. (A)

43. Mengenal berbagai aliran (gologan) dan organisasi yang merusak di dalam dan di luar dunia Islam, menganalisa latar belakang, motivasi, rencana dan kegiatannya, menjelaskan bahaya terhadap muslimin dan manusia secara umum, menyikapi secara benar, serta menghadapinya dengan cara yang bijaksana dan efektif. (C, A)

44. Menyadari akan berbagai situasi dan kondisi kekuatan internasional, strateginya di dunia internasional, khususnya yang terkait dengan dunia Islam masa kini dan masa depannya atau yang terkait dengan sebagian umat Islam, dan menjelaskan dampak negatif dari strategi tersebut bagi kaum muslimin, serta menghadapinya sesuai dengan manhaj Islam yang bijaksana dan moderat demi terpeliharanya umat Islam dari tipu daya mereka. (C, A)

45. Menyadari akan persepsi negatif dan tuduhan musuh Islam terhadap Islam dan para aktivisnya, baik secara individu maupun jama’ah, mampu menkounter dan membantahnya dengan dalil yang benar dan logika yang kuat untuk menempatkan kaum muslimin dari posisi bertahan (defensif) kepada posisi mantap

Page 18: Risalah Manhaj Kaderisasi 1427 H-Lengkap.rtf

27

[Type text]

dengan Islam, dan penuh izzah, dapat mengajak orang lain kepada Dienullah yang haq sesuai manhaj ilahi dengan hikmah dan mauidhah hasanah. (C, A)

46. Mengevaluasi rencana dan program zionis dan sekutunya yang berbahaya terhadap umat Islam dan programnya. Zionis melakukan penyusupan kedalam negeri palestina sampai ke dunia arab dan Islam yang merupakan ancaman sangat berbahaya terhadap umat, sehingga perlu berusaha menggagalkan, bersikap tegas dan waspada sampai hancurnya program zionis. (C, A)

47. Memiliki perhatian terhadap kekuatan fisik, olah raga, kesehatan dan membudayakannya dalam diri, anggota keluarga dan masyarakat. (A, P)

48. Bersikap inklusif (terbuka) dalam bermuamalah di masyarakat baik individu atau kelompok, dengan berpegang teguh pada prinsip tapi terbuka, terbuka tapi tidak larut. (A)

49. Berinteraksi yang bijak dengan lembaga pemerintahan dan penguasa tanpa meninggalkan prinsip-prinsip Islam. (A)

50. Memahami pentignya bahasa arab bagi muslim dan ummat karena dia merupakan alat untuk memahami qur-an, sunnah dan warisan budaya Islam. (C)

51. Memiliki keterampilan dasar bahasa arab baik fonetik (ilmu suara), soraf, nahwu, maupun balaghah, dan membudayakannya sebagai alat komunikasi baik lisan maupun tulisan. (C, A, P)

52. Meyakini bahwa Islam, prinsip-prinsip dan syari’atnya berlaku di setiap zaman dan tempat. Islam mampu membangun masyarakat muslim yang kuat dan kokoh serta bisa berinteraksi dengan berbagai perubahan zaman dan problematikanya. (C, A)

53. Memahami pentingnya waktu dalam kehidupan, memiliki kemampuan mengatur dan menggunakannya dalam setiap urusan. (C, A, P)

54. Memiliki kepekaan terhadap keindahan alam semesta, produk sastra dan seni, serta penghayatannya dengan tidak keluar dari kaidah-kaidah syar’i.(A)

55. Terlatih untuk memberantas budaya yang tidak Islami pada individu, keluarga dan masyarakatnya. (A, P)

56. Memanfaatkan ilmu manajemen sebagai alat untuk menetapkan kebijakan pada setiap jenjang dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi lokal dan internasional. (C, A)

57. Memahami undang-undang Islam dan konvensional serta mampu membedakannya. (C)

58. Memahami dasar-dasar ekonomi Islam dan ekonomi kontemporer, membedakan serta mengkombinasikan diantara keduanya. (C)

59. Memahami fiqhul ibadah dan mengamalkannya dengan benar. (C, A, P)

60. Memahami Tarikh Islam dan apresiasinya. (C, A)61. Memahami kaidah-kaidah amar ma’ruf nahi mungkar dan

melaksanaannya dengan baik. (C, A)62. Memahami hukum-hukum waris dan penerapannya. (C)63. Memiliki ilmu dan kiat-kiat untuk menenangan jiwanya sesuai

dengan prinsip-prinsip Islam. (C, A)64. Mencermat i berkembangan dan issu masalah sosial politik

kontemporer, baik yang bersifat regional maupun nasional. Kemudian mampu

Page 19: Risalah Manhaj Kaderisasi 1427 H-Lengkap.rtf

27

[Type text]

menjelaskan phenomena dan memecahkan issu masalah sosial politik kontemporer tersebut dalam pandangan Islam. (C, A)

65. Memberikan pandangan untuk pemecahan kondisi sosial masyarakat pada saluran yang tepat dalam membentuk masyarakat madani dan membela hak-hak kemanusiaan. Mampu menyalurkan ide pemecahan sosial politiknya melalaui saluran yang benar, serta dapat memilih saluran-saluran poltik pada lembaga yang tepat (wadah LSM, yayasan, partai dll) sesuai dengan aspirasi dan fikrahnya yang mengarah terbentuknya masyarakat madani. (A)

BAGIAN IVGRAND DESIGN MANHAJ KADERISASI 1427 H

Alur Grand Design Manhaj Kaderisasi 1427 H ini dibahas dalam dua sistematika: nalar kaderisasi manhaj 1427 dan aplikasi pencapaian terwujudnya kader cita KAMMI. Pertama, nalar kaderisasi manhaj 1427 H memuat orientasi kaderisasi nasional, profil spesifik kader cita KAMMI, kompetensi kritis yang menopang terwujudnya kader cita KAMMI, dan rancangan gerakan mewujudkan Man Power kader KAMMI. Kedua, aplikasi pencapaian pemimpin masa depan yang tangguh memuat syakhsiyah (kualitas kepribadian), indeks jati diri kader, sarana dan prasarana yang mengakselerasi terlahirnya kader ideal KAMMI tersebut.

Page 20: Risalah Manhaj Kaderisasi 1427 H-Lengkap.rtf

27

[Type text]

Nalar Kaderisasi Manhaj 1427 HOrientasi Kaderisasi Nasional

Berangkat dari dasar pemikiran penyusunan manhaj kaderisasi 1427 H yang mengadaptasi zaman dan berlandas pada bingkai filosofi gerakan, maka orientasi kaderisasi nasional Manhaj 1427 H adalah menghasilkan kader muslim negarawan.

Profil Muslim NegarawanMuslim negarawan adalah kader KAMMI yang memiliki basis ideologi Islam yang

mengakar, basis pengetahuan dan pemikiran yang mapan, idealis dan konsisten, berkontribusi pada pemecahan problematika umat dan bangsa, serta mampu menjadi perekat komponen bangsa pada upaya perbaikan.

Man Power Kader KAMMIDalam rangka mencapai target kaderisasi nasional di atas maka perlu dirumuskan

formulasi profil Muslim Negarawan yang di-break down pada pembentukan kader di tiap jenjangnya agar dapat diimplementasikan secara aplikatif. Manhaj Kaderisasi 1427 H menekankan pencapaian cita kader dengan ditopang oleh penguatan kekokohan bangunan gerakan. Keberadaan kader dalam gerakan merupakan batu-bata bangunan piramida. Piramida tersebut tersusun dalam kelazimannya sebagai organisasi yang sempurna. “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya berbaris teratur bagaikan bangunan tersusun rapi.” (QS. Ash-Shaff: 4)

Organisasi pergerakan dan organisasi pada umumnya memiliki kesamaan dalam lapisan bangunannya. Secara umum organisasi tersebut disusun dari empat lapisan, yakni: basis pengambil kebijakan, basis penerjemah gagasan menjadi program, basis pelaksana program dalam bentuk kegiatan, dan basis pelanggan atau subyek yang menikmati acara. Bangunan ini satu sama lain saling menguatkan.

Dalam logika gerakan dakwah, bangunan organisasi ini dapat disebut sebagai piramida dakwah. Alasan penyebutan ini lebih pada realitas bahwa bangunan gerakan dakwah disusun oleh kualitas man power gerakan tersebut. Semakin ke atas semakin sedikit, dan sebaliknya, semakin ke bawah semakin banyak. bahkan rasionya harus seperti segitiga sama sisi, tidak lebar sebelah atau tumpul di bagian atasnya.

Aset terpenting dalam dakwah adalah manusia. Piramida dakwah dibangun oleh unsur-unsur orang yang memiliki peran-peran dominan di dalam lapisannya masing-masing. Berbeda dari sistematika pembahasan lapisan organisasi pergerakan dakwah dengan organisasi lainnya, organisasi pada umumnya dibahas dari puncak piramida, sedangkan piramida dakwah dibahas dari bawah. Lapisan-lapisan itu diurut pembahasannya lebih karena proses pencapaian alami jenjang seseorang yang dilewati dari bawah secara hirarkis ke posisi puncak. “Pasti kamu akan melewati tingkatan demi tingkatan.” (QS. Al-Insyiqaq: 19)

Pertama, basis sosial (al-qaidah al-ijtima’iyah)Basis sosial atau al-qaidah al-ijtima’iyah adalah lapisan masyarakat pada umumnya.

Lapisan ini adalah medan dakwah yang kemudian menjadi lahan dakwah untuk perekrutan. Dalam al-Qaidah al-Ijtima’iyah, yang harus dilakukan gerakan adalah menciptakan sebuah nuansa pada recruiting dengan target terbentuknya tiga hal: pertama, pandangan public yang Islami (ra’yul ‘amm al-Islamiy). Indikasinya adalah terbentuknya opini public dan cara pandang public yang jelas-jelas terbuka membela Islam atau mengkritisi kehidupan dengan system berpikir yang Islami. Jika masyarakat sudah memiliki pandangan Islami, maka akan

Page 21: Risalah Manhaj Kaderisasi 1427 H-Lengkap.rtf

27

[Type text]

terbentuk hal yang kedua, yakni: bi’ah al-Islamiyah (lingkungan yang Islami). Lingkungan Islami ini terbentuk dari kebiasaan-kebiasaan harian dan opini public yang Islami. Ketiga, adanya kesadaran bahwa bi’ah al-Islamiyah ini terbentuk karena adanya bi’ah al-harakiyah (lingkungan pergerakan Islami) yang merencanakan dan menciptakan opini dan lingkungan yang Islami.

Target dari ketiga aktivitas tersebut adalah terpengaruhnya masyarakat secara bertahap: toleran pada kegiatan-kegiatan dakwah (tasamuh), simpatik pada acara-acara dakwah (ta’athuf), mencintai aktivitas dakwah (mahabbah), dan lalu mendukung penuh gerakan dakwah (ta’yid). Dengan pentahapan ini diharapkan masyarakat pada akhirnya terlibat aktif dalam kegiatan dakwah, menjadi kadernya yang kontributif bahkan terlibat dalam kepemimpinan perubahan yang direncanakan gerakan dakwah.

Kedua, basis operasional (al-Qa’idah al-Harakiyah)Basis operasional (al-Qa’idah al-Harakiyah) adalah lapisan masyarakat yang sudah ikut

terlibat dalam proses yang menentukan gerakan dakwah, sebab ia sudah menjadi batu-bata pertama dalam bangunan piramida dakwah. Kader-kader di lapisan basis operasional bekerja sebagai eksekutor dakwah yang berhadapan langsung menyatalaksanakan agenda dakwah secara praktis di lapisan masyarakat. Peran kader dalam lapisan ini adalah melakukan peran-peran kepemimpinan (daurul qiyadi). Kader secara praktis terlibat langsung dengan realitas perubahan masyarakat. Oleh karena itu kader dituntut untuk memiliki kekuatan aqidah, kualitas ibadah dan, kekokohan akhlak. Dalam hal ini pula kader harus memiliki bekal-bekal pribadi muharik yang menjadikan agenda dakwah teraplikasikan dengan baik.

Ketiga, basis konsepsional (al-Qa’idah al-Fikriyah)Basis konsepsional (al-Qa’idah al-Fikriyah) adalah lapisan kader dakwah yang ikut

terlibat dalam proses yang menjelaskan strategi dakwah dalam arti luas. Kader-kader dakwah di lapisan ini harus mampu menguasai konsepsional dan teori-teori yang ikut mempengaruhi perubahan yang meliputi masyarakat dan gerakan. Pada saat yang sama kader di lapisan ini harus memiliki skill menerjemahkan kebijakan-kebijakan dakwah dalam bentuk program. Penekanan umum dalam basis konsepsional ini adalah optimalisasi kader pada aspek teoritisnya. Kader harus menguasai teori-teori umum (al-iktisab an-nadlori al-’ammah) untuk menopang pembacaannya terhadap segala realitas yang berkembang di tengah masyarakat. Pada saat yang sama kader pun harus menguasai teori-teori Islam, bagaimana Islam memecahkan probelamtika agar didapat solusi yang tepat dan hadirnya rahmat. Di sinilah kader mengoptimalkan potensi fikriyahnya sebagai mufakkir dakwah yang ahli dan kontributif dalam aspek perubahan di masyarkat.

Keempat, basis pengambil kebijakan (al-Qa’idah as-Siyasiyah)Basis pengambil kebijakan (al-Qa’idah as-Siyasiyah) merupakan lapisan puncak yang

menentukan arah gerakan dakwah. Gerakan dakwah ini selalu bersentuhan dengan realitas perubahan hingga perubahan yang bersifat politis. Medan dakwah dan internal gerakan akan selalu mengalami perkembangan-perkembangan. Pola perkembangan ini harus dipandang secara jernih dan disikapi dengan cerdas dan manhaji. Oleh karena perkembangan itu menuntut sikap yang tepat dan bijak, maka kekuatan di balik ketepatan dan kebijaksanaan itu adalah kemampuan dia membaca realitas dan tujuan di balik perkembangan tersebut, keberanian mengambil langkah dan memperhitungkan resiko dengan cermat, serta siap dengan bekal yang dimiliki. Ketepatan kebijaksanaan itu terkait erat dengan keasliannya

Page 22: Risalah Manhaj Kaderisasi 1427 H-Lengkap.rtf

27

[Type text]

pada sandaran ideologinya. Di sinilah maka kader dakwah dituntut untuk memiliki basis ideologi yang kuat mengakar.

Basis pengambil kebijakan merupakan basis strategis dalam pergerakan, sebab dari sanalah seluruh kebaikan dan keburukan akan berlipat ganda lebih cepat. Oleh karena itu basis ideologis dalam pergerakan perlu diperkuat agar keputusan-keputusan yang diambil muncul dari jiwa yang bertanggung jawab.

Orientasi nasional kaderisasi menjadi Muslim Negarawan perlu diaplikasikan dalam penjenjangan kekaderan pergerakan. Di bawah ini adalah gambaran dari susunan kekaderan KAMMI yang berangkat dari kolaborasi orientasi kaderisas nasional dan penjenjangan kader gerakan. Untuk menghindari salah pengertian, bangunan yang disusun bukanlah membuat ’kasta-kasta’ yang membedakan kader satu dan yang lainnya. Bangunan di sini merupakan proses wajar kenaikan kualitas kader yang secara aktif mengalami peningkatan kapasitas yang dengannya mampu mensinergikan dan mem-back up kader-kader di bawahnya.

Bangunan normatif gerakan dakwah di atas dalam hal ini dikontekstualisasikan dengan perkembangan kebutuhan bangsa. Evaluasi terhadap konsep kaderisasi sebelumnya, fokus kaderisasi sebelumnya adalah kaderisasi berorientasi pergerakan. Tren ke depan perlu ada sinergis antara kaderisasi pergerakan dan kaderisasi yang berorientasi kebangsaan. Sinergitas orientasi ini dilakukan agar eksistensi kader senantiasa relevan dengan kebutuhan masa depan kualifikasi bangsa. Dengan demikian kader KAMMI di setiap jenjang perlu dijelaskan secara definitif core competence dan elaborasi peran-peran khusus di levelnya.

Aplikasi Pencapaian Kualitas Muslim NegarawanKeanggotaan KAMMI disusun atas tiga bangunan anggota biasa satu, anggota biasa

dua, anggota biasa tiga, yang kemudian disingkat dengan sebutan AB1, AB2, AB3. Berikut adalah tarkiz ’ammah (penekanan umum) pembentukan kader yang didefinisikan dari pengertian normatif kaidah dakwah dan realitas pencapaian pada idealita kader yang mempercepat munculnya kualitas-kualitas Muslim Negarawan.

Skema Man Power Kader KAMMI

AB 1

AB 3

AB 2

DM 1

DM 2

DM 3

Sertifikasi

Sertifikasi

Sertifikasi

Ideolog

Pemikir

Aktivis

Basis Kebijakan

Basis Konsepsional

Basis Operasional

Basis Sosial

Mahasiswa/MasyarakatMendukung

MencintaiSimpatik

Toleran

Page 23: Risalah Manhaj Kaderisasi 1427 H-Lengkap.rtf

27

[Type text]

Berikut adalah tarkiz ’ammah (penekanan umum) masing-masing anggota biasa disertai ruang lingkup pergerakannya.

AB 1: Aktivis yang memiliki syakhsiyah Islamiyah al-harakiyah serta kesiapan dan kesediaan untuk terlibat secara aktif dalam gerakan perubahan di medan da’wah kampus. (Syakhsiyah Islamiyah—al-Qa’idah Ijtima’iyah wal harakiyah)

AB 2: Aktivis yang memiliki syakhsiyah da’iyah al-fikriyah serta kemampuan untuk mengambil peran strategis sebagai penentu kebijakan dalam gerakan perubahan di medan da’wah kampus dan sebagai penggerak di tingkat daerah. (Syakhsiyah da’iyah al-fikriyah—al-Qa’idah al-fikriyah)

AB 3: Aktivis yang memiliki syakhsiyah qiyadiyah as-siyasiyah dan memiliki kredibilitas kepemimpinan yang kokoh di tingkatan daerah dan pusat serta kekuatan dengan peran signifikan dalam mempengaruhi kebijakan pemerintah lokal, regional maupun nasional. (syakhsiyah qiyadiyah as-siyasiyah—al-Qaidah as-siyasiyah)

Syakhsiyah Kader Anggota Biasa KAMMI

FASE I (AB 1): merupakan kader yang memiliki syakhsiyah Islamiyah dan Qoidah Ijtima’iyah wa Harokiyah. Tujuan pembentukan kader pada tahap ini adalah:

Memahami dan menginternalisasi, tauhid, prinsip dan konsekuensinya Memiliki tradisi belajar, membaca dan diskusi Memahami prinsip-prinsip Islam dasar Memahami dasar-dasar politik Islam Memahami sejarah, landasan filosofis gerakan dan mekanisme keorganisasian

KAMMI Menjalankan akhlak-akhlak asasiyah Membiasakan ibadah-ibadah sunnah Memahami fungsi dan peran mahasiswa Memahami sejarah dan potensi kebangsaan

Page 24: Risalah Manhaj Kaderisasi 1427 H-Lengkap.rtf

27

[Type text]

Mengetahui dan peka terhadap problematika umat dan bangsa Melibatkan diri secara aktif dalam akttivitas dakwah dan politik di tingkat kampus

FASE II (AB 2): Merupakan kader yang memiliki syakhsiyah da’iyah dan merupakan Qoidah FikriyahTujuan:

Memahami keunggulan ideologi Islam dan mampu mengkomparasikan dengan ideologi lain

Memahami manhaj dakwah Rasulullah Mengetahui teori-teori perubahan sosial Mengetahui fikrah dan manhaj gerakan Islam nasional dan internasional Memahami konsep negara dan pengelolaannya Memiliki karakter pendidik (tarbawy), perubah (da`iyah), dan penggerak (haraki) Menyempurnakan ibadah-ibadah asasiyah Memiliki kompetensi kepemimpinan dan manajerial Memiliki keterampilan dan kompetensi khas baik dalam disiplin ilmunya maupun

ragam kompetensi lain Mampu menganalisis permasalahan tingkat daerah/lokal dan wacana politik

nasional Aktif dalam perencanaan dan aktivitas dakwah di tingkat daerah/lokal Memiliki kemampuan membangun jaringan dg antarsesama gerakan Islam

Fase III (AB 3): Syakhsiyah Qiyadiyah dan Qa’idah Siyasiyah Tujuan pembentukan kader pada fase ini adalah :

Mampu mentransformasikan Ideologi Islam sebagai solusi perubahan umat dan bangsa

Memahami realitas kondisi global yang berkembang Memiliki wawasan, kompetensi, integritas dan moralitas diri sebagai pemimpin

muslim Mampu menjadi teladan dan arahan pergerakan Mampu melakukan evaluasi, reformasi dan revitalisasi konsep dan strategi gerakan

berdasarkan pemahaman kuat terhadap prinsip Islam dan realitas masyarakat Mampu melakukan peran komunikasi dan konsolidasi dengan suprastruktur dan

infrastruktur politik baik di tingkat lokal maupun nasional

Indeks Jati Diri Kader (IJDK) KAMMI

INDEKS ANGGOTA BIASA (AB) 1 ANGGOTA BIASA (AB) 2 ANGGOTA BIASA (AB) 3

Aqidah - Memahami prinsip tauhid beserta konsekuensinya sebagai jiwa dan paradigma berfikir dan bertindak.

- Memiliki aqidah yang bersih pada sikap, pemikiran dan tindakan

- Meneguhkan aqidah dengan prinsip al wala wal bara

-Memahami tauhid rububiyah, uluhiyah, mulkiyah, dan asma wa shifat

- Menerima dan tunduk

- Memiliki komitmen relasi berkelanjutan dengan Allah melalui amal taqarrub dan tazkiyah

- Memelihara keistiqomahan dalam iman dan amal sholeh

- Menjaga sikap khauf

Page 25: Risalah Manhaj Kaderisasi 1427 H-Lengkap.rtf

27

[Type text]

- Mengimani rukun iman- Berniat dan bersumpah hanya karena Allah

- Meyakini adanya siksa kubur

- Mengetahui hakikat penciptaan manusia sebagai hamba Allah dan sebagai khalifah di muka bumi

- Memerangi segala bentuk takhayul, bid’ah, khurofat dan kemungkaran

- Menjauhi dosa-dosa besar

- Tidak menngkafirkan sesama muslim

terhadap kebenaran AlQuran dan sunnah sebagai sumber hukum

- Menjadikan Rasul sebagai qudwah

- Memiliki komitmen menyeluruh terhadap dienul islam

- Berlepas diri dari musuh-musuh islam dan kaum muslimin

- Meyakini masa depan peradaban di tangan Islam dan kaum muslimin

dan Raja’ pada Allah (merindukan surga dan berlindung diri dari neraka)

- Ridho terhadap qadha dan qadar Allah serta senantiasa bertawakal kepada Allah

- Senantiasa bersiap menghadapi datangnya kematian

- Berkhuznudhon terhapusnya dosa dengan taubatan nasuha

- Berusaha meraih kelezatan iman dan manisnya ibadah

Fikrah dan manhaj Perjuangan

- Meyakini Islam sebagai system yang sempurna

- Menolak segala bentuk ide dan pemikiran yang bertentangan dengan Islam

- Memahami hakekat Dakwah

- Memahami karakter da’wah Rasul serta periodesasinya

- Memahami Filosofis Gerakan KAMMI

- Terlibat dalam dakwah

- Memahami segala keunggulan fikrah Islam dan mampu membandingkan dengan yang lainnya

- Menjadikan Islam sebagai sistem kehidupan

- Memiliki fikrah Islam yang syamil dan tajarrud

- Memahami manhaj gerakan da’wah Rasul secara umum

( fiqhudda’wah )- Mendukung dan menyebarluaskan fikrah Islam

- Mengkaji secara serius referensi – referensi gerakan da’wah manhaji

- Mampu membandingkan fikrah dan manhaj antar beberapa gerakan da’wah kontemporer

- Mematangkan pemahaman akan Filosofis Gerakan KAMMI

- Faham terhadap ghazwul fikri

- Tidak memiliki pandangan minor terhadap dakwah islam

- Mengenal pertempuran antara yang haq dan yang bathil

- Mampu menkonstruksi solusi atas problematika keummatan dan kebangsaan dengan berbasis pada fikrah Islam

- Memiliki kemampuan menjaga konsistensi dan kontinuitas gerakan dengan tetap mempertahankan asholah (orisinalitas ) gerakan

Akhlaq (Syakhsiyah Islamiyah-Harokiyah )

- Menepati janji- Disiplin- Menutup aurat- Menjaga adab pergaulan: interaksi lawan jenis, ghadul bashar, tidak berikhtilat

- Menghindari tempat dan perbuatan maksiyat: dusta,

- Menyempurnakan akhlaq asasiyah

- Membiasakan syuro dan tunduk atas keputusan syuro

- Mampu menerapkan amal jama’i

- Tertib dlm bekerja(itqonul ’amal)

- Menjaga keseimbangan

- Membiasakan diri menjaga tarbiyah dzatiyah

- Itsar terhadap saudara sesama muslim

- Teguh dalam memegang prinsip

- Komitmen dengan adab mendengar

- Menegakkan keadilan

Page 26: Risalah Manhaj Kaderisasi 1427 H-Lengkap.rtf

27

[Type text]

zina, mabuk, merokok, judi, riba

- Menghindari akhlak sayyiah:takabur, ghibh, hasad

- Menghormati dan berbuat baik terhadap orangtua(birrul walidain)

- Menunaikan hak-hak ukhuwah

- Menjauhi kesia-siaan

amal (tawazun)- Saling menasehati dan bijak dalam memberi nasehat

- Rela berkorban- Menyimpan rahasia dan aib orang lain

- Pemberani- Tawadhu’- Komitmen terhadap adab meminta ijin (isti’dzan)

- Senantiasa berkhuznudzon

- Qona’ah- Menjaga kebersihan, kerapihan, dan kesehatan

- Sabar- Tidak berlebihan dalam segala hal

- Terbuka dalam menerima kritik

- Bermusyawarah dalam memutuskan sesuatu

- Siap menanggung beban- Mendengar dan taat kepada pemimpin kecuali dalam kemaksiatan

- Mampu bekerja sama secara berjama’ah (amal jama’i)

- Komitmen terhadap hasil syuro’

dalam menilai dan menghukumi

- Menjaga kesesuaian antara perkataan dan perbuatan

- Berlindung diri dari fitnah dunia berupa harta dan kekuasaan

- Zuhud- Bersungguh-sungguh terhadap aktifitasnya

Ibadah - Bersemangat mengerjakan sholat lima waktu

- Berpuasa Ramadhan-Berzakat-Membiasakan tilawah rutin dengan tajwid-Hafal minimal 1 juz Al Quran- Membiasakan Qiyamullail minimal seminggu sekali- Membiasakan dzikir harian

-Berpuasa sunah- Membiasakan diri membaca Al-Quran minimal setengah juz setiap hari

- Membiasakan Qiyamullail minimal dua kali seminggu

- Hafal minimal 1.5 juz Al Quran

- Hafal setidaknya 10 buah hadits

- Berdo’a pada waktu-waktu utama

- Amar ma’ruf - Beri’tikaf

- Banyak bertaubat dan beristighfar

- Membiasakan diri membaca Al-Quran minimal satu juz setiap hari

- Membiasakan Qiyamullail minimal tiga kali seminggu

- Hafal minimal 2 juz Al Quran

- Hafal setidaknya 15 buah hadist

- Banyak mentadaburi ayat-ayat kauniyah

Page 27: Risalah Manhaj Kaderisasi 1427 H-Lengkap.rtf

27

[Type text]

Tsaqofah Ke-Islam-an

- memahami karakter agama Islam

- memahami siroh nabawiyah

- mengetahui ‘Ulumul Quran

- mengetahui fiqh ibadah- mengetahui dasar politik islam

- mengetahui sejarah dan perkembangan Islam di Indonesia

- memahami dasar ilmu keislaman : Ulumul hadist, Ushul Fiqh, Tafsir Quran

- memahami ragam madzhab dan pemikiran dalam islam

- memahami ragam gerakan Islam

- menguasai metodologi tarbiyah dan fiqh dakwah

- memahami pemikiran-pemikiran islam indonesia

- memahami gerakan-gerakan islam di indonesia

- mengetahui dasar ekonomi Islam

- mengetahui dasar hukum Islam

- mampu merangkaikan wacana Islam dengan wacana masyarakat

- mampu menerjemahkan dan membumikan prinsip dan nilai Islami dalam realitas masyarakat

- memahami perkembangan islam di dunia

- memahami konsepsi kenegaraan versi islam

Wawasan Ke-Indonesia-an

- memahami sejarah Indonesia

- paham potensi Indonesia (geopolitik, geo ekonomi, geoculture,demografi)

- memahami Idiologi-idiologi yang berkembang di Indonesia dan di dunia.

- paham konsep dan praktek Demokrasi di Indonesia

- paham aspek-aspek pembentuk negara ; penduduk, idiologi, militer, suku, civil socity, dll.

- Mampu memetakan IPOLEKSOSBUDHANKAM Indonesia di dunis Internasional

- memahami konsep pengaturan negara indonesia.

Kepakaran dan profesionalitas

- mengenal disiplin ilmu yang sedang digeluti

- paham disiplin ilmu yang sedang digeluti

- Profesional dalam bidang keilmuan yang ditekuni (mahir) bagi kader yang masih kuliah (kader kampus)

- Kader siap mengkaryakan sesuai dengan lmu yang ditekuni (bagi kader pasca kampus)

Kemampuan Politik

- Memiliki kepekaan politik (sense of politics)

- Memahami pandangan Islam tentang politik

- Mengenal dasar-dasar politik Islam dan barat.

- Memahami kemampuan politik ( sistem mobilisasi,politiking,media, logistik, networking, diplomasi, isolasi, komando,kendali,koordinasi komunikasi,informasi)

- Mampu mengaplikasikan kemampuan politik

- Mampu menganalisa tren politik yang sedang berkembang

- Mampu melakukan komunikasi Politik dengan infrastruktur maupun suprastruktur politik di tingkat lokal maupun nasional

- Mampu melakukan konsolidasi politik dengan infrastruktur maupun suprastruktur politik di tingkat lokal maupun nasional

Pergerakan dan kepemimpinan

- Mengetahui tata keorganisasian KAMMI

- Mengetahui dasar-dasar aktifitas keorganisasian.

- Aktif dalam aktifitas keorganisasian

- Memahami dasar-dasar

- Memahami dan mampu mengaplikasikan teknik-teknik kepemimpinan

- Memiliki kader binaan dan matang dalam manajemen pengelolaan binaan

- matang dalam aplikasi teknik kepemimpinan/ mampu menjadi pemimpin dimasyarakat.

- Memiliki kemampuan untuk menjadi teladan

- Mampu untuk membuat

Page 28: Risalah Manhaj Kaderisasi 1427 H-Lengkap.rtf

27

[Type text]

kepemimpinan orientasi gerakan

Kemampuan ijtima’iyyah

- Mampu memahami masalah-masalah sosial.

- Memahami dasar-dasar ilmu analisis sosial.

- Mampu merumuskan masalah sosial dan alternatif solusinya.

- Mampu merancang strategi rekayasa sosial.

-

Sarana dan PrasaranaSarana adalah perangkat pendukung kaderisasi yang disediakan oleh KAMMI.

Prasarana adalah perangkat pendukung kaderisasi yang tidak disediakan oleh KAMMI namun penting dalam proses tercapainya pembentukan kepribadian dan kualitas kader. Sarana yang disediakan KAMMI adalah

Sarana Kaderisasi1. Dauroh Marhalah

Definisi: sarana kaderisasi dasar bagi calon kader atau kader yang dilakukan secara berjenjang dengan sasaran pembentukan pondasi jati diri kader asasi sebagai proyeksi menuju pemenuhan jati diri kader secara menyeluruh sekaligus sebagai sarana inisiasi kader.

2. Madrasah KAMMIDefinisi: Adalah sarana kaderisasi yang diperuntukkan bagi seluruh kader yang dilaksanakan secara continue dengan tujuan : Sebagai sarana penajaman materi yang telah didapatkan pada DM I Sebagai sarana persiapan kader menerima materi pada jenjang marhalah yang

berikutnya Sebagai sarana pencapaian IJDKTerbagi menjadi dua metode : klasikal dan kelompok khas ( halaqah )

3. Dauroh khususDefinisi: sarana kaderisasi yang dilakukan secara insidental untuk meningkatkan kualitas khusus bagi kader yang memiliki kompetensi khas dan atau memenuhi syarat tertentu sebagai pendalaman keahlian dan penguatan spesialisasi Dauroh/ training khusus, misal training instruktur Senior/Junior camp Pelatihan-pelatihan

4. Kelompok KaryaDefinisi: sarana kaderisasi berbentuk kelompok kreatif yang beranggotakan kader secara sukarela yang didasarkan pada minat atau keahlian tertentu yang terkoordinasi dalam struktur organisasi Kelompok studi Klub aktifitas Lembaga semi otonom Badan Khusus

5. Kegiatan/Aktifitas

Page 29: Risalah Manhaj Kaderisasi 1427 H-Lengkap.rtf

27

[Type text]

Definisi: sarana kaderisasi berbentuk partisipasi dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh KAMMI berupa penugasan atau jabatan. Contoh: sebagai SC,OC, instruktur DM, pemateri MK ataupun pemandu MK

6. Pengkaryaan kaderDefinisi: sarana kaderisasi berbentuk partisipasi dalam kegiatan publik atau keterlibatan dalam lembaga publik sebagai sarana aktualisasi diri kader

Prasarana yang dapat dimanfaatkan kader KAMMI di antaranya:1. Ma’had2. Lembaga Kursus3. Media Cetak4. Media Elektronik5. Lembaga Swadaya Masyarakat6. Lembaga Pemerintah7. Tokoh

Daurah Khash:LKI (Lokus Karya Ilmiah):

DAURAH MARHALAH 1Materi keislamanSyahadatain sebagai titk tolak perubahanMa’rifatul InsanSyumuliatul Islam Teori perubahan sosial : masukya Islam di Arab (fase mekkah)- seri kepemimpinan

Materi KeKAMMIanSejarah dan filosofi gerakan KAMMI

Materi KeindonesiaanTeori perubahan sosial : Masuknya Islam di IndonesiaProbematika Umat Islam di Indonesia

Madrasah KAMMI 1MK KlasikalKeIslamanSirah NabawiyahHijrah ke MadinahPiagam MadinahPengaturan Madinah oleh Rasulullah saw.Gerakan dakwah antara yang prinsip dan dinamisPengantar ilmu fiqhKonsep Berpikir Islami : prinsip tauhid (dualitas, ideasional, teleologis, pembebanan dan keboleholahan, pertanggungjawaban), pandangan hidup (tradisi keilmuan Islam, elemen-elemen peradaban, islam sebagai peradaban)

Page 30: Risalah Manhaj Kaderisasi 1427 H-Lengkap.rtf

27

[Type text]

KeIndonesiaanFilosofi negaraPengantar demokrasiPaham pluralitas Indonesia

PemikiranPengantar teori perubahan sosialPengantar IdeologiPengantar teori terbentuknya negaraMK khos (kelompok)Ke-KAMMI-anVisi Gerakan MisiPrinsipKarakter OrganisasiParadigma Gerakan KAMMIUnsur unsur Gerakan KAMMIKredo GerakanManhaj kaderisasi : Orientasi Muslim Negarawan, IJDK AB I

DAURAH MARHALAH 2Materi Keislaman 1. Studi kritis negara perspektif al-Quran dan Sunnah2. Studi kritis fiqh demokrasi

Materi Pemikiran1. Studi kritis membedah manhaj perubahan [fiqh taghyir] dalam fikrah gerakan Ikhwanul

Muslimin.2. Studi kritis transformasi gerakan sosial keagamaan: NU dan Muhammadiyah.

Materi Keindonesiaan1. Mendalami kerangka bangun Indonesia.2. Studi kritis perubahan sosial dalam konteks negara.3. Civil Society.4. Pemikiran Keislaman.

Madrasah KAMMI 2MK KlasikalKeislaman dan Pemikiran 1. Sirah Nabawiyyah:

Perjanjian dan Diplomasi Rasulullah saw. Pesan-pesan Kenabian pada Haji Wada’.

2. Sirah Khilafah Rasyidah: Abu Bakar ra., Umar ra., Usman ra., Ali ra.3. Ghozwul Fikri

Keindonesiaan dan Pemikiran1. Mengenal isme-isme.2. Wacana radikal: marxisme, feminisme, sosialisme, fasisme.

Page 31: Risalah Manhaj Kaderisasi 1427 H-Lengkap.rtf

27

[Type text]

3. Wacana liberal: kapitalisme, demokrasi, neoliberalisme. Membedah masyarakat post-kolonialisme Sistem politik Indonesia (Orla, Orba dan Orde Reformasi) Rekayasa sosial Muhammadiyah, NU, Persis, Tarbiyah. Pemikiran tokoh Indonesia: Soekarno, Mohammad Natsir, Mohammad Hatta, Agus

Salim, Syahrir, Tan Malaka, Haji Misbach. Ideologi, struktur massa, dan rekayasa sosial partai politik besar Indonesia:

Masyumi, PNI, PKI, Golkar, PDIP dan PKS. Teori dasar ”Politik Ekonomi” Bedah buku: tesis Samuel Huntington ”Benturan Peradaban (The Clash of

Civilization)”. Bedah buku: The End of History (Francis Fukuyama) Pengantar Globalisasi Dialektika sejarah dan hakikat peradaban