Ringkasan Tata Guna Lahan

8
TATA GUNA LAHAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH (TUGAS RESUME) Oleh : MUH. FIKRUDDIN B. ABD. HAKIM (P0303214004) PROGRAM STUDI S2 PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

description

Ringkasan Buku Tata Guna Lahan Bab 1 dan 2

Transcript of Ringkasan Tata Guna Lahan

TATA GUNA LAHAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH

(TUGAS RESUME)

Oleh :

MUH. FIKRUDDIN B. ABD. HAKIM(P0303214004)

PROGRAM STUDI S2 PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUPPASCA SARJANA UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR2015

Bab IPerencanaan Tata Guna Lahan dan Pengelolaan Ruang

Perencanaan tata guna lahan merupakan suatu bentuk aktivitas yang telah berlangsung lama sepanjang sejarah peradaban manusia. Bentuk perencanaan sangat beragam, mulai dari yang paling sederhana hingga yang sangat kompleks dan menerapkan berbagai pendekatan yang multi-konsep.Pada buku dijelaskan sejarah penggunaan lahan dari waktu SM (sebelum Masehi) sampai dengan perkembangan dan pemanfaatan penggunaan lahan sekarang, dimana sejak SM manusia telah sadar betapa pentingnya memahami pengelolaan ruang termasuk bagaimana mengarahkan aktivitas manusia, dan pergerakan dalam ruang. Dalam sejarah mengatakan, sejarah perkembangan perencanaan tata guna lahan dan pengelolaan ruang dalam suatu wilayah pada hakekatnya dimulai dari pembuatan peta tentang lahan atau ruang wilayah dengan lingkup yang dibatasi, dan ini dapat ditelusuri kembali melalui kebudayaan kuno dari Mesopotamia dan Mesir.Sedangkan pada Negara Cina tahun 168 SM, (pada era Dinasti Han) mengembangkan peta topografi dan peta tematik berbahan kain sutra (karena kertas belum ada) untuk menginventarisasi kekayaan sumber daya alam dan aset kerajaan, termasuk instalasi militernya. Semakin lama semakin berkembang pengetahuan manusia tentang ruang, hal ini melahirkan suatu konsep baru dalam pembuatan peta, pada awalnya era manusia menggunakan peta untuk kebutuhan militer, lama kelamaan fungsi atau guna penggunaan peta ini dimanfaatkan dalam mengelolah sumber daya alam tiap-tiap Negara,Konsep pembuatan peta petama kali dinyatakan oleh ilmuan islam yang bernama Al-Idrisi, dimana dalam sejarahnya mengatakan; Pada tahun 1100-an M, terjadi suatu revolusi besar di bidang pemetaan, dimana seorang geografer terkenal Islam Al-ldrisi mengkompilasi peta yang cukup populer "Atlas of The Islam yang kemudian menjadi salah satu dasar pembuatan peta dunia. Atlas tersebut lahir karena keinginan Al-ldrisi untuk mengetahui gambaran ruang bumi ini untuk wilayah-wilayah Arab dan Mediteranian. Sampai pada masanya ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dari tahun ke tahun sampai sekarang melahirkan ide-ide dalam memetakan sebuah ruang dan melahirkan sistem Proyeksi Apianus yang merupakan proyeksi stereografik, teknik pengukuran dan proyeksi tersebut mendasari berbagai teknik pengukuran lahan secara modern yang saat ini dan juga digunakan dalam berbagai survei dan pemetaan sumber daya lahan suatu wilayah. Namun sejalan dengan kebutuhan dan kepentingan akan hal itu, upaya manusia dan pemerintahan pada saat itu untuk menguasai sumber daya alam wilayah perkembangan di bidang pemetaan terus berkembang dan berlangsung melalui inventarisasi.Seiring waktu berjalan perkembangan manusia dalam bidang ilmu pengetahun semakin berkembang dilihat dari sejarah manusia memasuki medernisasi. Di era modern perkembangan ilmu ruang untuk perencanaan begitu cepat karena ditunjang oleh teknologi komputer. dimuat konsep dari analisis kesesuaian/kemampuan lahan yang diitilahkan dengan SCA. SCA tersebut merupakan suatu teknik di mana data penggunaan lahan dalam suatu areal yang dipelajari diinput ke dalam suatu GIS (geographic information systems) analog dan digital, untuk mendapatkan informasi kesesuaian dan kemampuan lahan. Dilihat dari berbagai pengertian, maka ketersediaan informasi tentang tata guna lahan dan semua aspek yang terkait sangat dipentingkan, misalnya informasi tentang kualitas dan karakteristik lahan, faktor pembatas fisik, kebutuhan masyarakat, ketersediaan air, dan konsekuensi ekonomi, sosial dan lingkungan dari alternatif keputusan yang akan diambil dalam perencanaan tata guna lahan. Dengan demikian, salah satu tugas perencana penggunaan lahan (land use planner) adalah memastikan bahwa keputusan yang dibuat telah mempertimbangkan tiga sasaran di atas dan faktor-faktor penting lainnya yang terkait atas dasar konsensus dan kesepakatan, dan tidak lepas dari kaidah-kaidah ilmiah penggunaan lahan.

Bab IITata Guna Lahan dalam Sistem Wilayah dan Sistem Lingkungan

Pada Bab 2 ini dijelaskan tata guna lahan dan system lingkungan, tata guna lahan itu sendiri meliputi sebuah pemanfaatan lahan dan penataan lahan yang dilakukan sesuai dengan kodisi eksisting alam. Konsep dasar tentang sistem lingkungan global yaitu wilayah sebagai suatu sistem, penggunaan lahan sebagai sub sistem yang terstruktur dan memiliki berbagai macam fungsi-fungsi. Untuk hubungannya, bagaimana system lingkungan itu agar bias terkait dengan penggunaan lahan yaitu pada perencanaan tata guna lahan, dimana diartikan sebagai suatu aktivitas yang mempertimbangkan hal yang bersifat teknis, ekologi, ekonomi, dan penerimaan sosial terhadap infrastruktur pada lahan. Sedangkan dalam merealisasikan aktivitas penggunaan lahan dan sekaligus mencapai keadaan yang berkelanjutan yang dapat bermanfaat bagi generasi yang akan datang, maka diperlukan kemampuan untuk mengontrol dan mengorganisasikan lahan. Dalam konsep hubungan antara ekonomi, kelestarian alam, dan kesejahteraan, kita perlu mengetahui bagaimana fungsi alam terlebih dahulu dimana, alam menyediakan berbagai potensi untuk kesejahteraan sosial dan ekonomi untuk generasi yang akan dating, maka upaya yang harus dilakukan seharusnya tidak hanya mempertimbangkan salah satu aspek saja baik aspek ekonomi atau aspek-aspek lain, tetapi juga harus memperhitungkan kesehatan lingkungan pada berbagai tingkatan perencanaan, karena dapat dikatakan, alam menyediakan kesejahteraan sosial, ekonomi, dan kesehatan. Sehingga dengan demikian, tujuan utamanya dalam perencanaan tata guna lahan tidak hanya fokus pada satu aktivitas sperti aktivitas ekonomi yang sangat pesat dibicarakan diberbagai kalangan negara untuk mengejar pertumbuhan, tetapi juga harus mempertimbangkan keberlanjutan dalam pencapaiannya.Struktur dari sistem merupakan susunan sub-sistem dan komponen dalam ruang tiga dimensi pada kurun waktu tertentu. Kemudian, fungsi dari sistem adalah suatu aliran energi, materi atau informasi antar sub-sistem yang ada dalam sistem tersebut, struktur dari suatu wilayah adalah susunan jenis-jenis penggunaan lahan dalam bentuk tata guna lahan dalam ruang fisik secara spasial. Sedangkan fungsi dari wilayah adalah hubungan-hubungan dan keterkaitan-keterkaitan dalam bentuk pergerakan barang-barang ekonomi, teknologi, manusia, termasuk polusi lingkungan antara penggunaan lahan yang ada. Di dalam buku menjelaskan bagaimana perencanaan tata guna lahan dalam suatu wilayah merupakan suatu bentuk proses yang terus-menerus (continuing processes) dan "multi-konsep." Sekurang- kurangnya terdapat delapan "multi dalam membangun konsep dan menyelenggarakan sistem perencanaan tata guna lahan, seperti : Multi-aspek, Multi-sektor, Multi-dimensi, Multi-partisipan, Multi-skala, Multi-tahap, Multi-waktu dan Multi-pendekatan.Penggunaan lahan dalam konteks pembangunan berkelanjutan (sustainable land use) meliputi aspek teknologi, kebijakan dan kegiatan yang bertujuan untuk mengintegrasikan prinsip-prinsip sosial-ekonomi dengan masalah lingkungan. ada beberapa keterkaitan makna berkelanjutan sehubungan dengan tata guna lahan. Pertama, berkelanjutan digunakan dalam arti pemeliharaan (husbandry), dengan demikian, makna husbandry sangat terkait dengan keberlanjutan fisik dan ekonomi dalam jangka panjang. Kedua, pemanfaatan dalam hal saling ketergantungan, hal ini mengacu pada berbagai perhatian akan kehilangan dan penurunan kuantitas dan kualitas sumber daya alam sehubungan dengan peningkatan jumlah populasi.Dengan demikian,untuk menuju pada suatu keadaan wilayah yang berkelanjutan (sustainable region), banyak hal yang harus menjadi perhatian. Alam telah menyediakan sumber daya, hewan, dan tumbuhan yang dapat dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan makanan dan pakaian, sehingga tidaklah bijak jika manusia merusak alam, dan membiarkan tidak tertata dengan baik. Pada saat manusia membutuhkan makanan, dan sumber daya lahan yang terbatas (baik luasan maupun kualitas) menyediakan kebutuhan tersebut, maka perencanaan tata guna lahan harus dilakukan melalui pertimbangan keseimbangan pemanfaatan sebaik mungkin. Disamping pertimbangan aspek fisik, biologi, ekologi dan teknis dalam perencanaan tata guna lahan, juga harus dipertimbangkan komponen sosial yang merupakan pedoman bagi manusia untuk tidak terjadi sesuatu yang lebih buruk terkait kehidupan sosial dalam ruang tempat manusia hidup dan beraktivitas.