Ringkasan Pedoman Nasional Pencegahan Penularan HIV Dari Ibu Ke Anak 230609

4
Simposium setengah hari Informasi Pengobatan HIV Terkini III Tema : Pedoman Nasional Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak terkini Jakarta 23 Juni 2009 Pembukaan Prof Irwanto : Ibu/wanita mempunyai peran yang cukup penting dalam program PMTCT. Ibu/wanita adalah penopang spiritual, sosial dan ekonomi keluarga. PMTCT bukan hanya pencegahan tapi juga mampu mensasar kebutuhan dukungan dan psikologis. Dr. Ilhamy SpOG – Direktorat Bina Kesehatan Ibu, Departemen Kesehatan RI (Pemutakhiran Pedoman Nasional PMTCT) Buku pedoman sudah mulai dibicarakan mulai tahun 2004 dan tahun 2006 sudah didistribusikan ke 33 Propinsi. Pokjanas PMTCT sudah melakukan beberapa kali perrtemuan serial mulai tahun 2008 sampai dengan 2009. Hasil pertemuan serial Pokjanas kemudian menjadi rekomendasi nasional Rekomendasi ARV profilaksis untuk PMTCT, mengacu pada rekomendasi WHO yaitu menggunakan Highly Active Anti Retroviral Therapy (HAART). Utamanya obat lini pertama, tapi bisa menggunakan triple terapi dengan NRTI untuk menghindari NNRTI (misalnya pada kasus TB) Prinsipnya : secepat mungkin (walaupun pada trimester 1), teruskan jika sudah ART Memulai ARV pada kehamilan bisa menggunakan dua prinsip, yaitu ARV terapi atau ARV Profilaksis. Pada ibu hamil ODHA dengan TB maka prioritas pertama adalah mengobati TB nya terlebih dahulu. Penatalaksanaan obstetrik : harus menjelaskan secara seimbang kepada klien mengenai keuntungan dan kerugian pada Sectio Caesaria atau persalinan pervaginam. Syarat persalinan per vaginam : harus minum ARV teratur dan VL nya tidak terdeteksi Prinsip persalinan adalah kewaspadan universal, yang juga seharusnya dilakukan pada semua pasien tidak memandang status HIV nya. Pemberian makanan bayi : harus diberikan konseling tentang manfaat baik ASI maupun susu formula. Apapun keputusan ibu perlu diberikan dukungan apakah itu manajemen laktasi ataupun AFASS 1 , serta sangat tidak dianjurkan untuk mencampur makanan (mixed feeding). 1 AFASS: Acceptable (Dapat diterima), Feasible (Dapat dilaksanakan), Affordable (Terjangkau), Sustainable (Berkesinambungan), Safe (Aman)

Transcript of Ringkasan Pedoman Nasional Pencegahan Penularan HIV Dari Ibu Ke Anak 230609

Page 1: Ringkasan Pedoman Nasional Pencegahan Penularan HIV Dari Ibu Ke Anak 230609

Simposium setengah hari Informasi Pengobatan HIV Terkini III 

Tema : Pedoman Nasional Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak terkini 

Jakarta 23 Juni 2009 

 

Pembukaan Prof Irwanto : 

• Ibu/wanita mempunyai peran yang cukup penting dalam program PMTCT. 

• Ibu/wanita adalah penopang spiritual, sosial dan ekonomi keluarga. 

• PMTCT bukan hanya pencegahan tapi juga mampu mensasar kebutuhan dukungan dan psikologis. 

 

Dr. Ilhamy SpOG – Direktorat Bina Kesehatan Ibu, Departemen Kesehatan RI (Pemutakhiran Pedoman Nasional PMTCT) 

• Buku pedoman sudah mulai dibicarakan mulai tahun 2004 dan tahun 2006 sudah didistribusikan ke 33 Propinsi. 

• Pokjanas PMTCT sudah melakukan beberapa kali perrtemuan serial mulai tahun 2008 sampai dengan 2009. Hasil pertemuan serial Pokjanas kemudian menjadi rekomendasi nasional 

• Rekomendasi ARV profilaksis untuk PMTCT, mengacu pada rekomendasi WHO yaitu menggunakan Highly Active Anti Retroviral Therapy (HAART). Utamanya obat lini pertama, tapi bisa menggunakan triple terapi dengan NRTI untuk menghindari NNRTI (misalnya pada kasus TB) 

• Prinsipnya : secepat mungkin (walaupun pada trimester 1), teruskan jika sudah ART 

• Memulai ARV pada kehamilan bisa menggunakan dua prinsip, yaitu ARV terapi atau ARV Profilaksis. 

• Pada ibu hamil ODHA dengan TB maka prioritas pertama adalah mengobati TB nya terlebih dahulu. 

• Penatalaksanaan obstetrik : harus menjelaskan secara seimbang kepada klien mengenai keuntungan dan kerugian pada Sectio Caesaria atau persalinan pervaginam. 

• Syarat persalinan per vaginam : harus minum ARV teratur dan VL nya tidak terdeteksi 

• Prinsip persalinan adalah kewaspadan universal, yang juga seharusnya dilakukan pada semua pasien tidak memandang status HIV nya. 

• Pemberian makanan bayi : harus diberikan konseling tentang manfaat baik ASI maupun susu formula. Apapun keputusan ibu perlu diberikan dukungan apakah itu manajemen laktasi ataupun AFASS1, serta sangat tidak dianjurkan untuk mencampur makanan (mixed feeding). 

                                                            1 AFASS: Acceptable (Dapat diterima), Feasible (Dapat dilaksanakan), Affordable (Terjangkau), Sustainable (Berkesinambungan), Safe (Aman) 

Page 2: Ringkasan Pedoman Nasional Pencegahan Penularan HIV Dari Ibu Ke Anak 230609

Apabila syarat AFASS terpenuhi sebelum 6 bulan maka ibu disarankan untuk pindah ke susu formula dan pemberian ASI dihentikan. 

• Rekomendasi konseling dan tes pada ibu hamil: tes HIV dilakukan setelah mendapat persetujuan klien. Prinsipnya sama dengan VCT pada umumnya. Pembacaan hasilnya dapat dilakukan oleh dokter atau konselor terlatih. 

 

Dr. Anita Rachmawati SpOG – RS. Hasan Sadikin Bandung (Persalinan bagi wanita terinfeksi HIV) 

• 90% kasus HIV pada anak adalah melalui penularan vertikal  

• Resiko penularan terbesar terjadi pada masa persalinan 

• Salah satu faktor yang memperbesar adalah ketika terjadi kontraksi, maka akan  terjadi penekanan plasenta, sehingga kemungkinan akan terjadi pencampuran darah ibu dan bayi. Resiko meningkat jika ada infeksi (malaria, sifilis, chorioamnitis, dll) 

• Bayi juga bisa terpapar dari darah dan lendir serviks 

• Konsep dasar PMTCT adalah meminimalkan paparan HIV pada janin selama kehamilan dan bayi setelah persalinan 

• Beberapa penelitian awal menunjukkan bahwa SC elektif (Sectio Caesaria terjadwal dan sebelum terjadi tanda‐tanda persalinan) menurunkan infeksi HIV sampai 50% tanpa ARV dan sampai 80% dengan ARV (ZDV) 

• Karena penelitian tersebut maka muncul rekomendasi awal WHO untuk melakukan SC pada ODHA wanita. 

• Kemudian muncul pemikiran bahwa prinsip dasar selanjutnya adalah dengan menurunkan viral load. Sehingga saat ini rekomendasi yang dipakai adalah bukan pada SC namun pada nilai viral load seseorang. 

• ARV kombinasi mempunyai tingkat transmisi yang paling rendah (berdasarkan penelitian PACTG) 

• SC elektif tidak mempunyai keuntungan lebih dalam mengurangi resiko transmisi (The European Collaborative Study) 

• Sterilisasi bukan merupakan indikasi absolut pada ibu dengan HIV positif. Pada dasarnya persalinan ODHA dapat dilakukan pada semua fasilitas kesehatan. 

 

Dr. Janto G Lingga (Pemberian ARV pada PMTCT) 

• Prinsipnya : Penggunaan ARV selama kehamilan akan menurunkan jumlah virus dalam darah ibu sehingga mengurangi paparan HIV dari ibu ke bayi. 

• Untuk PMTCT, semua ibu hamil diberikan ARV pencegahan tanpa melihat jumlah CD4 atau limfosit 

• Pemberian ARV tetap melalui jalur RS rujukan yang telah ditentukan 

• Besarnya resiko profilaksis ARV tergantung pada waktu dan lama pajanan serta jumlah obat. 

Page 3: Ringkasan Pedoman Nasional Pencegahan Penularan HIV Dari Ibu Ke Anak 230609

• Jika sedang hamil dan terapi ART maka teruskan ART nya. Bayi yang dilahirkan harus mendapat profilaksis ZDV selama satu minggu.  

• Ibu hamil yang memenuhi syarat ART harus memulai sesegera mungkin walaupun pada trimester pertama. 

• Ibu hamil harus dimonitor secara ketat terhadap tosksisitas, misalnya yang paling sering adalah hepatotoksik 

• Bumil dapat menunda terapi ARV jika memperburuk mual dan muntah, namun jika status klinis atau imun menunjukkan sangat sakit maka terapi ARV dini lebih baik jika dibandingkan dengan resiko terhadap janin. 

• Pada kehamilan terjadi perubahan fisiologi (hemodilusi yang paling sering) sehingga menyulitkan prediksi farmakokinetik 

 

Dr. Dien Sanyoto Besar (Pemberian makanan sehubungan HIV) 

• Secara umum penggunaan ASI di Indonesia menurun dari 42,2% tahun 1997 turun menjadi 39,5% pada tahun 2002(berdasarkan SDKI) 

• Sedangkan pemberian susu botol meningkat 3 kali lipat dari 10,8 % menjadi 32,4 % 

• Banyak pelanggaran terhadap code of marketing ASI sehingga program menyusui eksklusif terkendala 

• Resiko kematian bayi yang diberi ASI lebih rendah dibandingkan jika tidak diberikan ASI 

• Pemberian makanan bayi dari ibu HIV positif kepada bayinya adalah susu formula dengan syarat AFASS dan ASI eksklusif selama 6 bulan dengan syarat teknik menyusui yang benar 

• Pemberian makanan bayi bergantung pada situsasi, kondisi perorangan, situasi lokal, pelayanan kesehatan dan dukungan ibu 

• Bila setelah 6 bulan belum AFASS boleh menggunakan ASI dan PASI dengan selalu memantau kondisi ibu dan bayi. 

• Penghentian ASI sebelum 4 bulan meningkatkan angka kematian (terutama karena diare)  

• Perlu disampaikan 10 langkah gerakan sayang bayi, termasuk konseling nya 

• Spill over dan pelanggaran terhadap code of marketing susu formula sangat tinggi. Seharusnya layanan kesehatan dilarang melakukan kerjasama dengan supplier tertentu, namun hal ini sudah sangat jamak terjadi, sehingga perlu dilakukan regulasi yang lebih mendalam tentang code of marketing susu formula. 

 Pengalaman dari Bandung – BPS 

• Mengalami kehamilan pada tahun 2007‐2008 dengan status HIV yang positif dan telah 4 tahun menggunakan ART dengan tanpa efek samping. 

• Bayi dilahirkan pada bulan Maret 2008. 

• Pada waktu itu diputuskan untuk dilakukan sesar dan juga disarankan untuk dilakukan sterilisasi. 

• Tidak memberikan air susu ibu karena memang informasi yang kurang. 

• Mendapat stigma dari keluarga karena tidak menyusui anaknya 

Page 4: Ringkasan Pedoman Nasional Pencegahan Penularan HIV Dari Ibu Ke Anak 230609

• Menyarankan agar informasi tentang update terkini seperti ini selalu diberikan lebih awal sehingga dapat membantu ODHA dalam mengambil keputusan yang terbaik. 

Rapporteur 

• Ibu/wanita mempunyai peran yang cukup penting dalam program PMTCT. 

• Ibu/wanita adalah penopang spiritual, sosial dan ekonomi keluarga. 

• PMTCT bukan hanya pencegahan namun harapannya juga mampu mensasar kebutuhan terhadap dukungan dan psikologis. 

• Prinsip pemberian ART adalah secepat mungkin (walaupun pada trimester pertama) dan lanjutkan terapi yang sudah dilakukan 

• Konseling merupakan komponen yang paling penting, mulai dari konseling pada saat kehamilan, persalinan, pemberian ART (baik profilaksis ataupun terapi). 

• Rekomendasi persalinan dan ART adalah : harus dilakukan konseling mengenai keuntungan dan kerugian baik persalinan per vaginam maupun persalinan dengan sesar. Status HIV tidak merupakan indikasi persalinan pada ODHA.. 

• Rekomendasi pemberian makanan pada bayi adalah pilihan menyusui eksklusif atau formula jika prasayarat AFASS telah tersedia 

• Perlunya pemberian informasi yang lebih luas, karena yang diketahui secara umum bahwa PMTCT adalah sesar dan tidak menyusui. Perlu juga dibahas mengenai informasi yang berbau non medis/masalah sosial.