Ringkasan Kotbah Retret Khusus Calon hamba Tuhan

38
1 Ringkasan Kotbah Retret Khusus Calon hamba Tuhan 17 April 2021 Sesi 1- Konsep hamba Tuhan Pdt. Stephen Tong Orang yang menjadi hamba Tuhan, tidak dapat bertujuan jadi orang kaya, berpangkat tinggi, maupun mencari kenikmatan besar dalam dunia ini. Tetapi seberapa penting jabatan hamba Tuhan dalam masyarakat? Pada sensus yang diadakan tahun 1905 di Amerika, jabatan pendeta menduduki peringkat terpenting ke-5. Namun turun menjadi ke-64 dalam komunitas, setelah 80 tahun. Juga hasil riset honor pendeta, pada tahun 1980-an, menduduki peringkat belasan. Namun sekarang turun hingga peringkat ke-74. Artinya, orang zaman sekarang sudah tidak terlalu menghormati jabatan hamba Tuhan. Orang Amerika pada permulaan abad ke-20 sangat menghargai pendeta, karena mutu, moral, pengetahuan, ajaran dan teladannya sangat tinggi. Tetapi selama 120 tahun belakangan, Amerika dilanda liberalisme. Gereja mendirikan Bible church dan divinity school. Bible church menghasilkan orang-orang yang iman dan moralnya kuat, tetapi pengetahuannya menurun, sedangkan yang dari divinity school pengetahuannya tinggi, tetapi iman dan moralnya mulai hancur. Perubahan yang terjadi di Amerika, berbeda dengan yang di Indonesia. Pendeta pertama di Indonesia adalah pendeta Belanda. Masyarakat menghormati mereka, bukan karena moral mereka, melainkan karena posisi mereka dalam pemerintahan. Setelah merdeka, pendeta tidak tahu harus sekolah teologi di mana. Tidak ada sekolah tinggi yang cukup akademik di Indonesia, sedangkan kesempatan dan kualifikasi yang cukup untuk belajar di Belanda sedikit sekali. Banyak hamba Tuhan, yang hanya mengandalkan keyakinan, bahwa dia dipanggil menjadi hamba Tuhan, padahal tidak mengerti teologi, sehingga kerohanian merosot, pengetahuan akademik kurang bermutu, karakter asal-asalan, dan moralnya mengikuti zaman. Selain itu, banyak sekolah teologi di Indonesia mulai dikorupsi paham liberalisme. Pemimpin gereja di Indonesia, yang dulunya sombong karena ada pangkat di pemerintahan Belanda, perlahan: roboh, rontok, luntur dan hampir tidak ada mutunya. Dalil panggilan dan pilihan, yang kita terima dari Alkitab, adalah: Yang dipanggil banyak, yang dipilih sedikit”. Di dalam dua kalimat ini, Yesus Kristus membagikan perbedaan antara:

Transcript of Ringkasan Kotbah Retret Khusus Calon hamba Tuhan

Page 1: Ringkasan Kotbah Retret Khusus Calon hamba Tuhan

1

Ringkasan Kotbah Retret Khusus Calon hamba Tuhan

17 April 2021

Sesi 1- Konsep hamba Tuhan

Pdt. Stephen Tong

Orang yang menjadi hamba Tuhan, tidak dapat bertujuan jadi orang kaya, berpangkat

tinggi, maupun mencari kenikmatan besar dalam dunia ini. Tetapi seberapa penting jabatan hamba

Tuhan dalam masyarakat? Pada sensus yang diadakan tahun 1905 di Amerika, jabatan pendeta

menduduki peringkat terpenting ke-5. Namun turun menjadi ke-64 dalam komunitas, setelah 80

tahun. Juga hasil riset honor pendeta, pada tahun 1980-an, menduduki peringkat belasan. Namun

sekarang turun hingga peringkat ke-74. Artinya, orang zaman sekarang sudah tidak terlalu

menghormati jabatan hamba Tuhan. Orang Amerika pada permulaan abad ke-20 sangat

menghargai pendeta, karena mutu, moral, pengetahuan, ajaran dan teladannya sangat tinggi. Tetapi

selama 120 tahun belakangan, Amerika dilanda liberalisme. Gereja mendirikan Bible church dan

divinity school. Bible church menghasilkan orang-orang yang iman dan moralnya kuat, tetapi

pengetahuannya menurun, sedangkan yang dari divinity school pengetahuannya tinggi, tetapi iman

dan moralnya mulai hancur.

Perubahan yang terjadi di Amerika, berbeda dengan yang di Indonesia. Pendeta pertama di

Indonesia adalah pendeta Belanda. Masyarakat menghormati mereka, bukan karena moral mereka,

melainkan karena posisi mereka dalam pemerintahan. Setelah merdeka, pendeta tidak tahu harus

sekolah teologi di mana. Tidak ada sekolah tinggi yang cukup akademik di Indonesia, sedangkan

kesempatan dan kualifikasi yang cukup untuk belajar di Belanda sedikit sekali. Banyak hamba

Tuhan, yang hanya mengandalkan keyakinan, bahwa dia dipanggil menjadi hamba Tuhan, padahal

tidak mengerti teologi, sehingga kerohanian merosot, pengetahuan akademik kurang bermutu,

karakter asal-asalan, dan moralnya mengikuti zaman. Selain itu, banyak sekolah teologi di

Indonesia mulai dikorupsi paham liberalisme. Pemimpin gereja di Indonesia, yang dulunya

sombong karena ada pangkat di pemerintahan Belanda, perlahan: roboh, rontok, luntur dan hampir

tidak ada mutunya.

Dalil panggilan dan pilihan, yang kita terima dari Alkitab, adalah: “Yang dipanggil banyak,

yang dipilih sedikit”. Di dalam dua kalimat ini, Yesus Kristus membagikan perbedaan antara:

Page 2: Ringkasan Kotbah Retret Khusus Calon hamba Tuhan

2

panggilan, pilihan, dan yang dipilih lebih sedikit dari pada yang dipanggil. Sedikit yang menjadi

hamba Tuhan atau pendeta, namun jauh lebih langka, hamba Tuhan yang baik. Ini merupakan

pimpinan dan kehendak Tuhan, yang sangat berlawanan dengan konsep orang biasa. Cara Tuhan:

menyaring, memanggil, dan memilih yang bermutu, berlainan dengan apa, yang kita sanggup

lakukan. Kita percayakan dalam tangan Tuhan, agar visible church menggenapi rencana Tuhan

bagi invisible church, yang dipilih oleh Tuhan.

Hamba Tuhan harus: menerima panggilan, konsisten taat sampai akhir hidup, pada

panggilan yang dari Tuhan. Kalau panggilan itu begitu penting, benarkah manusia mungkin

mengetahui panggilan ini? Apakah ada orang yang dipanggil, tetapi tidak menyangkanya? Adakah

orang yang dipakai, tetapi tidak sadar? Ada, namun Tuhan tidak akan mengizinkan orang itu tidak

sadar sampai mati. Tuhan akan memimpin masuk ke dalam kesadaran, sehingga semakin lama,

semakin jelas dan terbeban. Lalu akhirnya merespons, mengabdi, dan berjanji akan seterusnya

setia kepada Tuhan sampai mati. Ini pasti.

Pertanyaan selanjutnya: Apakah sebabnya Tuhan memperbolehkan sebagian orang tidak

atau belum menyadari panggilan-Nya? Manusia tidak dapat mengetahui waktu Tuhan dengan tepat,

tetapi saatnya Tuhan tidak pernah salah. Ada yang dipanggil ketika sudah berumur, ada yang masih

muda. Petrus dipanggil setelah berkeluarga, sedangkan Yohanes dipanggil ketika ia masih remaja.

Terkadang Tuhan menyadarkan dengan cepat, tetapi kadang sedikit demi sedikit dan lama. Jikalau

Tuhan memanggil, Tuhan akan memaparkan kehendak-Nya, sehingga engkau lambat laun

semakin jelas akan panggilan-Nya. Dalam proses ini, kita harus memikul salib dan siap untuk taat

sampai akhir.

Bagaimana kita tahu, bahwa Tuhan - yang tidak kelihatan itu - memanggil kita?

1. Kita ada satu beban, yang terus merangsang pikiran kita, terus menekan kemauan kita, dan

mendorong keinginan kita untuk menjadi hamba Tuhan, meskipun kita tahu bahwa ini sulit dan

tidak membawa keuntungan apa-apa. Kita coba terus menolak, tetapi beban itu terus datang

tidak habis-habisnya sehingga kita sulit melarikan diri, sulit melupakan, sulit menolak. Tuhan

juga pakai orang lain, khususnya yang berpengalaman hidup dan berjalan dengan Tuhan. Kita

tidak boleh menghina hamba Tuhan, yang mempunyai pengalaman rohani, yang Tuhan akan

bagikan kepada kita. Dalam Filipi 2:13 Alkitab berkata, kalau kemauan kita sudah diserahkan

kepada Tuhan, maka kemauan Tuhan - yang lebih besar dari manusia - akan mengontrol

kemauan kita. Kehendak Tuhan mengambil alih kehendak kita. Hal yang baik, yang kita

Page 3: Ringkasan Kotbah Retret Khusus Calon hamba Tuhan

3

tetapkan, adalah dari Roh Kudus, yang menetapkan untuk mempengaruhi penetapan kita.

Prinsip tersebut sama seperti ketika Yesus berkata “Kalau boleh, lewatkanlah cawan ini

daripada-Ku tetapi bukan menurut kehendak-Ku tetapi kehendak-Mu.” Banyak orang

mengatakan, “Kalau boleh, saya tidak mau jadi pendeta.” Tetapi Tuhan punya kehendak untuk

mengontrol kehendakmu. Apakah kita berani dan rela berdoa seperti Yesus?

2. Kita sudah sadar dipanggil Tuhan, ada kemauan dan dorongan sehingga kita tidak bisa lari,

namun tidak mau full-time. Kita yang menentukan sendiri untuk menjadi part-timer, dan Tuhan

akan membuat hati kita tidak ada damai sejahtera. Tanda ini bukan suara, bukan mimpi, bukan

pengalaman yang dahsyat, yang Tuhan pakai untuk membuat kita kaget, tetapi berupa prinsip

dasar dan umum, yang berasal dari Alkitab. Prinsip ini tampak sangat biasa, sehingga mungkin

tidak disadari, namun orang yang dipanggil, tidak akan bisa mengampuni diri sendiri jika tidak

taat. Ini adalah cara Tuhan memberikan jawaban, yang paling stabil dan Alkitabiah. Kolose

3:15 Kita dipanggil, supaya diberikan damai sejahtera Kristus yang memerintah dalam hati kita.

Kalau kita tidak memiliki damai sejahtera, itu karena kita mau melarikan diri, dan Tuhan

memberikan kegelisahan dalam hati kita. Tuhan ingin kita menerima panggilan-Nya. Biarlah

damai sejahtera Kristus memerintah di dalam hati kita.

3. Jika kita sudah mendengar panggilan, tetapi kita tetap tidak mau taat, Tuhan telah mencabut

kesejahteraan, dan sentosa hati kita hilang, maka Tuhan akan pakai pukulan. Ibrani 12:6 Tuhan

menyatakan: “Orang yang Kucintai pasti Kuhajar.” Itu sebabnya, kalau kita tetap tidak taat,

pukulan akan datang dari Tuhan, dan itu adalah kesempatan terakhir, untuk kita taat kepada

Tuhan. Pukulan tersebut terkadang dalam bentuk: penyakit, kecelakaan, patah hati, membuat

kita merasa hidup/mati tidak bisa, hidup tidak berarti, selain taat dan memohon Tuhan untuk

menerima kita kembali.

Tiga prinsip panggilan dari Kitab Suci: Pertama: Tidak mau, ingin lari. Kedua: Tidak lari,

ingin part-time. Ketiga: sudah part-time, tetap tidak mau taat, dipukul Tuhan sampai kapok.

Page 4: Ringkasan Kotbah Retret Khusus Calon hamba Tuhan

4

Sesi 2 – Karakter Hamba Tuhan

Pdt. Ivan Kristiono

Mari kita dengarkan nasihat dari Paulus, seorang perintis gereja senior, gembala

berpengalaman, apologet, misioner dan konselor. Dalam 1 Timotius 3, Paulus menjelaskan kepada

Timotius, mengenai apa itu gereja. Sebelum kita melayani gereja Tuhan, mari pikirkan, apa yang

harus kita siapkan dan lakukan, untuk dapat melayani Tuhan melalui gereja-Nya. Kita juga perlu

mengetahui gereja Tuhan itu seperti apa. Kalau kita mengerti kemuliaan Tuhan, yang dinyatakan

melalui gereja-Nya, maka kita akan penuh syukur dalam melayani gereja Tuhan. Kita perlu punya

pandangan yang utuh bagaimana Tuhan melihat gereja-Nya. Sebab tidak jarang, kita salah

mengerti tentang gereja, karena ekspektasi dan kebiasaan kita sendiri.

Dalam 1 Timotius 3:15, Paulus sebut gereja sebagai 3 hal, yaitu: rumah tangga Allah, tiang

penopang dan dasar kebenaran. Itulah fungsi gereja dan tugas seorang hamba Tuhan di tengah-

tengah gereja. Gereja dikatakan sebagai rumah tangga-Nya Tuhan. Maka tugas hamba Tuhan,

sebagai pelayan dalam rumah-Nya, adalah mengajar setiap jemaat, bagaimana bersikap sebagai

anggota keluarga. Rumah ini bukan milik kita, namun milik Tuhan, yang adalah pemilik dari

jemaat Allah, yang hidup untuk menyatakan kebenaran-Nya di dalam dunia.

Paulus menguatkan Timotius, untuk menghadapi berbagai kesulitan, dengan mengingatkan,

bahwa dia melayani Tuhan yang mulia dalam rumah-Nya. Paulus menyatakan rahasia gereja, yaitu:

kemuliaan Kristus, yang menjadi kekuatan kita waktu kita dipanggil berperang. Gereja berperang

melawan perusak-perusak, yang masuk ke dalam gereja (1 Timotius 4:1-5), yaitu: pengajar sesat,

orang-orang murtad, dan orang-orang yang memberikan ajaran salah, menyangkut etika kehidupan

sehari-hari. Apakah yang kita bayangkan tentang “gereja yang dipimpin Roh”? Apakah semua

orang gembira? Tidak ada pergumulan? Semua setuju dan tidak ada perdebatan, perpecahan atau

perjuangan? Tidak ada yang perlu diampuni? Khotbah apa pun diterima? Kita semua memimpikan

gereja yang seperti itu. Bahagia sekali kalau kita menjadi hamba Tuhan di gereja itu.

Paulus memberikan gambaran yang benar mengenai gereja, yang kita layani di dunia ini.

Mengapa kita perlu belajar di Sekolah Tinggi Teologi, belajar dari orang-orang yang rohani, yang

sudah melayani terlebih dahulu daripada kita. Melalui komunitas ini, kita dipanggil untuk siap

berperang. Namun kita berperang bukan untuk menjadi menang, sebab Kristus sudah menang.

Namun kita dipanggil dari kemenangan menuju kemenangan. Kita dipersiapkan, karena selalu ada

Page 5: Ringkasan Kotbah Retret Khusus Calon hamba Tuhan

5

jemaat yang disesatkan oleh ajaran dari dunia maupun nenek moyang, yang menghancurkan

kehidupan orang Kristen. Dengan senjata apa kita berperang? Dengan Firman dan doa.

Pada 1 Timotius 4:6-8, Paulus menjelaskan kriteria baik seorang pelayan Yesus Kristus.

Pertama, mengajar yang benar dan mengingatkan jemaat tentang ajaran sesat, berani menegur,

mendidik dan mengoreksi. Kedua, terdidik dalam pokok iman dan ajaran sehat, dapat membedakan

yang benar dan salah. Inilah pentingnya sekolah teologi. Selain mendidik kita, sekolah teologi juga

menyediakan komunitas yang baik, yang mempersiapkan dan memperlengkapi saudara. Ketiga,

pelayan Kristus yang baik juga tidak terikat oleh dongeng-dongeng nenek tua atau takhayul yang

beredar sekitar kita. Kita harus belajar Firman dan teologi yang benar, supaya kita sendiri tidak

terikat oleh dongeng nenek tua dan ajaran-ajaran dunia ini. Keempat, pelayan yang baik juga harus

hidup dalam disiplin yang baik. Kita harus menjaga diri kita sendiri dan ajaran kita. Kita dipanggil

untuk mengingatkan jemaat, agar hidup dalam ketertiban. Kita dipanggil untuk menjadi contoh

bagi jemaat. Jadi teladan dalam perkataan, tingkah laku, kasih, kesetiaan dan kesucian.

Saudara-saudara sekalian, mari bergabung dalam komunitas, dimana Saudara bersama

dipersiapkan untuk menjadi seorang yang melayani rumah Tuhan. Seorang yang penuh

keteladanan, yang juga berani berperang karena bersandar pada Kristus. Kiranya hanya Tuhan

dipermuliakan dan kita mendapat berkat dari Firman Tuhan.

Pdt. Agus Marjanto

Amsal 4:23

Hati adalah tempat yang terdalam, pusat seluruh hidup kita. Hati adalah satu tempat,

dimana mata Allah tertuju kepadanya. Demikian juga, Allah meminta kita untuk terus berjaga-

jaga, agar mata hati kita tetap tertuju kepada-Nya. Alkitab mengatakan: dari hati-lah terpancar

seluruh kehidupan. John Flavel, seorang puritan mengatakan, “Kesulitan terbesar sebelum orang

bertobat adalah memenangkan hati orang tersebut bagi Allah, dan kesulitan terbesar setelah

bertobat, adalah menjaga hati kita di hadapan Allah”. Ini merupakan pergumulan seumur hidup

setiap orang, terutama yang sedang bergumul menjadi hamba Tuhan dan orang yang mengaku

telah mendapat panggilan, atau yang telah menjadi hamba Tuhan.

Dalam suatu Master Class, Pdt. Stephen Tong pernah berkata, “Mana ada hamba Tuhan

yang sejak muda itu sesat, tidak murni? Semuanya murni, baik, menjaga komitmen, hati, setia.

Tetapi kemudian berubah, sewaktu dia sudah berpuluh tahun dalam pelayanannya”. Pencobaan

Page 6: Ringkasan Kotbah Retret Khusus Calon hamba Tuhan

6

begitu kuat, hati begitu lemah, dunia begitu indah. Komitmen kita seperti uap yang hari ini ada,

esok akan memudar. Itulah manusia, itulah kita. Kita berubah di hadapan Tuhan yang setia.

Walaupun kita mengerti seluruh permasalahan ini, kita tetap sering kalah, kecuali Tuhan

memberikan pertolongan bagi kita.

Ayat yang kita baca tadi menekankan tiga hal:

1. Menjaga hati adalah tugas berat, yang Tuhan berikan kepada seluruh umat Kristen. Tugas ini

signifikansinya bertambah berat bagi hamba Tuhan. Keberhasilan atau kegagalan kita, sebagai

hamba Tuhan, bergantung dari bagaimana kita menjaga hati. Kegagalan kita bukan hanya akan

mengakibatkan guncangan bagi diri kita, namun juga guncangan, yang luar biasa besar, bagi

seluruh gereja dan pekerjaan Tuhan secara keseluruhan. Sebagai hamba Tuhan, kita tidak dapat

mengatakan “Ini adalah kehidupan pribadiku”. Oleh sebab Tuhan menempatkan hamba-hamba-

Nya pada kehidupan yang memiliki posisi yang memengaruhi.

2. Menjaga hati adalah tugas yang dilakukan secara terus-menerus, konstan dan rajin. Arti bahasa

aslinya memberi penekanan pada menjagai hati dengan seluruh usaha keras dan berlapis.

Menjaga hati merupakan tugas seumur hidup kita yang tidak pernah berakhir.

3. Ini urusan yang paling penting dari kehidupan orang percaya, terutama hamba Tuhan. Tanpa

menjaga hati, kita hanya menjalankan tradisi agama, semuanya tidak akan memberi arti apapun,

sebab Allah meminta kita melayani dari hati.

Menjadi hamba Tuhan adalah belas kasihan dan anugerah-Nya semata, bukan karena kita

baik atau memenuhi syarat sehingga Dia pasti akan memakai kita. Tidak semua hamba Tuhan pasti

dipakai oleh Tuhan, itu semata-mata kedaulatan Allah. Lalu mengapa kita harus memperhatikan

hal-hal yang akan kita bahas? Karena ini bukan syarat, namun kondisi hati orang-orang yang

dipakai Allah melalui proses pembentukan-Nya.

Beberapa hal dalam menjaga hati:

1. Tuhan membentuk hamba-Nya untuk mempunyai hati, yang hanya mencari pribadi Allah saja,

fokus pada mencari pengenalan dan penyertaan-Nya. Apa yang menjadi motivasi terdalam dari

hati saudara? Selidikilah itu! Lihatlah Paulus, dia seorang misionaris, seorang yang sangat

berpengaruh, membangun banyak gereja, berkorban begitu banyak bagi Kristus. Tapi ketika

ditanya apa yang menjadi keinginan hati Paulus, Paulus berkata, “Yang aku inginkan adalah

mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, dimana

aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan

Page 7: Ringkasan Kotbah Retret Khusus Calon hamba Tuhan

7

dari antara orang mati.”. Gairah pelayanannya itu lahir dari pertumbuhan pengenalan akan

Allah. Ketika pengenalan akan Allah itu ada, maka keinginan yang lain akan pudar. Kita tidak

lagi memedulikan: terkenal atau tidak, sulit atau mudah, ditempatkan dimana, di atas ratusan

orang atau beberapa puluh saja, ditahbiskan menjadi pendeta atau tidak. Satu hal yang kita

pedulikan hanyalah, apakah aku berhasil mengenal Dia atau tidak. Mintalah, jikalau belum

ada dalam hati kita. Seluruh motivasi yang lain akan bergeser, tapi motivasi ini akan tinggal

tetap dan akan menyinari seluruh jalan pelayanan kita. Dan juga mintalah kiranya Tuhan

memberikan kita kuasa untuk mempertahankan hal ini seumur hidup kita.

2. Jaga hati supaya sesuai dengan bentukan Tuhan, yaitu: ketulusan, kejujuran, keterbukaan,

kerelaan untuk diajar dan dihajar. Ketulusan berarti tidak ada niat buruk atau motivasi lain

selain kebaikan orang lain. Kejujuran yaitu apa yang di dalam hati dan apa yang di mulut selaras.

Keterbukaan yaitu hidup yang tembus pandang di hadapan Allah dan sesama. Kerelaan untuk

diajar dan dihajar, khususnya ketika kita bersalah kita memiliki kelembutan hati. Seluruh 4 hal

ini adalah ketetapan/keputusan hati, bukan proses dan tidak bisa minta tolong kepada orang lain,

dan bersifat here and now. Menjadi hamba Tuhan bukan berperang pribadi namun secara

komunitas, dan orang tidak mungkin dapat bekerja sama dengan kita, kalau mereka melihat

dalam diri kita tidak ada kejujuran, ketulusan, keterbukaan dan mau diajar.

3. Menjaga hati dengan berusaha mematikan dosa setiap hari. Lihat dalam diri kita, dosa apa yang

begitu jelas ada dalam diri kita. Matikan itu sekarang! Bahkan kalau perlu, mintalah bimbingan

orang-orang saleh, yang ada di atas kita, yang dapat kita percayai. Jangan menyerah! Masalah

utama adalah kalau kita menyerah dan akhirnya dosa itu merajalela dalam hidup kita. Setan

tahu kelemahan terbesar kita dan akan menggunakannya, ketika kita teledor untuk mematikan

dosa ini dalam hati kita, supaya gereja Tuhan hancur, iman runtuh dan nama Tuhan

dipermalukan.

Masih ada beberapa hal lain yang mendasar dalam menjaga hati, tapi 3 hal ini yang

mendasari semuanya. Kiranya Tuhan mengasihani kita semua, membentuk hati dan menguatkan

kita dalam menjaga hati, supaya kita menang sampai kesudahannya, menjadi hamba Tuhan, yang

setia sampai akhir.

Soli Deo Gloria!

Page 8: Ringkasan Kotbah Retret Khusus Calon hamba Tuhan

8

Sesi 3 – Talk show Kesulitan Menjadi Hamba Tuhan

Pdt. Ivan Adi Raharjo (Pdt. IAR), Pdt. Rudie Gunawan (Pdt. RG) dan Pdt. Jimmy Pardede

(Pdt. JP)

Aspek Normatif

Pdt. IAR: Apa itu menjadi hamba Tuhan?

Pdt. RG: Hamba bukan hanya bekerja dengan kekuatan sendiri, tetapi melakukannya di bawah

Tuhan yang memanggil dan memelihara panggilan-Nya. Hingga dari yang sebelumnya

full-time akhirnya berubah menjadi full-heart.

Pdt. JP: Panggilan menjadi hamba Tuhan berkaitan dengan pemberitaan Firman Tuhan, baik dalam

pemberitaan Injil maupun membentuk komunitas yang disucikan Tuhan. Seperti yang

dikatakan Luther bahwa “Saya berkhotbah memberitakan Firman dan Firman yang

melakukan semuanya.” Sebagai hamba Tuhan, kita memiliki tuntutan menjadi wakil

Tuhan yakni membimbing umat Tuhan.

Pdt. IAR: Apakah tidak bisa, jika kita memberitakan Firman, menggembalakan gereja, sambil

bekerja sampingan? Bukannya justru malah menolong, dan tidak membebani gereja;

jadi mandiri, dan self-sufficient?

Pdt. RG: Tidak salah bekerja dalam dunia profesional, karena tidak mungkin semua orang jadi

pendeta. Tuhan juga tempatkan orang di berbagai lini dan sudut bagi kepentingan Tuhan

dalam kerajaan-Nya; tapi jika seseorang dipanggil Tuhan untuk sepenuh hati, maka dia

akan dipimpin Tuhan dalam kesejahteraan, meninggalkan kegelisahan yang ada, kepada

kegelisahan yang selanjutnya, dalam sejahtera yang selanjutnya pula.

Pdt. JP: Setiap kasus berbeda-beda. Secara umum jika orang dipanggil menjadi hamba Tuhan,

memimpin gereja, atau mengajar, maka dia perlu konsentrasi dan berikan seluruh waktu

untuk itu. Kecuali, kalau kita pikir ini pekerjaan yang bisa dilakukan sambilan; sambil

bekerja di kantor, sambil persiapan khotbah 15 menit selesai, tetapi dengan begitu kita

Page 9: Ringkasan Kotbah Retret Khusus Calon hamba Tuhan

9

tidak bisa menjadi pelayan Tuhan yang efektif. Tentu ada kasus-kasus seperti Paulus,

pada saat itu dipanggil sebagai tent maker (tukang tenda). Akan tetapi, ada perbedaan

dengan konteks kita sekarang. Gereja Tuhan bertanggung jawab untuk support kehidupan

hamba Tuhan, dan hamba Tuhan bertanggung jawab kepada Tuhan, untuk mengerjakan

panggilannya. Sebagai hamba Tuhan, kita juga harus sadar, bahwa kita memiliki

tanggung jawab untuk memperlengkapi jemaat, untuk hidup di ruang publik dengan

teologi yang alkitabiah. Oleh karena itu, alangkah baik dan bertanggung jawabnya, jika

kita pada zaman ini, fokus dengan panggilan yang Tuhan berikan kepada kita, yakni yang

dipanggil menjadi hamba Tuhan penuh waktu. Hal ini berarti, meninggalkan pekerjaan

dunia dan secara penuh waktu melayani Tuhan; tidak membagi waktu dengan bisnis lagi,

karena tidak akan ada habisnya jika kita ingin menjadi hamba Tuhan yang maksimal.

Pdt. IAR: Dalam menggumulkan panggilan, bagaimana saya tahu bahwa saya ini dipanggil oleh

Tuhan dan bagaimana proses menggumulkan panggilan tersebut?

Pdt. RG: Mengutip Pak Tong, “Bagi setiap kita yang menghadapi calling berkenaan dengan

melayani sepenuh hati, jika hatimu tidak tenang, gelisah, itu jangan dibiarkan. Ikuti itu

dan tanyakan kepada Tuhan. Jika boleh minta izin tenggang waktu sambil bekerja

memberikan yang terbaik, sampai kita mengambil keputusan yang matang dan jelas,

sehingga kita akan siap pada waktunya.” Ulangan 8:2 sebagai analogi, padang gurun itu

suatu tempat yang akan menguji hidup kita. Itu sebabnya, jika perlu mengambil

tenggang waktu untuk study dalam seminar-seminar atau memperpanjang pelayanannya

sebagai kaum awam, hingga makin mendekat kepada urusan yang menggelisahkan.

Biasanya di dalam calling, hati itu akan lebih hidup. Panggilan itu bisa lebih hidup lagi

atau akan selalu dihidupkan. Itu salah satu tandanya.

Pdt. JP: Setiap pengalaman orang berbeda-beda, tidak dapat dipukul rata, tapi tentunya keseriusan

respons kita untuk (tahu panggilan dan mempersiapkan) jadi hamba Tuhan itu

menentukan. Ada orang yang dipanggil setelah melihat kehidupan hamba Tuhan yang

menakjubkan, atau kisah kehidupan misionaris yang menggugah dan jadi ingin berbagian,

atau karena didoakan orang, ikut KKR, atau dia sendiri merasa ada Firman yang dia ingin

Page 10: Ringkasan Kotbah Retret Khusus Calon hamba Tuhan

10

bagikan kepada orang lain, dan bermacam-macam cara lainnya. Hal pertama, pasti ada

konfirmasi dari orang lain, komunitas dalam gereja, dan orang-orang rohani, bahwa kita

bisa memberkati orang lain jika kita menjadi hamba Tuhan. Konfirmasi itu penting karena

kita tidak menjalankan panggilan sendiri, kita bagian dari gereja. Selain itu, diperlukan

keseriusan (komitmen) kita untuk kejar, persiapkan diri dengan baca buku dan belajar

bahasa dengan tekun.

Aspek Situasional

Pdt. IAR: Bagaimana kita menanggapi aspek keuangan, keluarga, dan kondisi kesehatan dalam

pergumulan menjadi hamba Tuhan?

Pdt. JP: Seseorang yang mau jadi hamba Tuhan akan melayani gereja, karena itu harus belajar

mengatur keuangan. Alkitab mengingatkan, agar jangan dikendalikan oleh uang; namun

bukan berarti uang tidak penting, sebab Alkitab juga berbicara mengenai pengaturan uang.

Jadi, harus ada target, rencana, perkiraan jumlah yang diperlukan, bagaimana

mendapatkan. Ini akan menjadi ujian awal yang harus kita pertanggungjawabkan.

Pdt. RG: Ketika Tuhan memanggil kita, Tuhan akan memberikan kecukupan dalam panggilan itu

dan kita berhak untuk meminta, mempersiapkannya, dan menguji dengan jelas. Dalam

brosur sudah jelas, untuk menyelesaikan M.Th berapa dana yang diperlukan. Satu

semester itu berapa. Itu semua bisa dihitung. Jadi, jika jumlahnya jelas, kita harus tahu

cara mendapatkan uang ini. Apakah dari tabungan, kerja banting tulang untuk memenuhi

tabungan itu, atau sponsor. Namun, yang terpenting adalah panggilan sudah jelas, tetapi

jika terjadi perubahan, maka itu akan menjadi perjalanan padang gurun; Tuhan akan

membentuk dan menguji. Pak Tong mengatakan “Kalau ada panggilan, tidak boleh ada

yang menghalangi, termasuk keuangan.” Jadi, kalau ada orang kurang biaya, tetap jalan.

Apalagi kalau sudah cukup atau lebih, pasti harus jalan.

Page 11: Ringkasan Kotbah Retret Khusus Calon hamba Tuhan

11

Aspek Eksistensial atau Pergumulan Secara Batin

Pdt. IAR: Bagaimana dengan pergumulan batin seperti merasa tidak layak, kurang pandai,

terintimidasi nilai TOEFL, pernah jatuh dalam dosa yang akan jadi batu sandungan,

atau merasa kurang pandai bicara?

Pdt. RG: Kunci utamanya adalah pengendalian diri. Dengan jujur sadar diri ada penyakit,

pantangan, ada lemah jiwa maka harus jaga diri, jangan sampai kambuh. Kesehatan bisa

dikendalikan. Sama halnya dengan dosa, jangan berdosa terus, kendalikan diri. Firman

Tuhan dalam Kejadian 4, memperingatkan Kain untuk tidak terperdaya dosa, itu juga

jadi peringatan untuk kita. Jika panggilan Tuhan jelas dan keras, masuk STT tidak boleh

terhalangi kesehatan, kelemahan, atau pun pernah berdosa. Di sinilah kita justru melihat

bagaimana Tuhan mengajar kita mengendalikan diri kita dan dunia di sekitar kita dengan

pertolongan dan pimpinan Tuhan. Setiap kita punya pergumulan, tapi dalam beberapa

hal justru ini jadi hal yang bisa mempermuliakan Tuhan.

Pdt. JP: Jikalau kita tahu bahwa panggilan Tuhan penting, maka pasti ada keseriusan. Kalau bahasa

Inggris kurang, maka kejar, TOEFL bisa dikejar. Orang yang sungguh-sungguh mau

menjadi hamba Tuhan harus mengejar panggilan kita, karena di pekerjaan apa pun juga

seperti itu.

Pdt. IAR: Saya sendiri juga orang yang tidak bisa bicara, introvert, tidak terbiasa berbicara di

depan umum. Tetapi akhirnya saya berani masuk STT karena membaca buku J.I. Packer

Penginjilan dan Kedaulatan Allah. Pada buku tersebut Packer menyatakan “Pada

akhirnya manusia bisa bertobat bukan karena kehebatan kita. Justru kita berani

menginjili karena Tuhan-lah yang sudah mempersiapkan hati orang itu, bekerja dalam

hati orang-orang itu. Selama kita setia memberitakan Firman, maka beritakanlah Firman

saja, dan serahkan kepada Tuhan.” Membaca itu saya merasa ditegur dan sadar, bahwa

saya jadi hamba Tuhan itu karena belas kasihan Tuhan saja.

Page 12: Ringkasan Kotbah Retret Khusus Calon hamba Tuhan

12

Sesi 4

Pdt. Johanis Putratama Kamuri

Lukas 9:57-62

Dalam merespons panggilan Tuhan, banyak yang harus dipertimbangkan, tetapi yang tidak

boleh dilupakan adalah perjumpaan dengan Kristus yang menawan hati kita untuk melayani Dia.

Lukas menulis pasal 1-8 untuk menceritakan siapa Tuhan Yesus, dan pasal 9 seterusnya berbicara

mengenai orang-orang yang melayani Dia. Berdasarkan pengenalan yang benar akan Yesus, kita

digerakkan untuk melayani Dia. Ada sejumlah tuntutan Allah dalam kehidupan seorang hamba

Tuhan.

Pertama, seorang hamba Tuhan digerakkan oleh cinta kasih Allah, bukan ambisinya,

hatinya ditawan oleh cinta kasih. Orang yang pertama, tak mendapat panggilan dari Yesus tapi

mengajukan diri, karena ia melihat kemuliaan Yesus dalam pelayanan-Nya yang sukses dan

berhasil. Ini bukan keinginan untuk melayani-Nya, melainkan sebuah tawaran atau proposal untuk

memuaskan keinginannya mengikut Kristus. Banyak orang ingin mengikut Yesus bukan karena

melihat Allah yang mulia, menebus dan memanggil dia, tetapi karena ada banyak hal yang

memberi keuntungan. Paling tidak, ada sukacita di dalam hati. Belum lagi materi, penerimaan dan

signifikansi diri. Ini tak boleh diletakkan di depan sebagai tujuan, tetapi sebagai konsekuensi

mengikut Dia dengan sungguh-sungguh. Jadi, bukan menuntut Kristus memberikan sesuatu bagi

kita. N.T. Wright mengatakan, “Saat kita melayani Dia, itu harus berdasarkan pengenalan akan

Kristus”. Karena itu, semakin mengenal Kristus yang dideskripsikan di Alkitab, semakin kita ingin

melayani Dia. Fungsi teologi adalah bukan hanya memberikan sistem teologi, tapi pengenalan

yang semakin dalam akan Kristus yang kita layani. Perjumpaan kita dengan Kristus yang mulia,

yang akan menawan hati kita. Pengajaran yang berpusat pada Kristus mendorong kita

mempermuliakan-Nya dan memuaskan hati-Nya. Sekolah teologi yang baik mengarahkan

pandangan mahasiswanya kepada Yesus untuk menjadi pelayan Tuhan yang baik. Jangan berpikir

nanti akan menjadi begini begitu, misalnya menjadi seperti Pdt. Stephen Tong, sebab kita tidak

memikirkan bagaimana pergumulan beliau jadi Pendeta. Tinggalkan ambisi yang tak sesuai

dengan kehendak Allah. Ketika Allah menempatkan kita di tempat yang tak diinginkan, hal yang

membuat kita bertahan sampai akhir adalah pengenalan akan Kristus. Bukan menuntut Allah untuk

menyenangkan hati kita sampai puas, tapi menuntut diri kita untuk melayani Allah walau

Page 13: Ringkasan Kotbah Retret Khusus Calon hamba Tuhan

13

ditempatkan di konteks pelayanan paling sulit sekalipun. Maka, bukan ditawan ambisi, tetapi hati

yang ditawan cinta kepada Allah.

Kedua, hamba Tuhan dipanggil mengerjakan hal yang sangat penting untuk memuliakan

Allah. Orang kedua menjawab mau menguburkan ayahnya. Tetapi sebenarnya ayahnya masih

hidup, sebab ayahnya masih bisa berada di ruang publik dan tidak ditolak orang banyak. Namun

demikian, hal itu bukan dusta, melainkan jawaban jujur dari seorang Yahudi yang taat. Hukum

tertinggi Yahudi yang paling bertanggung jawab adalah hukum kelima, menemani ayahnya sampai

meninggal lalu menguburkan tulang ayahnya. Dia mau ikut panggilan tapi menundanya sampai

bisa selesai berbakti dulu kepada orang tua. Dia menunda panggilan Allah yang sangat penting

sampai waktu yang tak terbatas. Yesus mengatakan, “Biar orang mati menguburkan orang mati”.

Menguburkan orang mati itu penting, tapi hal itu bisa dikerjakan oleh siapa saja, baik oleh yang

sudah lahir baru maupun yang belum lahir baru. Tetapi panggilan melayani Allah hanya bisa

dilakukan oleh orang yang sudah mengalami penebusan Kristus. Maka panggilan melayani gereja

Tuhan adalah prioritas yang lebih penting. Pdt. Stephen Tong berkata, bahwa Allah melihat bumi

sebagai pusat. Dalam seluruh bumi, manusia sebagai pusat. Dari seluruh manusia, gereja sebagai

pusat. Allah meletakkan isi hati-Nya dalam gereja. Bagaimana mungkin kita tak meletakkan hati

kita kepada gereja? Allah meletakkan kita ke tempat yang sulit tapi sangat terhormat. Allah

meletakkan kita untuk melayani gereja-Nya hari demi hari. Bagi banyak orang, itu melelahkan dan

membosankan. Ketika Saulus menganiaya gereja Tuhan, Allah bertanya, “Mengapa engkau

menganiaya Aku?” Di tengah pekerjaan kita, Allah menggelisahkan kita untuk

mempertimbangkan panggilan. Saya melihat 51 % dari seluruh yang daftar sudah bekerja, tapi

Tuhan menggelisahkan Anda untuk mempertimbangkan panggilan jadi hamba Tuhan. Kalau terus

digelisahkan, jangan pikir Anda akan menghidupi hidup yang lebih baik. Jangan pikir jika bertahan

di pekerjaan itu, Anda berada dalam posisi terbaik. Posisi terbaik umat Allah adalah berdiri di

mana Allah mau mereka berdiri. Terimalah itu karena itu panggilan yang mulia. Tantangan

pertama adalah ambisi dan yang kedua adalah di dunia ada banyak hal yang baik sehingga kita

jadi enggan.

Ketiga, kita ditahan menggenapi panggilan Allah padahal itu adalah hal yang personal,

maka kita harus merespons juga dengan personal. Saat Elia panggil Elisa, Elisa sudah ambil

keputusan menjalankan panggilan Tuhan. Sedangkan orang ketiga ini ingin mendiskusikan dengan

keluarganya, maka Tuhan menyatakan yang mau melayani tetapi menoleh ke belakang, maka dia

Page 14: Ringkasan Kotbah Retret Khusus Calon hamba Tuhan

14

tidak layak. Jadi, panggilan untuk ikut Tuhan adalah panggilan yang sangat personal, tidak dapat

diserahkan ke orang lain, dan terus berlangsung sampai Allah bilang, “Sudah cukup perjalananmu

menjadi hamba Tuhan.” Saya tidak tahu apa yang jadi pergumulan Saudara sebagai orang yang

menggumulkan panggilan, tetapi jika ada banyak pertimbangan manusia, yang membuat Anda

enggan untuk menjadi hamba Tuhan, melayani Tuhan sepenuh waktu dengan komitmen penuh,

maka ada satu hal yang perlu kita pertimbangkan pada saat ini. Pertimbangkan bahwa ini bukan

sekedar pekerjaan mulia, tetapi Tuhan ingin Anda mengambil keputusan yang tepat, bukan untuk

diserahkan kepada orang lain. Kalau kita berurusan dengan manusia, kita bisa mencapai win-win

solution dengan bernegosiasi, tapi dalam berurusan dengan Tuhan, kita yang harus mencocokkan

perasaan kita dengan perasaan Tuhan Sang Empunya Pelayanan. Jika kita mengambil keputusan

untuk mengikuti panggilan Tuhan, mari kita kerjakan dengan serius, karena itu adalah hal yang

mulia dan baik yang dipercayakan kepada umat Allah. Mari merespons dengan baik dan sungguh-

sungguh panggilan kita, sehingga pada saat Kristus datang, kita bisa mempertanggungjawabkan

kembali panggilan kita kepada Kristus yang mulia.

Page 15: Ringkasan Kotbah Retret Khusus Calon hamba Tuhan

15

Sesi 5 - Panggilan dan Respons kepada Tuhan

Pdt. Stephen Tong

Banyak alasan yang dipakai oleh manusia untuk menolak panggilan Tuhan. Tuhan yang

memanggil tidak pernah gagal, yang gagal adalah yang menolak. Manusia memanggil karena dia

perlu. Saya panggil tukang karena perlu tukang, tapi Tuhan panggil hamba-Nya bukan karena Dia

butuh. Allah tidak pernah membutuhkan kita. Dia memberikan kita kesempatan, dan kita

diletakkan dalam anugerah serta belas kasihan untuk dilibatkan dalam kesempatan melayani Dia.

Dia tidak membuang, namun rela dan mau memakai kita, Dia menyatakan anugerah-Nya dengan

melibatkan kita dalam pekerjaan-Nya. Ini konsep yang paling penting. Banyak orang kira kalau

dipanggil itu karena Tuhan perlu dan nanti gereja akan dapat berkat, itu salah. Tidak perlu ada kita

bahkan tidak perlu ada keberadaan kita dalam rencana Tuhan, sama sekali tidak perlu. Tidak ada

ciptaan yang Dia perlukan untuk menolong.

Saya pernah terima konsep ini 60 tahun yang lalu di Semarang: Gereja adalah satu tempat

di mana setiap orang bisa berkontribusi tapi tak ada orang yang memiliki. Dari kalimat tersebut,

“kontribusi” berarti semua harus berkorban dan beri persembahan, melayani, berbagian. Tetapi

prinsip kedua, yang punya banyak uang tetap tidak memiliki gereja karena gereja dimiliki hanya

oleh Tuhan dan Tuhan cukupi semua yang dibutuhkan dalam kerajaan-Nya. Ia bagikan kesempatan,

hak istimewa, bakat, dan potensi kepada semua orang yang tidak layak supaya dapat berbagian

dalam pelayanan dalam belas kasihan-Nya. Konsep ini dari 2 Kor 4:1 yaitu karena kemurahan

Allah maka kami menerima pelayanan ini.

Saya bisa melayani, berkhotbah, pergi sana sini karena belas kasihan Tuhan. Saya selalu

pikir 1 kalimat dan pegang teguh selama 60 tahun, “Saya tidak pernah kerja bagi Tuhan seumur

hidup. Saya hanya diberi kesempatan dan hak istimewa bagi Tuhan untuk kerja”. Waktu saya letih

lesu, saya hanya diberi kesempatan melihat Tuhan bekerja. Selesai khotbah, Tuhan yang

mendorong saya memberanikan diri minta jemaat mengangkat tangan bagi yang menerima Tuhan.

Paling banyak waktu itu 95% orang dari 8 ribu orang. Sisa sedikit sekali yang tidak maju dan

kemungkinan itu adalah orang tua yang tidak bisa jalan, sakit, tidak gampang gerak atau tidak

dapat berjalan cepat. Tetapi hati mereka tetap mau ke depan. Mereka kebanyakan sudah orang

Kristen tapi mereka masih merasa gerakan Tuhan, pimpinan dan anugerah Tuhan begitu besar.

Mereka berespons kepada anugerah Tuhan.

Page 16: Ringkasan Kotbah Retret Khusus Calon hamba Tuhan

16

Kalau tidak ada pimpinan Tuhan dengan jelas, jangan melakukan panggilan kepada jemaat

karena itu begitu suci, anggun serius dan penting. Kalau orang terus diberikan panggilan dengan

sembarangan, tidak ada pimpinan jelas, panggilan kepada jemaat akan membuat orang menghina

Tuhan dan lecehkan kebaktian. Selain itu, mereka tidak akan menghiraukan apa yang disebut

panggilan Tuhan. Maka kalau ada panggilan Tuhan, Anda jangan cepat-cepat tolak karena ini

serius di mana Tuhan sedang bekerja mengajak manusia menjadi rekan-Nya.

Tuhan panggil karena Tuhan mau membagikan kemuliaan bagi orang yang malu, tidak

layak, dan tidak patut melayani. Oleh sebab itu, barang siapa yang menolak panggilan Tuhan, dia

akan berjalan sendiri dengan suram dan pesimis, tanpa pengharapan, menuju ke neraka atau hidup

yang sia-sia, tidak ada makna dan tanpa hasil di dalam kehidupan seumur hidup dia. Ada anak

muda yang kaya datang mencari Tuhan dan bertanya mengenai apa yang perlu kukejar untuk

mendapat hidup kekal? Tuhan langsung mengajar: ada orang yang kelihatan tuntut kerohanian

tetapi kenyataannya dia sangat siap menolak panggilan Tuhan; orang yang kelihatan rendah hati

tetapi sebenarnya dia sombong. “Buanglah segala sesuatu kekayaan yang kau miliki dan bagikan

ke orang miskin dan ikutlah Aku”. Itu sama seperti Yesus yang berbicara kepada Petrus “Come

and Follow Me”. Anak muda ini kalau diterima pasti jadi murid ke-13, tapi kenyataannya setelah

dia mendengar perkataan itu, dia tidak ada jawaban, mukanya menjadi murung dan sedih dan dia

pergi. Ada pelukis yang mencoba mengilustrasikan peristiwa ini melalui lukisannya. Dia membuat

tangan orang itu langsung diletakan ke belakang dan langsung menghitung cincin di 10 jarinya.

Hal ini menandakan dia seorang yang kaya. Pelukis ini adalah pelukis yang bagus, karena dia bisa

menggambarkan orang kaya yang mencintai hartanya.

Saya kenal seorang kaya berusia kurang dari 26 tahun yang punya beberapa gedung 2 juta

dolar ke atas. Tetapi tidak ada satu pun orang kaya yang mempengaruhi saya dalam melayani

Tuhan. Saya tidak ikut orang itu, dia minta saya dari Jakarta ke kotanya supaya bekerja di

perusahaannya dengan gaji 1 juta dolar. Itu panggilan karena dia perlu, tetapi itu bukan panggilan

Tuhan. Saya hari ini sebagai orang tua yang sudah melayani 64 tahun berkata: “Buang segala

lingkungan yang menarik, menggoda, menghambat engkau. Saya perintahkan kamu untuk berani

teriakkan: setan pergilah! Saya mau melayani Tuhan!” Saya memerintahkan engkau untuk berani

mengatakan ini. Kalau sudah dengar dari Tuhan, tidak ada kompromi dan diskusi lagi ke ayah, ibu,

bahkan pacar. Lalu lihat reaksi mereka yang melawan, menggoda, dan menghambat engkau.

Kepada orang kaya itu, saya berkata: saya tidak akan pindahkan kaki saya kalau tidak jelas

Page 17: Ringkasan Kotbah Retret Khusus Calon hamba Tuhan

17

panggilan Tuhan. Maka 20 tahun kemudian, orang kaya ini bangkrut dengan hutang 250 juta dolar

Amerika. Padahal umur 18 dia pernah dipanggil jadi hamba Tuhan tetapi dia tolak. Saya dipanggil

pada usia 17 tahun, sampai sekarang saya tetap menjadi hamba Tuhan walaupun naik turun mimbar

perlu bantuan 2 orang.

Sejak umur 17 sampai hari ini, saya selalu bertanggung jawab dalam menyampaikan apa

yang saya sampaikan. Maka saya katakan pada hari ini kepada sembilan ratusan orang yang

dipanggil Tuhan, takutlah akan Tuhan dan hindarkan diri dari api neraka. Kalau jelas itu panggilan

Tuhan, tetapi ada halangan, katakan, “Enyahlah setan!”. Banyak orang yang tidak mau ikut Tuhan

adalah karena kekayaan, takut gagal, miskin, tidak makan, dll. Tetapi saya jamin, tidak mungkin

kamu mati kelaparan. Karena Dia akan menyediakan apa yang kau perlukan setiap hari.

Tuhan bukan pengemis, tukang minta-minta. Dia panggil bukan karena perlu dan inginkan

sesuatu. Kristus tidak perlu diberikan sesuatu karena Dia adalah sumber pemberi segalanya.

Semoga apa yang kamu dengar dapat menjadi kesan dalam dirimu untuk jadi pesan seumur

hidupmu. Murid ada 2 macam, yang pertama punya banyak potensi tapi rendah hati. Dan ada juga

yang tidak tahu apa-apa tetapi kritik terus lalu akhirnya keluar. Kiranya di antara 900 orang yang

ikut retret saya yakin ada yang dipanggil Tuhan dan digerakkan oleh Roh Kudus untuk jadi hamba

Tuhan yang layak dipakai. Harap Tuhan bekerja lebih mendalam sampai kehendak yang terindah

bagi engkau dan terindah dari Dia boleh sungguh-sungguh terjadi dalam gerakan Reformed Injili

Indonesia.

Page 18: Ringkasan Kotbah Retret Khusus Calon hamba Tuhan

18

24 April 2021

Pembukaan

Pdt. Stephen Tong

Retret ini dipersiapkan untuk orang-orang yang mau melayani Tuhan. Retret ini adalah

salah satu acara yang paling penting, karena semua kebaktian lain merupakan panggilan Tuhan

untuk mengikut Dia, tetapi kali ini adalah pilihan Tuhan untuk menjadikan hamba-Nya. Tuhan

berkata, “Yang dipanggil banyak, yang dipilih sedikit.” Saya harap yang hadir di sini mendengar

dengan jelas panggilan Tuhan dan taat kepada Tuhan. Dunia ini sedang lenyap dengan segala hawa

nafsunya, tetapi mereka yang melakukan kehendak Tuhan tetap hidup kekal. Apakah kita sadar

bahwa orang yang melakukan kehendak Tuhan begitu penting? Meski secara jumlah sangat sedikit

jika dibandingkan dengan orang yang melawan Tuhan, tetapi ini adalah focal point of the will of

God in the universe (poin terutama pada kehendak Tuhan di dalam alam semesta).

Satu kali di Jerman, organ pipa yang paling besar berada di dalam sebuah gereja. Penjaga

gereja itu diperintahkan untuk tidak membiarkan siapa pun memainkan organ itu. Pada suatu hari,

seorang muda datang dan meminta ijin untuk memainkannya. Penjaga itu menolak. Namun,

pemuda itu tidak menyerah dan terus memohon agar dia diperbolehkan memainkan organ itu.

Karena melihat kesungguhan pemuda itu, maka penjaga yang sudah tua itu pun memberi ijin.

Ketika pemuda itu mulai memainkan organ, maka terdengarlah suara seperti suara dari surga,

begitu indah, begitu agung, begitu merdu, begitu rumit namun harmonis, sesuatu yang tidak pernah

dia dengar sebelumnya. Orang tua itu tidak menyangka bahwa organ itu dapat mengeluarkan

musik seindah itu. Setelah pemuda itu selesai bermain, maka ia menanyakan namanya. Pemuda

itu dengan rendah hati menjawab bahwa dia adalah Felix Mendelssohn. Orang tua itu sangat kaget

mendengarnya dan ia tidak henti-hentinya menyesal karena dia hampir saja tidak mengizinkan

Mendelssohn memainkan organ tersebut.

Ada seorang anak perempuan Indonesia belajar musik di Austria. Pada satu hari,

profesornya mengeluarkan biola miliknya dan meminta dia memainkan biola tersebut. Mendengar

permainannya, profesor itu sangat senang karena mendengar suara biola itu begitu indah di tangan

anak perempuan itu. Selama ini biola itu tidak pernah mengeluarkan suara seindah itu di dalam

tangannya sendiri. Maka profesor itu berkata, “Sekarang saya sadar bahwa jika biola ini seumur

Page 19: Ringkasan Kotbah Retret Khusus Calon hamba Tuhan

19

hidup di tangan saya, ia akan kehilangan mutu dan nilainya. Biola ini harus berada di tanganmu.”

Maka ia memberikan biola yang berharga jutaan dolar itu kepada anak perempuan itu. Anak

perempuan itu membawa biola itu kembali ke Indonesia dan sekarang ia menjadi pemimpin

simfoni orkestra yang pernah bekerja sama dengan kita.

Seorang pemain selo terbaik di dunia yang bernama Jacqueline du Pré mengalami penyakit

di usia sekitar 30 tahun, yang menyebabkan saraf tangannya rusak sehingga ia tidak lagi bisa

bermain selo. Sebelum ia meninggal, ia mengerjakan satu hal yang sangat indah. Dia memutuskan

untuk memberikan selo miliknya, yang berharga jutaan dolar, kepada seorang Tionghoa yang

adalah pemain selo terbaik di seluruh dunia, yaitu Yo-yo Ma. Dirimu adalah suatu hidup yang

dicipta oleh Tuhan, seperti alat musik yang bernilai tinggi sekali. Tetapi saya mau bertanya,

siapakah yang memainkan alat musik itu dalam hidupmu? Engkau dipakai bos besar dan diberikan

gaji yang besar, dipermainkan oleh orang yang menginginkan kepandaianmu, tetapi tidak pernah

mengeluarkan suara yang paling baik dalam hidupmu. Hanya jika ada yang datang dan berkata, “I

am Jesus Christ your Lord. If you give your life to Me, I will make it more valuable through you

and in your life.” Jikalau Tuhan mau memakai kita dan bukan karena kemauan kita, biarlah kita

berkata, “Yes, Lord, I am here.” Tuhan sabdalah, hamba dengar. Ku mau taat pimpinan-Mu.

Page 20: Ringkasan Kotbah Retret Khusus Calon hamba Tuhan

20

Sesi 6 – STTRII dan Panggilannya

Pdt. Billy Kristanto

Apakah yang menjadi keunikan Reformed Theology? Teologi Reformed menekankan

mandat Injil dan mandat budaya.

1. Mandat Injil (Evangelical Mandate) - Mandat Injil berarti setiap orang percaya dipanggil untuk

memberitakan Injil dan menjadikan Injil sebagai kisah hidup kita. Kitab-kitab Injil menyajikan

kisah cerita yang membebaskan manusia dari dosa dan situasi yang memenjarakan hidup

manusia. Di dunia, dalam setiap zaman selalu ada penindasan, berita buruk dan situasi buruk

yang berbeda-beda. Maka saat kita mempelajari Teologi Reformed Injili, kita harus mengerti

apa tantangan yang sedang kita hadapi. Kalau kita berkomitmen bahwa pelayanan kita berpusat

pada Injil, maka kita tidak bisa memberitakan Injil tanpa konteks. Teologi Reformed

berkomitmen pada Alkitab dan membaca konteks dengan tepat. Konteks kita di Indonesia ada

sekularisme, fisikalisme atau naturalisme yang menolak realitas dari dimensi rohani, dan

radikalisme agama. Kita percaya Injil tetaplah good news bagi radikalisme agama. Lalu apa

kabar baik untuk orang-orang yang digerakkan oleh ketakutan dan teror? Injil berbicara tentang

kasih dan bukan ketakutan. Ini yang bisa kita gali dan kembangkan. Orang yang mempelajari

Teologi Reformed tidak mungkin bosan, karena tidak selesai-selesai urusannya dan tidak akan

kehabisan bahan, karena ada banyak sekali yang bisa digali. Kitab Suci sendiri tidak habis-habis

digali, apalagi diaplikasikan dalam konteks hidup kita. Selain itu, konteks kita juga bisa Neo-

Marxisme, kapitalisme, political correctness, ecclesiastical correctness, dan lain-lain.

2. Mandat budaya (Cultural Mandate) - Orang percaya ditebus oleh Kristus sehingga bisa

melakukan mandat budaya yang gagal dilakukan saat manusia jatuh di taman Eden. Kalau kita

mengerti penebusan Kristus, maka kita mengerti mandat budaya yaitu menghidupi kisah dan

prinsip kerajaan Allah. Mandat budaya mempersiapkan orang Kristen masuk ke dalam berbagai

aspek di arena kehidupan. Ada aspek gerejawi, tapi ada juga tanggung jawab keluarga yang

tidak bisa ditelan begitu saja. Selain itu, ada juga aspek pendidikan. Di dalam gerakan Reformed

Injili ada Sekolah Kristen Calvin dan Calvin Institute of Technology yang menggumulkan

panggilan di bidang pendidikan. Aspek lain lagi adalah pemerintahan, yakni bagaimana

hubungan church and state, tanggung jawab orang Kristen di dunia politik. Bagaimana

menghadirkan spirit kisah Kerajaan Allah di dalam area politik? Kemudian, ada bidang media

Page 21: Ringkasan Kotbah Retret Khusus Calon hamba Tuhan

21

yang mungkin baru sekitar 50 tahun terakhir, yakni setelah media sosial mulai booming. Waktu

kita bicara kehadiran kerajaan Allah di dalam dunia media, benturan dan penebusannya

bagaimana? Selain itu, ada dunia seni. Kalau kita tidak berhati-hati dengan Arts, maka ini dapat

membawa kita pada idolatry, karena seni berurusan dengan keindahan.

Terakhir, Dooyeweerd mengingatkan bahwa sebagai orang percaya kita harus dapat

melihat worldview yang reduktif. Misalnya Marxisme dan Kapitalisme itu economic reductionism,

karena melihat segala sesuatu dari perspektif ekonomi saja, padahal kita perlu modus yang lain

untuk menyorotinya. Ketika kita mempelajari Reformed Theology dengan benar, kita akan ditolong

untuk menguraikan reduksi-reduksi dalam kehidupan. Kita menyadari bahwa kita menyajikan

suatu kisah Injil yang selalu membebaskan dan bukan membawa kita kepada hidup yang reduktif,

tetapi seperti yang Yesus katakan: hidup dalam segala kelimpahannya, hidup yang

mempersembahkan diri ke hadapan Tuhan untuk menjadi berkat bagi Saudara yang lain. Kiranya

ini bisa menjadi kisah hidup Saudara juga.

Pdt. Benyamin F. Intan

1 Korintus 7:20

Dalam bagian ini, kita bisa melihat bahwa ada dua panggilan kepada umat Tuhan. Pertama,

dipanggil Allah untuk menjadi umat Tuhan. Ini disebut sebagai general calling. Tetapi ada juga

panggilan kedua, yaitu “tinggal dalam keadaan.” Ketika kita menjadi orang Kristen, Tuhan

memanggil kita untuk menjadi saksi, menjadi garam dan terang dunia, apa pun posisi kita pada

saat itu. Paulus dalam 1 Tesalonika 1:9 mengatakan bahwa pertobatan orang Kristen bukan sekedar

berbalik dari berhala kepada Allah, tetapi melayani Allah yang hidup. Dalam Efesus 4:28, Paulus

mengatakan pencuri jangan lagi mencuri, tetapi bekerja dengan tangannya dan menolong orang

yang berkekurangan. Maka, menjadi orang Kristen itu bukan hanya berbalik arah, tetapi perilaku

hidupnya berubah secara total. Saat kita menjadi orang Kristen, bukan hanya cara berpikir kita

yang diubah, tetapi juga afeksi kita yang mempengaruhi tingkah laku kita.

Sekolah teologi juga mempunyai prinsip yang sama. Sekolah tinggi teologi bukan hanya

sekedar mengisi pengetahuan (knowledge transfer). Sekolah tinggi teologi harus menyentuh afeksi

dan sampai pada tingkah laku kita yang positif. Dosen STTRII bukan hanya sekedar bisa mengajar,

tetapi harus mempunyai jiwa penginjilan dan penggembalaan yang sesuai dengan Efesus 4:11.

Page 22: Ringkasan Kotbah Retret Khusus Calon hamba Tuhan

22

Output utama STTRII adalah fokus kepada gereja. Alumni STTRII masuk dalam pelayanan gereja,

penginjilan, penggembalaan, dan pengajaran.

Keunikan lain dari STTRII adalah juga fokus kepada Teologi Publik. Saat kita menjadi

orang Kristen, kita juga menjadi saksi Tuhan di dalam jejaring sosial yang Tuhan berikan kepada

kita. Kuyper mengatakan bahwa tidak ada satu inci pun dalam kehidupan manusia di mana Yesus

tidak mengatakan, “It is Mine.” Karl Barth mengatakan bahwa seorang teolog yang baik itu

memegang Alkitab di tangan kanannya dan newspaper di tangan kirinya. Apa yang terjadi (aspek

deskriptif) harus dipandang dari perspektif Firman Tuhan (aspek normatif) yang menghakimi

setiap aspek deskriptif itu. David Tracy mengatakan ada tiga hal di dalam hal kita belajar Teologi

Publik, yaitu:

1. Theology of the church. Hamba Tuhan di gereja memegang peranan yang sangat penting. Dalam

kaitan dengan hal ini, Kuyper mengatakan bahwa yang penting bukanlah gereja sebagai institusi,

tetapi gereja dalam arti organis, yaitu setiap individu-individu orang Kristen. Hamba Tuhan

memang tidak bisa masuk ke dalam perusahaan, sekolah, dan sebagainya, tetapi dia menginjili,

menggembalakan, dan mengajar anggotanya yang kemudian menjadi pionir dan ujung tombak

dari setiap aspek kehidupan. Itulah yang dimaksudkan oleh David Tracy. The theology of the

church ini adalah hal yang paling utama dan pertama.

2. Theology of academy. Pendidikan itu sangat penting dan harus diterangi. Fokus utama alumni

STT adalah di gereja, tetapi dalam gerakan ini ada sekolah dan universitas Kristen, yaitu

Sekolah Kristen Calvin dan Calvin Institute of Technology, yang membutuhkan hamba-hamba

Tuhan untuk mengarahkan keduanya kepada pimpinan Tuhan.

3. Theology of society. Gerakan Reformed juga memiliki Aula Simfonia, museum, dan Reformed

Center for Religion and Society (RCRS) yang deal dengan etika politik ekonomi. STTRII

memiliki partnership dengan semua institusi di bawah gerakan Reformed, sehingga alumni kita

pada mulanya ke gereja, tetapi dilanjutkan juga ke tempat-tempat yang lain supaya Teologi ini

menjadi terang atas semua bidang.

Page 23: Ringkasan Kotbah Retret Khusus Calon hamba Tuhan

23

Sesi 7 - Pengelolaan Hidup Hamba Tuhan

Pdt. Audy Santoso

Waktu; Ada 2 tokoh dari Alkitab yang akan kita lihat: Musa dan Samuel. Musa dibesarkan

dalam lingkungan pagan, mulai dari gaya hidup, makanan, baju, dan tinggal di dalam istana Firaun.

Sementara itu, Samuel diserahkan oleh ibunya untuk melayani Tuhan di Silo. Saat itu, kemah suci

di Silo adalah tempat yang paling suci tetapi berisi hamba-hamba Tuhan yang menghujat Allah.

Musa dibesarkan di tempat kafir. Musa dipanggil Tuhan untuk memulai sesuatu yang baru, dan

membangun kemah suci yaitu tempat Tuhan hadir bersama-sama dengan umat-Nya. Ada hamba-

hamba Tuhan yang dipakai seperti Musa, ada juga yang seperti Samuel. Reformasi diperlukan

untuk mengembalikan gereja kepada kebenaran. Walaupun berasal dari dua tempat yang berbeda,

Musa dan Samuel memiliki kesamaan. Keduanya sama-sama dibesarkan oleh orang yang takut

akan Tuhan. Sejak kecil dididik sampai disapih, setelah itu baru lepas untuk diserahkan ke dua

lingkungan yang berbeda. Iman yang diberikan dan ditanam tidak sia-sia. Samuel belajar mengenal

Allah melalui ibunya yang memberi dia nama Samuel, yang artinya Allah yang mendengar. Tapi

Samuel perlu belajar bahwa bukan hanya Allah yang mendengar doa, tetapi juga Samuel yang

mendengar Tuhan. Ketika Samuel mendengar Tuhan, Samuel berkata “Bersabdalah, Hamba

mendengar.”, Samuel mendengar suara Tuhan pada waktu itu. Inilah kesamaan Samuel dengan

Musa; sama-sama dibesarkan oleh orang yang takut akan Tuhan. Musa mengerti hal ini, sehingga

dia menyampaikan pada Ulangan 6, “Shema Israel”, “Dengarlah Israel, Tuhan adalah Allah kita,

ini harus diajarkan terus menerus kepada anak-anakmu. Sewaktu di dalam rumah, perjalanan,

duduk, berbaring, ikatkan dan tuliskan dalam lenganmu, dahimu, taruh itu di pintu gerbang, di

tempat tinggalmu”, ini mengajarkan kita supaya menjadi living proof di dalam kehidupan. Orang-

orang yang dipanggil Tuhan dalam kehidupan Kristen seperti ini adalah kebahagiaan besar karena

doa orang tua mendahului doa Anda yang berespons kepada panggilan Tuhan. Akan tetapi, bagi

orang yang bukan berasal dari keluarga Kristen tidak perlu berkecil hati. Meskipun Anda merasa

terhilang, tapi Tuhan mengajarkan untuk menebus waktu yang hilang. Ketika saya baca Firman

Tuhan saya bersyukur karena saya tahu (Yohanes 17:20) Tuhan mendoakan kita. Kita yang sudah

mendengarkan Injil, kita juga menjadi jawaban dari doa Tuhan Yesus. Bahkan lebih dari itu, ketika

kita memberitakan Injil, kita ikut berbagian mewujudkan doa Tuhan Yesus. Mari kita memakai

waktu yang tidak banyak ini untuk kita serahkan kepada Tuhan dan menjawab panggilan Tuhan.

Page 24: Ringkasan Kotbah Retret Khusus Calon hamba Tuhan

24

Waktu itu harus kita kejar, kesempatan itu hanya sedikit dari puluhan tahun yang Tuhan berikan

dalam kehidupan kita. Maka, kita harus memakai waktu yang sudah Tuhan berikan kepada kita

dengan sebaik-baiknya.

Talenta; Petrus dan Paulus adalah orang-orang yang dipilih dan dipakai Tuhan walaupun

Paulus banyak kelebihan, dan Petrus banyak kelemahan yang dicatat. Kita lebih mengenal

kehidupan Petrus dibandingkan dengan teologinya. Sedangkan Paulus, kita dapat melihat

kualifikasi-kualifikasi tinggi yang dimiliki oleh Paulus, walaupun pada akhirnya semuanya itu dia

anggap sebagai sampah jika dibandingkan dengan pengenalan akan Tuhan Yesus, dan menemukan

kemegahan yang sejati dalam salib Tuhan Yesus.

Petrus awalnya tidak menerima dan menolak berita salib, bahkan pada puncaknya dia

menyangkal Yesus hingga tiga kali. Berita salib itu begitu sulit bagi seorang Simon Petrus untuk

mengerti dan menerimanya. Namun pada akhirnya dia memberitakan Yesus yang tersalib, yang

dimulai dari hari Pentakosta. Petrus akhirnya menyadari dan mau belajar bermegah pada salib

Kristus, yang merupakan titik terendah bagi seseorang. Bahkan pada akhir hidupnya Petrus

berusaha untuk lebih rendah dari Tuhan Yesus dengan meminta untuk mati dengan cara disalib

terbalik, walaupun secara teologi tidak mungkin ada posisi yang lebih rendah dari salib Yesus

Kristus.

Secara kemampuan, Paulus paling mampu berdebat dan memberitakan Injil karena dia

belajar dari Gamaliel. Selain itu dia disunat pada hari kedelapan, dari Suku Benyamin, orang Ibrani

asli, secara ketaatan hukum Taurat tidak bercacat cela, dan pembela nama Allah Israel. Namun,

Tuhan mau Paulus jadi rasul bagi bangsa-bangsa lain dan menemukan kemegahan yang sejati

dalam salib Tuhan Yesus Kristus.

Walaupun memiliki latar belakang dan karakter yang berbeda, kedua tokoh ini akhirnya

sama-sama menanggalkan latar belakang, kehidupan mereka yang lama, dan menemukan

kemegahan yang sejati dalam salib Tuhan Yesus Kristus. Mereka memegahkan salib Yesus Kristus

dan bukan diri mereka. Mari kita kembali serahkan hidup kita pada Tuhan yang memimpin hidup

kita, sebagaimana Tuhan hendaki.

Uang; Dalam Perjanjian Baru, ada tokoh yang ditinggikan Tuhan Yesus, yaitu Maria,

seorang perempuan yang mengambil minyak narwastu, mengurapi, dan menyeka kaki Tuhan

Yesus dengan rambutnya. Ia mempersembahkan minyak narwastu yang mahal, bahkan lebih dari

pada itu, Maria juga mempersembahkan anggota tubuhnya yang lebih berharga dari minyak

Page 25: Ringkasan Kotbah Retret Khusus Calon hamba Tuhan

25

narwastu. Bagi wanita, yang berharga adalah rambutnya yang dijaga dan dipelihara. Rambut itulah

yang dipakai untuk menyeka kaki Tuhan Yesus. Kontras dengan Maria, ada tokoh yang sudah

bersama-sama dengan Tuhan Yesus Kristus, salah satu dari para murid Tuhan Yesus, yaitu Yudas.

Ia berkata, “Kenapa pemborosan seperti itu?” tetapi kita tahu bahwa Yudas adalah seorang pencuri,

seorang hamba uang yang mengakhiri hidupnya dengan mengenaskan. Dia tidak punya belas

kasihan pada orang miskin, bahkan tidak memiliki belas kasihan pada gurunya, dan pada akhirnya

dia tidak punya belas kasihan pada dirinya sendiri, sehingga dia menggantung dirinya.

Mari kita setia pada panggilan Tuhan, melihat bagaimana Tuhan menjaga dan memelihara

kita. Sekarang Tuhan sudah memanggil kita menjadi hamba-Nya, maka jangan lagi kita

meragukannya. Biarlah waktu, talenta, dan uang kita, kita persembahkan bagi Tuhan.

Pdt. Sutjipto Subeno

Berbicara mengenai panggilan, kita tidak bisa lepas dari dunia di mana kita dipanggil.

Alvin Tofler mengajak kita melihat 3 kondisi di depan:

1. Situasi dunia yang sedang kita hadapi: sedang mengejar kemajuan teknologi yang kita kenal

sebagai industrial revolution. Perlu kita sadari, ini membuat perubahan yang begitu cepat dan

membuat orang terseok-seok.

2. Situasi diri: Kita menjadi galau dengan kehidupan kita dan pragmatis. Muncul generasi yang

tidak peduli, bukan karena tidak mau, tapi karena sudah terlalu lelah dan tidak tahu apa yang

harus dia pedulikan. Dia sibuk dengan dirinya sendiri, gawainya, dan tidak peduli dengan dunia

di sekitarnya. Maka Alvin Tofler mengatakan elemen yang paling serius adalah orang yang

ingin cepat kaya tapi tidak mau berusaha. Banyak orang yang menjadi pendeta karena merasa

bisa lebih cepat kaya.

3. Munculnya permainan agama: Ini yang paling berbahaya, agama telah menjadi alat untuk

menekan pihak yang lain, dengan memakai nama Tuhan. Ini adalah situasi religius yang

kehilangan esensi dari agama itu sendiri.

Tiga hal ini menyadarkan orang-orang Kristen, bahwa kita tidak dipanggil untuk hanya

sibuk dengan diri kita sendiri. Seorang hamba Tuhan yang memutuskan untuk menjawab

panggilannya itu satu hal; tapi bagaimana dia bisa bertahan dan menjadi hamba Tuhan yang seperti

apa, itu urusan yang kedua. Efesus 2:8-10 menjelaskan bahwa kita diselamatkan bukan karena

kemampuan kita, tetapi karena iman. Ayat ini biasanya hanya berhenti di ayat 9 tanpa dilanjutkan

Page 26: Ringkasan Kotbah Retret Khusus Calon hamba Tuhan

26

ke ayat 10. Karena kita buatan Tuhan, dicipta dalam Yesus Kristus untuk melakukan perbuatan

baik. Allah mau kita ada di dalam-Nya. Kita tidak tahu hidup itu mau untuk apa, hidup mengarah

ke mana, sehingga akhirnya kehidupan menjadi kehidupan yang dipermainkan oleh uang dan dunia.

Tuhan ingin kita mengerjakan apa yang Dia ingin kita kerjakan.

Hidup kita maju terus, kita tidak bisa memundurkan waktu. Agustinus menjelaskan bahwa

yang past tense itu sudah lewat dan yang masa depan (future) belum datang. Kita tidak bisa

mengerjakan sesuatu yang lewat dan apa yang belum datang. Satu-satunya yang dapat kita

kerjakan adalah yang “now”. Jadi sebetulnya now itu berapa lama? Berapa detik yang lalu sudah

lewat, berapa detik yang akan datang belum datang. Maka now adalah satu titik waktu yang sekali

lewat, dia tidak akan datang kembali.

Menjadi hamba Tuhan adalah profesi yang paling mulia di antara tiga profesi yang paling

mulia: hamba Tuhan, guru, dan dokter. Mengapa? Karena hanya tiga profesi ini yang menyentuh

kehidupan orang secara langsung. Akan tetapi, ketiga profesi ini kalau sudah disentuh oleh uang

akan menjadi profesi yang paling bejat. Maka untuk mengerjakan profesi ini kita harus mengerti

bahwa panggilan ini sangat mulia. Matius 16:26 menjelaskan, bahwa bagaimana harga satu nyawa

melampaui harga seluruh alam semesta. Yesus datang ke dunia bukan untuk mengejar popularitas,

namun Dia mengejar nyawa manusia. Menjadi seorang hamba Tuhan bukan main-main. Menjadi

hamba Tuhan adalah untuk menggarap yang sudah Tuhan berikan di dalam dunia ini.

Saya sadar ketika melayani Tuhan, keuangan tidak bisa sama seperti dulu. Tapi itu adalah

bukti bagaimana Tuhan memelihara. Iblis tidak akan tinggal diam, Iblis akan berusaha mati-matian

menjatuhkan kita. Maka di dalam panggilan menjadi hamba Tuhan kita menyadari bahwa kita

tidak hanya sekedar lulus, tetapi Tuhan menuntut kualitas yang mulia. Setiap kita diwajibkan untuk

turun memberitakan Injil. Tuhan ingin kita menjadi hamba Tuhan yang melalui proses dengan

serius. Perlu tekad yang sungguh-sungguh, bersandar kepada Tuhan, dan berani berjuang di dalam

seluruh kehidupan. Setiap kesulitan bukan untuk ditangisi. Kalau kita mendapat kesulitan,

berjuang, berdoa supaya kesulitan dapat dilewati. Bagaimana kita dipakai oleh Tuhan? Persiapan

demi persiapan perlu dihadapi. Ada 3 hal yang perlu direnungkan:

1. Bagaimana menjadi berkat bagi banyak orang?

2. Talenta apa yang Tuhan berikan, yang harus kita kembangkan semaksimal mungkin?

3. Keterbatasan waktu. Salah satu kegagalan kita adalah mengunci waktu. Kita harus melatih

untuk mengompres waktu kita.

Page 27: Ringkasan Kotbah Retret Khusus Calon hamba Tuhan

27

Sesi 8 - Tritugas Hamba Tuhan

Pdt. Antonius Un

Pdt. Benyamin Intan telah menyinggung mengenai tritugas hamba Tuhan: penginjilan,

penggembalaan dan pengajaran seperti yang tertulis dalam Efesus 4:11. Mungkin kita terpikir

untuk memilih salah satu dari tritugas hamba Tuhan ini. Tuhan Yesus juga menjalankan ketiga

pelayanan ini ketika berada di dunia. Lukas 19:10 menyatakan penginjilan adalah mencari yang

hilang. Salah satu tujuan Kristus inkarnasi adalah untuk menginjili. Lukas 8:1 menceritakan Tuhan

Yesus jalan berkeliling memberitakan Injil Kerajaan Allah dari kota ke kota dan dari desa ke desa.

Tuhan Yesus sendiri juga pergi menginjili sebelum mengutus kita. Ketika kita melihat peristiwa

memberi makan kepada 5000 orang laki-laki, setelahnya pun Tuhan Yesus masih terus berkeliling.

Tuhan Yesus tidak cepat puas dengan hasil penginjilannya. Bahaya yang dialami oleh mahasiswa

STT adalah sebelum masuk sekolah teologi rajin penginjilan, setelah masuk, penginjilan menjadi

mati karena memikirkan tugas dan paper. Kita seharusnya juga tidak pernah puas menginjili. Pak

Tong pada ulang tahunnya yang ke-60 pernah mengatakan, “Saya tidak pernah tahu ulang tahun

saya tetapi yang saya tahu adalah dari desa ke desa dan dari kota ke kota manusia membutuhkan

Injil.” John Stott pernah mengatakan meskipun orang memiliki cacat tubuh tetapi mereka tetap

butuh Injil Yesus Kristus, orang kota mobil bagus, baju bagus, dia juga membutuhkan Injil. Kita

rasa orang yang jelek dan kumuh itu yang perlu Injil, dan orang yang baik dan kaya itu tidak perlu,

padahal semuanya memerlukan injil. Tuhan Yesus berkeliling dari desa dan kota karena Ia tahu

setiap tempat memerlukan-Nya.

Saya datang dari desa di NTT dan datang ke Jakarta karena tidak bisa kuliah di tempat saya.

Saya ikut kakak saya yang mendukung biaya kuliah saya. Saya mencari jurusan yang bisa langsung

kerja cari uang. Kakak saya kebaktian di GRII, karena itu saya ikut dengar Pak Tong. Tahun 1996

ada KKR Remaja dan Pemuda, pada hari keempat sebelum khotbah, setelah lagu “Ke mana Saja”,

pak Tong mengadakan calling. Saya menangis, menyerahkan diri dan masuk sekolah teologi. Saya

sadar dengan gaji saya yang sederhana pasti tidak cukup untuk biaya kehidupan saya di STT.

Namun, Tuhan peliharakan saya dan keluarga sehingga tidak pernah kekurangan. Tuhan yang

memanggil pasti tidak akan telantarkan Saudara atau keluarga Saudara, asalkan hidup

Saudara beres.

Page 28: Ringkasan Kotbah Retret Khusus Calon hamba Tuhan

28

Kita perlu menginjili dan menggembalakan. Gembala yang baik memberikan nyawa bagi

domba-domba-Nya. Alkitab mencatat ketika Tuhan Yesus ditangkap, Ia bertanya, “Siapa yang kau

cari? Kalau Aku yang kau cari, biarkan murid-murid pergi.” Tuhan Yesus tidak mau membiarkan

murid-murid-Nya dalam bahaya. Tuhan Yesus adalah gembala yang baik. Setelah kebangkitan-

Nya, Ia mencari satu persatu murid-Nya untuk menerima kebangkitan dan juga menjadi saksi

kebangkitan. Ketika saya jadi jemaat GRII, saya bertanya, “Apakah dalam kesibukannya Pak Tong

bisa jadi gembala?” Tapi setelah perjalanan waktu, saya baru tahu, Pak Tong walaupun sibuk tapi

masih membesuk dan menelepon orang yang sakit dan berduka, berbagian dalam kesulitan jemaat.

Tuhan Yesus selain menginjili, juga menyembuhkan, merasakan dan berbagian dalam kesusahan

orang-orang yang Tuhan Yesus layani. Ketika Pak Tong mengadakan KKR selama 3 hari, dalam

3 hari itu pasti ada pengajaran, penginjilan dan penggembalaan juga. Khotbah Pak Tong sudah

terdiri dari ketiga aspek ini. Selain itu, beliau juga mengadakan seminar-seminar yang memberikan

pengajaran, juga menggembalakan melalui tanya-jawab yang berisi kesulitan jemaat. Terkadang

ada juga yang bertanya secara pribadi kepadanya, ini merupakan pelayanan penggembalaan. Tanya

jawab bukan hanya pengajaran, tetapi juga merupakan apologetika, penginjilan dan

penggembalaan. Tuhan Yesus adalah Gembala yang baik, yang berkorban dan memberikan hidup

bagi domba-Nya, namun Ia mengajar dari orang sederhana juga yang tinggi seperti Nikodemus.

Dalam Markus 6:34 Tuhan Yesus melihat orang banyak seperti domba yang tidak

bergembala dan Tuhan Yesus mengasihani mereka; Ia tahu apa yang mereka butuhkan. Tuhan

Yesus memberi mereka makan, tapi tidak hanya itu; Tuhan Yesus juga mengajar mereka banyak

hal. Tuhan Yesus menggembalakan dan mengajar bukan karena amplop atau ingin terkenal, tetapi

karena mengetahui kebutuhan domba yang perlu Firman dan kebenaran. Pelayanan paling sulit

adalah mengajar katekisasi. Pengajar bisa jadi bosan karena materi yang diajarkan sama, tetapi

pengajar harus mengajar dengan belas kasihan. Dengan demikian ia dapat terus mengajar dengan

passion karena menyadari kebutuhan jemaat akan kebenaran.

Saya rindu dalam kesempatan ini kita mengenal panggilan Tuhan dalam menjalankan

ketiga hal ini. Meskipun ada salah satu yang lebih dominan, namun semuanya tetap harus

dikerjakan. Jika kita hanya mau mengajar dan tidak peduli dengan pasangan yang mau cerai, itu

tidak benar. Kita harus menjalankan ketiganya. Kadang hamba Tuhan dipanggil waktu ada orang

yang mau mati, dan tidak bisa bilang saya tidak peduli.

Page 29: Ringkasan Kotbah Retret Khusus Calon hamba Tuhan

29

Saya akhiri dengan sharing saya: setelah saya menerima panggilan Tuhan dari KKR Pak

Tong, saya doakan dan saya 3 tahun kemudian saya masuk sekolah teologi, Institut Reformed

dalam ruko yang sangat sederhana sekali. Sekarang di RMCI itu sudah sangat mewah. Tapi bukan

karena kondisi maka saya mundur. Meskipun sederhana tidak apa-apa, saya mau dipakai Tuhan.

Kalau Tuhan mau berkenan memakai saya, tidak apa-apa sederhana. Hal yang paling menyedihkan

adalah ketika saya mau masuk, ada seorang pendeta GRII (yang sekarang sudah keluar) yang

mengatakan kepada saya supaya jangan masuk ke Institut Reformed, karena sekolah lain itu lebih

bagus dan jelas. Saya tolak. Saya mau masuk Institut Reformed karena panggilan yang jelas dan

saya tahu saya akan dapat belajar prinsip penginjilan dari pak Tong. Jadi biarpun masih baru dan

masih terus dibangun, ada banyak yang bisa dipelajari.

Vik. Maria Mazo

Pdt. Stephen Tong sering menekankan, bahwa hamba Tuhan harus dapat mengerjakan

penginjilan, pengajaran dan penggembalaan. Seperti seorang bayi yang tidak cukup hanya

dilahirkan (penginjilan), tetapi juga harus diberi makan (pengajaran), serta dibimbing

(pengembalaan). Ketiga hal ini dilakukan hingga anak tersebut dewasa. Setelah dilahirkan tidak

mungkin langsung dewasa dan bisa cari makan sendiri. Hanya berita injil yang dapat membuat

seseorang yang tidak percaya menjadi percaya. Penginjilan penting untuk pertumbuhan jemaat,

juga menggenapi Amanat Agung dalam Matius 28:18-20. Amanat agung terdiri dari perintah untuk

pergi, baptis dan mengajar orang-orang yang belum percaya. Amanat Agung merupakan mandat

yang sangat penting yang dipercayakan Tuhan kepada gereja, bukan hanya menyampaikan cinta

kasih Tuhan saja. Selain itu ketika injil diberitakan, orang tidak semudah itu menerimanya. Setiap

orang pasti memiliki pergumulan mereka masing-masing yang menjadi tembok. Kita harus

mengerti kesulitan yang mereka alami ini. Oleh karena itu untuk memperlengkapi dengan

keterampilan memberitakan injil yang dibutuhkan calon hamba Tuhan, STTRII mengajarkan

mahasiswa untuk mengerti Alkitab, teologi penginjilan, Teologi Reformed, filsafat, juga

apologetika.

Fokus dalam pemberitaan Injil adalah: inkarnasi Kristus, kematian Kristus, kebangkitan

Kristus dan kedatangan Kristus yang kedua kali. Pemberitaan injil dapat terjadi melalui

persahabatan di sekolah, kantor, kuliah; melalui masalah dalam hidup mereka. Terkadang ketika

mereka menghadapi masalah dalam hidup, sakit penyakit, ada yang jadi terbuka terhadap Injil

Page 30: Ringkasan Kotbah Retret Khusus Calon hamba Tuhan

30

namun juga ada yang menolak. Tapi berita Injil tetap harus disampaikan dengan jelas. Kita juga

dapat menginjili secara berkelompok, seperti dalam KTB. Selain itu kita juga dapat menginjili

dengan mengadakan kebaktian kebangunan rohani. Kebaktian masal seperti ini memang

memerlukan persiapan yang besar dan orang yang dipakai Tuhan secara khusus untuk melakukan

kebangunan rohani masal, sebab tidak semua orang Tuhan karuniakan talenta tersebut.

Orang-orang yang sudah percaya perlu untuk diajar. Pergumulan jemaat itu real, karenanya

mereka butuh untuk diajar dan dibimbing. Anak-anak yang masih kecil masuk sekolah minggu,

yang remaja masuk dalam kelas remaja, pemuda dibimbing dalam persekutuan pemuda, juga ada

pembinaan profesional dan orang tua. Kita bersyukur Tuhan berikan kesempatan boleh mengenal

Tuhan dan dibina. Kita sendiri harus punya kehidupan rohani yang disiplin. Kita harus berdoa dan

berkomitmen memperjuangkan hidup yang suci, beribadah dan menjadi saksi Tuhan yang

memberitakan Injil. Orang yang memiliki disiplin spiritual seperti ini akan tumbuh dewasa, seperti

pohon yang bertunas dan akan belajar berbuah. Tidak ada orang yang hidup dalam persekutuan

dengan Tuhan yang tidak berbuah. Maka dari itu, kehidupan kita adalah kehidupan yang berbuah.

Buah yang dihasilkan tidak hanya buah Roh kudus, namun juga buah Injil.

Setelah seseorang menjadi Kristen, ia bertumbuh dewasa, belajar melayani Tuhan. Pada

fase ini akan terjadi banyak perubahan signifikan dalam diri seseorang. Orang Kristen yang dewasa

memiliki relasi yang intim dengan Tuhan, rindu untuk semakin mengenal, menggali Firman Tuhan

dan mau menaatinya. Banyak orang yang belajar Firman Tuhan, namun hanya memenuhi kognitif

dan tidak mau menaatinya. Orang Kristen yang dewasa akan rindu hidup menyenangkan Tuhan,

bukan mencari kesenangan sendiri seperti orang Kristen biasa. Orang-orang ini mengerti salib,

mau menyangkal diri, rela untuk berkorban demi mengutamakan Tuhan.

Integrasi dari ketiga hal ini pada akhirnya akan menuntun orang yang belajar melayani

menjadi penerus pelayanan, menjadi seorang serving believers. Seorang serving believers

memiliki komitmen dan kesungguhan mengikut Tuhan untuk menjadi berkat yang besar. Kita

(yang mengikuti retret) ada dalam tahap serving believer. Kiranya retret ini meneguhkan panggilan

Saudara, menguatkan kita untuk berani melangkah maju untuk diperlengkapi menjadi hamba

Tuhan yang sungguh-sungguh menjadi berkat dan memuliakan Tuhan.

Page 31: Ringkasan Kotbah Retret Khusus Calon hamba Tuhan

31

Sesi 9 – Tanya (T) - Jawab (J)

Pdt. Stephen Tong

T: Apakah mungkin kita merasa terlalu yakin akan panggilan Tuhan, merasakan tanda-

tanda yang Pak Tong sampaikan, namun ternyata Tuhan tidak memanggil?

J: Sebagian orang sama sekali tidak jelas akan panggilan Tuhan tetapi dia kira dia sudah mendapat

panggilan, sehingga akhirnya dibuang oleh Tuhan. Kita harus benar-benar mengerti panggilan

Tuhan melalui prinsip Alkitab. Seperti, Simon, ahli sihir (Kis 8:4-25), dia ikut-ikut membaptis

orang dan menginginkan supaya bisa menumpangkan tangan dan menurunkan Roh Kudus dengan

berusaha menyogok Petrus. Simon ahli sihir ini tidak mengerti dan sebenarnya tidak dipanggil

Tuhan. Pertanyaan ini mengandung agnostisisme. Bagi saya, panggilan Tuhan yang asli pasti

diketahui oleh masing-masing orang.

T: Ketika kita dipanggil Tuhan, apakah harus menjadi hamba Tuhan? Kalau menjadi guru

agama atau pembimbing Sekolah Minggu saja, apakah boleh?

J: Motivasi pertanyaan ini mungkin sungguh-sungguh ingin bertanya, mungkin juga karena takut

menjadi hamba Tuhan dan ingin melarikan diri. Hanya diri kita sendiri yang bisa mengetahui

motivasi hati kita; jika kita sudah sadar kita salah, segera minta ampun kepada Tuhan. Hamba

Tuhan melayani tiga hal: penginjilan, penggembalaan, dan pengajaran. Kita menerima Injil,

digembalakan untuk menjadi dewasa dalam rohani, diajar supaya mengerti doktrin, kemudian

pergi menginjil dan kemudian melanjutkan penggembalaan dan pengajaran lagi. Gereja terus

bertumbuh dengan memutar 3 hal ini, generasi lepas generasi.

T: Apakah dengan menjalani puasa untuk meneguhkan panggilan Tuhan juga merupakan

suatu hal yang Alkitabiah?

J: Orang Kristen tidak dipaksa untuk berpuasa, tetapi Yesus, Musa, dan Paulus berpuasa. Orang

Kristen berpuasa karena tidak mengandalkan jasa dan kekuatan manusia atau makanan. Kita

berpuasa karena mau lebih fokus dalam mencari kehendak Tuhan. Sangatlah mungkin bagi kita

untuk berpuasa, membuat diri lebih tenang dalam mencari peneguhan panggilan Tuhan.

Page 32: Ringkasan Kotbah Retret Khusus Calon hamba Tuhan

32

T: Ketika ada khotbah tentang panggilan Tuhan untuk menjadi hamba Tuhan secara full-

time atau full-heart, saya selalu tersentuh dan menangis. Apakah itu termasuk panggilan?

J: Kemungkinan besar engkau dipanggil, namun ini tidak mutlak. Perlu banyak bergumul untuk

tahu kehendak Tuhan.

T: Apakah seorang hamba Tuhan bisa menomor-duakan akademik/teologi demi

mengedepankan “spiritualitas”?

J: Mungkin sekali; tetapi seorang yang dapat menyeimbangkan secara menyeluruh itu paling baik

(ada logika yang tajam, pemikiran lincah, dan emosi yang meluap). Kita tidak boleh

mementingkan akademik saja, karena akademik saja dapat membunuh hati nurani, pelayanan, dan

spiritualitas. Seorang akademisi pun harus memiliki hidup spiritual yang seimbang.

T: Sebelumnya saya pernah mengikuti seminar hamba Tuhan, tetapi saya jatuh ke dalam

dosa besar dan saya menyesal dan bertobat. Apa mungkin Tuhan panggil untuk kedua kali?

J: Engkau telah melecehkan Firman Tuhan! Engkau telah injak-injak Firman Tuhan! Benarkah

engkau sudah bertobat? Bertobat itu mengaku dosa, membenci dosa, meninggalkan dosa, dan

kembali kepada Kristus, meminta kekuatan kepada Bapa untuk memperbaharui hidup dan tingkah

lakumu. Kalau engkau pura-pura bertobat, hukuman Tuhan akan lebih keras lagi. Kalau engkau

sungguh-sungguh, minta pimpinan Tuhan, itu yang penting. Minta untuk Tuhan perbaharui.

Mungkin Tuhan panggil kedua kali, mungkin tidak.

T: Saya pikir Tuhan memanggil saya, tetapi saya penuh kekurangan dan banyak dosa.

Bagaimana saya mempersiapkan diri terutama dalam melawan dosa dan memperlengkapi

diri?

J: Dengan perasaan takut akan Tuhan, selalu rindukan kesucian Tuhan. Berjanji dan menjauhi dosa.

Ini orang bijaksana. Dalam Perjanjian Lama, bijak mengandung 3 arti: fear of the Lord,

understanding of His holiness, depart from sin. Kalau 3 hal ini dijalankan baru engkau bijaksana.

Oleh sebab itu engkau harus meninggalkan dosa, menyatakan kesungguhan. Kalau tidak, engkau

sulit mendapatkan panggilan kedua kalinya, karena Tuhan tidak jual murah dan tidak obral

kesempatan dan panggilan-Nya kepada orang yang menginjak-injak anugerah-Nya.

Page 33: Ringkasan Kotbah Retret Khusus Calon hamba Tuhan

33

T: Bagaimana menghormati orang tua yang melarang menjadi hamba Tuhan, tetapi kita

menaati panggilan dari Tuhan?

J: Engkau harus menaati orang tua di bawah takut akan Tuhan. Tuhan lebih besar dari orang tua.

Engkau menghormati orang tua di dalam Tuhan. Ingat bahwa Tuhan lebih besar dari orang tua kita.

Bukan berarti kita tidak mau taat kepada orang tua, tetapi kita harus lebih taat kepada Tuhan,

sementara belum sanggup mengikuti semua perintah orang tua. Engkau mungkin diusir, tetapi

Tuhan pasti memelihara.

T: Apakah keberanian dan kemampuan untuk membagikan renungan dengan bertanggung

jawab merupakan tanda panggilan untuk jadi hamba Tuhan?

J: Mungkin, karena diberikan karunia pelayanan dan kepercayaan; namun harus tetap berhati-hati

menafsirkan Alkitab, karena engkau tidak belajar dan dapat menyesatkan orang lain. Harus ada

keseimbangan antara logika, emosi, tekad yang bulat dan keberanian yang berdasarkan kebenaran.

Jangan terlalu cepat ingin menonjolkan diri. Jangan cepat mau berbicara, tetapi pikir matang-

matang sewaktu keluarkan perkataan kita.

T: Apa bedanya orang yang terpanggil masuk dunia akademis yang masuk STT dengan

jemaat awam yang mendalami secara PA dan khotbah?

J: Kalau terpanggil sebagai full-timer jangan lari. Kalau tidak dipanggil dengan jelas maka

melayani dalam jemaat memimpin PA dan sebagainya sudah cukup. Itu perlu pergumulan pribadi,

bahkan berpuasa; mungkin baru tahu jenis panggilanmu setelah bergumul.

T: Apakah saya boleh ke STTRII kalau saya percaya beberapa doktrin yang tidak Reformed?

J: Apa yang salah, harus dikoreksi, kalau tidak mau dikoreksi, sudah lulus pun akan disaring oleh

Tuhan karena Tuhan tidak mau pelayan yang sembarangan. Teologi Reformed adalah Teologi

yang paling dekat dengan Alkitab. Kecuali, kamu mempunyai suatu bukti yang kuat dan

argumentasi yang sangat teguh yang membuktikan itu salah. Kalau tidak, kamu harus baik-baik

menerimanya. Seorang yang suka Teologi Reformed juga harus menginjili itulah mengapa kita

adalah Reformed Injili.

Page 34: Ringkasan Kotbah Retret Khusus Calon hamba Tuhan

34

T: Saya ada panggilan tetapi tidak tertarik tentang Teologi, saya seperti mau maju enggan,

mau lari tidak berani. Bagaimana cara untuk taat?

J: Ini adalah lelucon, mau menjadi hamba Tuhan tanpa Teologi. Paulus menganjurkan pengikutnya

untuk berhati-hati dengan doktrin yang mereka ajarkan. “Doktrin tidak penting”, kalimat ini juga

sebuah doktrin, yaitu doktrinmu. “Yesus adalah Allah yang menjadi manusia”, itu doktrin.

Anything you teach, contains doctrines. Setiap kalimat dan kesaksian yang kau bicarakan sedang

memperkenalkan dirimu dan doktrinmu.

T: Kenapa berpuasa, dan puasa yang dimaksud seperti apa?

J: Supaya konsentrasi mencari kehendak Tuhan, mengambil keputusan untuk tidak makan, dan

doa lebih banyak. Puasa bukan untuk mendapat jasa.

T: Kalau tahu dipanggil, tetapi tidak tahu dari mana kita harus memulai, apakah yang harus

kita lakukan selain berdoa?

J: Melangkah. Langkah itu bukan ide, teologi, maupun iman. Langkah itu perbuatan, ketaatan, dan

ketundukan. Seperti Yosua memimpin bangsa Israel. Panggilan sudah ada, tanah sudah dikasih,

tetapi bagaimana untuk masuk? Harus jalan melewati sungai. Tidak ada mujizat akan dikerjakan

Tuhan di depan, jika engkau tidak melangkah. Barang siapa yang telah menyatakan niat mau taat

pada panggilan Tuhan dengan berkorban pikul salib dan menyerahkan diri jadi hamba Tuhan, tidak

mungkin tidak diberkati oleh Tuhan.

T: Apakah ada standar untuk menjadi hamba Tuhan? Apakah karena ada panggilan atau

diwajibkan belajar di STT, atau keduanya? Karena hamba Tuhan yang menyampaikan

Firman Tuhan sangat jarang dan kebanyakan memberitakan kesuksesan?

J: Seorang hamba Tuhan dipanggil Tuhan untuk menjadi pembawa berita Tuhan, yang

menyampaikan Injil Tuhan, menampilkan Firman Tuhan. Berita dengan pembawa berita tidak

dapat dipisahkan. Belajar teologi adalah belajar menyampaikan Firman dengan sungguh-sungguh,

rendah hati, penuh tanggung jawab agar orang yang mendengar beriman dan memelihara Firman

Tuhan. Selain itu, engkau yang sadar bahwa hamba Tuhan yang baik itu sedikit, harus mencari,

belajar dan jadilah yang sedikit itu; membuktikan bahwa engkau hamba Tuhan yang sejati.

Page 35: Ringkasan Kotbah Retret Khusus Calon hamba Tuhan

35

T: Apakah jadi seorang hamba Tuhan harus fokus kepada ketiga bidang ini (Penginjilan,

Penggembalaan, Pengajaran)? Bukankah karunia setiap orang berbeda-beda?

J: Karunia adalah untuk melayani yang terkurung dalam 5 jabatan: rasul, nabi, penginjil, gembala

dan pengajar. Sekarang rasul dan nabi sudah tidak ada. Tiga hal ini ditetapkan Alkitab di dalam

Efesus 4:11, yaitu harus menginjili, menggembalakan, dan mengajar mereka. Seperti ketika

menikah kalau ada anak, melahirkan anak, membiayai anak, dan mendidik supaya mereka

berpengetahuan. Melahirkan melalui penginjilan. Merawat melalui penggembalaan. Mendidik

melalui pengajaran. Paulus adalah penginjil, penggembala, dan juga pendidik teologi. Tidak bisa

3 hal ini dipisahkan.

T: Untuk menjawab panggilan Tuhan, apakah harus jelas terlebih dahulu, atau mungkin

malah sering kali tidak jelas dulu, tetapi jalan saja, dan Tuhan memperjelas?

J: Kerjakan sebaik mungkin. Kalau tidak jelas, serahkan pada Tuhan, mungkin Dia yang akan

pimpin kita pada waktu sudah masuk STT. Lebih baik orang yang mengerti jelas, taat dengan

rendah hati, atau orang yang tidak jelas tetapi sungguh-sungguh taat, lalu dalam STT, Tuhan

nyatakan semakin jelas selangkah demi selangkah dalam kehendak Tuhan.

Ada orang yang jatuh satu kali langsung putus asa, ada juga orang jatuh beberapa puluh kali tetap

bisa dipakai Tuhan. Apakah engkau hamba Tuhan yang konsisten, yang sungguh taat dan setia

sampai seumur hidup, atau kau hamba Tuhan yang begitu jatuh langsung putus asa? Hidup kita

hanya satu kali, di dalam tangan siapa kita dipakai dan bertahan? Hanya Dialah yang sepatutnya

memakai kita.

Page 36: Ringkasan Kotbah Retret Khusus Calon hamba Tuhan

36

Sesi 10 – Calling hamba Tuhan

Pdt. Dr. Stephen Tong

Arloji adalah produksi industri manusia yang paling dekat dengan teologi Kristen, yakni

Tuhan menciptakan manusia menurut peta dan teladan-Nya, serta menciptakan alam semesta

dengan bijaksana-Nya. Demikian juga manusia menciptakan arloji seturut peta dan teladan alam

semesta, sehingga membuat alam semesta terwakili dengan satu mesin yang berputar

memberitahukan kita menit, jam, hari, bulan, tahun, dan abad. Tidak ada produksi manusia yang

lebih penting ketepatannya daripada arloji. Jikalau mobil itu melambat atau lebih cepat sedikit, hal

itu tidak jadi masalah, tetapi tidak demikian dengan arloji. Jika melambat atau cepat sedikit,

waktunya akan salah. Arloji adalah satu-satunya industri manusia yang bekerja paling tepat, paling

rajin, dan tidak pernah berhenti atau cuti. Pada saat kita tidur, dia tetap bekerja; saat kita bekerja,

dia juga tetap bekerja. Arloji memiliki tiga kelebihan, pertama, mewakili alam semesta; kedua,

seperti Tuhan, tidak pernah berhenti bekerja; dan ketiga, ketepatannya bisa

dipertanggungjawabkan. Kalau arloji ditulis chronometer, itu arloji dengan ketepatan yang sangat

tinggi. Dalam satu hari tidak boleh lebih cepat atau lambat 2 detik, khususnya Rolex. Saya pernah

bertemu seorang pendeta tua yang memakai jam Rolex selama 60 tahun tidak perlu diperbaiki.

Hanya kadang-kadang diberi minyak sedikit. Saya kaget sekali. Dari sini saya ingin mengatakan,

ada hamba Tuhan yang baik, selama 60 tahun tetap bekerja, tetapi ada juga hamba Tuhan yang

buruk, sebelum jelas panggilan sudah lari, seperti arloji yang jatuh satu kali langsung putus. Ada

arloji yang sudah 60 tahun, jatuh berapa puluh kali tetap dapat dipakai. Kita hamba Tuhan yang

mana? Apakah engkau hamba Tuhan yang konsisten, sungguh-sungguh setia sampai seumur hidup

atau engkau hamba Tuhan seperti arloji yang baru dibeli begitu bagusnya tetapi baru dipakai sudah

aus? Maka saya mau memberi tahu, hidup kita hanya satu kali. Hidup yang satu kali ini dipakai

di tangan siapa?

Pada sesi awal hari ini, saya ceritakan mengenai Felix Mendelssohn. Penjaga organ itu baru

tahu bahwa organ itu bisa dimainkan dengan begitu indahnya di tangan Mendelssohn. Demikian

juga hidup kita hanya satu kali, tetapi siapa yang main dan bekerja dalam hidup ini? Kalau dipakai

orang lain, tidak ada gunanya. Tetapi banyak orang suka dipakai oleh orang-orang kaya. Bagi saya,

Hanya Yesus. No one should be my boss except my Lord, My Redeemer. Penciptaku, yang layak

mempergunakan hidupku. Maka dalam lagu “S’bagai Keledai” dikatakan, “Yesus Tuhanku

Page 37: Ringkasan Kotbah Retret Khusus Calon hamba Tuhan

37

Penebusku, patut aku melayani Dia selamanya. Tuhanku, Yesus kurela mengabdi Dia selamanya.”

Tetapi Tuhan mau pakai siapa di sini? Selagi kita masih muda, jangan mau dipakai oleh orang

kaya yang berlaku curang dalam usahanya. Melainkan dipakai oleh Tuhan itu jauh lebih berharga

daripada di bawah orang kaya. To be used by my God while we are still young, pure in our innocent

heart, clear in conscience. Tuhan pakailah saya seperti keledai muda itu.

Saya akan mengakhiri retret ini dengan satu cerita yang sungguh terjadi dalam sejarah di

London. Seorang tua mati di luar negeri dan jenazahnya dibawa ke London. Dia melayani di Afrika

dan sekalipun ia tidak mati di Inggris, orang mengharapkan tubuhnya dikuburkan di Inggris oleh

Raja Inggris. Sebelum ia mati, ia pernah mengatakan, “Boleh saja tubuhku dikubur di Inggris,

tetapi biarkan jantungku tetap dikuburkan di Afrika.” Orang-orang bertanya, “Mengapa?” Maka

orang tua itu menjawab, “Tubuhku memang dilahirkan di London, tetapi karena panggilan Tuhan,

hatiku ada di Afrika. Maka biarlah tubuhku dikirim ke London, tetapi tanamkan jantungku di

Afrika.” Orang tua ini adalah David Livingstone. Ia meninggal dan tubuhnya dikirim ke London.

Lalu setelah dikirim, orang-orang mengatakan, “David Livingstone, great missionary, now bring

back the body to London.” Semua orang heboh dan mau melihat tubuhnya. Puluhan ribu orang

menghantar jenazahnya, termasuk kabinet menteri Inggris yang tinggi. Ketika di tengah jalan raya

di samping peti yang dibawa dengan kereta roda, ada seorang tua yang ikut menguburkan. Tapi

orang banyak tidak tahu siapa orang tua ini. Keluarga? Bukan. Rekan kerja? Bukan. Teman

sekolah? Bukan. Tapi orang ini tangannya terus memegang peti itu dan berjalan sambil terus

menangis. Orang heran, tetapi tidak berani bertanya. Setelah dikuburkan, baru ada orang yang

bertanya, “Bapak siapa? Mengapa ikut di pinggir peti dan terus menangis? Siapakah David

Livingstone dan apa hubungannya dengan dirimu?” Lalu dia mengatakan, “Saya hari ini, tidak

bisa menutup rahasia lagi dan menyembunyikan apa yang terjadi dalam hati saya. Engkau tanya

saya ini siapa, yang menangis dan memegang peti Livingstone? Terus terang saya adalah orang

yang berdiri di mimbar bersama dengan dia beberapa tahun lalu. Ketika ada altar call, saya dan

dia maju ke depan, menyerahkan diri menjadi hamba Tuhan. Tetapi sesudah itu, Livingstone taat

dan menjadi misionaris yang pergi ke Afrika, seumur hidup membanting tulang, mati-matian

mengabarkan Injil dan menjadikan benua itu menjadi banyak orang yang menerima Yesus Kristus

sebagai Juru selamat. Tetapi saya, melupakan panggilan, bermain-main dengan Tuhan, melarikan

diri, cari pekerjaan lain dan cari uang. Saya takut menjadi hamba Tuhan yang miskin, saya takut

Tuhan tidak memelihara saya, saya tidak mau taat, saya takut melangkah dan saya tidak pergi

Page 38: Ringkasan Kotbah Retret Khusus Calon hamba Tuhan

38

memberitakan Injil. Saya memilih tetap di sini dan mengira saya lebih sukses. Sekarang, berapa

puluh tahun sudah berlalu dan saya sudah tua. Kekayaan, saya tidak punya. Kekuatan, juga tidak

punya. Hari ini, hari yang paling sedih, karena Livingstone yang saya kenal sejak muda sudah

meninggal dunia. Kami sama-sama berdiri menyerahkan diri, tetapi kini ia sudah selesaikan

hidupnya dalam tangan Tuhan, tetapi saya sampai sekarang tidak tahu hidup saya di tangan siapa.”

Kesaksian terakhir ini mengharukan banyak orang, dan saya pakai cerita ini untuk mengingatkan

kepada Saudara yang melarikan diri dari panggilan Tuhan, engkau pasti akan menyesal. Mimpi

yang ingin kita capai belum tentu tiba. Hal yang ingin engkau pelihara, tidak tentu bisa dipegang.

Tetapi yang Tuhan janjikan, engkau justru tidak ikut berbagian untuk selama-lamanya.

Hidupmu itu tidak hebat, tidak indah, dan tidak tahan lama. Tetapi saya, yang melayani

dari umur 17 tahun sampai tua ini, tidak pernah menyesal, karena saya tua di tangan Tuhan, dipakai

Tuhan, melayani berpuluh-puluh tahun. Dari umur 17 sampai 81 tahun, saya masih berdiri 2 jam

untuk berkhotbah. Tidak capek, karena saya merasa tidak bisa capek. Dengan anugerah Tuhan

saya masih bisa berdiri. Sampai kapan? Saya tidak tahu. Tapi setiap ada kesempatan berkhotbah,

saya akan berdiri di atas mimbar. Semua panggilan saya jalankan, baik mandat Injil dan budaya.

Semuanya ajaib, semuanya mujizat. Kalau saya tulis satu per satu mungkin ribuan halaman tidak

cukup. Ini semua riwayat seorang hamba Tuhan yang dari muda kerja terus, belajar terus, hafal

terus. Kita cari pengetahuan sekarang tinggal klik komputer langsung dapat. Waktu saya muda,

tidak ada Google, adanya pegal. Akhirnya semua memori, saya simpan untuk dibagikan dengan

orang lain. Berapa banyak memori saya, hanya Tuhan yang tahu. Sekarang pemikiran tidak

setajam dulu dan saya tahu suatu hari saya akan berjumpa dengan Penciptaku yang telah

merancang serta memberi karunia kepada Stephen Tong ini.

Di manakah jiwamu? Sudahkan kamu bertemu dengan Pemilikmu yang memakai

dan mengutus kamu menjadi utusan-Nya menjadi berkat kepada orang lain? Mari kita sekali

lagi menyerahkan diri menjadi hamba Tuhan. Mari kita merenung dan berkata: Tuhan, sekali lagi

sadarkan saya dan saya tidak mau lagi bimbang, ragu dan berhenti. Saya menyerahkan dan

mengulangi pengabdian diri saya untuk menjadi hamba-Mu. Amin.