rikadayantiskenarioB
-
Upload
mandeep-dhillon -
Category
Documents
-
view
219 -
download
4
description
Transcript of rikadayantiskenarioB
Mekanisme keluhan yang terjadi pada kasus ini?
Fungsi dari konjungtiva adalah untuk melindungi bagian belakang kelopak mata dan permukaan
luar bola mata kecuali kornea. Selain itu fungsi dari konjungtiva juga untuk menghalangi benda
asing, mikroorganisme, bahan atau benda lain untuk masuk ke dalam mata. Konjungtiva
berwarna merah muda dan bening. Konjungtiva selalu basah, lembut, dan mengkilap, serta
dapat digerakkan.
Konjungtiva mempunyai 3 bagian, yaitu :
Konjungtiva tarsus : yakni bagian yang melekat dengan kelopak mata (menutupi kelopak mata
bagian belakang)
Konjungtiva bulbi : yakni bagian yang melekat dengan sklera atau bola mata
Konjungtiva fornix : yakni bagian yang terletak antara konjungtiva tarsal dan konjungtiva bulbi
Konjungtivitis
Penyakit mata yang paling umum didunia. Biasanya terjadi bilateral, maka dari itu apabila
konjungtivitis didiagnosis unilateral merupakan salah satu kesalahan diagnosis yang paling
sering terjadi.
Penyebab dari konjungtivitis, yakni:
Infeksi, bisa karena pneumokok dan gonokok, serta agen infeksi yang lain
Non infeksi, terbagi lagi menjadi akut dan kronis. Bisa terjadi karena benda asing, alergi/atopi,
katar vernal, dll.
Pada kasus ini terjadi keratokonjungtivitis vernal (KKV), dimana pada awalnya dimulai oleh
konjungtivitis vernal (KV). KV bersifat bilateral dan rekuren. Kelainan ini ditandai oleh papil yang
besar (cobblestone) pada konjungtiva tarsal superior dan hipertropi papil pada konjungtiva
limbus.
KV merupakan salah satu bentuk proses inflamasi kronik dan berulang pada mata, dan
umumnya bersifat bilateral. Pasien dengan riwayat atopi mempunyai resiko yang lebih besar
untuk menderita KV. KV dibedakan menjadi, yaitu tipe palpebra, tipe limbus, atau campuran
dari keduanya. Prevalensi KV lebih tinggi didaerah tropis. KV lebih banyak terdapat pada kulit
berwarna dibandingkan insidennya pada orang berkulit putih. Penyekit ini lebih banyak diderita
oleh laki-laki dengan insiden 3:1. Pasien sebagian besar berusia antara 3-25 tahun.
Pasien ini laki-laki berusia 9 tahun, kulit berwarna, tinggal di Indonesia yang beriklim tropis,
sayangnya kita tidak mengetahui riwayat atopi pada pasien. Pasien datang dengan KV tipe
campuran antara tipe palpebra dan tipe limbus.
Etiologi dari KV sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Beberapa faktor penyebab diduga
adalah alergen debu, serbuk sari, bulu kucing, makanan, faktor fisik berupa panas, sinar
matahari, atau angin. Reaksi alergi yang terjadi bisa disebabkan oleh satu atau lebih alergen
atau bersama-sama dengan faktor lain.
Patogenesi dari kasus ini belum diketahui dengan jelas. Terutama dihubungkan dengan reaksi
hipersensitivitas pada mata. Reaksi hipersensitivitas tipe 1 merupakan dasar utama terjadinya
proses inflamasi pada KV. Pemeriksaan histopatologi dari lesi dikonjungtiva menunjukan
peningkatan sel mast, eosinofil dan limfosit pada epitel. Dalam perjalanan penyakitnya, infiltrasi
sel dan penumpukan kolagen akan membentuk papil raksasa. Penemuan ini menjelaskan
bahwa KV bukan murni disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas tipe 1 fase cepat, melainkan
merupakan kombinasi antara hipersensitivitas tipe 1 dan tipe 4. Hipereaktivitas nonspesifik juga
berperan dalam KV. Reaksi hipersensitivitas tipe 1 dimulai dengan terbentuknya antibodi IgE
terhadap antigen bila seseorang terpapar dengan antigen tsb. Antibodi IgE mudah berikatan
dengan permukaan sel mast dan basofil, yang menyebabkan dilepaskannya mediator kimia
yakni histamin, slow reacting substance of anaphylaxis, bradikinin, serotonin, eosinofil
kemoktaktik factor, dan faktor agregasi trombosit. Hal ini lah yang menyebabkan inflamasi di
jaringan konjungtiva.
Histamin adalah mediator yang berperan penting yang mengakibatkan efek vasodilatasi,
eksudasi dan hipersekresi pada mata. Keadaan ini ditandai dengan mata gatal, merah, edema,
berair, rasa seperti terbakar dan terdapat sekret yang sifatnya mukoid.
Reaksi hipersensitivitas tipe 4, terjadi karena sel limfosit T yang telah tersensitisasi bereaksi
secara spesifik dengan antigen tertentu, sehingga menimbulkan manifestasi infiltrat limfosit
dan magrofag. Sehingga setelah terpapar alergen, jaringan konjungtiva akan diinfiltrasi oleh
limfosit, selplasma, eosinofil dan basofil. Bila penyakit semakin berat, banyak sel limfosit yang
akan terakumulasi dan terjadi sintesi kolagen baru sehingga timbul nodul-nodul besar pada
lempeng tarsal. Sel mast yang telah aktif setelah terpapr antigen, juga akan mengaktifkan
berbagai interleukin, seperti IL3 dan IL5 serta anafilatoksin.
Pada konjungtiva tarsalis superior akan dijumpai cobblestone yang menyerupai gambaran
mozaik dan hipertropi papil. Sedangkan pada limbus dijumpai satu atau lebih papil berwarna
puith yang disebut trantas dots, yang terdiri dari tumpukan eosinofil. Bila penyakit ini meluas
sampai kornea, disebut KKV (keratokonjungtivitis vernal), karena dapat menyebabkan
penurunan visus.