Rico Sihotang_10308078

37
UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN PROPOSAL TUGAS AKHIR MODIFIKASI PERENCANAAN RUMAH SAKIT MELIA CIBUBUR DENGAN DIAFRAGMA PELAT Nama : Rico Sihotang NPM : 10308078 Fakultas : Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan : Teknik Sipil Diajukan Guna Melengkapi Syarat i

Transcript of Rico Sihotang_10308078

Page 1: Rico Sihotang_10308078

UNIVERSITAS GUNADARMA

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

PROPOSAL TUGAS AKHIR

MODIFIKASI PERENCANAAN RUMAH SAKIT MELIA CIBUBUR DENGAN DIAFRAGMA PELAT

Nama : Rico Sihotang

NPM : 10308078

Fakultas : Teknik Sipil dan Perencanaan

Jurusan : Teknik Sipil

Diajukan Guna Melengkapi Syarat

Untuk Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Maret 2011

i

Page 2: Rico Sihotang_10308078

PERSETUJUAN

Proposal Tugas Akhir Strata Satu (S1)

Dengan Topik

MODIFIKASI PERENCANAAN RUMAH SAKIT MELIA CIBUBUR DENGAN DIAFRAGMA PELAT

Oleh:

Nama : Rico Sihotang

NPM : 10308078

Telah Disetujui dan Dinyatakan Lulus Dalam Seminar Proposal

Depok, 14 Maret 2011

Mengetahui,

Koordinator Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil Calon Dosen Pembimbing

Ellysa,ST.,MT Relly Andayani,MM.,MT

Ketua Jurusan Teknik Sipil

Dr.Heri Suprapto ,MT.

ii

Page 3: Rico Sihotang_10308078

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................. i

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................... iii

1. LATAR BELAKANG MASALAH.................................................. 1

2. TUJUAN TUGAS AKHIR............................................................... 3

3. BATASAN TUGAS AKHIR ........................................................... 3

4. LOKASI TUGAS AKHIR ............................................................... 4

5. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... ....... 4

5.1. Umum……………................................................................... 3

5.2. Analisa Pembebanan................................................................ 8

5.3 Diafragma Lantai……………………………………………….. 13

5.4 Desain Penampang dan Penulangan……………………………... 13

6. METODELOGI PERENCANAAN.................................................. 17

7. SISTEMATIKA PENULISAN ........................................................ 19

8. JADWAL PELAKSANAAN TUGAS AKHIR ................................ 20

9. DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 20

iii

Page 4: Rico Sihotang_10308078

MANAJEMEN PENGELOLAAN SEDIMENTASI TANAH YANG OPTIMAL PADA BENDUNGAN JATIGEDE

1. LATAR BELAKANG

Belakangan ini pembangunan perumahan begitu pesat dikerjakan di daerah

daerah penunjang Ibukota sebagai pusat pemerintahan dan pusat bisnis.Setiap

sector perumahan yang dibangun memerlukan sarana sarana penunjang lainnya

seperti pusat perbelanjaan,sekolah hingga rumah sakit untuk mempermudah akses

bagi para penghuninya.

Gedung rumah sakit adalah salah satu bengunan penunjang yang cukup

penting bagi masyarakat.Karena merupakan tempat untuk mengobati penyakit

bagi para penghuni perumahan yang sakit dan sebagai sarana penunjang kesehatan

masyarakat.Berkaitan dengan hal tersebut maka penulis merencankan

pembangunan Rumah Sakit Melia Cibubur.

Salah satu faktor yang paling berpengaruh dalam perencanaan struktur

bangunan bertingkat tinggi adalah kekuatan struktur bangunan, dimana faktor ini

sangat terkait dengan keamanan dan ketahanan bangunan dalam menahan atau

menampung beban yang bekerja pada struktur. Indonesia termasuk negara rawan

dilanda gempa karena terletak dipertemuan Cirkum Pasifik dan Tran

Asiatik.,maka untuk itulah dalam perencanaan gedung bertingkat tinggi ini

harus direncanakan dan didesain dengan matang agar dapat digunakan sebaik-

baiknya, nyaman dan aman terhadap bahaya gempa bagi pemakai atau penguna

struktur gedung.

1

Page 5: Rico Sihotang_10308078

Struktur pada gedung merupakan sarana yang berfungsi menyalurkan

beban yang diakibatkan penggunaan dan/atau kehadiran bangunan di atas tanah.

Untuk merencanakan suatu bangunan harus diketahui terlebih dahulu jenis

struktur yang akan didirikan. Setiap jenis bangunan mempunyai sifat-sifat dan

persyaratan masing-masing sehingga dalam perencanaannya, analisa yang

digunakan akan disesuaikan menurut jenis bangunan tersebut.

Perencanaan struktur dilakukan untuk mengendalikan atau mengantisipasi

terjadinya keruntuhan atau kegagalan struktur yang dapat terjadi sewaktu

mendukung beban-beban dan pengaruh lingkungan luar.

Pada hakekatnya perencanaan struktur harus memenuhi kriteria kekuatan

(strenght), kenyamanan (serviceability), keselamatan (safety), serta umur rencana

bangunan (durability), dan mendapatkan hasil pekerjaan struktur yang aman dan

ekonomis. Menurut SNI-Gempa 03-1726-2003, struktur bangunan gedung

ditetapkan sebagai struktur bangunan gedung beraturan dan tidak beraturan.

Untuk struktur bangunan gedung tidak beraturan pengaruh gempa rencana harus

ditinjau sebagai pengaruh pembebanan gempa dinamik, sehingga analisisnya

harus dilakukan berdasarkan analisis respon dinamik.

Gedung RS Melia Cibubur merupakan struktur bangunan yang terdiri dari

3 bangunan menyatu yang berbeda elevasinya dengan bangunan pertama dan

kedua memiliki 6 lantai dan gedung kedua memiliki 2 lantai . Tipe struktur dari

gedung ini dapat dikatakan sebagai struktur bangunan gedung tidak beraturan,

dalam perencanaan terhadap pengaruh gempa rencana perilaku dari struktur di

analisa dengan menggunakan analisis static ekuivalen dan gempa dinamik.

2

Page 6: Rico Sihotang_10308078

2. TUJUAN PENULISAN TUGAS AKHIR

Tujuan dari tugas akhir ini adalah :

1. Merencanakan struktur sesuai dengan aturan dan persyaratan-persyaratan

perencanaan struktur bangunan gedung.

2. Menganalisa struktur dengan analisis respons dinamis.

3. Merencanakan dimensi dan penulangan kolom, balok, pelat, beam-collumn

joint, pile cap dan pondasi.

4. Menganalisa interstory drift bangunan.

5. Menganalisa dan Merencanakan beam-collumn joint pada bagian gedung

yang berbeda elevasi.

3. BATASAN MASALAH

Pada penulisan tugas akhir ini, pembahasan dibatasi pada:

1. Perencanaan struktur yang terdiri dari 6 lantai dan perencanaan struktur

dengan menggunakan diafragma pelat.

2. Analisa struktur dengan menggunakan program SAP2000.

3. Merencanakan dimensi dan penulangan kolom, balok, pelat, beam-collumn

joint , dan pondasi.

4. Menganalisa interstory drift bangunan.

5. Membuat Gambar desain dan detail hasil perencanaan.

6.

3

Page 7: Rico Sihotang_10308078

4. LOKASI TUGAS AKHIR

Lokasi pembangunan gedung yang direncanakan ulang oleh

peneliti yaitu bertempat jalan Alternatif Cibubur Harjamukti Kemanggisan

Gambar 1. Lokasi Tugas Akhir

5. TINJAUAN PUSTAKA

5.1 Umum

Perencanaan gedung tinggi pada intinya meliputi konsep perencanaan

(conceptual design), analisa pendekatan (approximate analysis), perencanaan

awal (preliminary design) dan optimasi (optimization), dimana struktur tersebut

harus mampu menahan beban-beban yang bekerja baik itu berupa beban gravitasi

maupun beban lateral. Adapun, kriteria perencanaan yang diacu adalah berupa

kekuatan (strength), kemampu-layanan (serviceability), stabilitas (stability) dan

4

Page 8: Rico Sihotang_10308078

kenyamanan (human comfort). Secara umum, batasan-batasan yang diberikan

adalah sebagai berikut.

a. Kekuatan (strength) → dibatasi oleh tekanan yang terjadi

b. Kemampu-layanan (serviceability) → dibatasi oleh deformasi, dimana

deformasi yang diizinkan adalah H/500 sampai H/400

c. Stabilitas (stability) → dibatasi oleh faktor keamanan (safety factor)

untuk melawan tekuk (buckling) dan efek P-Delta, dimana safety

factor-nya berkisar antara 1,67 sampai 1,92

d. Kenyamanan (human comfort) → dibatasi oleh percepatan yaitu antara

10 sampai 25 mili-g, dimana g adalah percepatan gravitasi yaitu

sebesar 981 cm/s2

Di Indonesia, kebanyakan gedung-gedung yang didirikan menggunakan

konstruksi beton bertulang karena dianggap struktur yang paling ekonomis.

Sedangkan struktur gedung beton bertulang tersebut dapat dikategorikan lagi ke

dalam beberapa sistem struktur, yaitu: (B. S. Taranath, 1988)

a. Sistem Struktur Portal (Structural Frame System); yang mana sistem

strukturnya terdiri atas portal. Pelat lantai, balok dan kolom merupakan

elemen-elemen dasar yang membentuk kesatuan sistem struktur.

Dimana portal tersebut dapat memikul beban gravitasi dengan

kekakuan yang mencukupi.

b. Sistem Dinding Struktur (Structural Wall System); Dalam struktur

seperti ini, seluruh elemen vertikalnya berupa dinding yang pada

umumnya disebut Dinding Geser (Shear Wall).

5

Page 9: Rico Sihotang_10308078

c. Sistem Dinding Geser-Portal (Dual System); Sistem yang terdiri dari

interaksi antara portal beton bertulang dengan dinding geser beton

bertulang.

Sedangkan subsistem atau komponen-komponen dari gedung tinggi

tersebut dapat dikategorikan lagi ke dalam beberapa jenis, yaitu: (P. Jayachandran,

2009)

a. Sistem Lantai (Floor Systems)

b. Sistem Penahan Beban Vertikal (Vertical Load Resisting Systems)

c. Sistem Penahan Beban Lateral (Lateral Load Resisting Systems)

d. Penghubung (Connections)

e. Sistem Pemencar dan Peredam Energi (Energy Dissipation and

Damping Systems)

Untuk gedung dengan sistem struktur dinding geser beton bertulang

memiliki komponen-komponen sebagai berikut.

5.1.1 Sistem Lantai (Floor Systems)

Sistem lantai dalam struktur bangunan harus mampu menahan beban-

beban gravitasi selama dan sesudah proses konstruksi berlangsung. Sistem ini

dapat dikategorikan sebagai berikut: (P. Jayachandran, 2009)

a. Sistem Dua Arah (Two-Way System); terdiri dari pelat datar (flat plate)

yang ditopang oleh kolom, menggunakan ketebalan pelat yang

konstan, dan juga menggunakan balok penumpu dua arah (two-way

joists).

6

Page 10: Rico Sihotang_10308078

b. Sistem Satu Arah (One-Way System); menggunakan ketebalan pelat

yang konstan, dengan bentang antara 3-8 meter.

c. Sistem Balok dan Pelat; digunakan dalam bentangan antara 1-4 meter.

Dalam sistem lantai beton, pelat dengan ketebalan yang seragam

digunakan dalam bentang 3-8 meter, baik itu menggunakan sistem satu arah

maupun dua arah. Untuk estimasi awal, dapat diperkirakan bahwa tinggi balok (h)

adalah sekitar L/20 – L/15.

5.1.2 Sistem Penahan Beban Vertikal (Vertical Load Resisting Systems)

Elemen-elemen struktur yang menahan beban vertikal dapat berupa

kolom, dinding penahan (bearing wall), transfer girders, dan sistem suspensi

(suspended system) berupa lantai kabel suspensi (cable suspended floor).

5.1.3 Sistem Penahan Beban Lateral (Lateral Load Resisting Systems)

Peranan utama dari sistem penahan beban lateral adalah sesuai dengan

namanya yakni untuk menahan beban-beban lateral yang bekerja pada struktur

yang dapat berupa beban angin dan/atau beban gempa, dan juga untuk menahan

efek P-Delta karena momen sekunder yang terjadi di kolom. Sistem ini dapat

berupa portal penahan momen (moment resisting frame), portal dengan pengaku

(braced frame), dan dinding geser (shear wall).

7

Page 11: Rico Sihotang_10308078

5.1.4 Penghubung (Connections)

Yang dimaksud sebagai penghubung disini adalah elemen dari struktur

yang menghubungkan antara shear wall yang satu dengan shear wall lainnya.

Dalam kasus ini, penghubung yang digunakan adalah berupa balok. Balok ini pun

dikategorikan ke dalam beberapa jenis lagi, yaitu berupa balok induk (girder),

balok anak, balok penghubung (link beam) dan balok induk kantilever (cantilever

girder).

5.2. Analisa Pembebanan

Dalam melakukan analisis desain suatu struktur, perlu ada gambaran

yang jelas mengenai perilaku dan besar beban yang bekerja pada struktur

harus mengacu pada peraturan pembebanan yang ada. Hal penting yang

mendasar adalah pemisahan antara beban-beban yang bersifat statis dan

dinamis. Gaya statis adalah gaya yang bekerja secara terus-menerus pada

struktur dan yang diasosiasikan dengan gaya-gaya ini juga secara

perlahan-lahan timbul.

Deformasi ini akan mencapai puncaknya apabila gaya statis

maksimum. Gaya dinamis adalah gaya yang bekerja secara tiba-tiba pada

struktur. Pada umumnya tidak bersifat steady-state dan mempunyai karakteristik

besar dan lokasinya berubah dengan cepat. Deformasi pada struktur akibat

beban ini juga berubah-ubah secara cepat. Gaya dinamis dapat menyebabkan

terjadinya osilasi pada struktur hingga deformasi puncak tidak terjadi

bersamaan dengan terjadinya gaya terbesar (Daniel L. Shodek, 1999).

8

Page 12: Rico Sihotang_10308078

Menurut Pedoman Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan

Gedung, maka beban-beban pada struktur bangunan tinggi dapat dikelompokan

menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu :

1. Beban Vertikal (Gravitasi)

a. Dead Load (DL) yaitu merupakan berat sendiri konstruksi bangunan (Self

Weight)b. Live Load (LL) yaitu terdiri dari berat penghuni bangunan,

kendaraan untuk bangunan parkir, dll.

c. Beban Air Hujan, beban ini diperhitungkan pada atap bangunan,

dll. d. Beban Salju, Untuk bangunan dimana ada salju.

2. Beban Horizontal (Lateral)

a. Wind Load (W) atau Beban Angin.

Beban angin adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian

gedung yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara. Beban angin

bertambah besar dengan meningkatnya tinggi bangunan dan berlainan

besarnya menurut daerah masing-masing.

b. Earthquake (E) atau Beban Gempa.

Beban gempa adalah semua beban statik ekuivalen yang bekerja

pada gedung atau bagian gedung yang menirukan pengaruh dari

gerakan tanah akibat gempa itu. Perencanaan terhadap gempa mengacu

pada Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan

Gedung.

9

Page 13: Rico Sihotang_10308078

Persamaan yang digunakan dalam menghitung beban gempa adalah

sebagai berikut:

Beban geser dasar gempa untuk analisa beban statik ekuivalen dengan

rumus: V = ........................................................................(5.1)

Dimana: V = Beban gempa horizontal

C = Koefisien gempa

I = Faktor keutamaan

K = Faktor jenis struktur

Wt = Berat total bangunan

R = Faktor reduksi

Waktu getar alami struktur gedung T dalam detik :

T = 6,3√ ∑ Widi

g .∑ Fi . di...............................................................................(5.2)

Dimana: W = Berat lantai i

F = beban gempa horizontal pada lantai i

D = deformasi lantai i

Beban geser dasar gempa (V) yang dibagikan sepanjang tinggi gedung

menjadi beban-beban horizontal terpusat yang bekerja pada setiap lantai

dengan rumus: ............................. (5.3)

Dimana: Fi = Beban gempa horizontal pada lantai i

Wi = Berat lantai i

10

Page 14: Rico Sihotang_10308078

hi = Tinggi lantai i

V = Beban geser dasar akibat beban gempa

3. Beban Khusus

Beban khusus ialah semua beban yang bekerja pada gedung atau

bagian gedung yang terjadi akibat tekanan air, selisih suhu, pengangkatan

dan pemasangan, penurunan pondasi, susut, gaya-gaya tambahan yang

berasal dari beban hidup seperti gaya rem yang berasal dari keran, gaya

sentrifugal dan gaya dinamik yang berasal dari mesin-mesin, serta

pengaruh-pengaruh khusus lainnya. Aksi akibat beban khusus harus

diperhitungkan dan ditambahkan pada perhitungan perencanaan

sebelumnya yang merupakan suatu rangkaian kombinasi pembebanan.

5.2.1 Kekuatan Struktur

Kekuatan struktur yang direncanakan harus lebih besar dari kekuatan yang

diperlukan dalam menahan gaya-gaya yang bekerja, sedangkan perencanaan

konstruksi harus direncanakan sedemikian rupa sehingga kekuatannya lebih besar

dari kekuatan yang diperlukan dalam menahan gaya-gaya yang bekerja, atau lebih

dikenal dengan istilah “kekuatan rencana > kekuatan perlu”.

Kekuatan rencana dihitung berdasarkan faktor reduksi kekuatan, sedangan kuat

perlu diperoleh dari hasil perhitungan analisa struktur akibat beban yang bekeja

(beban terfaktor).

11

Page 15: Rico Sihotang_10308078

12

Page 16: Rico Sihotang_10308078

5.2.2 Kekuatan Perlu

Berdasarkan SK SNI 03-2874-2002 pasal 11.2, kuat perlu diperhitungkan

dengan maksud agar struktur memenuhi syarat kekakuan dan layak pakai macam-

macam kombinasi pembebanan. Dalam kasus ini, beban yang diperhitungkan

adalah beban-beban berupa beban gempa dan beban gravitasi. Maka harus

dipenuhi dari faktor pembebanan sebagai berikut:

1. Kuat perlu U untuk menahan beban mati D paling tidak harus sama

dengan

U = 1,4 D................................................................................................(5.4)

Kuat perlu U untuk menahan beban mati D, beban hidup L dan juga beban

atap A atau beban hujan R, paling tidak harus sama dengan

U = 1,2 D + 1, 6 L + 0,5 (A atau R).......................................................(5.5)

2. Bila ketahanan struktur terhadap beban gempa E harus diperhitungkan

dalam, perencanaan maka nilai kuat perlu U harus diambil sebagai

U = 1,2 D + 1,0 L ± 1,0 E atau U = 0,9 D ± 1,0 E.................................(5.6)

Kuat perlu U yang dipakai adalah kuat perlu U yang nilainya terbesar

diantara kombinasi-kombinasi pembebanan tersebut di atas.

5.2.3 Kekuatan Rencana

Dalam menentukan kekuatan rencana suatu komponen struktur, maka kuat

minimum harus direduksi seperti yang ditentukan dalam SNI 03-2874-2002:

1. Lentur tanpa gaya aksial ø = 0,80

2. Aksial tarik dan aksila tarik dengan lentur ø = 0,80

13

Page 17: Rico Sihotang_10308078

3. Aksial tekan dan aksial tekan dengan lentur

a. Tulangan spiral ø = 0,70

b. Tulangan sengkang ø = 0,65

4. Gaya geser dan puntir ø = 0,75

5. Perletakan ø = 0,70

5.3 Diafragma Pelat

Lantai tingkat, atap beton dan sistem lantai dengan ikatan suatu

struktur gedung dapat dianggap sangat kaku dalam bidangnya dan karenanya

dapat dianggap bekerja sebagai diafragma terhadap beban gempa horisontal.

Diafragma beton dan pelat penutup komposit yang berfungsi sebagai

diafragma yang menyalurkan gaya gaya gempa tidak boleh memilik tebal

kurang dari 50 m (SK-SNI 2002).

Kuat geser nominal (Vn) pelat penutup yang berfungsi sebagai

diafragma tidak boleh melampaui :

1. Vn = Acv ρnFy

Dimana Acvdihitung berdasarkan pelat penutup diatas lantai 2. Vn = 2/3 Acv√Fc '

Dimana Acv adalah luas penampang bruto diafragma.

5.4 Desain Penampang dan Penulangan

Perhitungan konstruksi beton bertulang berdasarkan metode

kekuatan batas, meliputi hal-hal sebagai berikut (PBBI 1971-NI 2) :

1. Statika konstruksi, yaitu perhitungan pembagian momen dengan

gaya di dalam konstruksi akibat beban batas, dimana beban kerja

dikalikan dengan faktor beban. Berhubung di dalam konstruksi

terjadi redistribusi momen dalam mencapai keadaan batas, maka

hubungan linier antara beban dan momen seperti menurut teori

14

Page 18: Rico Sihotang_10308078

elastisitas tidak berlaku lagi pada keadaan batas.

2. Perhitungan penampang, yaitu perhitungan tegangan-tegangan,

regangan dan atau ukuran serta tulangan penampang yang

diperlukan akibat momen dan gaya yang didapat dari

pembebanan yang sudah direduksi. Dengan

menganggap bahwa penampang yang ditinjau mencapai kekuatan

batasnya. Maka di dalam setiap penampang kritis dari konstruksi

tidak boleh bekerja tegangan-tegangan bahan yang melampaui

kekuatan bahan rencana.

15

Page 19: Rico Sihotang_10308078

NOo

YES

Tentukan syarat batas panjang bentang dan tebal pelat

Hitung beban-beban

Tentukan momen-momen

Hitung tulangan

ρ min ≤ ρ ≤ ρ maks

Hitung tulangan

Pilih tulangan yang memadai

5.4.1 Pelat

Gambar 3. Flowchart Penulangan Pelat

16

Gambar 4. Gambar Syarat Penulangan Pelat

Page 20: Rico Sihotang_10308078

Tentukan ukuran balok

Hitung beban-beban

Analisa SAP (momen dan geser)

Hitung tulangan yang dibutuhkan

Perbesar Ukuran

Perbesar Ukuran

ρ min≤ρ≤ρmaksTulanganTunggal

TulanganRangkap

Pilih tulangan

Tentukan besar gaya lintang

Vu≤ØVs maks

Tentukan tulangan geser

Dimensi dan tulangan balok memadai

5.4.2 Balok

17

Gambar 5. Flowchart Penulangan Balok

Page 21: Rico Sihotang_10308078

5.4.3 Kolom

Kolom menempati posisi penting di dalam system struktur bangunan.

Keruntuhan pada suatu kolom dapat menyebabkan runtuhnya lantai yang

bersangkutan dan juga runtuh total seluruh struktur. Oleh karena itu dalam

merencanakan kolom harus memberikan kekuatan yang lebih tinggi daripada yang

dilakukan pada balok dan elemen struktur horisontal lainnya.

5.4.4 Pondasi

Ada berbagai bentuk pondasi, untuk memilih pondasi yang memadai perlu

diperhatikan apakah pondasi itu cocok untuk berbagai keadaan di lapangan dan

apakah pondasi itu memungkinkan untuk diselesaikan secara ekonomis sesuai

dengan jadwal pekerjaannya. Hal-hal berikut ini perlu diperhatikan :

18

Gambar 4. Gambar Syarat Penulangan Pelat

Page 22: Rico Sihotang_10308078

1. Keadaan tanah pondasi

2. Batasan-batasan akibat konstruksi di atasnya (superstructure)

3. Batasan -batasan dari sekelilingnya

4. Waktu dan biaya pekerjaan

6 METODELOGI PERENCANAAN

Metodelogi perencanaan dalam pengerjaan tugas akhir ini diawali dengan ;

1. Pengumpulan data, yang meliputi :

a. Data gambar

b. Data tanah

2. Menganalisa pembebanan gedung

3. Menganalisa gaya-gaya dalam pada struktur dengan menggunakan

program SAP2000

4. Mendesain dimensi dan penulangan dengan metode kekuatan batas yang

mengacu pada Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan

Gedung SK SNI 03 – xxxx – 2002

5. Mendesain pondasi tiang dengan metode yang sesuai dengan kondisi

tanah.

19

Page 23: Rico Sihotang_10308078

MULAI

Identifikasi Masalah

Pengumpulan Data :Data TanahData Gambar

Perhitungan Pembebanan

Analisa Gaya Dalam

Mendesain Dimensi dan Penulangan:BalokKolomPondasi

SELESAI

Gambar 4. Flowchart Metodelogi Perencanaan

20

Page 24: Rico Sihotang_10308078

7 SISTEMATIKA PENULISAN

BAB I PENDAHULUAN

Berisi latar belakang, tujuan tugas akhir, batasan

penulisan, metodelogi, dan sistematika penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisi teori-teori pendukung dalam

perencanaan dan peraturan yang digunakan

BAB III METODELOGI PERENCANAAN

Berisi rumus-rumus dan langkah-langkah

perencanaan balok, kolom, pelat, dan pondasi

yang akan digunakan dan langkah-langkah

menjalankan analisa struktur dengan program

SAP 2000

BAB IV DATA PENELITIAN

Berisi tetang data-data yang diperlukan untuk perencanaan.

BAB V ANALISIS DATA

Berisi tentang pembahasan dan analisa struktur

dari data yang diperoleh.

BAB V RENCANA ANGGARAN BIAYA

Berisi rencana anggaran biaya bangunan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi kesimpulan dan saran hasil perencanaan

21

Page 25: Rico Sihotang_10308078

8 JADWAL PELAKSANAAN TUGAS AKHIR

Adapun perencanaan jadwal pelaksanaan Tugas Akhir adalah sebagai berikut.

Nama KegiatanWaktu

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli

Penyusunan Proposal

Seminar Proposal

Pencarian Data

Analisa Data

Penyusunan Tugas Akhir

Progress Report

Seminar Isi

Perbaikan-Perbaikan

Sidang Akhir

9 DAFTAR PUSTAKA

Vis, C.W, “Dasar-dasar Perencanaan Beton Bertulang berdasarkan

SKSNI T-15 – 1991-03” Erlangga, 1996

Wang, Chu-Kia ”Disain Beton Bertulang Edisi Keempat”, Jakarta,

Erlangga,1993

Kusuma, Gideon H., dan Takim Andriono, Desain Struktur Rangka Beton

Bertulang di Daerah Rawan Gempa, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1994

Dipohusodo, Istiawan., Struktur Beton Bertulang, Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta, 1999

Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung,

Departermen Pekerjaan Umum, Bandung, 1991.

22

Page 26: Rico Sihotang_10308078

PPIUG 1983, Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung, Yayasan

Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan, Bandung, 1981

SNI 03 – 2847 – 2002, Tata Cara Perhitungan Beton untuk Struktur Bangunan

Gedung, Badan Standardisasi Nasional, Jakarta, 2002

SNI 1726 – 2002, Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur

Bangunan Gedung, Badan Standardisasi Nasional, Jakarta, 2002

23