RH_Kota_Ec Base

45
KOTA, ECONOMIC BASE dan INVESTASI

Transcript of RH_Kota_Ec Base

KOTA, ECONOMIC BASE dan INVESTASI

Faktor Growth

Decline

basis ekonomi ▲ ▼

jalur transportasi ▲ ▼

kondisi sarana-prasarana

▲ ▼

geopolitik ▲ ▼

bencana alam ▼

skala kota

kota pemerintahan kota industri kota jasa kota militer kota universitas kota asrama kota wisata kota pensiunan dll.

basis ekonomi

▲ ▼

Guangzhou ShenzhenShanghai

Hong Kong Singapore

Ekonomi basis Kota

Sektor PrimerSektor SekunderSektor TersierSektor Kuarter

ALAT ANALISIS

Teori LokasiTeori Pertumbuhan Ekonomi RegionalTeori Basis dan Location Quotient Analisis Shift ShareTeori Pusat Pertumbuhan

Aktifitas dalam perekonomian regional aktivitas Basis dan Non Basis

Kegitatan Basis merupakan kegiatan yang melakukan aktifitas yang berorientasi ekspor (barang dan jasa ) keluar batas wilayah perekonomian yang bersangkutan.

Aktifitas Basis memiliki peranan penggerak utama (primer mover) dalam pertumbuhan suatu wilayah. Semakin besar ekspor suatu wilayah semakin maju pertumbuhan wilayah. Setiap perubahan yang terjadi pada sektor basis menimbulkan efek ganda ( multiplier effect ) dalam perekonomian regional.

Kegiatan non Basis adalah kegiatan yang menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat yang berada di dalam batas wilayah perekonomian yang bersangkutan. Luas lingkup produksi dan pemasaran adalah bersifat lokal

Inti dari Model Ekonomi Basis ( Economic Base Model )

Adalah bahwa arah dan pertumbuhan suatu wilayah ditentukan oleh ekspor wilayah tersebut.

Untuk menganalisis basis ekonomi suatu wilayah alat yang digunakan adalah Kuosien lokasi (Location Quotient = LQ).

LQ digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat spesialisasi sektor basis atau unggulan (leading sector).

Indikator yang digunakan : Kesempatan Kerja (Tenaga Kerja) dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) suatu wilayah

Location Quotient

● Yaitu : usaha untuk mengukur konsentrasi dari suatu kegiatan (industri) dalam suatu daerah dengan cara membandingkakan peranannya dalam perekonomian daerah itu dengan peranan kegiatan atau industri sejenis dalam perekonomian regional atau nasional.

● LQ ► merupakan rasio antara jumlah tenaga kerja pada sektor tertentu (Industri) atau PDRB terhadap total tenaga kerja sektor tertentu atau total nilai PDRB disuatu daerah (kabupaten) dibandingkan dengan rasio tenaga kerja atau PDRB dan sektor yang sama di Propinsi .

Formula Matematis

LQ = Vi (s) / V (s) Vi r / Vr

Dimana :

Vi(s) = Jumlah PDRB suatu sektor Kabupaten/Kota V(s) = Jumlah PDRB total Kabupaten/Kota Vi r = Jumlah PDRB suatu sektor tingkat Propinsi Vr = Jumlah PDRB total tingkat Propins

Use of products

Raw materials Basic Chemicals Products

Linear economy or from-cradle-to-grave economy

( POS)

Waste Disposal

(EOP)

From vertical to horizontal improvement

From linear thinking to circular or multi-cycle thinking

Sifat TATA RUANG KOTA DAN WILAYAHTATA RUANG YANG FEODALISTIK,

FORMALISTIKTATA RUANG YANG KAPITALISTIKTATA RUANG YANG DEMOKRATISTATA RUANG YANG PARTISIPATIFTATA RUANG YANG ADAPTIFTATA RUANG YANG PRO

INVESTASI

Kom

posi

si U

rban

isasi

Pendu

duk

Desa

Kota

16

INFOKEBURUK-AN

&KEARIFAN

LOKAL

PENGALAMAN

BENCHMARKING:BEST & WORST PRACTICES

PENDIDIKAN MULTI

KECERDAS-AN

PARADIGMAKEARIFAN DALAM PENGENDALIAN

KEPUASAN PEMENUHAN

KEBUTUHAN & KEINGINAN

PERTAMBAHAN ∑ PENDUDUK

KONSTRUKTIF

PRESERVASI SDA

PEMBANGUNAN

EXPLOI-TASI SDA

DESTRUKTIF

KONSERVASI SDA

DAYA LINDUNG & DUKUNG ALAM

PEROBAHAN KONFIGURASI

ALAMBENCANA

ALAM

PROSES PEROBAHAN

ALAM

PERILAKU

17

The Environment and the EconomySumber: pengemb pandangan Barry C. Field

PEMANFAATAN RG + PEMBANGUNAN +

INDUSTRI

INTERNAL KONSUMEN

PRODUK (Gi )

INPUT (M)

RESIDU (Rp)

RESIDU (Rc)

WILAYAH

EXTERNAL

WILAYAH

EKSTERNAL

EKSPOR (Rd

c)

RECYCLING (Rrp)

RECYCLING (Rrc)

EKSPOR (Rd

P)

Rdp + Rd

c = M = Gi + Ge + Rp + Ri1 + Ri2 - Rrp - Rr

c

PRODUK

(Ge )

(Ri1)

(Ri2)

18

KAW AIR

KAW TAMBANG

KAW PERTA-NIAN

KAW HIJAU, REKREASI & OR

LUARCOMER-

SIIL INDUSTRIKANTOR PEM,

FASOS & FASUM

KAW PERMU-KIMAN

CONTOH PENDEKATAN PENATAAN RUANG YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN

KECIL

BESAR

POTENSIIL MEMENUHI KEBUTUHAN RTH, REKREASI & OR LUAR

RAWAN DAN TAK TERKONTROL

BESAR

KERAWANAN TERHADAP BENCANA ALAM

≤ AMBANGKEMIRINGAN LAHAN

POTENSIIL UTK KAW PERDAGANGAN

RAWAN TETAPI TERKONTROL S/D AMAN

POTENSI SEBAGAI KAW AIR BAGI EKOHIDROLIKA

KAW LINDUNG DARAT

BESAR

MANFAAT > KERUSAKAN LH

KECIL

> AMBANG

KECILBESAR

POTENSIIL UTK KAW INDUSTRIBESAR KECIL

BESARPOTENSIIL PUSAT PEM, FASOSUM

KECIL

KETINGGIAN DPL> AMBANG ≤ AMBANG

NILAI EKONOMI KANDUNGAN TAMBANG

KECILDAYA DUKUNG DAN KESESUAIN LAHAN PERTANIAN

KECIL

KEBERLANJUTAN PEMBANGUNAN EKONOMI

HASIL Pembangunan

APA YG DIBANGUN (Sumberdaya)

SIAPA YG MEMBANGUN (SDM)

Domestik

Ekspor / Luar daerah

Eksternal input

KEBERDAYAAN

SISTEM PRODUKSI KOMODITI UNGGULAN SISTEM DISTRIBUSI

DOMESTIK & EKSPOR

Standar mutu:

ISO …..

Kesepakatan Sistem Perdagangan Nasional/ Global

SINERGI POTENSI, SUMBERDAYA,

ORIENTASI

SD

A SD

M

KAPITAL

INFORMASI

IPTEKKelembagaan

Prasarana

PELAKU USAHA

KAWASAN / SENTRA

Lainnya ….

Kuliah #11 22PWK

Program Investasi Pembangunan Kota Investasi publik

◦ Proyeksi konstruksi umum◦ Pengadaan tanah◦ Program pengembangan ekonomi◦ Program pembangunan perumahan◦ Redevelopment (pembangunan kembali)◦ Perencanaan strategis◦ Penghindaran proses hukum (avoidance of litigation)◦ Pelayanan prima informasi perencanaan

Investasi swasta (privat)◦ Pembangunan fasilitas publik oleh swasta◦ Pembangunan kota baru◦ Pembatasan pengalihan◦ Pembangunan kawasan komersial

Tipologi Instrumen Keuangan Bagi Pembangunan Perkotaan, Modal bagi pembiayaan pembangunan

perkotaan dapat diperoleh dari 3 sumber dasar:◦ 1. pemerintah/publik ◦ 2. swasta/private ◦ 3. gabungan antara pemerintah dengan swasta

Untuk setiap modal tersebut, terdapat beberapa jenis instrumen keuangan yang secara umum dikategorikan sebagai berikut:◦ 1.pembiayaan melalui pendapatan (revenue

financing) ◦ 2.pembiayaan melalui hutang (debt financing) ◦ 3.pembiayaan dengan kekayaan (equity financing)

Public Revenue Financing ada 3 jenis instumen keuangan :

1.pajak 2.retribusi 3.betterment levies

Dilihat dari sifatnya maka pajak dan retribusi termasuk dalam kategori sumber keuangan yang bersifat konvensional. Sementara itu, betterment levies merupakan instrumen yang bersifat non konvensional.

Public Revenue Financing Yang Bersifat Konvensional.

PAJAKuntuk membiayai biaya investasi total ("pay as you

go"); untuk membiayai pembayaran hutang ("pay as you

use") menambah dana cadangan yang dapat digunakan untuk investasi di masa depan.

RETRIBUSIsebagai alat untuk mengatur (mengendalikan)

pemanfaatan prasarana dan jasa yang tersedia; dan merupakan pembayaran atas penggunaan prasarana

dan jasa. Untuk wilayah perkotaan jenis retribusi yang umum digunakan misalnya air bersih, saluran limbah, persampahan dan sebagainya.

Public Revenue Financing Yang Bersifat Non Konvensional

Betterment Levies, Merupakan tagihan modal (capital

charges) yang ditujukan untuk menutupi/membiayai biaya modal dari investasi prasarana. Dalam kenyataannya, jenis pungutan ini relatif kurang banyak digunakan.

Tujuan utama dari pengenaan jenis pungutan ini adalah mendorong masyarakat yang memperoleh manfaat dari adanya prasarana umum agar turut menanggung biayanya

Private Revenue Financing

Jenis instrumen keuangan yang biasa digunakan dalam kelompok ini antara lain adalah:◦1.connection fees (biaya penyambungan); ◦2.development impact fees,

Dari kedua jenis instrumen di atas, connection fees cenderung dikategorikan sebagai instrumen keuangan yang bersifat konvensional, sementara itu development impact fees dikategorikan sebagai instrumen keuangan yang bersifat nonkonvensional.

Th

e “

Com

ple

te” T

heory

of

Econ

om

ic D

evelo

pm

en

t

A Complete Theory

Political and historic forces (Stap., Sect.)

Local economic structure (EB, Sect.)

Commodities (Trade)

Exports (EB, Stap.)

Human agency, Innovators (Entr.)

Agglomeration and Diffusion (C&D)

A means to analyze and quantify the local economy (Most)

The workings of the market (NGT, Trade)

Savings and investment, Role of capital (NGT, Entr.)

Internal economic structure (Sect.)

Industrial organization (TFP)

Product cycle (PCT)

Creative destruction (Entr., PCT)

Internal economic structure (Sect.)

Diversity vs Staple (EB, Sect. vs Stap.,Trade, C&D)

Geography (C&D)

Human capital (HCT)

Creativity (HCT)

Open EconomicB

y Lo

cal

Govern

men

t

by M

arke

t

Foreign Investment and Cooperative Company

Local Company

The Economic Development model

Products are sold

Demand in local area

The dynamic of the economic

Tax

import

Foreign investment export

Consultant service and policy

Everyday needsTax

productMaterial, Technology, Funds Some of the

product

Technology and Management

Some Product

Econ

om

ic B

ase T

heory

Categorizes the Economy: Basic vs Non-Basic Sectors Definition of Development: A quantitative increase in the

rate of growth of output (products), income, or employment

Essential Dynamic: External demand for a region’s products drives the local economy; Economic base multiplier effects

Strengths: Very simple to apply; Data available to measure these changes; VERY popular theory ; Good for short-term prediction; Identifies/Emphasizes the importance of most critical local industries

Weaknesses: Overemphasis on the basic sector; Only indirectly points to the need to develop the non-basic sector; Arbitrary distinction between basic and non-basic; Does not recognize that regional economies are an “integrated whole of mutually dependant activities”

Applications: Industrial recruitment and promotion; Facilitate expansion of existing export industries; Improve efficiency of the export economy through infrastructure upgrades; Use of economic base analytical techniques (LQ, Shift-share, Base Multipliers, etc.)

Sta

ple

Th

eory

• Categorizes the Economy: Prime Exporting Industry vs Non-exporting Industries

• Definition of Development: Export-led and dominated economic growth

• Essential Dynamic: Successful production and marketing of export staple(s) in world markets.

• Strengths: A historical and political perspective for economic development; Provides insights into local values, politics, and wealth; Explains how growth over time (in the early stages) is often due to a local staple

• Weaknesses: Hard to apply the theory; Better at explaining past development than providing guidance for local actions

• Applications: Practitioners should focus resources and policies upon the local staple as long as it remains competitive; Government intervention should occur to improve the competitiveness of the staple; Do not focus on diversifying local industry as long as the staple is strong

Secto

r

Th

eory

• Categorizes the Economy: Primary (Agri., Forestry, Fish.) Secondary (Manu. and Mining), and Tertiary (Trade and Services) sectors

• Definition of Development: Greater sectoral diversity and higher productivity

• Essential Dynamic: Per capita increases and labor productivity drive technology which leads to sectoral diversity

• Strengths: Focuses on the internal economic structure; Provides theory for the detailed analysis of the local economy; Measures structural change in the economy; Can be empirically tested

• Weaknesses: Very simplified categories, too crude to provide real insights (especially the tertiary sector); Doesn’t directly take into account role of exports in local growth

• Applications: Reminds practitioners that strengthening the internal economy is an equally viable way to achieve economic development; Allows practitioners to compare the relative prospects of different industries, thereby indicating where efforts might best be focused

Kasu

s di In

donesi

a Pola urbanisasi dan aktivitas perkotaan di Indonesia:

Kota-kota dan kawasan perkotaan masih sangat terpusat di pulau Jawa-Bali dan Sumatera serta Sulawesi Selatan Pulau Jawa diperkirakan akan menjadi “pulau-kota” (padahal juga merupakan pulau yang paling subur untuk pertanian) Bahkan di kawasan tersebut di atas, dominasi Jabodetabek sangat menonjol Kota-kota besar—dengan bbrp pengecualian—umumnya berada di sepanjang pantai Laut Jawa dan Selat Malaka (awalnya berorientasi laut, walau sekarang lebih berorientasi in-land)

Kondisi umum kota-kota di Indonesia: Kota-kota metropolitan dan besar menghadapi tekanan penduduk yang tinggi dan memiliki keterbatasan untuk memenuhi kebutuhan papan, sarana dan prasarana Pencemaran lingkungan terkait dengan kemiskinan, industri dan konsumsi Kota-kota kecil dan sedang umumnya memiliki sarana dan prasarana yang sederhana. Sanitasi umumnya buruk

Aspek Ekonomi-Finansial Belum termanfaatkannya secara optimal potensi ekonomi lokal

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat serya daya saing kota

Belum terkendalinya ekonomi informal perkotaan (dan belum adanya strategi yang jelas untuk menghadapi pertumbuhan ekonomi informal)

Masih tingginya tingkat kemiskinan di kawasan perkotaan Masih terbatasnya kapasitas fiskal/finansial pemerintah daerah

Aspek Kependudukan-Sosial-Budaya Keterbatasan antisipasi dan kemampuan

fasilitasi pertambahan penduduk perkotaan (urbanisasi) beserta karakteristiknya (a.l. dengan piramida penduduk yang meningkatnya jumlah penduduk remaja dan anak-anak)

IPM masyarakat perkotaan yang secara umum relatif masih rendah (walau sudah lebih tinggi daripada masyarakat perdesaan)

Ketaatan hukum yang masih sangat rendah seiring dengan menurunnya modal sosial di masyarakat perkotaan

Belum termanfaatkannya secara optimal potensi budaya dan kearifan lokal dalam pembangunan perkotaan

Kerjasama antar-daerah /antar-kota

Penguatan kapasitas pemkot dan penguatan kapasitas masyarakat sipil

untuk dapat selalu memonitor perkembangan

Kerjasama dengan swasta(PPP)

Peraturan-panduan / Insentif-disinsentifbantuan teknis / finansial / jaringan dari

pemerintah pusatKabupaten /agropolitan

Kota besar /metropolitan

Kota setara / sejenis

Peraturan / insentif-disinsentif yang disertai dengan dukungan kerjasama dan penguatan kapasitas:

Faktor-faktor pendorong perlunya kerjasama daerah (Curdes: 2003) antara lain :

Faktor kesamaan kepentingan: semakin berkembangnya kesadaran akan keterbatasan daerah di berbagai sektor dan perlunya menggalang kekuatan atau potensi daerah secara bersama-sama.

Berkembangnya paradigma baru di masyarakat: perlunya wadah komunikatif yang menunjang pendekatan perencanaan partisipatif sesuai dengan semangat otonomi daerah.

Jawaban terhadap kekhawatiran disintegrasi, oleh karenanya perlu menggalang persatuan; dan kesatuan dalam mempererat kerjasama antar daerah.

Sinergi antar daerah, tumbuhnya kesadaran, bahwa dengan kerjasama antardaerah dapat memperbesar peluang bagi keberhasilan pembangunan daerah.

Peluang perolehan kerjasama dan sumber dana dari program pembangunan baik nasional maupun internasional

Sebagai wadah komunikasi utama bagi stakeholder dan shareholder dalam kegiatan pembangunan.

Pengelolaan Pembangunan Kawasan Intra-regional

Strategi dan langkah-langkah kebijaksanaan pembangunan wilayah kerjasama bermuara pada kesatuan pandangan bahwa wilayah kerjasama adalah merupakan satu kesatuan dalam Propinsi, daerah dan masyarakatnya mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam hal menerima pelayanan dari pemerintah dalam arti luas, terutama melalui upaya pemerataan pembangunan yang ditujukan :

Upaya memperbaiki kondisi kehidupan sosial ekonomi masyarakat agar mampu meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraannya.

Pemantapan keamanan dan ketertiban dalam rangka pembinaan masyarakat menuju terciptanya ketahanan dalam kehidupannya. Dengan demikian pembangunan wilayah kerjasama mencakup dua aspek, yaitu aspek kesejahteraan (prosperity) dan keamanan (security).

Koordinasi pengelolaan pembangunan kawasan kerjasama

Pengelolaan sistem prasarana perhubungan (transportasi) khususnya pada wilayah kerjasama.

Pengelolaan prasarana pendukung lain seperti air bersih, drainase dan persoalan banjir, prasarana persampahan, irigasi, listrik, komunikasi guna meningkatkan pelayanan masyarakat.

Pengelolaan permukiman (rumah susun) potensial sebagai pusat ekonomi maupun sosial.

Pengelolaan ruang wilayah kerjasama secara khusus, tentunya perlu adanya perencanaan tata ruang kawasan kerjasama secara khusus yang menyangkut penetapan kawasan lindung maupun kawasan budidaya secara bersama dengan pendekatan konsolidasi lahan regional.

Sedangkan untuk permasalahan lokal merupakan permasalahan yang dapat diatasi daerah Kota/Kabupaten dan hal itu merupakan kewenangan lokal.

Antisipasi permasalahan lokal dalam wadah kerjasama : Kawasan kumuh (slumps) dan liar (squatters) Pengaturan kepadatan dan kondisi perumahan Pengaturan penataan bangunan dengan menerapkan IMB

yang bisa konteks dengan Tata Ruang yang ada. Pengaturan tata bangunan dan lingkungan pada kawasan

perbatasan/kerjasama Pengaturan dan penataan sektor informal. Peyediaan dan pelayanan infrastruktur (prasarana)

lingkungan permukiman seperti jalan, air bersih, drainase dan pengatasan banjir, sewerage, persampahan, baik

Penyediaan fasilitas umum dan sosial yang memenuhi syarat

Pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan Pengaturan kawasan industri agar mempunyai dampak

positif terhadap lingkungan. Penarikan retribusi PBB perkotaan untuk kawasan dengan

tuntutan lingkungan perkotaan. Peningkatan perekonomian dan pendapatan masyarakat Pengaturan penggunaan lahan melalui perencanaan tata

ruang dan konsolidasi lahan perkotaan dan unjuk terhadap konsolidasi lahan regional.

Regionalisasi merupakan alternatif pembangunan secara ekonomi

Regionalisasi merujuk pada aktivitas ekonomi berdasarkan sumberdaya yang spesifik yang ada di daerah (Storper 1997).

Daerah memberikan pelajaran yang interaktif serta memiliki informasi yang beragam serta keunikan pengetahuan yang dapat menciptakan dan dimanfaatkan sebagai cara untuk menciptakan kompetisi bagi kegiatan usaha dan sistem produksi setempat

Pendekatan Perwilayahan

seminar nasional,Kerjasama Antar Dearah, UGM 7 Nov 2009

Prinsip-prinsip kebutuhan kerjasama Intra-Regional (Principles of Intra-Regional need Cooperation)

• Rendahnya peningkatan pertumbuhan ekonomi, bahkan mengalami kemunduran (Low rates of economic growth, or even decline;)

• Rendahnya sikap kewirausahaan dan inovasi teknologi (Low levels of entrepreneurship and technical innovation;)

• Lemahnya Investasi (Weak investment;)

• Keterlambatan atau bahkan hanya penerima saja terhadap perkembangan teknologi (Late-phase, or received-only, technical capacity;)

• Stagnan atau jumlah penduduk menurun (Stagnant or declining population;)

Tingginya pengangguran (High unemployment;)

Rendahnya tingkat pendapatan (Low income levels;)

Tingginya angka kemiskinan (High poverty rates;)

Tingginya ketergantungan kesejahteraan (High welfare dependency;)

Keterbatasan dan bahkan seringnya dijumpai pelayanan prasarana yang buruk (Limited, and often

deteriorating, services and infrastructure; ) Tingginya tingkat persoalan kesehatan

dan masalah sosial (High rates of particular health and social problems.)

(sumber : Testing Best Practice Cooperation,Cheers,2002)

Partnerships,Networks and Systems

Pentingnya menjaga keseimbangan kekuatan kerjasama diantara Pemerintah Daerah yang terlibat dalam regionalisasi dan antara region dengan pemangku kepentingan yang lain

Penekanan hubungan kerjasama region dan pembangunan regional,dilakukan melalui jejaring dan sistem secara internal dan eksternal pada pola regional tersebut

Dari sisi pembangunan regional, sistem jejaring dapat dilakukan dengan cara “top down dengan bottom up” sebagai pendekatan ke Perencanaan Regional

Dalam praktek pembangunan regional pada dasarnya adalah upaya mengkoordinasikan kekuatan secara luas para aktor pembangunan disektor ekonomi dan sosial