Rhinosinusitis Nancy

27
CASE REPORT RHINOSINUSITIS Pembimbing : dr. Zirmacatra, Sp.THT Oleh Nancy Hestiyani 110.2007.189 BAGIAN / SMF ILMU TELINGA, HIDUNG DAN TENGGOROK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI 1

Transcript of Rhinosinusitis Nancy

Page 1: Rhinosinusitis Nancy

CASE REPORTRHINOSINUSITIS

Pembimbing : dr. Zirmacatra, Sp.THT

OlehNancy Hestiyani

110.2007.189

BAGIAN / SMF ILMU TELINGA, HIDUNG DAN TENGGOROKFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

RSUD SOREANGBANDUNG

2012

1

Page 2: Rhinosinusitis Nancy

STATUS PASIEN

I. Keterangan Umum :

Nama : Tn. AS

Umur : 34 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Leuwimunding Rt 4/ Rw 2 Sadu Kabupaten. Bandung

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Buruh

Agama : Islam

Tanggal Pemeriksaan : 28 Februari 2012

NRM : 387772

II. Anamnesa

Keluhan utama : Hidung terasa tersumbat

Riwayat penykit sekarang :

Sejak 3 minggu yang lalu, penderita mengeluh hidungnya terasa

tersumbat. Keluhan disertai cairan yang keluar dari hidung berwarna putih,

kadang berwarna hijau, kental dan berbau. Penderita juga merasa ada

dahak yang mengalir dari hidung ke mulut. Keluhan disertai demam tidak

terlalu tinggi, sakit kepala dan nyeri pada pipi kiri terutama saat

menunduk. Keluhan tidak disertai dengan gatal-gatal pada hidung dan

bersin-bersin.

Nyeri menelan, suara serak maupun batuk disangkal. Keluhan

keluarnya cairan dari telinga atau adanya gangguan pendengaran disangkal

oleh penderita.

Penderita mengakui bahwa gigi geraham bagian atas sebelah kiri ada

yang bolong dan tidak pernah diobati.

Penderita baru pertama kali sakit seperti ini. Penderita sudah

pernah berobat untuk keluhannya ini ke puskesmas. Dan diberikan obat

minum,tetapi pasien lupa nama obatnya.

2

Page 3: Rhinosinusitis Nancy

Riwyat penyakit dahulu :

Riwayat alergi disangkal, riwayat gigi karies (+), riwayat maag (-)

Riwayat penyakit Keluarga : disangkal

III. Pemeriksaan Fisik :

Status generalis :

Keadaan umum : baik

Status Lokalis :

Telinga

Bagian KelainanAuris

Dextra Sinistra

Preaurikula Kongenital

Radang & tumor

Trauma

-

-

-

-

-

-

Aurikula Kongenital

Radang & tumor

Trauma

-

-

-

-

-

-

Retroaurikula Edema

Hiperemis

Nyeri tekan

Sikatriks

Fistula

Fluktuasi

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Canalis

Auricularis

Eksterna

Kongenital

Kulit

Sekret

Serumen

Edema

Jaringan granulasi

-

Tenang

-

-

-

-

-

Tenang

-

-

-

-

Membrana

Timpani

Warna

Intak

Putih keabuan

Intak

Putih keabuan

Intak

3

Page 4: Rhinosinusitis Nancy

Refleks cahaya + +

Hidung

PemeriksaanNasal

Dextra Sinistra

Keadaan Luar Bentuk &

ukuran

Dalam batas normal Dalam batas normal

Rhinoskopi Mukosa

Sekret

Concha

Septum deviasi

Polip/ tumor

Pasase udara

Hiperemis

+, putih

Hipertrofi

-

-

+

Hiperemis

+, putih

Hipertrofi

-

-

+

Tenggorokan

Bagian Kelainan Keterangan

Mulut Mukosa mulut

Lidah

Palatum molle

Gigi geligi

Uvula

Tenang

Bersih, basah, gerakan normal ke segala arah

Tenang, simetris

Caries (-)

Simetris

Tonsil Mukosa

Besar

Tenang

T1-T1

Faring Mukosa

Granula

Post nasal drip

Tenang

Tidak ada

+

Maxillofacial : Simetris

Nyeri tekan maksila kiri (+)

Leher : KGB tidak teraba membesar

Massa (-)

4

Page 5: Rhinosinusitis Nancy

IV. Resume

Seorang pria berusia 34 tahun datang ke poli THT RSUD Soreang dengan

keluhan hidung terasa tersumbat sejak 3 minggu yang lalu. Keluhan disertai cairan

yang keluar dari hidung berwarna bening kadang berwarna hijau, kental dan

berbau serta dahak yang mengalir dari hidung ke mulut. Keluhan disertai nyeri

pada pipi kiri dan demam. Penderita juga mengeluh sering pusing terutama ketika

menunduk.

Dari pemeriksaan fisik ditemukan status generalis dalam batas normal dan

pada status lokalis pada daerah cavum nasi ditemukan mukosa berwarna

hiperemis +/+; Pada daerah nasopharynx dan oropharynx ditemukan karies (+)

pada M2 kiri atas; concha hipertrofi +/+.

V. Diagnosis Banding :

Rhinosinusitis Maxillaris Akut Bilateral

Rhinosinusitis Maxillaris Akut Sinistra

VII. Usul Pemeriksaan :

Foto Waters

VI. Diagnosis Kerja :

Rhinosinusitis Maxillaris Akut Sinistra

VIII. Penatalaksanaan :

Umum :

- Jangan minum yang dingin

- Kompres air hangat, bila ada nyeri di wajah

- Jangan berolahraga seperti berenang dan menyelam

- Bila ada nyeri telinga, nyeri menelan atau sakit kepala hebat segera periksa ke

dokter

Khusus :

5

Page 6: Rhinosinusitis Nancy

- Clindamycin 3 x 1

- Metil prednisolone 1 x 1

- Pseudoefedrin HCL 3 x 1

- Ambroxol 3 x 1

IX. Prognosa

Qua ad vitam : ad bonam

Qua ad functionam : ad bonam

6

Page 7: Rhinosinusitis Nancy

TINJAUAN PUSTAKA

Epidemiologi

Sinusitis merupakan salah satu penyakit yang sering mendorong masyarakat

mengunjungi fasilitas kesehatan baik di Amerika maupun negara lainnya.

Insidensi sinusitis di Amerika dilaporkan sekitar 135 per 1000 populasi per tahun.

Sinusitis mempengaruhi kualitas hidup seseorang secara signifikan dan menjadi

salah satu alasan utama penggunaan antibiotik serta produktivitas kerja yang

menurun. Insidensinya di Indonesia belum diketahui secara pasti.

Anatomi Sinus Paranasal

Sinus paranasal terdapat empat pasang sinus paranasal mulai dari yang

terbesar yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus ethmoid dan sinus sfenoid kanan

dan kiri. Sinus paranasal merupakan hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala

sehingga terbentuk rongga di dalam tulang. Secara embriologik sinus paranasal

berasal dari invaginasi mukosa rongga hidung dan perkembangannya dimulai

pada fetus usia 3-4 bulan kecuali sinus sfenoid dan frontal. Sinus frontal

berkembang dari sinus ethmoid anterior pada anak yang berusia sekitar 8 tahun.

Sinus sfenoid mulai mengalami pneumatisasi antara usia 8-10 tahun dan berasal

dari rongga hidung bagian posterosuperior. Semua sinus mempunyai muara ke

dalam rongga hidung. Sinus maksila, ethmoid anterior dan frontal bermuara ke

meatus media dan sinus ethmoid posterior bermuara ke maetus superior. Sinus

sfenoid bermuara ke ressesus sfenoethmidalis.

Sinus maksila merupakan sinus paranasal terbesar. Sinus ini memiliki volume

sekitar 6-8 ml saat lahir dan berkembang maksimal saat dewasa hingga mencapai

15 ml. Sinus ini berbentuk segitiga dan dibatasi di bagian anterior oleh permukaan

fasial os maksila (fosa canina), bagian posterior permukaan infratemporal maksila,

dinding medialnya dinding lateral rongga hidung, dinding superiornya dasar orbita

dan bagian inferiornya adalah prosessus alveolaris serta palatum. Ostium sinus

maksila berada di sebelah superior dinding medial sinus dan bermuara ke hiatus

semilunaris melalui infundibulum ethmoid. Secara klinis yang perlu diperhatikan

dari sinus maksila adalah : 1) dasar sinus maksila sangat berdekatan dengan akar

7

Page 8: Rhinosinusitis Nancy

gigi rahang atas yaitu premolar (P1, P2) molar (M1, M2) kadang-kadang gigi

taring (C) atau gigi molar M3. Bahkan akar gigi-gigi tersebut dapat menonjol ke

rongga sinus sehingga infeksi gigi dapat menyebabkan sinusitis 2) sinusitis

maksila dapat menimbulkan komplikasi ke orbita 3) ostium sinus maksila terletak

lebih tinggi dari dasar sinus sehingga drainase kurang baik. Infundibulum

merupakan bagian dari sinus ethmoid anterior bila terjadi peradangan atau alergi

pada daerah ini dapat menghalangi drainase sinus maksila dan menyebabkan

sinusitis.

Gambar 1. Paranasal Sinuses

Diambil dari : otolaryngology huston

8

Page 9: Rhinosinusitis Nancy

Gambar 2. Anatomi sinus

Sumber : otolaryngology huston

Fisiologi Sinus Paranasal

Fungsi sinus paranasal adalah :

Sebagai pengatur kondisi udara (air conditoning)

Sebagai penahan suhu (Thermal Insulators)

Sinus paranasal berfungsi sebagai penahan (buffer) panas, melindungi orbita

dan fosa serebri dari suhu rongga hidung yang berubah-ubah

Membantu keseimbangan kepala

Membantu resonansi suara

Sebagai peredam perubahan tekana udara

Membantu produksi mukus

Mukus yang dihasilkan oleh sinus paranasal memang jumlahnya kecil

dibandingkan dengan mukus dari rongga hidung, namun efektif untuk

membersihkan partikel yang turut masuk dengan udara inspirasi karena

mukus ini kelaur melalui meatus media.

9

Page 10: Rhinosinusitis Nancy

DEFINISI RHINOSINUSITIS

Rinitis adalah peradangan pada membaran mukosa hidung. Sedangkan

sinusitis adalah peradangan yang melibatkan satu atau lebih sinus paranasal.

Biasanya diiringi infeksi virus pada saluran nafas atas atau reaksi alergi. Bila

mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis, sedangkan bila mengenai semua

sinus paranasal disebut pansinusitis. Jadi rinosinusitis adalah peradangan

membran mukosa hidung dan sinus paranasal.

ETIOLOGI

Beberapa faktor etiologi dan predisposisi antara lain ISPA akibat virus,

bermacam rinitis terutama rinitis alergi, rinitis hormonal pada wanita hamil, polip

hidung, kelainan anatomi seperti deviasi septum atau hipertrofi konka, sumbatan

kompleks ostio-meatal (KOM), infeksi tonsil, infeksi gigi, kelainan imunologik,

diskinesia silia seperti pada sindroma Kartagener .

Pada anak, hipertrofi adenoid merupakan faktor penting penyebab sinusitis

sehingga perlu dilakukan adenoidektomi untuk menghilangkan sumbatan dan

menyembuhkan rinosinusitisnya .

Faktor lain yang juga berpengaruh adalah lingkungan berpolusi, udara

dingin dan kering serta kebiasaan merokok. Keadaan ini lama-lama menyebabkan

perubahan mukosa dan merusak silia .

PATOFISIOLOGI

Terdapat 3 faktor utama yang mempengaruhi patofisiologi dari penyakit

sinus, yaitu keutuhan dari ostia, fungsi silia dan kualitas dari sekresi nasal.

Berkurangnya ukuran ostia akan menyebabkan berkurangnya kadar oksigen pada

sinus. Hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi pada sinus. Keadaan hipoksia

ini juga dapat mengganggu sistem imunitas akibat terganggunya fungsi sel PMN

dan produksi imunoglobulin serta pembersihan mukosilier. Hal yang

mempengaruhi keutuha dari ostia antara lain nasal polyposis, deviasi septal,

edema mukosa, alergi serta concha bullosa.

Rongga sinus tergantung pada sistem tranport mukosilier untuk

menciptakan lingkungan yang bebas bakteri. Sinus dilapisi oleh epitel kolumner

10

Page 11: Rhinosinusitis Nancy

bertingkat semu. Epitel ini akan membersihkan dari mukus, bakteria serta zat-zat

asing dari area itu. Fungsi silia dapat terganggu pada keadaan hipoksia ( yang

terjadi pada obstruksi ostium). Sel bersilia dapat hilang atau rusak akibat polutan

pernafasan, trauma pembedahan dan penyakit sinus kronik.

Perubahan dari komposisi mukus dapat terjadi pada pasien dehidrasi atau

cyctic fibrosis. Produksi mukus dari sel goblet dapat meningkat akibat dari iritan

pernafasan, polutan, alergen serta udara dingin. Serta peningkatan viskositas dari

mukus. Hal ini dapat mengurangi efektivitas pembersihan silia dan menjadikan

media yang baik untuk pertumbuhan bakteri.

Patofisiologi sinusitis juga dapat terdiri dari 4 tahap yaitu :

1. infeksi virus

2. obstruksi ostium

3. infeksi bakteri

4. irreversibel/kronik

DIAGNOSIS

Sinusitis sering didahului dengan adanya rinitis. Gejala yang sering

timbul pada keduanya dapat berupa sumbatan hidung dan kehilangan daya

penciuman.

Rinosinusitis adalah suatu proses inflamasi yang melibatkan satu atau

lebih sinus paranasalis yang biasanya terjadi setelah infeksi saluran nafas atas

yang disebabkan oleh virus atau reaksi alergi. Pasien dengan rinosinusitis akan

memberikan gejala yang bervariasi. Gejala-gejala yang berhubungan dengan

rinosinusitis diklasifikasikan menjadi gejala yang termasuk ke dalam kriteria

mayor dan kriteria minor. Hal ini diharapkan dapat mempermudah para klinisi

dalam mendiagnosa pasien. Yang termasuk ke dalam kriteria mayor diantaranya

adalah terdapatnya sekret yang purulen, nyeri kepala, facial pain atau facial

pressure, hidung tersumbat, berkurang penciuman, dan demam untuk

rinosinusitis akut. Sedangkan yang termasuk ke dalam kriteria minor antara lain

halitosis (bau mulut), demam, kelemahan tubuh, sakit kepala, sakit gigi, rasa

penuh di telinga (clicking noises), nyeri telinga, batuk, dan gelisah (pada anak-

anak)

11

Page 12: Rhinosinusitis Nancy

Sakit kepala merupakan salah satu gejala yang sering dikeluhkan oleh

penderita. Keterlibatan sinus cenderung melibatkan nyeri pada lokasi berikut :

Maksilaris : wajah depan ( pipi ) dengan penyebaran ke gigi, orbita

dan regio malar

Etmoidalis : interokular dengan penyebaran ke lokasi sinus

frontalis

Frontalis : dahi, interokular dan daerah temporal

Sfenoidalis : retro-orbita, menyebar ke arah verteks dan kadang ke

daerah mastoid

Klasifikasi rhinosinusitis pada dewasa

Klasifikasi Durasi

History,

examination Special notes

Akut Up to four weeks The presence of two

or more Major signs

and symptoms; one

Major and two or

more Minor signs or

symptoms; or nasal

purulence on

examination*

Fever or facial pain/pressure

does not constitute a

suggestive history in the

absence of other nasal signs

and symptoms. Consider

acute bacterial rhinosinusitis

if symptoms worsen after five

days, if symptoms persist for

10 days or with symptoms

out of proportion to those

typically associated with viral

infection.

Subacute Four to <12

weeks

Same Complete resolution after

effective medical therapy.

Recurrent

acute

Four or more

episodes per year

with each episode

Same --

12

Page 13: Rhinosinusitis Nancy

of at least seven

days' duration;

absence of

intervening signs

and symptoms

Chronic 12 weeks or more Same Facial pain/pressure does not

constitute a suggestive

history in the absence of

other nasal signs and

symptoms.

*--See Table 2 for listing of Major and Minor signs and symptoms.

Adapted with permission from Lanza D, Kennedy DW. Adult rhinosinusitis defined.

Otolaryngol Head Neck Surg 1997;117(3 pt 2):S1-7.

Table 1. Classification of Adult Rhinosinusitis

Diambil dari Adult Rhinosinusitis Diagnosis and Management - January 1, 2001 -

American Family Physician

PEMERIKSAAN

Penegakkan diagnosa rinosinusitis dapat dibantu dengan pemeriksaan

penunjang. Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan diantaranya antara lain

adalah :

Inspeksi

Yang diperhatikan adalah adanya pembengkakan pada muka.

Pembengkakan di pipi sampai kelopak mata bawah yang berwarna kemerah-

merahan mungkin menunjukkan sinusitis maksila akut. Pembengkakan di

kelopak mata atas mungkin menunjukkan sinusitis frontal akut. Sinusitis

ethmoid akut jarang menyebabkan pembengkakan ke luar, kecuali bila telah

terbentuk abses.

Palpasi

Nyeri tekan pada pipi dan nyeri ketuk di gigi menunjukkan adanya

sinusitis maksilla. Pada sinusitis frontal terdapat nyeri tekan di dasar sinus

13

Page 14: Rhinosinusitis Nancy

frontal, yaitu pada bagian medial atap orbita. Sinusitis ethmoid menyebabkan

rasa nyeri tekan di daerah kantus medius.

Transiluminasi

Transiluminasi mempunyai manfaat yang terbatas, banya dapat

dipakai untuk memeriksa sinus maksila dan sinus frontal, bila fasilitas

pemeriksaan radiologik tidak tersedia. Bila pada pemeriksaan transiluminasi

tampak gelap di daerah infraorbita, mungkin berarti antrum terisi oleh pus

atau mukosa antrum menebal atau terdapat neoplasma di dalam antrum.

Bila terdapat kista yang besar dalam sinus maksila, akan tempak

terang pada pemeriksaan transiluminasi, sedangkan pada foto Rontgen

tampak adanya perselubungan berbatas tegas di dalam sinus maksila.

Pemeriksaan Radiologik

Bila dicurigai adanya kelainan di sinus paranasal, maka dapat

dilakukan pemeriksaan radiologi. Posisi yang rutin dipakai adalah posisi

Waters (untuk melihat adanya kelainan di sinus maksila, frontal, dan

ethmoid), P-A (untuk menilai sinus frontal), dan posisi lateral (untuk menilai

sinus frontal, sfenoid, dan ethmoid)

Metode mutakhir yang lebih akurat untuk melihat kelainan sinus

paranasal adalah pemeriksaan CT scan.

Sinoskopi

Pemeriksaan ke dalam sinus maksila menggunakan endoskop.

Endoskop dimasukkan ke dalam lubang yang dibuat di meatus inferior atau di

fossa kanina.

Dengan sinoskopi dapat dilihat keadaan di dalam sinus, apakan ada

sekret, polip, jaringan granulasi, massa tumor atau kista, bagaimana keadaan

mukosa dan apakah ostiumnya terbuka.

DIAGNOSIS BANDING

Rinitis atrofi, karsinoma hidung, dan benda asing di rongga hidung .

PENATALAKSANAAN

14

Page 15: Rhinosinusitis Nancy

Tujuan terapi sinusitis ialah 1) mempercepat penyembuhan; 2) mencegah

komplikasi; 3) mencegah perubahan menjadi kronik. Prinsip pengobatan ialah

membuka sumbatan di KOM sehingga drainase dan ventilasi sinus-sinus pulih

secara alami.

Antibiotik dan dekongestan merupakan terapi pilihan pada sinusitis akut

bakterial, untuk menghilangkan infeksi dan pembengkakan mukosa serta

membuka sumbatan ostium sinus. Antibiotik yang dipilih adalah golongan

penisilin, seperti amoksisilin. Jika diperkirakan kuman telah resisten atau

memproduksi beta-laktamase, maka dapat dieberikan amoksisilin-klavulanat atau

jenis sefalosporin generasi ke-2. Pada sinusitis antibiotik diberikan selama 10-14

hari meskipun gejala klinik sudah hilang .

Pada sinusitis kronik diberikan antibiotik yang sesuai untuk negatif gram

dan anaerob.

Selain dekongestan oral dan topikal, terapi lain dapat juga diberikan jika

diperlukan, seperti analgetik untuk menghilangkan nyeri; mukolitik untuk

mengencerkan sekret, meningkatkan kerja silia, dan merangsang pemecahan

fibrin; steroid oral/topikal antara lain beklometason, flunisolid, dan triamsinolon,

kadang diperlukan untuk mengurangi edema didaerah komplek osteomeatal,

terutama bila dicetuskan oleh alergi. Pencucian rongga hidung dengan NaCl

untuk membantu pemindahan sekret kental dari sinus ke rongga hidung.

Antihistamin tidak rutin diberikan, karena sifat antikolinergiknya dapat

menyebabkan sekret jadi lebih kental. Bila ada alergi berat sebaiknya diberikan

antihistamin generasi ke-2. Irigasi sinus maksila juga merupakan terapi tambahan

yang dapat bermanfaat .

Tindakan operasi

Terapi radikal dilakukan dengan mengangkat mukosa yang patologik dan

membuat drainase sinus yang terkena. Untuk sinus maksila dilakukan operasi

Caldwell-Luc, sedangkan untuk sinus etmoid dilakukan etmoidektomi dari

intranasal ke ekstranasal. Pada sinusitis frontal dilakukan secara intranasal atau

ekstranasal (operasi Killian). Drainase sinus sfenoid dilakukan secara intranasal .

Bedah sinus endoskopi fungsional (BSEF/FESS) merupakan operasi

terkini untuk sinusitis kronik yang memerlukan operasi. Tindakan ini telah

15

Page 16: Rhinosinusitis Nancy

menggantikan hampir semua jenis bedah sinus terdahulu karena memberikan hasil

yang lebih memuaskan dan tindakan lebih ringan dan tidak radikal.

Indikasinya berupa: sinusitis kronik yang tidak membaik setelah terapi

adekuat; sinusitis kronik disertai kista atau kelainan yang ireversibel; polip

ekstensif, adanya komplikasi sinusitis serta sinusitis jamur .

KOMPLIKASI

Komplikasi sinusitis telah menurun secara nyata sejak ditemukannya

antibiotik. Komplikasi berat biasanya terjadi pada sinusitis akut atau pada sinusitis

kronis dengan eksaserbasi akut, berupa komplikasi orbita atau intrakranial.

Kelainan orbita, disebabkan oleh sinus paranasal yang berdekatan dengan mata

(orbita). Yang paling sering ialah sinusitis etmoid, kemudian sinusitis frontal dan

maksila. Penyebaran infeksi terjadi melalui tromboflebitis dan perkontinuitatum.

Kelainan yang dapat timbul ialah edema palpebra, selulitis orbita, abses

subperiostal, abses orbita dan selanjutnya dapat menjadi sinus kavernosus.

Mukokel adalah suatu kista yang mengandung mukus yang timbul dalam sinus.

Kista ini paling sering ditemukan pada sinus maksilaris, sering disebut sebagai

kista retensi mukus dan biasanya tidak berbahaya. Dalam sinus frontalis,

etmoidalis dan sfenoidalis, kista ini dapat membesar dan melalui atrofi tekanan

mengikis struktur disekitarnya, dengan demikian kista ini dapat bermanifestasi

sebagai pembengkakan pada dahi atau fenestra nasalis dan dapat menggeser mata

kelateral. Dalam sinus sfenoid, kista dapat menimbulkan diplopia dan gangguan

penglihatan dengan menekan saraf didekatnya.

Piokel adalah mukokel terinfeksi. Gejala piokel hampir sama dengan mukokel

meskipun lebih akut dan lebih berat.

Kelainan intrakranial, dapat berupa meningitis, abses ekstradural atau subdural,

abses otak dan trombosis sinus kavernosus.

Komplikasi juga dapat terjadi pada sinusitis kronis, berupa :

Osteomielitis dan abses subperiostal. Paling sering timbul akibat sinusitis

frontal dan biasanya ditemukan pada anak-anak. Pada osteomielitis sinus maksila

dapat timbul fistula oroantral atau fistula pada pipi.

16

Page 17: Rhinosinusitis Nancy

Kelainan paru, seperti bronkitis kronik dan bronkiektasis. Adanya kelainan sinus

paranasal disertai dengan kelainan paru ini disebut sinobronkitis. Selain itu dapat

juga menyebabkan kambuhnya asma bronkial yang sukar dihilangkan sebelum

sinusitisnya disembuhkan .

PROGNOSIS

Dengan penanganan yang adekuat, prognosis baik.

17

Page 18: Rhinosinusitis Nancy

ANALISA KASUS

Anamnesis

Berdasarkan anamnesis didapatkan, pasien datang ke poliklinik THT dengan

keluhan hidung terasa tersumbat, disertai nyeri pada pipi kiri. Hal tersebut

dikarenakan terjadinya inflamasi pada mukosa sinus paranasal. OS merasakan

hidung terasa penuh oleh ingus dan terkadang seperti tertelan ingus. Nyeri kepala

dirasakan hilang timbul, ini merupakan nyeri alih dari peradangan sinus yang

terkena, pada kasus ini pasien mengalami peradangan pada sinus maksila. OS

pernah mengeluh sakit gigi yang merupakan salah satu pencetus sinusitis

maksilaris.

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan rhinoskopi anterior

didapatkan mukosa cavum nasi dextra hiperemis, konka inferior dan media

hipertrofi, dan terlihat sekret pada meatus media.

Pada pemeriksaan orofaring

Terlihat sekret yang turun ke tenggorokan (post-nasal drip)

Pengelolaan dan Terapi

a. Pemberian antibiotik Clindamycin obat pilihan untuk bakteri anaerob

berguna untuk mengatasi invasi kuman yang terjadi pada sinus maksilaris

b. Pemberian Metil prednisolon berguna sebagai anti inflamasi

c. Pemberian Pseudoefedrin HCl berguna untuk meredakan gejala pilek yang

diderita oleh pasien

d. Pemberian ambroxol untuk mengencerkan sekret, meningkatkan kerja silia

dan merangsang pemecahan fibrin.

18

Page 19: Rhinosinusitis Nancy

DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardi E., Iskandar N., Telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi

kelima. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta, 2004.

2. Adams G., Boies L., Higler P. Buku ajar penyakit THT. Edisi keenam.

Penerbit Kedokteran EGC. Jakarta, 1997.

3. Boies, dkk. 1997. Buku ajar penyakit THT. Edisi 6. Jakarta : EGC.4. Mansjoer, A, Triyanti ,K. 2000. Sinusitis Akut. Kapita Selekta Kedokteran.

Edisi 3. Jakarta: FKUI.

5. http://emedicine.medscape.com/article/232670-overview

19