Rhinitis Alergi

30
Rhinitis Alergi INTAN PERMATA SARI 1211012048

description

FT

Transcript of Rhinitis Alergi

Rhinitis Alergi

Rhinitis AlergiINTAN PERMATA SARI1211012048

PengertianRhinitis alergi merupakan inflamasi membran mukosa hidung yang disebabkan oleh paparan terhadap materi alergenik terhirup yang mengawali respon imunologik spesifik, diperantarai oleh imunoglobulin E (IgE).

EtiologiGejala termasuk rinorea, bersin, kongesti hidung, sensasi adanya keluaran ingus (postnasal drip), konjungtivis alergik dan ruam mata, telinga atau hidung.

Pasien dapat mengeluh hilangnya penciuman atau pengecapan, yang pada banyak kasus disebabkan oleh sinusitis. Postnasal drip dapat disertai dengan batuk dan serak.Gejala rinitis yang tak ditangani dapat mengakibatkan insomnia, lemas, lelah dan memburuknya efisiensi kerja atau sekolah.

PatofisiologiReaksi alergi:Immediate response (hitungan menit)Late response (3-24 jam)

Reaksi awal terjadi ketika alergen di udara memasuki hidung selama inhalasi dan kemudian diproses oleh limfosit, yang menghasilkan antigen spesifik IgE. Hal ini menyebabkan sensitisasi pada orang yang secara genetik rentan terhadap alergen tersebut. Pada saat terjadi paparan ulang melalui hidung, IgE yang berikatan dengan sel mast berinteraksi dengan alergen dari udara, dan memicu mediator inflamasi.

Reaksi segera terjadi dalam hitungan menit, yang menyebabkan pelepasan cepat mediator yang terbentuk sebelumnya serta mediator yang baru dibuat melalui jalur asam arakidonat. Mediator hipersensitivitas segera meliputi histamin, leukotrien, prostaglandin, triptase dan kinin. Mediator ini menyebabkan vasodilatasi, peningkatan permeabilitas vaskula dan produksi sekresi nasal. Histamin menyebabkan rinorea, gatal, bersin dan hidung tersumbat.

Dari 4 hingga 8 jam setelah paparan terhadap alergen pertama kali, dapat terjadi reaksi fase lambat, yang diperirakan disebabkan oleh sitokin yang dibebaskan terutama oleh sel mast dan limfosit helper yang berasal dari timus. Respons inflamasi ini dapat menjadi penyebab gejala kronik yang menetap termasuk kongesti hidung.

Gejala dan tandaBersin berulangkaliHidung berair (rhinorrhea)Tenggorokan, hidung,kerongkongan gatalMata merah, gatal, berair

Tatalaksana TerapiNon-farmakologi:Hindari pencetus (alergen)

Farmakologi :Jika tidak bisa menghindari pencetus, gunakan obat-obat anti alergiJika tidak berhasil atau obat-obatan tadi menyebabkan efek samping yang tidak bisa diterima, lakukan imunoterapi (terapi desensitisasi).

Terapi non farmakologiMenghindari pencetus (alergen)

Amati benda-benda apa yang menjadi pencetus(debu, serbuk sari, bulu binatang, dll)Jika perlu, pastikan dengan skin testJaga kebersihan rumah, jendela ditutup.

Terapi FarmakologiAntihistamin

Antagonis reseptor histamin H1 berikatan dengan reseptor H1 tanpa mengaktivasi reseptor, yang mencegah ikatan dan kerja histamin. Antihistamin lebih efektif dalam mencegah respons histamin daripada melawannya.

Antihistamin oral dapat dibagi menjadi 2 yaitu :Non selektif (antihistamin sedasi)Selektif perifer (antihistamin nonsedasi)

Antihistamin mengantagonis permeabilitas kapiler, pembentukan bengkak dan rasa panas, serta gatal.

Mengantuk adalah efek samping yang paling sering dan dapat mengganggu kemampuan mengemudi atau aktivitas kerja. Efek sedatif bisa menguntungkan pada pasien yang sulit tidur karena gejala rinitis.

Efek samping lainnya termasuk hilang nafsu makan, mual, muntah, dan gangguan ulu hati. Efek samping pada sistem pencernaan dapat dicegah dengan mengonsumsi obat bersama makanan atau segelas penuh air.

Sediaan BeredarKLORFENIRAMIN MALEATIndikasi: Rinitis, urtikaria, hay feverKontraindikasi: HipersensitivitasEfek Samping: Mulut kering, mengantuk, pandangan kaburPerhatian: Penderita yang menggunakan obat ini sebaiknya tidak mengendarai kendaraan bermotor atau menjalankan mesin, tidak dianjurkan penggunaan pada wanita hamil dan menyusuiSediaan Beredar: Allermak (Ifars), Allergen (Novapharin), Ce Te Em (Erela) dll

DEKSKLORFENIRAMIN MALEAT

Indikasi: Mengatasi kasus alergi dimana diperlukan terapi dengan kortikosteroid, rinitis karena alergi menahun, rinitis karena gangguan vasomotor.

Kontraindikasi: Hipersensitivitas, infeksi fungsi sistemik,bayi baru lahir dan prematur, penderita yang mendapat terapi penghambat MAO, penderita tukak lambung aktif, Herpes simplek pada mata.

Efek Samping: Meningkatkan gangguan cairan elektrolit, gastrointestinal, dermatologik, osteoporosis, penghambatan pertumbuhan anak, penambah nafsu makan, kantuk ringan sampai sedang, reaksi kardiovaskuler, hematologik.

Sediaan Beredar: Alerdex (Armoxindo), Bufaramine (Bufa Aneka), Colergis (Dexa Medica), Polarist (Bernofarm), Polofar (Ifars) dll

DIFENHIDRAMIN HIDROKLORIDAIndikasi: AntialergiKontraindikasi: HipersensitivitasSediaan Beredar: Adidryl (Aditama Raya Farmindo), Arcodryl (Armoxindo), Benadryl(Pfizer),Decadryl (Harsen), Phenadryl (Cendo)

TRIPELENAMIN HIDROKLORIDAIndikasi: Dermatitis karena alergiKontraindikasi: Penyakit kulit yang mengeluarkan cairan karena peradanganSediaan Beredar: Tripel (Corsa)

PROMETAZIN HIDROKLORIDAIndikasi: Rinitis alergiKontraindikasi: HipersensitivitasEfek Samping: Rasa mengantukPerhatian: Jangan mengendarai kendaraan bermotor atau menyalakan mesinInteraksi Obat: Meperidin, morfin atau narkotik analgesik, heparinSediaan Beredar: Bufagan Ekspektoran (Bufa Aneka), Erpha Allergil (Erlimpex), Fludexin Dexa Medica), Phenergan (Aventis), Promex (Kimia Farma)

Dekongestan

Dekongestan topikal dan sistemik merupakan zat simpatomimetik yang bekerja pada reseptor adrenergik pada mukosa hidung menyebabkan vasokontriksi, menciutkan mukosa yang membengkak, dan memperbaiki ventilasi.

Dekongestan topikal dipakai langsung pada mukosa hidung yang membengkak melalui penetasan atau semprotan.

Penggunaan lama sediaan topikal (lebih dari 3 sampai 5 hari) dapat mengakibatkan rinitis medicamentosa, yang merupakan vasodilatasi balikan (rebound) yang terkait dengan kongesti. Pasien dengan kondisi ini menggunakan semprotan lebih sering dengan respon yang lebih kecil. Penghentian mendadak merupakan cara penanganan yang efektif, tapi kongesti balikan dapat berlangsung selama beberapa hari atau minggu. Steroid nasal telah digunakan dengan hasil yang baik, tapi perlu beberapa hari untuk dapat bekerja. Penghentian dekongestan pada pasien dapat dicapai dengan pengurangan frekuensi dosis dalam beberapa minggu. Kombinasi proses penghentian dengan steroid nasal dapat menolong.

Efek samping lain nasal dekongestan termasuk rasa terbakar, bersin, dan kekringan mukosa nasal.

Produk dekongestan seharusnya hanya digunakan bila betul-betul perlu (misalnya saat menjelang tidur) dan dengan dosis yang sekecil mungkin. Durasi terapi harus dibatasi 3 sampai 5 hari.

Pseudoefedrin merupakan dekongestan oral yang memiliki onset kerja lebih lambat dibandingkan dengan obat topikal tapi dapat bekerja lebih lama dan kurang menyebabkan iritasi lokal. Juga, rinitis medicamentosa tidak terjadi dengan pemberian dekongestan oral.

Pseudoefedrin adalah dekongestan sistemik yang paling aman dosis sampai 180 mg tidak menyebabkan perubahan tekanan darah dan laju jantung yang terukur. Akan tetapi, dosis yang lebih tinggi (210 sampai 240 mg) dapat meningkatkan tekanan darah dan laju jantung. Dekongestan sistemik harus dihindari pada pasien hipertensif kecuali kalau benar-benar diperlukan. Reaksi hipertensif parah dapat terjadi jika pseudoefedrin diberikan bersamaan dengan inhibitor monoamin oksidase. Pseudoefedrin dapat menyebabkan stimulasi ringan sistem saraf pusat, bahkan pada dosis terapetik.

Kortikosteroid Nasal

Kortikosteroid intranasal secara efektif meredakan bersin, rinorea, ruam dan kongesti nasal dengan efek samping yang minimal. Obat ini mereduksi inflamasi dengan menghambat pembebasan mediator, penekanan kemotaksis neutrofil, menyebabkan vasokontriksi, dan menghambat reaksi lambat yang diperantarai oleh sel mast.

Zat ini merupakan pilihan yang baik untuk rinitis perennial dan juga dapat digunakan pada rinitis musiman, terutama jika diberikan sebelum terjadi gejala.

Hambatan pada rongga hidung harus dihilangkan dengan dekongestan sebelum pemberian glukokortikoid untuk memastikan penetrasi obat semprot yang memadai.

Kromolyn natrium

Kromolyn natrium, penstabil sel mast, tersedia sebagai obat bebas dalam bentuk semprotan hidung untuk pencegahan gejala dan penanganan terhadap rinitis alergik.

Zat ini mencegah degranulasi sel mast yang dipicu oleh antigen dan pelepasan mediator, termasuk histamin.

Efek samping yang paling umum terjadi adalah iritasi lokal (bersin dan hidung perih)

Dosis pakai (umur 2 tahun) adalah satu semprotan pada tiap nostril 3-4 kali sehari dengan interval normal. Rongga hidung harus dibersihkan sebelum pemberian, dan bernafas melalui hidung selama pemberian meningkatkan distribusi ke seluruh bagian hidung.

Untuk rinitis musiman, penanganan dilakukan sebelum musim alergi mulai dan dilanjutkan selama musim berlangsung.

Dalam rinitis perennial, efek dapat tidak terlihat selama 2 hingga 4 minggu; pada fase inisiasi terapi antihistamin atau dekongestan mungkin diperlukan.

Ipratropium bromida

Obat semprot hidung ipratropium bromida merupakan zat antikolinergik yang berguna dalam rinitis alergik perennial.

Zat ini mempunyai sifat antisekretori ketika diberikan secara lokal dan meredakan gejala rinorea yang berkaitan dengan alergi dan bentuk lain rinitis kronis.

Larutan 0,03% diberikan sebanyak dua semprotan 2-3 kali sehari. Efek samping tergolong ringan dan termasuk sakit kepala, epikstasis, dan hidung kering.

Montelukast

Montelukast adalah antagonis reseptor leukotrien intuk penanganan rinitis alergik musiman. Efektif ketika diberikan tunggal atau dalam kombinasi dengan antihistamin.

Imunoterapi DesensitisasiBersifat kausatif

Imunoterapi merupakan proses yang lambat dan bertahap dengan menginjeksikan alergen yang diketahui memicu reaksi alergi pada pasien dengan dosis yang semakin meningkat.

Tujuannya adalah agar pasien mencapai peningkatan toleransi terhadap alergen, sampai tidak lagi menunjukkan reaksi alergi jika terpapar oleh senyawa tersebut.

Parameter efektifitas ditunjukkan dengan :berkurangnya produksi IgEmeningkatnya produksi IgGperubahan pada limfosit Tberkurangnya pelepasan mediator dari sel yang tersensitisasiberkurangnya sensitivitas jaringan terhadap alergen.