reza halim
Transcript of reza halim
i
TESIS
PREHOSPITAL INSULT DAN NISS > 50
MEMPENGARUHI MORTALITAS PASIEN TRAUMA
TUMPUL ABDOMEN DI RUMAH SAKIT SANGLAH
PERIODE TAHUN 2015
REZA HALIM
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
i
TESIS
PREHOSPITAL INSULT DAN NISS > 50
MEMPENGARUHI MORTALITAS PASIEN TRAUMA
TUMPUL ABDOMEN DI RUMAH SAKIT SANGLAH
PERIODE TAHUN 2015
REZA HALIM
NIM 1114028106
PROGRAM MAGISTER ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
ii
PREHOSPITAL INSULT DAN NISS > 50
MEMPENGARUHI MORTALITAS PASIEN TRAUMA
TUMPUL ABDOMEN DI RUMAH SAKIT SANGLAH
PERIODE TAHUN 2015
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister
Pada Program Magister, Program Studi Ilmu Biomedik,
Program Pascasarjana Universitas Udayana
REZA HALIM
NIM 1114028106
PROGRAM MAGISTER ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
iii
Lembar Persetujuan Pembimbing
TESIS INI TELAH DISETUJUI
TANGGAL 20 APRIL 2016
Pembimbing I, Pembimbing II,
dr. I Ketut Wiargitha, Sp.B (K) Trauma Dr.dr.Nyoman Golden,Sp.BS (K)
NIP 196809252005011001 NIP 196203071989031001
Mengetahui
Ketua Program Studi Ilmu Biomedik Direktur
Program Pascasarjana Program Pascasarjana
Universitas Udayana, Universitas Udayana,
Dr.dr.Gde Ngurah Indraguna Pinatih,M.Sc.Sp.GK Prof.Dr.dr.A.A. Raka Sudewi, SpS(K) NIP 195805211985031002 NIP 195902151985102001
iv
Tesis Ini Telah Diuji dan Dinilai oleh Panitia Penguji
pada Program Pascasarjana Universitas Udayana
pada Tanggal 26 April 2016
Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana
Nomor : 3043/UN14.4/HK/2016
Tertanggal : 28 Juni 2016
Penguji :
1. dr. I Ketut Wiargitha, SpB (K) Trauma
2. Dr. dr. Nyoman Golden, Sp.BS (K)
3. dr. I Nengah Wiadnyana Steven Christian, Sp.B (K) Onk
4. dr. I Made Darmajaya, Sp.B (K) BA, MARS
5. dr. I Made Mulyawan, Sp.B-KBD
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat – Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis dengan judul
“Prehospital Insult dan NISS > 50 Mempengaruhi Mortalitas Pasien Trauma
Tumpul Abdomen di Rumah Sakit Sanglah Periode Tahun 2015”.
Karya tulis ini adalah salah satu persyaratan dalam menempuh Program
Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Bedah Umum di Departemen/SMF Bedah
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah Denpasar.
Terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan yang setinggi – tingginya
penulis haturkan kepada :
Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD–KEMD, selaku rektor Universitas
Udayana yang telah memberikan kesempatan belajar di universitas yang beliau
pimpin.
Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K) selaku Direktur Program Pasca
Sarjana Universitas Udayana yang telah memberikan penulis kesempatan untuk
mengikuti pendidikan combined degree di program yang beliau pimpin.
Prof. Dr. dr. Putu Astawa, Sp.OT(K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana yang telah memberikan penulis kesempatan untuk mengikuti
Pendidikan Spesialis Bedah Umum di fakultas yang beliau pimpin.
vii
Dr. dr. Gde Ngurah Indraguna Pinatih, M.Sc, Sp.GK, selaku Ketua Program
Studi Ilmu Biomedik yang telah memberikan kesempatan mengikuti program
Combined Degree.
dr. Anak Ayu Sri Saraswati, M.Kes selaku Direktur Utama RSUP Sanglah
Denpasar yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar di
lingkungan rumah sakit yang beliau pimpin.
dr. I Ketut Wiargitha, Sp.B (K) Trauma selaku pembimbing utama penelitian
yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan inspirasi, bimbingan,
dan nasehat sehingga mempermudah penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini.
Dr. dr. Nyoman Golden, Sp.BS (K) selaku pembimbing metodologi dan
statistik dalam penelitian ini yang telah memberikan bimbingan dan masukan untuk
memperlancar penyelesaian karya tulis ini.
Prof. Dr. dr. Sri Maliawan, Sp.BS(K) selaku Kepala Departemen/SMF Bedah
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah Denpasar, yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti Program Pendidikan
Dokter Spesialis di program studi Bedah Umum.
dr. I Ketut Wiargitha, Sp.B (K) Trauma selaku Ketua Program Studi Ilmu
Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah Denpasar dan dr.
Putu Anda Tusta Adiputra, Sp.B(K)Onk. sebagai Sekretaris Program Studi Ilmu
Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah Denpasar yang
memberikan dukungan dan semangat dalam menyelesaikan pendidikan.
viii
dr. Ida Bagus Darma Putra, Sp.B–KBD dan Seluruh Staf Pengajar
Departemen / SMF Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Udayana / RSUP Sanglah
Denpasar sebagai guru dan teladan penulis yang dengan penuh dedikasi dan
kesabaran telah banyak memberikan bimbingan dan dukungan kepada penulis selama
mengikuti pendidikan Bedah Umum dan dalam menyelesaikan karya tulis ini.
Orang tua penulis, Harianto Halim dan Liliana Sidik serta adik tercinta Rio
Dwi Eko Nyoto Halim dan Roy Dwi Eko Mukso Halim (Alm.) atas cinta kasih,
motivasi, dan dukungan yang tiada henti selama penulis menjalani pendidikan
spesialis ini.
Seluruh rekan PPDS I Bedah Umum atas kerjasama, dukungan dan
bantuannya dalam proses penelitian serta selama proses pendidikan.
Seluruh staf dan paramedis di Instalasi Bedah Sentral RSUP Sanglah, seluruh
staf sekretariat Bedah, serta paramedis di Instalasi Rawat Inap Bedah, Instalasi Rawat
Jalan Bedah, dan staf badan koordinator pendidikan RSUP Sanglah Denpasar.
Akhir kata, semoga karya tulis ini dapat bermanfaat, dan mohon maaf atas
segala kekurangan.
Denpasar, April 2016
Reza Halim
ix
ABSTRAK
Prehospital Insult dan NISS > 50 Mempengaruhi Mortalitas Pasien Trauma
Tumpul Abdomen di Rumah Sakit Sanglah Periode Tahun 2015
Latar Belakang : Penelitian menunjukkan mortalitas yang disebabkan
trauma tumpul abdomen cukup tinggi berkisar 10-30% dari total kematian yang
disebabkan trauma organ lain. Penelitian ini bertujuan untuk mencari faktor risiko apa
yang dinilai berpengaruh menimbulkan mortalitas pada pasien trauma tumpul
abdomen.
Metode : Sejumlah 50 sampel penelitian yang memenuhi kriteria inklusi
pasien yang diterima di Unit Gawat Darurat (UGD) Rumah Sakit Sanglah selama
periode tahun 2015 dikumpulkan untuk kemudian dianalisa faktor risiko yang
berpengaruh terhadap mortalitas dari pasien-pasien trauma tumpul abdomen.
Hasil : Hasil penelusuran pada sampel didapatkan median usia 27 tahun
(22) dengan mayoritas jenis kelamin laki-laki mencapai 86%. Analisa data
menunjukkan faktor risiko yang berpengaruh secara statistik terhadap mortalitas
pasien trauma tumpul abdomen adalah prehospital insult, RR ∞ (95% CI = -, p <
0,001), New Injury Severity Score (NISS) > 50, RR 5 (95% CI = 2,578-9,699, p <
0,001), syok hipovolemik, RR 2,1 (95%CI = 0,986-4,453, p = 0,035), koagulopati,
RR 2,1, (95% CI = 1,058-4,338, p = 0,023), dan durasi operasi > 90 menit, RR 2,0
(95% CI = 1,130-3,431, p = 0,062) sedangkan faktor risiko lain seperti transport time
> 60 menit dan jumlah pendarahan durante operasi > 1500cc tidak berpengaruh
secara statistik. Setelah dianalisa secara multivariat didapatkan prehospital insult dan
NISS > 50, RR 4,1 (95% CI = 2,027-8,228, p < 0,001) merupakan faktor risiko
dominan yang berpengaruh terhadap mortalitas pasien trauma tumpul abdomen.
Kesimpulan : Prehospital insult meliputi resusitasi saat pasien
mengalami kejadian trauma dan NISS merupakan cerminan keparahan organ tubuh
yang terkena trauma. Kedua hal ini perlu mendapatkan perhatian lebih lanjut untuk
menekan mortalitas pada pasien trauma tumpul abdomen.
Kata Kunci : trauma tumpul abdomen, prehospital insult, NISS
x
ABSTRACT
Prehospital Insult and NISS > 50 influence Blunt Abdominal Trauma Patients
Mortality in Sanglah Hospital in 2015
Background : This study show mortality caused by blunt abdominal
trauma was high, approximately about 10-30% from total mortality caused by other
trauma. Our objective is to find which risk factor influence mortality in abdominal
blunt trauma patients.
Method : As many as 50 sample meet inclusion criteria for patients
admitted in emergency room Sanglah Hospital in 2015, collected then analyzed risk
factors influence mortality caused by abdominal blunt trauma.
Result : The patient characteristics show that median age for the patient
was 27 years (22). Majority gender was male 86%. Data analyze show that risk factor
statistically significant influence mortality was prehospital insult, RR ∞ (95% CI = -,
p < 0,001), New Injury Severity Score (NISS) > 50, RR 5 (95% CI = 2,578-9,699, p <
0,001), hypovolemic shock, RR 2,1 (95%CI = 0,986-4,453, p = 0,035), coagulopathy,
RR 2,1, (95% CI = 1,058-4,338, p = 0,023), and duration of surgery > 90 minutes,
RR 2,0 (95% CI = 1,130-3,431, p = 0,062), the other risk factors like transport time >
60 minutes and blood loss during surgery > 1500cc was not statistically significant.
After multivariat analyze, the result show that prehospital insult and NISS > 50, RR
4,1 (95% CI = 2,027-8,228, p < 0,001) were dominant risk factor influence mortality
in blunt abdominal trauma.
Conclusion : Prehospital insult consists of resuscitation at the location in
which the incident happened and NISS covers the severity of body organ injury. This
two factor need special attention to reduce mortality in blunt abdominal trauma
patient.
Keyword : blunt abdominal trauma, prehospital insult, NISS
xi
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL .................................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii
LEMBAR BUKTI UJI TESIS ............................................................................ iv
LEMBAR BEBAS PLAGIAT ............................................................................. v
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................... vi
ABSTRAK ............................................................................................................ ix
ABSTRACT .......................................................................................................... x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi
DAFTAR SINGKATAN………………………………………………………... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ..……………………………………………………….. xix
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 4
1.3.1 Tujuan Umum ...................................................................................... 4
1.3.2 Tujuan Khusus ..................................................................................... 4
xii
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................ 5
1.4.1 Manfaat Akademis ............................................................................... 5
1.4.2 Manfaat Klinis ..................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 6
2.1 Trauma Abdomen............................................................................................. 6
2.1.1 Anatomi Abdomen ................................................................................. 6
2.1.2 Mechanism of Injury ............................................................................... 7
2.1.3 Penanganan Fase Prehospital, Standar Assessment dan Resusitasi pada
Pasien Trauma Abdomen ........................................................................ 8
2.1.3.1 Penanganan Primary Survey dan Resusitasi .............................. 10
2.1.3.2 Penanganan Secondary Survey (Head to Toe Examination) ..... 16
2.1.3.3 Investigasi ................................................................................... 17
2.1.4 Penatalaksanaan Damage Control Surgery ............................................ 18
2.1.5 Mortalitas pada Trauma Abdomen ......................................................... 20
2.2 Penggunaan Sistem Skoring NISS pada pasien trauma abdomen .................... 23
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP PENELITIAN
DAN HIPOTESA PENELITIAN .................................................... 30
3.1 Kerangka berpikir ......................................................................................... 30
3.2 Konsep Penelitian ......................................................................................... 32
xiii
3.3 Hipotesa Penelitian ....................................................................................... 33
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 34
4.1 Rancangan Penelitian ................................................................................... 34
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................ 35
4.3 Sumber Data ................................................................................................. 35
4.3.1 Populasi .............................................................................................. 35
4.3.2 Kriteria Inklusi ................................................................................... 35
4.3.3 Kriteria Eksklusi................................................................................. 36
4.3.4 Teknik Pengambilan Sampel.............................................................. 36
4.3.5 Besar Sampel ...................................................................................... 36
4.4 Variabel Penelitian ............................................................................................ 37
4.4.1 Klasifikasi dan Identifikasi Variabel .................................................. 37
4.4.2 Definisi Operasional Variabel ............................................................ 37
4.5 Instrumen Penelitian.......................................................................................... 40
4.6 Prosedur Penelitian............................................................................................ 40
4.6.1 Tahap Persiapan ................................................................................. 40
4.6.2 Pelaksanaan Penelitian ....................................................................... 40
4.7 Alur penelitian ................................................................................................... 42
4.8 Analisis Data ..................................................................................................... 43
xiv
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 45
5.1 Data Karakteristik Sampel Penelitian ............................................................... 45
5.2 Analisis Faktor-Faktor Risiko yang menyebabkan
Mortalitas Pasien Trauma Tumpul Abdomen .................................................. 47
5.3 Pembahasan ....................................................................................................... 49
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 54
6.1 Simpulan ........................................................................................................... 54
6.2 Saran .................................................................................................................. 54
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 55
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................... 61
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Anatomi abdomen ............................................................................. 7
Gambar 2.2. “The Bloody Vicious Cycle” ............................................................. 21
Gambar 2.3. Komponen AIS .................................................................................. 26
Gambar 2.4. Contoh Perbedaan Penghitungan ISS vs NISS ................................. 28
Gambar 4.1. Bagan Rancangan Penelitian ............................................................. 34
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Parameter Kehilangan Darah Pasien saat Presentasi Awal di UGD ..... 13
Tabel 2.2. Respon terhadap Awal Pemberian Resusitasi Cairan ........................... 14
Tabel 2.3. Klasifikasi Skoring Sistem .................................................................... 24
Tabel 2.4. Sistem Skoring Trauma berdasarkan Penggunaannya .......................... 29
Tabel 5.1. Karakteristik Sampel Penelitian ............................................................ 46
Tabel 5.2. Analisis Bivariat Faktor-Faktor Risiko yang menyebabkan
Mortalitas Pasien Trauma Tumpul Abdomen ....................................... 48
Tabel 5.3. Analisis Multivariat Faktor-Faktor Risiko yang menyebabkan
Mortalitas Pasien Trauma Tumpul Abdomen………………………… 49
xvii
DAFTAR SINGKATAN
AIS : Abbreviated Injury Scores
APACHE : Acute Physiology and Chronic Health Evaluation
APTT : Activated Partial Thromboplastin Time
ALS : Advanced Life Support
ATLS : Advanced Trauma Life Support
BLS : Basic Life Support
BUN : Blood Urea Nitrogen
CT : Computed Tomography
EMS : Emergency Medical Service
FAST : Focused Assessment Sonograpy on Trauma
FFP : Fresh Frozen Plasma
GCS : Glasgow Coma Scale
IGD : Instalasi Gawat Darurat
ISS : Injury Severity Score
NISS : New Injury Severity Score
PRC : Packed Red Cell
RTS : Revised Trauma Score
PT : Prothrombin Time
INR : International Normalized Ratio
SC : Serum Creatinin
TRISS : Trauma and Injury Severity Score
WSD : Water-Seal Drainage
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1. Surat Kelaikan Etik ...................................................................... 61
LAMPIRAN 2. Surat Ijin Penelitian ...................................................................... 62
LAMPIRAN 3. Data Subyek Penelitian ................................................................ 63
LAMPIRAN 4. Hasil Analisis Data ....................................................................... 65
LAMPIRAN 5. Lembar Pengumpulan Data .......................................................... 86
LAMPIRAN 6. Persetujuan Penelitian .................................................................. 87
LAMPIRAN 7. Skor AIS sebagai dasar penghitungan skor NISS
Regio Abdomen .......................................................................... 89
LAMPIRAN 8. Abbreviated Injury Scale (AIS) 1985 revisi
untuk trauma tumpul ................................................................... 96
LAMPIRAN 9. Abbreviated Injury Scale (AIS) 1985 revisi
untuk trauma penetrasi ................................................................ 97
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Data sepanjang tahun 2013 di Indonesia menyatakan sekitar 239.257 buah
kendaraan bermotor terlibat kecelakaan, total kerugian materiil ditaksir mencapai
255.864 Milyar Rupiah dengan angka morbiditas mencapai 139.898 jiwa dan
mortalitas sebesar 26.146 jiwa sepanjang tahun 2013. Dimana rentang usia produktif
16-40 tahun mencapai 62% dari seluruh populasi (Staf Direktur Jenderal
Perhubungan Darat, 2014). Kematian akibat trauma selama tahun 2000 Di Rumah
Sakit Sanglah tercatat 125 pasien (15,8%) dari total pasien yang mengalami trauma
dan 25 pasien (20%) dari total pasien trauma yang meninggal disebabkan oleh trauma
abdomen (Widodo, dan Budha 2002). Data tahun 2015 menyatakan dari total 2755
tindakan di ruang operasi IRD RS Sanglah, 720 kasus berkaitan cedera kepala, 455
kasus berkaitan dengan fraktur ekstremitas, 64 kasus berkaitan trauma abdomen
sisanya berkaitan dengan kegawatdaruratan bedah non trauma (Anonim, 2015).
Seringkali pasien multipel trauma yang diterima di UGD RS disertai
dengan trauma abdomen. Trauma abdomen dapat dikendalikan supaya tidak terjadi
mortalitas, dengan cara mengidentifikasi dan mengendalikan sedini mungkin faktor-
faktor risiko yang ada dengan penatalaksanaan yang tepat. Apapun jenis trauma
abdomen akan
2
bermanifestasi pada 2 hal yang mengancam nyawa yaitu pendarahan dan infeksi.
Pendarahan harus segera diatasi sehingga pemeriksa wajib meng-asses gejala dan
tanda syok yang muncul pada pasien trauma abdomen. (White dan Yancey, 2011).
Pengalaman penulis selama menjalani tugas di RS Sanglah seringkali
pasien-pasien dirujuk dari tempat kejadian dalam keadaan tidak teresusitasi dengan
baik, seringkali pula di transportasikan dalam waktu yang lama ke RS Sanglah. Saat
diterima di ruang resusitasi RS Sanglah beberapa pasien jatuh dalam kondisi syok
berkepanjangan bahkan beberapa datang dalam keadaan koagulopati, kemudian
beberapa pasien trauma abdomen dengan hemodinamik tidak stabil akan diputuskan
mendapatkan penanganan surgical resuscitation yaitu damage control surgery dan
diberikan transfusi darah untuk mengganti darah yang hilang akibat syok. Selain itu
ada beberapa faktor risiko lain pula yang berperan seperti tipe kendaraan bermotor,
perangkat keselamatan kendaraan bermotor, response time, kualifikasi tenaga medis
penolong, kondisi saat pasien ditemukan, kendaraan yang dipakai transpor ke rumah
sakit, jarak tempuh, resusitasi cairan, kebutuhan transfusi masif PRC, tipe kuman,
hipotermia dan asidosis, tetapi karena keterbatasan alat ukur dan bervariasinya
kondisi tersebut maka dipilih beberapa faktor risiko saja yang diamati yang mana
faktor-faktor risiko tersebut mengakibatkan meningkatnya mortalitas pasien.
Tentunya assessment dan prioritas penatalaksanaan pada pasien trauma
abdomen dipermudah dengan penggunaan sistem skoring trauma seperti Revised
Trauma Score (RTS), Abbreviated Injury Scores (AIS), Injury Severity Score (ISS),
3
Trauma and Injury Severity Score (TRISS), Acute Physiology and Chronic Health
Evaluation (APACHE) dan salah satunya New Injury Severity Score (NISS),
sehingga prioritas pasien trauma abdomen dapat terkelola dengan baik. Penelitian
menunjukkan bahwa NISS lebih akurat daripada ISS sebagai prediktor mortalitas
pada trauma khususnya pada kasus trauma tajam. NISS memiliki akurasi yang lebih
tinggi daripada ISS dalam menilai beratnya trauma jaringan sebagai prediktor adanya
kegagalan multi organ pada post trauma. (Chawda, Hildebrand, Pape, dan
Giannoudis, 2004).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan latar belakang masalah tersebut maka dapat
dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :
1. Apakah prehospital insult merupakan faktor risiko mortalitas pasien
trauma tumpul abdomen?
2. Apakah transport time > 60 menit merupakan faktor risiko mortalitas
pasien trauma tumpul abdomen?
3. Apakah NISS > 50 merupakan faktor risiko mortalitas pasien trauma
tumpul abdomen?
4. Apakah syok hipovolemik merupakan faktor risiko mortalitas pasien
trauma tumpul abdomen?
4
5. Apakah koagulopati merupakan faktor risiko mortalitas pasien trauma
tumpul abdomen?
6. Apakah durasi operasi > 90 menit merupakan faktor risiko mortalitas
pasien trauma tumpul abdomen?
7. Apakah jumlah pendarahan durante operasi > 1500 cc merupakan
faktor risiko mortalitas pasien trauma tumpul abdomen?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor risiko yang mempengaruhi mortalitas pasien trauma
tumpul abdomen di Rumah Sakit Sanglah.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Prehospital insult merupakan faktor risiko mortalitas pasien trauma
tumpul abdomen.
2. Mengetahui transport time > 60 menit merupakan faktor risiko mortalitas
pasien trauma tumpul abdomen.
3. Mengetahui NISS > 50 merupakan faktor risiko mortalitas pasien trauma
tumpul abdomen.
4. Mengetahui syok hipovolemik merupakan faktor risiko mortalitas pasien
trauma tumpul abdomen.
5
5. Mengetahui koagulopati merupakan faktor risiko mortalitas pasien trauma
tumpul abdomen.
6. Mengetahui durasi operasi > 90 menit merupakan faktor risiko mortalitas
pasien trauma tumpul abdomen.
7. Mengetahui jumlah pendarahan durante operasi > 1500cc merupakan
faktor risiko mortalitas pasien trauma tumpul abdomen.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Akademis
Memberikan masukan kepada pihak pemerintah dan rumah sakit dalam
memperbaiki penatalaksanaan prehospital dan intrahospital terkait pasien
trauma tumpul abdomen.
1.4.2 Manfaat Klinis
Memperkenalkan metode skoring menggunakan NISS untuk membantu
prioritas penatalaksanaan pasien trauma tumpul abdomen di rumah sakit.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Trauma Abdomen
Organ abdomen merupakan rongga terbesar di tubuh yang mampu
menampung cairan dalam jumlah besar. Organ abdomen lebih rentan daripada organ
rongga thoraks, dikarenakan organ abdomen tidak terlindungi oleh tulang sternum
dan costae. (Esposito dan Brasel, 2013). Penyebab kematian utama segera pada
trauma adalah perdarahan. Sekitar 25% kasus kematian tersebut adalah adanya
perdarahan yang tidak terkontrol. (Thorsen, Ringdal, Strand, Soreide, Hagemo, dan
Soreide, 2011) Perdarahan menempati urutan kedua setelah trauma sistem saraf pusat
sebagai penyebab kematian dengan kisaran 30-40%. (Brandon, Holcom, dan
Schreiber, 2007).
2.1.1 Anatomi Abdomen
Abdomen terbagi menjadi 3 bagian yaitu intrathoracic abdomen, true
abdomen dan retroperitoneal abdomen. Bagian thoracic dari abdomen terletak
dibawah selembar otot tipis diafragma dan terlindungi tulang costae bawah. Bagian
ini terdiri atas hepar, kantung empedu, lien, gaster dan kolon transversum. True
abdomen terdiri atas usus halus dan besar, sebagian hepar dan kantung kemih. Pada
perempuan, uterus, tuba fallopi dan ovarium merupakan bagian pelvis dari true
abdomen. Retroperitoneal abdomen terletak dibalik thoracic dan
7
true abdomen. Bagian ini dipisahkan oleh membran retroperitoneal dari organ
abdomen lainnya. Bagian ini terdiri atas ginjal, ureter, pankreas, duodenum posterior,
kolon ascenden dan descenden, aorta abdominalis, dan vena cava inferior. (White
dan Yancey, 2011; Emery 2014).
Gambar 2.1. Kiri : intrathoracic abdomen. Tengah : true abdomen.
Kanan : retroperitoneal abdomen.
(diambil dari : White dan Yancey, 2011)
2.1.2 Mechanism of Injury
Trauma tumpul abdomen sering terjadi dengan laju mortalitas yang tinggi,
seringkali terkait dengan cedera penyerta seperti injury pada kepala, thoraks, pelvis
dan atau ekstremitas pada sebanyak 70% korban kecelakaan kendaraan bermotor
(White dan Yancey, 2011; Emery, 2014).
Pola injury pada trauma tumpul abdomen disebabkan kecelakaan antara
kendaraan bermotor, pejalan kaki yang ditabrak kendaraan bermotor, jatuh dari
ketinggian dan pemukulan dengan benda tumpul. Trauma tumpul abdomen terjadi
karena kompresi langsung abdomen dengan objek padat sehingga mengakibatkan
8
robeknya atau hematoma subscapular organ padat (hepar atau lien), contohnya pada
pasien kecelakaan kendaraan bermotor yang tidak memakai sabuk pengaman dan
terluka akibat benturan dari arah depan seperti kaca depan, setir, dashboard ataau
floorboard sehingga kemungkinan organ padat yang terlibat adalah lien, hepar, ginjal
dan retroperitoneum. Bisa juga karena gaya deselerasi yang menyebabkan robeknya
organ dan pembuluh darah pada regio yang terfiksir dari abdomen (hepar atau arteri
renalis), contohnya pada pengendara kendaraan bermotor yang memakai sabuk
pengaman akan mengakibatkan deselerasi akibat sabuk pengaman terutama pada
organ usus halus dan besar, robekan mesenterik. Atau bisa karena peningkatan
intraluminal yang menyebabkan rupturnya organ berongga (usus halus) (White dan
Yancey, 2011; Emery, 2014 ; Peitzman dan Piper, 2014). Trauma tumpul abdomen
yang mayoritas sering mengenai organ lien sekitar 40% - 55%, hepar 35% - 45% dan
usus halus 5%-10% (American College of Surgeons Committee on Trauma, 2008)
2.1.3 Penanganan Fase Prehospital, Standar Assessment dan Resusitasi pada
Pasien Trauma Abdomen
Fase Prehospital intinya memberikan penanganan cepat pada pasien
sebelum pasien dirujuk ke rumah sakit dengan fasilitas Trauma Centre. Negara maju
mengenal sistem EMS yang di organisasi pemerintah lokal, terdiri atas personel
kesehatan yang telah tersertifikasi kursus bantuan hidup dasar, akan memberikan
pertolongan darurat dahulu bagi pasien (seperti menjaga patensi airway, kontrol
9
pendarahan eksternal) setelah pasien stabil akan di transportasikan secepatnya dengan
mobil ambulans menuju ke rumah sakit terdekat (biasanya menuju rumah sakit
dengan fasilitas Trauma Centre dan terlebih dahulu sudah dihubungi tentang rencana
dan kondisi pasien trauma yang akan dirujuk) untuk diberikan penatalaksanaan
definitif (Blackwell, dan Kaufman, 2002; Pons, Haukoos, Bludworth, 2005;
American College of Surgeons Committee on Trauma, 2008; Kobayashi, Coimbra,
dan Hoyt, 2015). Pasien yang diberikan resusitasi cairan prehospital mampu
memberikan angka survival yang baik (National Institute for Health and Care
Excellence, 2004).
Batasan waktu fase prehospital diistilahkan dengan “Golden Hour” yang
mana jangka waktunya 60 menit dari pasien ditemukan di tempat kecelakaan dan di
tranportasikan ke rumah sakit dengan fasilitas Trauma Centre. (Samplais, Lavoie,
dan Williams, 1993; Lerner, dan Moscati, 2001). Kecepatan ambulans menjangkau
pasien di tempat kecelakaan (Ambulance Response Time) dapat memperbaiki
outcome klinis pasien, standar waktu ditentukan 8 menit atau kurang di negara maju
(Pons, Markovchick, 2002; Peleg, 2004; Carlowe, 2012; Do, Foo, Ng, dan Ong,
2012). Singapura bahkan memangkas waktu menjadi kisaran 7,5 menit (Lim, dan
Anantharaman, 1999; Do, Foo, Ng, dan Ong, 2012). Angka mortalitas meningkat tiga
kali lipat setiap 30 menit dari saat pasien kecelakaan sampai mendapatkan
penanganan definitif. (Cowley, Hudson, dan Scanlan, 1973). Secara spesifik untuk
kasus pasien trauma abdomen pemendekan waktu prehospital memberikan outcome
10
yang baik bagi pasien (Clarke, Trooskin, dan Doshi, 2002; Spahn, Bouillon, Cerny,
Coats, Duranteau, Fernández-Mondéjar, dkk, 2013).
Beberapa kota di Indonesia seperti Jakarta memiliki ambulans 118 tetapi
respon time nya jauh dibawah standar negara lain dikarenakan ketidaksepadanan
jumlah ambulans dengan luas cakupan wilayah (luas wilayah Jakarta (661m2),
populasi 10-12 juta penduduk dengan ambulans 26 buah yang diletakkan di titik
strategis Jakarta Utara dan Pusat) dan kemacetan lalu lintas. Sedangkan di
Yogyakarta memiliki respon time 10 menit karena ditunjang populasi 425.000 dan
lalu lintas yang tidak macet (Pusponegoro, dan Pitt, 2004).
Assessment pasien trauma terbaik menggunakan sistem ATLS seperti
dirumuskan American College of Surgeons Committee on Trauma tahun 2008. Saat
pasien datang di terima tim Trauma RS yang kemudian menjalankan protokol :
primary survey (ABCDE), resusitasi, secondary survey (Head to Toe Examination),
Investigasi dan penanganan definitif.
2.1.3.1 Penanganan Primary Survey dan Resusitasi
Primary survey dan resusitasi terdiri atas Pemeriksaan Airway (with C-
spine Protection), Breathing, Circulation, Disability (Neurologic Evaluation),
Exposure/Environmental Control. Pemeriksaan ABC didahulukan sesuai dengan
urutan penyebab kematian yang tercepat yaitu Airway disusul Breathing dan
Circulation (syok terutama syok hipovolemik). Kemudian ditambahkan Disability
11
dan Exposure/Environmental Control untuk membantu evaluasi awal pasien.
Kesemuanya dilakukan secara berurutan dan simultan (Brzozowski, dan Hans, 2012).
Airway (with C-spine Protection) prinsipnya membebaskan jalan nafas
dari sumbatan seperti darah, muntahan, gigi, patahan tulang rahang atau
pembengkakan jaringan lunak. Sekusensial memproteksi C-spine dengan menjaga
posisi leher tetap lurus dan dipasang Collar Brace, sambil mengerjakan manuver :
Head tilt (memiringkan kepala pasien ke salah satu sisi; boleh dilakukan hanya pada
pasien yang sudah disingkirkan kemungkinan lesi cervical) atau Chin lift dan Jaw
Thrust. Kemudian memasang alat bantu memastikan patensi airway seperti
OroTracheal Tube (OTT) atau bisa mengerjakan cricothyroidotomy dan intubasi
endotracheal, dilanjutkan dengan pemberian bantuan oksigen (Brzozowski, dan
Hans, 2012).
Breathing di-asses setelah airway bersih, ekspos dada pasien, inspeksi
kedua sisi dada dipastikan pergerakan dinding dada simetris, palpasi mencari adanya
kemungkinan fraktur costae, segmen flail chest dan emfisema subkutis. Kemudian
dilakukan auskultasi untuk menyingkirkan kelainan nafas seperti tension
pneumothoraks, pneumothoraks spontan atau hematothoraks. Untuk penatalaksanaan
emergency dilakukan needle thoracocentesis, untuk definitifnya dilakukan
pemasangan Thoracostomy WSD (Brzozowski, dan Hans, 2012).
Masalah Circulation adalah masalah yang ditangani selanjutnya, beberapa
parameter yang bisa dipakai adalah penilaian terhadap tingkat kesadaran, denyut nadi,
12
detak jantung, tekanan darah, warna kulit, produksi urin, dan base deficit (dari
analisis gas darah). Jenis syok yang paling sering terjadi pada pasien trauma adalah
syok hipovolemik. Abdomen secara khusus dievaluasi dikarenakan terdapat organ
yang rentan akibat trauma seperti hepar dan lien (Brzozowski, dan Hans, 2012).
Patofisiologi syok hipovolemik yaitu hilangnya darah dari pembuluh
darah sehingga respon tubuh mengompensasinya dengan melakukan vasokonstriksi
pembuluh darah pada kutis, otot dan organ sehingga aliran darah ke otak, jantung dan
ginjal terjaga. Selain itu terjadi kenaikan denyut jantung untuk menjaga cardiac
output terjaga. Pelepasan katekolamin endogen akan meningkatkan tahanan perifer
sehingga mampu meningkatkan tekanan darah sistolik dan mereduksi tekanan nadi.
Selain itu juga dilepaskan beberapa hormon seperti histamin, bradikinin, β-endorfin
dan kaskade prostanoid dan sitokin lainnya untuk mempertahankan permeabilitas
vaskular dan mikrosirkulasi. Di tingkat seluler akan terjadi pergeseran ke
metabolisme anaerob dimana akan menghasilkan asam laktat dan menyebabkan
asidosis metabolik, seringkali disertai penurunan kompensasi tubuh untuk
mempertahankan suhunya sehingga akan jatuh dalam kondisi hipotermia yang akan
berlanjut menuju kondisi koagulopati yang menyebabkan mortalitas. Tanda-tanda
klinis syok hipovolemik adalah akral dingin (suhu tubuh < 35°C), takikardia (pada
orang dewasa apabila nadi > 100 kali/menit), produksi urin < 0,5-1 cc/Kg berat badan
per jam Penatalaksanaan syok hipovolemik pada prinsipnya untuk mengontrol
pendarahan dan merestorasi volume cairan yang bersirkulasi (Brzozowski, dan Hans,
13
2012). Berikut ini disajikan tabel 2.1. untuk memperkirakan kehilangan darah pasien
pada saat presentasi awal di UGD.
Tabel 2.1. Parameter Kehilangan Darah Pasien saat Presentasi Awal di UGD
(American College of Surgeons Committee on Trauma, 2008)
Parameter yang dipakai untuk menilai keadekuatan resusitasi cairan bisa dilihat pada
tabel 2.2.
14
Tabel 2.2. Respon terhadap Awal Pemberian Resusitasi Cairan
(American College of Surgeons Committee on Trauma, 2008)
Dissability dinilai dari tingkat kesadaran pasien saat diterima di UGD.
Dinilai berdasarkan parameter yang disingkat AVPU : Alert, respon pasien terhadap
stimulasi Verbal, respon pasien terhadap stimulasi nyeri (Pain), dan Unresponssive.
Bisa pula menggunakan skor Glasgow Coma Scale yang mengamati status neurologi
pasien berdasarkan mata, verbal dan motorik (Reiff, Rue III, 2009). Selanjutnya
Exposure/Environment Control dilakukan dengan mengekspos seluruh tubuh pasien
kemudian pasien di Log Roll untuk mengevaluasi bagian belakang tubuh pasien
15
dengan memperhatikan C-spine Protection. Pasien diperiksa dalam lingkungan
bersuhu hangat dan kering (Brzozowski, dan Hans, 2012).
Resusitasi cairan dimulai dengan pemberian cairan kristaloid isotonik
hangat (37°C-40°C) sebanyak 1-2 liter melalui pemasangan dua buah kateter
intravena dengan diameter besar. Saat pemasangan kateter sekaligus diambil sampel
darah untuk pemeriksaan laboratorium serta crossmatch sebagai persiapan apabila
pasien membutuhkan transfusi darah. Apabila tubuh pasien tidak merespon dengan
pemberian cairan per intravena maka diberikan transfusi darah (American College of
Surgeons Committee on Trauma, 2008; Reiff, Rue III, 2009). Target resusitasi cairan
adalah hemodinamik normal, produksi urine 0,5-1cc/Kg berat badan per jam, koreksi
defisit basa, mengembalikan kadar laktat 0,5-1 mmol/L, dan kadar Hb 7-9 gr/dl
(Reiff, Rue III, 2009; Spahn, Bouillon, Cerny, Coats, Duranteau, Fernández-
Mondéjar, dkk, 2013).
Transfusi darah berfungsi merestorasi kapasitas pengangkutan oksigen
untuk memenuhi kebutuhan metabolik jaringan dan organ. Pemberian transfusi
diawali dengan pemberian PRC akan tetapi saat terjadi transfusi darah masif
(pemberian 10 atau lebih unit PRC) perlu diingat untuk mencegah dan
memberhentikan proses koagulopati. Cara pencegahan koagulopati dengan pemberian
transfusi platelet dan FFP. Patokannya platelet diberikan bila jumlah platelet pasien
dibawah 50.000 sel/ml atau bila ditemukan suspek disfungsi platelet. Apabila
pendarahan masih berlanjut (nilai INR atau APTT meningkat), diberikan FFP.
16
Cryoprecipitate diberikan apabila konsentrasi fibrinogen kurang dari 80 mg/dl
(Cryer, 2009).
Protokol transfusi masif diberlakukan apabila volume kehilangan darah
pasien mencapai 70ml/Kg, dimana untuk setiap pemberian 1 unit PRC diberikan pula
1 unit FFP secara bersamaaan begitu pula diberikan 6 pak platelet untuk setiap
pemberian 6 unit PRC. Saat pasien sudah selesai menjalani pembedahan dan dirawat
di ruangan intensif maka target kadar Hb disesuaikan menjadi 8,5-10 gr/dl, target ini
diberlakukan universal untuk pasien trauma baik pada pasien geriatri, memiliki
komorbid gangguan saraf pusat, COPD ataupun gangguan ginjal (Cryer, 2009).
2.1.3.2 Secondary Survey (Head to Toe Examination)
Pemeriksaan ini dilakukan setelah primary survey selesai, tujuannya
mengidentifikasi lesi mayor yang terdapat pada pasien. Termasuk dikerjakan “finger
and tubes in every orifices”, pemeriksaan fisik yang dimulai dari ujang kepala sampai
kaki, pengambilan sampel darah (hematologi rutin, elektrolit, BUN/SC, PT/APTT
dan INR, Lipase, level alkohol dan beberapa tes lainnya, termasuk crossmatch untuk
persiapan transfusi. Selain itu juga penunjang lainnya seperti rontgen dan
ultrasonografi turut dikerjakan. Semua dikerjakan secara simultan (Brzozowski, dan
Hans, 2012).
Fokus pemeriksaan secondary survey pada penelitian ini ditekankan pada
pemeriksaan abdomen karena abdomen seringkali menjadi tempat mengumpulnya
17
darah akibat ruptur nya organ atau pembuluh darah organ abdomen akibat trauma.
Dikerjakan pemeriksaan fisik yang lebih cermat meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi,
dan perkusi abdomen, untuk mengetahui tanda-tanda peritonitis. Dikerjakan pula
pemeriksaan rectal tussae untuk mendapatkan informasi adanya pendarahan saluran
cerna bagian bawah, posisi prostat, integritas rektum dan tonus spinkter ani. Pada
pasien perempuan, pertimbangkan pemeriksaan bimanual atau spekulum untuk
mendeteksi adanya trauma pelvis (Brzozowski, dan Hans, 2012).
2.1.3.3 Investigasi
Pasien dengan distensi abdomen yang progresif, hemodinamik yang tidak
stabil (dengan kecurigaan dikarenakan trauma abdomen), Pemeriksaan penunjang
seperti FAST (secara simultan selama secondary survey, sensitivitasnya mencapai
95%) untuk mendeteksi adanya cairan bebas pada splenorenal space (lien; sebanyak
50% kasus) atau Morisson’s Pouch (hepar; sebanyak 40% kasus). Pasien kategori ini
termasuk indikasi dikerjakan laparotomi eksplorasi. Sedangkan pasien dengan tanpa
indikasi laparotomi, penggunaan FAST dan atau CT abdomen adalah untuk
menyingkirkan injury di organ lain (Mac Kinnon D, 2012; Brzozowski, dan Hans,
2012). FAST yang sensitif bisa mendeteksi sampai 200cc cairan bebas
intraperitoneal, sehingga saat ini diagnostik menggunakan Diagnostic Peritoneal
Lavage di Trauma Centre modern fungsinya terbatas karena sudah digantikan oleh
FAST dan atau CT (Reiff, Rue III, 2009).
18
2.1.4 Penatalaksanaan Damage Control Surgery
Penanganan pasien dengan trauma tusuk abdomen yang menunjukkan
tanda-tanda peritonitis harus dikerjakan laparotomi eksplorasi di kamar operasi
karena sekitar 1 dari 3 pasien tersebut mengalami pendarahan intraabdomen (White
dan Yancey, 2011; Emery 2014).
Protokol yang penanganan trauma abdomen adalah Damage Control
Surgery, secara khusus dikerjakan Damage Control Laparotomy. Pembedahan dan
ekspos cavum abdomen dalam durasi lama, memperburuk kondisi fisiologis pasien
menyebabkan peningkatan morbitas dan mortalitas pasien. Karena itu pembedahan
awal dipersingkat sehingga penatalaksanaan pasien trauma berat terbagi atas tiga fase,
yaitu : kontrol pendarahan dan kontaminasi, resusitasi dan reekplorasi terencana
untuk penanganan pembedahan definitif (Kobayashi, Coimbra, dan Hoyt, 2015).
Indikasi nya berupa instabilitas hemodinamik, koagulopati, asidosis (pH <
7.2), hipotermia (temperatur core < 35°C), injury pada multipel cavum tubuh,
perkiraan durasi operasi lama, dan keperluan transfusi masif. Apabila protokol ini
dikerjakan, saat pendarahan dan kontaminasi telah terkontrol maka penutupan
sementara cavum abdomen (dengan memperhatikan sterilitas, melindungi saluran
cerna, mencegah eviserasi dan adhesi, traksi dinding abdomen secukupnya untuk
mencegah sindrom kompartemen abdomen) dikerjakan. Hal ini dimaksudkan untuk
mengumpulkan, memindahkan, dan mengkuantifikasi drainage cairan abdomen
(Spahn, Bouillon, Cerny, Coats, Duranteau, Fernández-Mondéjar, dkk, 2013;
19
Kobayashi, Coimbra, dan Hoyt, 2015). Tahap kontrol pendarahan dan kontaminasi
harus selesai dalam 60-90 menit (Germanos, Gourgiotis, Villias, Bertucci,
Dimopoulos, dan Salemis, 2008).
Teknik yang dikerjakan vacuum-assisted abdominal dressings dan the
Bogota bag, dilanjutkan tahap resusitasi yang bertujuan untuk membalikkan proses
asidosis dengan merestorasi volume darah sirkulasi dengan cairan hangat dan selimut
hangat, memberikan ventilasi dengan udara hangat. Bukti klinis tercapainya
keseimbangan fisiologis adalah tekanan darah, dentak jantung dan temperatur tubuh
normal, produksi urine adekuat, klirens peningkatan kadar laktat, serta normalisasi
profil koagulasi dan Hb. Semua ini harus tercapai sebelum berlanjut ke tahap operasi
definitif (Kobayashi, Coimbra, dan Hoyt, 2015).
Tahap operasi definitif dimulai dengan menginspeksi traktus saluran cerna
mulai dari diaphragmatic hiatus sampai ke refleksi peritoneum di sekitar distal
rektum, sekaligus memastikan posisi Nasogastric Tube. Dikerjakan pula inspeksi dan
palpasi seluruh organ padat abdomen, memeriksa apakah ditemukan hematom
retroperitoneum, dan inspeksi lesser sac (Kobayashi, Coimbra, dan Hoyt, 2015).
Tahap ini dikerjakan 24-72 jam setelah pasien mengalami trauma (Keel, Labler, dan
Trentz, 2005).
20
2.1.5 Mortalitas pada Trauma Tumpul Abdomen
Mortalitas akibat trauma tumpul abdomen cukup tinggi, berkisar 10%-
30%, sedangkan mortalitas akibat luka tembak berkisar 5% - 15% (White dan
Yancey, 2011). Morbiditas dan mortalitas yang disebabkan pendarahan
intraperitoneal akan meningkat dengan seiringnya penundaan kontrol pendarahan
(Peitzman dan Piper, 2014). Mortalitas dini pada pasien trauma tumpul abdomen
batasannya adalah 5 hari (Negoi, I., Paun, S., Hostiuc, S., Stoica, B., Tanase, I.,
Negoi, R.N, 2015).
Penundaan kontrol pendarahan pada pasien trauma terutama trauma
abdomen akan menyebabkan pasien akan jatuh pada kondisi bloody vicious cycle
yaitu hipotermia, asidosis dan koagulopati. Seperti nampak pada gambar 2.3.
21
Gambar 2.3. “The Bloody Vicious Cycle” (Kashuk, 2008).
Hipotermia adalah penurunan suhu inti tubuh dibawah suhu 35°C. pada
suhu ini, banyak kompensasi fisiologis untuk mengonservasi panas tubuh yang gagal
(Danzl, 2008). Hipotermia pada pasien trauma abdomen terjadi karena paparan
lingkungan, perdarahan dengan hipoperfusi jaringan yang menyebabkan gangguan
proses termoregulasi, saat meresusitasi pasien dengan cairan cairan dingin dan masif,
serta saat pasien menjalani pembedahan dalam kamar operasi yang dingin (Eldar dan
Charles, 2004). Hipotermia dapat mempengaruhi koagulasi darah pada setiap tahap
mayor proses clotting, yaitu: vaskuler, platelet dan aktivasi faktor clotting.
22
Hipotermia menghambat aktivitas protease dan fungsi trombosit. Aktivitas kompleks
faktor jaringan menurun seiring dengan penurunan suhu tubuh dan 50% tidak bekerja
pada suhu 28oC. Pada akhirnya hipotermia dapat menyebabkan koagulopati yang
meningkatkan mortalitas pada pasien trauma (Ahrenholz, D.H. 2013).
Asidosis pada pasien trauma abdomen terjadi karena syok dan kelebihan
ion klorida pada resusitasi. Asidosis yang sering terjadi pada kasus ini adalah asidosis
metabolik. Meng dan kawan-kawan menyebutkan bahwa ketika pH turun dari 7,4
menjadi 7,0, aktivitas faktor VIIa menurun sebesar 90%, faktor jaringan sebesar 55%
dan rata-rata aktivasi protrombin oleh faktor Xa/faktor Va kompleks menurun sebesar
70%. Martini dan kawan-kawan menyatakan bahwa asidosis (pH 7,1) dan apabila
dikombinasikan dengan hipotermia (t = 32°C) akan meningkatkan waktu pendarahan
lien sebanyak 72%. (Tieu, Holcom, dan Schreiber, 2007)
Koagulopati adalah kerusakan atau gangguan pada sistem koagulasi yang
menyebabkan peningkatan bleeding time (BT) atau peningkatan waktu pembekuan
darah. Trauma menyebabkan adanya perdarahan sehingga membutuhkan resusitasi.
Resusitasi menyebabkan terjadinya hemodilusi dan hipotermia sehingga terjadi
koagulopati dan kembali menyebabkan perdarahan. Syok yang terjadi akibat
perdarahan menyebabkan terjadinya asidosis dan hipotermia yang merangsang
koagulopati dan kembali lagi terjadi perdarahan dan hal ini dikenal dengan trias
kematian pada trauma. Trauma dan syok berhubungan dengan konsumsi faktor-faktor
koagulasi dan fibrinolisis yang berakhir pada koagulopati. Selain itu, koagulopati
23
yang terjadi pada trauma dipengaruhi oleh inflamasi, genetik, medikasi dan penyakit
lain. (John, Brohi, Dutton, Hauser, Holcomb, dan Kluger, 2008)
Koagulopati akut pada trauma didefinisikan sebagai nilai INR > 1,2. Pada
trauma, nilai INR >1,2 menunjukkan suatu keadaan klinis yang berhubungan erat
dengan risiko yang signifikan terjadinya kematian dan kebutuhan transfusi.
(Davenport, 2011; Hagemo dkk, 2015)
2.2 Penggunaan Sistem Skoring NISS pada pasien trauma abdomen
Sistem skoring trauma dikembangkan dan digunakan di banyak negara
untuk memperkirakan beratnya trauma dan kerusakan jaringan, secara umum
memiliki fungsi untuk :
1. Memprediksi outcome trauma
2. Membandingkan metode terapeutik
3. Alat untuk men-triage pre dan inter-hospital
4. Alat untuk memperbaiki kualitas dan program prevensi
5. Alat untuk penelitian dibidang trauma
Dimana sistem skoring ini mengkonversikan berat ringannya trauma sehingga dapat
dihomogenkan untuk membantu petugas medis berkomunikasi secara universal.
Sistem trauma terbagi menjadi seperti yang dilihat pada tabel 2.3 dan penggunaan
skoring trauma nampak pada tabel 2.4. (Chawda, Hildebrand, Pape, dan Giannoudis,
2004).
24
Tabel 2.3. Klasifikasi Skoring Sistem
(Chawda, Hildebrand, Pape, dan Giannoudis, 2004)
Pembahasan skoring trauma di fokuskan pada NISS yang terbentuk karena sering
ditemukan kelemahan pada skoring trauma lainnya seperti (Tohira, Jacobs, Mountain,
Gibson, dan Yeo, 2012) :
1. RTS (1980)
merupakan skor fisiologi yang paling sering digunakan, menghitung
tiga parameter fisiologi yaitu GCS, tekanan darah sistemik dan
respirasi. Kelemahannya, skor ini tidak praktis digunakan pada kasus
trauma, tidak dapat digunakan pada pasien-pasien dalam kondisi
25
terintubasi dan menggunakan ventilator karena kesulitan dalam
menghitung GCS. Perubahan yang cepat pada fisiologi pasien
misalnya akibat respon resusitasi menyebabkan bias pada
penghitungan RTS. Skor ini jarang dipakai. (Chawda, Hildebrand,
Pape, dan Giannoudis, 2004).
2. APACHE
Sering digunakan dalam perawatan intensif. Evaluasi ini meliputi
evaluasi penyakit kronis yang menjadi komorbiditas dan skor fisiologi
akut. Kelemahan skor ini adalah kurang mencerminkan kondisi
kelainan di ekstrakranial dan faktor komorbiditas banyak
menimbulkan bias (Chawda, Hildebrand, Pape, dan Giannoudis,
2004).
3. AIS (1971, revisi 1985, revisi 1990)
Merupakan skoring trauma berdasarkan anatomis, mengklasifikasikan
basis regio tubuh yang terluka dan derajat keparahan regio tubuh yang
terluka. terdiri atas enam derajat keparahan trauma, yaitu :
26
Gambar 2.4. Komponen AIS
Dimana semakin tinggi skala yang diberikan mengindikasikan luka
yang semakin parah. Skala ini skala subyektif, pedoman yang dipakai
para ahli untuk menentukan skala pada AIS, berdasarkan empat
kriteria, yaitu : mengancam nyawa, kecacatan permanen, jangka waktu
perawatan, dan energy dissipation. Sehingga AIS memiliki kelemahan
yaitu tidak bisa menghitung injury multipel pada regio tubuh yang
sama, dan korelasi yang minim antara skala AIS dengan survival
(O’Keefe, dan Jurkovich, 2001).
4. ISS (1974)
Merupakan skoring trauma berdasarkan anatomis, dimana sistem ini
dirumuskan : ISS = AIS2 + AIS
2 + AIS
2. AIS dihitung pada tiga regio
tubuh yang terdampak trauma yang terparah tetapi tidak boleh
memasukkan regio tubuh yang sama. Skor nya berkisar dari 1-75
27
dimana semakin besar skor berarti semakin fatal injury yang diterima
pasien. Sehingga AIS memiliki kelemahan tidak bisa menghitung
multipel injury pada satu regio tubuh dan menyamaratakan keparahan
setiap regio tubuh efeknya terjadi underscooring bila terjadi multipel
injury pada regio tubuh yang sama (O’Keefe, dan Jurkovich, 2001;
Becher, Meredith,dan Kilgo, 2013).
5. TRISS
Merupakan kombinasi ISS dan RTS, yang dipergunakan untuk
memprediksi survival pasien. Sehingga sistem skor ini memiliki
kelemahan yang sama pada ISS dan RTS (O’Keefe, dan Jurkovich,
2001).
NISS dikembangkan Osler dan kawan-kawan dirumuskan berdasarkan penghitungan
tiga organ tubuh yang mengalami trauma berat (dilihat dari AIS tertinggi, tanpa
memperdulikan organ yang terkena itu dalam satu regio tubuh atau bukan) lalu di
pangkatkan dua dan dijumlahkan. Sehingga NISS dapat memprediksi outcome lebih
akurat pada pasien trauma multipel pada satu regio tubuh seperti contohnya trauma
abdomen, dan dapat dipergunakan sebagai sebagai prediktor adanya kegagalan multi
organ pada post trauma, dipakai patokan skala NISS > 50 dinyatakan pasien
mengalami mortalitas (Yose, Wiargitha, dan Mahadewa, 2015) seperti nampak pada
28
gambar 2.5. Kisaran skor ini antara 1-75. Dengan skala 1 trauma minor dan 75
terberat (O’Keefe, dan Jurkovich, 2001).
Gambar 2.5. Contoh Perbedaan Penghitungan ISS vs NISS
(O’Keefe, dan Jurkovich, 2001)
29
Tabel 2.4 Sistem Skoring Trauma berdasarkan Penggunaannya
(Chawda, Hildebrand, Pape, dan Giannoudis, 2004)
30
BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP PENELITIAN DAN HIPOTESA
PENELITIAN
3.1 Kerangka berpikir
Trauma tumpul abdomen adalah lesi yang diakibatkan penekanan
langsung pada area abdomen yang menimbulkan kerusakan organ abdomen
dengan mekanisme penekanan organ abdomen dengan tulang belakang atau
teregang paling sering diakibatkan kecelakaan kendaraan bermotor, yang
menyebabkan pasien membutuhkan resusitasi dan penatalaksanaan lebih lanjut di
rumah sakit. Pasien yang diberikan pertolongan darurat di lokasi kejadian diberikan
resusitasi cairan untuk menekan angka mortalitas pasien tersebut (National Institute
for Health and Care Excellence, 2004) kemudian akan ditransportasikan ke rumah
sakit Sanglah, dihitung berdasarkan waktu kurang dari 60 menit. Saat pasien diterima
di IRD rumah sakit dapat dinilai skoring trauma berdasarkan NISS untuk menentukan
nilai > 50 menunjukkan pasien akan berisiko mengalami mortalitas (Yose, Wiargitha,
dan Mahadewa, 2015).
Kondisi pasien trauma abdomen yang dibawa dalam keadaan syok kelas 2
dengan kondisi akral dingin dengan suhu < 35°C dan denyut nadi > 120 kali permenit
menunjukkan pasien membutuhkan resusitasi dengan cairan kristalloid dan
pemberian transfusi darah (American College of Surgeons Committee on Trauma,
2008).
31
Koagulopati adalah kerusakan atau gangguan pada sistem koagulasi yang
menyebabkan peningkatan bleeding time (BT) atau peningkatan waktu pembekuan
darah. Trauma menyebabkan adanya perdarahan sehingga membutuhkan resusitasi.
Resusitasi menyebabkan terjadinya hemodilusi dan hipotermia sehingga terjadi
koagulopati dan kembali menyebabkan perdarahan. Syok yang terjadi akibat
perdarahan menyebabkan terjadinya asidosis dan hipotermia yang merangsang
koagulopati dan kembali lagi terjadi perdarahan dan hal ini dikenal dengan trias
kematian pada trauma. Koagulopati akut pada trauma didefinisikan sebagai nilai INR
> 1,2. Pada trauma, nilai INR > 1,2 menunjukkan suatu keadaan klinis yang
berhubungan erat dengan risiko yang signifikan terjadinya kematian dan kebutuhan
transfusi (Davenport, 2011; Hagemo dkk, 2015). Pasien yang membutuhkan
pembedahan akan menjalani protokol Damage Control Laparotomy khusus untuk
pasien trauma tumpul abdomen dengan ketidakstabilan hemodinamik, dimana durasi
operasi < 90 menit, penanganan > 90 menit berpotensi meningkatkan mortalitas
pasien (Germanos, Gourgiotis, Villias, Bertucci, Dimopoulos, dan Salemis, 2008).
Pada prosedur abdomen yang dikerjakan > 2 jam dengan pendarahan durante operasi
> 1500 cc berpotensi meningkatkan koagulopati yang pada akhirnya meningkatkan
mortalitas (Kozek-Langenecker, S.A., Afshari, A., Albaladejo, P., Santullano,
C.A.A., Robertis, E., Filipescu, D.C., et al, 2013).
32
3.2 Konsep Penelitian
Penanganan
pasien di
IGD rumah
sakit
Pasien
Trauma
Tumpul
Abdomen
Outcome
pasien
Penanganan
di kamar
operasi
rumah sakit
Prehospital
insult
Transport time
Durasi operasi
Damage Control
Surgery
Jumlah
pendarahan
durante operasi
Koagulopati
Hidup Mati
NISS
Syok hipovolemik
33
3.3 Hipotesa Penelitian
a. Prehospital insult merupakan faktor risiko mortalitas pasien trauma tumpul
abdomen.
b. Transport time > 60 menit merupakan faktor risiko mortalitas pasien trauma
tumpul abdomen.
c. NISS > 50 merupakan faktor risiko mortalitas pasien trauma tumpul abdomen.
d. Syok hipovolemik merupakan faktor risiko mortalitas pasien trauma tumpul
abdomen.
e. Koagulopati ditandai INR > 1,2 merupakan faktor risiko mortalitas pasien
trauma tumpul abdomen.
f. Durasi operasi > 90 menit merupakan faktor risiko mortalitas pasien trauma
tumpul abdomen.
g. Jumlah pendarahan durante operasi > 1500 cc merupakan faktor risiko
mortalitas pasien trauma tumpul abdomen.
34
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan cohort untuk mengetahui faktor-
faktor risiko yang menyebabkan mortalitas pasien trauma tumpul abdomen.
Penelitian dimulai dengan identifikasi kasus yaitu individu dengan trauma tumpul
abdomen sebagai faktor risiko klinis. Selanjutnya dilakukan observasi data secara
retrospektif untuk mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang berperan terhadap
mortalitas pasien. Gambar 4.1.
Gambar 4.1. Bagan Rancangan Penelitian
Hidup
Mati
Hidup
Mati
Faktor Risiko
(+)
Faktor Risiko
(-)
Pasien trauma tumpul
abdomen
35
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan melalui pengamatan rekam medis pasien di Instalasi
Rekam Medis RSUP Sanglah Denpasar. Penelitian dimulai pada Januari 2015 sampai
Desember 2015.
4.3. Sumber Data
4.3.1. Populasi
a. Populasi target (target population) adalah semua pasien dengan
trauma tumpul abdomen.
b. Populasi terjangkau (accessible population) adalah semua pasien
dengan trauma tumpul abdomen yang diterima di RSUP Sanglah
Denpasar sejak kurun waktu terhitung Januari 2015 sampai Desember
2015.
c. Sampel yang diinginkan (intended sample) adalah sampel yang dipilih
dengan teknik berurutan (consecutive sampling) dari populasi
terjangkau setelah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
d. Subyek yang diteliti (actual study subjects) adalah subyek yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
4.3.2. Kriteria Inklusi
Seluruh penderita berusia lebih dari 16 tahun dan kurang dari 65 tahun
yang menderita trauma tumpul abdomen yang datang ke RSUP Sanglah Denpasar
dan mendapatkan penatalaksanaan.
36
4.3.3. Kriteria Eksklusi
a. Pasien dengan catatan medis tidak lengkap
b. Pasien meninggal saat diresusitasi
c. Pasien disertai trauma berat organ lain selain abdomen yang dapat
menyebabkan kematian
d. Pasien trauma abdomen selain trauma tumpul abdomen
4.3.4. Teknik Pengambilan Sampel
Pasien yang berobat ke Instalasi Rawat Darurat (IRD) bedah RSUP
Sanglah Denpasar dan memenuhi syarat sebagai sampel serta memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi. Sampel penelitian pada penelitian ini dipilih secara berurutan
(consecutive sampling) sampai jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi.
4.3.5. Besar Sampel
Besar sampel menggunakan rumus uji hipotesa terhadap Risk Ratio
(RR):
( √ ) √
Zα adalah nilai baku untuk kesalahan tipe 1 (α) sebesar 5% (1,96)
Zβ adalah nilai baku untuk power penelitian 90% (0,842)
37
P2 adalah proporsi dilakukan operasi pada pasien trauma tumpul abdomen.
Berdasarkan pengalaman jumlah pasien trauma tumpul abdomen yang datang dan
akhirnya mengalami operasi, maka diketahui P2 sebesar 30% (0,3)
RR adalah risiko relative dari yang terpapar faktor risiko untuk terjadinya mortalitas
trauma tumpul abdomen dan perlunya tindakan operasi dibandingkan yang tidak
terpapar faktor risiko. Diputuskan RR = 2.
P1 adalah proporsi terjadinya trauma tumpul abdomen dan perlunya tindakan operasi
pada yang terpapar faktor risiko. Diketahui dengan cara P2 x RR = 0,6.
P adalah P rata-rata, yaitu (P1 + P2)/2 = 0,45.
Q adalah 1 – P = 0,55
Berdasarkan rumus diatas didapatkan jumlah sampel total = 50.
4.4. Variabel Penelitian
4.4.1. Klasifikasi dan Identifikasi Variabel
Variabel dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi 2 kelompok
variabel, yaitu:
a. Variabel bebas adalah prehospital insult, transport time, NISS, syok
hipovolemik, koagulopati, durasi operasi, dan jumlah pendarahan durante
operasi.
b. Variabel tergantung adalah mortalitas pasien.
38
4.4.2. Definisi Operasional Variabel
Untuk keseragaman dan agar tidak terjadi kerancuan maka variabel-
variabel yang digunakan dalam penelitian ini perlu didefinisikan. Definisi operasional
dari variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut :
a. Prehospital insult adalah pasien trauma tumpul abdomen tidak diberikan
pertolongan pertama oleh petugas kesehatan yang tersertifikasi sudah pernah
mengikuti BLS dan ALS, tidak diberikan resusitasi cairan berupa pemasangan
akses intravena dan cairan infus sebelum pasien tersebut di transportasikan ke
rumah sakit, dan tidak ditransportasikan dengan ambulans dengan fasilitas life
support. (Pusponegoro, 2005)
b. Trauma tumpul abdomen adalah lesi yang diakibatkan penekanan langsung
pada area abdomen yang menimbulkan kerusakan organ abdomen dengan
mekanisme penekanan organ abdomen dengan tulang belakang atau teregang.
(Whitey, dan Yancey, 2011)
c. Transport time adalah waktu yang butuhkan untuk membawa pasien trauma
abdomen dari tempat kejadian menuju IRD rumah sakit > 60 menit.
d. AIS adalah deskripsi trauma organ berdasarkan beratnya trauma pada organ
tersebut dengan rentang skala 1-6. Skala 1 cedera minor, skala 2 moderate,
skala 3 cedera serius, skala 4 cedera berat, skala 5 cedera kritis dan skala 6
cedera yang menyebabkan kematian (Chawda, Hildebrand, Pape, dan
Giannoudis, 2004).
39
e. NISS adalah modifikasi dari ISS dimana NISS menghitung jumlah dari
kuadrat AIS tiga organ terberat tanpa memperhitungkan bagian tubuh
(Chawda, Hildebrand, Pape, dan Giannoudis, 2004).
f. NISS positif menyebabkan mortalitas jika nilainya > 50.
g. Syok hipovolemik adalah kondisi pasien mengalami pendarahan berpatokan
pada klinis suhu tubuh < 35°C diukur dengan termometer dan nadi > 120
kali/menit (American College of Surgeons Committee on Trauma, 2008).
h. Koagulopati pada trauma adalah kerusakan atau gangguan pada sistem
koagulasi darah yang menyebabkan pemanjangan waktu pembekuan darah
dengan INR > 1,2. Pada koagulopati akut akibat trauma, nilai INR diperiksa
pada saat datang di IRD rumah sakit. (Hagemo, Christian, Stanworth, Brohi,
Johanson, dan Goslings, 2015)
i. INR adalah rasio antara protrombin time (PT) dengan Mean Normal
Prothrombin Time (MNPT).
j. Prothrombin time adalah waktu yang diperlukan untuk proses pembekuan
darah jalur ekstrinsik.
k. Mean Normal Protrombin Time adalah nilai tengah waktu normal dari PT.
l. Durasi operasi adalah lama waktu yang dibutuhkan > 90 menit untuk
mengerjakan prosedur damage control surgery yang operatornya residen jaga
2 ke atas atau spesialis bedah.
40
m. Jumlah darah yang hilang durante operasi adalah jumlah pendarahan selama
prosedur operasi baik yang di gaas, mesin suction maupun estimasi darah
yang tercecer di lantai kamar operasi sejumlah > 1500cc.
n. Mortalitas pasien adalah kematian pasien dalam jangka waktu 5 hari setelah
pasien mendapatkan penanganan surgical resuscitation (Negoi, I., Paun, S.,
Hostiuc, S., Stoica, B., Tanase, I., Negoi, R.N, 2015).
4.5. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: lembar pengumpul
data yang digunakan untuk mengeksplorasi faktor risiko prehospital insult, transport
time, NISS, syok hipovolemik, koagulopati, durasi operasi dan jumlah darah yang
hilang durante operasi.
4.6. Prosedur Penelitian
4.6.1. Tahap Persiapan
Sampel penderita yang didiagnosis trauma tumpul abdomen dipilih secara
berurutan (consecutive). Preparasi penanganan disiapkan sesuai dengan prosedur
baku penanganan trauma tumpul abdomen.
41
4.6.2. Pelaksanaan Penelitian
Sebelum pelaksanaan penelitian, etika penelitian dikonsultasikan dengan
Komisi Etika Penelitian Unit Penelitian dan Pengembangan Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana/RSUP Sanglah Denpasar guna mendapatkan surat kelaikan
etika.
Semua penderita yang didiagnosa trauma tumpul abdomen sejak bulan
Januari 2015 sampai dengan Desember 2015, dievaluasi rekam medik dan diambil
data yang berhubungan dengan penelitian. Semua penderita trauma abdomen
diberikan penanganan medis sesuai prosedur standar operasional RSUP Sanglah.
42
4.7. Alur penelitian
POPULASI TARGET :
Pasien Trauma Abdomen
SAMPEL
POPULASI TERJANGKAU :
Pasien Trauma Abdomen di RSUP Sanglah
Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Faktor- faktor risiko :
Prehospital insult
Transport time > 60 menit
NISS > 50
Syok hipovolemik
Koagulopati
Durasi operasi > 90menit
Jumlah pendarahan
durante operasi > 1500cc
ANALISA
Mati Hidup
43
4.8. Analisis Data
Analisis data pada penelitian dilakukan dalam 3 tahap : analisis
univariabel, bivariabel dan multivariabel
1. Analisis univariabel, bertujuan untuk menggambarkan karakteristik subjek
dan variabel penelitian. Hasil analisis univariabel ditampilkan dalam tabel
distribusi tunggal. Variabel yang berskala data numerik ditampilkan
menggunaka mean dan standar deviasi. Sedangkan variabel yang berskala
data kategorikal ditampilkan dalam frekuensi relatif.
2. Analisis bivariabel, bertujuan untuk mengetahui hubungan antara satu variabel
bebas dengan satu variabel tergantung. Analisis ini dilakukan dengan cara
membuat tabel silang 2 x 2. Kemudian untuk menilai hubungan, dihitung Risk
Ratio (RR). Adapun interpretasi dari RR adalah, jika RR > 1, maka variabel
bebas merupakan faktor risiko terjadinya variabel tergantung. Uji statistik
yang digunakan pada analisis bivariabel ini adalah chi square test pada batas
kemaknaan 0.05. Penilaian kemaknaan menggunakan 95%CI dari RR dan
nilai p.
3. Analisis multivariabel, analisis ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
murni satu variabel bebas terhadap 1 variabel tergantung dengan mengontrol
(mengendalikan) variabel bebas lainnya yang juga mempengaruhi variabel
tergantung. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan uji regressi poisson,
dengan cara memasukkan variabel bebas dengan nilai p < 0,250 berdasarkan
44
hasil analisis bivariabel. Semua variabel, dianalisis bersama – sama dan tidak
ada yang dieliminasi. Metode ini disebut sebagai metode Enter. Kemaknaan
secara statistik dinilai menggunakan 95% CI dari RR dan nilai p.
Keseluruhan tahap analisis data tersebut menggunakan bantuan perangkat lunak
statistik SPSS 21.
45
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Data Karakteristik Sampel Penelitian
Selama tahun 2015 tercatat 252 pasien menderita trauma tumpul abdomen
dimana 230 pasien menjalani tindakan pembedahan dan 50 pasien yang memenuhi
kriteria penelitian ini. Median usia pasien adalah 27 dengan usia termuda adalah 16
tahun dan usia tertua adalah 65 tahun, serta jenis kelamin laki-laki merupakan
mayoritas penderita trauma tumpul abdomen mencapai 86% (Tabel 5.1)
46
Tabel 5.1 Karakteristik Sampel Penelitian
Karakteristik n (%)
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
43 (86)
7 (14)
Usia
Median (IQR)
27 (22)
Prehospital insult
Ya
Tidak
23 (46)
27 (54)
Transport time > 60 menit
Ya
Tidak
36 (72)
14 (28)
NISS > 50
Ya
Tidak
15 (30)
35 (70)
Syok Hipovolemik
Ya
Tidak
28 (56)
22 (44)
Koagulopati
Ya
Tidak
25 (50)
25 (50)
Durasi waktu operasi > 90 menit
Ya
Tidak
8 (16)
42 (84)
Jumlah pendarahan durante operasi
>1500cc
Ya
Tidak
30 (60)
20 (20)
Outcome pasien
Hidup
Meninggal
28 (56)
22 (44)
47
5.2. Analisis Faktor-Faktor Risiko yang menyebabkan Mortalitas Pasien
Trauma Tumpul Abdomen
Analisa bivariat menunjukkan faktor-faktor risiko yang menyebabkan
mortalitas pada pasien trauma tumpul abdomen adalah Prehospital insult, RR ∞ (95%
CI= -, p < 0.001), NISS > 50, RR 5 (95% CI= 2,578-9,699, p < 0.001), Syok
hipovolemik, RR 2,1 (95% CI= 0,986-4,453, p = 0,035), dan Koagulopati, RR 2,1
(95% CI= 1,058-4,338, p = 0,023) (Tabel 5.2). Analisa dilanjutkan secara multivariat
menunjukkan bahwa faktor risiko secara utama yang berperan mempengaruhi
mortalitas pada pasien trauma tumpul abdomen adalah prehospital insult dan NISS >
50, RR 4,1 (95%CI=2,027-8,228, p<0,001) (Tabel 5.3).
48
Tabel 5.2 Analisis Bivariat Faktor-Faktor Risiko yang menyebabkan Mortalitas
Pasien Trauma Tumpul Abdomen
Variabel Mortalitas
RR 95% CI Nilai p Ya
(n=22)
Tidak
(n=28)
Prehospital Insult*
Ya
Tidak
22 (95,7)
0 (0,0)
1 (4,3)
27
(100,0)
∞
-
< 0.001
Transport time > 60 menit
Ya
Tidak
18 (50,0)
4 (28,6)
18 (50,0)
10 (71,4)
1,75 0,718-
4,263 0,171
NISS > 508
Ya
Tidak
15 (100,0)
7 (20,0)
0 (0,0)
28 (80,0)
5 2,578-
9,699 < 0,001
Syok Hipovolemik*
Ya
Tidak
16 (57,1)
6 (27,3)
12 (42,9)
16 (72,7)
2,1 0,986-
4,453 0,035
Koagulopati*
Ya
Tidak
15 (60,0)
7 (28,0)
10 (40,0)
18 (72,0)
2,1 1,058-
4,338 0,023
Durasi waktu operasi > 90
menit
Ya
Tidak
6 (75,0)
16 (38,1)
2 (25,0)
26 (61,9)
2,0 1,130-
3,431 0,062
Jumlah pendarahan durante
operasi >1500cc
Ya
Tidak
16 (53,3)
6 (30,0)
14 (46,7)
14 (70,0)
1,8 0,841-
3,758 0,103
49
Tabel 5.3 Analisis Multivariat Faktor-Faktor Risiko yang menyebabkan
Mortalitas Pasien Trauma Tumpul Abdomen
Variabel RR 95% CI Nilai p
NISS > 50*
4,1 2,027-8,228 < 0,001
Transport time > 60 menit
1,6 0,550-4,529 0,397
Syok Hipovolemik
1,3 0,717-2,348 0,390
Koagulopati
1,4 0,778-2,378 0,280
Durasi waktu operasi > 90
menit
1,7 0,821-3,413 0,156
Jumlah pendarahan durante
operasi >1500cc
0,8 0,382-1,555 0,467
5.3. Pembahasan
Prehospital insult seperti yang disampaikan dalam kajian pustaka
sebelumnya, pengertiannya tidak diberikan pertolongan pertama oleh petugas
kesehatan yang tersertifikasi sudah pernah mengikuti BLS dan ALS, tidak diberikan
resusitasi cairan berupa pemasangan akses intravena dan cairan infus sebelum pasien
tersebut di transportasikan ke rumah sakit, dan tidak ditransportasikan dengan
ambulans dengan fasilitas life support merupakan faktor risiko utama mempengaruhi
mortalitas pada pasien trauma tumpul abdomen, hasil ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan Murad et al (2012) selama periode 1997-2006 pada 2788 pasien
50
trauma, hasilnya dengan penanganan prehospital yang baik berupa simple life support
pada pasien dengan penanganan permasalahan airway, lesi pada dada dan pendarahan
mampu menekan angka mortalitas dari 17% (95% CI 15-19) menjadi 4% (95% CI
3.5-5) serta penelitian meta analisa yang dikerjakan Henry dan Lawrence (2012)
dikatakan sistem trauma prehospital yang dijalankan dibeberapa negara berkembang
sampai Desember 2010 mampu menekan angka mortalitas sebanyak 25% (RR 0.75;
95% CI, 0.66–0.85). Secara teori dikatakan fase prehospital yang meliputi menjaga
patensi jalan nafas, kontrol pendarahan eksternal dan syok, immobilisasi pasien,
mencari informasi mekanisme injury pasien, riwayat penyakit sebelumnya,
mengabarkan ke tempat rujukan yang dituju bahwa akan ada rujukan pasien, transpor
ke fasilitas kesehatan yang berkualifikasi seperti trauma center mampu mendiagnosis
secara tepat dan cepat sehingga dapat diberikan penatalaksanaan pada akhirnya dapat
menekan angka mortalitas pasien trauma (Esposito, dan Brasel 2013).
Prehospital insult berkaitan dengan syok hipovolemik, durasi operasi > 90
menit dan koagulopati menimbulkan mortalitas pada pasien trauma tumpul abdomen
melalui mekanisme penundaan pada pemberian penanganan sumbatan jalan nafas
akan menyebabkan pasien hipoksia menimbulkan lesi permanen pada otak bahkan
mortalitas dalam hitungan detik-menit, sedangkan penundaan penanganan masalah
pada pernafasan dan ventilasi akan menimbulkan gangguan oksigenasi di tingkat
selular akibatnya terjadi hipoksia yang berlanjut menjadi asidosis metabolik apabila
kondisi ini berkepanjangan akan memicu terjadinya hipotermia pada pasien dan pada
51
akhirnya terjadi proses koagulopati yang dikenal dengan trias kematian, apabila
pasien ini membutuhkan penanganan surgical resuscitation akan berpotensi
memperlama durasi operasi (John et al, 2008). Penundaan penanganan pasien trauma
juga menimbulkan pendarahan yang tidak terkontrol pada akhirnya pasien akan
mengalami syok hipovolemik yang berkepanjangan sehingga memicu pula terjadinya
koagulopati dan berakhir pada mortalitas pasien. Hal ini sesuai dengan rekomendasi
yang dikeluarkan Spahn et al (2013) yaitu pemakaian tourniquet untuk menghentikan
pendarahan yang mengancam nyawa pada pasien dengan patah tulang terbuka di
setting prabedah (Grade 1B), pada pasien dengan syok hemorrhagik dan sumber
pendarahan jelas yang sedang berlangsung harus segera menjalani prosedur kontrol
pendarahan kecuali sudah dikerjakan resusitasi awal yang adekuat (Grade 1B).
Prehospital insult pada penelitian ini mencerminkan nilai mutlak sebagai
faktor risiko penyebab mortalitas pada pasien trauma tumpul abdomen hal ini bisa
dikarenakan pengambilan data yang dilakukan secara retrospektif sehingga
kemungkinan memberikan informasi yang kurang akurat.
Analisa bivariat menunjukkan variabel durasi waktu operasi > 90 menit,
RR 2,0, 95%CI=1,130-3,431, p=0,062 dapat kita anggap sebagai variabel yang turut
berperan menimbulkan mortalitas pada pasien trauma tumpul abdomen karena jumlah
sampel yang diambil pada penelitian termasuk terbatas sehingga bila jumlah
sampelnya diperbesar, ada kemungkinan variabel ini bermakna secara statistik. Sesuai
pembahasan sebelumnya adanya prehospital insult dan jumlah organ abdomen yang
52
terdampak trauma banyak akan menyebabkan durasi damage control laparotomy
yang dikerjakan turut memanjang.
NISS > 50 artinya pasien yang menderita trauma tumpul abdomen yang
mengalami lesi pada satu atau lebih organ abdomen dan organ selain abdomen yang
derajat keparahannya tidak berperan utama mempengaruhi mortalitas pada pasien
trauma tumpul abdomen (sesuai kriteria inklusi penelitian ini) yang skornya > 50 (RR
= 4.1, 95%CI 2,027-8,228, p < 0,001) merupakan faktor risiko utama yang
mempengaruhi mortalitas pada pasien trauma tumpul abdomen, hasil ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan Mica et al (2013) yang melakukan penelitian
retrospektif pada total 770 pasien yang masuk ke trauma center di Helsinki
menunjukkan bahwa analisa kurva ROC yang membandingkan nilai pasien yang
meninggal selama 72 jam pertama dengan pasien yang bertahan selama lebih dari 3
hari AUC NISS 0.68 (95%CI 0.61-0.74) walaupun masih kurang dari 0.7 akan tetapi
mampu menunjukkan relatif peningkatan mortalitas pada pasien dengan NISS > 50,
sehingga NISS > 50 dapat digunakan sebagai prediktor pasien trauma yang akan
mengalami mortalitas.
Para pasien trauma tumpul abdomen yang memenuhi kriteria inklusi
penelitian ini yang memiliki NISS > 50 berkaitan dengan syok hipovolemik, durasi
operasi > 90 menit dan koagulopati dapat menyebabkan mortalitas pada pasien
trauma tumpul abdomen karena lesi pada satu atau lebih organ abdomen terutama
organ solid yang sering terdampak seperti lien dan hepar akan menyebabkan pasien
53
cepat jatuh dalam kondisi syok hipovolemik dan apabila kondisi ini tidak segera
diresusitasi akan menyebabkan pasien mengalami koagulopati yang menyebabkan
mortalitas, demikian pula saat melakukan surgical resuscitation pada pasien dengan
multiple injury membutuhkan durasi operasi yang panjang terlebih saat pasien
mengalami asidosis dan koagulopati (Fabian et al, 2013).
Implikasi hasil penelitian ini terhadap perbaikan penatalaksanaan pasien
adalah sektor prehospital dalam penanganan pasien sebaiknya diperbaiki berupa
keberadaan personel kesehatan yang tersertifikasi minimal BLS, sistem rujukan
pasien, response time saat menemukan pasien diperpendek, dan transportasi pasien ke
rumah sakit terdekat yang cepat serta menggunakan ambulans yang dilengkapi
peralatan life support, pasien yang menderita trauma tumpul abdomen perlu
dipikirkan kemungkinan pasien tersebut menderita multiple injury dalam rongga
abdomennya sehingga perlu diberikan resusitasi segera dan perujukan ke rumah sakit
yang dilengkapi trauma center.
Keterbatasan yang dijumpai peneliti selama menjalankan penelitian ini
adalah jumlah sampel yang sedikit, cara pengambilan sampel dalam rentang waktu
yang terbatas dan jenis-jenis variabel lain yang tidak diteliti seperti masing-masing
variabel yang termasuk dalam prehospital insult yaitu kualifikasi tenaga medis
penolong, resusitasi cairan yang diberikan, alat transport pasien, waktu respon saat
kejadian (sebagai residual confounding variabel) sedangkan kelebihan penelitian ini
adalah penelitian ini berbasis klinis sehingga hasil penelitian ini applicable.
54
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
1. Prehospital insult dan NISS > 50 terbukti secara statistik mempengaruhi
mortalitas pasien trauma tumpul abdomen di RSUP Sanglah Denpasar.
2. Faktor-faktor risiko lain seperti transport time > 60 menit dan jumlah
pendarahan durante operasi > 1500cc tidak terbukti kuat secara statistik,
sedangkan syok hipovolemik, durasi operasi > 90 menit, dan koagulopati
berkaitan dengan faktor risiko diatas sebagai faktor-faktor risiko yang
mempengaruhi mortalitas pasien trauma tumpul abdomen di RSUP Sanglah
Denpasar.
6.2 Saran
1. Masalah penatalaksaan sektor prehospital perlu mendapatkan perbaikan yang
melibatkan pemerintah dan manajemen rumah sakit.
2. Penerapan NISS untuk membantu dokter menentukan prioritas penanganan
triage pasien di IGD rumah sakit.
55
DAFTAR PUSTAKA
Ahrenholz, D.H. 2013. Temperature-Related Syndromes : Hyperthermia,
Hypothermia, and Frostbite. In : Mattox, K.L., Moore, E.E., Feliciano, D.V.,
editors. Trauma. 7th. Ed. New York: The McGraw-Hill Companies. p. 938-1035.
Anonim. 2015. Rekapitulasi Tindakan Operasi OK IRD RS Sanglah tahun 2015.
American College of Surgeons Committee on Trauma. 2008. Abdominal and
Pelvic Trauma. In : Fildes, J., editor. Advanced Trauma Life Support. 8th. Ed.
USA : American College of Surgeons Committee on Trauma. p. 111-129.
Baker SP. Advances and adventures in injury prevention. J Trauma: Injury Infect
Crit Care 42:369-73, 1997.
Becher, R.D., Meredith, J.W.,dan Kilgo, P.D. 2013. Injury Severity Scoring and
Outcomes Research. In : Mattox, K.L., Moore, E.E., Feliciano, D.V., editors.
Trauma. 7th. Ed. New York: The McGraw-Hill Companies. p. 77- 90.
Blackwell, T.H., Kaufman, J.S. Response time effectiveness: comparison of
response time and survival in an urban EMS system. Acad Emerg Med
2002;9:288-295.
Brandon, H., Holcom, J.B., dan Schreiber, M.A. 2007. Coagulopathy: Its
Pathophysiology and Treatment in the Injured Patient. USA: World Journal of
Surgery; 31: 1055–1064.
Brzozowski, M., Hans, L. The Secondary Trauma Survey. In : Hans, L., Mawji,
Y., editors. The ABC’s of Emergency Medicine. 12 th. Ed. Toronto. p. 212-214.
Carlowe J. Ambulance service puts too much emphasis on response time to
detriment of overall care, says National Audit Office. BMJ. 2011;342:d3672.
Chawda, M.N., Hildebrand, F., Pape, H.C., dan Giannoudis, P.V. 2004.
Predicting Outcome After Multiple Trauma: Which Scoring System?. United
Kingdom. Elsevier Ltd. The International Journal of The Care of The Injured. 35,
347-358.
56
Cho, Y., Judson, R., Cho, K.G.Y., Santos, M., Walsh, M., Pascoe, D. 2012. Blunt
Abdominal Trauma. The Royal Melbourne Hospital-Trauma Service Guidelines.
Clarke, J.R., Trooskin, S.Z., Doshi, P.J. Time to laparotomy for intraabdonimal
bleeding from trauma does affect survival for delays up to 90 minutes. J Trauma
2002;52:420-425.
Cook, T.M., MacDougall-Davis, S.R. Complications and failure of airway
management. Br. J. Anaesth. (2012) 109 (suppl 1): i68-i85. doi:
10.1093/bja/aes393
Cowley, R.A., Hudson, F, Scanlan, E. An economical and proved helicopter
program for transporting the emergency critically ill and injured patient in
Maryland. J Trauma. 1973; 13:1029–38.
Cryer, H.M. 2009. Blood Transfusion and Alternate Therapies. In : Wong, J.,
Garden, O.J., Csendes, A., Buchler, M.W., Sarr, M.G., Bland, K.L., editors.
General Surgery Principles and International Practice. 2nd. Ed. Springer-Verlag
London. p. 43-53.
Danzl, D.F. 2008. Hypothermia and Frostbite. In : Fauci, A.S., Kasper, D.L.,
Longo, D.L., Braunwald, E., Hauser, S.L., Jameson, J.L., Loscalzo, J., editors.
Harrison's Principles of Internal Medicine. 17th
. Ed. New York: McGraw-Hill.
Chapter : 20.
Davenport, R., Mansion, J., Henry, D., Platton, S., Coates, A., dan Allard, S.
2011. Functional Definition and Characterisation of Acute Traumatic
Coagulopathy. Critical Care Medicine; PMC; 39(12): 2652–2658.
Do, Y.K., Foo, K, Ng, Y.Y., Ong, M.E.H. a Quantile Regression Analysis of
Ambulance Response Time. Prehospital Emergency Care. 2013;Early Online: 1-
7.
Eldar, S., dan Charles, E.S. 2004. Hypothermia in trauma victims – friend or foe?.
Ohio: Indian Journal Critical Care Medicine. Vol 8 Issue 2.
Emery, M.T. 2014. Abdominal Trauma. In : Sherman, S.C., Weber, J.M., Patwari,
R.G., Schindlbek, M.A., editors. Clinical Emergency Medicine. New York: The
McGraw-Hill Companies. p. 381-386.
Esposito, T.J., Brasel, K.J. 2013. Epidemiology. In : Mattox, K.L., Moore, E.E.,
Feliciano, D.V., editors. Trauma. 7th. Ed. New York: The McGraw-Hill
Companies. p. 18-35.
57
Fabian, T.C., Bee, T.K. 2013. Liver and Biliary Tract. In : Mattox, K.L., Moore,
E.E., Feliciano, D.V., editors. Trauma. 7th. Ed. New York: The McGraw-Hill
Companies. p. 539-635.
Ferrada, R., Rivera, D., Ferrada, P. 2009. Blunt Abdominal Trauma. In : Wong,
J., Garden, O.J., Csendes, A., Buchler, M.W., Sarr, M.G., Bland, K.L., editors.
General Surgery Principles and International Practice. 2nd. Ed. Springer-Verlag
London. p. 144-160.
Germanos, S., Gourgiotis, S., Villias, C., Bertucci, M., Dimopoulos, N., Salemis,
N. Damage control surgery in the abdomen: An approach for the management of
severe injured patients. International Journal of Surgery (2008) 6, 246-252.
Hagemo, J.S., Christian, S.C., Stanworth, S.J., Brohi, K., Johanson, P.I., Goslings,
J.C., Naess, P.A., dan Gaarder, C. 2015. Detection of Acute Traumatic
Coagulopathy and Massive Transfusion Requirements by Means of Rotational
Thromboelastometry: an International Prospective Validation Study. Norwegia:
BioMed Central. Critical Care 19;97.
Hemmila, M.R., Wahl, W.L. 2010. Management of the Injured Patient. In :
Doherty, G.M., contributor and editor. Current Diagnosis & Treatment :
Surgery. 13th. Ed. New York: McGraw-Hill. Chapter : 9.
Henry, J.A., Reingold, A.L. Prehospital trauma systems reduce mortality in
developing countries: A systematic review and meta-analysis. Journal of Trauma
and Acute Care Surgery: July 2012 - Volume 73 - Issue 1 - p 261–268
John, R.H., Brohi, K., Dutton, R.P., Hauser, C.J., Holcomb, J.B., Kluger, Y.,
Jones, K.M., Parr, M.J., Rizoli, S.B., Yukioka, T., Hoyt, D.B., dan Bouillon, B.
2008. The Coagulopathy of Trauma: A Review of Mechanisms. Lippincott
Williams and Wilkins: The Journal of Trauma, Injury, Infection and Critical Care.
p 748-754.
Kashuk. 2008. Postinjury Life Threatening Coagulopathy: Is 1:1 Fresh Frozen
Plasma: Packed Red Blood Cells the Answer? Volume 65:261-271. The Journal
of TRAUMA®
Injury, Infection, and Critical Care. [cited 2015 Jan. 5]. Available
from : www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18695460.
Keel, M., Labler, L., Trentz, O. “Damage Control” in Severely Injured Patients
Why, When, and How? Eur J Trau ma 2005;31:212–21.
Kobayashi, L, Coimbra, R, Hoyt, D. 2015. Trauma and the Injured Patient. In :
Cuschieri, A., Hanna, G. B., editors. Essential Surgical Practice : Higher
58
Surgical Training in General Surgery. 5th. Ed. Florida: CRC Press Taylor &
Francis Group. p. 301-305.
Kozek-Langenecker, S.A., Afshari, A., Albaladejo, P., Santullano, C.A.A.,
Robertis, E., Filipescu, D.C., et al. Management of severe perioperative bleeding
Guidelines from the European Society of Anaesthesiology. Eur J Anaesthesiol
2013; 30:270–382.
Lerner E.B., Moscati, R. M. The Golden Hour : Scientific Fact or Medical “Urban
Legend”? Academic Emergency Medicine. 2001;8:758-760.
Lim SH, Anantharaman V. Emergency medicine in Singapore: past, present, and
future. Ann Emerg Med. 1999;33:338–43.
Mac Kinnon D. 2012. Trauma Resuscitation. In : Hans, L., Mawji, Y., editors.
The ABC’s of Emergency Medicine. 12 th. Ed. Toronto. p. 206-211.
Markum, A.H. 2002. Ilmu Kesehatan Anak Jilid 1. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Hal 30-33.
Murad, M.K., Larsen, S., Husum, H. Prehospital trauma care reduces mortality :
Ten year results from a time-cohort and trauma audit study in Iraq. Scandinavian
Journal of Trauma, Resuscitation and Emergency Medicine 2012 20:13.
National Institute for Health and Care Excellence. 2004. Pre-hospital initiation of
fluid replacement therapy in trauma. [cited 2016 Feb. 23] Available from :
https://www.nice.org.uk/guidance/ta74.
Negoi, I., Paun, S., Hostiuc, S., Stoica, B., Tanase, I., Negoi, R.N. Mortality after
acute trauma: Progressive decreasing rather than a trimodal distribution. Journal
of Acute Disease 2015; 4(3): 205–209.
O’Keefe, G, Jurkovich, G.J. 2001. Measurement of Injury Severity and Co-
Morbidity. In : Injury Control. Rivara FP, Cummings P, Koepsell TD, Grossman
DC, Maier RV (eds). Cambridge University Press.
Peleg K, Pliskin JS. A geographic information system simulation model of EMS:
reducing ambulance response time. Am J Emerg Med. 2004;22:164–70.
Peitzman, A. B., Piper, G.L. 2014. Blunt Abdominal Trauma. In : Cameron, J. L.,
Cameron, A. M., editors. Current Surgical Therapy. 11th. Ed. New York :
Saunders Elsevier Company. p. 918-1057.
59
Pons, P.T., Haukoos, J.S., Bludworth, W. Paramedic response time: does it affect
patient survival? Acad Emerg Med 2005;12:594-600.
Pons, P.T., Markovchick, V.J. Eight minutes or less: does the ambulance response
time guideline impact trauma patient outcome? J Emerg Med. 2002;23:43–8.
Pusponegoro, A., Pitt, E. Prehospital care in Indonesia. Emerg Med J
2005;22:144–147
Reiff, D.A., Rue III, L.W. 2009. Initial Evaluation of The Trauma Patient. In :
Wong, J., Garden, O.J., Csendes, A., Buchler, M.W., Sarr, M.G., Bland, K.L.,
editors. General Surgery Principles and International Practice. 2nd. Ed.
Springer-Verlag London. p. 75-86.
Samplais, J.S., Lavoie, A., Williams, J.I. Impact of on-site care, prehospital time,
and level of in-hospital care on survival in severely injured patients. J Trauma
1993;34:252-261.
Spahn, D.R., Bouillon, B., Cerny, V., Coats, T.J., Duranteau, J., Fernández-
Mondéjar, E, dkk. Management of bleeding and coagulopathy following major
trauma: an updated European guideline. Critical Care 2013, 17:R76.
Staf Direktur Jenderal Perhubungan Darat. 2014. Perhubungan Darat dalam
Angka 2013. [Diakses 15 Desember 2015]. Diunduh dari :
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=
rja&uact=8&ved=0ahUKEwit1POU7tzJAhWJGY4KHVTkCc0QFggnMAI&url=
http%3A%2F%2Fhubdat.dephub.go.id%2Fdata-a-informasi%2Fpdda%2Ftahun-
2014%2Fdownload&usg=AFQjCNGqY23kMVkAqpP8ACcTzNDNuggoIg
Thorsen, K., Ringdal, K.G., Strand, K., Soreide, E., Hagemo, J., dan Soreide, K.
2011. Clinical and cellular effects of hypothermia, acidosis and coagulopathy in
major injury. Wiley Online Library; 98:894-907.
Tieu, B.H., Holcom, J.B., dan Schreiber, M.A. 2007. Coagulopathy: Its
Pathophysiology and Treatment in the Injured Patient. USA: World Journal of
Surgery; 31: 1055–1064.
Tohira, H., Jacobs, I., Mountain, D., Gibson., dan Yeo, A. Systematic review of
predictive performance of injury severity scoring tools Scandinavian Journal of
Trauma, Resuscitation and Emergency Medicine 2012, 20:63.
White, M., Yancey, A.H. 2011. Abdominal Trauma. [serial online]. [Diakses 15
Desember 2015]. Diunduh dari : URL :
60
http://www.learningace.com/doc/2739018/3acd32e1eb55b158a0ca84aa051a79d7/
phtls-7th-edition-pretest-ver-1-3-jan-2011. p236
Widodo, S.K., Budha, K. Pemakaian Sistem Skor untuk Mengukur Angka
Kelangsungan Hidup Pasien Trauma Multipel di Rumah Sakit Sanglah Denpasar
[Tesis]. Udayana Press; 2002.
Yose, K., Wiargitha, K., Mahadewa, T.G.B. Validitas New Injury Severity Score
(NISS) dalam Mendeteksi Terjadinya Koagulopati pada Pasien Multiple Trauma
[Tesis]. Udayana Press; 2015.
61
LAMPIRAN – LAMPIRAN
LAMPIRAN 1. Surat Kelaikan Etik
62
LAMPIRAN 2. Surat Ijin Penelitian
63
LAMPIRAN 3. Data Subyek Penelitian
64
65
LAMPIRAN 4. Hasil Analisis Data
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
USIA (th) 50 100.0% 0 0.0% 50 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
USIA (th)
Mean 30.42 1.956
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 26.49
Upper Bound 34.35
5% Trimmed Mean 29.36
Median 27.00
Variance 191.351
Std. Deviation 13.833
Minimum 16
Maximum 65
Range 49
Interquartile Range 22
Skewness .990 .337
Kurtosis .105 .662
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
USIA (th) .161 50 .002 .874 50 .000
a. Lilliefors Significance Correction
66
Frequencies
Statistics
Prehospital
Insult
Transport Time
>60mnt
NISS>50 Syok
Hipovolemik
Koagulopati
N Valid 50 50 50 50 50
Missing 0 0 0 0 0
Statistics
Durasi operasi >90mnt Blood Loss >1500cc Outcome
N Valid 50 50 50
Missing 0 0 0
Frequency Table
Prehospital Insult
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Ya 23 46.0 46.0 46.0
Tidak 27 54.0 54.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Transport Time >60mnt
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Ya 36 72.0 72.0 72.0
Tidak 14 28.0 28.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
NISS>50
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Ya 15 30.0 30.0 30.0
Tidak 35 70.0 70.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
67
Syok Hipovolemik
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Ya 28 56.0 56.0 56.0
Tidak 22 44.0 44.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Koagulopati
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Ya 25 50.0 50.0 50.0
Tidak 25 50.0 50.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Durasi operasi >90mnt
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Ya 8 16.0 16.0 16.0
Tidak 42 84.0 84.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Blood Loss >1500cc
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Ya 30 60.0 60.0 60.0
Tidak 20 40.0 40.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
68
Outcome
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Mati 22 44.0 44.0 44.0
Hidup 28 56.0 56.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Prehospital Insult * Outcome 50 100.0% 0 0.0% 50 100.0%
Transport Time >60mnt *
Outcome
50 100.0% 0 0.0% 50 100.0%
NISS>50 * Outcome 50 100.0% 0 0.0% 50 100.0%
Syok Hipovolemik *
Outcome
50 100.0% 0 0.0% 50 100.0%
Koagulopati * Outcome 50 100.0% 0 0.0% 50 100.0%
Durasi operasi >90mnt *
Outcome
50 100.0% 0 0.0% 50 100.0%
Blood Loss >1500cc *
Outcome
50 100.0% 0 0.0% 50 100.0%
69
Prehospital Insult * Outcome
Crosstab
Outcome Total
Mati Hidup
Prehospital Insult
Ya Count 22 1 23
% within Prehospital Insult 95.7% 4.3% 100.0%
Tidak Count 0 27 27
% within Prehospital Insult 0.0% 100.0% 100.0%
Total Count 22 28 50
% within Prehospital Insult 44.0% 56.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 46.118a 1 .000
Continuity Correctionb 42.318 1 .000
Likelihood Ratio 60.366 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 45.196 1 .000
N of Valid Cases 50
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.12.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
For cohort Outcome = Hidup .043 .006 .296
N of Valid Cases 50
70
Transport Time >60mnt * Outcome
Crosstab
Outcome Total
Mati Hidup
Transport Time >60mnt
Ya
Count 18 18 36
% within Transport Time
>60mnt
50.0% 50.0% 100.0%
Tidak
Count 4 10 14
% within Transport Time
>60mnt
28.6% 71.4% 100.0%
Total
Count 22 28 50
% within Transport Time
>60mnt
44.0% 56.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 1.878a 1 .171
Continuity Correctionb 1.109 1 .292
Likelihood Ratio 1.935 1 .164
Fisher's Exact Test .215 .146
Linear-by-Linear Association 1.841 1 .175
N of Valid Cases 50
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.16.
b. Computed only for a 2x2 table
71
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Transport
Time >60mnt (Ya / Tidak)
2.500 .661 9.461
For cohort Outcome = Mati 1.750 .718 4.263
For cohort Outcome = Hidup .700 .440 1.115
N of Valid Cases 50
NISS>50 * Outcome
Crosstab
Outcome Total
Mati Hidup
NISS>50
Ya Count 15 0 15
% within NISS>50 100.0% 0.0% 100.0%
Tidak Count 7 28 35
% within NISS>50 20.0% 80.0% 100.0%
Total Count 22 28 50
% within NISS>50 44.0% 56.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 27.273a 1 .000
Continuity Correctionb 24.123 1 .000
Likelihood Ratio 33.565 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 26.727 1 .000
N of Valid Cases 50
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.60.
b. Computed only for a 2x2 table
72
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
For cohort Outcome = Mati 5.000 2.578 9.699
N of Valid Cases 50
Syok Hipovolemik * Outcome
Crosstab
Outcome Total
Mati Hidup
Syok Hipovolemik
Ya Count 16 12 28
% within Syok Hipovolemik 57.1% 42.9% 100.0%
Tidak Count 6 16 22
% within Syok Hipovolemik 27.3% 72.7% 100.0%
Total Count 22 28 50
% within Syok Hipovolemik 44.0% 56.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 4.461a 1 .035
Continuity Correctionb 3.331 1 .068
Likelihood Ratio 4.568 1 .033
Fisher's Exact Test .047 .033
Linear-by-Linear Association 4.372 1 .037
N of Valid Cases 50
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.68.
b. Computed only for a 2x2 table
73
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Syok
Hipovolemik (Ya / Tidak)
3.556 1.071 11.808
For cohort Outcome = Mati 2.095 .986 4.453
For cohort Outcome = Hidup .589 .358 .970
N of Valid Cases 50
Koagulopati * Outcome
Crosstab
Outcome Total
Mati Hidup
Koagulopati
Ya Count 15 10 25
% within Koagulopati 60.0% 40.0% 100.0%
Tidak Count 7 18 25
% within Koagulopati 28.0% 72.0% 100.0%
Total Count 22 28 50
% within Koagulopati 44.0% 56.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 5.195a 1 .023
Continuity Correctionb 3.977 1 .046
Likelihood Ratio 5.295 1 .021
Fisher's Exact Test .045 .023
Linear-by-Linear Association 5.091 1 .024
N of Valid Cases 50
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.00.
b. Computed only for a 2x2 table
74
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Koagulopati
(Ya / Tidak)
3.857 1.180 12.606
For cohort Outcome = Mati 2.143 1.058 4.338
For cohort Outcome = Hidup .556 .324 .952
N of Valid Cases 50
Durasi operasi >90mnt * Outcome
Crosstab
Outcome Total
Mati Hidup
Durasi operasi >90mnt
Ya
Count 6 2 8
% within Durasi operasi
>90mnt
75.0% 25.0% 100.0%
Tidak
Count 16 26 42
% within Durasi operasi
>90mnt
38.1% 61.9% 100.0%
Total
Count 22 28 50
% within Durasi operasi
>90mnt
44.0% 56.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 3.714a 1 .054
Continuity Correctionb 2.368 1 .124
Likelihood Ratio 3.775 1 .052
Fisher's Exact Test .116 .062
Linear-by-Linear Association 3.640 1 .056
N of Valid Cases 50
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.52.
b. Computed only for a 2x2 table
75
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Durasi
operasi >90mnt (Ya / Tidak)
4.875 .875 27.149
For cohort Outcome = Mati 1.969 1.130 3.431
For cohort Outcome = Hidup .404 .119 1.373
N of Valid Cases 50
Blood Loss >1500cc * Outcome
Crosstab
Outcome Total
Mati Hidup
Blood Loss >1500cc
Ya
Count 16 14 30
% within Blood Loss
>1500cc
53.3% 46.7% 100.0%
Tidak
Count 6 14 20
% within Blood Loss
>1500cc
30.0% 70.0% 100.0%
Total
Count 22 28 50
% within Blood Loss
>1500cc
44.0% 56.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 2.652a 1 .103
Continuity Correctionb 1.789 1 .181
Likelihood Ratio 2.703 1 .100
Fisher's Exact Test .148 .090
Linear-by-Linear Association 2.598 1 .107
N of Valid Cases 50
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.80.
b. Computed only for a 2x2 table
76
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Blood Loss
>1500cc (Ya / Tidak)
2.667 .807 8.814
For cohort Outcome = Mati 1.778 .841 3.758
For cohort Outcome = Hidup .667 .413 1.075
N of Valid Cases 50
Generalized Linear Models
Model Information
Dependent Variable Outcome
Probability Distribution Poisson
Link Function Log
Case Processing Summary
N Percent
Included 50 100.0%
Excluded 0 0.0%
Total 50 100.0%
77
Categorical Variable Information
N Percent
Factor
Transport Time >60mnt
Ya 36 72.0%
0 14 28.0%
Total 50 100.0%
NISS>50
Ya 15 30.0%
0 35 70.0%
Total 50 100.0%
Syok Hipovolemik
Ya 28 56.0%
0 22 44.0%
Total 50 100.0%
Koagulopati
Ya 25 50.0%
0 25 50.0%
Total 50 100.0%
Durasi operasi >90mnt
Ya 8 16.0%
0 42 84.0%
Total 50 100.0%
Blood Loss >1500cc
Ya 30 60.0%
0 20 40.0%
Total 50 100.0%
Continuous Variable Information
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Dependent Variable Outcome 50 0 1 .44 .501
78
Goodness of Fita
Value df Value/df
Deviance 21.055 43 .490
Scaled Deviance 21.055 43
Pearson Chi-Square 27.099 43 .630
Scaled Pearson Chi-Square 27.099 43
Log Likelihoodb -32.528
Akaike's Information
Criterion (AIC)
79.055
Finite Sample Corrected AIC
(AICC)
81.722
Bayesian Information
Criterion (BIC)
92.439
Consistent AIC (CAIC) 99.439
Dependent Variable: Outcome
Model: (Intercept), TransportTime60mnt, NISS50, SyokHipovolemik,
Koagulopati, Durasioperasi90mnt, BloodLoss1500cca
a. Information criteria are in small-is-better form.
b. The full log likelihood function is displayed and used in computing
information criteria.
Omnibus Testa
Likelihood Ratio
Chi-Square
df Sig.
15.068 6 .020
Dependent Variable: Outcome
Model: (Intercept), TransportTime60mnt,
NISS50, SyokHipovolemik, Koagulopati,
Durasioperasi90mnt, BloodLoss1500cca
a. Compares the fitted model against the
intercept-only model.
79
Tests of Model Effects
Source Type III
Wald Chi-
Square
df Sig.
(Intercept) 13.554 1 .000
TransportTime60mnt .718 1 .397
NISS50 15.505 1 .000
SyokHipovolemik .740 1 .390
Koagulopati 1.166 1 .280
Durasioperasi90mnt 2.009 1 .156
BloodLoss1500cc .528 1 .467
Dependent Variable: Outcome
Model: (Intercept), TransportTime60mnt, NISS50, SyokHipovolemik,
Koagulopati, Durasioperasi90mnt, BloodLoss1500cc
Parameter Estimates
Parameter B Std. Error 95% Wald Confidence Interval Hypothesis Test
Lower Upper Wald Chi-
Square
(Intercept) -2.161 .7140 -3.561 -.762 9.166
[TransportTime60mnt=1] .456 .5380 -.599 1.510 .718
[TransportTime60mnt=0] 0a . . . .
[NISS50=1] 1.407 .3574 .707 2.108 15.505
[NISS50=0] 0a . . . .
[SyokHipovolemik=1] .260 .3026 -.333 .853 .740
[SyokHipovolemik=0] 0a . . . .
[Koagulopati=1] .308 .2850 -.251 .866 1.166
[Koagulopati=0] 0a . . . .
[Durasioperasi90mnt=1] .515 .3635 -.197 1.228 2.009
[Durasioperasi90mnt=0] 0a . . . .
[BloodLoss1500cc=1] -.260 .3579 -.962 .441 .528
[BloodLoss1500cc=0] 0a . . . .
(Scale) 1b
80
Parameter Estimates
Parameter
Hypothesis Test
Exp(B) 95% Wald Confidence Interval for
Exp(B)
df Sig. Lower Upper
(Intercept) 1 .002 .115 .028 .467
[TransportTime60mnt=1] 1 .397 1.578 .550 4.529
[TransportTime60mnt=0] .a . 1 . .
[NISS50=1] 1 .000 4.084 2.027 8.228
[NISS50=0] .a . 1 . .
[SyokHipovolemik=1] 1 .390 1.297 .717 2.348
[SyokHipovolemik=0] .a . 1 . .
[Koagulopati=1] 1 .280 1.360 .778 2.378
[Koagulopati=0] .a . 1 . .
[Durasioperasi90mnt=1] 1 .156 1.674 .821 3.413
[Durasioperasi90mnt=0] .a . 1 . .
[BloodLoss1500cc=1] 1 .467 .771 .382 1.555
[BloodLoss1500cc=0] .a . 1 . .
(Scale)
Dependent Variable: Outcome
Model: (Intercept), TransportTime60mnt, NISS50, SyokHipovolemik, Koagulopati, Durasioperasi90mnt,
BloodLoss1500cc
a. Set to zero because this parameter is redundant.
b. Fixed at the displayed value.
Generalized Linear Models
Model Information
Dependent Variable Outcome
Probability Distribution Poisson
Link Function Log
81
Case Processing Summary
N Percent
Included 50 100.0%
Excluded 0 0.0%
Total 50 100.0%
Categorical Variable Information
N Percent
Factor
Transport Time >60mnt
Ya 36 72.0%
0 14 28.0%
Total 50 100.0%
Syok Hipovolemik
Ya 28 56.0%
0 22 44.0%
Total 50 100.0%
Koagulopati
Ya 25 50.0%
0 25 50.0%
Total 50 100.0%
Durasi operasi >90mnt
Ya 8 16.0%
0 42 84.0%
Total 50 100.0%
Blood Loss >1500cc
Ya 30 60.0%
0 20 40.0%
Total 50 100.0%
Continuous Variable Information
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Dependent Variable Outcome 50 0 1 .44 .501
82
Goodness of Fita
Value df Value/df
Deviance 29.484 44 .670
Scaled Deviance 29.484 44
Pearson Chi-Square 27.521 44 .625
Scaled Pearson Chi-Square 27.521 44
Log Likelihoodb -36.742
Akaike's Information
Criterion (AIC)
85.484
Finite Sample Corrected AIC
(AICC)
87.438
Bayesian Information
Criterion (BIC)
96.956
Consistent AIC (CAIC) 102.956
Dependent Variable: Outcome
Model: (Intercept), TransportTime60mnt, SyokHipovolemik,
Koagulopati, Durasioperasi90mnt, BloodLoss1500cca
a. Information criteria are in small-is-better form.
b. The full log likelihood function is displayed and used in computing
information criteria.
Omnibus Testa
Likelihood Ratio
Chi-Square
df Sig.
6.639 5 .249
Dependent Variable: Outcome
Model: (Intercept), TransportTime60mnt,
SyokHipovolemik, Koagulopati,
Durasioperasi90mnt, BloodLoss1500cca
a. Compares the fitted model against the
intercept-only model.
83
Tests of Model Effects
Source Type III
Wald Chi-
Square
df Sig.
(Intercept) 17.583 1 .000
TransportTime60mnt 1.852 1 .174
SyokHipovolemik 1.718 1 .190
Koagulopati 1.359 1 .244
Durasioperasi90mnt 8.002 1 .005
BloodLoss1500cc .136 1 .712
Dependent Variable: Outcome
Model: (Intercept), TransportTime60mnt, SyokHipovolemik,
Koagulopati, Durasioperasi90mnt, BloodLoss1500cc
Parameter Estimates
Parameter B Std. Error 95% Wald Confidence Interval Hypothesis Test
Lower Upper Wald Chi-
Square
(Intercept) -2.073 .5580 -3.167 -.979 13.800
[TransportTime60mnt=1] .531 .3900 -.234 1.295 1.852
[TransportTime60mnt=0] 0a . . . .
[SyokHipovolemik=1] .535 .4081 -.265 1.335 1.718
[SyokHipovolemik=0] 0a . . . .
[Koagulopati=1] .397 .3409 -.271 1.066 1.359
[Koagulopati=0] 0a . . . .
[Durasioperasi90mnt=1] .769 .2719 .236 1.302 8.002
[Durasioperasi90mnt=0] 0a . . . .
[BloodLoss1500cc=1] .136 .3674 -.584 .856 .136
[BloodLoss1500cc=0] 0a . . . .
(Scale) 1b
84
Parameter Estimates
Parameter
Hypothesis Test
Exp(B) 95% Wald Confidence Interval for
Exp(B)
df Sig. Lower Upper
(Intercept) 1 .000 .126 .042 .376
[TransportTime60mnt=1] 1 .174 1.700 .792 3.652
[TransportTime60mnt=0] .a . 1 . .
[SyokHipovolemik=1] 1 .190 1.707 .767 3.799
[SyokHipovolemik=0] .a . 1 . .
[Koagulopati=1] 1 .244 1.488 .763 2.903
[Koagulopati=0] .a . 1 . .
[Durasioperasi90mnt=1] 1 .005 2.158 1.266 3.677
[Durasioperasi90mnt=0] .a . 1 . .
[BloodLoss1500cc=1] 1 .712 1.145 .557 2.353
[BloodLoss1500cc=0] .a . 1 . .
(Scale)
Dependent Variable: Outcome
Model: (Intercept), TransportTime60mnt, SyokHipovolemik, Koagulopati, Durasioperasi90mnt, BloodLoss1500cc
a. Set to zero because this parameter is redundant.
b. Fixed at the displayed value.
85
LAMPIRAN 5. Lembar Pengumpulan Data
No. Sampel :
PREHOSPITAL INSULT DAN NISS > 50 MEMPENGARUHI MORTALITAS PASIEN
TRAUMA TUMPUL ABDOMEN DI RUMAH SAKIT SANGLAH PERIODE TAHUN 2015
Nama : MRS :
No CM : OK :
Jenis kelamin : KRS :
Usia :
Alamat :
Prehospital insult :
Transport time :
Regio Deskripsi Cedera AIS
(Abbreviated
Injury Scale)
Square Top
Three
Kepala dan Leher
Wajah
Thoraks
Abdomen
Ekstremitas
Eksternal
NISS
Diagnosis :
Tindakan operasi :
Syok : (tax : ° C; N : x/min)
Koagulopati : INR :
Durasi operasi :
Pendarahan durante op :
Outcome :
86
LAMPIRAN 6. Persetujuan Penelitian
PERSETUJUAN PENELITIAN
Bapak/Ibu Yth,
Anda diundang untuk menjadi subyek sebuah penelitian. Sebelum anda memutuskan
untuk berperan serta, penting bagi anda untuk memahami mengapa penelitian ini
dilakukan dan apa pengaruhnya. Mohon anda dapat meluangkan waktu untuk
membaca informasi ini dengan seksama dan anda dipersilahkan untuk
membicarakannya dengan orang lain. Anda dipersilahkan untuk bertanya apa bila
terdapat hal-hal yang kurang jelas atau jika anda ingin memperoleh informasi
tambahan. Terimakasih untuk kesediaan anda membaca lembar informasi ini.
Informasi umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor risiko yang
mempengaruhi mortalitas pasien trauma tumpul abdomen di Rumah Sakit Sanglah.
Mortalitas akibat trauma abdomen paling sering disebabkan akibat perdarahan,
dimana perdarahan menempati urutan kedua setelah trauma sistem saraf pusat sebagai
penyebab kematian dengan kisaran 30-40%. Beberapa faktor-faktor risiko yang
dianggap berperan dalam mortalitas pada pasien traum tumpul abdomen adalah tidak
memberikan resusitasi cairan prehospital, transport tme lebih dari 60 menit, NISS
lebih dari 50, syok hipovolemik, koagulopati, durasi operasi lebih dari 90 menit, dan
jumlah darah yang hilang lebih dari 1500cc durante operasi. Diharapkan
pengendalian terhadap faktor-faktor risiko tersebut mampu menekan angka mortalitas
pasien trauma tumpul abdomen.
Saya ingin anda mengerti hal-hal berikut:
Keputusan apakah anda akan berperan serta dalam penelitian ini harus diambil
secara sukarela oleh anda, dan keputusan tersebut tidak akan mempengaruhi
pengobatan atau hubungan anda dengan dokter anda.
Anda memiliki kebebasan untuk membawa informasi mengenai penelitian ini dan
untuk mendapatkan pendapat kedua dari dokter lain atau dari kerabat, sebelum
anda memutuskan untuk berperan serta.
Anda memiliki kebebasan untuk mengundurkan diri dari penelitian ini kapan pun
juga tanpa mempengaruhi hubungan anda dengan dokter anda atau pun
pengobatan anda di masa mendatang. Jika anda memutuskan untuk
mengundurkan diri, mohon untuk memberitahu saya terlebih dahulu.
87
Keikutsertaan anda dalam penelitian ini adalah rahasia. Nama anda tidak akan
dimunculkan dalam catatan penelitian manapun, saya hanya akan mencantumkan
inisial anda.
Selama penggunaan lebih lanjut dari hasil penelitian, kerahasiaan identitas anda
akan tetap dijaga penuh.
Informasi mengenai penelitian
Data subyek penelitian diambil dari catatan rekam medis yaitu pasien dengan
diagnosis trauma tumpul abdomen yang diterima di IGD RS Sanglah dan telah
mendapatkan resusitasi cairan dan menjalani operasi Damage Control Laparotomy
dan diikuti outcome pasien tersebut. Sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi akan masuk sebagai sampel penelitian.
Demikianlah penjelasan singkat mengenai penelitian ini. Jika anda merasa masih
membutuhkan informasi, atau anda mendapatkan masalah apapun selama menjadi
subyek penelitian ini, anda dapat menghubungi saya di nomor telepon yang tertera di
bagian bawah lembar informasi ini. Atas kesediaan anda membaca lembar informasi
ini kami ucapkan terimakasih.
Denpasar, 20 Januari 2016
Peneliti,
dr. Reza Halim
(0823-35-999-990)
88
Surat Pernyataan Setuju Mengikuti Penelitian
Yang bertandatangan di bawah ini :
Nama pasien :
Usia : ………….Tahun
Pendidikan : TidakSekolah/SD/SMP/SMA/Sarjana/Magister*
Pekerjaan :
Alamat :
Menyatakan telah mengerti dan bersedia untuk mengikuti penelitian “Prehospital
Insult dan NISS > 50 Mempengaruhi Mortalitas Pasien Trauma Tumpul Abdomen Di
Rumah Sakit Sanglah Periode Tahun 2015” dengan sukarela dan tanpa paksaan.
*) Lingkari Salah Satu
Yang menerima penjelasan
Denpasar,
---------------------------
dr. Reza Halim
Saksi (dari pihak peneliti) Saksi (dari pihak subyek penelitian)
--------------------------------- ---------------------------------
89
LAMPIRAN 7.
Skor AIS sebagai dasar penghitungan skor NISS Regio Abdomen
90
91
92
93
94
95
96
LAMPIRAN 8.
Abbreviated Injury Scale (AIS) 1985 revisi untuk trauma tumpul.
97
LAMPIRAN 9.
Abbreviated Injury Scale (AIS) 1985 revisi untuk trauma penetrasi.