Reviu Metolit TP

download Reviu Metolit TP

of 13

Transcript of Reviu Metolit TP

Resume dan Reviu Jurnal PenelitianI. Judul Judul jurnal penelitian yang diresume dan direviu adalah Analisa Transaksi-Transaksi yang Terjadi Dalam Masalah Transfer Pricing pada Kasus PT. Asian Agri di Indonesia. Jurnal penelitian tersebut ditulis oleh Lukluk Fuadah S.E., Ak,, M.B.A., yang merupakan seorang dosen Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Sriwijaya. Jurnal tersebut dimuat dalam Jurnal Keuangan dan Bisnis Vol. 6, No. 2, Oktober 2008, Hal. 108-129. Reviu: Menurut saya, judul jurnal penelitian tersebut sebaiknya dipersingkat untuk menekankan fokus utama pokok bahasan yang sedang diteliti. Judul yang dapat digunakan, misalnya Analisa Kewajaran Transaksi Transfer Pricing PT. Asian Agri. Penggunaan kata kewajaran menjadikan judul lebih sederhana, namun tetap memiliki makna yang dalam. Makna sebagai alasan penggunaan kata tersebut dapat dipahami pada bagian pembahasan selanjutnya. II. Pendahuluan 1. Latar Belakang Pajak sebagai salah satu penerimaan negara dengan porsi yang sangat besar memiliki peran penting untuk pembiayaan negara dalam pembelanjaan negara. Penerimaan pajak tersebut dikumpulkan dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Kemajuan teknologi informasi serta pelayanan sektor keuangan memberikan peluang untuk praktek penghindaran pajak yang semakin canggih dan sulit terdeteksi oleh otoritas pajak. Perusahaan multinasional dalam kegiatan usahanya dapat melakukan transaksi yang bersifat internasional (cross border transactions) berkaitan dengan operasinya tersebut di beberapa negara. Hal tersebut memungkinkan bagi perusahaan multinasional untuk meminimalkan atau bahkan menihilkan pembayaran pajak melalui praktek-praktek penghindaran pajak. Fenomena globalisasi mendorong perusahaan multinasional untuk melakukan konglomerasi dan divisionalisasi / departementasi perusahaan yang memunculkan transaksi antar anggota (divisi) yang meliputi antara lain: penjualan barang dan jasa, lisensi hak dan harta tak berwujud lainnya, penyediaan pinjaman, dan lain sebagainya. Transaksi-transaksi antar perusahaan yang berafiliasi tersebut akan menyebabkan kesulitan penentuan harga yang harus ditransfer, yang lazim disebut dengan transfer pricing. Kecenderungan perusahaan multinasional untuk merelokasi penghasilannya pada low tax country dan menggeser biaya-biaya dalam jumlah yang lebih besar pada high tax country mengakibatkan berkurangnya atau hilangnya potensi penerimaan negara khususnya pajak dari perusahaan multinasional tersebut. Usaha untuk menggeser kewajiban perpajakan ke negara bertarif

Metode Penelitian

1

Resume dan Reviu Jurnal Penelitianpajak rendah tersebut, jika dilihat dari sisi bisnis perusahaan merupakan efisiensi biaya. Selain itu, transfer pricing bagi perusahaan multinasional juga merupakan salah satu strategi yang efektif dalam bersaing memperebutkan sumber daya yang terbatas. Salah satu kasus dalam transfer pricing yang diselidiki oleh Direktorat Jenderal Pajak adalah kasus PT. Asian Agri yang diduga melakukan penggelapan pajak melalui transaksi antar perusahaan di beberapa negara yang tergabung dalam satu grup perusahaan. Menurut Wijaya et. All (2007), PT. Asian Agri merupakan induk usaha terbesar kedua di Grup Raja Garuda Mas, perusahaan milik Sukanto Tanoto, orang terkaya di Indonesia pada 2006 versi majalah Forbes. Reviu: Latar belakang penelitian adalah kecenderungan perusahaan multinasional untuk meminimalkan pajak yang seharusnya dibayar dengan menggunakan mekanisme transaksi antar perusahaan afiliasi dengan menggunakan suatu harga transfer tertentu (transfer pricing). Dalam hal ini yaitu kasus PT. Asian Agri yang saat ini (red. 2008) sedang diselidiki oleh Direktorat Jenderal Pajak . 2. Permasalahan Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: a. Bagaimana transaksi-transaksi yang terjadi dalam masalah transaksi transfer pricing pada kasus PT. Asian Agri di Indonesia dan apakah transaksi tersebut termasuk tax avoidance atau tax evasion? b. Bagaimana cara-cara untuk menghindari atau meminimalisasi terjadinya transaksi transfer pricing ini pada perusahaan-perusahaan multinasional yang ada di Indonesia? Reviu: Menurut saya, permasalahan yang dirumuskan pada poin (a) dapat disederhanakan dengan rumusan sebagai berikut: Bagaimana kewajaran transaksi-transaksi transfer pricing yang dilakukan oleh PT. Asian Agri?. Selain itu, dalam rumusan masalah dapat ditambahkan beberapa hal, antara lain: a. Apa dampak dan pengaruh transaksi transfer pricing PT. Asian Agri terhadap penerimaan pajak? b. Bagaimana regulasi perpajakan yang ada berkaitan dengan transaksi-transaksi transfer pricing? 3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan harapan dari pelaksanaan penelitian yang menjadi jawaban dari setiap pokok permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya. Dalam penelitian ini, tujuan penelitian tidak ditunjukkan secara jelas dalam penulisan pendahuluan. Reviu: Tujuan yang diharapkan tercapai oleh penulis dengan permasalahan sebelumnya sebaiknya dapat dirumuskan sebagai berikut:

Metode Penelitian

2

Resume dan Reviu Jurnal Penelitiana. Mengetahui dan mampu menjelaskan metode dan klasifikasi transaksi transfer pricing yang terjadi pada kasus PT. Asian Agri. b. Mengetahui dan mampu menjelaskan cara-cara pencegahan transaksi transfer pricing oleh perusahaan multinasional. Berdasarkan reviu pada bagian permasalahan, maka tujuan penelitian dapat dikembangkan lebih luas. Misalnya: a. Mengetahui dampak dan pengaruh transaksi transfer pricing terhadap penerimaan pajak. b. Mengetahui regulasi yang mengatur transaksi transfer pricing, serta kelemahan yang masih ada. III. Tinjauan Kepustakaan 1. Definisi Transfer Pricing Menurut Suandi (2006), transfer pricing didefinisikan sebagai tindakan mengalokasikan laba dari entitas perusahaan di suatu negara ke entitas perusahaan negara lain, dalam satu grup perusahaan dengan tujuan untuk meminimalisir bahkan menghindari pajak. Sedangkan Simamora (1999, 272) mendefinisikan transfer pricing sebagai suatu harga jual khusus yang dipakai dalam pertukaran antar divisional untuk mencatat pendapatan divisi penjual (selling division) dengan biaya divisi pembeli (buying division). Reviu: Definisi tersebut di atas cukup menggambarkan makna dasar dari transfer pricing bahwa penggunaan harga transfer tertentu dalam transaksi antar perusahaan afiliasi merupakan praktek yang lazim di dunia usaha. Namun, dalam prakteknya juga memiliki resiko untuk dijadikan alat meminimalisasi bahkan menghindari kewajiban perpajakan. 2. Tujuan Transfer Pricing Beberapa tujuan transfer pricing yang dilakukan oleh perusahaan multinasional adalah sebagai berikut (Zain: 2007): a. memaksimalkan penghasilan global, b. mengamankan posisi kompetitif anak atau cabang perusahaan, c. evaluasi kinerja anak atau cabang perusahaan, d. penghindaran pengendalian devisa, e. mengontrol kreditabel asosiasi, f. meningkatkan bagian laba joint venture, g. reduksi resiko moneter, h. mengamankan cash flow anak atau cabang perusahaan, dan; i. membina hubungan baik administrasi di tempat perusahaan.

Metode Penelitian

3

Resume dan Reviu Jurnal PenelitianTujuan transfer pricing menurut Hansen dan Mowen (1996, 496) dijabarkan sebagai berikut: Transfer pricing can effect overall corporate income taxes. This is particularly true for multinational corporations. Reviu: Tujuan transfer pricing yang dijelaskan di atas mampu memberikan berbagai sudut pandang baik dari perspektif perusahaan maupun perspektif otoritas perpajakan, meskipun kedua pihak memiliki kepentingan yang berbeda dalam memandang transaksi transfer pricing. Oleh karena itu, perbedaan tersebut dapat dieliminasi dengan mempertimbangkan prinsip kewajaran melalui penerapan metode transfer pricing yang tepat. 3. Metode Transfer Pricing Menurut Zain (2007), beberapa metode transfer pricing yang sering digunakan oleh perusahaan konglomerasi dan divisionalisasi adalah sebagai berikut: a. Harga Transfer Dasar Biaya (Cost-Based Transfer Pricing) Harga transfer atas biaya variabel dan tetap yang digunakan oleh perusahaan dapat berbentuk: biaya penuh (full cost), biaya penuh ditambah mark-up (full cost plus mark-up), dan gabungan antara biaya variabel dan tetap (variable cost plus fixed fee). b. Harga Transfer atas Dasar Harga Pasar (Market Basis Transfer Pricing) Metode ini merupakan ukuran paling memadai jika terdapat pasar yang sempurna, karena bersifat independen. Kendala utama metode ini adalah keterbatasan informasi pasar yang ada. c. Harga Transfer Negosiasi (Negotiated Transfer Pricing) Harga transfer dinegosiasikan oleh antar divisi perusahaan yang mencerminkan perspektif kontrolabilitas yang inheren karena setiap divisi yang berkepentingan akan bertanggung jawab atas harga transfer hasil negosiasi tersebut. Sedangkan menurut Suandy (2006), transaksi perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa dapat mengakibatkan kekurangwajaran harga dan biaya tertentu, antara lain: a. Harga penjualan (Export). b. Harga pembelian (Import). c. Alokasi biaya administrasi dan umum (Overhead Cost). d. Pembebanan bunga atas pemberian pinjaman oleh pemegang saham (Share Holders Loan). e. Pembayaran komisi, lisensi, waralaba, sewa royalti, imbalan jasa manajemen, dan sebagainya. f. Pembelian harta perusahaan oleh pemegang saham atau pihak yang mempunyai hubungan istimewa yang lebih rendah dari harga pasar.

Metode Penelitian

4

Resume dan Reviu Jurnal Penelitiang. Penjualan kepada pihak luar negeri melalui pihak ketiga yang kurang atau tidak mempunyai substansi usaha (misalnya: letter box company). Reviu: Berdasarkan OECD Transfer Pricing Guidelines for Multinasional Enterprises and Tax Administrations 2010, yang berlaku universal dan menjadi rujukan sebagian besar otoritas pajak di dunia, memberikan alternatif metode transfer pricing yang dapat digunakan sebagai berikut: 1. Metode Comparable Uncontrolled Price (CUP). 2. Metode Cost Plus (CPM). 3. Metode Resale Price (RPM). 4. Metode Transactional Net Margin (TNMM). 5. Metode Profit Split. IV. Metode Penelitian a. Objek Penelitian Objek penelitian adalah salah satu perusahaan multinasional di Indonesia yang bergerak di sektor perkebunan yaitu PT. Asian Agri yang beralamat di Jalan Teluk Betung, Jakarta. b. Fokus Penelitian Fokus atas pelaksanaan penelitian yaitu untuk meneliti dan menganalisa transaksi-transaksi pada kasus PT. Asian Agri yang berkaitan dengan transfer pricing. Reviu: Objek dan fokus penelitian telah dijelaskan mulai sejak penulisan latar belakang penelitian, yang dipertegas kembali dalam bagian metode penelitian. c. Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu: 1. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Metode ini dilakukan dengan menelaah buku-buku, majalah, dan literature lainnya untuk memperoleh data sekunder (penunjang) sebagai landasan teori untuk mendukung data primer berkaitan dengan permasalahan transfer pricing. 2. Penelitian Lapangan (Field Research) Metode ini dilakukan melalui: (i) observasi, yaitu pengamatan melalui internet; (ii) dokumentasi, yaitu penyelidikan terhadap sumber-sumber dokumen yang berkaitan dengan penelitian. Reviu: Dalam penjabaran metode pengumpulan data tidak dijelaskan secara jelas metode yang digunakan untuk memperoleh data primer. Jika data primer tersebut diperoleh melalui penelitian lapangan yang dijelaskan di atas (observasi internet), maka terdapat resiko atas validitas data primer.

Metode Penelitian

5

Resume dan Reviu Jurnal PenelitianSebaiknya, metode pengumpulan data primer dapat dilakukan dengan memperoleh langsung dari kantor pusat PT. Asian Agri sebagai Objek Penelitian. Hambatan yang mungkin ditemui dalam pelaksanaan metode dapat dijelaskan pada bagian Keterbatasan Penelitian dalam bagian akhir jurnal penelitian. d. Teknik Analisa Teknik yang digunakan dalam penelitian adalah teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu dengan cara mencatat, menuturkan, mengklasifikasikan, dan menganalisis data dan informasi mengenai transaksi-transaksi yang terjadi dalam masalah transfer pricing PT. Asian Agri. Selanjutnya, data-data tersebut diolah menggunakan teori yang relevan dengan permasalahan yang ada untuk ditarik kesimpulan dan saran yang mungkin dapat diterapkan berdasarkan hasil perbandingan tersebut. Reviu: Penelitian akan lebih lengkap dengan menambahkan teknik analisa yang bersifat kuantitatif. Teknik tersebut dilakukan dengan cara mengolah data keuangan PT. Asian Agri untuk dibandingkan dengan benchmark yang telah dibuat sebelumnya dengan tujuan untuk menilai kewajaran transaksi yang ada. Selain itu dapat dilengkapi pula dengan teknik wawancara kepada fungsional pemeriksa pajak, pejabat Sub Direktorat Transfer Pricing Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan, serta Wajib Pajak itu sendiri untuk dapat memberikan gambaran proporsional dan objektif atas transaksi transfer pricing. V. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Analisa Transaksi pada Kasus Transfer Pricing PT. Asian Agri di Indonesia PT. Asian Agri merupakan perusahaan multinasional di sektor perkebunan yang beroperasi di tiga (3) provinsi di Pulau Sumatera dengan luas arel konsesi 100.000 Ha dan areal plasma 60.000 Ha. Perusahaan memiliki 15 anak perusahaan yang tersebar di beberapa negara, termasuk Singapura (www.asianagri.com). Sejak pertengahan 2007, Direktorat Jenderal Pajak memeriksa perusahaan tersebut yang diduga menggelapkan pajak senilai 1,34 triliun rupiah dan masih mungkin meningkat karena pihak pajak masih meneliti sekitar 1500 dokumen yang disita (Republika, 2008). Perbedaan data laporan keuangan audit dengan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan 2002 sampai dengan 2005 menunjukkan praktek manipulasi pajak. Manipulasi pajak PT. Asian Agri dalam rentang waktu 2001 sampai dengan Oktober 2006 secara garis besar menggunakan tiga modus, yaitu: (a) transfer harga (transfer pricing); (b) transaksi lindung nilai (hedging) fiktif; dan (c) pembuatan biaya fiktif. Manipulasi pajak tersebut ditunjukkan dengan adanya bukti awal sebagai berikut: a. Menggelembungkan biaya dalam laporan keuangan perusahaan sebesar 1,5 triliun rupiah, b. Menggelembungkan kerugian transaksi ekspor 232 miliar rupiah, c. Mengecilkan hasil penjualan senilai 889 miliar rupiah (Kustiani, 2008).

Metode Penelitian

6

Resume dan Reviu Jurnal PenelitianSecara universal, transaksi antar wajib pajak yang mempunyai hubungan istimewa tersebut dikenal dengan istilah transfer pricing. Transaksi tersebut dapat terjadi antar wajib pajak dalam negeri atau antara wajib pajak dalam negeri dengan pihak luar negeri, utamanya yang berada di tax haven countries (negara dengan tarif pajak lebih rendah dibanding Indonesia). Undang-undang perpajakan di Indonesia menganut azas materil (substance over form rule) dalam mengatur transaksi wajib pajak yang mempunyai hubungan istimewa. SE-04/PJ.7/1993 tentang Petunjuk Penanganan Kasus-kasus Transfer Pricing memberikan contoh kasus dan perlakuan perpajakan atas kasus transfer pricing dengan transaksi sebagai berikut: a. Kekurangwajaran harga penjualan, b. Kekurangwajaran harga pembelian, c. Kekurangwajaran alokasi biaya administrasi dan umum (Overhead Cost), d. Kekurangwajaran pembebanan bunga atas pemberian pinjaman oleh pemegang saham, e. Kekurangwajaran pembayaran komisi, lisensi, franchise, sewa, royalti, imbalan atas jasa manajemen, imbalan atas jasa teknik dan imbalan jasa lainnya, f. Pembelian harta perusahaan oleh pemegang saham atau oleh pihak yang mempunyai hubungan istimewa dengan harga yang lebih rendah dari harga pasar, g. Penjualan kepada pihak luar negeri melalui pihak ketiga yang tidak mempunyai substansi usaha (letter box company). Transaksi transfer pricing PT. Asian Agri adalah penjualan CPO ke perusahaan afiliasi yang fiktif di Hongkong, British Virgin Island, dan Macau dengan harga rendah. Perusahaan fiktif tersebut selanjutnya menjual CPO dengan harga tinggi di pasar global yang mengakibatkan terbebasnya dari pembebanan tarif pajak tinggi di dalam negeri yaitu Indonesia. Transaksi tersebut berkaitan dengan manipulasi pajak melalui transfer pricing sebesar 889 miliar rupiah (Dharmasaputra, 2007). Berdasarkan KMK No. 650/KMK.04/1994 yang memuat daftar negara yang dikategorikan sebagai tax haven countries, di antaranya yaitu British Virgin Island, Hongkong, dan Macau.

2. Analisa Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) atau Penggelapan Pajak (Tax Evasion) atas Transaksi Transfer Pricing Menurut Hutagaol (2007, 28), faktor-faktor yang mengakibatkan wajib pajak melakukan penghindaran pajak adalah sebagai berikut: a. belum sempurnanya kebijakan dan administrasi perpajakan di suatu negara, b. tidak ada imbalan prestasi secara langsung dari pembayaran pajak,

Metode Penelitian

7

Resume dan Reviu Jurnal Penelitianc. penerapan ketentuan perpajakan yang tidak sama terhadap semua wajib pajak maupun objek pajak mengakibatkan ketidakadilan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan, d. pelaksanaan penegakan hukum (law enforcement) yang tidak sama terhadap wajib pajak. Beberapa karakteristik penghindaran pajak (tax avoidance) adalah sebagai berikut (Darussalam, 2008: 43): a. transaksinya seringkali semu, b. transaksi yang dilaksanakan tidak mempunyai makna secara ekonomis yang berarti, c. tidak terdapat unsur resiko, d. adanya usaha-usaha untuk mengeksploitasi celah-celah dalam peraturan perpajakan. Secara konseptual, tax avoidance dan tax evasion sulit ditentukan perbedaan antara keduanya. Namun, berdasarkan konsep perundang-undangan terdapat perbedaan bahwa penghindaran pajak (tax avoidance) tidak melanggar undang-undang (legal) sedangkan penggelapan pajak (tax evasion) jelas melanggar undang-undang (unlawful). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa transaksi transfer pricing termasuk ke dalam penghindaran pajak (tax avoidance) jika transaksi tersebut masih mengikuti aturan perpajakan yang berlaku di suatu negara. Sebaliknya, jika melanggar peraturan perpajakan suatu negara maka transaksi tersebut termasuk (tax evasion). Berdasarkan analisa transfer pricing PT. Asian Agri, maka dapat disimpulkan bahwa transaksitransaksi yang terjadi merupakan penggelapan pajak (tax evasion) yang dilakukan oleh PT. Asian Agri. Reviu: Macau, merupakan salah satu tax haven countries, hanya mengenal dua (2) jenis pajak yaitu: pajak perjudian dan pajak prostitusi. Oleh karena itu, PT. Asian Agri mengalihkan pendapatannya ke negara tersebut untuk menggelapkan pajak yang seharusnya dibayar di Indonesia. Perbedaan tax avoidance dan tax evasion secara konseptual memang susah untuk ditentukan, maka dari itu dalam transaksi transfer pricing tidak dikenal suatu standar baku pengukuran. Standar pengukuran yang digunakan adalah penilaian atas kewajaran nilai harga transfer melalui metode yang tepat. 3. Analisa Cara-cara Meminimalisasi Transfer Pricing pada Perusahaan Multinasional di Indonesia Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor: KEP-01/PJ.7/1993 tentang Pedoman Pemeriksaan Pajak terhadap Wajib Pajak yang Mempunyai Hubungan Istimewa juga dimaksudkan untuk menanggulangi penurunan jumlah setoran pajak akibat praktek transfer pricing. Tahap-tahap pemeriksaan yang perlu dilakukan berkaitan dengan transfer pricing yaitu: a. mempelajari berkas wajib pajak dan berkas data, b. mempelajari struktur organisasi perusahaan terkait, c. mempelajari sifat dan jenis kegiatan usaha wajib pajak,

Metode Penelitian

8

Resume dan Reviu Jurnal Penelitiand. mempelajari kemungkinan over / under invoicing, e. mempelajari laporan pemeriksaan terdahulu, f. menganalisa Surat Pemberitahuan Tahunan dan Laporan Keuangan wajib pajak. Perusahaan multinasional yang melakukan perjanjian komersial internasional dengan menggunakan perjanjian alokasi biaya menunjukkan tendensi kenaikan. Alokasi biaya-biaya antar divisi perusahaan umumnya menggunakan metode biaya tidak langsung yang mengacu pada prinsip dan metode OECD (Organization for Economic Cooperation and Development). Beberapa prosedur untuk menanggulangi penggelapan pajak melalui transfer pricing antara lain: a. Setiap perusahaan multinasional harus dapat memberikan penjelasan mengenai metode transfer pricing yang dipilih dan menunjukkan dokumen-dokumen yang mendukung transaksi transfer pricing. b. Wajib Pajak harus melampirkan dokumen pendukung atas transaksi transfer pricing dalam pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan. c. Dokumentasi pemilihan metode transfer pricing harus diverifikasi oleh pihak independen yaitu Kantor Akuntan Publik. d. Otoritas pajak dapat melakukan perhitungan kembali atau melakukan koreksi atas harga yang ditetapkan. e. Kerjasama internasional Advanced Pricing Agreement (APA) yaitu prosedur kesepakatan antara Wajib Pajak dengan otoritas pajak tentang aplikasi metode transfer pricing yang digunakan. f. Mutual Agreement Procedure (MAP) sebagai suatu alternatif penyelesaian sengketa yang diatur dalam Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) atau Tax Treaty. Reviu: Prinsip self assessment dalam sistem perpajakan di Indonesia memberikan tanggung jawab atas kebenaran pemenuhan kewajiban perpajakan kepada Wajib Pajak itu sendiri. Dalam kasus transaksi transfer pricing, kewajiban tersebut tetap melekat ketika penetapan harga transfer yang digunakan diuji kembali kewajarannya oleh Direktorat Jenderal Pajak, dalam hal ini adalah Fungsional Pemeriksa Pajak. Penegakan law enforcement, merupakan konsekuensi logis dari sistem dan prinsip yang telah diatur dalam undang-undang perpajakan. 4. Metode-metode Pemeriksaan Kewajaran Harga Metode untuk penentuan harga wajar dalam hubungan istimewa dilakukan dengan menguji angka-angka dalam Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan melalui suatu pendekatan tidak langsung melalui perhitungan tertentu atas penghasilan dan biaya. Beberapa metode tersebut adalah sebagai berikut: a. Metode harga pasar sebanding (comparable uncontrolled price method)

Metode Penelitian

9

Resume dan Reviu Jurnal PenelitianMetode ini digunakan dalam hal: - terdapat penjualan/pembelian kepada pihak yang berafiliasi, - maupun kepada pihak lain yang tidak berafiliasi, - jenis produk sebagai obyek transaksi relatif sama. Kondisi yang harus diperhatikan dalam membandingkan harga karena menyebabkan perbedaan harga antara lain sebagai berikut: - pasar-pasar yang berbeda secara geografis, - potongan harga dan potongan kuantitas (diskon dan rabat), - kualitas barang, - biaya transportasi, - asuransi. Contoh: PT. Z menjual barang x kepada PT. Y yang berafiliasi dengan harga franko tujuan Rp2.000.000,-. PT. Z juga menjual barang x kepada pihak ketiga PT. A dengan harga franko pabrik Rp2.000.000,-. Biaya pengangkutan dan asuransi sebesar Rp100.000,-. Oleh karena itu, harga jual wajar atas barang x ke PT. Y adalah Rp2.000.000,- + Rp100.000,- = Rp2.100.000,-. b. Metode harga pokok plus Metode ini biasanya digunakan untuk bidang usaha pabrikasi yang menjual produk ke afiliasi untuk diproses lebih lanjut dengan menambahkan tingkat laba kotor wajar ke biaya produksi . Data persentase laba kotor wajar dapat diperoleh dari: - penjualan ke pihak ketiga (independen) dari penjual yang juga menjual ke perusahaan afiliasi, - penjualan oleh pihak-pihak yang independen, - komisi yang diterima agen pembelian dalam hal fungsi penjualan dilakukan oleh penjual adalah sama dengan fungsi penjualan yang dilakukan oleh agen pembelian tersebut, - persentase laba kotor dari perusahaan sejenis. Contoh: PT. X memproduksi barang dengan biaya Rp50.000,- dan menjualnya ke PT. A yang berafiliasi dengan harga Rp90.000,-. PT. Y memproduksi barang sejenis dengan biaya sebesar Rp60.000,- dan menjualnya ke PT. B yang independen dengan harga Rp100.000,-. Persentase laba kotor PT. Y sebesar 40:60 = 66,66%. Dengan cost-plus method maka harga wajar penjualan PT. X ke PT. A adalah Rp83.333,= Rp50.000,- + (2/3 x Rp50.000,-) c. Metode harga jual minus (sales minus / resale price method) Metode ini dapat digunakan untuk bidang usaha perdagangan. Metode ini dipakai dalam hal: - tidak ada transaksi dengan pihak ketiga yang dapat digunakan sebagai pembanding,

Metode Penelitian

10

Resume dan Reviu Jurnal Penelitian- terdapat data harga penjualan kembali barang yang independen, - tidak terdapat proses perubahan barang yang menambah nilai, - pihak pembeli dan penjual yang berafiliasi tidak menambah harga yang berpengaruh besar terhadap nilai barang tersebut. Contoh: PT. X menjual barang ke PT. A yang berafiliasi dengan harga Rp1.000.000,-. PT. A menjual barang yang sama ke pihak ketiga PT. D dengan harga Rp2.000.000,-. PT. C yang independen juga menjual produk yang sama ke PT. B yang sama-sama independen dengan kenaikan harga jual (mark up) 20%. Oleh karena itu, harga jual wajar dari PT. X ke PT. A adalah Rp1.600.000,- = Rp2.000.000,- - (20% x Rp2.000.000,-). Alokasi penghasilan ke PT. A sebesar Rp600.000,- = Rp1.600.000,- - Rp1.000.000,-. Reviu: Jika didasarkan pada Transfer Pricing Guidelines yang dikeluarkan oleh OECD, maka masih terdapat dua metode yang belum dibahas lebih rinci. Metode tersebut adalah sebagai berikut: a. Metode Transactional Net Margin (TNMM), yaitu apabila di pasar tidak tersedia data pembanding untuk gross margin , maka net margin digunakan sebagai pembanding. b. Metode Profit Split, yaitu membandingkan laba yang seharusnya diperoleh bagi fungsi yang dijalankan perusahaan, misal perusahaan manufaktur yang tidak menjalankan fungsi riset, sewajarnya memperoleh bagian laba dibanding perusahaan induk yang menjalankan fungsi riset dan memikul resiko atas riset tersebut. Metode-metode transfer pricing tersebut dalam penerapannya tidak berdasarkan pemilihan secara acak atau berdasarkan kebijakan perusahaan semata, melainkan harus dipilih secara hierarki dengan mempertimbangkan kegiatan bisnis perusahaan. VI. Simpulan dan Saran Berdasarkan analisa yang telah dibahas dalam penelitian ini, maka dapat disimpulknan bahwa: a. Transaksi transfer pricing yang berkaitan dengan perusahaan multinasional seperti pada kasus PT. Asian Agri merupakan salah satu usaha dari Wajib Pajak untuk meminimalisasi jumlah pajak yang terutang. b. Sebagian besar masalah transfer pricing merupakan penggelapan pajak (tax evasion) dibandingkan dengan penghindaran pajak (tax avoidance). Oleh karena itu, perlu adanya sosialisasi yang benar dari otoritas pajak tentang transfer pricing yang masih memenuhi undang-undang perpajakan yang berlaku di suatu negara. Misalnya: Direktorat Jenderal Pajak sebagai otoritas pajak di Indonesia memberikan sosialisasi yang memiliki tenggat waktu sangat sempit atau singkat terhadap implementasi, yang dikhawatirkan mengakibatkan terjadinya kesalahan implementasi undang-undang perpajakan oleh perusahaan multinasional. c. Advanced Pricing Agreement (APA) dan Mutual Agreement Procedure (MAP) sebagai salah satu alternatif penyelesaian sengketa transfer pricing antar beberapa negara.

Metode Penelitian

11

Resume dan Reviu Jurnal PenelitianBeberapa saran yang diberikan oleh peneliti berkaitan dengan kasus transfer pricing pada perusahaan multinasional adalah sebagai berikut: a. Di Indonesia, peraturan sebagai landasan untuk mengatur dan mengatasi masalah transfer pricing masih kurang, sehingga perlu adanya keselarasan antara pembuat kebijakan dan peraturan perpajakan dengan masalah yang sering muncul berkaitan dengan transfer pricing sebagai usaha penghematan pembayaran pajak oleh perusahaan multinasional. Hal ini dimaksudkan untuk memperluas aturan yang mengatur transfer pricing antara pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa. b. Pihak fiskus harus lebih banyak memiliki tenaga ahli di bidang transfer pricing untuk melakukan pemeriksaan terhadap perusahaan multinasional yang diduga melakukan penggelapan pajak melalui transaksi transfer pricing. Selain itu, pemeriksa pajak diharapkan meningkatkan kualitas penguasaan peraturan-peraturan perpajakan berkaitan dengan transfer pricing. Jika diperlukan dapat bekerjasama dengan instansi lain dan otoritas pajak yang terkait dengan Indonesia atau negara lain dimana terdapat salah satu cabang perusahaan multinasional yang ada di Indonesia, sehingga proses identifikasi dan penyelesaian kasus tersebut (PT. Asian Agri) tidak memerlukan waktu yang relatif lama. c. Untuk peneliti selanjutnya diusahakan dapat memperoleh data keuangan yang lebih mendalam atau detil dalam melakukan penelitian berkaitan dengan transfer pricing pada perusahaan multinasional.

VI. Reviu Secara keseluruhan, penelitian ini kurang memberikan porsi besar terkait pembahasan atas transaksi yang dimiliki oleh PT. Asian Agri. Hal ini dapat disebabkan oleh hambatan dalam pengumpulan data primer PT. Asian Agri secara lebih mendalam. Hambatan tersebut sebaiknya dijelaskan dalam Keterbatasan Penelitian tersendiri sehingga makna dari judul penelitian ini tidak terkesan hanya digunakan sebagai hiasan, karena hal ini justru dimasukkan sebagai saran bagi peneliti sendiri. Namun, dari sistematika secara garis besar jurnal penelitian sudah memberikan contoh sistematika yang baik meskipun tetap ada sedikit kekurangan, misalnya tujuan penelitan yang tidak dinyatakan dalam Pendahuluan. Meskipun tidak dinyatakan melalui Tujuan Penelitian, kesimpulan penelitian sudah menjadi jawaban dari rumusan masalah yang diberikan oleh peneliti.

VI. Referensi Astuti. 2008. Analisis Putusan Pengadilan atas Sengketa Penentuan Harga Wajar dalam Transaksi Transfer Pricing (Studi Kasus Putusan Pengadilan Nomor X). Tesis. Program Ilmu Administrasi dan Kebijakan Perpajakan. FISIP. Jakarta: UI.

Metode Penelitian

12

Resume dan Reviu Jurnal PenelitianChoe, Chongwoo. Charles E. Hyde. 2004. Multinasional Transfer Pricing, Tax Arbitrage and the Arms Length Principle. Sydney: University of New South Wales. Fuadah, Lukluk. 2008. Analisa Transaksi-Transaksi yang Terjadi dalam Masalah Transfer Pricing pada Kasus PT. Asian Agri di Indonesia. Jurnal Keuangan dan Bisnis. Vol. 6, No. 2: 108-129. Hardjatmo. 2007. Tindakan Yuridis yang Ditempuh oleh Direktur Jenderal Pajak selaku Ototritas Fiskal dan PT. ABC selaku Wajib Pajak dalam Menghadapi Masalah Transfer Pricing Ditinjau dari Aspek Hukum Perpajakan. Tesis. Fakultas Hukum. Jakarta: UI. Mario, Arthur. 2009. Analisis Kebijakan Transfer Pricing atas Transaksi Intercompany dalam Upaya Melakukan Efisiensi Beban Pajak (Studi Kasus pada PT. X). Tesis. Program Ilmu Administrasi dan Kebijakan Perpajakan. FISIP. Jakarta: UI. Nataprasarjono, Aan H. 2011. Analisis Kewajaran Pembayaran Royalti Kepada Pihak yang Memiliki Hubungan Istimewa atas Pemanfaatan Marketing Intangibles dalam Konteks Perpajakan. Skripsi. Jakarta: STAN. Natawisastra, Deden N. 2010. Pencegahan Praktik Transfer Pricing oleh Perusahaan Multinasional dalam Undang-undang Perpajakan. http://www.docstoc.com/docs/50556169/Pencegahan-PraktikTransfer-Pricing-oleh-Perusahaan-Multinasional (diakses 10 Januari 2012). Organisation for Economic Co-operation and Development. 2010. OECD Transfer Pricing Guidelines for Guidelines for Multinasional Enterprises and Tax Administrations 2010. Paris: Organisation for Economic Co-operation and Development. Urquidi, Alfredo J. 2008. An Introduction to Transfer Pricing. New School Economic Review. Vol 3 (1): 2745.

Metode Penelitian

13