Revisi tugas i pend.inklusi sekolah inklusi

34
LAPORAN OBSERVASI SEKOLAH INKLUSI (SMA MUHAMMADIYAH 5 JATEN, KARANGANYAR) Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Inklusi Dosen Pengampu : Dr. Nonoh Siti Aminah, M.Pd DISUSUN OLEH: 1. Bariqul Amalia Nisa (K2311011) 2. Dwi Putri Sabariasih (K2311022) 3. Uly Azmi Masna (K2311080) PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Tugas I Pendidikan Inklusi -1

Transcript of Revisi tugas i pend.inklusi sekolah inklusi

Page 1: Revisi tugas i pend.inklusi sekolah inklusi

LAPORAN OBSERVASI SEKOLAH INKLUSI

(SMA MUHAMMADIYAH 5 JATEN, KARANGANYAR)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Inklusi

Dosen Pengampu : Dr. Nonoh Siti Aminah, M.Pd

DISUSUN OLEH:

1. Bariqul Amalia Nisa (K2311011)

2. Dwi Putri Sabariasih (K2311022)

3. Uly Azmi Masna (K2311080)

PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2013

Tugas I Pendidikan Inklusi -1

Page 2: Revisi tugas i pend.inklusi sekolah inklusi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Mulai dari zaman dahulu hingga saat ini terdapat anak-anak

berkebutuhan khusus di sekitar kita. Anak-anak berkebutuhan khusus adalah

anak-anak yang memiliki keunikan tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya,

yang membedakan mereka dari anak-anak normal pada umumnya. Mereka

memiliki berbagai keterbatasan baik secara fisik maupun psikis. Terdapat

kelainan dari dalam diri mereka sendiri sehingga mereka membutuhkan bantuan

dan pendampingan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Ada 20 kriteria

anak yang tergolong berkebutuhan khusus (ABK) di antaranya yaitu tunanetra,

tunarungu, tunawicara, tunagrahita, tuna daksa, tuna laras (anak dengan

gangguan emosi, sosial dan perilaku), tuna ganda, lamban belajar, autis, dan

termasuk pula anak dengan potensi kecerdasan luar biasa (genius). Mereka

memerlukan penanganan khusus yang berbeda satu sama lain.Keadaan inilah

yang menuntut pemahaman terhadap hakikat anak berkebutuhan khusus.

Keragaman anak berkebutuhan khusus terkadang menyulitkan guru dalam upaya

menemu kenali jenis dan pemberian layanan pendidikan yang sesuai. Namun

apabila guru telah memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai hakikat anak

berkebutuhan khusus, maka mereka akan dapat memenuhi kebutuhan anak yang

sesuai.

Pendidikan merupakan Kebutuhan setiap manusia untuk menjamin

keberlangsungan hidup agar lebih bermartabat. Karena itu pemerintah memiliki

kewajiban untuk memberikan pelayanan pendidikan yang bermutu kepada setiap

warganya tanpa terkecuali termasuk mereka yang memiliki perbedaan dalam

kemampuan (difabel) .

Peraturan mengenai pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus telah

diatur dalam Sisdiknas No.20 tahun 2003 Bagian 11 yang menyebutkan bahwa

pendidikan khusus merupakan pendidikan untuk peserta didik yang berkebutuhan

khusus atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang

Tugas I Pendidikan Inklusi -2

Page 3: Revisi tugas i pend.inklusi sekolah inklusi

diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus pada

tingkat pendidikan dasar dan menengah. Selain itu ada Permendiknas No.22

tahun 2006 tentang kurikulum, standar isi, serta Permendiknas No.70 tahun 2009

tentang sekolah penyelenggara pendidikan inklusif atau pendidikan khusus.

Dalam Permendiknas No.70 tahun 2009 ini menybutkan bahwa yang dimaksud

pendidikan inklusif adalah sistem penyelanggaraan pendidikan yang memberikan

kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki

potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau

pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta

didik pada umumnya.

Pendidikan inklusi adalah termasuk hal yang baru di Indonesia

umumnya. Ada beberapa pengertian mengenai pendidikan inklusi, diantaranya

adalah pendidikan inklusi merupakan sebuah pendekatan yang berusaha

mentransformasi sistem pendidikan dengan meniadakan hambatan-hambatan

yang dapat menghalangi setiap siswa untuk berpartisipasi penuh dalam

pendidikan. Hambatan yang ada bisa terkait dengan masalah etnik, gender, status

sosial, kemiskinan dan lain-lain. Dengan kata lain pendidikan inklusi adalah

pelayanan pendidikan anak berkebutuhan khusus yang dididik bersama-sama

anak lainnya (normal) untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.

Sekolah inklusi adalah sekolah regular (biasa) yang menerima ABK dan

menyediakan sistem layanan pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan

anak tanpa kebutuhan khusus (ATBK) dan ABK melalui adaptasi kurikulum,

pembelajaran, penilaian, dan sarana prasarananya. Dengan adanya sekolah

inklusi ABK dapat bersekolah di sekolah regular yang ditunjuk sebagai sekolah

inklusi. Di sekolah tersebut ABK mendapat pelayanan pendidikan dari guru

pembimbing khusus dan sarana prasarananya. Prinsip mendasar dari pendidikan

inklusi adalah selama memungkinkan, semua anak seyogyanya belajar bersama-

sama tanpa memandang kesulitan ataupun perbedaan yang mungkin ada pada

mereka. Jadi disini setiap anak dapat diterima menjadi bagian dari kelas tersebut,

Tugas I Pendidikan Inklusi -3

Page 4: Revisi tugas i pend.inklusi sekolah inklusi

dan saling membantu dengan guru dan teman sebayanya maupun anggota

masyarakat lain sehingga kebutuhan individualnya dapat terpenuhi.

1.2 TUJUAN

1. Mengetahui identitas salah satu sekolah inklusi di Surakarta.

2. Mengetahui perbedaan antara Sekolah Inklusi dengan Sekolah reguler.

3. Mengetahui karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus di sekolah inklusi.

4. Mengetahui sistem pendidikan (kurikulum), model pembelajaran, model

tes,media pembelajaran di sekolah inklusi.

5. Mengetahui hambatan dalam kegiatan belajar-mengajar pada sekolah inklusi.

Tugas I Pendidikan Inklusi -4

Page 5: Revisi tugas i pend.inklusi sekolah inklusi

BAB II

ISI

2.1 Waktu dan Tempat Observasi

Observasi dilakukan pada hari hari Sabtu, 2 Maret 2013 bertempat di

SMA Muhammadiyah 5 Jaten. Kami berangkat pada pukul 08.00 WIB dan

berakhir melakukan observasi pada pukul 10.00 WIB. SMA Muhammadiyah 5

Jaten terletak di Jalan Raya Solo – Sragen Km 10, Sroyo, Jaten, Karanganyar.

Kami kesana dengan mengendarai sepeda motor. Pada kesempatan kali ini, Ibu

Dr.Nonoh Siti Aminah, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah inklusi tidak

dapat mendampingi. Sesampai disana kami disambut langsung oleh Bapak

Sumarno. Kemudian kami diarahkan untuk masuk ke ruang guru. Setelah

menyampaikan maksud dan tujuan kami datang ke SMA Muhammadiyah 5 Jaten

kami langsung mewawancarai Bapak Sumarno selaku Kepala sekolah dan Ibu

Anik sebagai perwakilan salah satu guru yang mengampu salah satu mata

pelajaran. Kami tidak bisa mewawancarai Guru Fisika karena beliau pada hari

sabtu tidak mengajar. Setelah itu kami langsung melakukan observasi di kelas X,

dan XII, kelas XI tidak sempat kami observasi karena sudah memasuki waktu

istirahat.

2.2 IDENTITAS SEKOLAH INKLUSI

1. Nama Sekolah : SMA Muhammadiyah 5 Jaten

2. Nomor Statistik Sekolah : NSS : 302031311026

NPSN : 20312203

3. Status : Swasta ( TERAKREDITASI B )

4. Alamat

Propinsi : Jawa Tengah

Daerah Tingkat II : Kabupaten Karanganyar

Kecamatan : Jaten

Desa/ Kelurahan : Sroyo

Jalan : Jl. Raya Solo Sragen Km. 10

Tugas I Pendidikan Inklusi -5

Page 6: Revisi tugas i pend.inklusi sekolah inklusi

Telepon : (0271) 827951

Kode Pos : 57771

Alamat email : [email protected]

5. Nomor Rekening : 3-019-00195-3

(bukan rekening pribadi)

Nama Bank : Bank Jateng

Kantor Cabang : Karanganyar

Pemegang Rekening : Kepala Sekolah

Rekening Sekolah Atas Nama : SMA MUH 5 KARANGANYAR

6. NPWP : 02.766.849.0.528.000

7. Yayasan

Nama Yayasan : Muhammadiyah

Nama Pimpinan Yayasan : H. Suratmo S,pd

Alamat Yayasan : Tegalasri RT 03 RW 06 Bejen,

Karanganyar Jawa Tengah

Akte Pendirian Yayasan : E.6/098/1974

Tanggal Pendirian : 12 Agusuts 1974

8. Jumlah Siswa

Secara Keseluruhan

Kelas X : 42 Siswa

Kelas XI : 26 Siswa

Kelas XII : 20 Siswa

Siswa ABK

Kelas X : 4 Siswa ( 3 Perempuan, 1 Laki-Laki )

Kelas XI : 3 Siswa ( Perempuan )

Kelas XII : 2 Siswa ( Laki-Laki )

Tugas I Pendidikan Inklusi -6

Page 7: Revisi tugas i pend.inklusi sekolah inklusi

Visi Sekolah

Berorientasi keislaman, berilmu dan berketrampilan

Misi Sekolah

1. Membentuk akhlak yang islami, bersikap sportif, etos kerja tinggi,

dengan menguasai pengetahuan dan kecakapan ketrampilan yang

memadai sehingga memungkinkan hidup mandiri

2. Mendidik anak – anak bangsa agar mampu hidup di masyarakat berbekal

ilmu, ketrampilan dan keislaman

3. Mendorong dan membekali anak didik untuk melanjutkan ke perguruan

tinggi

Tujuan Sekolah

1. Mendidik anak berperilaku islami, sopan dan menghargai orang lain

2. Meningkatkan nilai rata – rata UN

3. Meningkatkan kualitas sekolah menjadi semakin lebih baik dengan

peningkatan kelulusan dan ketrampilan untuk kesiapan bekal hidup di

masyarakat

4. Membekali peserta didik yang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi

Indikator sebagai berikut :

a. Meningkatkan kualitas siswa dan tenaga kependidikan dengan pola

tingkah laku 5 tertib : tertib waktu, tertib belajar, tertib mengajar, tertib

administrasi, tertib lingkungan.

b. Nilai rata – rata UN semakin meningkat

c. Meningkatkan etos kerja yang profesional sehingga pembelajaran bisa

efektif dan efisien, dengan hasil lulusan yang memadai dan mempunyai

ketrampilan yang layak.

Tugas I Pendidikan Inklusi -7

Page 8: Revisi tugas i pend.inklusi sekolah inklusi

d. Manajemen sekolah dapat mengembangkan potensi yang ada secara

optimal dan dapat mencapai target yang diharapkan dengan adanya

peserta didik yang melanjutkan sekolah

e. Mampu bersaing bidang ketrampilan tertentu

Ketrampilan yang dikembangkan di SMA Muhammadiyah 5

Karanganyar, sebagai muatan lokalsekolah :

1. Menjahit

2. Ketrampilan Akuntansi

3. Bahasa Mandarin

4. Basic Video Shoting

Jumlah guru sebanyak 20 guru dengan rincian 6 guru tetap dan 14 guru

tidak tetap. Sedangkan untuk tata usaha di pegang oleh 1 orang pegawai dan 1

orang lagi bertugas sebagai penjaga dan sekaligus tukang kebun.

2.3 Hasil Wawancara

a. Kepala Sekolah

Kepala sekolah SMA Muhammadiyah 5 Jaten bernama bapak sumarno.

Bapak sumarno adalah lulusan Pendidikan Moral pancasila atau biasa disebut

PMP pada tahun 1983 di UNS, Kemudian melanjutkan kuliahnya di prodi BP.

Beliau berdomisili di Jatiwarno, Klaten. Bapak Sumarno di angkat menjadi guru

sejak 1983. Bapak Sumarno mulai menjadi kepala sekolah di SMA

Muhammadiyah 5 Jatenmulai 7 Februari 2012, sebelumnya beliau mengajar di

SMAN 2 Karanganyar.

Bapak Sumarno yang pertama kali menyambut kamidengan ramah dan

baik. Menurut bapak Sumarno, di SMA Muhammadiyah 5 Jaten banyak siswa

yang berasal dari SMP YKAB Surakarta. Diantaranya kelas XI terdiri dari 2

orang  yaitu Martin dan Tutuk, kelas XII terdiri dari 2 orang yaitu Gilang dan

Dwi. Siswa – siswi ABK tersebut merasa lebih nyaman sekolah di SMA tersebut

Tugas I Pendidikan Inklusi -8

Page 9: Revisi tugas i pend.inklusi sekolah inklusi

karena keramahan teman dan guru – gurunya. Kebanyakan siswa di Sekolah ini

adalah siswa dengan ekonomi menengah kebawah. 

Jumlah siswa di sekolah ini ada 92 siswa, terbagi dalam kelas X ada 46

siswa kelas XI ada 26 siswa, dan di kelas XII ada 20 siswa. Untuk penjurusan

kelas hanya dibuka untuk kelas IPS, hal ini ditujukan untuk lebih meningkatkan

sifat sosialnya. Menurut keterangan Bapak Sumarno yaitu untuk mengimbangi

daya pikir atau kemampuan siswa yang sekolah disana yang notabenenya juga

menengah kebawah. Mata pelajaran yang diajarkan oleh sekolah ini seperti

sekoah pada umumnya hanya saja diberi mata pelajaran ciri khusus sebagai

tambahan. Mata pelajaran ciri kusus ini ditujukan untuk membentuk kereligiusan

ke siswanya. Jam belajarnya seperti SMA pada umumnya masuk jam 07.00

sampai jam 13.30 WIB.  Khusus untuk hari jum’at sampai jam 11.00 WIB.

Untuk sekolah pada hari biasa, diwajibkan bagi siswa untuk sholat Dzuhur

berjama’ah. Sedangkan untuk hari Jum’at tidak diharuskan, dikarenakan tempat

sholatnya digunakan warga sekitar untuk sholat Jum’at.

Sistem pembelajaran yang dilakukan di sekolah ini juga sama dengan

sekolah lainnya, sering dengan metode ceramah. Untuk siswa tunanetra juga

sama. Mereka akan mencatat sendiri pelajaran dengan huruf braille sesuai

dengan keahlian mereka. Mereka mendapatkan keahlian tersebut sejak SMP yang

dulu berasal dari YKAB.  Kesulitan untuk menjelaskan ke siswa sama seperti

kesulitan yang di alami di YKAB yaitu menjelaskan angka dan grafik kepada

siswa tunanetra. Namun selama ini kesulitan tersebut dibantu oleh teman

sebangku yang mempunyai kekurangan tersebut atau dengan istilah tutor sebaya.

b. Tutut (Siswi Tunanetra)

Nama                     : Tutut Tri Anisa

Kelahiran               : 1993

Tutut adalah salah satu siswi ABK tunanetra-Low Vision yang kami

wawancarai. Saat ini tutuk duduk di kelas XII IPS. Tutut ini berasal dari SMP

YKAB Jebres, Solo dan saat ini dia masih tinggal di Asrama YKAB Jebres, Solo.

Tugas I Pendidikan Inklusi -9

Page 10: Revisi tugas i pend.inklusi sekolah inklusi

Alasan Tutut memilih SMA Muhammadiyah 5 Jaten karena SMA

Muhammadiyah 5 Jaten merupakan Sekolah Inklusi dari segi transportasinya

mudah hanya dengan naik bus satu kali.Tidak ada kesulitan pergi ke sekolah

karena kondektur busnya sudah paham. Dia lahir dengan keadaan normal dan

mulai memakai kacamata sejak SD, namun kemudian minusnya terus bertambah

sampai tidak ada lensa yang cocok. Hingga akhirnya memakai alat bantu kaca

pembesar. Sekolahnya sempat terhenti selama 3 tahun karena dia putus asa tidak

bisa melihat dengan jalas. Namun karena dorongan keluarga akhirnya dia mau

melanjutkan sekolah lagi. Bapak dan ibunya sangat perhatian,ulet ,gigih,sabar

dan ikhlas merawatnya. Selama di asrama sering dijenguk oleh kedua orang

tuanya biasanya dalam sebulan sekali, dan dalam kegiatan belajar biasanya

dibantu oleh teman sebangku yang biasa disebut dengan tutor sebaya dan juga

guru juga turut membantu dan mendekatinya dalam proses belajarnya, dalam

belajar untuk melihat Tutut menggunakan kaca pembesar untuk memudahkan

membaca.

2.4 PENGERTIAN DAN KARAKTERISTIK ANAK BERKEBUTUHAN

KHUSUS

Anak-anak berkebutuhan khusus adalah anak-anak yang memiliki

keunikan tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan mereka

dari anak-anak normal pada umumnya. Mereka memiliki berbagai keterbatasan

baik secara fisik maupun psikis. Terdapat kelainan dari dalam diri mereka sendiri

sehingga mereka membutuhkan bantuan dan pendampingan orang lain dalam

menjalani kehidupannya. Ada 20 kriteria anak yang tergolong berkebutuhan

khusus (ABK) di antaranya yaitu tunanetra, tunarungu, tunawicara, tunagrahita,

tuna daksa, tuna laras (anak dengan gangguan emosi, sosial dan perilaku), tuna

ganda, lamban belajar, autis, dan termasuk pula anak dengan potensi kecerdasan

luar biasa (genius).

Pada SMA Muhammadiyah 5 ini ada 2 jenis anak ABK, yaitu Tunanetra

dan Slow learner.

1. Tunanetra

Tugas I Pendidikan Inklusi -10

Page 11: Revisi tugas i pend.inklusi sekolah inklusi

Diaktegorikan menjadi 2 yaitu :

a. Kebutaan

Kebutaan yaitu, orang yang kehilangan kemampuan penglihatan

atau hanya memiliki kemampuan untuk mengetahui adanya cahaya

atau tidak. Penyebab terjadinya kehilangan kemampuan penglihatan adalah

karena adanya permasalahan pada struktur atau fungsi dari mata.

Kebutaan memiliki cirri-ciri sebagai berikut :

1.)Tidak mampu melihat

2.)Tidak mampu mengenali orang pada jarak 6 meter

3.)Kerusakan nyata pada kedua bola mata,

4.)Sering meraba-raba/tersandung waktu berjalan,

5.)Mengalami kesulitan mengambil benda kecil di dekatnya,

6.)Bagian bola mata yang hitam berwarna keruh/besisik/kering,

7.)Mata bergoyang terus.

b. Low-Vision

Low vision yaitu, orang yang mengalami kesulitan untuk

menyelesaikan tugas-tugasnya yang berkaitan dengan penglihatan

namun dapat menyelesaikan tugas tersebut dengan menggunakan

strategi pendukung penglihatan, melihat dari dekat, penggu naan alat-

alat bantu dan juga modifikasi lingkungan sekitar. Low-vision memiliki

beberapa ciri sepertiberikut :

1.) Memicingkan mata saat mengamati dan membaca

2.) Membaca tulisan dari jarak sangat dekat sekitar 10 cm atau lebih

2. Slow Leaner (Kesulitan Belajar)

Anak berkesulitan belajar spesifik adalah anak

yangmengalami kesulitan belajar karena ada gangguan persepsi. Ada

tiga bentuk kesulitan belajar anak, yakni kesulitan di bidang matematika

atau berhitung (diskalkulia),kesulitan membaca (disleksia), kesulitan

berbahasa (disphasia), dan kesulitan menulis (disgraphia). Anak kesulitan

Tugas I Pendidikan Inklusi -11

Page 12: Revisi tugas i pend.inklusi sekolah inklusi

belajar juga kesulitan orientasi ruang dan arah, misalnya sulit membedakan

kiri-kanan, atas-bawah.

Tanda-tanda disleksia, antara lain:

a. tidak lancar atau ragu-ragu dalam membaca,

b. membaca tanpa irama (monoton),

c. kesulitan mengeja.

Tanda-tanda disgraphia, misalnya,

a. tulisan sangat jelek, terbalik-balik

b. sering menghilangkan atau malah menambah huruf.

Sedangkan, tanda-tanda diskalkulia, misalnya

a. kesulitan memahami simbol matematika.

2.5.     A. KURIKULUM

Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai diperlukan penetapan atau

pembuatan perencanaan pembelajaran, yang dapat berguna dan dapat

menunjang kegiatan pelaksanaan pembelajaran agar berjalan secara efektif

dan efisien, perencanaan proses pembelajaran meliputi penyusunan silabus

dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya

tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar dan

penilaian hasil.

Kurikulum yang digunakan oleh sekolah ini sama dengan sekolah

biasa yaitu KTSP. Hanya saja guru dalam membuat RPP dan silabus sedikit

berbeda. Perbedaannya terletak pada bagian keterangan. Untuk sekolah

inklusi silabus dan RPP di beri keterangan “ untuk anak ABK dalam

membaca di bacakan oleh teman atau guru”. Guru yang mengampu di setiap

kelas pun tetap 1 sesuai mata pelajaran yang di sampaikan.

Sedangkan untuk proses belajarnya tetap sama dengan sekolah lain.

Pada sekolah inklusi, anak ABK di setarakan dengan siswa normal lainnya

dalam proses pembelajaran, baik dari segi waktu pembelajaran maupun mata

pelajaran yang di gunakan. Hanya saja untuk anak yang slow learner di

Tugas I Pendidikan Inklusi -12

Page 13: Revisi tugas i pend.inklusi sekolah inklusi

berikan tambahan waktu oleh guru untuk mempelajari materi sendiri di

ruang guru dengan bantuan guru mata pelajaran yang terkait pada saat jam

istirahat.

Untuk mata pelajaran yang di berikan sama untuk semua siswa baik

yang normal maupun ABK. Anak ABK dalam mengikuti pelajaran olah raga

juga sama dengan anak normal lainnya, hannya saja yang wajib di ikuti

hanya yang memungkinkan dan bisa mereka lakukan. Sedangkan untuk

tugas disamakan tingkatannya hanya caranya saja yang di bedakan. Sebagai

contohnya jika anak yang normal di berikan tugas untuk membuat makalah

maka untuk anak yang ABK, tuna netra pada khususnya di berikan tugas

mencari berita di TV ataupun radio dengan tema sama dengan siswa normal

lainnya dan menulisnya atau dengan mencari berita dikoran lalu dibuat

keliping. Bobot dari makalah dan keliping ini di samakan. Sedangkan untuk

tugas tertentu ada yang sama. Untuk anak ABK, tuna netra pada khususnya

biasanya mereka menggunak huruf Braille dalam mengerjakan tugas. Maka

dari itu sebelum mengumpulkan tugas tersebut ke pada guru, tugas tersebut

di salin dulu ke dalam tulisan biasa dengan bantuan teman yang normal

untuk menuliskannya.

Dalam proses belajar mengajar, biasanya tempat duduk anak ABK di

damping oleh anak normal. Hal ini bertujuan untuk pendampingan dan

membantu jika mengalami kesulitan dan ketertinggalan. Selain itu juga agar

anak ABK tidak merasa terdeskriminasi atau merasa tersingkir. Saat

menjalani tes ujian sekolah maupun tes lainnya anak ABK di dampingi oleh

guru yang bertugas untuk membacakan dan menuliskan jawaban dari siswa.

Waktu yang disediakan untuk anak ABK dalam mengerjakan soal tes juga di

tambah.

Di sekolah ini juga tersedia berbagai macam ekstrakurikuler dan

keterampilan. Keterampilan yang di sediakan adalah menjahit, akuntansi,

dan bahasa mandarin. Hari dan waktu pelaksanaannya sama, sehingga siswa

di bebaskan untuk memilih keterampilan mana yang akan di ikuti. Akan

Tugas I Pendidikan Inklusi -13

Page 14: Revisi tugas i pend.inklusi sekolah inklusi

tetapi untuk anak tuna grahita di khususkan untuk mengikuti keterampilan

bahasa mandarin, sedangkan untuk anak normal di bebaskan memilih

keterampilan menjahit atau akuntansi. Sedangkan untuk ekstrakurikuler yang

mencolok dari sekolah ini adalah ekskul seni musik. Ekstrakurikuler ini

bebas di ikuti oleh semua siswa. Seni musik dari sekolah ini sering di

gunakan dalam acara formal seperti rapat guru, upacara dan lainnya.

Manurut pemaparan dari Ibu Anik juga di ketahui bahwa semangat

belajar anak ABK tidak kalah dengan anak normal lainnya, bahkan

prestasinya sering kali melebihi anak normal. Salah satu ABK alumni SMA

Muhammadiyah 5 Jaten bernama Ardiansyah sekarang sedang melanjutkan

studinya di UNY jurusan Bimbingan Konseling. Menurut beliau Ardiansyah

pernah juara I Tartil Al.Qur’an yang diselenggarakan oleh depag dan

hobinya adalah menyanyi. Contoh lainnya adalah  Rahayu yang

mendapatkan juara 2 dan 3 tartil yang di selenggarakan oleh UNIBA selama

2 tahun berturut-turut.

Anak- anak ABK ini juga sering mengikuti kegiatan yang di

selanggarakan oleh dinas pebdidikan atau instansi lainya.  Contohnya adalah

lari khusus anak ABK dan sosialisasi globe anak ABK yang di

selenggarakan selama 1 minggu di Jakarta. Kegiatan ini tidak semua

mewakili sekolah akan tetapi seringkali atas nama YKAB Surakarta yang

merupakan yayasan yang mereka naungi. Walaupun demikian sekolah tetap

mengizinkan karena di anggap sebagai pelatihan siswa untuk

mengembangkan dirinya.

Kurikulum yang digunakan di sekolah inklusi adalah kurikulum anak

normal (regular) yang disesuaikan (dimodifikasi sesuai) dengan kemampuan

awal dan karakteristik siswa. Modifikasi dapat dilakukan dengan cara

modifikasi alokasi waktu, modifikasi isi/materi, modifikasi proses belajar

mengajar, modifikasi sarana dan prasarana, modifikasi lingkungan untuk

belajar, dan modifikasi pengelolaan kelas. Dengan kurikulum akan

memberikan peluang terhadap tiap-tiap anak untuk mengaktualisasikan

Tugas I Pendidikan Inklusi -14

Page 15: Revisi tugas i pend.inklusi sekolah inklusi

potensinya sesuai dengan bakat, kemampuannya dan perbedaan yang ada

pada setiap anak.

Pada model kurikulum ini ABK menggunakan kurikulum

perpaduan antara kurikulum umum dengan kurikulum PPI. Operasional

pengembangan kurikulum ini, dilakukan dengan cara memodifikasi

kurikulum umum disesuaikan dengan potensi dan karakteristik ABK.

Dengan kurikulum modifikasi ini diharapkan ABK dapat mengikuti

pembelajaran pada kelas umum secara klasikal bersama anak-anak umum

lainnya. 

B. MODEL PEMBELAJARAN

Pembelajaran terakomodasi dalam model pendidikan inklusi

merupakan usaha mengkondisikan siswa belajar sesuai dengan

kebutuhannya. Usaha itu untuk mengakomodasi berbagai keragaman siswa,

khususnya siswa yang memiliki kebutuhan khusus dalam setting kelas

inklusif. Berbagai cara yang diusahakan meliputi adaptasi komponen-

komponen kurikulum, perencanaan pembelajaran yang diindividualisasikan,

partisipasi sebagian pada aktivitas belajar, modifikasi lingkungan ruangan

kelas, serta strategi mediasi-tutor teman sebaya.

Ceramah guru merupakan metode pembelajaran yang sering

digunakan untuk mengajar atau dengan diskusi partisipasi yaitu diskusi yang

melibatkan siswanya untuk berdiskusi Tanya jawab dalam pembelajaran.

Selain itu tutor sebaya juga memiliki peranan penting dalam

pembelajaran ABK, karena tutor sebaya tersebut yang membantu ABK jika

ia mengalami kesulitan dalam belajar, bahkan para tutor sebaya pun yang

selalu mendampingi ABK kemanapun ia pergi bahkan sejak ABK turun dari

angkutan di depan sekolah. Siswa-siswa yang mempunyai kecerdasan lebih

disbanding teman-temannya akan dijadikan tutor sebaya, akan tetapi yang

menjadi pertimbangan bukan hanya masalah kepintaran, masalah

humanisme, kesabaran, keikhlasan dan solidaritas terhadap temannya yang

berkebutuhan khusus pun sangat perlu dipertimbangkan.

Tugas I Pendidikan Inklusi -15

Page 16: Revisi tugas i pend.inklusi sekolah inklusi

C. MODEL TES

Model tes yang digunakan di SMA Muhammadiyah 5 Jaten sama

dengan sekolah reguler pada umumnya, yaitu dengan ujian tengah semester

dan ujian akhir semester. Dimana soal dari ujian tersebut dibagikan pada

masing-masing siswa.Untuk yang tuna netra biasanya di tempatkan didepan

dan soalnya dibacakan oleh guru pendamping atau dari pengawas. Untuk

ujian kemarin sudah ada tim dari dikbas yang bertugas mendampingi siswa

tuna netra tersebut. disini pendamping bertugas untuk membacakan soal dan

memblatkan jawaban siswa. Perlakuan khusus juga diberikan untuk siswa

tunanetra yaitu tambahan waktu 50 menit untuk mengerjakan

ujianmengingat keterbatasan yang mereka miliki. Penambahan waktu

pengerjaan soal ini bertujuan agar hasil ujian anak ABK ini dapat seoptimal

mungkin. Kemudian siswa ABK tersebut mengerjakan sendiri. Jawaban dari

siswa ABK tersebut benar-benar murni tanpa ada campur tangan dari guru

yang membacakan. Selain itu bagi anak ABK diberikan tambahan waktu 50

menit

Dari pengalaman itu siswa tuna netra justru kebih cepat atau berbarengan

selasainya dengan siswa biasa untuk beberapa mata pelajaran. Tambahan

waktu ini hanya dipakai untuk mata pelajaran bahasa inggris dan matematika

saja.

D. MEDIA PEMBELAJARAN

Media pembelajaran adalah alat yang dapat membantu proses belajar

mengajar yang berfungsi memperjelas makna pesan yang disampaikan

sehingga tujuan proses belajar mengajar dapat tercapai dengan sempurna.

Media pendidikan dan pembelajaran memilki banyak jenis dan

masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda-beda, oleh karena itu

guru perlu memahami karakteristik media itu agar dapat memilih media

sesuai dengan tujuan pembelajaran. Model-media pendidikan berdasarkan

karakteristiknya digolongkan menjadi dua bagian yaitu : Media dua dimensi

Tugas I Pendidikan Inklusi -16

Page 17: Revisi tugas i pend.inklusi sekolah inklusi

dan media tiga dimensi. Media dua dimensi meliputi media grafis, media

bentuk papan, dan media cetak.Sedangkan media tiga dimensi edapat

berujud sebagai benda asli baik hidup atau matidan dapat pula berujud

sebagian tiruan yang mewakili aslinya.

Media pembelajaran yang digunakan oleh anak ABK pada SMA

Muhammadiyah 5 ini adalah :

- Untuk anak tunanetra menggunakan media pembelajaran buku braile,

globe timbul, laptop suara.

- Untuk anak slow learner menggunakan media pembelajaran sama dengan

anak-anak yang lainnya

E. HAMBATAN PELAKSAAN PENDIDIKAN INKLUSI

Pembelajaran berasal dari hambatan intern dan ekstern. Untuk

hambatan intern sering muncul dari dalam siswa itu sendiri, sedangkan untuk

hambatan ekstern adalah hambatan yang muncul dari sering muncul dan

berpengaruh pada aktivitas pembelajaran misalnya dari guru, sarana dan

prasarana, kebijakan penilaian, lingkungan sosial siswa, dan kurikulum

sekolah.

Tugas I Pendidikan Inklusi -17

Page 18: Revisi tugas i pend.inklusi sekolah inklusi

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

1. SMA Muhammadiyah 5 Jaten merupakan sekolah yang menerima murid tidak

berkebutuhan khusus dan anak berkebutuhan khusus (ABK) atau disebut dengan

sekolah inklusi

2. Ciri-ciri fisik dan perilaku penyandang tunanetra antara lain : Tidak mampu

melihat, tidak mampu mengenali orang pada jarak 6 meter,kerusakan nyata pada

kedua bola mata, sering meraba-raba/tersandung waktu berjalan, mengalami

kesulitan mengambil benda kecil di dekatnya, bagian bola mata yang hitam

berwarna keruh/besisik/kering, mata bergoyang terus. Ciri-ciri fisik penyandang

low vision diantaranya memicingkan mata saat mengamati dan membaca,

membaca tulisan dari jarak sangat dekat sekitar 10 cm atau lebih. Sedangkan

cirri-ciri penyandang slow leaner diantaranya . tidak lancar atau ragu-ragu

dalam membaca,dll.

3. Kurikulum dan model pembelajaran SMA Muhammadiyah 5 Jatensama seperti

sekolah regular pada umumnya tetapi ada beberapa modifikasi, seperti model tes

bagi ABK dibacakan soalnya, kurikulum diberikan keterangan tambahan,model

pembelajaran melibatkan tutor sebaya,

4. Media pembelajaran untuk anak ABK pada SMA Muhammadiyah 5 Jaten

menggunakan buku braile, globe timbul, laptop suara, dll (untuk anak tunanetra)

sedangkan untuk anak slow learner tidak mengkhusukan media pembelajaran

tertentu.

5. Perlakuan yang di terapkan pada anak ABK pun juga sama dengan siswa normal

lainnya, baik dari segi mata pelajaran yang di berikan maupun tugas yang di

bebankan.

Tugas I Pendidikan Inklusi -18

Page 19: Revisi tugas i pend.inklusi sekolah inklusi

DAFTAR PUSTAKA

http://autisme.or.id/sekolah/sekolah-inklusi

http://sepucuktunasbangsa.blogspot.com/2011/01/kurikulum-dan-pendidikan-

inklusif-bagi.html

repository.upi.edu/operator/.../s_plb_054949_chapter2.pdf

Tugas I Pendidikan Inklusi -19

Page 20: Revisi tugas i pend.inklusi sekolah inklusi

LAMPIRAN

Gbr. Siswi Tunanetra yang sedang diberi penjelasan oleh tutor sebayanya

Gbr. Sugiyanto, siswa ABK slow leaner

Gbr. Dua siswi ABK tunanetra saat KBM berlangsung

Tugas I Pendidikan Inklusi -20

Page 21: Revisi tugas i pend.inklusi sekolah inklusi

Gbr. Suasana kelas X

Gbr. Siswi ABK tunanetra sedang membaca catatannya sendiri yang menggunakan huruf braille

Tugas I Pendidikan Inklusi -21

Page 22: Revisi tugas i pend.inklusi sekolah inklusi

Gbr. Catatan siswa Tunanetra menggunakan huruf braille

Gbr. Siswi ABK yang sedang menulis huruf Braille

Tugas I Pendidikan Inklusi -22

Page 23: Revisi tugas i pend.inklusi sekolah inklusi

Gbr. Siswi yang sedang membaca huruf Braille

Gbr. Tutut siswi Tunanetra

Tugas I Pendidikan Inklusi -23