Revisi Merah Biru

download Revisi Merah Biru

of 16

Transcript of Revisi Merah Biru

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman waru dekat dengan kehidupan kita sehari-hari, tanaman ini biasa kita lihat di pinggir jalan atau tumbuh liar di kebun dan lahan kosong dan berfungsi sebagai peneduh. Tanaman waru sebenarnya masih berkerabat dengan kembang satu karena digolongkan dalam satu marga yaitu Hibiscus. Bukti taksonomi dari tanaman waru dan kembang sepatu adalah terna atau semak Mengapa msh satu genus? Kok bisa????? apkah Bukti taksonominya? mengapa jenisnya berbeda?(mengapa sama2 hibistus) g satu karena(Hibiscus rosa- sinensis) . Berdasarkan latar belakang diatas penulis ingin membuktikan tanaman waru dan kembang sepatu merupakan jenis yang berbeda ditinjau dari struktur anatomi daunnya.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengapa tanaman waru dan tanaman kembang sepatu merah digolongkan dalam satu marga? 2. Apakah benar tanaman waru dan kembang sepatu merah merupakan jenis yang berbeda jika ditinjau dari anatomi daun?

C. Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat dibuat suatu hipotesis yaitu sebagai berikut : 1. Tanaman waru dan kembang sepatu memiliki persamaan persamaan ciri morfologi yang menjadi dasar digolongkan dalam satu marga 2. Tanaman waru dan kembang sepatu merupakan jenis yang berbeda jika ditinjau dari anatomi daun

D. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa tanaman waru dan kembang sepatu merupakan jenis yang berbeda berdasarkan struktur anatomi daun

BAB II KAJIAN PUSTAKA

1. Bukti Morfologi Tumbuhan Hibiscus Tiliaceus dan Hibiscus rosa-sinensis Tumbuhan waru dan kembang sepatu merah memiliki habitus berupa terna atau semak semak dan terkadang berupa pohon seringkali dengan batang yang mempunyai serabut serabut kulit, serta penutup permukaan organ organ tertentu yang berupa rambut rambut bintang atau sisik sisik. Daun tunggal, berlekuk beraneka ragam, kebanyakan bertulang menjari, duduknya tersebar, mempunyai daun penumpu. Bunga besar, banci, aktinomorf, daun kelopak 4-5, sedikit banyak berlekatan, dengan susunan seperti katup, disamping itu seringkali terdapat kelopak tambahan ; daun mahkota 5, bebas satu sama lain, tetapi pada pangkal sering berlekatan dengan buluh (columna) yang merupakan perlekatan tangkai tangkai sarinya, letaknya seperti genting. Benang sari banyak dengan tangkai sari yang berlekatan membentuk suatu kolom berongga menyelubungi putik dan pada bagian atas terbagi bagi dalam cabang cabang yang masing masing mendukung kepala sari yang hanya beruang 1 dan membuka dengan celah yang membujur, serbuk sari dengan permukaan berbenjol benjol. Bakal buah menumpang, beruang 2 atau beruang banyak, seringkali beruang 5 dengan 1 sampai banyak bakal biji, tangkai putik sama banyaknya dengan jumlah ruang dalam bakal buah atau 2 x jumlah ruang. Buahnya buah kendaga atau buah berbelah. Biji kebanyakan mempunyai endosperm dan lembaga yang lurus.

2. Bukti anatomi a. Tumbuhan waru Pada daun Hibiscus tiliaceus (daun waru) yang diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 40x tampak sel epidermisnya berbentuk seperti bulat tidak beraturan dan selnya tidak saling menempel dipisahkan oleh saluran transport. Bentuk seperti ini disebut tubular. Dari hasil pengamatan terlihat pula trikoma yang merupakan derivat dari epidermis. Trikoma ini merupakan rambut bercabang, bersel banyak, bentuknya seperti bintang. Trikoma ini tidak menghasilkan sekret atau disebut

dengan trikoma non granduler (rambut pelindung). Fungsi trikoma pada daun yaitu untuk mengurangi besarnya penguapan.

b. Tumbuhan kembang sepatu Daun terdiri dari epidermis atas, kolenkim, rambut penutup, mesofil dengan hablur kalsium oksalat bentuk roset, berkas pembuluh, palisade dengan hablur kalsium oksalat, jaringan bunga karang, stomata, dan epidermis bawah.Epidermis atas terdiri dari satu lapis sel berbentuk empat persegi panjang kadang - kadang diselingi lendir, lebih besar dari sel epidermis lainnya; rambut penutup jarang, berbentuk bintang dan mempunyai sel tunggal, dinding tebal. Epidermis bawah terdiri dari satu lapis sel yang serupa dengan sel epidermis atas; stomata hanya terdapat pada epidermis bawah. Mesofil meliputi jaringan palisade terdiri dari satu lapis sel; jaringan bunga karang berbentuk tidak teratur terdiri dari beberapa lapis sel, berongga; berkas pembuluh tipe kolateral. Pada sayatan paradermal tampak epidermis atas berbentuk poligonal, dinding antiklinal rata. Epidermis bawah dinding antiklinalnya berombak; stomata tipe anisositik.

3. Keanekaragaman hibiscus a. Hibiscus rosa-sinensis Bunga terdiri dari 5 helai daun kelopak yang dilindungi oleh kelopak tambahan (epicalyx) sehingga terlihat seperti dua lapis kelopak bunga. Mahkota bunga terdiri dari 5 lembar atau lebih jika merupakan hibrida. Tangkai putik berbentuk silinder panjang dikelilingi tangkai sari berbentuk oval yang bertaburan serbuk sari. Biji terdapat di dalam buah berbentuk kapsul berbilik lima. Pada umumnya tinggi tanaman sekitar 2 sampai 5 meter. Daun Hibiscus rosa-sinensis merupakan daun tunggal berwarna hijau

kecokelatan dan tersusun spiral, helaian daun berbentuk bundar telur, panjang helaian daun 3,5 - 9,5 cm, lebar 2,0 - 6,0 cm, ujung daun

meruncing, tepi daun bergerigi kasar, tulang daun menjari, tangkai daun panjang 1,0 - 3,7 cm. Di daerah tropis atau di rumah kaca tanaman berbunga sepanjang tahun, sedangkan di daerah subtropis berbunga mulai dari musim panas hingga musim gugur. Bunga berbentuk trompet dengan diameter bunga sekitar 6 cm. hingga 20 cm. Putik (pistillum) menjulur ke luar dari dasar bunga. Bunga bisa mekar menghadap ke atas, ke bawah, atau menghadap ke samping. Pada umumnya, tanaman bersifat steril dan tidak menghasilkan buah. Tanaman berkembang biak dengan cara stek, pencangkokan, dan penempelan. b. Hibiscus tiliaceus Pohon kecil, tinggi 515 m. Di tanah yang subur tumbuh lebih lurus dan dengan tajuk yang lebih sempit daripada di tanah gersang. Daun bertangkai, bundar atau bundar telur bentuk jantung dengan tepi rata, garis tengah hingga 19 cm; bertulang daun menjari, sebagian tulang daun utama dengan kelenjar pada pangkalnya di sisi bawah daun; sisi bawah berambut abu-abu rapat. Daun penumpu bundar telur memanjang, 2,5 cm, meninggalkan bekas berupa cincin di ujung ranting. Bunga berdiri sendiri atau dalam tandan berisi 25 kuntum. Daun kelopak tambahan bertaju 8 11, lebih dari separohnya berlekatan. Kelopak sepanjang 2,5 cm, bercangap 5. Daun mahkota bentuk kipas, berkuku pendek dan lebar, 5 7,5 cm, kuning, jingga, dan akhirnya kemerah-merahan, dengan noda ungu pada pangkalnya. Buah kotak bentuk telur, berparuh pendek, beruang 5 tak sempurna, membuka dengan 5 katup. c. Hibiscus macrophyllus Roxb. Tisuk tumbuh tinggi, hingga 25 m, namun dengan batang dan tajuk yang kurus; agak-agak mirip dengan payung. Gemang batangnya 1525

cm. Di Jawa bagian barat tumbuh liar hingga ketinggian lk. 800 m dpl., serta ditanam hingga 1.400 m dpl. Hampir semua bagian yang lunak berambut rapat, coklat, seperti sutera, panjang hingga 8 mm. Kuncup terletak terminal, 79 cm, terlindung oleh daun penumpu yang lebar memanjang. Daun bertangkai panjang, 1530 cm. Helai daun hampir bundar, bentuk jantung, garis tengah 2036 cm; bertepi rata atau bergerigi; dengan 79 ibu tulang daun yang menjari.[2] Bunga dalam karangan terminal bentuk payung, hingga 30 cm. Daun kelopak tambahan bertaju 1012, hampir sama panjang dengan kelopak yang bertaju 5. Mahkota berdiameter lk. 6 cm, kuning dengan warna ungu di tengahnya. Tangkai benang sari lk. 3 cm. Buah kotak panjang 2,53 cm, berbulu halus rapat. d. Hibiscus schizopetalus (Mast.) Hook. f. Worawari gantung atau kembang sepatu gantung (Hibiscus schizopetalus (Mast.) Hook. f.) merupakan tumbuhan kerabat dekat kembang sepatu. Tumbuhan ini biasa dijumpai di pekarangan untuk menghias sudut atau sebagai komponen pagar. Secara botani, worawari gantung tidak banyak berbeda dengan kembang sepatu. Daunnya relatif lebih kecil dan jarang. Demikian pula habitusnya. Warna daun cenderung lebih terang daripada kembang sepatu. Bunganya sangat khas meskipun bentuknya menyerupai bunga kembang sepatu. Posisi bunga selalu menggantung ke bawah karena tangkainya panjang. Ujung ginofornya membelok ke atas. Kelopak bunga berwarna merah dengan tepi bercuping ke dalam tajam, sehingga seperti disobek-sobek. Tumbuhan ini belum dimuliakan sehingga warna petalnya selalu merah.

Seperti juga kembang sepatu, tumbuhan ini hampir tidak pernah menghasilkan buah dan biji. Perbanyakan dilakukan dengan stek atau pencangkokan. e. Hibiscus sabdariffa Linn. Hibiscus sabdariffa Linn. atau rosela merupakan herba tahunan yang bisa mencapai ketinggian 0,5-3 meter. Batangnya ulat, tegak, berkayu dan berwarna merah. Daunnya tunggal, brbentuk bulat telur, pertulangan menjari, ujung tumpul, tepi bergerigi dan pangkal berlekuk. Panjang daun 6-15 cm dan lebarnya 5-8 cm. Tangkai daun bulat berwarna hijau, dengan panjang 4-7 cm. Bunga rosela yang keluar dari ketik daun merupakan bunga tunggal, artinya pada setiap tangkai hanya terdapat satu bunga. Bunga ini mempunyai 8-11 helai kelopak yang berbulu, panjangnya 1 cm, pangkalnya saling berlekatan, dan berwarna merah. Kelopak bunga ini sering dianggap bunga oleh masyarakat. bagian inilah yang sering dimanfaatkan sebagai bahab makanan damn minuman.

Mahkota bunga berbentuk corong, terdiri dari 5 helaian, panjangnya 35 cm. Tangkai sri yang merupakan tempat melekatnya kumpulan benang sari berukuran pendek dan tebal, panjangnya sekitar 5 mm dan lrebar sekitar 5 mm. Putknya berbntuk tabung, berwarna kuning atau merah Buahnya berbentuk kotak kerucut, berambut, terbagi menjadi 5 ruang, berwrna merah. Bentuk biji menyeupai ginjal, berbulu, dengan panjang 5 mm dan lebar 4 mm. Saat masi muda, biji berwarna putih dan setelah tua berubah menjadi abu-abu. f. Hibiscus cannabinus L. Tanaman kenaf ini merupakan tanaman herba semusim dengan tipe pertumbuhan berbentuk semak tegak . Kenaf membentuk akar tunggang, panjang

akar dapat mencapai 25 cm. Akar lateralnya tegak lurus pada akar tunggang, panjangnya 25-30 cm. Tinggi tanaman kenaf dapat mencapai 4 meter tergantung varietas, waktu tanam,dan kesuburan tanah. Menurut Berger (1%9) batang kenaf dalam kondisi normal dapat mencapai tinggi 2,4-3,8 m. Warna batang dibedakan dalam 3 kategori: yaitu hijau, merah, dan merah tidak teratur. Daun tanaman kenaf letaknya berselang-seling (alternate), dan terletak pada cabang dan batang utama. Selain itu ada cabang yang tumbuh langsung pada batang utama, cabang ini dikenai dengan "siwilan" (cabang rudimenter). Menurut Kirby (1963), daun (lamina) kenaf mempunyai bentuk dan warna yang bervariasi tergantung subspesiesnya. Permukaan daun (atas dan bawah) ada yang berduri, berbulu, berduri dan berbulu, maupun tidak berduri dan tidak berbulu. Pada daun akan kelihatan perbedaan warna, terutama pada urat daun dan tepi daun. Panjang tangkai daun (petiole) 5-8 cm dan tidak beruas. Warna tangkai daun umumnya berbeda saat tanaman muda dengan tanaman menjelang panen. Letak tangkai daun pada cabang berbeda pada setiap spesies antara lain intennediate, horisontal, dan terkulai (Gambar 5). Pada ketiak daun terdapat stipula. Tepi daun kenaf umumnya bergerigi. Tanaman kenaf termasuk tanaman yang menyerbuk sendiri (self pollination),tetapi sekitar 4% menyerbuk silang (cross pollination) (Norman dan Wood, 1988). Tanaman kenaf bersifat fotosensitif, yaitu pembungaannya dipengaruhi oleh panjang hari. Artinya tanaman kenaf akan berbunga lebih awal jika mendapat penyinaran yang lebih pendek dari fotoperiode kritiknya (Kirby, 1963; Berger, 1969). Buah kenaf (kapsul) berbentuk bulat meruncing (seperti kerucut), panjang 2- 2,5 cm dan diameter 1-1,5 cm (Gambar 7). Permukaan buah terdapat bulu pendek, halus, dan banyak, ada juga yang berduri. Buah muda berwarna hijau. Tingkat kemasakan buah kenaf per individu tanaman tidak serempak. Buah-buah yang terletak di bagian bawah lebih dahulu masak dibandingkan dengan buah di bagian atas atau pucuk, sehingga tingkat kemasakan buah yang dihasilkan menjadi heterogen (Hartati et al., 1991),

Biji kenaf biasanya berbentuk ginjal berdiameter sekitar 0,3-0,5 cm, berwarna kelabu agak kecokelatan (Oehse et al., 1961). Ada juga yang berbentuk renifonn,subrenifonn, dan angular.

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya (Sukmadinata, 2006:72). Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecendrungan yang tengah berlangsung.

B. Objek Penelitian Objek penelitian adalah tumbuhan kembang sepatu dan tumbuhan waru. C. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Eksplorasi Kegiatan eksplorasi tanaman kembang sepatu dan kembang waru dilakukan di daerah Surabaya, yakni di wilayah kampus Unesa Ketintang, wilayah dekat kampus ITS, Surabaya Timur dan disekitar Bantaran Sungai di Jalan Alternatif ke Sidoarjo. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari rabu tanggal 14 Maret 2012 hingga 16 Maret 2012. 2. Koleksi Koleksi tanaman kembang sepatu di peroleh di wilayah kampus Unesa Ketintang, tepatnya didepan Green House Jurusan Biologi dan di wilayah dekat kampus ITS, Surabaya Timur. Sedangkan tanaman kembang waru diperoleh di wilayah bantaran sungai di jalan alternative menuju Sidoarjo. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari rabu tanggal 14 Maret 2012 hingga tanggal 16 Maret 2012.

3. Observasi dan Deskripsi Morfologi Daun Kegiatan observasi dan deskripsi morfologi daun tanaman kembang sepatu dan tanaman waru dilaksakan dilaksanakan di Laboratorium Taksonomi, Jurusan Biologi FMIPA, Universitas Negeri Surabaya,

Gedung C3 Lantai 2. 4. Observasi dan Deskripsi Anatomi Daun Kegiatan observasi dan deskripsi anatomi daun tanaman kembang sepatu dan tanaman waru dilaksanakan di Koridor Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Surabaya, Gedung C3 Lantai 2. D. Alat dan Bahan Alat alat yang digunakan pada penelitian ini : 1. Penggaris, untuk mengukur panjang tumbuhan, misalnya daun, tangkai daun, batang, bunga. 2. Buku Morfologi Tumbuhan, sebagai panduan dalam mengobservasi tumbuhan. 3. Lup, digunakan untuk mengamati bagian tumbuhan waru dan kembang sepatu agar tamapak jelas bagian bagiannya. 4. Mikroskop Monokuler Carton, yaitu alat yang digunakan untuk mengamati anatomi pada daun waru dan kembang sepatu. 5. Kaca benda dan kaca penutup untuk meletakkan specimen di preparat. 6. Silet atau cutter, digunakan untuk membuat sayatan pada daun tumbuhan waru dan kembang sepatu yang akan di amati dimikroskop. 7. Kuas 8. Kertas Label 9. HP Kamera Bahan- bahan yang digunakan pada penelitian ini : 1. Tumbuhan segar kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) 2. Tumbuhan segar waru (Hibiscus tiliaceus) E. Prosedur Kerja 1. Eksplorasi

Kegiatan eksplorasi di lakukan dengan melakukan pencarian specimen yang akan digunakan dalam penelitian ini. Daerah ditemukannya tanaman kembang sepatu diwilayah Surabaya, yakni di wilayah kampus Unesa Ketintang, wilayah gedung GRAHA ITS, Surabaya Timur sedangkan tanaman waru ditemukan disekitar Bantaran Sungai di Jalan Alternatif ke Sidoarjo. 2. Koleksi

3.6 Teknik Analisis Data

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan serangkaian kegiatan taksonomi yang telah dilakukan diketahui bahwa morfologi tumbuhan waru dan kembang sepatu memiliki cirri morfologi yang sama sehingga digolongkan menjadi satu marga. Hal ini ditunjukkan dengan adanya

Hasil setelah melakukan pengamatan, kita tulis data hasil pengamatan kita berupa all about morfo waru & sepatu yg udah kita amati!(seadanya aja, gk perlu melebar). . . . . . .. .. . . . . .trus dibahas yg menjawab pertanyaan knp waru n sepatu kok se marga? Hasil pengamatan kita mikroskop disajikan,dianalisa bedanya utk jwb prtanyaan atau beri bukti bahwa waru n sepatu itu beda jenisnya!

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Menyimpulkan dari BAB 4 bahwa 1. berdasarkan morfologi,waru nsepatu emang 1 marga 2. berdasarkan anatomi mreka jenisnya bueda 5.2 Saran

Diskusi : 1. Mengapa Anda memilih tumbuhan tersebut? 2. Kemukakan alasan Anda memilih bukti taksonomi untuk menyelesaikan masalah yang Anda hadapi?karakter apa yang akan Anda amat 3. Sifat karakter apa yang akan Anda amati dan deskripsikan?

Setelah memperoleh hasil penelitian diskusikan dengan teman satu kelompok : 4. Dari hasil deskripsi bandingkan sifat karakter! 5. Tuliskan karakter yang membedakan antara tumbuhan yang Anda jadikan proyek! 6. Bukti Taksonomi yang anda gunakan apakah benar bisa mencapai tujuan proyek Anda.

Daftar Pustaka http://www.ff.unair.ac.id/sito/index.php?search=Hibiscus+tiaceus&p=1&mode=se arch&more=true&id=17

http://id.wikipedia.org/wiki/Waru http://smarttien.blogspot.com/2011/03/biologi-bunga.html http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/2237626-jaringan-epidermis/ http://kutipanbuku.blogspot.com/2011/12/kolokium-aku.html http://id.wikipedia.org/wiki/Anatomi_tumbuhan http://noberanagbio.blogspot.com/2011/11/bab-i-pendahuluan_9619.html