Revisi Kebijakan Ppi

16
PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DOKTER R. KOESMA Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo No.800 Telp. (0356) 321010, 325696 TUBAN–62315 KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. R. KOESMA KABUPATEN TUBAN NOMOR 188.4/ /KPTS/414.109/2014 TENTANG REVISI KEBIJAKAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.R.KOESMA KABUPATEN TUBAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. R. KOESMA KABUPATEN TUBAN, Menimbang : a. Bahwa kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi yang didapat di rumah sakit masih diperlukan untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit. b. Bahwa seiring dengan perkembangan teknologi, peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana di RSUD maka kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi juga mengalami perubahan. c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b diatas, maka dipandang perlu adanya revisi kebijakan pencegahan dan pengedalian infeksi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R. Koesma Kabupaten Tuban yang ditetapkan dengan Keputusan Direktur; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah kedua kali dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008; 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2007 tentang Kesehatan; 3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit; 5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1333/MENKES/SK/XII/ 1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit; 6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 82/Menkes/SK/XI/2007 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit. 7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 270/Menkes/SK/XI/ 2007 tentang Pedoman

description

akreditasi

Transcript of Revisi Kebijakan Ppi

PEMERINTAH KABUPATEN TUBANRUMAH SAKIT UMUM DAERAH DOKTER R. KOESMA

Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo No.800 Telp. (0356) 321010, 325696 T U B A N – 6 2 3 1 5

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. R. KOESMA

KABUPATEN TUBAN

NOMOR 188.4/ /KPTS/414.109/2014

TENTANG

REVISI KEBIJAKAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.R.KOESMA KABUPATEN TUBAN

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. R. KOESMA

KABUPATEN TUBAN,

Menimbang : a. Bahwa kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi yang

didapat di rumah sakit masih diperlukan untuk

meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.

b. Bahwa seiring dengan perkembangan teknologi,

peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana di

RSUD maka kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi

juga mengalami perubahan.

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

pada huruf a dan huruf b diatas, maka dipandang perlu

adanya revisi kebijakan pencegahan dan pengedalian infeksi

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R. Koesma Kabupaten

Tuban yang ditetapkan dengan Keputusan Direktur;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah kedua kali

dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008;

2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2007 tentang Kesehatan;

3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah

Sakit;

5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1333/MENKES/SK/XII/ 1999 tentang Standar Pelayanan

Rumah Sakit;

6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

82/Menkes/SK/XI/2007 tentang Pedoman Pencegahan dan

Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit.

7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

270/Menkes/SK/XI/ 2007 tentang Pedoman Manajemen

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan

fasilitas kesehatan lain.

9. Peraturan Daerah Kabupaten Tuban Nomor 04 Tahun 2008 tentang Organisasi Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Tuban sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Tuban Nomor 13 Tahun 2012;

10. Peraturan Bupati Tuban Nomor 16 Tahun 2013 tentang Uraian Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R. Koesma Kabupaten Tuban;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

KESATU : Menetapkan revisi kebijakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R. Koesma Kabupaten Tuban sebagaimana terlampir dalam Keputusan ini.

KEDUA : Kebijakan yang telah ditetapkan digunakan sebagai acuan dari pelaksanaan kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Umum Daerah Dr.R.Koesma Kabupaten Tuban.

KETIGA : Kepada ketua Tim yang ditunjuk sebagai penanggung jawab pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di RSUD dr.R.Koesma Tuban utuk melaksanakan sosialisasi dari kebijakan yang dimaksud kepada semua tenaga pelaksana dan unit kerja yang terkait.

KEEMPAT : Dengan berlakunya Keputusan ini maka Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R. Koesma Kabupaten Tuban Nomor 188.4/61/KPTS/414.109/2010 dinyatakan dicabut dan tidak berlaku;

KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku sejak ditetapkan

Ditetapkan di Tuban pada tanggal Januari 2014

DIREKTUR RSUD Dr. R. KOESMA KABUPATEN TUBAN

dr. H. ZAINUL ARIFIN, Sp. PK Pembina

NIP. 19630424 198901 1 001

TEMBUSAN : disampaikan kepada

Yth. 1. Wakil Direktur Pelayanan.

2. Ketua Komite Medik.

3. Kepala Bidang Medik.

4. Kepala Bidang PelayananPenunjang.

5. Kepala Bidang Keperawatan.

LAMPIRAN

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. R. KOESMA KABUPATEN TUBAN

NOMOR 188.4/ /KPTS/414.012/2014

TENTANG

REVISI KEBIJAKAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. R. KOESMA KABUPATEN TUBAN

KEBIJAKAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSIRUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. R. KOESMA KABUPATEN TUBAN

Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan

kesehatan kepada masyarakat berperan penting dalam meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat sehingga dituntut untuk selalu dapat memberikan

pelayanan yang bermutu sesuai standar yang telah ditentukan.

Semua klien rumah sakit, yaitu pasien dan pengunjung serta karyawan rumah

sakit dihadapkan pada resiko infeksi yang diperoleh dari rumah sakit. Untuk

meminimalkan resiko terjadinya infeksi tersebut maka perlu diterapka

pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit yaitu kegiatan yang meliputi

perencanaan, pelaksanaan, pmbinaan,pendidikan , pelatihan, monitoring dan

evaluasi.

TUJUAN

Meningkatkan mutu layanan rumah sakit melalui kegiatan Pencegahan dan

Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit yang dilaksanakn oleh semua unit di

rumah sakit, meliputi kualitas pelayanan, manajemen resiko, serta kesehatan

dan keselamatan kerja.

SASARAN :

Semua karyawan rumah sakit,mahasiswa praktek, pasien, pengunjung rumah

sakit.

KEBIJAKAN :

I. KEBIJAKAN ORGANISASI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN

INFEKSI RUMAH SAKIT.

1. Direktur membentuk Komite dan Tim PPI Rumah sakit sesuai

dengan SK Direktur yang mempunyai tugas, fungsi dan

kewenangan yang jelas sesuai dengan Pedoman Manajerial PPI

Rumah Sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.

2. Komite PPI merupakan unit kerja non struktural yang disusun

terdiri dari ketua, sekretaris, anggota dan langsung di bawah

Direktur Rumah Sakit.

3. Anggota Komite PPI terdiri dari dokter spesialis bedah, spesialis

anak, spesialis penyakit dalam, spesialis patologi klinik,

laboratorium, farmasi, laundry, IPS,IPL, K3, dan petugas kamar

jenazah.

4. Komite PPI dalam menyusun regulasi , wajib mengacu Pedoman

Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit

dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya yang dikeluarkan oleh

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

5. Tim PPI terdiri dari 3 perawat PPI (IPCN) yang paruh waktu dan 1

dokter PPI (IPCO).

6. Dalam bekerja IPCN dibantu oleh beberapa IPCLN dari tiap unit

terutama ruang yang beresiko terjadinya infeksi.

7. Semua unit kerja di rumah sakit harus melaksanakan kegiatan

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi ( PPI ).

II. KEBIJAKAN KEWASPADAAN STANDAR

1. Cuci tangan

a. Semua karyawan rumah sakit, mahasiswa praktek, pasien

dan pengunjung harus melakukan cuci tangan dengan air

bersih dan sabun atau handrub antiseptik berbasis alkohol.

b. Cuci tangan dilakukan pada 5 keadaan yaitu : sebelum

kontak dengan pasien, sebelum melakukan tindakan

aseptik,setelah melakukan tindakan invasif yang

berhubungan cairan tubuh pasien, setelah kontak dengan

pasien, setelah kontak dengan lingkungan pasien.

c. Cuci tangan dilakukan dengan benar sesuai dengan 6

langkah cuci tangan yang direkomendasikan oleh WHO.

d. IPCN memantau kepatuhan cuci tangan sesuai dengan

daftar tilik yang tersedia.

2. Penggunaan Alat Pelindung Diri ( APD ).

a. Alat pelindung diri adalah alat yang berfungsi sebagai

pelindung barrier untuk melindungi dari mikroorganisme

yang ada dan petugas kesehatan.

b. Jenis-jenis alat pelindung diri yaitu: sarung tangan,

masker, alat pelindung mata (goggles plastic bening,

kacamata pengaman, pelindung wajah dan visor), topi,

gaun pelindung, apron, pelindung kaki (sepatu boot karet

atau sepatu kulit tertutup).

c. Petugas yang wajib memakai APD adalah petugas medis

(dokter, perawat, bidan) penunjang medis (laboratorium

gizi, radiologi), clening service, laundry, pemakaian alat

pelindung diri hendaknya sesuai dengan indikasi

pemakaian.

d. Pemakaian APD dilakukan sebelum kontak dengan pasien.

e. Untuk penyakit yang menular lewat udara baik pasien

maupun pengunjung wajib memakai masker.

f. Untuk APD yang disposable setelah dipakai dibuang

ditempat sampah infeksius yang telah disediakan

sedangkan untuk APD yang akan dipakai kembali, setelah

dilepaskan didekontaminasi terlebih dulu sebelum diproses

lebih lanjut.

3. Dekontaminasi

a. Dekontaminasi adalah suatu proses yang membuat benda

mati lebih aman untk ditangani oleh petugas sebelum

dibersihkan dan mengurangi tapi tidak menghilangkan jumlah

mikroorganisme yang terkontaminasi.

b. Dekontaminasi dilakukan pada semua alat medis bekas pakai

yang akan dipakai kembali ( re use ), permukaan kerja, lantai

yang mungkin tercemar darah atau cairan tubuh lainnya,

linen bekas pakai yang terkontaminasi cairan tubuh pasien.

c. Dekontaminasi dapat memakai alcohol 60-90 % atau larutan

Klorin 0,5% atau larutan klorin 1% sesuai dengan jenis alat

yang akan didekontaminasi.

4. Desinfeksi

a. Desinfeksi adalah usaha pembebasan dari mikroorganisme

pathogen atau membuatnya menjadi non aktif terutama

digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan

mikroorganisme penyebab infeksi tapi tidak dapat merusak

atau menghancurkan bentuk sporanya sehingga mencapai

level keamanan di bawah sterilisasi.

b. Alat-alat harus dibersihkan lebih dulu sebelum didesinfeksi

untuk mengurangi bioburden dan dikeringkan agar cairan

desinfektan dapat kontak langsung dengan seluruh

permukaan alat.

c. Antiseptik adalah untuk mengurangi atau menghancurkan

mikroorganisme yang tidak dikehendaki yang terdapat di kulit

dan permukaan mukosa tapi tidak mempengaruhi flora

normalnya, contoh : alcohol, hexachlorophyl, hlorrhexidin,

iodine atau iodophor, hydrogen peroxide.

d. Antiseptik digunakan untuk cuci tangan, penyiapan kulit pra

operasi, pembersihan luka, obat kumur, semprot vagina dll.

5. Sterilisasi

a. Barang-barang yang harus disterilkan yaitu : instrument alat

kedokteran, sarung tangan, kasa/pembalut dan linen.

b. Unit Kerja Pusat Sterililisasi melayani proses sterilisasi dari

Instalasi Rawat Jalan, Rawat Inap, Instalasi Bedah Sentral,

Instalasi Gawat Darurat, ICU dan sterilisasi dapat juga

dilaksanakan di Instalasi / Unit Masing-masing dengan

pembinaan dari unit sterilisasi.

c. Tahapan proses sterilisasi adalah dekontaminasi,

pengemasan, sterilisasi, penyimpanan dan distribusi,

pemantauan kualitas bisa seluruh atau sebagaian

dilaksanakan di unit sterilisasi tergantung jenis bahan atau

alat.

6. Penanganan peralatan perawatan pasien dan penatalaksanaan

linen.

a. Menangani peralatan yang tercemar dengan untuk mencegah

kontak langsung dengan kulit atau membrane mukosa atau

selaput lender.

b. Mencegah terjadinya kontaminasi pada pakaian atau

lingkungan.

c. Mencuci dan desinfeksi peralatan bekas pakai sebellum

digunakan kembali.

d. Semua linen yang sudah digunakan harus dimasukkan ke

dalam kantong/wadah yang tidak rusak saat dingkut.

e. Pengantongan ganda tidak diperlukan untuk linen yang sudah

digunakan.

7. Kebersihan lingkungan

Membersihkan dan desinfeksi peralatan dan perlengkapan

dalam ruang perawatan pasien secara rutin setiap hari dan

bilamana perlu.

8. Penempatan Pasien

a. Isolasi pasien yang tidak dapat menjaga kebersihan diri serta

lingkungan dan dapat mencemari lingkungan di dalam

ruangan terpisah atau khusus (ruang isolasi).

b. Pasien dengan penyakit menular melalui udara / airbone

harus dirawat di ruang isolasi (bila memungkinkan) untuk

mencegah transmisi langsung atau tidak langsung.

c. Bila tindakan isolasi tidak memungkinkan maka dilakukan

kohorting (pasien dengan diagnose yang sama ditempatkan

secara berdekatan).

9. Hygiene Respirasi atau Etika Batuk

Setiap orang yang memiliki tanda atau gejala infeksi pernafasan

(batuk, bersin), harus: menutup hidung atau mulut ketika batuk

bersin, menggunakan tissue untuk menahan sekresi pernafasan

dan buang ditempat yang tersedia. Cuci tangan segera setelah

kontak dengan sekresi pernafasan. Rumah sakit menjamin

tersedianya:

a. Tempat sampah tertutup di semua area

b. Tempat cuci tangan dengan air mengalir di ruang tunggu.

c. Pengumuman atau informasi tertulis untuk memakai masker

bagi setiap pengunjung yang batuk.

10. Praktek menyuntik yang aman

a. Sebelum tindakan penyuntikan, petugas melakukan cuci

tangan dengan benar.

b. Lokasi penyuntikan dibersihkan dengan kapas kering dan

bersih (dicuci dengan sabun dan air bila perlu).

c. Lakukan proses penyuntikan secara legal.

d. Membuang jarum dan alat suntuk ke dalam wadah tahan

tusuk, tanpa melepas, menutup atau mematahkan jarum.

e. Cuci tangan kembali setelah tindakan.

11. Praktek untuk lumbal pungsi

Pemakaian masker pada insersi cateter atau injeksi suatu

obat ke dalam area spinal/epidural melalui anestesi spinal

dan epidural, myelogram, untuk mencegah transmisi droplet

flora orofaring.

III. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA DALAM

PPI

a. Semua anggota Komite PPI RSUD Dr.r.Koesma Kabupaten Tuban

wajib memiliki sertifikat Pelatihan Pencegahan dan Pengendalian

Infeksi Rumah Sakit Tingkat Dasar.

b. Semua pegawai RSUD dr.R.Koesma Kabupaten Tuban baik tenaga

medis maupum non medis wajib menjalani program orientasi

pegawai baru baik orientasi umum maupun khusus yang salah satu

materinya adalah pelatihan tentang pencegahan dan pengendalian

infeksi rumah sakit yang diselenggarakan oleh Komite PPI

berkerjasama dengan bagian Diklat.

c. Semua pegawai RSUD dr.R.Koesma Kabupaten Tuban mengikuti

pelatihan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit

tingkat dasar (bagi yang belum pernah pelatihan) secara bertahap

yang diselenggarakan oleh Komite PPI bekerjasama dengan Unit

Diklat.

d. Komite PPI membuat usulan tentang rencana pengembangan dan

pendidikan berkelanjutan untuk diajukan pada program kerja

tahunan dengan mengacu pada visi dan misi RSUD Dr.R.Koesma

Tuban.

IV. KEBIJAKAN PENGADAAN BAHAN DAN ALAT UNTUK PPI

a. Komite PPI mengusulkan kepada direktur tentang pengadaan alat

dan bahan yang sesuai dengan prinsip PPI dan aman bagi yang

menggunakan.

b. Pengadaan bahan dan alat tersebut dilaksanakan oleh Instalasi

Farmasi.

V. KEBIJAKAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA RASIONAL

a. Komite PPI menyusun pedoman penggunaan antibiotic baik untuk

profilaksis maupun untuk terappi, berdasarkan pedoman diagnose

dan terapi yang telah disusun oleh masing-masing SMF.

b. Membatasi penggunaan beberapa antibiotika tertentu yang

dicadangkan untuk menghadapi kasus infeksi nosokomial yang

resisten terhadap obat yang lazim dipakai.

c. Pengawasan yang ketat terhadap pemakaian obat-obatan lainnya

seperti kortikosteroid, imunosupresif dll.

VI. KEBIJAKAN PELAKSANAAN SURVEILANS

a. Surveilance infeksi nosokomial merupakan suatu kegiatan

pengumpulan data yang sistematis, analisis dan interpretasi yang

terus-menerus dari data infeksi nosokomial yang penting untuk

digunakan dalam perencanaan, penerapan dan evaluasi suatu

tindakan yang berhubungan dengan pencegah dan pengendalian

infeksi rumah sakit yang didesiminasikan secara berkala kepada

pihak-pihak yang memerlukannya.

b. Metode yang digunakan adalah metode surveillance target yang

meliputi surveillance proses dan surveillance hasil.

c. Surveilance dilakukan oleh petugas IPCN setiap hari bekerjasama

dengan petugas IPCLN.

d. Laporan hasil surveillance dibuat dalam tribulanan dan tahunan

yang dibuat oleh Tim PPI yang diserahkan kepada Komite PPI yang

selanjutnya diserahkan kepada Direktur.

VII. KEBIJAKAN PEMELIHARAAN FISIK DAN SARANA

a. Komite PPI memberikan masukan kepada Direktur yang

menyangkut konstruksi bangunan, renovasi ruangan, cara

pemrosesan alat, penyimpanan alat dan linen sesuai dengan prinsip

PPI.

b. Untuk pemeliharaan fisik dan sarana bekerjasama dengan Instalasi

Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPSRS).

VIII. KEBIJAKAN KESEHATAN KARYAWAN

a. Karyawan RSUD Dr.R.Koesma Kabupaten Tuban diwajibkan

menerapkan prinsip-prinsip PPI yaitu kewaspadaan standard dan

kewaspadaan berbasis transmisi sesuai dengan indikasi dalam

melaksanakan tugasnya sehari-hari.

b. Karyawan RSUD Dr.R.Koesma Kabupaten Tuban terutama karyawan

medis, mendapatkan vaksinasi hepatitis B secara bertahap.

c. Karyawan RSUD Dr.R.Koesma Kabupaten Tuban yang merawat

pasien menular melalui udara harus mendapatkan pelatihan

mengenai cara penularan dan penyebaran, tindakan pencegahan

dan pengendalian infeksi yang sesuai dan protocol bila terpajan.

Karyawan yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus diberi

penjelasan umum mengenai penyakit tersebut.

d. Karyawan RSUD Dr.R.Koesma Tuban yang tidak memiliki kartu

Askes, Jamkesmas atau asuransi kesehatan lainnya, mendapatkan

Kartu Sehat yang dikeluarkan oleh RSUD Dr.R.Koesma Tuban untuk

mendapatkan kesehatan gratis di RSUD Dr.D.R.Koesma Tuban baik

rawat jalan, maupun rawat inap.

IX. KEBIJAKAN KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)

a. Komite PPI dengan Tim PPI segera melakukan investigasi masalah

atau KLB nosokomial.

b. Komite PPI segera melaporkan adanya KLB kepada Direktur,

dimana Direktur akan membentuk tim pengendali KLB.

c. Dilakukan upaya mencari sumber infeksi dengan pemeriksaa

mikrobiologik.

d. Komite PPI mengusulkan kepada Direktur untuk menutup ruangan

rawat bila diperlukan karena potensial menyebarkan infeksi.

e. Bila memungkinkan pasien yang mengalami KLB infeksi nosokomial

dirawat di ruang isolasi, bila tidak memungkinkan maka dilakukan

kohorting.

f. Petugas yang merawat pasien tersebut wajib menggunakan APD

sesuai dengan kewaspadaan standard da kewaspadaan berbasis

transmisi.

X. KEBIJAKAN PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL

A. Kebijakan Upaya Pencegahan Infeksi Daerah Operasi (IDO), meliputi

:

1. Persiapan pasien harus dilakukan secara menyeluruh

diantaranya perbaikan keadaan yang memperbesar

kemungkinan terjadinya IDO (Diabetes Mellitus, Malnutrisi,

Obesitas, Infeksi, pemakaian kortikosteroid dll), dan persiapan

daerah operasi sesuai prinsip septic aseptic.

2. Tim pembedahan harus melakukan kewaspadaan standart dan

APD sesuai prinsip pencegahan dan pengendalian infeksi.

3. Teknik operasi harus dilakukan dengan sempurna dan secepat

mungkin untuk menghindari kerusakan jaringan lunak yang

berlebihan, menghilangkan rongga, mengurangi perdarahan dan

menghidari tertinggalnya benda asing yang tidak diperlukan.

4. Ruang pembedahan harus bersih, kering, tidak berbau, lantai

rata dan dinding licin, serta sudut ruangan tidak tajam dan

dibersihkan secara rutin.

5. Ruangan memiliki sirkulasi udara dan terdapat alat pengatur

kelembaban, suhu dan pencahayaan.

B. Kebijakan Upaya Pencegahan Infeksi Saluran Kemih (ISK)

1. Pemasangan kateter dikerjakan oleh petugas yang memahami

dan trampil dalam tehnik pemasangan secara aseptic dan

perawatan kateter.

2. Penggantian urin dilakukan menurut waktu tertentu atau bila

pada keadaan tertentu.

3. Kateter dipasang pada saat diperlukan saja.

C. Kebijakan Upaya Pencegahan Infeksi Aliran Darah Primer

1. Petugas pemasang intravena harus bekerja dengan prinsip

septic aseptic.

2. Pemasangan intravena dilakukan untuk tindakan pengobatan

dan tindakan diagnostik.

D. Kebijakan Upaya Pencegahan Pneumonia

1. Mencegah terjadinya aspirasi pada pasien-pasien dengan

penurunan kesadaran, disfagia dan pada pasien dengan

nasogastric tube.

2. Pemakaian intubasi dilakukan dalam jangka waktu yang

sesingkat mungkin.

3. Pasien dengan imunocompromized hendaknya dipisahkan

dengan pasien yang memiliki penyakit yang menular lewat

udara.

DIREKTUR RSUD Dr. R.

KOESMA

KABUPATEN TUBAN

Dr. H. ZAINUL ARIFIN, Sp. PK

Pembina Tk. I

NIP. 19630424 198901 1 001