Revisi Kebijakan Ppi
description
Transcript of Revisi Kebijakan Ppi
PEMERINTAH KABUPATEN TUBANRUMAH SAKIT UMUM DAERAH DOKTER R. KOESMA
Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo No.800 Telp. (0356) 321010, 325696 T U B A N – 6 2 3 1 5
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. R. KOESMA
KABUPATEN TUBAN
NOMOR 188.4/ /KPTS/414.109/2014
TENTANG
REVISI KEBIJAKAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.R.KOESMA KABUPATEN TUBAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. R. KOESMA
KABUPATEN TUBAN,
Menimbang : a. Bahwa kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi yang
didapat di rumah sakit masih diperlukan untuk
meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.
b. Bahwa seiring dengan perkembangan teknologi,
peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana di
RSUD maka kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi
juga mengalami perubahan.
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada huruf a dan huruf b diatas, maka dipandang perlu
adanya revisi kebijakan pencegahan dan pengedalian infeksi
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R. Koesma Kabupaten
Tuban yang ditetapkan dengan Keputusan Direktur;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah kedua kali
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008;
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2007 tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1333/MENKES/SK/XII/ 1999 tentang Standar Pelayanan
Rumah Sakit;
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
82/Menkes/SK/XI/2007 tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit.
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
270/Menkes/SK/XI/ 2007 tentang Pedoman Manajemen
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan
fasilitas kesehatan lain.
9. Peraturan Daerah Kabupaten Tuban Nomor 04 Tahun 2008 tentang Organisasi Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Tuban sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Tuban Nomor 13 Tahun 2012;
10. Peraturan Bupati Tuban Nomor 16 Tahun 2013 tentang Uraian Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R. Koesma Kabupaten Tuban;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
KESATU : Menetapkan revisi kebijakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R. Koesma Kabupaten Tuban sebagaimana terlampir dalam Keputusan ini.
KEDUA : Kebijakan yang telah ditetapkan digunakan sebagai acuan dari pelaksanaan kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Umum Daerah Dr.R.Koesma Kabupaten Tuban.
KETIGA : Kepada ketua Tim yang ditunjuk sebagai penanggung jawab pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di RSUD dr.R.Koesma Tuban utuk melaksanakan sosialisasi dari kebijakan yang dimaksud kepada semua tenaga pelaksana dan unit kerja yang terkait.
KEEMPAT : Dengan berlakunya Keputusan ini maka Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R. Koesma Kabupaten Tuban Nomor 188.4/61/KPTS/414.109/2010 dinyatakan dicabut dan tidak berlaku;
KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku sejak ditetapkan
Ditetapkan di Tuban pada tanggal Januari 2014
DIREKTUR RSUD Dr. R. KOESMA KABUPATEN TUBAN
dr. H. ZAINUL ARIFIN, Sp. PK Pembina
NIP. 19630424 198901 1 001
TEMBUSAN : disampaikan kepada
Yth. 1. Wakil Direktur Pelayanan.
2. Ketua Komite Medik.
3. Kepala Bidang Medik.
4. Kepala Bidang PelayananPenunjang.
5. Kepala Bidang Keperawatan.
LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. R. KOESMA KABUPATEN TUBAN
NOMOR 188.4/ /KPTS/414.012/2014
TENTANG
REVISI KEBIJAKAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. R. KOESMA KABUPATEN TUBAN
KEBIJAKAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSIRUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. R. KOESMA KABUPATEN TUBAN
Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat berperan penting dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat sehingga dituntut untuk selalu dapat memberikan
pelayanan yang bermutu sesuai standar yang telah ditentukan.
Semua klien rumah sakit, yaitu pasien dan pengunjung serta karyawan rumah
sakit dihadapkan pada resiko infeksi yang diperoleh dari rumah sakit. Untuk
meminimalkan resiko terjadinya infeksi tersebut maka perlu diterapka
pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit yaitu kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, pmbinaan,pendidikan , pelatihan, monitoring dan
evaluasi.
TUJUAN
Meningkatkan mutu layanan rumah sakit melalui kegiatan Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit yang dilaksanakn oleh semua unit di
rumah sakit, meliputi kualitas pelayanan, manajemen resiko, serta kesehatan
dan keselamatan kerja.
SASARAN :
Semua karyawan rumah sakit,mahasiswa praktek, pasien, pengunjung rumah
sakit.
KEBIJAKAN :
I. KEBIJAKAN ORGANISASI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
INFEKSI RUMAH SAKIT.
1. Direktur membentuk Komite dan Tim PPI Rumah sakit sesuai
dengan SK Direktur yang mempunyai tugas, fungsi dan
kewenangan yang jelas sesuai dengan Pedoman Manajerial PPI
Rumah Sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
2. Komite PPI merupakan unit kerja non struktural yang disusun
terdiri dari ketua, sekretaris, anggota dan langsung di bawah
Direktur Rumah Sakit.
3. Anggota Komite PPI terdiri dari dokter spesialis bedah, spesialis
anak, spesialis penyakit dalam, spesialis patologi klinik,
laboratorium, farmasi, laundry, IPS,IPL, K3, dan petugas kamar
jenazah.
4. Komite PPI dalam menyusun regulasi , wajib mengacu Pedoman
Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit
dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya yang dikeluarkan oleh
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
5. Tim PPI terdiri dari 3 perawat PPI (IPCN) yang paruh waktu dan 1
dokter PPI (IPCO).
6. Dalam bekerja IPCN dibantu oleh beberapa IPCLN dari tiap unit
terutama ruang yang beresiko terjadinya infeksi.
7. Semua unit kerja di rumah sakit harus melaksanakan kegiatan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi ( PPI ).
II. KEBIJAKAN KEWASPADAAN STANDAR
1. Cuci tangan
a. Semua karyawan rumah sakit, mahasiswa praktek, pasien
dan pengunjung harus melakukan cuci tangan dengan air
bersih dan sabun atau handrub antiseptik berbasis alkohol.
b. Cuci tangan dilakukan pada 5 keadaan yaitu : sebelum
kontak dengan pasien, sebelum melakukan tindakan
aseptik,setelah melakukan tindakan invasif yang
berhubungan cairan tubuh pasien, setelah kontak dengan
pasien, setelah kontak dengan lingkungan pasien.
c. Cuci tangan dilakukan dengan benar sesuai dengan 6
langkah cuci tangan yang direkomendasikan oleh WHO.
d. IPCN memantau kepatuhan cuci tangan sesuai dengan
daftar tilik yang tersedia.
2. Penggunaan Alat Pelindung Diri ( APD ).
a. Alat pelindung diri adalah alat yang berfungsi sebagai
pelindung barrier untuk melindungi dari mikroorganisme
yang ada dan petugas kesehatan.
b. Jenis-jenis alat pelindung diri yaitu: sarung tangan,
masker, alat pelindung mata (goggles plastic bening,
kacamata pengaman, pelindung wajah dan visor), topi,
gaun pelindung, apron, pelindung kaki (sepatu boot karet
atau sepatu kulit tertutup).
c. Petugas yang wajib memakai APD adalah petugas medis
(dokter, perawat, bidan) penunjang medis (laboratorium
gizi, radiologi), clening service, laundry, pemakaian alat
pelindung diri hendaknya sesuai dengan indikasi
pemakaian.
d. Pemakaian APD dilakukan sebelum kontak dengan pasien.
e. Untuk penyakit yang menular lewat udara baik pasien
maupun pengunjung wajib memakai masker.
f. Untuk APD yang disposable setelah dipakai dibuang
ditempat sampah infeksius yang telah disediakan
sedangkan untuk APD yang akan dipakai kembali, setelah
dilepaskan didekontaminasi terlebih dulu sebelum diproses
lebih lanjut.
3. Dekontaminasi
a. Dekontaminasi adalah suatu proses yang membuat benda
mati lebih aman untk ditangani oleh petugas sebelum
dibersihkan dan mengurangi tapi tidak menghilangkan jumlah
mikroorganisme yang terkontaminasi.
b. Dekontaminasi dilakukan pada semua alat medis bekas pakai
yang akan dipakai kembali ( re use ), permukaan kerja, lantai
yang mungkin tercemar darah atau cairan tubuh lainnya,
linen bekas pakai yang terkontaminasi cairan tubuh pasien.
c. Dekontaminasi dapat memakai alcohol 60-90 % atau larutan
Klorin 0,5% atau larutan klorin 1% sesuai dengan jenis alat
yang akan didekontaminasi.
4. Desinfeksi
a. Desinfeksi adalah usaha pembebasan dari mikroorganisme
pathogen atau membuatnya menjadi non aktif terutama
digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan
mikroorganisme penyebab infeksi tapi tidak dapat merusak
atau menghancurkan bentuk sporanya sehingga mencapai
level keamanan di bawah sterilisasi.
b. Alat-alat harus dibersihkan lebih dulu sebelum didesinfeksi
untuk mengurangi bioburden dan dikeringkan agar cairan
desinfektan dapat kontak langsung dengan seluruh
permukaan alat.
c. Antiseptik adalah untuk mengurangi atau menghancurkan
mikroorganisme yang tidak dikehendaki yang terdapat di kulit
dan permukaan mukosa tapi tidak mempengaruhi flora
normalnya, contoh : alcohol, hexachlorophyl, hlorrhexidin,
iodine atau iodophor, hydrogen peroxide.
d. Antiseptik digunakan untuk cuci tangan, penyiapan kulit pra
operasi, pembersihan luka, obat kumur, semprot vagina dll.
5. Sterilisasi
a. Barang-barang yang harus disterilkan yaitu : instrument alat
kedokteran, sarung tangan, kasa/pembalut dan linen.
b. Unit Kerja Pusat Sterililisasi melayani proses sterilisasi dari
Instalasi Rawat Jalan, Rawat Inap, Instalasi Bedah Sentral,
Instalasi Gawat Darurat, ICU dan sterilisasi dapat juga
dilaksanakan di Instalasi / Unit Masing-masing dengan
pembinaan dari unit sterilisasi.
c. Tahapan proses sterilisasi adalah dekontaminasi,
pengemasan, sterilisasi, penyimpanan dan distribusi,
pemantauan kualitas bisa seluruh atau sebagaian
dilaksanakan di unit sterilisasi tergantung jenis bahan atau
alat.
6. Penanganan peralatan perawatan pasien dan penatalaksanaan
linen.
a. Menangani peralatan yang tercemar dengan untuk mencegah
kontak langsung dengan kulit atau membrane mukosa atau
selaput lender.
b. Mencegah terjadinya kontaminasi pada pakaian atau
lingkungan.
c. Mencuci dan desinfeksi peralatan bekas pakai sebellum
digunakan kembali.
d. Semua linen yang sudah digunakan harus dimasukkan ke
dalam kantong/wadah yang tidak rusak saat dingkut.
e. Pengantongan ganda tidak diperlukan untuk linen yang sudah
digunakan.
7. Kebersihan lingkungan
Membersihkan dan desinfeksi peralatan dan perlengkapan
dalam ruang perawatan pasien secara rutin setiap hari dan
bilamana perlu.
8. Penempatan Pasien
a. Isolasi pasien yang tidak dapat menjaga kebersihan diri serta
lingkungan dan dapat mencemari lingkungan di dalam
ruangan terpisah atau khusus (ruang isolasi).
b. Pasien dengan penyakit menular melalui udara / airbone
harus dirawat di ruang isolasi (bila memungkinkan) untuk
mencegah transmisi langsung atau tidak langsung.
c. Bila tindakan isolasi tidak memungkinkan maka dilakukan
kohorting (pasien dengan diagnose yang sama ditempatkan
secara berdekatan).
9. Hygiene Respirasi atau Etika Batuk
Setiap orang yang memiliki tanda atau gejala infeksi pernafasan
(batuk, bersin), harus: menutup hidung atau mulut ketika batuk
bersin, menggunakan tissue untuk menahan sekresi pernafasan
dan buang ditempat yang tersedia. Cuci tangan segera setelah
kontak dengan sekresi pernafasan. Rumah sakit menjamin
tersedianya:
a. Tempat sampah tertutup di semua area
b. Tempat cuci tangan dengan air mengalir di ruang tunggu.
c. Pengumuman atau informasi tertulis untuk memakai masker
bagi setiap pengunjung yang batuk.
10. Praktek menyuntik yang aman
a. Sebelum tindakan penyuntikan, petugas melakukan cuci
tangan dengan benar.
b. Lokasi penyuntikan dibersihkan dengan kapas kering dan
bersih (dicuci dengan sabun dan air bila perlu).
c. Lakukan proses penyuntikan secara legal.
d. Membuang jarum dan alat suntuk ke dalam wadah tahan
tusuk, tanpa melepas, menutup atau mematahkan jarum.
e. Cuci tangan kembali setelah tindakan.
11. Praktek untuk lumbal pungsi
Pemakaian masker pada insersi cateter atau injeksi suatu
obat ke dalam area spinal/epidural melalui anestesi spinal
dan epidural, myelogram, untuk mencegah transmisi droplet
flora orofaring.
III. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA DALAM
PPI
a. Semua anggota Komite PPI RSUD Dr.r.Koesma Kabupaten Tuban
wajib memiliki sertifikat Pelatihan Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Rumah Sakit Tingkat Dasar.
b. Semua pegawai RSUD dr.R.Koesma Kabupaten Tuban baik tenaga
medis maupum non medis wajib menjalani program orientasi
pegawai baru baik orientasi umum maupun khusus yang salah satu
materinya adalah pelatihan tentang pencegahan dan pengendalian
infeksi rumah sakit yang diselenggarakan oleh Komite PPI
berkerjasama dengan bagian Diklat.
c. Semua pegawai RSUD dr.R.Koesma Kabupaten Tuban mengikuti
pelatihan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
tingkat dasar (bagi yang belum pernah pelatihan) secara bertahap
yang diselenggarakan oleh Komite PPI bekerjasama dengan Unit
Diklat.
d. Komite PPI membuat usulan tentang rencana pengembangan dan
pendidikan berkelanjutan untuk diajukan pada program kerja
tahunan dengan mengacu pada visi dan misi RSUD Dr.R.Koesma
Tuban.
IV. KEBIJAKAN PENGADAAN BAHAN DAN ALAT UNTUK PPI
a. Komite PPI mengusulkan kepada direktur tentang pengadaan alat
dan bahan yang sesuai dengan prinsip PPI dan aman bagi yang
menggunakan.
b. Pengadaan bahan dan alat tersebut dilaksanakan oleh Instalasi
Farmasi.
V. KEBIJAKAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA RASIONAL
a. Komite PPI menyusun pedoman penggunaan antibiotic baik untuk
profilaksis maupun untuk terappi, berdasarkan pedoman diagnose
dan terapi yang telah disusun oleh masing-masing SMF.
b. Membatasi penggunaan beberapa antibiotika tertentu yang
dicadangkan untuk menghadapi kasus infeksi nosokomial yang
resisten terhadap obat yang lazim dipakai.
c. Pengawasan yang ketat terhadap pemakaian obat-obatan lainnya
seperti kortikosteroid, imunosupresif dll.
VI. KEBIJAKAN PELAKSANAAN SURVEILANS
a. Surveilance infeksi nosokomial merupakan suatu kegiatan
pengumpulan data yang sistematis, analisis dan interpretasi yang
terus-menerus dari data infeksi nosokomial yang penting untuk
digunakan dalam perencanaan, penerapan dan evaluasi suatu
tindakan yang berhubungan dengan pencegah dan pengendalian
infeksi rumah sakit yang didesiminasikan secara berkala kepada
pihak-pihak yang memerlukannya.
b. Metode yang digunakan adalah metode surveillance target yang
meliputi surveillance proses dan surveillance hasil.
c. Surveilance dilakukan oleh petugas IPCN setiap hari bekerjasama
dengan petugas IPCLN.
d. Laporan hasil surveillance dibuat dalam tribulanan dan tahunan
yang dibuat oleh Tim PPI yang diserahkan kepada Komite PPI yang
selanjutnya diserahkan kepada Direktur.
VII. KEBIJAKAN PEMELIHARAAN FISIK DAN SARANA
a. Komite PPI memberikan masukan kepada Direktur yang
menyangkut konstruksi bangunan, renovasi ruangan, cara
pemrosesan alat, penyimpanan alat dan linen sesuai dengan prinsip
PPI.
b. Untuk pemeliharaan fisik dan sarana bekerjasama dengan Instalasi
Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPSRS).
VIII. KEBIJAKAN KESEHATAN KARYAWAN
a. Karyawan RSUD Dr.R.Koesma Kabupaten Tuban diwajibkan
menerapkan prinsip-prinsip PPI yaitu kewaspadaan standard dan
kewaspadaan berbasis transmisi sesuai dengan indikasi dalam
melaksanakan tugasnya sehari-hari.
b. Karyawan RSUD Dr.R.Koesma Kabupaten Tuban terutama karyawan
medis, mendapatkan vaksinasi hepatitis B secara bertahap.
c. Karyawan RSUD Dr.R.Koesma Kabupaten Tuban yang merawat
pasien menular melalui udara harus mendapatkan pelatihan
mengenai cara penularan dan penyebaran, tindakan pencegahan
dan pengendalian infeksi yang sesuai dan protocol bila terpajan.
Karyawan yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus diberi
penjelasan umum mengenai penyakit tersebut.
d. Karyawan RSUD Dr.R.Koesma Tuban yang tidak memiliki kartu
Askes, Jamkesmas atau asuransi kesehatan lainnya, mendapatkan
Kartu Sehat yang dikeluarkan oleh RSUD Dr.R.Koesma Tuban untuk
mendapatkan kesehatan gratis di RSUD Dr.D.R.Koesma Tuban baik
rawat jalan, maupun rawat inap.
IX. KEBIJAKAN KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)
a. Komite PPI dengan Tim PPI segera melakukan investigasi masalah
atau KLB nosokomial.
b. Komite PPI segera melaporkan adanya KLB kepada Direktur,
dimana Direktur akan membentuk tim pengendali KLB.
c. Dilakukan upaya mencari sumber infeksi dengan pemeriksaa
mikrobiologik.
d. Komite PPI mengusulkan kepada Direktur untuk menutup ruangan
rawat bila diperlukan karena potensial menyebarkan infeksi.
e. Bila memungkinkan pasien yang mengalami KLB infeksi nosokomial
dirawat di ruang isolasi, bila tidak memungkinkan maka dilakukan
kohorting.
f. Petugas yang merawat pasien tersebut wajib menggunakan APD
sesuai dengan kewaspadaan standard da kewaspadaan berbasis
transmisi.
X. KEBIJAKAN PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL
A. Kebijakan Upaya Pencegahan Infeksi Daerah Operasi (IDO), meliputi
:
1. Persiapan pasien harus dilakukan secara menyeluruh
diantaranya perbaikan keadaan yang memperbesar
kemungkinan terjadinya IDO (Diabetes Mellitus, Malnutrisi,
Obesitas, Infeksi, pemakaian kortikosteroid dll), dan persiapan
daerah operasi sesuai prinsip septic aseptic.
2. Tim pembedahan harus melakukan kewaspadaan standart dan
APD sesuai prinsip pencegahan dan pengendalian infeksi.
3. Teknik operasi harus dilakukan dengan sempurna dan secepat
mungkin untuk menghindari kerusakan jaringan lunak yang
berlebihan, menghilangkan rongga, mengurangi perdarahan dan
menghidari tertinggalnya benda asing yang tidak diperlukan.
4. Ruang pembedahan harus bersih, kering, tidak berbau, lantai
rata dan dinding licin, serta sudut ruangan tidak tajam dan
dibersihkan secara rutin.
5. Ruangan memiliki sirkulasi udara dan terdapat alat pengatur
kelembaban, suhu dan pencahayaan.
B. Kebijakan Upaya Pencegahan Infeksi Saluran Kemih (ISK)
1. Pemasangan kateter dikerjakan oleh petugas yang memahami
dan trampil dalam tehnik pemasangan secara aseptic dan
perawatan kateter.
2. Penggantian urin dilakukan menurut waktu tertentu atau bila
pada keadaan tertentu.
3. Kateter dipasang pada saat diperlukan saja.
C. Kebijakan Upaya Pencegahan Infeksi Aliran Darah Primer
1. Petugas pemasang intravena harus bekerja dengan prinsip
septic aseptic.
2. Pemasangan intravena dilakukan untuk tindakan pengobatan
dan tindakan diagnostik.
D. Kebijakan Upaya Pencegahan Pneumonia
1. Mencegah terjadinya aspirasi pada pasien-pasien dengan
penurunan kesadaran, disfagia dan pada pasien dengan
nasogastric tube.
2. Pemakaian intubasi dilakukan dalam jangka waktu yang
sesingkat mungkin.
3. Pasien dengan imunocompromized hendaknya dipisahkan
dengan pasien yang memiliki penyakit yang menular lewat
udara.
DIREKTUR RSUD Dr. R.
KOESMA
KABUPATEN TUBAN
Dr. H. ZAINUL ARIFIN, Sp. PK
Pembina Tk. I
NIP. 19630424 198901 1 001