Review Legal Ohsas 2 (1)
-
Upload
virdilla-randy -
Category
Documents
-
view
57 -
download
11
description
Transcript of Review Legal Ohsas 2 (1)
PERATURAN PERUNDANGANTENTANG LINGKUNGAN HIDUP
DANKESESUAIANNYA DENGAN KONDISI USAHA
No No Peraturan Judul Kesesuaian
### UU No.1 Tahun 1970 Keselamatan dan Kesehatan Kerja x
### Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja x
###
### Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja x
### Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja x
###
### KEPRES NO.22 TAHUN 1993 Penyakit yang timbul akibat hubungan kerja x
### UU No.3 TAHUN 1992 Jaminan sosial Tenaga Kerja x
### KEPRES NO.28 TAHUN 1988 x
### Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan x
### Cara pengisian formulir laporan dan analisis statistik kecelakaan
###
###x
### Simbol & Label Limbah B3x
### UU No. 23 1992 Tentang Kesehatan
### Permenkes No 718 1987 Tentang kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan x
Catatan:
UU : Undang – Undang
PP : Peraturan Pemerintah
KEPRES : Keputusan Presiden
KEPMEN LH : Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
KEPMENAKER : Keputusan Menteri Tenaga Kerja
PERDA : Peraturan Daerah
PERMENAKER NO.PER.05/MEN/1996
KEP. MENAKER NO.KEP.19/MEN/BW/97
Pelaksanaan Audit Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
KEP.MENAKER NO.KEP96/M/BW/97
PERMENAKER NO.PER-04/MEN/1995
INSTRUKSI MENAKER NO.INST.05/M/RW/96
Pengawasan dan Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada kegiatan Konstruksi Bangunan
Besarnya Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian Assuransi Sosial Tenaga Kerja
PERMENAKER NO.PER.03/MEN/1998
SK DIRJEN PEMBINAAN HUBUNGAN IINDUSTRIAL DAN
PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN
DEPNAKER RI NO.KEP.84/BW/1998
KEP MENAKER NO.KEP.103/MEN/1997
Penunjukan PT(PERSERO) sucofindo sebagai audit sistem Menajemen Keselmatan dan Kesehatan Kerja
KEP KA.BAPEDAL NO.KEP.01/BAPEDAL/09/1995
Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan & Pengumpulan Limbah B3
KEP KA.BAPEDAL NO.KEP.05/BAPEDAL/09/1995
Issued By : Approved By :
Title : Title :
Kesesuaian Catatan
Aturan Pemerintah tentang SMK 3
xKeputusan Menaker untuk audit SMK3
Sidak pelaksanaan K3 di perusahaan
Penunjukan jasa K3 oleh Disnaker
x
Kewajiban keikutsertaan Jamsostek
x
x
Pengujian Limbah B3
x
Aturan keselamatan dan kesehatan kerja bagi Perusahaan
Instruksi kepada KaKandepnaker seluruh Indonesia untuk melakukan
pengawasan kegiatan konstruksi bangunan
Hak bagi pekerja atas jaminan kesehatan kerja
Penggantian biaya pengobatan/perawatan
Pelaporan kejadian kecelakaan oleh perusahaan kepada Disnaker setempat
Perintah kepada DISNAKER dalam pemeriksaan kecelakan mengacu
kepada UU
Penunjukan badan audit oleh Pemerintah
Pembedaan karekteristik diberikan simbol
PERATURAN PERUNDANGAN Issued By :TENTANG LINGKUNGAN HIDUP
DANKESESUAIANNYA DENGAN KONDISI USAHA Title :
No No Peraturan JudulKesesuaian
Y TI. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
1 UU No.1 Tahun 1970 Keselamatan dan Kesehatan Kerja X
2 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja X
3 X
4 Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja X
5 Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja X
6 X
7 KEPRES NO.22 TAHUN 1993 Penyakit yang timbul akibat hubungan kerja X
8 UU No.3 TAHUN 1992 Jaminan sosial Tenaga Kerja X
9 KEPRES NO.28 TAHUN 1988 X
10 Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan X
11 Cara pengisian formulir laporan dan analisis statistik kecelakaan X
12 x
II. AMDAL (ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN)
Aturan lama
1 UU NO.23 TAHUN 1997 Pengelolaan Lingkungan Hidup x
2 PP NO.51 TAHUN 1993 Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) x
3 Pecabutan KEPMEN LH Lama No 49~53/MENKLH/6/1987 x
4 Jenis Usaha/Kegiatan Yang wajib Dilengkapi AMDAL x
5 Pedoman Umum Upaya Pengelolaan LH Dan Pemantauan LH x
6 Pedoman Susunan Keanggotaan & Tata Kerja Komisi Amdal x
PERMENAKER NO.PER.05/MEN/1996
KEP. MENAKER NO.KEP.19/MEN/BW/97
Pelaksanaan Audit Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
KEP.MENAKER NO.KEP96/M/BW/97
PERMENAKER NO.PER-04/MEN/1995
INSTRUKSI MENAKER NO.INST.05/M/RW/96
Pengawasan dan Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada kegiatan Konstruksi Bangunan
Besarnya Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian Assuransi Sosial Tenaga Kerja
PERMENAKER NO.PER.03/MEN/1998
SK DIRJEN PEMBINAAN HUBUNGAN IINDUSTRIAL DAN
PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN
DEPNAKER RI NO.KEP.84/BW/1998
KEP MENAKER NO.KEP.103/MEN/1997
Penunjukan PT(PERSERO) sucofindo sebagai audit sistem Menajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
KEPMEN LH NO.KEP.10/MENLH/3/1994
KEPMEN LH NO.KEP.11/MENLH/3/1994
KEPMEN LH NO.KEP.12/MENLH/3/1994
KEPMEN LH NO.KEP.13/MENLH/3/1994
7 Pedoman Umum penyusunan AMDAL x
8 Pemebentukan Komisi AMDAL x
9 Pedoman Umum pelaksanaan Audit Lingkungan x
10 Pedoman Mengenai Ukuran Dampak Penting x
11 Pembentukan Komisi AMDAL Terpadu/Multisektoral & Regional x
12 AMDAL Regional x
13 x
14 Jenis Usaha Yang Wajib Dilengkapi AMDAL x
15 Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial Dalam penyusunan AMDAL x
16 Panduan Pemantauan Pelaksanaan RKL & RPL x
17 xAturan Baru
18 PP No. 27 1999 Analisis Mengenai Dampak Lingkungan x
19 KEPMEN LH NO.2 TAHUN 2000 Panduan Penilaian Dokumen Amdal x
20 KEPMEN LH NO.4 TAHUN 2000 x
21KEPMEN LH NO.5 TAHUN 2000 x
22KEPMEN LH NO.40 TAHUN 2000
Pedoman Tata Kerja Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak LH x23 KEPMEN LH NO.41 TAHUN 2000 Pedoman pembentukan Komisi Penilai AMDAL Kab / Kota x
24KEPMEN LH NO.42 TAHUN 2000
Susunan Keanggotaan Komisi Penilai & Tim Teknis AMDAL Pusat x
25KEPMEN LH NO.17 TAHUN 2001
Jenis Rencana Usaha &/ Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi AMDAL x26 KEPMEN LH NO.30 TAHUN 2001 Pedoman Pelaksanaan Audit Lingkungan Hidup Yang Diwajibkan x
27 Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial dalam penyusunan AMDAL x
28 x
29 Pedoman penyusunan Analisis mengenai AMDAL x30 KEPMEN LH NO.86 TAHUN 2002 Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengololaan LH & Pemantauan LH x
31PP No. 10 2002 x
III. LIMBAH B3 (BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN)
Aturan lama
1 PP 19 Tahun 1994 Pengelolaan Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) x
2 PP 12 Tahun 1995 Perubahan PP 19/94 mengenai Pengelolaan Limbah B3 x
3 x
KEPMEN LH NO.KEP.14/MENLH/3/1994
KEPMEN LH NO.KEP.15/MENLH/3/1994
KEPMEN LH NO.KEP.42/MENLH/11/1994
KEP KA.BAPEDAL.NO.KEP.056-1994
KEPMEN LH NO.KEP.54/MENLH/11/1995
KEPMEN LH NO.KEP.55/MENLH/11/1995
KEPMEN LH NO.KEP.57/MENLH/12/1995
Analisis Dampak Lingkungan usaha atau kegiatan Terpadu/Multisektoral
KEPMEN LH NO.KEP.39/MENLH/11/1996
KEP KA.BAPEDAL NO.KEP.299/BAPEDAL/11/1996
KEP KA.BAPEDAL NO.KEP.105 TAHUN 1997
KEP KA.BAPEDAL NO.KEP.124/12/1997
Panduan Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat Dalam Penyusunan AMDAL
Panduan Penyusunan AMDAL kegiatan Pembangunan Pemukiman terpadu
Panduan Penyusunan AMDAL Kegiatan Pembangunan Dilahan daerah Basah
KEP KA BAPEDAL NO.KEP 299/11/TAHUN 1996
KEP KA BAPEDAL NO.08 TAHUN 2000
Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam proses analisis mengenai AMDAL
KEP KA BAPEDAL NO.09 TAHUN 2000
Tarif Atas Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang berlaku Pada Kantor Meneg LH Di Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan
KEP KA.BAPEDAL NO.KEP.68/BAPEDAL/05/1994
Tata Cara Memperoleh Ijin Penyimpanan, Pengumpulan,Pengoperasian Alat Pengolahahan, Pengolahan & Penimbunan Akhir Limbah B3
4x
5 Dokumen Limbah B3x
6 Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah B3x
7x
8 Simbol & Label Limbah B3x
9x
Aturan Baru
10 Tatalaksana Pengawasan Pengelolaan Limbah B3 x
11 Program Kemitraan Dalam pengelolaan Limbah B3 x
12 Penetapan Prioritas Prop. Daerah Tk I Progran KENDALI B3 x13 PP No. 18 1999 Pengelolaan Limbah B3 x
14 PP No. 85 1999 Perubahan PP 18 1999, Tentang Pengelolaan Limbah B3 x
15 PP No. 74 2001 Pengelolaan B3 x
16KEPMEN LH NO.128 TAHUN 2003 x
IV. PENCEMARAN AIR
1 PP NO 20 TAHUN 1990 Pengendalian Pencemaran Air x
2 Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industrix
3 Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Hotelx
4 Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakitx
5x
6x
7 KEPMEN LH NO 35 TAHUN 1995 Program kali bersih (Prokasi) x
8 x
9KEPMEN LH NO.09 TAHUN 1997 x
10 KEPMEN LH NO.3 TAHUN 1998 Baku Mutu Limbah Cair bagi kawasan Industri x11 PP No. 82 2001 Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air x
12KEPMEN LH NO.28 TAHUN 2003 x
13KEPMEN LH NO.23 TAHUN 2003 x
14KEPMEN LH NO.29 TAHUN 2003 x
15KEPMEN LH NO.37 TAHUN 2003 x
16KEPMEN LH NO.110 TAHUN 2003 x
17KEPMEN LH NO.111/MENLH/2003 x
KEP KA.BAPEDAL NO.KEP.01/BAPEDAL/09/1995
Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan & Pengumpulan Limbah B3
KEP KA.BAPEDAL NO.KEP.02/BAPEDAL/09/1995
KEP KA.BAPEDAL NO.KEP.03/BAPEDAL/09/1995
KEP KA.BAPEDAL NO.KEP.04/BAPEDAL/09/1995
Tata Cara Persyaratan Penimbunan Hasil Pengolahan, Persyaratan Lokasi Bekas Pengolahan & Lokasi Bekas Penimbunan Limbah B3
KEP KA.BAPEDAL NO.KEP.05/BAPEDAL/09/1995
KEP KA.BAPEDAL NO.KEP.255/BAPEDAL/08/1996
Tata Cara & Persyaratan Penyimpanan & pengumpulan Minyak Pelumas Bekas
KEP KA BAPEDAL NO.2/BAPEDAL/01/1998
KEP KA BAPEDAL NO.3/BAPEDAL/01/1998
KEP KA BAPEDAL NO.4/BAPEDAL/01/1998
Tata Cara Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Minyak Bumi & Tanah Terkontaminasi Oleh Minyak Bumi Secara Biologis
KEPMEN LH NO.KEP.51/MENLH/10/1995
KEPMEN LH NO.KEP.52/MENLH/10/1995
KEPMEN LH NO.KEP.58/MENLH/12/1995
KEPMEN LH NO.KEP.42/MENLH/10/1996
Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Minyak & Gas Serta Panas Bumi
KEPMEN LH NO.KEP.43/MENLH/10/1996
Kriteria Kerusakan Lingkungan Bagi Usaha atau Kegiatan Penambangan Bahan Galian Golongan C Jenis Lepas Di Dataran
KEPMEN LH NO.35A TAHUN 1995
Program Penilaian Kinerja Perusahaan/Kegiatan Usaha dalam Pengendalian Pencemaran di lingkungan Prokasi
Perubahan Kepmen LH No.42/MENLH/10/1996 ttg Baku mutu limbah cair bagi kegiatan minyak dan gas bumi
Pedoman Pengajian pemanfaatan air limbah dari Industri minyak sawit pada tanah perkebunan kelapa sawit
Pedoman TeknisPengkajian Pemanfaatan Air Limbah Dari Industri Minyak Sawit Pada Tanah Diperkebunan Kelapa sawit
Pedoman Syarat & Tata cara Perizinan Pemanfaatan Limbah Industri Minyak Sawit Pada Tanah Di perkebunan Kelapa Sawit
Metode Analisis Kualitas Air Permukaan & Pengambilan Contoh Air Permukaan
Pedoman Penetapan Daya Tampung Beban Pencemaran Air Pada Sumber Air
Pedoman Mengenai Syarat & tata Cara Perizinan Serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah Ke Air Atau Sumber Air
18 KEPMEN LH NO.112/MENLH/2003 Baku Mutu Air Limbah Domestik x
19KEPMEN LH NO.113/MENLH/2003
Baku mutu air limbah bagi usaha dan atau pertambangan batu bara x20KKEPMEN LH NO.114/MENLH/2003Pedoman Pengkajian Untuk Menetapkan Kelas Air x21 KEPMEN LH NO.115/MENLH/2003 Pedoman Penentuan Status Mutu Air x
22KEPMEN LH NO.142/MENLH/2003 x
V. PENCEMARAN UDARA
1 Ambang Batas Emisi Gas Kendaraan Bermotor X
2 Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak x
3 Program Langit Biru x
4 Baku Tingkat Kebisinganx
5 Baku Tingkat Getaranx
6 Baku Tingkat Kebauanx
7x
8 Indeks Standar Pencemar Udara x
9x
10 PP No. 41 1999 Pengendalian Pencemaran Udara x
11 KEPMEN LH NO.129/MENLH/2003 Baku Mutu Emisi usaha dan atau Kegiatan Minyak dan Gas Bumi x
12KEPMEN LH NO.141/MENLH/2003 x
13PP No. 63 2000
Keselamatan & Kesehatan Terhadap Pemanfaatan Radiasi Pengionx
14 PP No. 64 2000 Perizinan Pemanfaatan Tenaga Nuklir x
15 PP No. 102 2000 Standarisasi Nasional x
VI. PENCEMARAN LAUT
1 PP No. 19 1999 Pengendalian Pencemaran &/ Perusakan Laut x
2 KEPMEN LH NO.45 TAHUN 1996 Program Pantai Bersih x
3 KEPMEN LH NO.04 TAHUN 2001 Kriteria Baku kerusakan Trumbu Karang x
4 Pedoman Pengukuran kondisi terumbu karangx
5 KEPMEN LH NO.51 TAHUN 2004 Baku Mutu Air Laut xVII. PENCEMARAN LINGKUNGAN
1x
2 PP No. 150 2000 Pengendalian Kerusakan Tanah Untuk Produksi Biomasa x
3PP No. 4 2001 x
4 UU No. 23 1997 Pengelolaan Linkungan Hidup x
11PP No. 54 2000 x
VIII. KEHUTANAN
5 UU No. 41 1999 Kehutanan x
Perubahan KM No. 111 2003 Tentang Pedoman Mengenai Syarat & Tata Cara Perizinan Serta pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah Ke Air Atau Sumber Air
KEPMEN LH NO.KEP.35/MENLH/10/1993
KEPMEN LH NO.KEP.13/MENLH/3/1995
KEPMEN LH NO.15/MENLH/4/1996
KEPMEN LH NO.KEP.48/MENLH/11/1996
KEPMEN LH NO.KEP.49/MENLH/11/1996
KEPMEN LH NO.KEP.50/MENLH/11/1996
KEP KA BAPEDAL NO.KEP.205/BAPEDAL/07/1996
Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak bergerak
KEPMEN LH NO.KEP.45/MENLH/10/1997
KEP KA BAPEDAL NO.KEP.107/ KABAPEDAL /11/1997
Pedoman Teknis Perhitungan & Pelaporan Serta Informasi Indeks Standar Pencemar Udara
Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Type Baru Dan kendaraan Bermotor Yang Sedang Diproduksi
KEP KA BAPEDAL NO.47 TAHUN 2001
KEPMEN LH NO.KEP.43/MENLH/10/1996
Kriteria Kerusakan Lingkungan Bagi Usaha atau Kegiatan Penambangan Bahan Galian Golongan C Jenis Lepas Di Dataran
Pengendalian Kerusakan Dan Atau Pencemaran Linkungan Hidup Yang Berkaitan Dengan Kebakaran Hutan Dan Atau Lahan
Lembaga Penyedia Jasa pelayanan Penyelesaian Lingkungan Hidup Diluar Pengadilan
6 UU No. 29 2000 Perlindungan Varietas Tanaman x
7 PP No. 68 1998 Kawasan Suaka Alam & Kawasan Pelestarian Alam x
8PP No. 6 1999
Pengusahaan Hutan & Pemungutan Hasil Hutan Pada Hutan Produksix
9 PP No. 7 1999 Pengawetan Jenis Tumbuhan & Satwa x
10 PP No. 8 1999 Pemanfaatan Jenis Tumbuhan & Satwa Liar x
XI. PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN
1 KEPMEN LH NO.07/MENLH/2001 Pejabat Pengawas LH & Pejabat pengawas LH Daerah x
2KEPMEN LH NO. 56/MENLH/2002
Pedoman Umum Pengawasan Penataan LH Bagi Pejabat Pengawas x3 KEPMEN LH NO.58/MENLH/2002 Pejabat Pengawas LH Di Prop./ Kab./ Kota x
4 x
5x
6
x
X. KETENTUAN LAIN
1 PP No. 26 2002 Keselamatan Pengangkutan Zat Radioaktif x2 PP No. 27 2002 Pengelolaan Limbah Radioaktif x
3KP No. 52 1999 x
4 KP No. 10 2000 BAPEDAL x
5KP No. 25 2001 x
6 KEP 03/MENLH/1/ 1997 Baku Mutu Limbah Cair Bagi kawasan Industri x7 Kep. Ka Bapedal No 113 2000 Pedoman Umum & Pedoman Teknis Lab Lingkungan x8 Kep. Ka Bapedal No 27 2001 Pembentukan Satgas Penyidik PNS LH Di BAPEDAL x9 UU No. 27 2003 Panas Bumi x
10 UU No. 7 2004 Sumber Daya Air x
11KP No. 83 2003 x
12 KM No. 57 2002 Pejabat Pengawas LH Di Kementrian LH x
13KM No. 127 2002 x
14KM No. 129 2002 x
15KM No. 19 2004 x
16KM No. 49 2004 x
17 SK Gub No. 6 1999 Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri Di Jawa Barat x
18SK Gub No. 3 2004
Tentang Pengelolaan Kualitas Air & Pengendalian Pencemaran Air x19 SK GUB No. 38 1991 Peruntukan Air & Baku Mutu Air Pada Sumber Air Di JABAR x
20Perda Karawang 17/2001
Retribusi Ijin Pengelolaan dan Pembuangan limbah cair x
21 Juklak Perda No 17/2001 x
SK JAKPINDUM NO B-60/E/EJP/01/02
Prihal pedoman teknis Yustisial Penanganan Perkara Tindak Pidana Lingkungan Hidup
SKB KEMENTRIAN LH,KEJAKSAAN DAN
KEPOLISIAN
Penegakan Hukum lingkungan hidup terpadu (SATU ATAP) Men KHLH, Jaksa Agung dan KAPOLRI
Keputusan Menteri Perindustrian No. 12/M/SK/1/78
Pencegahan Dan Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Sebagai Akibat Dari Usaha Industri
Pengesahan Protokol 1992 Tentang Perubahan Terhadap Konvensi Internasional Tentang Tanggung Jawab Perdata Untuk Kerusakan Akibat Pencemaran Minyak
Tim Koordinasi Penanggulangan Pertambangan Tanpa Izin, Penyalahgunaan bahan Bakar Minyak Serta perusakan Instalasi Ketenagalistrikan & Pencurian Aliran Listrik
Perubahan Atas KEPRES No 123 2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan SD Air
Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan Dalam Pengelolaan Lingkungan
Tim Teknis Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pedoman Pengaduan Kasus Pencemaran &/ Perusakan Lingkungan Hidup
Pendelegasian Kewenangan Untuk Menandatangani Surat keputusan KA ANDAL
SK Bupati Karawang No 93 tahun2001
22 Peraturan kawasan Industri KIIC x23 Montreal Protocol Penipisan Lapisan Ozon x24 KYOTO Protocol Emisi x25 UU No. 23 1992 Tentang Kesehatan x26 KM Kes No. 875 2001 Pedoman Teknis Penyusunan UKL dan UPL Industri Farmasi x27 Permenkes No 718 1987 Tentang kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan x28 Permenkes No 416 1990 Tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air x
29SK Menkes No 43 1998
Tentang cara pelaksanaan pemberian izin usaha industri farmasi x
30 Tentang pembentukan tim pemberi tanggapan dokumen ukl/upl x
UU : Undang – Undang
PP : Peraturan Pemerintah
KEPRES : Keputusan Presiden
KEPMEN LH : Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
KEPMENAKER : Keputusan Menteri Tenaga Kerja
PERDA : Peraturan Daerah
SK : Surat Keputusan
JAKPINDUM : Jaksa Muda Tindak Pidana Umum
MENKES : Menteri Kesehatan
Estate Regulation No.063/ER-KIIC/ED-04/VIII/2000
Keputusan Bupati Bekasi No 660.1/kep 123 2001
Issued By : Approved By :
Title :
Catatan
Aturan Pemerintah tentang SMK 3
Keputusan Menaker untuk audit SMK3
Sidak pelaksanaan K3 di perusahaan
Penunjukan jasa K3 oleh Disnaker
Kewajiban keikutsertaan Jamsostek
Tak Wajib AMDAL
Tak Wajib AMDAL
Adanya pembuatan UPL/UKL (Obsolete)
Komisi AMDAL oleh Aparatur Negara
Aturan keselamatan dan kesehatan kerja bagi Perusahaan
Instruksi kepada KaKandepnaker seluruh Indonesia untuk melakukan
pengawasan kegiatan konstruksi bangunan
Hak bagi pekerja atas jaminan kesehatan kerja
Penggantian biaya pengobatan/perawatan
Pelaporan kejadian kecelakaan oleh perusahaan kepada Disnaker setempat
Perintah kepada DISNAKER dalam pemeriksaan kecelakan mengacu
kepada UU
Penunjukan badan audit oleh Pemerintah
Pelaksanaan pengelolaan Lingkungan Hidup
Ketentuan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Obsolete)
Tak Wajib AMDAL
Aparatur Negara
Tak wajib AMDAL
Komisi oleh Aparatur Negara
Komisi Aparatur Negara
Studi Lingkungan oleh Aparatur Negara
Obsolete
Obsolete
Tidak Termasuk Kategori Perlu AMDAL
Kajian dan Analisis Tugas pemerintah
Tak termasuk Wajib Amdal
Untuk Aparatur Pemerintah
Tidak wajib Amdal
Tidak Membangun dilahan Basah
Aparatur Negara
Aparatur Negara
Aparatur pemerintah
Tidak Termasuk Kategori Perlu AMDAL
Internal Audit
Tidak wajib Amdal
Tidak wajib Amdal
Tidak wajib Amdal
UKL – UPL
Acuan Kegiatan Uji Emisi Ke Luar
Perolehan ijin oleh Bapedal
Dianjurkan untuk dilaksanakan (Obsolete)
Upaya kegiatan Industri untuk menekan limbah B3 (Obsolete)
Upaya penyempurnaan pengolahan limbah B3 (Obsolete)
Pengujian Limbah B3
Dok Disposal
Ketentuan Pengolahan
Penimbunan Sementara
Waste Management
Kegiatan pemerintah
Sukarela
Tidak Termasuk Kategori Mitra
-
-
Kasifikasi, EHS, Emergency Respons
Tidak Mengelola Minyak Bumi
Tak ada Limbah cair
Tak ada Limbah cair
Tak ada Limbah cair
Tak ada Limbah cair
Tak ada Limbah cair
Bukan Usaha Pertambangan
Tidak termasuk
Tidak termasuk
Tidak termasuk
Sebagai Pedoman
Tak Menghasilkan Limbah Cair
Bukan Pabrik pengolahan Kelapa sawit
Bukan Pabrik Minyak sawit
Bukan Pabrik Minyak
Pemantauan Kualitas Air Terutama Pengambilan Sample
Tugas Pemerintah
Tidak Ada Limbah Cair
Pembedaan karekteristik diberikan simbol
Pemantauan kualitas Air
Bukan pertambangan batu bara
Kegiatan Pemerintah
Tidak Melakukan Kegiatan Ini
Tidak Menghasilkan Limbah Cair
Uji Emisi
Tidak ada Emisi
Tugas Pemerintah
-
-
Emisi Solvent
Tugas Pemerintah
Tugas Pejabat Pemerintah
Penggunan Solvent, Ink, MEK dll
Tidak dibidang gas bumi
Bukan Industri Automotive
Tidak Ada Pemanfaatan Radiasi
Tidak Memanfaatkan Tenaga Nuklir
-
Tidak Terkait
Bukan Bidangnya
Bukan Bidangnya
Bukan Bidangnya
Tak Terkait Dengan Laut
Bukan Usaha Pertambangan
Tidak Ada Produksi Bio Massa
Bukan Pengelola HPH
Umum
Hanya Jika Ada Sengketa
Bukan Pengelola HPH
< 70 DB
Tidak Ada Kegiatan PVT
Tidak Terkait
Bukan Pengelola HPH
Tidak Terkait
Tidak Terkait
Aparatur Negara
Aparatur Negara
Aparatur Negara
Dokumen
Dokumen
Tak Ada Kegiatan
Tak Ada Limbah Radioaktif
Tak Ada Kegiatan Shipping
Hanya Organisasi
Aparatur Pemerintah
Tidak Menghasilkan Limbah Cair
Bukan Lab.
Aparatur Negara
Tak Ada Kegiatan Ini
Instalasi Air
Aparatur Negara
Aparatur Negara
Sukarela
Aparatur Negara
Pengaduan Kasus Oleh Pihak Lain
Tugas Pemerintah
Tak Menghasilkan Limbah Cair
Pengujian Kualitas Air
-
Aparatur pemerintah
Ijin pembuangan limbah ke instansi pemerintah daerah
PERATURAN PERUNDANGANTENTANG LINGKUNGAN HIDUP
DANKESESUAIANNYA DENGAN KONDISI USAHA
No No Peraturan Judul
I. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
1 UU No.1 Tahun 1970 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pasal 7
Pasal 10
Pasal 13
Pasal/ayat
Pasal 2 ayat 1
Pasal 8 ayat 1
Pasal 9 ayat 1 a
Pasal 9 ayat 1 b
Pasal 9 ayat 1 c
Pasal 9 ayat 1 d
Pasal 9 ayat 2
Pasal 9 ayat 3
Pasal 9 ayat 4
Pasal 11 ayat 1
Pasal 11 ayat 2
Pasal 12 ayat 1
pasal 12 ayat 2
Pasal 12 ayat 3
Pasal 12 ayat 4
Pasal 12 ayat 5
Pasal 14 ayat 1
Pasal 14 ayat 2
Pasal 14 ayat 3
2 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pasal 2
3 Pasal 1
4 Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja -
-
5 Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pasal 14
6 -
-
7 KEPRES NO.22 TAHUN 1993 Penyakit yang timbul akibat hubungan kerja Pasal 2
8 UU No.3 TAHUN 1992 Jaminan sosial Tenaga Kerja
9 KEPRES NO.28 TAHUN 1988 Pasal 3
10 Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan
PERMENAKER NO.PER.05/MEN/1996
Pasal 3 ayat 1
Pasal3 ayat 2
KEP. MENAKER NO.KEP.19/MEN/BW/97
Pelaksanaan Audit Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
KEP.MENAKER NO.KEP96/M/BW/97
PERMENAKER NO.PER-04/MEN/1995
Pasal 2 ayat 1
Pasal 10 ayat 1
INSTRUKSI MENAKER NO.INST.05/M/RW/96
Pengawasan dan Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada kegiatan Konstruksi Bangunan
Pasal 3 ayat 1
Pasal 3 ayat 2
Pasal 3 ayat 1
Pasal 3 ayat 2
Pasal 4 ayat 1
Besarnya Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian Assuransi Sosial Tenaga Kerja
PERMENAKER NO.PER.03/MEN/1998
Pasal 2 ayat 1
Pasal 3
11 -
12 -
II. AMDAL (ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN)
Aturan lama
1 UU NO.23 TAHUN 1997 Pengelolaan Lingkungan Hidup
2UU No. 5 Tahun 1984
Perindustrian
3 PP NO.51 TAHUN 1993 Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL)
4 -
5 Pedoman Umum pelaksanaan Audit Lingkungan -
6 Ukuran dampak penting
SK DIRJEN PEMBINAAN HUBUNGAN IINDUSTRIAL DAN
PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DEPNAKER
RI NO.KEP.84/BW/1998
Cara pengisian formulir laporan dan analisis statistik kecelakaan
KEP MENAKER NO.KEP.103/MEN/1997
Penunjukan PT(PERSERO) sucofindo sebagai audit sistem Menajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pasal 5 ayat 3
Pasal 6 ayat 1
Pasal 15 ayat 1
Pasal 16 ayat 1
Pasal 16 ayat 2
Pasal 17 ayat 1
Pasal 17 ayat 2
Pasal 18 ayat 1
Pasal 20 ayat 1
Pasal 35 ayat 1
Pasal 9 ayat 4
Pasal 15 ayat 1
Pasal 21 ayat 1
Pasal 6 ayat 1
Pasal 6 ayat 2
KEPMEN LH NO.KEP.12/MENLH/3/1994
Pedoman Umum Upaya Pengelolaan LH Dan Pemantauan LH
KEPMEN LH NO.KEP.42/MENLH/11/1994
Kep Ka Bapedal RI No.KEP-056 tahun 1994
7 AMDAL Regional Pasal 9
Pasal 10
8 Pasal 3
9 Pasal 1
10 Panduan Pemantauan Pelaksanaan RKL & RPL
Pasal 1
11
-
Aturan Baru
12PP No. 27 1999
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
13KEPMEN LH No.30 Tahun.1999
Panduan penyusunan dokumen pengelolaan lingkungan
14
KEPMEN LH NO.2 TAHUN 2000
Panduan Penilaian Dokumen Amdal -
15 KEPMEN LH NO.4 TAHUN 2000 -
-
-
16 KEPMEN LH NO.5 TAHUN 2000 -
KEPMEN LH NO.KEP.55/MENLH/11/1995
KEPMEN LH NO.KEP.57/MENLH/12/1995
Analisis Dampak Lingkungan usaha atau kegiatan Terpadu/Multisektoral
KEP KA.BAPEDAL NO.KEP.299/BAPEDAL/11/1996
Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial Dalam penyusunan AMDAL
KEP KA.BAPEDAL NO.KEP.105 TAHUN 1997
KEP KA.BAPEDAL NO.KEP.124/12/1997
Panduan Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat Dalam Penyusunan AMDAL
Pasal 4 ayat 1
Pasal 4 ayat 1
Pasal 24 ayat 1
Pasal 24 ayat 2
Pasal 24 ayat 3
Pasal 25 ayat 1
Pasal 25 ayat 2
Pasal 26 ayat 1
Panduan Penyusunan AMDAL kegiatan Pembangunan Pemukiman terpadu
Panduan Penyusunan AMDAL Kegiatan Pembangunan Dilahan daerah Basah
17 KEPMEN LH NO.40 TAHUN 2000
18 KEPMEN LH NO.41 TAHUN 2000 Pedoman pembentukan Komisi Penilai AMDAL Kab / Kota Pasal 6
Pasal 8
Pasal 13
19
KEPMEN LH NO.17 TAHUN 2001
-
-
20
KEPMEN LH NO.30 TAHUN 2001 Pasal 2
Pasal 4
Pasal 8
Pasal 10
21 -
22 Pedoman penyusunan Analisis mengenai AMDAL -
23
KEPMEN LH NO.86 TAHUN 2002
Pedoman Tata Kerja Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak LH
Pasal 1 ayat 1
Pasal 1 ayat 6
Pasal 1 ayat 7
Pasal 1 ayat 8
Pasal 16 ayat 12
Jenis Rencana Usaha &/ Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi AMDAL
Pedoman Pelaksanaan Audit Lingkungan Hidup Yang Diwajibkan
Pasal 5 ayat 1
Pasal 5 ayat 2
KEP KA BAPEDAL NO.08 TAHUN 2000
Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam proses analisis mengenai AMDAL
KEP KA BAPEDAL NO.09 TAHUN 2000
Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengololaan LH & Pemantauan LH
Pasal 1 ayat 1
Pasal 3
24PP No. 10 2002
III. LIMBAH B3 (BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN)
Aturan lama
1 PP 19 Tahun 1994 Pengelolaan Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
2 PP 12 Tahun 1995 Perubahan PP 19/94 mengenai Pengelolaan Limbah B3
3 pasal 1
pasal 2
4 Pasal 1
Pasal 2
Pasal 6
5 Dokumen Limbah B3
Pasal 1
Pasal 3
6 Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah B3
Pasal 5
Pasal 6
Pasal 7
Pasal 8
Pasal 2 ayat1
Pasal 2 ayat 2
Tarif Atas Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang berlaku Pada Kantor Meneg LH Di Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan
KEP KA.BAPEDAL NO.KEP.68/BAPEDAL/05/1994
Tata Cara Memperoleh Ijin Penyimpanan, Pengumpulan,Pengoperasian Alat Pengolahahan, Pengolahan & Penimbunan Akhir Limbah B3
KEP KA.BAPEDAL NO.KEP.01/BAPEDAL/09/1995
Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan & Pengumpulan Limbah B3
KEP KA.BAPEDAL NO.KEP.02/BAPEDAL/09/1995
KEP KA.BAPEDAL NO.KEP.03/BAPEDAL/09/1995
Pasal 9
7
Pasal 1
Pasal 2
8 Simbol & Label Limbah B3 Pasal 1
Pasal 2
Pasal 4
pasal 5
9
Pasal 2
Pasal 4
10 Penyerahan minyak pelumas bekas
Aturan Baru
10 Tatalaksana Pengawasan Pengelolaan Limbah B3
Pasal 2
Pasal 6
KEP KA.BAPEDAL NO.KEP.04/BAPEDAL/09/1995
Tata Cara Persyaratan Penimbunan Hasil Pengolahan, Persyaratan Lokasi Bekas Pengolahan & Lokasi Bekas Penimbunan Limbah B3
KEP KA.BAPEDAL NO.KEP.05/BAPEDAL/09/1995
KEP KA.BAPEDAL NO.KEP.255/BAPEDAL/08/1996
Tata Cara & Persyaratan Penyimpanan & pengumpulan Minyak Pelumas Bekas
Pasal 5 ayat 1
Pasal 5 ayat 2
Pasal 5 ayat 3
Surat Edaran kepala Bapedal No : 08/SE/02/1997
KEP KA BAPEDAL NO.2/BAPEDAL/01/1998
11 Program Kemitraan Dalam pengelolaan Limbah B3
Pasal 4
12
PP No. 18 1999
Pengelolaan Limbah B3
Pasal 2
Pasal 3
13 PP No. 85 1999 Perubahan PP 18 1999, Tentang Pengelolaan Limbah B3
14
PP No. 74 2001
Pengelolaan B3
KEP KA BAPEDAL NO.3/BAPEDAL/01/1998
Pasal 2 ayat1
Pasal 2 ayat 2
Pasal 2 ayat 3
Pasal 8 ayat 1
Pasal 11 ayat 1
Pasal 11 ayat 2
Pasal 12 ayat 1
Pasal 12 ayat 2
Pasal 9 ayat 1
Pasal 9 ayat 2
Pasal 9 ayat 3
Pasal 9 ayat 4
Pasal 1 ayat 1
Pasal 1 ayat 4
Pasal 1 ayat 6
Pasal 1 ayat 7
Pasal 5 ayat 1
Pasal 15
Pasal 24
Pasal 33
15KEPMEN LH NO.128 TAHUN 2003
IV. PENCEMARAN AIR
1 PP NO 20 TAHUN 1990 Pengendalian Pencemaran Air
2 Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri
Pasal 6
3KEPMEN LH NO 35 TAHUN 1995
Program kali bersih (Prokasih)Pasal 2
4 KEPMEN LH NO.35A TAHUN 1995Pasal 1
5KEPMEN LH NO.3 TAHUN 1998
Baku Mutu Limbah Cair bagi kawasan IndustriPasal 1
Pasal 18 ayat 1
Pasal 22 ayat 1
Pasal 23 ayat 1
Pasal 35 ayat 1
Pasal 39 ayat 1
Tata Cara Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Minyak Bumi & Tanah Terkontaminasi Oleh Minyak Bumi Secara Biologis
Pasal 2 ayat 1
Pasal2 ayat2
KEPMEN LH NO.KEP.51/MENLH/10/1995
Pasal 2 ayat 1,2
Pasal 2 ayat 3
Pasal 3 ayat 1
Pasal 6 ayat 1
Program Penilaian Kinerja Perusahaan/Kegiatan Usaha dalam Pengendalian Pencemaran di lingkungan Prokasi
Pasal 2 ayat 2
Pasal 6
6 PP No. 82 2001
Pasal 3
7KEPMEN LH NO.37 TAHUN 2003 Pasal 1
Pasal 2
8
KEPMEN LH NO.110 TAHUN 2003 Pasal 1
9KEPMEN LH NO.111/MENLH/2003 Pasal 1
10
KKEPMEN LH NO.114/MENLH/2003
Pedoman Pengkajian Untuk Menetapkan Kelas Air
Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air
Pasal 2 ayat 1
Metode Analisis Kualitas Air Permukaan & Pengambilan Contoh Air Permukaan
Pedoman Penetapan Daya Tampung Beban Pencemaran Air Pada Sumber Air
Pasal 2 ayat 1
Pedoman Mengenai Syarat & tata Cara Perizinan Serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah Ke Air Atau Sumber Air
Pasal 3 ayat 1
Pasal 3 ayat 2
Pasal 1 ayat 1
Pasal 1 ayat 2
Pasal 2 ayat 1
Pasal 2 ayat 2
pasal 2 ayat 3
Pasal 2 ayat 4
Pasal 4 ayat 1
Pasal 4 ayat 2
11
KEPMEN LH NO.115/MENLH/2003
Pedoman Penentuan Status Mutu Air Pasal 1
12
KEPMEN LH NO.142/MENLH/2003
Pasal 5
V. PENCEMARAN UDARA
1 Ambang Batas Emisi Gas Kendaraan Bermotor
2 Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Pasal 7
3 KEPMEN LH NO.15/MENLH/4/1996 Program Langit Biru
Pasal 3
4 Baku Tingkat Kebisingan
Pasal 2 ayat 1
Perubahan KM No. 111 2003 Tentang Pedoman Mengenai Syarat & Tata Cara Perizinan Serta pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah Ke Air Atau Sumber Air
Pasal 3 ayat 1,2,3
KEPMEN LH NO.KEP.35/MENLH/10/1993
Pasal 2 ayat 1
Pasal 2 ayat 2
KEPMEN LH NO.KEP.13/MENLH/3/1995
Pasal 1 butir 1
Pasal 2 butir b
KEPMEN LH NO.KEP.48/MENLH/11/1996
Pasal 6 ayat 1
Pasal 6 ayat 2
Pasal 7
5 Baku Tingkat Getaran
Pasal 7
6 Baku Tingkat Kebauan
Pasal 6
7 Indeks Standar Pencemar Udara
Pasal 3
8
Pasal 8
9
PP No. 41 1999
Pengendalian Pencemaran Udara
Pasal 2
Pasal 10
Pasal 21
KEPMEN LH NO.KEP.49/MENLH/11/1996
Pasal 6 ayat 1
Pasal 6 ayat 2
KEPMEN LH NO.KEP.50/MENLH/11/1996
Pasal 5 ayat 1
Pasal 5 ayat 2
KEPMEN LH NO.KEP.45/MENLH/10/1997
Pasal 1 butir 1
KEP KA BAPEDAL NO.KEP.107/ KABAPEDAL /11/1997
Pedoman Teknis Perhitungan & Pelaporan Serta Informasi Indeks Standar Pencemar Udara
Pasal 23
Pasal 24
Pasal 25
Pasal 33
Pasal 39
Pasal 40
Pasal 48
Pasal 52
10
KEPMEN LH NO.141/MENLH/2003
Pasal 22 ayat 1
Pasal 34 ayat 1
Pasal 35 ayat 1
Pasal 35 ayat 2
Pasal 41 ayat 1
Pasal 41 ayat 2
Pasal 42 ayat 2
Pasal 43 ayat 1
Pasal 47 ayat 2
Pasal 47 ayat 3
Pasal 50 ayat 1
Pasal 54 ayat 1
Pasal 54 ayat 2
Pasal 56 ayat 1
Pasal 56 ayat 2
Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Type Baru Dan kendaraan Bermotor Yang Sedang Diproduksi
Pasal 1 ayat 1
Pasal 5 ayat 1
11 PP No. 102 2000 Standarisasi Nasional
12
VI. PENCEMARAN LINGKUNGAN
1 PP No. 54 2000
VII. PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN
1 KEPMEN LH NO.07/MENLH/2001 Pejabat Pengawas LH & Pejabat pengawas LH Daerah
2 KEPMEN LH NO. 56/MENLH/2002
3 KEPMEN LH NO.58/MENLH/2002 Pejabat Pengawas LH Di Prop./ Kab./ Kota
4
5
6
Pasal 1
X. KETENTUAN LAIN
1 PP No. 26 2002 Keselamatan Pengangkutan Zat Radioaktif2 PP No. 27 2002 Pengelolaan Limbah Radioaktif3 KP No. 196 1998 Bapedal4 KP No. 10 2000 BAPEDAL
5
KP No. 25 2001
6 KEP 03/MENLH/1/ 1997 Baku Mutu Limbah Cair Bagi kawasan Industri7 UU No. 27 2003 Panas Bumi8 UU No. 7 2004 Sumber Daya Air
9 PP No. 40 2003
10 KP No. 83 2003
11 KM No. 57 2002 Pejabat Pengawas LH Di Kementrian LH
Pasal 6 ayat 1
Standar Nasional IndonesiaSNI 16-7058-2004
Pengukuran kadar debu total di udaratempat kerja
Lembaga Penyedia Jasa pelayanan Penyelesaian Lingkungan Hidup Diluar Pengadilan
Pedoman Umum Pengawasan Penataan LH Bagi Pejabat Pengawas
SK JAKPINDUM NO B-60/E/EJP/01/02
Prihal pedoman teknis Yustisial Penanganan Perkara Tindak Pidana Lingkungan Hidup
SKB KEMENTRIAN LH,KEJAKSAAN DAN KEPOLISIAN
Penegakan Hukum lingkungan hidup terpadu (SATU ATAP) Men KHLH, Jaksa Agung dan KAPOLRI
Keputusan Menteri Perindustrian No. 12/M/SK/1/78
Pencegahan Dan Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Sebagai Akibat Dari Usaha Industri
Tim Koordinasi Penanggulangan Pertambangan Tanpa Izin, Penyalahgunaan bahan Bakar Minyak Serta perusakan Instalasi Ketenagalistrikan & Pencurian Aliran Listrik
Tarif Atas Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang berlaku Pada Kantor Meneg LH
Perubahan Atas KEPRES No 123 2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan SD Air
12 KM No. 127 2002
13 KM No. 129 2002
14 KM No. 19 2004
15 KM No. 49 2004
16
SK Gub No. 6 1999
17 SK Gub No. 3 2004
18 SK GUB No. 38 1991
19 Perda Karawang 17/2001 Retribusi Ijin Pengelolaan dan Pembuangan limbah cair
Juklak Perda No 17/2001
20 Peraturan kawasan Industri KIIC
2122 PERDA KAB BEK. No. 12 2001 Pengelolaan Air Bawah Tanah
23 PERDA KAB BEK No. 11 2002 Izin Pembuangan Limbah Cair
24 Montreal Protocol Penipisan Lapisan Ozon25 KYOTO Protocol Emisi 26 UU No. 23 1992 Tentang Kesehatan
27 Permenkes No 718 1987 Tentang kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan
28 Permenkes No 416 1990 Tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air
29
UU : Undang – Undang PP : Peraturan Pemerintah KEPRES : Keputusan Presiden KEPMEN LH : Keputusan Menteri Lingkungan Hidup KEPMENAKER : Keputusan Menteri Tenaga Kerja
Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan Dalam Pengelolaan Lingkungan
Tim Teknis Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pedoman Pengaduan Kasus Pencemaran &/ Perusakan Lingkungan Hidup
Pendelegasian Kewenangan Untuk Menandatangani Surat keputusan KA ANDAL
Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri Di Jawa Barat
Pasal 3 ayat 5
Tentang Pengelolaan Kualitas Air & Pengendalian Pencemaran Air
Peruntukan Air & Baku Mutu Air Pada Sumber Air Di JABAR
Pasal 1 butir g
Pasal 1 butir h
Pasal 1 butir I
Pasal 2 ayat 1
Pasal 2 ayat 2
Pasal 5 ayat 1
Pasal 5 ayat 4
SK Bupati Karawang No 93 tahun2001
Estate Regulation No.063/ER-KIIC/ED-04/VIII/2000
Pasal 2 ayat 1
Pasal 2 ayat 2
pasal 3 ayati
Keputusan Bupati Bekasi No 660.1/kep 123 2001
Tentang pembentukan tim pemberi tanggapan dokumen ukl/upl
PERDA : Peraturan Daerah SK : Surat KeputusanJAKPINDUM : Jaksa Muda Tindak Pidana UmumMENKES : Menteri Kesehatan
Issued By : Approve By:
Title : Title :
Isi KetentuanDEPARTEMEN
HR-GA PRD SMK PDQA MTC WH
x x x x x x
x
x x x x x x
x x x x x x
x x x x x x
x x x x x x
Pengurus menunjukkan dan menjelaskan cara kerja yang aman.
x x x x x x
Melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi ke Depnaker setempat.
Tata cara pelapotran kecelakaan kerja
Pemakaian/memakai APD (alat Pelindung Diri)
Memenuhi dan mentaati semua syarat K3.
Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat K3.
Ya diatur oleh UU ini ialah Keselamatan Kerja dalam segala tempat kerja baik didarat,didalam tanah,dipermukaan air,didalam air maupun di udara,yang berada didalam wilayah kekuasaan hukum R I
Untuk Pengawasan berdasarkan UU ini Pengusaha harus membayar retribusi menurut ketentuan-ketentuan yang akan diatur dengan peraturan peundangan
Melakukan pemeriksaan kesehatan calon tenaga kerja atau tenaga kerja yang akan dipindah
Pengurus menunjukkan dan menjelaskan kepada tenaga kerja semua kondisi bahaya ditempat kerja
Pengurus menunjukkan dan menjelaskan semua alat pengaman dan alat perlindungan ditempat kerja.
Pengurus menunjukkan dan menjelaskan APD dan cara kerja yang aman
Pengurus mempekerjakan tenaga kerja setelah tenaga kerja tersebut memahami
Pembinaan tenaga kerja dalam pencegahan kecelakaan, kebakaran,P3K, dan peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja
Memenuhi dan mentaati semua syarat dan ketentuan yang berlaku bagi usaha dan tempat kerja yang dijalankan
MENAKER berwenang membentuk Panitia Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja guna memperkembangkan kerjasama,saling pengertian dan partisipasi efektif dari pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja dalam tempat-tempat kerja untuk melaksanakan tugas kewajiban bersama dibidang keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka melancarkan usaha berproduksi
Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas dan atau ahli K3
Menyatakan keberatan kerja dimana syarat K3 dan APD diragukan olehnyaKewajiban mentaati syarat K3 dan memakai APD bila memasuki area tempat kerja
Secara tertulis menempatkan syarat-syarat keselamatan kerja ditempat kerja, memasang sehelai ketentuan UU No. 1 tahun 1970, pada tempatyang mudah dilihat
Memasang gambar keselamatan kerja dan bahan-bahan pembinaannya lainnya pada tempat yang mudah dilihat
Menyediakan APD secara Cuma-Cuma bagi tenaga kerja dan setiap orang yang memasuki tempat kerja tersebut
x x x x x x
x x x x x x
x x x x x x
x x x x x
x
x
x
x
x x
x x
x x
x x x x x x
x x x x x x
x x x x x x
x
Setiap tenaga kerja berhak atas JAMSOSTEK x x x x x x
x
x x x x x x
x
Tujuan dan sasaran sistem manajemen K3 adalah menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja ditempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen,tenaga kerja,kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman efisien dan produktif
Setiap perusahaan yang memperkerjkan tenaga kerja sebanyak 100 orang atau lebih dan atau mengandung bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan ,kebakaran ,pencemaran dan penyakit akibat kerja wajib menerapkan sistem manajemen K3
Sistem manajemen K3 sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 tersebut wajib dilaksanakan oleh pengurus,pengusaha dan seluruh tenaga kerja sebagai satu kesatuan
Perusahaan yang akan diaudit ditetapkan berdasarkan tingkat resiko bahaya atau mempunyai tenaga kerja 100 arang atau lebih,atau ats dasar pertimbangan lainnya dari KA DISNAKER setempat
Mengadakan pemeriksaan secara langsung secara mendadak ketempak kerja diwilayah jabotabek mengenai pelaksanaan K3
Segala biaya yang timbul dalam keputusan ini dibebankan kepada Panitia nasional Gerakan K3
PJK3 dalam melaksanakan kegiatan jasa K3 harus terlebih dahulumemperoleh keputusan penujukan dari MENAKER cq DirJend Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan
Keputusan Penunjukan PJK3 sebagaimana dimaksud berlaku untuk jangka waktu 2 tahun, dan setelah berakhir dapat diperpanjang
PJK3 yang melakukan kegiatan dibidang jasa pemeriksaan dan pengujian teknik atau jasa pemeriksaan/pengujian & atau pelayanan kesehatan kerja yang mengakibatkan kerusakan atau kerugian pihak lain karena tidak mengikuti prosedur sesuai peraturan perundangan yang berlaku,wajib bertanggung jawab atas kerusakan/kerugian tersebut.
Melaksanakan Pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja pada setiap kegiatan konstruksi,dimulai pada tahap persiapan,pelaksanaan an penggunaankonstruksi
Melaksanakan pemeriksaan dan pengujian terhadap semua peralatan yang dipergunakan pada kegiatan konstruksi dan mensertifikasi sesuai dengan perundangan yang berlaku
Setiap tenaga kerja yang menderita penyakit yang timbul karna hubungan kerja berhak mendapatkan jaminan keceakaan kerja baik pada saat masih dalam hubungan kerja maupun setelah hubungan kerja berakhir
Hak atas jaminan kecelakaan kerja bagi tenaga kerja yang hubungan kerjanya telah berakhir sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 diberikan apabila menurut hasil diagnosa dokter yang merawatpenyakit tersebut diakibatkan oleh pekerjaan selama tenaga kerja yang bersangkutan masihdalam hubungan kerja
Hak jaminan kecelakaan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat1 diberikan,apabilapenyakit tersebuttimbul dalamwaktu paling lama 3 tahu terhitung sejak hubungan kerja berakhir
Untuk memberikan perlindungan kepada tenaga kerja diselenggarakan JAMSOSTEK yang pengelolaannya dapat dilaksanakan dengan mekanisme asuransi
Program JAMSOSTEK sebagaimana dimaskdu dalam pasal 3 wajib dilakukan oleh setiap perusahaan bagi tenaga kerja yang melakukan pekerjaan dalam hubungan kerja sesuai undang-undang ini
Penggantian biaya pengobatan/perawatan dalam rangka jaminan kecelakaan kerja sebagaimana dimaksud dalam lampiran B angka I huruf B nomor urut 6 sesuai dengan pengeluaran maksimum sebesar tarif RSU pemerintah setempat kelas I
Pengurus atau pengusaha wajib melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi ditempat kerja dipimpinnya
x
x
x x x x x x
x x x x x x
x x x x x x
x
x
Pengolahan limbah tersebut dapat menyerahkan kepada pihak lain x
Kewajiban melakukan pengelolaan B3 x x x x
x x x x x
x
Larangan membuang limbah ke lingkungan sekitar tanpa ijin x
x x x x x
x x x x x x
x
x
x
x
xx x x x
x
Kewajiban melapor sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat 1 berlaku bagi pengurus atau pengusaha yang telah dan yang belum mengikutsertakan pekerjaannya kedalam program JAMSOSTEK bedasarkan UU No.3 Tahun 1992
pengisian dan penggunaan formulir pemeriksaan dan pengkajian kecelakaan serta analisi statik kecelakaan dilaksanakan dengan berpedoman pada petunjuk pelaksaan
Badan audit sistem manajemen K3 merupakan badan usaha milik negara yang bergerak dalam bidang superintending dan sekurang-kurangnya mempunyai cabang diseluruh Indonesia yan brkedudukan ditingkat propinsi
Setiap orang mempunyai hak untuk berperan dalam rangka pengelolaanlinkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan
Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah & menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup
Kewajiban memiliki AMDAL dari setiap badan usaha yang memiliki kemungkinan dampak yang besar
Setiap penanggung jawab usaha dan/kegiatan wajib melakukan pengelolahan limbah hasil usaha/kegiatan
Pengelolaan B3 meliputi menghasilkan, mengangkut, mengedarkan, menyimpan, menggunakan dan membuang-
setiap badan usaha yang menimbulkan dampak besar wajib memiliki AMDAL untuk memperoleh ijin melakukan usaha dan/ kegiatan
Setiap kegiatan yang membuang limbah B3 bertanggung jawab atas kerugian yang terjadi dan berkewajiban membayar ganti atas kerugian jika twerjadi pencemaran lingkungan
Pencegahan timbulnya kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup serta pengamanan terhadap keseimbangan dan pelestarian sumber daya alam
Perusahaan industri wajib melaksanakan upaya yang menyangkut keamanan dan keselamatan alat, proses serta kegiatan industri yang dilakukannya
Perusahaan industri wajib melaksanakan upaya keseimbangan dan pelestarian sumber daya alam serta pencegahan timbulnya kerusakan dan pencemaran terhadap lingkungan hidup akibat kegiatan industri yang dilakukannya.
AMDAL merupakan bagian kegiatan study kelayakan rencana usaha atau kegiatan
Hasil analisis AMDAL digunakan sebagai bahan perencanaan pembangunan
Rencana usaha atau kegiatan yang tidak ada dampak pentingnya diharuskan untuk membuat UPL/UKL menurut peraturan yang berlaku
Audit lingkungan merupakan suatu kegiatan yang dianjurkan untuk dilaksanakan oleh dan merupakantanggung jawab pihak penanggungjawab usaha /kegiatan
Pertimbangan-pertimbangan yang diambil sebagai pedoman dalam mengukur dampak penting lingkungan
Penanggung jawab industri dapat memberikan sebagian atau seluruh laporan hasil audit lingkungan kepada pemerintah, masyarakat umum atau organsasi lainnya dengan tujuan : publikasi keabsahan hasil audit, publikasi audit pengelolaan lingkungan pembangunan sistem pengelolaan lingkungan,pengembangan sistem pengelolaan dan pemantauan lingkungan dan meningkatkan kinerja lingkungan usaha
x
x
x
x
x x x x x x
x
x x x x x x
x
x
x
x
x
Perusahaan diwajibkan membuat dokumen baru apabila pindah lokasi x
x
x
x x x
x x x x x
x
x
Setiap usaha atau kegiatan yang terkena kewajiban Amdal regional,wajib menyusun RKL/RPL yang lebih rinci atas dasar RKL & RPL regional
Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Lingkungan (RKL/RPL) yang dimaksud dlm pasal 9 disusun berdasarkan pedoman teknis yang membidangi kegiatan yang bersangkutan dengan tembusan kepada menteri melalui keala badan
Rencana Analisis Dampak Lingkungan usaha atau kegiatan Terpadu/Multisektora meliputi keseluruhan proses dari kerangka acuan, AMDAL,rencana pengelolaan lingkungan dan rencana pemantauan lingkungan
Aspek sosial dalam AMDAL adalah telaah yang dilakukan terhadap komponen demografi,ekonomi dan budaya serta merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari komponen lain dalam penyusunan AMDAL
Untuk menjamin RKL dan RPL dilaksanakan dengan baik perlu dilaksanakan pengelolaan dan pemantauan serta pelaporan secara terencana,terkoordinasi,sistematis dan berkesinambungan serta merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari komponen lain dalam penyusunan AMDAL
setiap jenis usaha/kegiatan yang wajib dilengkapi AMDAL harus melakukan kajian terhadap aspek kesehatan masyarakat dalam rencana tapak (tipologi kegiatan/lingkungan) media lingkungan masyarakat yang akan terpejan dan kondisi kesehatan masyarakat serta sumber daya kesehatan
Adanya Usaha dan/atau kegiatan yang akan dibangun didalam kawasan yang sudah dibuatkan AMDAL tidak diwajibkan membuat AMDAL lagi
Usaha dan/atau kegiatan sebagaimana pada ayat(1) diwajibkan untuk melakukan pengendalian dampak lingkungan & pengendalian fungsi lingkungan hidup sesuai dengan RKL/RPL kawasan industri
Hasil analisa AMDAL, RKL/RPL dinyatakan kadaluwarsa apabila tidak dilaksanakan dalam jangka waktu tiga tahun
Apabila AMDAL atau RKL/RPL telah dinyatakan kadaluwarsa maka wajib untuk mengajukan permohonan kembali
Permohonan AMDAL, RKL/RPL baru di lampiri dengan : dokumen yang lama atau membuat yang dengan : dokumen yang lama atau membuat yang
Dokumen AMDAL, RKL/RPL akan menjadi batal apabila perusahaan pindah lokasi
Dokumen AMDAL, RKL/RPL akan menjadi batal bila perusahaan merubah desain prosedur, kapasitas , bahan baku dan bahan tambahan
Berisi data/informasi dari suatu usaha / kegiatan yang berhubungan dengan upaya pencegahan pencemaran atau perusakan lingkungan.
Panduan ini merupakan alat/sarana kerja bagi komisi penilai AMDAL pusat dan daerah beserta aparatnya seperti tim teknis komisi AMDL juga sebagai acuan umum untuk menilai dokumen AMDAL berbagai sektor pembangunan ditingkat nasional dan daerah karna fungsinya sebgi acuan umum maka juga harus memperhatikanberbagai panduan lainnya dibidang AMDAL
Mengendalikan cara pembukaan lahan dikawasan pengembangan pemukiman terpadu sehingga terpeliharan kelestarian fungsi ekologisnya, mengingat peruntukan lahan yang tidak harmonis dan penerapan teknologi yang kurang bijaksana dapat mengakibatkan gejala erosi genetik,pencemaran dan penurunan potensi lahan
Menopang uapay mempertahankan proses ekologi antar ekosistem dikawasan pemukiman terpadu sebagai penyangga kehidupan yang penting bagi kelangsungan pembangunan dan kesejahtraan penduduk dikawasan pemukiman
Memberikan panduan dan pemahaman kepada penyusun AMDAL yang didasarkan dengan pendekatan,pembinaan terhadap struktur dan fungsi ekosistem
Untuk memudahkan penyusunan AMDAL bagi berbagai usaha dan atau kegiatan (proyek) pembangunan dilahan basah
x x x x x x
x x x x x x
x
x
x
x
x
x
x x x x x x
x x x x x
x x x
x x x x x x
x
x
x
x x x x x x
x x x x x x
x
x
Komisi penilai dampak LH yang disebut sebagai komisi penilai mempunyai tugas menilai kerangka acuan,AMDAL,RKL dan RPL
Komisi penilai kabupaten/kota berhak menilai hasil AMDAL,RKL,RPL diluar kewenangan pusat dan propinsi yang telah diatur dalam SK MEN LH
Dalam hal kabupaten/kota tidak/belum mampu melaksanakan kewenangan yang dimaksud dalam pasal 1 ayat 6 maka penyerahan kewenangannyanya dapat dilakukan oleh Propinsi
Dalam hal propinsi tidak mampu dapat diserahkan kewenangannya kepada Komisi Penilai Pusat
Kewajiban segera menanggapi dan menyempurnakan AMDAL, RKL/RPL bagi perusahaan yang mengajukan setelah dinilai oleh komisi penilai.
Komisi AMDAL kabupaten/kota bertugas menilai kerangka acuan AMDAl,RPL,RKL
Dalam melaksanakan tugas komisi penilai AMDAL kabupaten/kota mempunyai fungsi memberikan masukan dan dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan kesepakatan kerangka acuan dan keputusan kelayakan lingkungan hidup atas suatu rencana usaha/kegiatan kepada bupati/walikota
Biaya atas palaksanaan kegiatan ini dibabankan kepada anggaran daerah/kabupaten
Apabila rencana usaha/kegiatan bersekala besar dari daya tampung dan daya dukung serta tipologi ekosistem setempat diperkirakan berdampak penting terhadap LH maka jenis usaha ini wajib dilengkapi AMDAL
Jenis Usaha yang dilengkapi AMDAL ini dapat ditinjau kembali sekurang-kurangnya 5 ahun sekali
Ruang lingkup audit LH yang diwajibkan meliputi evaluasi masukan atau informasi,kriteria ketidakpatuhan,pelaksanaan dan verivikasi laporn hasil audit LH yang diwajibkan akibat ketidakpatuhan penanggung jawab usaha/kegiatan terhadap ketentuan perundang-undangan yang berlaku
Kriteria ketidak patuhan yang dimaksud antara lain: a)tidak patuh terhadap Baku Mutu LH, b)Baku kerusakan LH, c)Persyaratan pengelolaan LH,d)Indikasi penenggung jawab tidak memiliki dokumen LH dan tidak melaksanakan sistem LH secara efektif
Penanggung jawab usaha dinyatakan tidak mematuhi peraturan perundangan bidang lingkungan hidup bila melanggar ketentuan dalam pasal 4
Pelanggaran sebagaimana dalam pasal 5 ayat (1) menunjukkan :a. telah terjadi hal yang sama/berkaitan secara berulang kali.b. telah diberi pernyataan 3x oleh Menteri/gubernur/bupati/walikota dalam jangka waktu setahun terakhir atau diduga akan terjadi lagi di masa mendatang
Pihak yang berkepentingan untuk memberikan masukan/informasi secara tertulis tentang ketidakpatuhan suatu usaha/kegiatan kepada gubernur/bupati/walikota/instansi yang bertanggung jawab dibidang pengendalian LH
Instansi pengendalian AMDAl dapat mengusulkan kepada menteri unutk memerintahkan memberikan masukan/informasi secara tertulis tentang ketidakpatuhan suatu usaha/kegiatan sesuai ketentuan
Maksud dan tujuan adalah; 1) melindungi kepentingan masyarakat, 2) memberdayakan masyarakat, 3) memastikan adanya transparasi proses AMDAL, 4) menciptakan suasana kemitraan yang setara antar semua pihak yang berkepentingan
Memiliki tujuan a) mengidentifikasi rencana/usaha yang menimbulkan dampak besar terhadap LH, b) mengidentifikasi rona LH yang terkena dampak besar, c)memperkirakan dampak danmengevaluasi dmpak besar. Sedangkan kegunaannya adalah a) Membantu mengambil keputusandalam pemilihan alternatif lingkungan yang layak dari segi LH teknis danekonomis, b)mengintegrasikan pertimbangan LH dan tahap perencanaan rinci dari suatu usaha/kegiatan, c)sebagai pedoman dalam pengelolaan dan pemantauan LH
Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan :1. upaya pengelolaan lingkungan hidup (UKL) dan upaya pemantauan lingkungan hidup (UPL) yang dilakukan dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup oleh penanggung jawab usaha dan atau kegiatan yang tidak wajib melakukan analisis mengenai dampak lingkungan hidup AMDAL
x
x
x
x x x x x x
x x x x x x
x x x x x x
x x x x x x
x x x x x x
x x x x x x
x x x x x x
x x x x x x
x x x x x x
x x x x x x
x x x x x x
Setiap jenis usaha dan atau kegiatan yang tidak wajib melakukan UKL dan UPL, yang diproses dan prosedurnya tidak dilakukan menurut ketentuan peraturan pemerintah tentang analisis mengenai dampak lingkungan hidup
UKL dan UPL wajib dilakukan oleh pemrakarsa usaha dan atau kegiatan dengan menggunakan formulir isian seperti terlampir dalam keputusan ini
Didalam formulir isian tentang UKL dan UPL sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (2) berisikan informasi: a. identitas pemrakarsa b. rencana usaha dan/atau kegiatan c. dampak lingkungan yang akan terjadi d. program pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup e. tanda tangan dan cap
setiap usaha atau kegiatan dibidang penyimpanan,pengumpulan, pengoperasian alat pengolahan, dan penimbunan akhir limbah B3 wajib mengajukan permohonan tertulis kepada BAPEDAL
berdasarkan permohonan izin tersebut, maka BAPEDAL melakukan penelitian terhadap kelangkapan sesuai ketentuan yang dipersyaratkan.
Setiap limbah B3 yang belum diketahui sifat dan karakteristiknya wajib dilakukan pengujian di laboratorium
hasil pengujian sifat dan karakteristik limbah B3,sebagaimana disebutkan dalam pasal 1 wajib dilaporkan kepada BAPEDAL setempat
Setiap pengumpulan dan penyimpanan limbah B3 wajib melaporkan limbah B3nya kepada Ka BAPEDAL dengan tembusan bupati/walikotamadya kep daerah tk II dan gubernur kep daerah tk I yang bersangkutan
Dokumen limbah B3 adalah surat yang diberikan pd waktu penyerahan limbah B3 untuk diangkut dari lokasi kegiatan penghasil ketempat penyimpanan di luar lokasi kegiatan, dan atau pengangkutan dan atau pengolahan limbah B3 dan atau pemanfaatan limbah B3 serta penimbunan hasil pengolahan.
setiap badan usaha yang melakukan pengolahan limbah B3 wajib mengajukan permohonan kepada kepala badan pengendalian dampak lingkungan utk mendapatkan nomor registrasi terlebih dahulu sebelum dokumen limbah B3 dipergunakan, dengan melampirkan izin pengelolaan limbah B3.
setiap penanggung jawab kegiatan pengolahan limbah B3 yang berhubungan langsung dengan pengolahan limbah B3 wajib :a. mempunyai latar belakang pendidikan tentang pengelolaan limbah B3; ataub. pernah mengikuti pelatihan pengelolaan limbah B3
setiap karyawan/operator yang langsung berhubungan dengan unit operasi pengolahan limbah B3 wajib mengikuti pelatihan pengelolaan limbah B3.
Pengolahan limbah B3 wajib membuat dan menyampaikan laporan tentang pengolahan limbah B3 secara berkala sekurang-kurangnya dalam waktu 3 (tiga) bulan sekali kepada kepala badan pengendali an dampak lingkungan dengan tembusan bupati /walikotamadya kepala daerah tingkat II dan Gubernur kepala daerah tingkat I yang bersangkutan,tentang : a). jenis, karakteristik, jumlah timbulan limbah B3 & waktu terimanya limbah B3. b). Jenis, karakteristik, jumlah dan waktu limbah B3 yang diolah.c). jenis, karakteristik, jumlah dan waktu timbulan limbah B3 (cair dan/atau padat) hasil pengolahan.d). jenis, karakteristik, jumlah dan waktu limbah B3 yang di timbun (landfill).
setiap pengolah limbah B3 wajib melakukan pemantauan terhadap baku mutu limbah yang dihasilkan dari kegiatan yang dilakukan.
x x x x x x
x
x
simbol adalah gambar yang menyatakan karakteristik limbah B3 x x x x x x
x x x x x x
x x x x x x
x x x x x x
x x x x x x
x x x x x x
x x x x x x
x x x x x x
x x x x x x
x x x x x x
x
hasil pemantauan terhadap baku mutu limbah sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 wajib dilaporkan sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali kepada kepala badan pengendalian dampak lingkungan dgntembusan bupati/walikotamadya kepala daerah tingkat II Gubernur Kepala daerah tingkat I yang bersangkutan
Penimbunan hasil pengolahan limbah B3 adalah tindakan membuang dengan cara penimbunan,dimana penimbunan tersebut dirancang sebagai tahap akhir dari pengolahan limbah B3 sesuai dengan karakteristiknya
Tata cara dan persyratan penimbunan hasil pengolahan,persyaratan lokasi bekas pengolahan dan lokasi bekas penimbunan limbah B3 sesuai denganketentuan berlaku
Label adalah tulisan yang menunjukan antara lain karekteristik dan limbah B3
Setiap kemasan atau tempat atau wadah penyimpanan limbah B3 wajib diberi simbol & label dengan menunjukkan karakteristik dan jenis limbah B3.
Apabila limbah B3 dalam satu kemasan mempunyai lebih dari satu karekteristik (mudah meledak,mudah terbakar,reaktif,beracun,menyebabkan infeksi dan korosif) wajib dilakukan pengujian karakteristik limbah B3
Yang harus diperhatikan dalam tata cara penyimpanan minyak pelumas bekas sbb; a)Karakteristik pelumas bekas yang disimpan, b)Kemasan harus sesuai dapat berupa drum/tangki,c)pola penyimpanan dengan sistem blok,d)memperhatikan lebar gang antar blok dan tidak mengganggu lalu lintas manusia dan forklift,e)penumpukan kemasan harus memperhatikan kestabilan tumpukan kemasan,f) lokasi penyimpanan harus dilengkapi dengan tanggul disekelilingnya dan dilengkapi dengansaluran pembuangan menuju bak penampungan yang kedap air,g)mempunyai tempatbongkar muat kemasan yang memadai dan dengan lantai yang kedap air
Kewjiban pengumpul minyak pelumas bekas;a)mempunyai izin dari BAPEDAL, b)membuat catatan penerimaan dan pengiriman minyak pelumas bekas kepada pengelola dan pemanfaat, c)mengisi formulir permohonan ijin sesuai ketentuan yang berlaku
Setiap pengangkutan minyak pelumas bekas wajib dilengkapi dengan dokumant dan mengajukan nomor registrasi dokumen pelumas bekas sebagaimana dimaksud dalam KepKa Bapedal Kep 02/bapedal/09/1995
Setiap alat angkut minyak pelumsa bekas wajib dilengkapi dengan simbol dan label
Setiap kemasan atau tempat atau wadah penyimpanan pelumas bekas wajib diberi simbol & label dengan menunjukkan karakteristik minyak pelumas.
Penyimpanan atau pengumpulan minyak pelumas bekas hanya dapat dilakukan selama 90 hari sebelum diserahkan kepada pengumpul.
Pengangkutan/pengiriman minyak pelumas bekas harus menggunakan dokumen limbah B3.
Minyak pelumas bekas harus diserahkan kepada pengumpul yang sudah mempunyai izin dari Bapedal dan merupakan anggota P4MPB.
Pengawasan pelaksanaan pengelolaan limbah B3 dilakukan oleh PEMDA tk II yt ; a)memasyarakatkan peraturan tentangpengelolahan limbah B3, b)melakukan inventarisasi badan Usaha yang menghasilkan limbah B3, c)Inventarisasi badan usaha yang memanfaatkan limbah B3, Inventarisasi badan usaha yang melakukan pengelolahan dan penimbunan limbah B3, d)membantu BAPEDAL dalam pemantauan terhadap badan usaha yang diberikan izin pengelolahan B3 oleh BAPEDAL, e) memberikan teguran peringatan terhadap usaha/badan usaha, f)melaporkan kepada BAPEDAL lokasi penimunan dan pembuangan limbah B3
Segala biaya yang timbul dalam keputusan ini dibebankan kepada :1) untuk tingkat dearah oleh APBD, 2)BAPEDAL dibebankan kepada Anggaran rutin dan proyek BAPEDAL, 3)BAPEDAL Wilayah dibebankan kepada anggaran rutin BAPEDAL wilayah
x x x x x x
x x x x x x
x x x x x x
x x x x x x
x x x x x x
x x x x x x
x x x x x x
x x x x x x
x x x x x x
x x x x
x x x x x x
x x x x
x x x
x
x x x x
Merupakan jumto dari PP No.18 tahun 1999 x x x x x x
x x x x x x
x x x x x x
simbol B3 adalah gambar yang menunjukkan klasifisifikasi B3 x x x x x x
x x x x x x
x x x x x x
Program kendali B3 berazas pelestarian fungsi lingkungan untuk menunjang pembangunan yang berkelanjutan bagipeningkatan kesejahtraan manusia
Program kendali B3 bertujuan ;a)terkendalinya pencmaran lingkungan, 2)Terkendalinya pembuangan limbah B3, 3)pelaksanaan usaha minimisasi limbah B3 melalui pengurangan,penggunaan kembali,daur ulang dan pemanfaatan kembali, 4)mencapai lingkungan yang baik, 5)pentaatan ketentuan pengolahan limbah
Sasaran program kendali B3 : 1)terciptanyasistem pengelolahan limbah B3 yang berdayaguna dan berhasil guna, 2)meningkatkan kemampuan aparat pemerintah daerah maupun pusat dalam pengawasan pengelolaan limbah
Langkah penetapan peserta program kendali B3 meliputi:1)identifikasi,2)daftar pertanyaan, 3)peninjauan lapangan, 4)penetapan
Terhadap badan usaha peserta program kendali B3 Bapedal dan PemDa melakukan pemantauan setelah 60 hari penandatanaganan surat pernyataan
Kendali B3 diselenggarakan oleh BAPEDAL yang pelaksanaannya dilakukan oleh direktorat pengelolaan limbah B3
Pelaksanaan kendali B3 dibantu oleh PEMDA dalam hal: 1)identifikasi peruahaan yang berpotensi menghasilkan limbah B3, 2)pemantauan terhadap badan usaha peserta kendali B3, 3)Evaluasi hasil pemantauan lapangan peserta program kendali B3 untuk dilaporkan ke BAPEDAL
Kepala BAPEDAL memberian penghargaan berupa sertifikat kendali B3 kepada badan usaha yang melaksanakan dengan baik
Pemberian penghargaan ini diumumkan ekpada masyarakat dan dapat digunakan sebagai bahan penilai kinerja perusahaan maupun ISO seri 14000
Pengelolahan limbah B3 bertujuan untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran dan atau kerusakan LH yang diakibatkan oleh limbah B3 serta melakukan pemulihan kwalitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga sesuai fungsinya kembali
Setiap orang yang melakukan usaha dan atau kegiatan yang menghasilkan limbah B3 dilarang membuang limbah B3 secara langsung ke media lingkungan hidup tanpa pengolahan terlebih dahulu
Kewajiban melakukan reduksi limbah B3, mengolah limbah B3 dan atau menimbun limbah B3
Limbah B3 yang masih bisa dimanfaatkan dapat diolah sendiri/diserahkan kepemanfaat limbah B3.
Kewajiban mengolah limbah dengan teknologi apabila di dalam negeri tidak mampu diperbolehkan keluar negeri
Pengolahan/penimbun B3 dapat diserahkan kebadan pengolahan limbah B3.
Bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya disingkat dengan B3 adalah bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lainnya.
Penyimpanan B3 adalah teknik kegiatan penempatan B3 untuk menjaga kualitas dan mahluk hidup lainnya
Label adalah uraian singkat yang menunjukkan antara lain klasifikasi dan jenis B3.
a. mudah meledak (explosive) b. pengoksidasi (Oxidizing) c. Sangat mudah sekali menyala (extermely flammable d. sangat mudah menyala (highly flammable).e. mudah menyala (flammable).f. amat sangat beracun (extremely toxic)g. sangat beracun (highly toxic).h. beracun (moderately toxic).i. berbahaya (harmful)j. Korosit (corrosive)k. bersifat iritasi (irritant).l. berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment).m. Karsinogenik (carcinogenic).n. Teratogenik (tereatogenic).o. Mutagenik (mutagenic).
x x x x x x
setiap tempat penyimpanan B3 wajib diberikan simbol dan label x x x x x x
x x x x x x
x x x x x x
x x x x x
x x x x x x
x x x x x x
x x x x
x x x x
setiap kemasan B3 wajib diberikan simbol dan label serta dilengkapi dengan lembar data keselamatan bahan (Material safety data sheet).
setiap orang yang melakukan kegiatan pengelolaan B3 wajib menjaga keselamatan dan kesehatan kerja
Untuk menjaga keselamatan dan kesehatan pekerja dan pengawas B3 wajib dilakukan uji kesehatan secara berkala.
setiap orang yang melakukan kegiatan pengelolaan B3 wajib menanggulangi terjadinya kecelakaan dan atau keadaan darurat akibat B3.
setiap orang yang melakukan kegiatan pengelolaan B3 wajib meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap potensi dampak B3 yang akan timbul terhadap lingkungan hidup, kesehatan manusia, dan mahluk hidup lainnya akibat adanya kegiatan pengelolaan B3.
Masyarakat mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang upaya pengendalian dampak lingkungan hidup akibat kegiatan pengelolaan B3.
Penanggung jawab usaha dan atau kegiatan yang usaha dan kegiatannya menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, yang menggunakan bahan berbahaya dan beracun, dan atau menghasilkan limbah bahan berbahaya dan beracun bertanggung jawab secara mutlak atas kerugian yg ditimbulkan, dengan kewajiban membayar ganti kerugian secara langsung dan seketika pada saat terjadinya pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup.
Setiap usaha dan atau kegiatan minyak dan gas bumi serta kegiatan lain yang menghasilkan limbah minyak bumi wajib melakukan pengelolahan limbahnya
Pengelolahan minyak bumi dilakukan dengan metoda biologis yang meliputi: a)landfarming, b)biopile c)composting
Inventarisasi quantitas dan qualitas air, penggolongan air, upaya pengendalian, perizinan dan sanksi.
Baku mutu limbah cair untuk untuk jenis industri pelapisan logam. Ada dilampiran A II dan lampiran B II.
Kewajiban bagi industri yang telah beroperasi sebelum dikeluarkannya keputusan ini untuk memenuhi baku mutu limbah cair dalam lampiran A dan B
setiap penanggungjawab industri wajib :a). melakukan pengolahan limbah cair & memenuhi baku mutu.b) membuat saluran yang kedap air sehingga tidak terjadi perembesan.c). memasang alat debit limbah dan mencatat debit harian d). tidak melakukan pengenceran limbah termasuk air bekas pendingin kedalam aliran pembuangan limbah e). Memeriksa kadar baku mutu limbah cair secara periodik minimal sekali dalam sebulan. f). memisahkan saluran pembuangan limbah cair dengan saluran hujan.g). melakukan pencatatan produksi bulanan senyatanya h. Menyampaikan poin c,e,g minimal sekali dalam tiga bulan
Pelaksanaan PROKASIH berasaskan pelestarian fungsi lingkungan perairan sungai untuk menunjang pembangunan yang berkelanjutan bagi peningktan kesejahtraan manusia
Prokasih bertujuan :a)tercapainya kwalitas air sungai yanmg baik,b) melaksanakan pengendalian pencemaran air secara efektif dan efisien,c)terwujudnya kesadaran dan tanggung jawabmasyarakat dalam pengendalian pencemaran air
Menteri memberi penghargaan kepada perusahaan/kegiatan usaha yang melaksanakan pengendalian pencemaran air dengan kinerja yang sangat baik.
Kinerja perusahaan/kegiatan usaha adalah tingkat upaya dan hasil perusahaan/kegiatan usaha dalam mengendalilkan dampak negatif terhadap lingkungan yang disebabkan oleh kegiatannya.
Bagi perusahaan/kegiatan usaha diluar lingkup kegiatan prokasih dapat mengajukan diri secara sukarela untuk dinilai kinerjanya.
Kawasan Industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang yang telah memiliki ijin
Dalam melakukan pengkajian dapat meminta bantuan pihak ke 3
Kewajiban penanggung jawab kawasan: 1)melakukan pengelolahan limbah,2)membuat saluran pembuangan, 3)memasang lat ukur debit laju air limbah,4)memeriksa kadar parameter mutu limbah cair,5)memisahkan saluran limbah air dengan air hujan 6)menyampaikan laporan luas lahan yang terpakai
Pengelolahan kualitas air dan pengendalian pencemaran air deselenggarakan secara terpadu dengan pendekatan Ekosistem
Penyelenggaraan pengelolahan kualitas air dan pengendalian pencemaran air sebagaimana dimaksud pasal 2 dapat dilaksanakan oleh pihak ketiga
Metode analisis kualitas air permukaan dan pengambilan contoh air permukaan menggunakan standar nasional indonesia (SNI) yang telah ditetapkan oleh badan standarisasi nasional
Apabila metoda analisis kwalitas air permukaan dan pengambilan contoh air permukaan untuk parameter tertentu belum ditetapkan dalam SNI maka dilakukan dengan metoda standard yang diterbitkan oleh asosiasi masyarakat amerika yang terbaru
yang dimaksud : a) daya tampung beban pencemaran air adalah kemampuan air pada suatu sumber air untuk menerima masukan beban pencemaan tanpa air tercemar, b) beban pencemaran adalah jumlah suatu unsur pencemar yang terkandung dalam air/limbah, c)Metode Neraca Massa adalah metoda penetapan daya tampung beban pencemaran air dengan menggunakan perhitungan neraca masa komponen sumber pencemaran, d) metode streeter-phelps adalah metode penetapan daya tampung beban pencemaran air pada sumber air dengan menggunakn metode matemtik
Bupati/Walikota menetapkan daya tampung beban pencemaran air pada sumber air
Setiap usaha dan atau kegiatan dilarang membuang air limbah yang mengandung radioaktif ke air atau sumber air
Setiap usaha dan atau kegiatan yang akan membuang air limbah ke air/sumber air wajib mendapatkan ijin tertulis dari bupati/walikota
Permohonan ijin sebagaimana dimaksud ayat 1 diatas didasarkan pada hasil kajian AMDAL,UPL,UKL
Pemrintah,pemth propinsi dan pemda melakukan pengkajian mutu air untuk menentukan status air sebagai masukan bagi penyusunan program pengelolahan air atau program pemulihan pencemaran air
Pemerintah,propinsi,kabupaten dalam melakukan pengkajian mutu air perlu mendapatkan informasi tentang kebutuhan air untuk 15 tahun mendatang dan menyusun sarana pendayagunaan air dan penentuan kelas air
Pengkajian sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 tersebut dapat dilakukan oleh pihak ke tiga
Berdasarkan pengkajian mutu air untuk mendapatkan informasi tentang kebutuhan air dan penyusunan pendayagunaan air sbgmn dimaksud dalam pasal 1 dimintakan masuka dari masyarakat melalui dengar pendapat
Berdasar hasil Dengar pendapat yang dimaksud: a)Sumber air yang berada dlm 2 atau lebih wil propinsi & mrpk lintas batas wil RI yang ditetapkan dengan KEPPRES, b) Sumber air yang berada dalam 2 atau lebih wil kabupaten ditetapkan dengan PERDA propinsi, c)Sumber air yang berada dalam wil kabupaten/kota ditetapkan dengan PERDA kabupaten
Apabila mutu air lebih baik atau sama jika dibandingkan dengan kelas air sbgmn dimaksud dalam ayat 2 pasal 4 maka pemerintah wajib menyusun program pengelolahan air
Apabila mutu air lebih buruk maka pemerintah wajib mengumumkan sumber air tersebut tercemar dan menyusun program pemulihan air
dalam keputusan ini yang dimaksud: A)Mutu air adalah kondisi kwalitas air yang diukur dan atau diuji berdasarkanparameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan yang berlaku, B)Status mutu air adalah tingkat kondisi mutu air yang menunjukkan kondisi cemar atau kondisi baik pada suatu sumber air dalam waktu tertentu dibandingkan dengan baku mutu air, C)Sumber air adalah wadah air yang terdapat diatas dan dibawah permukaan tanah termaksud dalam pengertian ini akuifer,mata air,sungani,rawa,danau,situ,waduk dan muara
Penentuan status mutu air dapat menggu8nakan metode STORET atau metodeIndeks Pencemaran
Perubahan pasal 3 yang baru adalah: 1)Setiap usaha atau kegiatan yang akan membuang air limbah ke air atau sumber airwajib mendapat izin dari bupati/walikota, 2)Permohonan ijin yang dimaksudberdasar pada hasil kajian analisis AMDAL,UPL,UKL, 3)Syarat perizinan pembuangan air limbah harus berdasar ketentuan UU yang berlaku
kajian yang dimasud dalam pasal 3 ayat 2 : a) jenis industri/usaha/kegiatan ybs, b)rona lingkungan, c)jumlah limbah yang dibuang, d) daya tampung beban pencemaran air
kandungan CO (karbondioksida) dan HC (hidrokarbon) dan ketebalan asap pada pancaran gas buang a. kendaraan bermotor selain sepeda motor dengan bahan bakar bensin dengan bilangan aktama >8 ditentukan maksimum 4,5 % untuk CO dan 1200 pon untuk HC b. kendaraan bermotor selain sepeda motr dengan bahan bakar solar atau diesel dengan bilangan selama >45 ditentukan maksimum ekivalen 50% besar pada diameter 502 mm atau 206 apaser unsur ketebalan asap.
Kandungan CO, HC, dan ketebalan asap diukur pada kondisi percepatan bebas.
1. Setiap penanggungjawab jenis kegiatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) wajib memenuhi ketentuan sebagaimana berikut :a. membuat cerobong emisi yang dilengkapi sarana pendukung dan alat pengaman.b. memasang alat ukur pemantauan yang meliputi kadar dan laju alir volume untuk setiap cerobong emisi yang tersedia serta alat ukur arah dan kecepatan angin.c. melakukan pencatatan harian hasil emisi yang dikeluarkan dari setiap cerobong emisi.d. menyampaikan laporan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam huruf c kepada Gubernur dengan tembusan kepala badan sekurang kurangnya sekali dalam 3 (tiga) bulan.e. melaporkan kepada Gubernur serta kepala badan apabila ada kejadian tidak normal dan 2. Kepala badan menetapkan pedoman teknis pembuatan unit pengendalian pencemaran udara sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini.
Program langit biru adalah suatu program pengendalian pencemaran udara dari kegiatan sumber bergerak dan sumber tidak bergerak.
Program langit biru bagi sumber tidak bergerak dengan melakukan penetapan kebijaksanaan teknisi,bimbingan teknisi, pemeriksaan pemantauan penataan baku mutu emisi.
Program langit biru bertujuan: a)terciptanya mekanisme kerja dalam pengendalian pencemaran udara, b)terkendalinya pencemaran udara,c)tercapainya kwalitas udara ambien, d) terciptanya sadar lingkungan
setiap penangungjawab usaha atau kegiatan wajib :a. mentaati baku tingkat kebisingan yang telah dipersyaratkan.b. memasang alat pencegahan terjadinya kebisingan c. menyampaikan laporan hasil pemantauan tingkat kebisingan sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali kepada Gubernur, Menteri, instansi yang bertanggungjawab dibidang pengendalian dampak lingkungan dan instansi teknis yang membidangi kegiatan yang bersangkutan serta instansi lain yang dipandang perlu
2. Kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)dicantumkan dalam izin yang relevan untuk mengendalikan tingkat kebisingan dari setiap usaha atau kegiatan yang bersangkutan.
Bagi usaha atau kegiatan yang beroperasi :a. baku tingkat kebisingan lebih longgar dari ketentuan dalam keputusan ini, wajib disesuaikan dalam waktu selambat-lambatnya 2 (dua) tahun terhitung sejak ditetapkan.b. baku tingkat kebisingan lebih ketat dari keputusan ini, dinyatakan tetap berlaku.Dalam lamp. I baku tingkat kebisingan untuk industi ditetapkan sebesar 70 dB(a).
Setiap penanggung jawab usaha atau kegiatan wajib : a. mentaati baku tingkat getaran yang telah dipersyaratkan.b. memasang alat pencegahan terjadinya getaran.c. menyampaikan laporan hasil pemantauan tingkat getaran sekurang-kurangnya 3(tiga) bulan sekali kepada Gubernur, Menteri, instansi yang bertanggung jawab dibidang pengendalian dampak lingkungan dan instansi teknis yang membidangi kegiatan yang bersangkutan serta instansi lain yang dipandang perlu
Kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)dicantumkan dalam izin yang relevan untuk mengendalikan tingkat getaran bagi setiap usaha atau kegiatan yang bersangkutan.
Bagi usaha atau kegiatan yang beroperasi :a. baku tingkat getaran lebih longgar dari ketentuan dalam keputusan ini,wajib disesuaikan dalam waktu selambat-lambatnya 2 (dua) tahun terhitung sejak ditetapkan keputusan ini b. baku tingkat getaran lebih ketat dari keputusan ini, dinyatakan tetap berlaku.
Setiap penanggung jawab usaha atau kegiatan wajib :a. mentaati baku tingkat kebauan yang telah dipersyaratkan. b. mengendalikan sumber penyebab bau yang dapat mengganggu kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. c. menyampaikan laporan hasil pemantauan tingkat kebauan sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali kepada Gubernur, Menteri, instansi yang bertanggung jawab kepada Gubernur, dan instansi teknis yang membidangi kegiatan yang bersangkutan serta instansi lain yang dipandang perlu
Kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)dicantumkan dalam izin yang relevan untuk mengendalikan pencemaran dan atau perusak lingkungan bagi setiap usaha atau kegiatan yang bersangkutan.
Bagi usaha atau kegiatan yang beroperasi :a. baku tingkat kebauan lebih longgar dari ketentuan dalam keputusan ini,wajib disesuaikan dalam waktu selambat-lambatnya 2 (dua) tahun terhitung sejak ditetapkan keputusan ini.b. baku tingkat kebauan lebih ketat dari keputusan ini, dinyatakan tetap berlaku.
Indeks standard pencemar udara adalah angka yg tdk mempunyai satuanyg menggambarkan kondisi kualitas udara ambien dilokasi & waktu tertentu yg didasarkan kepada dampak terhadap kesehatan manusia, nilai estetika dan mahluk hidup lainnya.
Indeks standar Pencemaran Udara dapat digunakan :a)bahan informasi kepada masyarakat tentang kwalitas udara ambien dilkasi dan waktu tertentu, b)bahan pertimbangan pemerintah pusat dan daerah dalam melaksanakan pengelolahan dan pengendalian pencemaran udara
Penyampaian indeks standar pencemar udara kepada masyarakat wajib memuat informasi : a)waktu pelaporan,b)ketentuan waktu,c)bagian wilayah/lokasi yang dilaporkan,d)indeks standart pencemar udara dr setiap parameter yang diukur,e) indeks pencemar udara maksimum,f)parameter pencemar kritis,g)katagori indeks pencemar udara,h)gambar katagori/rentang pencemar udara
pengendalian pencemaran udara meliputi pengendalian dari usaha dan/atau kegiatan sumber bergerak,sumber bergerak spesifik sumber bergerak terhadap spesifik yang dilakukan dengan upaya pengendalian sunmber emisi & atau sumber gangguan yang bertujuan untuk mencegah turunnya mutu udara ambien
Perusahaan bertanggung jawab menetapkan baku tingkat gangguan sumber terhadap bergerak dan batas kebisingan kendaraan bermotor.
Kewajiban perusahaan yang mengeluarkan emisi dan/atau gangguan kendaraan wajib mentaati :a. mentaati baku mutu udara ambient, baku mutu emisi, baku mutu tingkat gangguan. b. melakukan pencegahan dan/ataupenanggulangan pencemaran udara yang diakibatkan oleh usaha dan /atau kegiatan usahanya.c. memberikan informasi yang benar dan akurat kepada masyarakat dalam rangka upaya pengendalian pencemaran udara dalam lingkup usaha dan/atau kegiatannya
larangan membuat mutu emisi melampaui ketentuan yang ditetapkan
kewajiban uji tipe emisi untuk kendaraan tipe baru.
kewajiban mentaati ketentuan baku tingkat ganguan
kendaraan bermotor tipe baru wajib menjalani uji tipe kebisingan.
kewajiban memenuhi persyaratan mutu emisi sesuai dengan yang ditetapkan dalam izin melakukan usaha
bagi usaha dan/atau kegiatan yang tidak wajib punya Amdal wajib memiliki izin usaha untuk memenuhi baku mutu emisi.
kewajiban melakukan upaya penanggulangan dan pemulihan akibat pencemaran udara.
kewajiban memenuhi ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor.
kewajiban penyampaian hasil uji emisi tipe kendaraan tipe baru ke instansi terkait.
kewajiban mengumumkan angka parameter-parameter polutan hasil uji tipe emisi kendaraan bermotor tipe baru
kendaraan bermotor tipe baru dan kendaraan bermotor lama yang mengeluarkan kebisingan wajib memenuhi ambang batas kebisingan.
bagi kendaraan bermotor tipe baru yang dinyatakan lulus uji tipe kebisingan sebagaimana dimaksud pd ayat (1) diberi tanda lulus uji tipe kebisingan.
hasil uji tipe kebisingan kendaraan bermotor tipe baru wajib disampaikan kepada kepala instansi yg bertanggung jawab & penangung jawab usaha dan/atau kegiatan.
setiap kendaraan bermotor lama wajib menjalani uji kebisingan berskala sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
kewajiban memenuhi permintaan petugas pengawas (dalam melaksanakan tugasnya) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yg berlaku.
setiap petugas pengawas wajib memperlihatkan surat tugas dan/atau tanda pengenal serta wajib memperhatikan situasi dan kondisi tempat pengawasan tersebut.
kewajiban 3 :a. mengizinkan pengawas memasuki lingkungan kerjanya dan membantu terlaksananya tugas pengawasan tersebut. b. memberikan keterangan yang benar baik secara lisan maupun tertulis apabila hal itu diminta pengawas. c. memberikan dokumen dan/atau data yang diperlukan pengawas. d. mengizinkan pengawas untuk melakukan pengambilan contoh udara emisi dan/atau contoh udara ambien dan/atau lainnya yang diperlukan pengawas.e. mengizinkan pengawas untukmelakukan pengambilan gambar dan/atau melakukan pemotretan diokasi kerjanya.
kewajiban menyampaikan laporan hasil pemantauan pengendalian pencemaran udara yang telah dilakukan kepada instansi yang bertanggung jawab/instansi terkait lainnya.
segala biaya akibat upaya pengendalian pencemaran udara dan sumber tidak bergerak yang dilakukan ditanggung sendiri oleh penanggung jawab usaha.
kewajiban menanggung biaya penanggulangan pencemaran udara serta biaya pemulihannya oleh penanggungjawab usaha yang diakibatkan dari usahanya
kewajiban membayar ganti rugi terhadap pihak yang dirugikan akibat usahanya yang menyebabkan pencemaran udara.
Ancaman pidana terhadap pelanggaran pasal 2 UU No. 27 tahun 1997 pada pasal (pasal 21, 22 (1), 23,24 (1), 25 (1), 30, 39, 47(2), 48, & 50 (1). (ancaman pidana tersebut diatur dengan pasal 41,42,43,44,45,46, dan 47).
Ancaman pidana bagi yang melanggar persyaratan ambang batas emisi gas buang/ambang batas kebisingan sesuai pasal 67 UU No. 14 tahun 1992 tentang lalulintas.
Yang dimaksud adalah :batas maksimum zat atau bahan pencemar yang boleh dikeluarkan langsung dari pipa gas buang kendaraan bermotor tipe baru dan kendaraan bermotor yang sedang diproduksi
Setiap penanggung jawab dan auat usaha kegiatan produksi kendaraan bermotor tipe baru dan kendaraan bermotor yang sedang diproduksi wajib melakukan uji emisi gas buang
debu total debu di udara tempat kerja pada semua ukuran
Uji emisi ini dilakukan oelh instansi 7yang bertanggung jawab dibidang lalu lintas dan angkutan jalan
Standar ini menguraikan pengukuran kadar debu total di udara tempat kerja secara gravimetri yang meliputi tahap persiapan, pengambilan contoh, penimbangan dan perhitungan kadar debu total.
debu adalah partikel padat yang terbentuk karena adanya kekuatan alami atau mekanik seperti penghalusan (grinding), penghancuran (crushing), peledakan (blasting), pengayakan (shaking) dan atau pengeboran (drilling)
Pengambilan contoh a) LVS pada point 3.4.1 c) di atas dihubungkan dengan pompa pengisap udara dengan menggunakan selang silikon atau teflon.b) LVS diletakkan pada titik pengukuran (di dekat tenaga kerja terpapar debu) dengan menggunakan tripod kira-kira setinggi zona pernafasan tenaga kerja (seperti GambarC.1).c) Pompa pengisap udara dihidupkan dan lakukan pengambilan contoh dengan kecepatanlaju aliran udara (flowrate) 10 l/menit.d) Lama pengambilan contoh dapat dilakukan selama beberapa menit hingga satu jam (tergantung pada kebutuhan, tujuan dan kondisi di lokasi pengukuran).e) Pengambilan contoh dilakukan minimal 3 kali dalam 8 jam kerja yaitu pada awal,pertengahan dan akhir shift kerja.f) Setelah selesai pengambilan contoh, debu pada bagian luar holder dibersihkan untuk menghindari kontaminasi.g) Filter dipindahkan dengan menggunakan pinset ke kaset filter dan dimasukkan ke dalamdesikator selama 24 jam
Dalam melaksanakan kegiatan industri pengusaha diwajibkan untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya gangguan dan/atau pencemaran terhadap tata lingkungan hidup
Standart air buangan BOD max 300 mg/l COD : max 500 mg/lNoise max 85 dBA
Setiap kegiatan pembuangan limbah cair harus ada ijin
Memeriksa kadar parameter baku mutu limbah cair sebagaimana tersebut dalamlampiran keputusan ini sekurang-kurangnya 1 x dalam sebulan atas biaya perusahaan pada laboratorium rujukan yang ditetapkan berdasarkan keputusan gubernur
Izin adalah pembuangan limbah cair yang sudah diolah terlebih dahulu sehingga sesuai dengan batas mutu yang ditetapkan
Retribusi adalah reribusi ijin pembuangan limbah cair kedalam badan sungan yang dibuangf dan kaar parameter yang telah ditetapkan
Limbah cair adalah setiap limbah cair hasil samping kegiatan ekonomi atau proses produksi atas permukiman yang masuk atau dmasukkan
ke dalam badan sungai dalam jumlah atau kandungan dan cara tertentu ynag tidak menyebabkan perubahan kwalitas sumbaer air
Pengendalian pembuangan limbah cair dimaksudkan sebagai upaya mencegah penanggulangan,pencemaran dan atau pemulihan kwalitas
air pada sumber air
Pengendalian pembuangan limbah cair kesumber air bertujuan agar air yang ada pada sumber air dapat dipergunakan/dimanfaatkan
secara berkelanjutan untuk memenuhi berbagai kebutuhan manusia serta melindungi flora dan fauna serta mikro organisme yang
bermanfaat yang terdapat dalam air
Setiap kegiatan pengelolahan dan pembuangan limbah cair wajib memiliki ijin dari bupati
Ijin yang dimaksud dalam pasal ini adalah diberikan atas nama pemohon untuk setiap titik atau lokasi pembuangan limbah cair
kebadan sungai
SK bupati krawang untuk petunjuk pelaksanaan dari SK perda karawang 17/2001
Ijin yang dimaksud dalam pasal 2 ayat 1harus memenuhi syarat: a, memiliki ijin lokasi, b. memiliki rekomendasi teknis, c. Pembuangan limbah cair harus memenuhi baku mutu limbah cair, d. Pembuangan limbah cair harus melalui saluran pembuangan yang dilengkapi ukuran debit air
ijin yang dimaksud dalam pasal 2 tersebut dikeluarkan oleh dinas atas nama bupati didasarkan hasil kajian AMDAL atau UPL/UKL
Aturan Pemerintah tentang SMK 3
Sidak pelaksanaan K3 di perusahaan
Penunjukan jasa K3 oleh Disnaker
Keputusan Menaker untuk audit SMK3
Instruksi kepada KaKandepnaker seluruh
Indonesia untuk melakukan pengawasan kegiatan konstruksi bangunan
Hak bagi pekerja atas jaminan kesehatan kerja
Kewajiban keikutsertaan Jamsostek
Penggantian biaya pengobatan/perawatan
Pelaporan kejadian kecelakaan oleh perusahaan kepada Disnaker setempat
Adanya pembuatan UPL/UKL (Obsolete)
Perintah kepada DISNAKER dalam pemeriksaan kecelakan
mengacu kepada UU
Penunjukan badan audit oleh Pemerintah
Pelaksanaan pengelolaan Lingkungan Hidup
Ketentuan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Obsolete)
Dianjurkan untuk dilaksanakan (Obsolete)
Komisi Aparatur Negara
Obsolete
Tidak Termasuk Kategori Perlu AMDAL
Kajian dan Analisis Tugas pemerintah
Tak termasuk Wajib Amdal
Untuk Aparatur Pemerintah
Tidak wajib Amdal
Tidak Membangun dilahan Basah
Studi Lingkungan oleh Aparatur Negara
Aparatur Negara
Aparatur Negara
Tidak Termasuk Kategori Perlu AMDAL
Internal Audit
Tidak wajib Amdal
Tidak wajib Amdal
UKL – UPL
Acuan Kegiatan Uji Emisi Ke Luar
Perolehan ijin oleh Bapedal
Pengujian Limbah B3
Dok Disposal
Ketentuan Pengolahan
Upaya kegiatan Industri untuk menekan limbah B3 (Obsolete)
Upaya penyempurnaan pengolahan limbah B3
(Obsolete)
Tidak Mengelola Minyak Bumi
Tak ada Limbah cair
Tak ada Limbah cair
Tidak termasuk
Tidak termasuk
Sebagai Pedoman
Tak Menghasilkan Limbah Cair
Pemantauan Kualitas Air Terutama Pengambilan Sample
Tugas Pemerintah
Tidak Ada Limbah Cair
Kegiatan Pemerintah
Tidak Melakukan Kegiatan Ini
Tidak Menghasilkan Limbah Cair
Uji Emisi
Tidak ada Emisi
Tugas Pemerintah
< 70 DB
-
Hanya Jika Ada Sengketa
Aparatur Negara
Aparatur NegaraAparatur Negara
Dokumen
Dokumen
Tak Ada KegiatanTak Ada Limbah RadioaktifOrganisasi BapedalHanya Organisasi
Aparatur PemerintahTidak Menghasilkan Limbah CairTak Ada Kegiatan Ini
Instalasi Air
-
Aparatur NegaraAparatur Negara
Sukarela
Aparatur Negara
Pengaduan Kasus Oleh Pihak Lain
Tugas Pemerintah
Tak Menghasilkan Limbah Cair
Pengujian Kualitas Air
-
Perizinan & Retribusi Sumur Bor
Tidak Membuang Limbah Cair
AC Split (CFC)
PERATURAN PERUNDANGANTENTANG LINGKUNGAN HIDUP
DANKESESUAIANNYA DENGAN KONDISI USAHA
No No Peraturan Judul
HYGIENE PERUSAHAAN
1 Peraturan Menteri Perburuhan No. 7/1964
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 4Pasal 5Pasal 6
Pasal 7
Pasal 8
Pasal 9Pasal 10Pasal 11Pasal 12Pasal 13
Pasal 14
2 UU No. 3/1969 Hygiene dalam perniagaan dan kantor-kantor
Pasal 7Pasal 8Pasal 9
Pasal 10Pasal 11Pasal 12Pasal 13Pasal 14Pasal 15 Pasal 16
Pasal 17
Pasal 18Pasal 19
3 S E Menaker No. SE. 01 /Men/1979 Pengadaan kantin dan ruang makan
4 SE Menaker No. SE. 86 /BW/1989
5 Instruksi Menteri No. ins. 01/Men/1998
6 Instruksi Menteri No. ins. 03/M/BW/1999 Pengawasan terhadap pengelolahan makanan ditempat kerjaKESEHATAN KERJA
7 UU No. 23/1992 . KesehatanPasal 23
Pasal ayat
Syarat kebersihan,kesehatan serta penerangan dalam tempat kerja
Perusahaan catering yang mengolah makanan bagi tenaga kerja
Peningkatan,pengawasan dan penertiban terhadap kantin dan toilet diperusahaan
8 Keppres No. 22/1993 Penyakit yang timbul karna hubungan kerja
Pasal 2
9 Permenaker No. Per. 02/Men/1980
Pasal 4
Pasal 5
10 Permenaker No. Per.01/Men/1981 Kewajiban melapor penyakit akibat kerjaPasal 2
Pasal 3
Pasal 4
Pasal 511 Permenaker No. Per.03/Men/1982 Pelayanan kesehatan tenaga kerja Pasal 2
Pasal 5
Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja dalam rangka penyelenggaraan keselamatan kerja
Pasal 2 ayat 1
Pasal 3 ayat 1
Pasal 3 ayat 2
Pasal 3 ayat 3
Pasal 3 ayat 4
Pasal 6 ayat 1
Pasal 6 ayat 2
Pasal 2 ayat 1
Pasal 2 ayat 2
Pasal 2 ayat 3
Pasal 2 ayat 4
Pasal 2 ayat 5
Pasal 2 ayat 6
Pasal 2 ayat 7
Pasal 2 ayat 8
Pasal 2 ayat 9
Pasal 2 ayat 10
Pasal 2 ayat 11
Pasal 2 ayat 12
Pasal 3 ayat 1
Pasal 3 ayat 2
Pasal 4 ayat 1a
Pasal 4 ayat 1b
Pasal 4 ayat 1c
Pasal 4 ayat 2
Pasal 6 ayat 1
Pasal 6 ayat 2
12 Permenaker No. Per. 01/Men/1998
13
14 Pemanfaatan pelayanan kesehatan bagi program jamsostekPasal 3
Pasal 4
Pasal 5
Pasal 6
15 Permenaker No. Per. 01/Men/1998 Tata cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaanPasal 2
Pasal 3
Pasal 4
Pasal 5Pasal 6
16
Pasal 4
17 Permenaker No. Per. 01/Men/1976 Kewajiban latihan hiperkes bagi dokter perusahaan.
Pasal 1
18 Permenaker No. Per. 01/Men/1979
Pasal 1
19 S E Dirjen Binawas No. SE. 07/BW/1997KEBAKARAN
20 Permenaker No. Per. 04/Men/1980 Pasal 2
Pasal 3Pasal 4Pasal 5
Pasal 7ayat 1
Pasal 7 ayat 2
Penyelenggraan pemeliharaan kesehatan bagi tenga kerja dengan manfaat lebih baik dari peket jaminan pemeliharaan kesehatan dasar Jamsostek
Kepmenaker No. Kep.79/Kepmenaker/2003
Pedoman diagnosis dan penilaian cacat karna kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
Kepmen No. Kep. 147/Men/1989 tentang pemanfaatan
Pasal 5 ayat 1
Pasal 5 ayat 2
Pasal 5 ayat 3
Pasal 5 ayat 4
Pasal 5 ayat 5
Pasal 5 ayat 6
Pasal 5 ayat 7
Pasal 5 ayat 8
Pasal 5 ayat 9
Pasal 5 ayat 10
Pasal 5 ayat 11
Pasal 5 ayat 12
UU No. 3/1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja.
Pasal 3 ayat 1
Pasal 3 ayat 2
Kewajiban latihan higiene Perusahaan, K3 bagi Tenaga Para medis perusahaan.
Pengujian hepatitis B dalam pemeriksaan kesehatan tenaga kerja.
Syarakat-syarat pemasangan dan pemeliharaan alat pemadaman api ringan.
Pasal 6 pasal 10
Pasal 11Pasal 12Pasal 13Pasal 14Pasal 15 Pasal 16Pasal 17
Pasal 24
21 Permenaker No. Per. 02/Men/1983 instalasi kebakaran otomatik.
22 Permenaker No. Per. 02/Men/1989 pengawasan instalasi penyalur petir.
23 Kepmen No. Kep. 186/Men/1999 unit penanggulangan kebakaran ditempat kerja.
Pasal 3Pasal 4Pasal 5
Pasal 7Pasal 8Pasal 9
Pasal 18 pasal 23
Pasal 2 pasal 1
Pasal 2 ayat 2
Pasal 2 ayat 2a
Pasal 2 ayat 2b
Pasal 2 ayat 2c
Pasal 2 ayat 2d
Pasal 2 ayat 2e
Pasal 2 ayat 2f
Pasal 2 ayat 3
Pasal 2 ayat 4
Pasal 2 ayat 4 a
Pasal 2 ayat 4b
Pasal 2 ayat 4c
Pasal 2 ayat 4d
Pasal 5 ayat 1
Pasal 5 ayat 2
Pasal 5 ayat 3
Pasal 5 ayat 4
Pasal 6 ayat 1
Pasal 6 ayat 2
Pasal 6 ayat 3
Pasal 6 ayat 3a
Pasal 6 pasal 3b
Pasal 10
24 Instruksi Menteri No. Ins. 11/M/BW/1997 Pengawasan khusus K3 penanggulangan kebakaran
25 SKBI 3462-1987 DPU
BEJANA TEKAN,ALAT ANGKAT-ANGKUT,PESAWAT UAP & PRODUKSI
26 Permenaker No. Per. 01/Men/1982 Bejana Tekan (compresor)
27 Permenaker No. Per. 04/Men/1985 Pesawat tenaga dan produksi
28 Permenaker No. Per. 05/Men/1985 Pesawat angkat dan angkut29 Permenaker No. Per. 01/Men/1989 Klasifikasi dan syarat-syarat operasi keran angkat Pasal 3
Pasal 6
UMUM
30 UU No. 13 Tahun 2003 Ketenaga kerjaanPasal 5
Pasal 11
Pasal 31
Panduan pemasangan instalas hidrant untuk pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung
Pasal 4 ayat 1
Pasal 4 ayat 2
Pasal 4 ayat 3
Pasal 12 ayat 1
Pasal 86 ayat 1
Pasal 86 pasal 2
31 Permenaker No. Per. 03/Men/1978
32 Permenaker No. Per. 02/Men/1982 Klasifikasi juru las
Pasal 8Pasal 13
Pasal 31
Pasal 33
33 Permenaker No. Per. 04/Men/1987 Panitya P2K3Pasal 2
Pasal 3Pasal 4Pasal 5Pasal 6
Pasal 12
34 Kepmenakertrans No. Kep 75/Men/2002
35 Permenaker No. Per. 05/Men/1996 SMK3Pasal 3
Pasal 4
Pasal 86 ayat 3
Pasal 87 ayat 1
Pasal 87 ayat 2
Pasal 104 ayat 1
Persyaratan penunjukkan dan wewenang serta kewajiban pegawai pengawasan K3 dan ahli K3.
Pasal 3 ayat 2
Pasal 5 ayat 1
Pasal 5 ayat 2
Pasal 3 ayat 1
Pasal 3 ayat 2
Pasal 4 ayat 1
Pasal 4 ayat 2
Pasal 29 ayat 1
Pasal 29 ayat 2
Pemberlakuan SNI nomor SNI-04-0225-200 mengenai PUIL 2000 ditempat kerja.
Pasal 2 ayat 1
Pasal 2 ayat 2
Pasal 4 ayat 1a
Pasal 4 ayat 1b
Pasal 4 ayat 1c
Pasal 4 ayat 1d
Pasal 5
Pasal 7
36 K3 pada Konstruksi bangunan
37 Permen Perburuhan no.7 thn 1964 Penerangan tempat kerja
38 Kepres No. 11 thn 1975 Keselamatan kerja terhadap radiasi
39 Menaker, transmigrasi dan koperasi no. S Nilai ambang batas iklim kerja dan kebisingan
Pasal 4 ayat 1e
Permenaker dan Transmigrasi No. Per-01/MEN/1980
Issued By : Approve By:
Title : Title :
Isi KetentuanDEPARTEMEN
HR-GAPRD SMK PDQA MTC WH
x x x
x
Gedung dan tangga harus kuat, lantai, dinding, atap harus bersih x x x x x x
Syarat-syarat dan ukuran tempat kerja.
x x x x x x
x
Syarat tempat makan / kantin, air untuk minum dan tenaga pelayanannya.x
tempat duduk harus cukup dan ergonomis. x x x x x x
Jarak antar bangunan tidak menghalangi masuknya cahaya matahari x x x
Syarat-syarat untuk masuknya cahaya matahari. x x x
Syarat penerangan tambahan. x x x
x x
x x x x x x
Syarat-syarat bangunan yg digunakan oleh tenaga kerja : x x x x x x
Semua bangunan dipelihara dan dijaga kebersihannya. x x x x x x
Semua bangunan memiliki ventilasi yang cukup. x x x x x x
Semua bangunan mendapat penerangan yang cukup. x x x x x x
Suhu yang nyaman dipertahankan dalam tempat kerja. x x x x x x
Tempat kerja/tempat duduk disusun secara ergonomis. x x x x x x
Kebutuhan air minim yang sehat tercukupi. x x x x x x
Perlengkapan untuk mencuci dan saniter yang cukup. x x x x x x
Tempat duduk yang cukup. x x x x x x
Fasilitas untuk mengganti, menyimpan pakaian (locker). x x x x x x
x x x x x x
Perlindungan tenaga kerja dari proses, bahan dan teknik yang berbahaya x x x x x x
Perlindungan dari kebisingan dan getaran-getaran yang berbeda. x x x x x x
sarana P3k dan pelatihannya. x x x x x x
x x x x x
x
x
x x x
x
Syarat-syarat bangunan perusahaan : menghindarkan dari bahaya kecelakaan kerja dan kebakaran,menghindarkan bahaya keracunan, penularan penyakit akibat kerja, memajukan kebersihan, mendapat penerangan yang khusus, mendapat suhu udara yang layak, menghindari ganguan debu, gas, uap dan bau yang tidak menyenangkan.
Halaman dan jalan harus bersih, saluran air harus cukup dan bersih/tertutup, tersedia tempat sampah.
Tersedia kakus yang cukup untuk 1-15 orang = 1 toilet untuk 16-30 orang = 2 toilet untuk 31-45 orang = 3 toilet untuk 46-60 orang = 4 toilet untuk 61-80 orang = 5 toilet untuk 81-100 orang = 6 toilet
Tersedia tempat untuk mandi, mencuci yang cukup pakaian kerja, tempat ganti pakaian, locker
Penyediaan penerangan darurat ditempat kerja yang digunakan waktu malam hari.digunakan waktu malam hari.
Syarat penerangan ditempat kerja : 5 lux (0,5 ft Candles) : Penerangan darurat 20 lux (2 ft Candles) : Penerangan untuk halaman dan jalan-jalan dalam lingkungan 50 lux (5 ft Candles) :Penerangan yang cukup untuk pekerjaan,-pekerjaan yang hanya membedakan barang kasar.100 lux (10 ft Candles) : Penerangan yang cukup untuk pekerjaan, Pekerjaan yang membedakan barang-barang kecil untuk sepintas lalu 200 lux (20 ft Candles) : Penerangan yang cukup untuk pekerjaan pekerjaan yang membedakan barang-barang yang kecil agak teliti-300 lux (30 ft Candles) : Penerangan yang cukup untuk Pekerja 500-1000 lux (50-100 ft Candles) : Penerangan yang cukup untuk pekerjaan,>1000 lux (100 ft Candles) :Penerangan yang cukup untuk pekerjaan membedakan
Bangunan yang tidak berjendela dimana sering di lakukan pekerjaan harus memenuhi standar hygiene.
Pengadaan tempat makan untuk karyawan 50-200 dan pengadaan kantin diperusahaan ( jumlah karyawan lebih dari 200 orang ).
Perusahaan harus mengetahui persyaratan dari perusahaan Catering harus mendapat rekomendasi dari Depnaker atau tidak.
Peningkatan pengawasan dan penertiban terhadap kantin dan toilet perusahaan
Pengawasan Kepala Kanwil Depnaker terhadap Pengelolaan makanan ditempat kerja pada perusahaan di wilayah kerjanya masing-masing.
Penyelenggaraan usaha kesehatan ditempat kerja ( pelayanan kesehatan, pencegahan kecelakaan kerja dan syarat kesehatan kerja
x x x
Melakukan pemeriksaan sebelum kerja.x x
Melakukan pemeriksaan kesehatan.x x x x x x
Pemeriksaan kesehatan berkala sekurang-kurang nya 1 tahun sekalix x x x x x
x x x x x x
Pedoman pemeriksaan kesehatan berkala.x
x
Melakukan Pemeriksaan kesehatan khusus. x
Membuat perencanaan pemeriksaan kesehatan.x
x
x
Pelaporan penyakit akibat kerja paling lama 2x24 jam setelah didiagnosax
x x x x x x
Kewajiban dan hak tenaga kerja dalam pencegahan penyakit akibat kerja x x x x x x
Tugas pokok pelayanan kesehatan. x
Melaksanakan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja ( pasal 2 ).x
Pembinaan dan pengawasan penyesuaian pekerjaan terhadap tenaga kerjax
Pembinaan dan pengawasan lingkungan kerja.x x x x x x
Pembinaan dan pengawasan perlengkapan saniter.x x x x x
Pembinaan dan pengawasan perlengkapan kesehatan tenaga kerjax
Pencegahan dan pengobatan penyakit umum dan penyakit akibat kerjax x x x x x
P3Kx x x x x x
Pendidikan kesehatan dan pelatihan-pelatihan P3K ( pasal 2 ).x x x x x x
x x x x x
Rehabilitasi akibat kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerjax
x x x
Memberikan laporan secara berkala tentang pelayanan kesehatanx
Hak tenaga kerja untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.x x x x x x
x
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dilakukan sendiri oleh pengurusx
x
x
Direktur mengesahkan cara penyelenggaraan pelayanan kesehatan.x
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dipimpin oleh dokter. x
x
x
Jaminan kecelakaan kerja bagi tenaga kerja yang menderita penyakit akibat kerja baik pada saat masih ada hubungan kerja maupun setelah hubungan kerja … ( perusahaan wajib mengetahui penyakit penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan)
Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja meliputi :pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani, rontgen paru-paru dan laboratorium rutin, serta pemeriksaan
Melapor kepada Dirjen bina lindung tenaga kerja bila dalam pemeriksaan berkala ditemukan penyakit akibat kerja.
Melaporkan hasil pemeriksaan kesehatan kepada Dirjen bina lindung tenaga kerja melalui Kanwil Ditjen bina lindung tenaga kerja
Melaporkan penyakit akibat kerja secara tertulis kepada kantor direktur jenderal pembinaan hubungan perburuhan dan perlindungan tenaga kerja
Melakukan tindakan preventif terhadap penyakit akibat kerja,menyediakan APD untuk mencegah penyakit akibat kerja.
Memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja,APD serta penyelenggaran makanan ditempat kerja
Pembinaan dan pengawasan pada tenaga kerja yg memiliki kelainan dalam kesehatannya.
Pengurus wajib memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan bekerjasama dengan dokter atau pelayanan kesehatan lainnya.
kerjasama dengan perusahaan lain dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan
Pengurus memberikan kebebasan profesional kepada dokter yang menjalankan pelayanan kesehatan.
Dokter dan tenaga kesehatan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan bebas
Pengurus wajib melaporkan pelaksanaan pelayanan kesehatan.x
Tata cara pelaporan.x
x
x
x x x x x x
x
Pelayanan kesehatan tenaga kerja. x
Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja.x x x x x x
x
pembinaan pengawasan terhadap lingkungan kerja.x x x x x x
Pembinaan dan pengawasan perlengkapan kesehatan sanitair.x x x x x x
Pembinaan dan pengawasan perlengkapan kesehatan kerja.x
Pencegahan dan pengobatan penyakit umum dan penyakit akibat kerjax x x x x x
P3Kx x x x x x
Pendidikan kesehatan dan pelatihan-pelatihan P3K ( pasal 2 ).x x x x x x
x x x x x
Rehabilitasi akibat kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerjax
x
Memberikan laporan secara berkala tentang pelayanan kesehatanx
x
x
x
x
Tata cara pelaporan kecelakaan. x
Pemeriksaan kecelakaan. x x x x x x
Penyelenggaraan jaminan sosial tenaga kerja.x
setiap tenaga kerja berhak terhadap jamsostek.x x x x x x
Jamsostek wajib dilaksanakan setiap perusahaan x
x
x
x
Penggolongan kebakaran dan jenis pemadam.x x x x x
APAR harus selalu diisi sesuai dengan jenis dan konstruksinya. x x x x x
Syarat pemasangan APAR. x x x x x
APAR cacat tidak boleh digunakan. x x x x x
Syarat pemasangan APAR.
Penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan bagi tenaga kerja dengan manfaat lebih baik dari paket jaminan pemeliharaan kesehatan dasar jaminan sosial tenaga kerja.
Pedoman diagnosis dan penilaian cacat karena kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Pemanfaatan pelayanan kesehatan bagi program jaminan sosial tenaga kerja, perusahaan yang mengikuti program jamsostek harus
Dalam hal perusahaan wajib mengikuti program pemeliharaan Jamsostek, maka pelayanan kesehatan kerja yang ada dimanfaatkan sebagai pelaksana pelayanan kesehatan Jaminan sosial tenaga kerja
Pembinaan dan pengawasan atau penyesuaian pekerjaan terhadap tenaga kerja
Memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja,APD serta penyelenggaran makanan ditempat kerja
Pembinaan dan pengawasan pada tenaga kerja yangg memiliki kelainan dalam kesehatannya.
Pembiayaan untuk pelaksanaan pelayanan kesehatan (pasal 5) menjadi tanggung jawab perusahaan.
Kewajiban melaporkan setiap kecelakaan dan penyakit akibat kerja,kebakaran, dan peledakan.
Kewajiban melaporkan kecelakaan berlaku bagi perusahaan yang telah dan yang belum mengikutsertakan tenaga kerja dalam program jamsostek.
Pelaporan kecelakaan kepada kepala kantor Depnaker dalam waktu tidak lebih dari 2x24 jam terhitung sejak terjadinya kecelakaan.
setiap perusahaan diwajibkan untuk mengirimkan setiap dokter perusahaannya untuk mendapatkan latihan dalam bidang hiperkes dan KK
Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga paramedis di wajbkan untuk mengirimkan setiap tenaga kerja tersebut untuk mendapatkan latihan dalam bidang hiperkes dan K3.
Melakukan pemeriksaan hepatitis B dalam pemeriksaan kesehatan perusahaan dianjurkan untuk tidak memakai pengujian serum HbsAg sebagai alat seleksi pada pemeriksaan awal maupun berkala.
Pemeriksaan APAR secara periodik. x
Pemeriksaan APAR secara periodik setiap 6 bulan. x
Pemeriksaan APAR secara periodik setiap 12 bulan. x
Petunjuk pemakaian APAR. x x x x x x
Percobaan APAR secara berkala setiap 5 tahun sekali ( uji tekanan). x x x x x x
Percobaan untuk APAR jenis CO2 ( uji tekan )Pencatatan pelaksanaan percobaan APAR ( uji tekan ).Pengisian APAR.
x
Pengurus bertanggung jawab dilaksanakannya peraturan ini.
Pengurus wajib mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran
Upaya mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran meliputi
Pengendalian setiap bentuk energi.
Penyedian sarana deteksi, alarm, pemadam kebakaran dan evakuasi.
Pengendalian penyebaran panas, asap dan gas.
Pembentukan unit kebakaran ditempat kerja.
Memiliki buku rencana penanggulangan kebakaran di tempat kerja.
Buku perencanaan penanggulangan kebakaran memuat antara lain :
Informasi sumber potensi bahaya kebakaran dan cara penanggulangannya
Jenis, cara pemeliharaan dan penggunaan sarana kebakaran ditempat kerja
Prosedur pelaksanaan pekerjaan berkaitan dengan pencegahan kebakaran
Prosedur dalam menghadapi keadaan darurat kebakaran.
Membentuk unit penanggulangan kebakaran.Klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran.Syarat unut penanggulangan kebakaran.Petugas peran kebakaran.
Regu penanggulangan kebakaran.
Koordinator unit penanggulangan kebakaran.
Ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran.
Koordinator unit penanggulangan kebakaran.
Syarat dan tugas petugas peran kebakaran.Syarat dan tugas regu penanggulangan kebakaran .Syarat dan tugas koordinator unit penanggulangan kebakaran.
Instansi alarm kebakaran otomatik adalah sistem atau rangkaian alarm kebakaran yang menggunakan detektor panas, detektor asap,detektor nyala api dan titik panggil secara manual serta perlengkapan lainnya yang dipasang pada sistem alarm kebakaran.
Syarat pemasangan instalasi penangkal petir, pemeriksaan dan pengujiannya.
Penyelenggaraan latihan dan gladi penanggulangan kebakaran secara berkala
Upaya mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran seperti pada pasal 2 ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku.
Petugas peran kebakaran sekurang-kurangnya 2 orang untuk setiap jumlah 25 orang tenaga kerja.
Regu penanggulangan kebakaran dan ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran ditetapkan untuk tempat kerja tingkat resiko bahaya kebakaran ringan dan sedang atau setiap tempat kerja tingkat resiko bahaya kebakaran sedang II, sedang III, berat.
Tempat kerja dengan resiko bahaya kebakaran ringan dan sedangkan sekurang-kurangnya 1 orang setiap jumlah tenaga kerja 100 orang.
Tempat kerja tingkat resiko bahaya kebakaran sedang II dan sedang III dan berat , sekurang-kurangnya 1 orang untuk setiap unit kerja.
syarat, tugas dan wewenang ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran
Kwalifikasi operator terdiri dari 3 : operator kelas I, II, dan III.
Tindakan pencegahan agar tidak terjadi kebakaran dengan cara mengeliminir atau mengendalikan berbagai bentuk perwujudan energi yang digunakan hendaknya diprioritaskan pada masalah yang menonjol dalam statistik penyebab kebakaran.
Tindakan dalam rangka upaya mengurangi tingkat keparahan resiko kerugian yang terjadi maupun jatuhnya korban jiwa, dengan cara melokalisasi/kompetementasi agar api asap dan gas tidak mudah meluas kebagian yang lain.
Penyediaan alat atau instansi proteksi kebakaran seperti sistem deteksi atau alarm kebakaran dan alat pemadam api ringan, hydrant sprinkler atau instalasi khusus yang handal dan mandiri melalui sprinkler atau instalasi khusus yang handal dan mandiri melalui standart
Tersedianya jalan keluar untuk menyelamatkan diri yang aman, lancar dan memadai sesuai jumlah orang dan bentuk konstruksi bangunan.Terbentuknya organisasi tanggap darurat untuk menanggulangi bila terjadi bahaya kebakaran.
Tata cara pemasangan instalasi hidrant untuk kebakaran dirumah dan gedung
Bejana tekananadalah bejana selain pesawat uap didalamnya terdapat tekanan yang melebihi dari tekanan luar dan dipakai untuk menampung gas/campuran gas termasuk udara, baik ditempa menjadi cair dalam keadaan larut atau beku.
Peraturan ini berlaku untuk perencanaan, pembuatan, pengangkutan ,peredaran, perdagangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bejana tekanan.
Untuk bejana-bejana harus sertifikasi asli dari bahan konstruksi dari bahan yang tidak memihak dan diakui.
Bejana-bejana tekanan harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam dasar-dasar perhitungan kekuatan konstruksi bejana tekanan yang ditetapkan.
Pesawat tenaga dan produksi harus diperiksa dan diuji sebelum dipakai, setelah itu dilakukan pengujian 5 tahun sekali, pemeriksaan berkala 1 tahun sekali oleh pegawai pwngawasan atau ahli K3 ( pasal 135)
Pesawat angkat dan angkut harus diperiksa dan diuji sebelum dipakai setelah 2 tahun dilakukan pemeriksaan dan pengujian berkala 1 tahun sekali oleh pegawai pengawas atau ahli K3 ( pasal 138 ).
Syarat operator kelas I : minimal SLTA, pengalaman dan keran angkat minimal 5 tahun untuk kapasitas 50 ton, berkelakuan baik dari polisi,berbadan sehat dari dokter, umur minimal 23 tahun, lulus paket A1,A2 + A3, lulus ujian dari depnaker.
Syarat operator kelas II : minimal SLTP, pengalaman dalam keran angkat minimal 3 tahun untuk kapasitas 25-50 ton, berkelakuan baik dari polisi, berbadan sehat dari dokter, umur minimal 21 tahun, lulus paket A1 + A2, lulus ujian dari depnaker.
Syarat operator kelas III : minimal SLTP, pengalaman dalam keranangkat minimal 3 tahun untuk kapasitas 25 ton, berkelakuan baik dari polisi, berbadan sehat dari dokter, umur minimal 20 tahun, luluspaket A1 , lulus ujian dari depnaker.
Sertifikat operator diterbitkan oleh Menteri atau pejabat yang bersangkutan dinyatakan lulus.
Tiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan.
setiap tenaga kerja berhak untuk memperoleh dan atau meningkatkan dan atau mengembangkan kompetensi kerja sesuai dengan bakat,minat, dan kemampuannya.
Pengusaha bertanggung jawab atas peningkatan dan atau pengembangan kompetensi pekerjanya melalui pelatihan kerja.
Setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk memiliki, mendapatkan, atau pindah pekerjaan dan memperoleh penghasilan yang layakdi dalam dan luar negeri.
Setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas :a. keselamatan dan kesehatan kerja.b. moral dan kesusilaan.c. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai agama
Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktifitas kerja
Ketentuan penerapan SMK3 diatur dengan undang-undang.
Setiap pekerja berhak membantu serikat buruh.
Juru las dianggap terampil bila memiliki sertifikat juru las.
Juru las dianggap tidak terampil bila 6 bulan terus menerus tidak bekerja
Syarat-syarat juru las : berbadan sehat sesuai surat keterangan dokter
Direktur dapat merubah syarat-syarat diatas.
Ujian las dibagi 2 : ujian tulis dan praktek.
Bagi juru las yang lulus ujian diberikan sertifikat dan buku kerja las.
Sertifikat dikeluarkan oleh direktur.
Setiap 3 bulan sekali pengurus atau juru las menunjukkan buku kerja las
Susunan P2K3Tugas dan fungsi P2K3.Perusahaan wajib mengangkat ahli K3 ( bersertifikat dari depnaker ).Permohon penunjukkan ahli K3.
kewajiban mentaati SNI No. 04-0225-2000 mengenai PUIL 2000.
Kewajiban penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
Kewajiban perusahaan dalam penerapan SMK3.Menetapkan kebijakan K3.
Merencanakan pemenuhan kebijakan K3.
Menerapkan kebijakan K3.
Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) dilaksanakan sesuai ketentuan
Setiap perusahaan wajib menempatkan SMK3 yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.
Persyaratan untuk ditunjuk sebagai ahli K3 :a. mempunyai keahlian khusus.b. Telah mengikuti pendidikan oleh depnaker transkop.c. mengetahui ketentuan-ketentuan peraturan perundangan
Wewenang ahli K3 :a. memasuki tempat-tempat tertentu sesuai surat pengangkatannya dan tempat kerja lain b. Meminta keterangan baik tertulis maupun lisan kepada pengusaha,pengurus c. Memerintahkan agar pengusaha, pengurus dan tenaga kerja melaksanakan d. Mengawasi langsung terhadap ditaatinya UU K3 dan peraturan pelaksanaannya e. memerintahkan kepada pengusaha dan pengurus untuk merubah atau e. memerintahkan kepada pengusaha dan pengurus untuk merubah atau f. Melarang penggunaan pesawat-pesawat maupun proses yang membahayakan
Kewajiban ahli K3 :a. mengadakan pemeriksaan tempat kerja. b. Menelah dan memeriksa kelengkapan syarat K3 ditempat kerja. c. Memberikan laporan terhadap segala kegiatan yang diwajibkan kepada direktur. d. Memberikan petunjuk dan penerangan kepada pengusaha, pengurus, dan tenaga kerja e. Merahasiakan segala rahasia perusahaan sesuai dengan jabatan tugasnya
Syarat lulus ujian adalah dari : sifat tampak, radiografis, makroskopis, dan sifat
Pelanggaran peraturan menteri ini apabila tidak ditaati dapat dikenakan sanksi
Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja lebih dari 100 orang wajib membentuk P2K3
P2K3 harus melaporkan kegiatannya sekurang-kurangnya 3 bulan sekali kepada instansi terkait
Perencanaan, pemasangan, penggunaan, pemeriksaan dan pengujian instalasi listrik ditempat kerja harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam SNI. 04-0225-2000 mengenai persyaratan umum instalasi listrik 200 ( PUIL 2000 ) ditempat kerja.
Mengukur, memantau, dan mengevaluasi kinerja K3 serta melakukan tindakan kebaikan
Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan SMK3.
Perusahaan wajib melakukan surveillance 1 kali dalam 3 tahun.
Kententuan kerja dgn zat-zat radio aktif, pengurusan sampah radio aktif
Untuk pembuktian penerapan SMK3 harus dilakukan oleh badan audit sertifikasi yang telah ditunjuk oleh depnaker.
Tempat kerja harus memiliki ventilasi yang cukup memiliki jalan keluar masuk yang aman
Harus dipasang perancah yg kuat dan rapat yg dapat menahan dgn aman tenaga kerja, peralatan dan bahan yg digunakan.
Lantai perancah harus dipasang pagar pengaman, apabila tingginya lebih dari 2 meter
Persyatan keamanan dan keselamatan untuk semua peralatan yang dipergunakan spt alat-alat angkat, tambang, mesin dan tangga.
Syarat penerangan sesuai jenis pekerjaan :'1- Penerangan darat minimal 5 lux 2'- Penerangan halaman jalan minimal 20 lux 3- Pekerjaan kasar sampai 500 lux/m persegi 4'- Pekerjaan sedang 500 sampai 1000 lux 5 - Pekerjaan halus 1000 sampai 1500 lux 6- Ruang kantor 300 sampai 600 lux 7- Ruang kantor besar 600 sampai 1500 lux
Mengatur ketentuan umum, nilai batas, petugas dan ahli proteksi radiasi - Ruang kantor besar 600 sampai 1500 lux
NAB terendah untuk tempat kerja 21 C ,NAB untuk kebisingan di tempat kerja 85 dB
PERATURAN PERUNDANGANTENTANG LINGKUNGAN HIDUP
DANKESESUAIANNYA DENGAN KONDISI USAHA
No No Peraturan JudulPasal ayat
Mengenai minimum requirement dari legal (FIRE SYSTEM)
1 Permenaker No. Per. 04/Men/1980 Pasal 1
Pasal 2Pasal 3Pasal 4
Pasal 5Pasal 8
Pasal 9
Pasal 10Pasal 11
Pasal 12
Pasal 12 butir H
Pasal 13Pasal 14Pasal 15 Pasal 16Pasal 17
Pasal 24
2 Permenaker No. Per. 02/Men/1983 instalasi kebakaran otomatik.
Pasal 34
Pasal 35
Pasal 36
Pasal 57
Pasal 58
Pasal 59
Syarakat-syarat pemasangan dan pemeliharaan alat pemadaman api ringan.
Pasal 18 pasal 23
Pasal 60
Pasal 61 ayat 1
Pasal 61 ayat 2
Pasal 64
Pasal 67Pasal 69
3 Pasal 1
Pasal 2
4 1
Butir 2 2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
Butir 3
5 Pasal 2
Keputusan Menteri Perindustrian No. 12/M/SK/1/78
Pencegahan Dan Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Sebagai Akibat Dari Usaha Industri
SNI 19-7055-2004 Kurikulum pelatihan hiperkes dan keselamatan kerja bagi pengurus dan anggota Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3 perusahaan
Keputusan Menteri Perindustrian No. 12/M/SK/1/78
Pencegahan Dan Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Sebagai Akibat Dari UsahaIndustri
Pasal 3
Pasal 4 ayat 1
Pasal 4 ayat 2
Pasal 4 ayat 3
Pasal 5 ayat 1
pasal 5 ayat 2
Pasal 5 ayat 3
6 Pasal 1 ayat 1
pasal 4
7 Pengukuran kadar debu total di udara tempat kerja
KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 790/MPP/Kep/12/2002
PERUBAHAN KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN NOMOR 110/MPP/Kep/1/1998 TENTANG LARANGAN MEMPRODUKSI DAN MEMPERDAGANGKAN BAHAN PERUSAK LAPISAN OZON SERTA MEMPRODUKSI DAN MEMPERDAGANGKAN BARANG BARU YANG MENGGUNAKAN BAHAN PERUSAK LAPISAN OZON (OZONE DEPLETING SUBSTANCES) SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN NOMOR 410/MPP/Kep/9/1998 MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN
Standar Nasional Indonesia SNI 16-7058-2004 ICS 17.060 Badan Standardisasi Nasional
8
9 Proteksi bangunan terhadap petir
Standar Nasional Indonesia SNI 19-7055-2004 ICS 03.100.30 Badan Standardisasi Nasional
Kurikulum pelatihan hiperkes dan keselamatan kerja bagi pengurus dan anggota Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) perusahaan
Standar Nasional Indonesia SNI 03-7014.1-2004
10 Nilai Ambang Batas (NAB) zat kimia di udara tempat kerja
11 Pengukuran intensitas penerangan di tempat kerja
Standar Nasional Indonesia SNI 19-0232-2005 ICS 13.040.30 Badan Standardisasi Nasional
Standar Nasional Indonesia SNI 16-7062-2004 ICS 17.180.20 Badan Standardisasi Nasional
Pasal 1 ayat 1
Pasal 1 ayat 2
Pasal 1 ayat 3
Pasal 1 ayat 4
Pasal 1 ayat 5
Pasal 1 ayat 6
Pasal 1 ayat 7
pasal 1 ayat 8
Keputusan Menteri Perindustrian No. 25O Tahun 1994
Pedoman Teknis Penyusunan Pengendalian Dampak Terhadap Lingkungan Hidup Pada Sektor Industri
Pasal 3
Pasal 5 ayat 1
Pasal 5 ayat 3
pasal 6 ayat 1
Pasal 6 ayat 2
Pasal 7
Pasal 9 ayat 1
Pasal 9 ayat 2
Pasal 9 ayat 3
Pasal 9 ayat 4
Pasal 10 ayat 1
Pasal 10 ayat 2
Pasal 10 ayat 3
Pasal 11
Pasal 12
Pasal 13 ayat 1
Pasal 13 ayat 2
Pasal 13 ayat 3
Pasal 14 ayat 1
Pasal 14 ayat 2
Pasal 14 ayat 3
Pasal 14 ayat 4
Pasal 14 ayat 5
Pasal 14 ayat 6
Pasal 17
Pasal 18
Pasal 19 ayat 1
Pasal 19 ayat 2
Pasal 22
Issued By : Approve By:
Title : Title :
Isi KetentuanDEPARTEMEN
Penggolongan kebakaran dan jenis pemadam.APAR harus selalu diisi sesuai dengan jenis dan konstruksinya.
APAR cacat tidak boleh digunakan.
APAR ditempatkan dialam terbuka harus dilindungi dengan tutup pengaman
Pemeriksaan APAR secara periodik setiap 12 bulan. (lihat pasal 13 aturan ini)Petunjuk pemakaian APAR.Percobaan APAR secara berkala setiap 5 tahun sekali ( uji tekanan).Percobaan untuk APAR jenis CO2 ( uji tekan )Pencatatan pelaksanaan percobaan APAR ( uji tekan ).Pengisian APAR.
Pengurus bertanggung jawab dilaksanakannya peraturan ini.
(1) Alat Pemadam Api Ringan : alat yang ringan serta mudah dilayani oleh satu orang untuk memadamkan api pada mula terjadi kebakaran
Syarat pemasangan APAR.: (1) Setiap satu/kelompok APAR harus ditempatkan pada posisi yang mudah dilihat dengan jelas,mudah dicapai dan diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda pemasangan, (2)Pemberian tanda sesuai dengan lampiran, (3) Tinggi pemberian tanda 125 cm dari dasar lantai tepat diatas APAR, (4) Pemasangan APAR harus sesuai dengan jenis dan penggolongan kebakaran ,(5)Penempatan APAR satu dengan yang lainnya tidak boleh melebihi 15 meter, kecuali ditetapkan lain oleh Pegawai pengawas/ahli keselamayan kerja, (6) Semua tabung APAR sebaiknya berwarna merah.
Pemasangan APAR harus sedemikian rupa sehingga bagian paling puncak berada pada ketinggian 1,2 m dari lantai kecualijenis Co2 dan tepung keringdapat ditempatkan lebih rendah,jarak antara dasar APAR tidak kurang 15 cm dari permukaan lantai
APAR tidak boleh dipasangdalam ruang/tempat yangsuhunya melebihi 49'C atau turun sampai 44'C, kecuali dibuat khusus diluar suhu tersebut
Pemeriksaan APAR secara periodik.dilakuakan 2 x dalam setahun,dalam jangka 6 blndan 12 bulan
Pemeriksaan APAR secara periodik setiap 6 bulan.meliputi (lihat pasal 12 aturan ini)
APAR CO2 harus diperiksa dengan cara menimbang. Jika beratnya berkurang 10 % maka APAR harus diisi kembali.
Instansi alarm kebakaran otomatik adalah sistem atau rangkaian alarm kebakaran yang menggunakan detektor panas, detektor asap,detektor nyala api dan titik panggil secara manual serta perlengkapan lainnya yang dipasang pada sistem alarm kebakaran.
(1) Setiap kelompok alarm harus melindungi maximum 1000 m2 luas lantai dengan ketentuan jumlah detektor dan jarak penempatannya tidak boleh lebih yang telah ditetapkan pada pasal 6 s/d 65/pasal 72 dan 78 dengan mengingat jenis detektornya
Menyimpang dari pasal 34 batas luas lantai untuk satu kelompok alarm kebakaran dapat diperluas dengan syarat: a)Dalam bangunan yang tidak bertingkat dan tidak terbagi2 satu kelompokalarm dapat melindungi area maksimum2000m2 luas lantai, b) Ruang tersembunyi dengan luas tidak lebih dari 500m2 detektor dapat dihubungkan dengan kelompok alarm yang dibawahnya jika luas yang dilindungi tidak lebih 1000m2, c)lantai panggung dapat digabungkan dengan alarm kebakaran lantai dibawahnya tidal lebih dari 1000m2
Sumber Tenaga Listrik untuk sistem alarm kebakaran harus dengan tegangan tidak kurang dari 6 voltInstalasi alrm kebakaran otomatik harus dilakukan pemeliharaan,pengujian berkala secara mingguan,bulanan dan tahunan
Pemeliharaan dan pengujian mingguan an: Membunyikan alarm secara simulasi,memeriksa kerja lonceng,memeriksa tegangan dan keadaan baterai dan menctatat seluruh sistem alarm dan mencatan hasilpemeliharaan serta pengujian buku catatan
Pemeriksanaan dan pengujian bulanan an: menciptakan kebakaran simulasi,memeriksa lampu indikator,fasilitas penyediaan sumber tenaga darurat,panel indikator dan mencatat hasil pemeliharaan dan pengujian dalam buku catatan
Syarat pemasangan Detektor Asap
Pemeliharaan dan pengujian tahunan an: memeriksa tegangan instalasi,kondisi keberhasilan semua detektor dan menguji sekurang-kurangnya 20% detektor dari setiap kelompok instalasi sehingga selambat-lambatnya 5 tahun semua sudah teruji
Letak dan jarak detektor sistem deteksi panas anatara 2 detektor yang terbaik adalah: 1)setiap 46m2 dengan tinggi langit2 dalam keadaan rata tidak lebih 3m dipasang sekurang-kurangnya 1 detektor, 2) antara detektor tidal lebih 7m seluruh ruangan bisa tidak lebih dari 10m dalam koridor, 3)jarak detektor paas dengan tembok atau didndingpaling jauh 3m pd ruangan biasa6 m da;lam koridor dan paling dekat 30 cm
Detektor panas dipasang ketinggian yang berbeda sekurang-2 nya 1 detektor unutk 92m2 luas lantai dg syarat: a)disususn dalam jarak tidak boleh 3 m dr dinding, B) setiap sisi dinding memiliki 1 detektor 3)setiap detektor berjrak 7 m
Pemasangan detektor harus diatur sedemikian rupa sehingga elemennya yang peka panas tidak bolehberada posisi kurang dari 15m / > dari 100mm dibawah permukaan langit-langit jiak terdapat kerangka penguat bangunan detektor dapat dipasang asalkan dipasang dg kedalaman 25 cm
Detektor asap harus dapat bekerja baik dan kepekaannya tidak terpengaruh oleh variasi tegangan yang bergerak dalam btas kurang/lebih 10% Dari tegangan nominalnya
Dalam melaksanakan kegiatan industri pengusaha diwajibkan untukmencegah dan menanggulangi terjadinya gangguan dan/atau pencemaranterhadap tata lingkungan hidup.
Yang dimaksud dalam Surat Keputusan Menteri Perindustrian ini dengan:a. Tata lingkungan hidup ialah hubungan kehidupan denganlingkungannya;b. Gangguan terhadap tata lingkungan hidup ialah gangguan terhadaphubungan kehidupan dengan lingkungannya yang menimbulkanketidakseimbangan;c. Pencemaran ialah keadaan yang terjadi karena masuknya zat-zat kedalam tanah, air dan udara, sehingga mengganggu susunan tanah, airdan udara yang mengakibatkan kerusakan kehidupan;d. Pengusaha ialah perorangan atau Badan Hukum yang melaksanakankegiatan industri;e. Direktur Jenderal ialah Direktur Jenderal dalam lingkunganDepartemen Perindustrian yang membina industri dimaksud;f. Bahan/zat berbahaya adalah bahan/zat yang karena sifat-sifat fisisdan kimianya dapat membahayakan manusia maupun lingkungan,seperti bahan/zat yang beracun, bahan/ zat yang mudah meledakataupun terbakar, bahan/zat radioaktif dan sebagainya.
1 Ruang lingkup Standar ini memuat kurikulum pelatihan hiperkes dan keselamatan kerja bagi pengurus dan anggota Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) perusahaan.
2 Istilah dan definisi 2.1kurikulum serangkaian mata ajar dan pengalaman belajar yang mempunyai tujuan tertentu, yang diajarkan dengan cara tertentu dan kemudian dilakukan evaluasi
kurikulum pelatihan hiperkes dan keselamatan kerja bagi pengurus dan anggota P2K3 perusahaan serangkaian mata ajar dan pengalaman belajar minimal yang ditetapkan untuk diajarkan dan dievaluasi Dengan tujuan untuk memenuhi persyaratan mengikuti uji sertifikasi kompetensi pengurus dan anggota P2K3 perusahaan di bidang hiperkes dan keselamatan kerja
kompetensi kemampuan atau kualifikasi yang harus dicapai pada suatu bidang keahlian yang meliputi SArana kognitif, psikomotor dan afektif/sikap
Panitia Pembina Keselamatan dan kesehatan Kerja (P2K3) badan pembantu di tempat kerja yang merupakan wadah kerjasama antara pengusaha dan pekerja untuk mengembangkan kerjasama saling pengertian dan partisipasi efektif dalam penerapan kesehatan dan keselamatan kerja
evaluasi penilaian dengan menggunakan alat ukur untuk mengetahui pencapaian hasil belajar peserta
Persyaratan Beberapa ketentuan yang harus dipenuhi dalam mengikuti pelatihan hiperkes dan keselamatan kerja bagi pengurus dan anggota P2K3 perusahaan sesuai Tabel 1.
Setiap perusahaan industri, perusahaan Kawasan Industri dan perusahaan Kawasan Berikat diwajibkan untuk melakukan pengendalian dampak akibat kegiatan usaha industrinya terhadap lingkungan hidup.
Kegiatan usaha industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dibagi dalam 3 (tiga) klasifikasi :1. Kegiatan usaha lndustri yang mempunyai potensi dampak penting terhadap lingkungan hidup 2. Kegiatan usaha industri yang tidak mempunyai dampak penting dan atau secara teknologi dapat dikelola dampak pentingnya.3. Kegiatan usaha industri yang mempunyai dampak terhadaplingkungan hidup diluar klarifikasi sebagaimana dimaksud pada butir 1 dan 2.
Bagi kegiatan usaha industri yang mempunyai potensi dampak penting terhadap lingkungun hidup wajib disusun AMDAL.Jenis kegiatan Usaha industri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup yang dituangkan dalam Surat Keputusan Menteri sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Surat Keputusan ini.
Apabila dalam pelaksanaan terdapat keraguan atas jenis kegiatan usaha industri dan tidak terdapat dalam Keputusan Negara Lingkungan Hidup sebgaimana dimaksud ayat (2), yang diperkirakan berpotensi dampak penting Menteri berkonsultasi dengan Menteri Negara Lingkungan Hidup mengenai penetapan wajib AMDAL bagi kegiatan industri yang bersangkutan.
Bagi kegiatan Usaha industri yang tidak mempunyai dampak penting dan atau secara teknologi dapat dikelola dampak pentingnya terhadap lingkungan hidup wajib disusun UKL dan UPL
Jenis kegiatan usaha industri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah tercantum pada Lampiran II Surat Keputusan ini
Penyusunan UKL dan UPL sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak termasuk bagian dari AMDAL dan tidak dievaluasi oleh Komisi AMDAL.
Mengubah Pasal 2 dan Pasal 4 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 110/MPP/Kep/1/1998 sehingga berbunyi sebagai berikut :"Pasal 2 (1) Bahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1, dilarang untuk diproduksi. (2) Barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 yang menggunakan bahan perusak lapisan ozondilarang untuk diproduksi kecuali barang yang menggunakan chlorofluorocarbon (CFC) yaitu CFC-11(HS 2903.41.000), CFC-12 (HS 2903.42.000), CFC- 13 (HS 2903.43.000), CFC-114 (HS 2903.44.000), dan CFC-115 (HS 2903.44.000), sebagai bahan dalam industri metered dose inhalasi dan industri kecil menengah foam, aerosol, dan solven. (3) Ketentuan sebagaimana tercantum dalam ayat (2) berlaku mulai tanggal ditetapkan Keputusan ini."
Terhadap bahan dan barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 dan angka 2 yang masih ada setelah ditetapkan keputusannya ini hanya boleh diperdagangkan dan dipergunakan sampai dengan 31 Desember 2007." 2. Ketentuan lainnya yang tercantum dalam Keputusan Menteri Perindustrian dan perdagangan Nomor 410/MPP/Kep/9/1998 dinyatakan tetap berlaku
2.1 Debu :partikel padat yang terbentuk karena adanya kekuatan alami atau mekanik seperti penghalusan (grinding), penghancuran (crushing), peledakan (blasting), pengayakan (shaking) dan atau pengeboran drilling)
zona pernapasan:area setengah lingkaran dari lubang hidung tenaga kerja dengan diameter 0,6 m di sekitar kepala dan bahu
3.4.1 Persiapan:a) Filter yang diperlukan disimpan di dalam desikator selama 24 jam agar mendapatkan kondisi stabil.b) Filter kosong pada 3.4.1 a) ditimbang sampai diperoleh berat konstan, minimal tiga kali penimbangan, sehingga diketahui berat filter sebelum pengambilan contoh, catat berat filter blanko dan filter contoh masing-masing dengan berat B1 (mg) dan W1 (mg). Masing masing filter tersebut ditaruh di dalam holder setelah diberi nomor (kode).c) Filter contoh dimasukkan ke dalam low volume dust sampler holder dengan menggunakan pinset dan tutup bagian atas holder. d) Pompa pengisap udara dikalibrasi dengan kecepatan laju aliran udara 10 l/menit dengan menggunakan flowmeter (flowmeter harus dikalibrasi oleh laboratorium kalibrasi yang terakreditasi).
3.4.2 Pengambilan contoh: a) LVS pada point 3.4.1 c) di atas dihubungkan dengan pompa pengisap udara dengan menggunakan selang silikon atau teflon.b) LVS diletakkan pada titik pengukuran (di dekat tenaga kerja terpapar debu) dengan menggunakan tripod kira-kira setinggi zona pernafasan tenaga kerja (seperti Gambar C.1). c) Pompa pengisap udara dihidupkan dan lakukan pengambilan contoh dengan kecepatan laju aliran udara (flowrate) 10 l/menit. d) Lama pengambilan contoh dapat dilakukan selama beberapa menit hingga satu jam (tergantung pada kebutuhan, tujuan dan kondisi di lokasi pengukuran).e) Pengambilan contoh dilakukan minimal 3 kali dalam 8 jam kerja yaitu pada awal, pertengahan dan akhir shift kerja. f) Setelah selesai pengambilan contoh, debu pada bagian luar holder dibersihkan untuk menghindari kontaminasi.g) Filter dipindahkan dengan menggunakan pinset ke kaset filter dan dimasukkan ke dalam desikator selama 24 jam.
Kurikulum pelatihan hiperkes dan keselamatan kerja bagi pengurus dan anggota P2K
Subpokok bahasan materi kurikulum pelatihan hiperkes dan keselamatan kerja bagi pengurus dan anggota P2K3 perusahaan
Standar pelatihan ini digunakan sebagai pedoman pelatihan yang memenuhi persyaratan kompetensi bagi pengurus dan anggota Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) perusahaan.Standar ini disusun oleh Subpanitia Teknis Kesehatan dan Keselamatan Kerja pada Panitia Teknis 94S, Keselamatan dan Kesehatan Kerja.Standar ini telah dikonsensuskan di Jakarta pada tanggal 3 Nopember 2003, yang dihadiri oleh wakil-wakil dari pemerintah, pengusaha, asosiasi profesi, perguruan tinggi dan serikat pekerja.
kompetensi:kemampuan atau kualifikasi yang harus dicapai pada suatu bidang keahlian yang meliputi rana kognitif, psikomotor dan afektif/sikap
Panitia Pembina Keselamatan dan kesehatan Kerja (P2K3):badan pembantu di tempat kerja yang merupakan wadah kerjasama antara pengusaha dan pekerja untuk mengembangkan kerjasama saling pengertian dan partisipasi efektif dalam penerapan kesehatan dan keselamatan kerja
1.1.1 Ruang lingkup:Standar ini dapat diterapkan pada perancangan dan pemasangan SPP untuk bangunan biasa dengan tinggi sampai dengan 60 meter.Hal berikut tidak termasuk ruang lingkup standar ini: a) sistem perkeretaapian;b) sistem transmisi, distribusi dan pembangkitan tenaga listrik di luar bangunan;c) sistem telekomunikasi di luar bangunan; d) instalasi kendaraan, kapal laut, pesawat udara, lepas pantai. CATATAN Untuk sistem a) sampai dengan d) biasanya diatur dengan peraturan khusus yang dibuat oleh berbagai instansi terkait.
sistem proteksi petir (SPP) :sistem lengkap yang digunakan untuk memproteksi ruang terhadap efek petir. SPP terdiri dari SPP eksternal dan internal 2 dari 21SNI 03-7014.1-2004 CATATAN Dalam hal khusus, PP dapat terdiri dari hanya SPP eksternal atau SPP internal saja.
Probabilitas sambaran petir yang menembus ruang terproteksi sangat berkurang dengan adanya sistem terminasi udara yang dirancang dengan benar. Sistem terminasi udara dapat terdiri dari setiap kombinasi unsur berikut: 1) batang; 2) rentangan kawat; 3) jaring konduktor.
Pemasangan elektrode bumi:Elektrode bumi cincin eksternal sebaiknya ditanam pada kedalaman paling sedikit 0,5 m tetapi tidak kurang dari 1 m terhadap dinding. Elektrode bumi harus dipasang di luar ruang terproteksi dengan kedalaman sekurang-kurangnya 0,5 m dan didistribusikan serata mungkin untuk mengurangi efek kopling listrik dalam bumi.Elektrode bumi tertanam harus dipasang sedemikian sehingga dapat di inspeksi selama konstruksi. Kedalaman dan jenis elektrode bumi yang ditanam harus sedemikian sehingga mengurangi efek korosi, pengeringan dan pembekuan tanah dan dengan demikian membuat resistans bumi yang setara menjadi stabil. Direkomendasikan bahwa 1 meter pertama dari elektrode bumi tegak dianggap tidak efektif dalam kondisi beku. Untuk daerah cadas padat hanya direkomendasikan susunan pembumian jenis B.
Elektrode bumi alami :Bangunan beton yang terbuat dari baja tulangan beton saling hubung atau bangunan logam bawah tanah yang sesuai, yang karakteristiknya memenuhi persyaratan 2.5 dapat digunakan sebagai elektrode bumi. Jika tulangan logam beton digunakan sebagai elektrode bumi, Kesalinghubungannya harus diperhatikan secara khusus untuk mencegah pecah mekanis dari beton. CATATAN Pada beton pratekan, sebaiknya dipertimbangkan akibat dari lewatnya arus luahan petir yang dapat menimbulkan stres mekanis yang tidak dapat diterima
Penyamaan potensial adalah tindakan yang sangat penting untuk mengurangi bahaya kebakaran dan ledakan serta bahaya kehidupan pada ruang terproteksi. Penyamaan potensial dicapai dengan sarana konduktor IPP atau supresor surja yang menghubungkan SPP, rangka logam bangunan, instalasi logam, BKE dan instalasi listrik serta telekomunikasi di dalam ruang terproteksi. Jika dipasang SPP, rangka logam di luar ruang terproteksi dapat terpengaruh. Hal ini sebaiknya dipertimbangkan ketika merancang sistem tersebut. IPP untuk rangka logam eksternal mungkin juga diperlukan.Jika SPP eksternal tidak dipasang tetapi diperlukan proteksi terhadap efek petir pada saluran masuk pelayanan, maka harus disediakan IPP.
Luxmeter dikalibrasi oleh laboratorium kalibrasi yang terakreditasi.
Standar Nasional Indonesia Nilai Ambang Batas (NAB) zat kimia di udara tempat kerja ini dirumuskan untuk merevisi SNI 19-0232-1987, tentang Nilai Ambang Batas bahan kimia di udara tempat kerja, agar diperolehnya keseragaman dan rujukan secara nasional mengenai nilai ambang batas zat kimia di udara tempat kerja yang disesuaikan dengan perkembangannya. Standar ini mengacu pada Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Nomor: SE-01/MEN/1997 tentang Nilai Ambang Batas faktor kimia di udara lingkungan kerja, hasil-hasil penelitian yang dilakuan oleh Pusat Pengembangan Keselamatan Kerja dan Hiperkes, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, serta hasil kajian dari beberapa literatur.Standar ini disusun oleh Subpanitia Teknis Kesehatan dan Keselamatan Kerja pada Panitia Teknis 94S, Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Standar ini telah dikonsensuskan di Jakarta pada tanggal 6 Nopember 2003, yang dihadiri oleh pengusaha, serikat pekerja, instansi pemerintah, organisasi profesi dan perguruan tinggi.
Standar ini memuat tentang Nilai Ambang Batas rata-rata tertimbang waktu (time weightedaverage) zat kimia di udara tempat kerja, di mana terdapat tenaga kerja yang dapat terpapar zat kimia sehari-hari selama tidak lebih dari 8 jam per hari atau 40 jam per minggu, serta cara untuk menentukan Nilai Ambang Batas campuran untuk udara tempat kerja yang mengandung lebih dari satu macam zat kimia.
Nilai Ambang Batas (NAB):standar faktor bahaya di tempat kerja sebagai pedoman pengendalian agar tenaga kerja masih dapat menghadapinya tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatandalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak lebih dari 8 jam sehari atau 40 jam seminggu
Nilai Ambang Batas kadar tertinggi yang diperkenankan (ktd) kadar zat kimia di udara tempat kerja yang tidak boleh dilampaui meskipun dalam waktu sekejap
Nilai Ambang Batas paparan singkat yang diperkenankan (psd) kadar zat kimia di udara tempat kerja yang tidak boleh dilampaui, agar tenaga kerja yang terpapar pada periode singkat yaitu tidak lebih dari 15 menit, masih dapat menerimanya tanpa mengakibatkan iritasi, kerusakan jaringan tubuh, maupun terbius
tempat kerja:setiap ruangan atau lapangan yang tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, di manatenaga kerja bekerja atau sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber-sumber bahaya
Standar ini dimaksudkan untuk menyeragamkan cara mengukur intensitas penerangan (lux) di tempat kerja yang selama ini pengukuran intensitas penerangan telah dilakukan oleh banyak pihak. Standar ini disusun oleh Subpanitia Teknis Kesehatan dan Keselamatan Kerja pada Panitia Teknis 94S, Keselamatan dan Kesehatan Kerja.Standar ini telah dikonsensuskan di Jakarta pada tanggal 5 Nopember 2003, yang dihadirioleh wakil-wakil dari pemerintah, pengusaha, asosiasi profesi dan perguruan tinggi
1 Ruang lingkup Standar ini menguraikan tentang metoda pengukuran intensitas penerangan di tempat kerja dengan menggunakan luxmeter
lux:satuan intensitas penerangan per meter persegi yang dijatuhi arus cahaya 1 lumen
luxmeter:alat yang digunakan untuk mengukur intensitas penerangan dalam satuan lux
penerangan setempat:penerangan di tempat obyek kerja, baik berupa meja kerja maupun peralatan penerangan umum: penerangan di seluruh area tempat kerja
Pengukuran intensitas penerangan ini memakai alat luxmeter yang hasilnya dapat langsung dibaca.Alat ini mengubah energi cahaya menjadi energi listrik, kemudian energi listrik dalam bentukarus digunakan untuk menggerakkan jarum skala. Untuk alat digital, energi listrik diubahmenjadi angka yang dapat dibaca pada layar monitor.
Penentuan titik pengukuran:a) Penerangan setempat: obyek kerja, berupa meja kerja maupun peralatan.Bila merupakan meja kerja, pengukuran dapat dilakukan di atas meja yang ada.Denah pengukuran intensitas penerangan setempat seperti pada Lampiran A.SNI 16-7062-2004 2 dari 8 b) Penerangan umum: titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan pada setiap jarak tertentu setinggi satu meter dari lantai.Jarak tertentu tersebut dibedakan berdasarkan luas ruangan sebagai berikut:1) Luas ruangan kurang dari 10 meter persegi: titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 1(satu) meter. Contoh denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk luas ruangan kurangdari 10 meter persegi
Penentuan titik pengukuran penerangan umum dengan luas kurang dari 10 m2 2) Luas ruangan antara 10 meter persegi sampai 100 meter persegi: titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 3 (tiga) meter. Contoh denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk luas ruangan antara 10 meter sampai 100 meter persegi
Penentuan titik pengukuran penerangan umum dengan luas antara 10 m2 – 100 m2 3) Luas ruangan lebih dari 100 meter persegi: titik potong horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak 6 meter. SNI 16-7062-2004 3 dari 8 Contoh denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk ruangan dengan luas lebih dari 100 meter persegi
Persyaratan pengukuran:- Pintu ruangan dalam keadaan sesuai dengan kondiisi tempat pekerjaan dilakukan.- Lampu ruangan dalam keadaan dinyalakan sesuai dengan kondisi pekerjaan.
Tata cara - Hidupkan luxmeter yang telah dikalibrasi dengan membuka penutup sensor.- Bawa alat ketempat titik pengukuran yang telah ditentukan, baik pengukuran untuk intensitas penerangan setempat atau umum.- Baca hasil pengukuran pada layar monitor setelah menunggu beberapa saat sehingga didapat nilai angka yang stabil.- Catat hasil pengukuran pada lembar hasil pencatatan untuk intensitas penerangan setempat seperti pada Lampiran C, dan untuk intensitas penerangan umum seperti pada Lampiran D.-Matikan luxmeter setelah selesai dilakukan pengukuran intensitas penerangan.SNI 16-7062-2004
Dalam Surat Keputusan ini yang dimaksud dengan :1). Industri, jenis industri, bidang usaha industri dan perusahaan industri adalah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 Undang-Undang No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian.
2. Pengelolaan lingkungan hidup, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), Kerangka Acuan (KA), Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL), Dampak Penting, Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) , Pemrakarsa Instansi yang bertanggung jawab adalah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 1993 tentang Analisis MengenaiDampak Lingkungan.
3. Upaya Pengengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) adalah rencana Kerja dan atau pedoman kerja yang berisi program pengelolaan lingkungan yang dIbuat secara sepihakoleh Pemrakarsa dan sifatnya mengikat
4. Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan (SPPL) adalah pernyataan yang dibuat oleh perusahaan industri yang sifatnya mengikat dalam menunjang program pembangunan industri yang berwawasan lingkungan.
5. Pencemaran akibat kegiatan industri atau pencemaran industri adalah penurunan kualitas lingkungan hidup karena masuknya atau dimasukkannya zat pencemar dalam bentuk padat, cair,gas,Kebisingan,debu, getaran dan lain sebagainya yang berasal dari kegiatan industri yang kualitasnyamelebihi Nilai Ambang Batas (NAB) yang berlaku kedalam lingkungan atau kedalam tanah, badan air dan udara.
6. Komisi AMDAL Pusat adalah Komisi yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian yang bertugas dan memiliki wewenang untuk menilai dokumen AMDAL yang diajukan pemrakarsa.
7. Komisi AMDAL Daerah adalah Komisi yang dibentuk oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I yang bertugas dan memiliki wewenang untuk menilai dokumen AMDAL yang diajukan pemrakarsa.
8. Pedoman Teknis Penyusunan AMDAL, UKL, UPL dan SPPL disingkat Pedoman Teknis adalah Pedoman baku untuk penyusunan dokumen AMDAL, UKL dan UPL serta SPPL bagi pemrakarsa dilingkunganDepartemen Perindustrian
Kegiatan usaha industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dibagi dalam 3(tiga) klasifikasi :1. Kegiatan usaha lndustri yang mempunyai potensi dampak penting terhadap lingkungan hidup2. Kegiatan usaha industri yang tidak mempunyai dampak penting dan atau secara teknologi dapat dikelola dampak pentingnya.3. Kegiatan usaha industri yang mempunyai dampak terhadap lingkungan hidup diluar klarifikasi sebagaimana dimaksud pada butir 1 dan 2.
Bagi kegiatan Usaha industri yang tidak mempunyai dampak penting dan atau secara teknologi dapat dikelola dampak pentingnya terhadap lingkungan hidup wajib disusun UKL dan UPL
Penyusunan UKL dan UPL sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak termasuk bagian dari AMDAL dan tidak dievaluasi oleh Komisi AMDAL.
Bagi perusahaan industri yang melakukan kegiatan usaha industri yang mempunyai dampak terhadap lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 3, wajib menyampaikan SPPL.
Jenis kegiatan usaha industri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah semua jenis kegiatan usaha industri di luar yang tercantum dalam Lampiran I dan Lampiran II Surat Keputusan ini.
Kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 5 dan Pasal 6 dikecualikan bagi kegiatan usaha industri kecil yang tidak wajib memiliki Surat Tanda Pendaftaran Industri Kecil (STPIK).
Kegiatan usaha Industri yang mempunyai potensi dampak penting dan berlokasi di Kawasan Industri atau Kawasan Berikat atau Kornplek Industri yang telah dilengkapi studiAMDAL, tidakwajib disusun AMDAL tetapi wajib disusun RKL dan RPL berdasarkan RKL dan RPL Kawasan Industri atau Kawasan Berikat atau Kornplek Industri yang bersangkutan.
Kegiatan usaha industri yang tidak mempunyai dampak penting dan atau secara teknologi dapat dikelola dampak pentingnya dan berlokasi di Kawasan Industri atau Kawasan Berikat atau Komplek Industri yang telah di studi AMDAL, wajib disusun UKL dan UPL.
Pembuatan SPPL, tetap diberlakukan bagi kegiatan usaha industri yang mempunyai dampak terhadap lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 angka 3 dan berlokasi di Kawasan Industri atau Kawasan Berikat atau Komplek Industri yang telah dilengkapi studi AMDAL.
Kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 5 dan Pasal 6 diberlakukan bagi kegiatan usaha industri yang berlokasi di Kawasan Industri atau Kawasan Berikat atau Komplek Industri yang belum dilengkapi studi AMDAL.
Komisi AMDAL Pusat melakukan penilaian atau evaluasi AMDAL, RKL dan RPL kegiatan usaha industri, Kawasan Industri, Kawasan Berikat dan Komplek Industri yang Izin Usahanya dlberikan oleh Menteri atau Pejabat yang mendapat pelimpahan wewenang untuk memberikan Izin Usaha baik dalam rangka PMA/ PMDN maupun dalam rangka non PMA/PMDN.
Kegiatan usaha industri yang kewenangan pemberian Izin Usaha Industrinya oleh Menteri telah dilimpahkan kepada Kepala Kantor Wilayah di Propinsi atau Kepala Kantor Departemen Perindustrian di Kabupaten/Kotamadya, penilalan AMDAL, RKL dan RPL dilakukan oleh AMDAL Daerah.
Penilaian AMDAL, RKL dan RPL yang dilakukan oleh Komisi AMDAL Daerah sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) wajib mengikutsertakan Kepala Kantor Wilayah Departemen Perindustrian atau Pejabat yang ditunjuk.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri rnelakukan koordinasi dan bekerjasama dengan Direktur Jenderal terkait dalam pengarah pengisian UKL dan UPL kegiatan usaha industri baik dalam rangka PMA/PMDN dalam rangka non PMA/ PMDM yang dalam operasionalnya dilaksanakan olehKepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya, Prasarana dan Wilayah Industri bekerjasama dengan Tim Pengarah yang anggotaanggotanya berasal dari unit-unit terkait di lingkungan Departemen Perindustrian.
Kepala Kantor Wilayah Departemen Perindustrian di Propinsi dan Kepala Kantor Departemen di Kabupaten/ Kotamadya dengan Biro Lingkungan Hidup Pemerintah Daerah Tingkat I dan Bagian Lingkungan Hidup Pemerintah Daerah Tk. II dalam melakukan pengarahan pengisian dokumen UKL dan UPL bagi kegiatan usaha industri yang izin Usaha Industrinya oleh Menteri telah dilimpahkan kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Perindustrian Propinsi dan Kepala Kantor Departemen Perindustrian di Kabupaten / Kotamadya yang dalam operasionalnya dilaksanakan oleh Kepala Bidang Bina Program Kantor Wilayah Departemen Perindustrian di Propinsi dan Kepala Seksi Monitor Pelaporan Kantor Departemen Peridustrian di Kabupaten / Kotamadya.
Izin Tetap dan Izin Perluasana dari kegiatan usaha industri sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 dapat diberikan setelah perusahaan industri, perusahaan kawasan berikat melaksanakan pengendalian dampaknya terhadap lingkungan sebagaimana tercantum terhadap lingkungan hidup sebagaimana tercantum dalam RKL dan RPL yang disetujui oleh Menteri.
Izin Tetap dan Izin Perluasan dari kegiatan usaha industri sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 dapat diberikan setelah penyusunan UKL dan UPL olh pemrakarsa.
Izin Tetap dan Izin Perluasan dan atau Surat Tanda Pendaftaran Industri Kecil dan kegiatan industri sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 dapat diberikan setelah pembuatan SPPL oleh Pemrakarsa
Penyusunan AMDAL dapat dilakukan oleh Pemrakasa dengan melibatkan tenaga ahlinya yang berkualifikasi ilmu lingkungan atau memakai jasa Konsultan Lingkungan.
Penyusunan UKL dan UPL dapat dilakukan Pemrakarsa melibatkantenaga ahli yang berkualifikasi ilmu lingkungan atau Konsultan Lingkungan.
Untuk memenuhi penilaian yang obyektif atas ANDAL, RKL dan RPL, UKL dan UPL, pemrakarsa industri diwajibkan menggunakan laboratorium yang diakreditasi oleh Pemerintah.
Perusahaan industri yang melakukan kegiatan usaha industri diKawasan Industri atau Kawasan Berikat atau Komplek Industri sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 wajib melakukan konsultasi dengan Perusahaan Kawasan Industri atau Perusahaan Kawasan Berikat atau Pengelola Komplek Industri yang bersangkutan sebelum AMDAL, dari kegiatan usaha industrinya diajukan ke Komisi AMDAL Pusat bagi kegiatan usaha industri yang wajib disusun AMDAL dan kepada Pejabat sebagaimana dimaksud pada Pasal 11 dan Pasal 12 bagi kegiatan usaha industri yang wajib disusun UKL dan UPL.
Pengajuan ANDAL, RKL dan RPL dilakukan secara barsamaan oleh Pemrakarsa kepacla Komisi AMDAL Pusat.
Tatacara pengajuan dan penilaian KA-ANDAL, ANDAL, UKL dan UPL,serta SPPL di selenggarakan sesuai dengan ketentuan sebagaimana tercantum dalam Lampiran III A,B dan C Surat Keputusan ini.
Jenis kegiatan usaha industri sebagaimana tercantum dalam Lampiran I dan Lampiran II Surat Keputusan ini diwajibkan membuat rencana penanggulangan keadaan daturat sebagaimana akibat terjadinya kebakaran, kebocoran (gas dan cairan), peledakan dan musibah lainnya dengan memperhatikan Surat keputusan Menteri Perindustarian No.148/M/SK/4/1985 dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja
Perusahaan industri, perusahaan Kawasan Industri, perusahaan Kawasan Berikat dan pengelola Komplek industri yang melakukan kegiatan usaha industri tercantum dalam Lampiran I dan Lampiran II Surat Keputusan ini diwajibkan membentuk Unit Kerja Khusus yang membidangi dan bertanggung jawab dalam bidang pengelolaan lingkungan yang merupakan bagian dari struktur organisasi perusahaan yang bersangkutan atau menunjuk seseorang yang khusus bertanggung jawab dalam bidang pengelolaan lingkungan bagi perusahaan industri yang tidak memiliki struktur organisasi perusahaan.
(1) Pemrakarsa wajIb Melaksanakan RKL dan RPL sebagaimana ditetapkan dalam Surat Persetujuan Menteri atau Gubernur Kepala Daerah Tingkat I.
(2) Pemrakarsa wajib melaksanakan UKL dan UPL dan SPPL yang telah disampaikan kepada Menteri atau pejabat yang mendapat pelimpahan wewenang dari Menteri sebagaimana dimaksud pada Pasal 11 dan Pasal 12
Perusahaan industri, perusahaan Kawasan Industri, perusahaan Kawasan Berikat dan Pengelola Kornplek Industri yang tidak menyusun AMDAL, UKL UPI dan SPPL sebagaimana dimaksud Pasal 4, Pasal 5 dan Pasal 6 Surat Keputusan ini clapat dikenakan Sanksi Administratif sebagai berikut :a. Bagi pendirian perusahaan industri, perusahaan Kawasan Industri,perusahaan Kawasan Berikat dan perusahan Komplek Industri baru,tidak diberikan izin Usaha Industri / Izin Usha atau Surat Tanda Pendaftaran Industri Kecil (STPIK)b. Bagi perusahaan industri, perusahaan Kawasan Industri, perusahaan Kawasan Berikat dan perusahaan Komplek Industri yang sudah ada pada waktu dikeluarkan Surat Keputusan ini dan telah memperoleh Izin atau Surat Tanda Pendaftaran Industri Kecil (STPIK), diberikan peringatan / teguran tertulis 3 (tiga) kali berturut-turut dengan lama waktu setiap peringatan / teguran 30 (tigapuluh) hari kerja dan apabila setelah 30 (tigapuluh) hari kerja sejak peringatan terakhir ternyata tidak melaksanakan ketentuan ini, maka Surat Izin Tetapatau Surat Tanda Pendaftaran Industri Kecil (STPIK) dicabut.
PT PAM LYONNAISE JAYAQUALITY FORM
IDENTIFIKASI DAN EVALUASI PEMENUHAN PERATURAN PERUNDANGAN K3IDENTIFICATION AND EVALUATION OF OHS LEGAL COMPLIANCE
No Peraturan Judul Aplikasi Pasal/Ayat IsiKesesuaian
Ya
A K3 Umum dan SMK3
1 UU No.1 Tahun 1970 Keselamatan Kerja A All x
2 Bendera Keselamatan dan Kesehatan Kerja
3 Hari Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional
4 pasal 2
x
5 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
x
6x
7x
8 Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerjax
Tidak/Belum
Kepmenaker RI. No. Kep.1135/MEN/1987
Kepmenaker RI No.Keo.245/MEN/1990
Permenakertrans R.I. No. Per.02/MEN/1992
Tata Cara Penunjukan, Kewajiban dan Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(1) Menteri Tenaga Kerja Atau Pejabat yang ditunjuk berwenang menunjuk ahli keselamatan dan kesehatan kerja pada tempat kerja dengan kriteria tertentu dan pada perusahaan yang memberikan jasa di bidang keselamatan dan kesehatan kerja.
(2) Kriteria tertentu sebagaimana di maksud dalam ayat (1) adalah :
a. Suatu tempat kerja dimana pengurus memperkerjakan tenaga kerja lebih dari 100 orang
b. Suatu tempat kerja dimana pengurus memperkerjakan tenaga kerja kurang dari 100 orang akan tetapi menggunakan bahan, proses alat dan atau instalasi yang besar resiko bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. No. Per.05/MEN/1996
Pasal 3 Kewajiban perusahaan dalam penerapan SMK3.
Pasal 5, 6, dan 7
Untuk pembuktian penerapan SMK3 harus dilakukan oleh badan audit sertifikasi yang telah ditunjuk oleh depnaker.
Kepmenaker No.Kep.19/MEN/BW/97
Pelaksanaan Audit Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Kepmenaker No.Kep.103/MEN/1997
Penunjukan PT (PERSERO) sucofindo sebagai audit sistem manajemen K3
Kepmenaker No.Kep.96/M/BW/97
PT PAM LYONNAISE JAYAQUALITY FORM
IDENTIFIKASI DAN EVALUASI PEMENUHAN PERATURAN PERUNDANGAN K3IDENTIFICATION AND EVALUATION OF OHS LEGAL COMPLIANCE
B
9 Persyaratan untuk ditunjuk sebagai ahli K3
Pasal 5 Wewenang dan kewajiban Ahli K3
10 Pasal 2
Pasal 5
Pasal 12x
11 Tata cara penunjukan Ahli K3
x
Kewajiban dan Wewenang Ahli K3
x
C Dewan K3 Nasional (DK3N)
12 Pasal 1 Kedudukan P2K3
x
Pasal 2 Tugas pokok P2K3
x
Pasal 6 Rapat-rapat
x
D Ketenagakerjaan
13 Ketenagakerjaan Pasal 86
Pasal 87x
Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Permenakertrans R.I. No. Per.03/MEN/1978
Penunjukan dan wewenang, serta kewajiban pegawai pengawas K3 dan Ahli Keselamatan Kerja.
Pasal 3 ayat 2
Permenakertrans R.I. No. Per.04/MEN/1987
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja
Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja lebih dari 100 orang wajib membentuk P2K3
Perusahaan wajib mengangkat ahli K3 (bersertifikat dari depnaker)
P2K3 harus melaporkan kegiatannya sekurang-kurangnya 3 bulan sekali
Permenakertrans RI No.Per.02/MEN/1992
Tata Cara Penunjukan, Kewajiban dan Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja
BAB II pasal 3 sd
pasal 8
BAB III pasal 9 sd pasal 10
Kepmenaker No.Kep. 155/MEN/1984
Penyempurnaan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Kep.125/MEN/82 Tentang Pembentukan Susunan Dan Tata Kerja Dewan K3 Nasional, Dewan K3 Wilayah Dan Panitia Pembina K3
Undang-undang RI No.13 tahun 2003
Hak setiap perkerja untuk memperoleh perlindungan atas K3
setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 yang terintregasi dengan sistem manajemen perusahaan
PT PAM LYONNAISE JAYAQUALITY FORM
IDENTIFIKASI DAN EVALUASI PEMENUHAN PERATURAN PERUNDANGAN K3IDENTIFICATION AND EVALUATION OF OHS LEGAL COMPLIANCE
14 Bagian 1
E Kecelakaan
15 Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan Pasal 2
x
Pasal 3
Pasal 4
Tentang Diagnosis dan Pelaporan Penyakit Akibat Kerja Pasal 2,3 Pembuktian penyakit akibat kerja ( PAK )x
Pasal 4
x
16
x
17 Pertolongan pertama pada kecelakaan di tempat kerja BAB I Kewajiban Pengurus dan Pengusaha
x
BAB II Petugas P3K di tempat kerjax
BAB III Fasilitas P3K di tempat kerjax
18 Zero Accident Award
F Jamsostek
19 UU No.3 Tahun 1992 Jaminan sosial tenaga kerjax
Undang-undang RI No. 21 tahun 2003
Pengesahan ILO Convention No. 81 concerning Labour Inspection in Industry and Comvmerce(Konvensi ILO no 81 mengenai Pengawasan Ketenagakerjaan dalam Industri dan Perdagangan.
Setiap Anggota Organisasi Perburuhan Internasional yang memberlakukan Konvensi ini harus melaksanakan sistem pengawasan ketenagakerjaan di tempat kerja industri
Permenaker RI No.Per.03/MEN/1998
Kewajiban melaporkan setiap kecelakaan dan penyakit akibat kerja, kebakaran, dan peledakan.
Kewajiban melaporkan kecelakaan berlaku bagi perusahaan yang telah dan yang belum mengikutsertakan tenaga kerja dalam program jamsostek.
Pelaporan kecelakaan kepada kepala kantor Depnaker dalam waktu tidak lebih dari 2x24 jam terhitung sejak terjadinya kecelakaan.
Keputusan Menteri tenaga Kerja RI Kep-333/MEN/1989
PAK yang ditemukan harus dilaporkan Kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja
SK Dirjen Pembinaan Hubungan Industriak dan Pengawasan Ketenagakerjaan Depnaker RI No.Kep.84/BW/1998
Cara pengisian formulir laporan dan analisis statistik kecelakaan
Permenakertrans RI No.Per.15/MEN/VIII/2008
Kep Dirjen pembinaan hubungan industrial dan pengawasan ketenaga kerjaan no. Kep 723/BW/2000
Pasal 3 ayat 2
Setiap tenaga kerja berhak terhadap jamsostek
PT PAM LYONNAISE JAYAQUALITY FORM
IDENTIFIKASI DAN EVALUASI PEMENUHAN PERATURAN PERUNDANGAN K3IDENTIFICATION AND EVALUATION OF OHS LEGAL COMPLIANCE
20 Kepres No.28 Tahun 1988x
BAB II
x
BAB III Tata cara pemanfaatan pelayanan kesehatan
x
21
G Asbes
22 Keselamatan dan Kesehatan kerja Pemakaian Asbes BAB II
x
BAB III
x
H Kimia
23 Pengendalian bahan kimia berbahaya Pasal 2
x
24
I
25 Kewajiban Latihan Hiperkes Bagi Dokter Perusahaan Pasal 1
x
26
Besarnya Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian Assuransi Sosial Tenaga Kerja
Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Kep-187/MEN/1998
Tentang Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Bagi Program Jaminan Pemeliharaan kesehatan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Pemanfaatan pelayanan kesehatan kerja di perusahaan
Permenaker RI No. Per.01/MEN/1998
Penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan bagi tenaga kerja dengan manfaat lebih dari paket jaminan pemeliharaan dasar jaminan sosial tenaga kerja
Permenaker RI No.Per.03/MEN/1985
Asbes atau bahan yang mengandung asbes tidak boleh digunakan dengan cara menyemprotkan. Asbes biru dilarang digunakan
Pengurus berkewajiban menyediakan APD, melakukan pengendalian debu asbes
Kepmenaker RI No.Kep.187/MEN/1999
Pengusaha atau Pengurus yang menggunakan, menyimpan, memakai, memproduksi dan mengangkut bahan kimia berbahaya di tempat kerja wajib mengendalikan bahan kimia berbahaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Peraturan Pemerintah No.7 tahun 1973
Pengawasan atas peredaran, penyimpanan, dan peredaran pestisida
Dokter dan Paramedis Perusahaan
Permenaker Transkop No. Per.01/MEN/1976
setiap perusahaan diwajibkan untuk mengirimkan setiap dokter perusahaannya untuk mendapatkan latihan dalam bidang hiperkes dan KK
Permenaker RI No.Per.04/MEN/1998
Pengangkatan, Pemberhentian dan Tata Kerja Dokter Penasehat
PT PAM LYONNAISE JAYAQUALITY FORM
IDENTIFIKASI DAN EVALUASI PEMENUHAN PERATURAN PERUNDANGAN K3IDENTIFICATION AND EVALUATION OF OHS LEGAL COMPLIANCE
27 Pasal 1
x
J Kesehatan Kerja
28 Kesehatan Pasal 23
x
29 Pasal 2 Pemeriksaan kesehatan sebelum kerjax
Pasal 3 Pemeriksaan kesehatan berkala x
Pasal 5 Pemeriksaan kesehatan khusus x
30 Kewajiban melapor penyakit akibat kerja (PAK) Pasal 2
x
31 Pelayanan kesehatan tenaga kerja Pasal 2x
32 Kepres No.22 tahun 1993 Penyakit yang timbul akibat hubungan kerja Pasal 2
x
33
34 Diagnosis dan pelaporan Penyakit Akibat Kerja All
x
35
36 Nilai Ambang Batas faktor fisika di tempat kerja
37 Persyaratan lingkungan kerja perkantoran dan industri
Permenakertrans No.Per.01/MEN/1979
Kewajiban Latihan Hygiene Perusahaan K3 Bagi Tenaga Paramedis Perusahaan
Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga paramedis di wajbkan untuk mengirimkan setiap tenaga kerja tersebut untuk mendapatkan latihan dalam bidang hiperkes dan K3.
Undang-undang No.23 tahun 1992
Penyelenggaraan usaha kesehatan ditempat kerja (pelayanan kesehatan, pencegahan kecelakaan kerja dan syarat kesehatan kerja)
Permenakertrans No.Per.02/MEN/1980
Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja dalam penyelenggaraan keselamatan kerja
Permenakertrans No.Per.01/MEN/1981
Melaporkan PAK secara tertulis kepada kantor dirjen pembinaan hubungan perburuhan dan perlindungan tenaga kerja
Permenakertrans No.Per.03/MEN/1982
Tugas pokok pelayanan kesehatan (pemeriksaan kesehataan, pembinaan dan pengawasan kesehatan, P3K, dll)
Jaminan kecelakaan kerja bagi tenaga kerja yang menderita PAK pada saat masih ada hubungan kerja maupun setelah hubungan kerja
SE Dirjen Binawas No. SE. 07/BW/1997
Pengujian hepatitis B dalam pemeriksaan kesehatan tenaga kerja.
Melakukan pemeriksaan hepatitis B dalam pemeriksaan kesehatan perusahaan dianjurkan untuk tidak memakai pengujian serum HbsAg sebagai alat seleksi pada pemeriksaan awal maupun berkala.
Kepmenaker RI No.KEPTS.333/MEN/1989
Diagnosis penyakit akibat kerja dilakukan melalui serangkaian pemeriksaaan klinis dan pemeriksaan kondisi pekerjaan serta lingkungannya untuk membuktikan adanya hubungan sebab akibat antara penyakit dan pekerjaannya.
Kepmenakertrans RI No.: Kep.68/MEN/IV/2004
Pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja
Kepmenaker RI No.Kep.51/MEN/1999
Kepmenkes RI No.1405/Menkes/SK/XI/2002
PT PAM LYONNAISE JAYAQUALITY FORM
IDENTIFIKASI DAN EVALUASI PEMENUHAN PERATURAN PERUNDANGAN K3IDENTIFICATION AND EVALUATION OF OHS LEGAL COMPLIANCE
38 Pasal 2 Syarat-syarat bangunan perusahaanx
Pasal 5 Syarat-syarat dan ukuran tempat kerja x
Pasal 6 syarat-syarat kakusx
Pasal 8
x
Pasal 14 Syarat penerangan di tempat kerja
x
K Kebakaran
39 A Pasal 4 Syarat pemasangan APAR
x
Pemeriksaan APAR x
Percobaan APAR (uji tekanan) x
40 Instalasi alarm kebakaran automatik Pasal 20 Panil indikator x
Penempatan alarm kebakaranx
Pasal 57-60x
41 Unit penanggulangan kebakaran di tempat kerjax
x
Pasal 3 Membentuk unit penanggulangan kebakaranx
Ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaranx
42 Pengawasan khusus K3 penanggulangan kebakaranx
x
Peraturan Menteri Perburuhan No.7 tahun 1964
Syarat kesehatan, kebersihan, serta penerangan dalam tempat kerja
Syarat tempat makan / kantin, air untuk minum dan tenaga pelayanannya.
Permenakertrans RI No.Per.04/MEN/1980
Syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan alat pemadam api ringan
Pasal 11, 12, 13
Pasal 15, 16
Permenakertrans RI No.Per.02/MEN/1983
Pasal 34, 35
Pemeliharaan dan pengujian berkala (mingguan, bulanan, tahunan)
Kepmenaker RI No.Kep.186/MEN/1999
Pasal 2 ayat 2b
Penyedian sarana deteksi, alarm, pemadam kebakaran dan evakuasi.
Pasal 2 ayat 2e
Penyelenggaraan latihan dan gladi penanggulangan kebakaran secara berkala
Pasal 5 ayat 4
Instruksi Menaker No.Ins.11/M/BW/1997
Penyediaan alat atau instansi proteksi kebakaran (sistem deteksi, alarm, APAR, hidrant
Tersedia jalan keluar serta organisasi tanggap darurat
PT PAM LYONNAISE JAYAQUALITY FORM
IDENTIFIKASI DAN EVALUASI PEMENUHAN PERATURAN PERUNDANGAN K3IDENTIFICATION AND EVALUATION OF OHS LEGAL COMPLIANCE
43 SKBI 3462-1987 DPU
x
L Las
44 Kwalifikasi juru las
Pasal 6, 7 Penggolongan juru las
BAB II Pengujian juru las
BAB III Persyaratan lulus ujian juru las
M Listrik dan Petir
45 Pengawasan instalasi penyalur petirx
46
47
N Konstruksi Bangunan
48 Pasal 2,3
BAB VI
49 Pasal 3
Panduan pemasangan instalas hidrant untuk pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung
Tata cara pemasangan instalasi hidrant untuk kebakaran dirumah dan gedung
Permenakertrans RI No.Per.02/MEN/1982
Pasal 4 ayat 1
Syarat-syarat juru las : berbadan sehat sesuai surat keterangan dokter
Permenaker RI No.Per.02/MEN/1989
Syarat pemasangan instalasi penangkal petir, pemeriksaan dan pengujiannya.
Kepmenakertrans RI No.: Kep.75/MEN/2002
Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) No. SMI-04-0225-2000 Mengenai Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000(PUIL 2000) di Tempat Kerja
Pasal 2 ayat 2
kewajiban mentaati SNI No. 04-0225-2000 mengenai PUIL 2000.
SK Dirjen Pembinaan Hubungan Industrial Dan Pengawasan Ketenaga Kerjaan Depnaker RI No. Kep.311/BW/2002
Sertifikasi Kompetensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Tekhnisi Listrik.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. No. Per.01/MEN/1980
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Kontruksi bangunan
Kewajiban melaporkan pekerjaan konstruksi bangunan yang akan dilakukan ke disnaker setempat dan penyusunan unit k3
Pemeriksaan dan pengujian secara berkala kabel baja, tambang, rantai dan peralatan bantu yang digunakan untuk mengangkat, menurunkan atau menggantungkan
Keputusan Bersama Menaker dan Menteri Pekerjaan Umum No. Kep. 174/MEN/1986. No. 104/KPTS/1986
Keselamatan dan kesehatan kerja pada tempat kegiatan konstruksi
Kewenangan Menteri Pekerjaan Umum dalam memberikan sanksi administratif
PT PAM LYONNAISE JAYAQUALITY FORM
IDENTIFIKASI DAN EVALUASI PEMENUHAN PERATURAN PERUNDANGAN K3IDENTIFICATION AND EVALUATION OF OHS LEGAL COMPLIANCE
50 Kwalifikasi dan Syarat-syarat operator Keran Angkat BAB III
x
51
x
O
52 Bejana tekan BAB II
x
x
53 Kwalifikasi dan syarat-syarat operator pesawat uap x
P
54 Pesawat tenaga dan produksi Pasal 135
55 8 Pesawat angkat dan angkut Pasal 3 Beban maksimum
x
BAB III
BAB IV
BAB V
Permenakertrans RI No. Per.01/MEN/1989
Kwalifikasi dan syarat-syarat operator keran angkat
Instruksi Menaker No.Inst.05/M/RW/96
Pengawasan dan Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada kegiatan Konstruksi Bangunan
Pesawat Uap dan Bejana TekanPermenakertrans RI No.Per.01/MEN/1982
Ruang lingkup berlaku untuk perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan, dan penyimpanan bejana tekan
Peraturan uap tahun 1930 (stoom verodening)
Undang-undang (stoom ordonantie) Verorderning stoom ordonnantie 1930 atau dengan kata dalam bahasa indonesia Undang-undang uap tahun 1930
Permenakert RI No.Per.01/MEN/1988
Pesawat Tenaga dan Produksi
Permenaker RI No.Per.04/MEN/1985
Pesawat tenaga dan produksi harus diperiksa dan diuji sebelum dipakai, setelah itu dilakukan pengujian 5 tahun sekali, pemeriksaan berkala 1 tahun sekali oleh pegawai pengawasan atau ahli K3
Permenaker RI No.Per.05/MEN/1985
Peralatan angkat antara lain adalah lier, takel, peralatan angkat listrik, pesawat pneumatik, gondola, keran angkat, keran magnit, keran lokomatif, keran dinding dan keran sumbu putar
Pita transport antara lain eskalator, ban berjalan dan rantai berjalan
Pesawat angkutan di atas landasan antara lain truk-truk derek, traktor, gerobak, forklift dan kereta gunung
PT PAM LYONNAISE JAYAQUALITY FORM
IDENTIFIKASI DAN EVALUASI PEMENUHAN PERATURAN PERUNDANGAN K3IDENTIFICATION AND EVALUATION OF OHS LEGAL COMPLIANCE
Pasal 138 Pemeriksaan dan pengujian x
56 Klasifikasi dan syarat-syarat operasi keran angkat Pasal 4 Syarat operator kelas I, II, dan IIIx
Pasal 6x
Q Perusahaan Jasa K3 (PJK3)
57 Perusahaan jasa K3x
R Pengadaan makanan
58 Pengadaan kantin dan ruang makan
59
60
61
S B3
62 Tata cara pemberian simbol dan label B3 All
x
Permenaker No. Per. 01/Men/1989
Sertifikat operator diterbitkan oleh Menteri atau pejabat yang bersangkutan dinyatakan lulus
Permenaker RI No.Per.04/MEN/1995
SE Menaker No. SE. 01 /Men/1979
Pengadaan tempat makan untuk karyawan 50-200 dan pengadaan kantin diperusahaan (jumlah karyawan lebih dari 200 orang)
SE Menaker No. SE. 86 /BW/1989
Perusahaan catering yang mengolah makanan bagi tenaga kerja
Persyaratan dari perusahaan catering untuk mendapat rekomendasi dari Depnaker
Instruksi Menteri No. ins. 01/Men/1998
Peningkatan,pengawasan dan penertiban terhadap kantin dan toilet diperusahaan
Peningkatan pengawasan dan penertiban terhadap kantin dan toilet perusahaan
Instruksi Menteri No. ins. 03/M/BW/1999
Pengawasan terhadap pengelolahan makanan ditempat kerja
Pengawasan Kepala Kanwil Depnaker terhadap pengelolaan makanan ditempat kerja pada perusahaan di wilayah kerjanya masing-masing.
Peraturan Menteri LH No.3 tahun 2008
Setiap kemasan B3 dan setiap tempat penyimpanan B3 wajib diberikan simbol dan label sesuai dengan klasifikasinya
No. : PLJ/EHS/006-QF-001Version : 00Application Date : 18/02/09Page 1 of 1
Catatan
Keputusan Menaker untuk audit SMK3
Penunjukan badan audit oleh Pemerintah
Sidak pelaksanaan K3 di perusahaan
Aturan keselamatan dan kesehatan kerja bagi Perusahaan
PALYJA sudah memiliki 9 orang Ahli K3. Yaitu DickY Gunawan, Rully Sutansyah, Amos Harianja, Rachmat Hidayat, Teguh
Suwarno, Aep Saepuloh, Peni Ayu Rahmani, dan Alfansuri
Wajib bagi perusahaan yang memperkerjakan 100 orang tenaga kerja atau lebih dan atau yang mengandung potensi bahaya yang dapat menimbulkan PAK
Audit SMK3 sekurang-kurangnya 1 kali dalam 3 tahun. PALYJA belum diaudit sertifikasi SMK3
No. : PLJ/EHS/006-QF-001Version : 00Application Date : 18/02/09Page 1 of 1
Dalam proses implementasi OHSAS 18001
Dilaporkan kepada Menteri tenaga Kerja Melalui kantor Depnaker setempat
Penunjukan ahli k3 ditetapkan berdasarkan permohonan tertulis dari pengurus atau pimpinan instansi kepada Menteri Tenaga Kerja atau Pejabat yang ditunjuk
Membantu mengawasi pelaksanaan peraturan perundangan K3 sesuai dengan bidang yang ditentukan dalam penunjukan keputusannya
Berkedudukan di tempat kerja yang bersangkutan ( dalam suatu perusahaan )
Memberikan saran-saran dan pertimbangan, baik diminta maupun tidak, kepada pengusaha/pengurus tempat kerja yang bersangkutan mengenai masalah-masalah K3
Rapat P2K3 sekurang-kurangnya satu kali tiap satu bulan. Rapat yang diadakan P2K3 adalah sah apabila di hadiri sekurang-kurangnya separuh tambah satu dari jumlah anggota.
Perlindungan disesuaikan dengan peraturan perundangan yang berlaku
No. : PLJ/EHS/006-QF-001Version : 00Application Date : 18/02/09Page 1 of 1
Baru tersedia alat evakuasi berupa tandu
Kewajiban keikutsertaan Jamsostek
Pelaporan kejadian kecelakaan oleh perusahaan kepada Disnaker setempat
Belum dilakukan mengingat belum teridentifikasi dan belum terdeteksi
Perintah kepada DISNAKER dalam pemeriksaan kecelakan mengacu kepada UU
Pengusaha wajib menyediakan petugas P3K di tempat kerja. Pengurus wajib melaksanakan kegiatan P3K di tempat kerja
Petugas P3K harus memiliki lisensi dan buku kegiatan P3K
No. : PLJ/EHS/006-QF-001Version : 00Application Date : 18/02/09Page 1 of 1
Penggantian biaya pengobatan/perawatan
Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja meliputi pemeriksaaan sebelum bekerja, pemeriksaan berkala, dan pemeriksaan khusus
Dilaksanakan melalui perjanjian kerjasama antara perusahaan dengan badan penyelenggara program jaminan pemeliharaan kesehatan
Pengukuran kadar debu asbes di udara per 3 bulan atau pada frekuensi tertentu
Mempunyai gudang penyimpanan limbah di area IPA 2
No. : PLJ/EHS/006-QF-001Version : 00Application Date : 18/02/09Page 1 of 1
Telah terpenuhi
Telah terpenuhi
Telah terpenuhi
Hak bagi pekerja atas jaminan kesehatan kerja
Dapat dilakukan konsultasi kepada Dokter Penasehat Tenaga Kerja dan bila perlu dapat juga dikonsultasikan kepada Dokter Ahli yagn bersangkutan.
No. : PLJ/EHS/006-QF-001Version : 00Application Date : 18/02/09Page 1 of 1
Minimal diperiksa 2 kali dalm setahun
Pengujian tidak melebihi 5 tahun sekali
Ketentuan kelengkapan panil indikator
Cakupan area alarm kebakaran
Dilakukan tiap tahun
Belum terbentuk
Telah terpenuhi
Telah terpenuhi
Sudah dilakukan pengukuran iklim kerja oleh Balai Hiperkes di beberapa area kerja
Belum dilakukan identifikasi jumlah tenaga kerja dengan area tempat kerja
Tenaga pelayan dilakukan oleh pihak Out source
Telah dilakukan pengukuran penerangan oleh Balai Hiperkes
Aturan pemasangan APAR sesuai dengan jenis dan penggolongan APAR
Jenis pemeliharaan dan pengujian yang dilakukan sesuai dengan periode
Akan diidentifikasi kebutuhan unit pemadam otomatis
PALYJA belum memiliki ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran
No. : PLJ/EHS/006-QF-001Version : 00Application Date : 18/02/09Page 1 of 1
Memuat bahan ujian untuk juru las
Akan diidentifikasi kebutuhan unit pemadam otomatis
Penggolongan juru las sesuai dengan pengelasan yang boleh dilakukan
Memuat urutan ketentuan kelulusan bagi juru las
Pemeriksaaan dan pengujian secara berkala tiap 2 tahun sekali
Pekerjaan konstruksi bangunan PALYJA di lakukan oleh pihak kontraktor. Kewenangan PALYJA untuk melakukan pengawasan terhadap pekerjaan kontraktor
PALYJA melakukan pengawasan terhadap alat angkat angkut yang digunakan oleh kontraktror
No. : PLJ/EHS/006-QF-001Version : 00Application Date : 18/02/09Page 1 of 1
PALYJA tidak mempunyai pesawat uap
Memuat kelas operator dan persyaratan operator sesuai dengan kelasnya. Sertifikat operator diterbitkan oleh Menteri tenaga kerja atau pejabat yang ditunjuk. Operator crane PALYJA belum diserifikasi
Instruksi kepada KaKandepnaker seluruh Indonesia untuk melakukan pengawasan kegiatan konstruksi bangunan
Peraturan ini tidak berlaku untuk bejana-bejana yang bertekanan kurang dari 2 kg/cm2 dan atau bejana-bejana yang mempunyai isi (air) kurang dari 220 cm3. PALYJA sedang melakukan identifikasi bejana tekanan
PALYJA tidak mempunyai operator pesawat uap
Beban maksimum yang diijinkan dari pesawat angkat dan angkut harus ditulis pada bagian yang mudah dilihat dan dibaca dengan jelas
pemeriksaaan dan pengujian untuk keran angkat dan froklift sudah dilaksanakan
No. : PLJ/EHS/006-QF-001Version : 00Application Date : 18/02/09Page 1 of 1
Penunjukan jasa K3 oleh Disnaker
Ketentuan pemberian simbol dan label B3
pemeriksaaan dan pengujian untuk keran angkat dan froklift sudah dilaksanakan
Kelas operator harus sesuai dengan beban yang akan diangkat
Kewajiban operator keran angkat memiliki SIO
PT xxxx yyyyy zzzzzzz No. : /EHS/006-QF-001
QUALITY FORM Version : 00
IDENTIFIKASI DAN EVALUASI PEMENUHAN PERATURAN PERUNDANGAN K3 Application Date : 18/02/09
IDENTIFICATION AND EVALUATION OF OHS LEGAL COMPLIANCE Page 1 of 1
No Peraturan Judul Aplikasi Pasal/Ayat IsiKesesuaian
CatatanYa
A K3 Umum dan SMK3
1 UU No.1 Tahun 1970 Keselamatan Kerja A Pasal 8 x
x Sudah dilakukan medhical Check Up,
Pasal 9
x
x
c. Cara-cara dan sikap yang aman dalam bekerja x Sudah dibuatkan WI, Breafing dari atasan
x
x
Pasal 13 x
Pasal 14 x
Tidak/ Belum
Point 1 : Pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik dan tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan dipindahkan sesuai dcngan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan padanya
Sudah dilakukan pemeriksaan kesehatan pada saat penerimaan karyawan
Point 2 : Pengurus diwajibkan memeriksa semua tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya, secara berkala pada Dokter yang ditunjuk oleh pengusaha dan dibenarkan oleh Direktur
Point 1 : pengurus diwajibkan menunjukan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang :
a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul dalam tempat kerja
Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul dalam tempat kerja sudah disampaikan dalam training (Incoming Employee)
b. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat kerja
Sudah disiapkan dan disediakan APD untuk semua operator
Point 2 : Pengurus hanya dapat memperkerjakan tenaga kerja yang bersangkutan setelah ia yakin bahwa tenaga kerja tersebut telah memahami syarat-syarat tersebut diatas
Dilakukan training sebelum bekerja oleh masing-masing departemen
Point 3 : Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan pemberantasan kebakaran serta peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan
Sudah dilakukan training pemadaman kebakaran & P3K
Barang siapa akan memasuki sesuatu tempat kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk, keselamatan kerja dan memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan
Diwajibkan untuk semua operator dan orang yang memasuki area tempat kerja diwajibkan memakai APD yang sesuai
a. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua syarat-syarat keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai undang-undang ini dan semua peraturannya yang berlaku bagi tempat kerja yang bersangkutan, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca dan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja
Sudah dibuatkan WI dan penempatan undang-undang pada tempat kerja
PT xxxx yyyyy zzzzzzz No. : /EHS/006-QF-001
QUALITY FORM Version : 00
IDENTIFIKASI DAN EVALUASI PEMENUHAN PERATURAN PERUNDANGAN K3 Application Date : 18/02/09
IDENTIFICATION AND EVALUATION OF OHS LEGAL COMPLIANCE Page 1 of 1
No Peraturan Judul Aplikasi Pasal/Ayat IsiKesesuaian
CatatanYa Tidak/
Belum
2 A pasal 2 x
3 A Kewajiban perusahaan dalam penerapan SMK3.
x
x
3 NA Keputusan Menaker untuk audit SMK3x
4 NA Penunjukan badan audit oleh Pemerintah- -
5 A Sidak pelaksanaan K3 di perusahaanx
B
6 A Pasal 2x
Pasal 12x
Belum dilaporkan secara rutin
7 A Tata cara penunjukan Ahli K3
x
Permenakertrans R.I. No. Per.02/MEN/1992
Tata Cara Penunjukan, Kewajiban dan Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(1) Menteri Tenaga Kerja Atau Pejabat yang ditunjuk berwenang menunjuk ahli keselamatan dan kesehatan kerja pada tempat kerja dengan kriteria tertentu dan pada perusahaan yang memberikan jasa di bidang keselamatan dan kesehatan kerja.
PALYJA sudah memiliki 9 orang Ahli K3. Yaitu Rully Sutansyah, Amos Harianja, Erizaldy Azwar, Rachmat Hidayat, Hans Victor, Teguh Suwarno, Aep Saepuloh, Peni Ayu Rahmani, dan Alfansuri
(2) Kriteria tertentu sebagaimana di maksud dalam ayat (1) adalah :
a. Suatu tempat kerja dimana pengurus memperkerjakan tenaga kerja lebih dari 100 orang
b. Suatu tempat kerja dimana pengurus memperkerjakan tenaga kerja kurang dari 100 orang akan tetapi menggunakan bahan, proses alat dan atau instalasi yang besar resiko bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. No. Per.05/MEN/1996
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pasal 3 Wajib bagi perusahaan yang memperkerjakan 100 orang tenaga kerja atau lebih dan atau yang mengandung potensi bahaya yang dapat menimbulkan PAK
Pasal 5, 6, dan 7
Untuk pembuktian penerapan SMK3 harus dilakukan oleh badan audit sertifikasi yang telah ditunjuk oleh depnaker.
Audit SMK3 sekurang-kurangnya 1 kali dalam 3 tahun. PALYJA belum diaudit sertifikasi SMK3
Kepmenaker No.Kep.19/MEN/BW/97
Pelaksanaan Audit Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Kepmenaker No.Kep.103/MEN/1997
Penunjukan PT (PERSERO) sucofindo sebagai audit sistem manajemen K3
Kepmenaker No.Kep.96/M/BW/97
Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Dilakukan inspeksi K3 baik di produksi maupun network
Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Permenakertrans R.I. No. Per.04/MEN/1987
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja
Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja lebih dari 100 orang wajib membentuk P2K3
P2K3 harus melaporkan kegiatannya sekurang-kurangnya 3 bulan sekali
Permenakertrans RI No.Per.02/MEN/1992
Tata Cara Penunjukan, Kewajiban dan Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja
BAB II pasal 3 sd
pasal 8
Penunjukan ahli k3 ditetapkan berdasarkan permohonan tertulis dari pengurus atau pimpinan instansi kepada Menteri Tenaga Kerja atau Pejabat yang ditunjuk
PT xxxx yyyyy zzzzzzz No. : /EHS/006-QF-001
QUALITY FORM Version : 00
IDENTIFIKASI DAN EVALUASI PEMENUHAN PERATURAN PERUNDANGAN K3 Application Date : 18/02/09
IDENTIFICATION AND EVALUATION OF OHS LEGAL COMPLIANCE Page 1 of 1
No Peraturan Judul Aplikasi Pasal/Ayat IsiKesesuaian
CatatanYa Tidak/
Belum
Kewajiban dan Wewenang Ahli K3
x
C Dewan K3 Nasional (DK3N)
8 A Pasal 1 Kedudukan P2K3
x
Pasal 2 Tugas pokok P2K3
x
Pasal 6 Rapat-rapatx
D Ketenagakerjaan
9 Ketenagakerjaan A Pasal 86x
Pasal 87x
Dalam proses implementasi OHSAS 18001
E Kecelakaan
10 A Pasal 2x
Pasal 3
x
Sudah dilaporkan ke Jamsostek
Pasal 4
x
11 A Pasal 2,3 Pembuktian penyakit akibat kerja ( PAK )- -
Belum terdeteksi adanya PAK
Pasal 4- -
Belum terdeteksi adanya PAK
12 A BAB I
x
BAB III pasal 9 sd pasal 10
Membantu mengawasi pelaksanaan peraturan perundangan K3 sesuai dengan bidang yang ditentukan dalam penunjukan keputusannya
Kepmenaker No.Kep. 155/MEN/1984
Penyempurnaan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Kep.125/MEN/82 Tentang Pembentukan Susunan Dan Tata Kerja Dewan K3 Nasional, Dewan K3 Wilayah Dan P2K3
Berkedudukan di tempat kerja yang bersangkutan ( dalam suatu perusahaan )
Memberikan saran-saran dan pertimbangan, baik diminta maupun tidak, kepada pengusaha/pengurus tempat kerja yang bersangkutan mengenai masalah-masalah K3
Rapat P2K3 dilakukan sekurang-kurangnya satu kali tiap satu bulan.
Undang-undang RI No.13 tahun 2003
Hak setiap perkerja untuk memperoleh perlindungan atas K3
Perlindungan disesuaikan dengan peraturan perundangan yang berlaku (pasal 54)
setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 yang terintregasi dengan sistem manajemen perusahaan
Permenaker RI No.Per.03/MEN/1998
Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan
Kewajiban melaporkan setiap kecelakaan dan penyakit akibat kerja, kebakaran, dan peledakan.
Pelaporan kejadian kecelakaan oleh perusahaan kepada Disnaker setempat (laporan P2K3)
Kewajiban melaporkan kecelakaan berlaku bagi perusahaan yang telah dan yang belum mengikutsertakan tenaga kerja dalam program jamsostek.
Pelaporan kecelakaan kepada kepala kantor Depnaker dalam waktu tidak lebih dari 2x24 jam terhitung sejak terjadinya kecelakaan.
Keputusan Menteri tenaga Kerja RI Kep-333/MEN/1989
Tentang Diagnosis dan Pelaporan Penyakit Akibat Kerja
PAK yang ditemukan harus dilaporkan Kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja
Permenakertrans RI No.Per.15/MEN/VIII/2008
Pertolongan pertama pada kecelakaan di tempat kerja
Kewajiban Pengurus dan pengusaha untuk menyediakan petugas P3K di tempat kerja dan melaksanakan kegiatan P3K di tempat kerja
Terdapat petugas P3K di masing-masing unit kerja
PT xxxx yyyyy zzzzzzz No. : /EHS/006-QF-001
QUALITY FORM Version : 00
IDENTIFIKASI DAN EVALUASI PEMENUHAN PERATURAN PERUNDANGAN K3 Application Date : 18/02/09
IDENTIFICATION AND EVALUATION OF OHS LEGAL COMPLIANCE Page 1 of 1
No Peraturan Judul Aplikasi Pasal/Ayat IsiKesesuaian
CatatanYa Tidak/
Belum
BAB IIx
BAB III Fasilitas P3K di tempat kerja
x
F Jamsostek
13 UU No.3 Tahun 1992 Jaminan sosial tenaga kerja A Setiap tenaga kerja berhak terhadap jamsostekx
Kewajiban keikutsertaan Jamsostek
14 Kepres No.28 Tahun 1988 Ax
Penggantian biaya pengobatan/perawatan
15 A BAB II
x
BAB III Tata cara pemanfaatan pelayanan kesehatan
x
G Asbes
16 A Pasal 5
- -
H Kimia
17 Pengendalian bahan kimia berbahaya A Pasal 1
x
Pasal 2
x
Petugas P3K di tempat kerja memiliki lisensi dan buku kegiatan P3K
Petugas P3K mendapat training (dari SOS), perlu refreshment training
Tersedia kotak P3K dan isinya, tandu, dan bidai di setiap unit kerja (perlu review)
Pasal 3 ayat 2
Besarnya Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian Assuransi Sosial Tenaga Kerja
Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Kep-187/MEN/1998
Tentang Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Bagi Program Jaminan Pemeliharaan kesehatan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Pemanfaatan pelayanan kesehatan kerja di perusahaan
Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja meliputi pemeriksaaan sebelum bekerja, pemeriksaan berkala, dan pemeriksaan khusus
Dilaksanakan melalui perjanjian kerjasama antara perusahaan dengan badan penyelenggara program jaminan pemeliharaan kesehatan
Permenaker RI No.Per.03/MEN/1985
Keselamatan dan Kesehatan kerja Pemakaian Asbes
Pengurus wajib melakukan pengendalian terhadap debu asbes yang terkandung diudara lingkungan kerja dengan mengambil sample pada beberapa tempat yang diperkirakan konsentrasi debu asbesnya tinggi dalam setiap 3 bulan atau pada frekuensi tertentu.
Aktivitas Palyja tidak menimbulkan debu asbes di lingkungan kerja
Kepmenaker RI No.Kep.187/MEN/1999
Pengusaha atau Pengurus yang menggunakan, menyimpan, memakai, memproduksi dan mengangkut bahan kimia berbahaya di tempat kerja wajib mengendalikan bahan kimia berbahaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Upaya untuk pengendalian sudah dilakukan. Operator yang menggunakan Bahan Kimia wajib menggunakan APD yang diperuntukkan
Pengendahan bahan kimia berbahaya sebagaimana di maksud pasal 2 meliputi: (a). penyediaan lembar data keselamatan bahan (LDKB) dan label (b). Penunjukan petugas K3 Kimia dan Ahli K3 Kimia
Setiap B3 dilengkapi dengan MSDS. Sudah memiliki Ahli K3 Kimia, namun belum memiliki Petugas K3 Kimia
PT xxxx yyyyy zzzzzzz No. : /EHS/006-QF-001
QUALITY FORM Version : 00
IDENTIFIKASI DAN EVALUASI PEMENUHAN PERATURAN PERUNDANGAN K3 Application Date : 18/02/09
IDENTIFICATION AND EVALUATION OF OHS LEGAL COMPLIANCE Page 1 of 1
No Peraturan Judul Aplikasi Pasal/Ayat IsiKesesuaian
CatatanYa Tidak/
Belum
Pasal 6
x
18 Tata cara pemberian simbol dan label B3 A All
x
Setiap bahan kimia diberikan label
I
19 A Pasal 1
- -
20 A Pasal 1
- -
J Kesehatan Kerja
21 A Pasal 2 Pemeriksaan kesehatan sebelum kerjax
Pasal 3 Pemeriksaan kesehatan berkala x Sudah dilakukan setiap tahun
Pasal 5 Pemeriksaan kesehatan khusus x Sudah dilakukan
22 A Pasal 2
- -
Belum terdeteksi adanya PAK
23 Pelayanan kesehatan tenaga kerja A Pasal 2x
24 Kepres No.22 tahun 1993 A Pasal 2
x
25 A All
x
Lembar Data Keselamatan Bahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 dan Label sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 diletakkan di tempat yang mudah diketahui oleh tenaga kerja dan Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan.
MSDS ditempatkan di lokasi yang menggunakan bahan kimia, namun belum semua
Peraturan Menteri LH No.3 tahun 2008
Setiap kemasan B3 dan setiap tempat penyimpanan B3 wajib diberikan simbol dan label sesuai dengan klasifikasinya
Dokter dan Paramedis Perusahaan
Permenaker Transkop No. Per.01/MEN/1976
Kewajiban Latihan Hiperkes Bagi Dokter Perusahaan
setiap perusahaan diwajibkan untuk mengirimkan setiap dokter perusahaannya untuk mendapatkan latihan dalam bidang hiperkes dan KK
Bekerjasama dengan provider kesehatan dengan dokter yang sudah sertifikasi hiperkes dan KK
Permenakertrans No.Per.01/MEN/1979
Kewajiban Latihan Hygiene Perusahaan K3 Bagi Tenaga Paramedis Perusahaan
Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga paramedis di wajbkan untuk mengirimkan setiap tenaga kerja tersebut untuk mendapatkan latihan dalam bidang hiperkes dan K3.
Bekerjasama dengan provider kesehatan dengan paramedis yang sudah sertifikasi hiperkes dan KK
Permenakertrans No.Per.02/MEN/1980
Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja dalam penyelenggaraan keselamatan kerja
Sudah dilakukan dalam perekrutan karyawan
Permenakertrans No.Per.01/MEN/1981
Kewajiban melapor penyakit akibat kerja (PAK)
Melaporkan PAK secara tertulis kepada kantor dirjen pembinaan hubungan perburuhan dan perlindungan tenaga kerja
Permenakertrans No.Per.03/MEN/1982
Tugas pokok pelayanan kesehatan (pemeriksaan kesehataan, pembinaan dan pengawasan kesehatan, P3K, dll)
Penyakit yang timbul akibat hubungan kerja
Jaminan kecelakaan kerja bagi tenaga kerja yang menderita PAK pada saat masih ada hubungan kerja maupun setelah hubungan kerja
Hak bagi pekerja atas jaminan kesehatan kerja
SE Dirjen Binawas No. SE. 07/BW/1997
Pengujian hepatitis B dalam pemeriksaan kesehatan tenaga kerja.
Melakukan pemeriksaan hepatitis B dalam pemeriksaan kesehatan perusahaan dianjurkan untuk tidak memakai pengujian serum HbsAg sebagai alat seleksi pada pemeriksaan awal maupun berkala.
Sudah terprogram dalam paket pemeriksaan MCU
PT xxxx yyyyy zzzzzzz No. : /EHS/006-QF-001
QUALITY FORM Version : 00
IDENTIFIKASI DAN EVALUASI PEMENUHAN PERATURAN PERUNDANGAN K3 Application Date : 18/02/09
IDENTIFICATION AND EVALUATION OF OHS LEGAL COMPLIANCE Page 1 of 1
No Peraturan Judul Aplikasi Pasal/Ayat IsiKesesuaian
CatatanYa Tidak/
Belum
26 A All
- -
27 Pasal 1, 10
x
Sudah dilakukan pengukuran faktor fisik
28 A Allx
K Kebakaran
29 A Pasal 4 Syarat pemasangan APAR
x
Pemeriksaan APAR x Minimal diperiksa 2 kali dalm setahun
Percobaan APAR (uji tekanan) x Pengujian tidak melebihi 5 tahun sekali
30 Instalasi alarm kebakaran automatik A Pasal 33x
31 Ax
xDilakukan tiap tahun
Pasal 3 Membentuk unit penanggulangan kebakaranx
Ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaranx
L Las
32 Kwalifikasi juru las Ax
BAB III Persyaratan lulus ujian juru las x
M Listrik dan Petir
33 Pengawasan instalasi penyalur petir Pasal 57x
34 Pasal 2x
Kepmenaker RI No.KEPTS.333/MEN/1989
Diagnosis dan pelaporan Penyakit Akibat Kerja
Diagnosis penyakit akibat kerja dilakukan melalui serangkaian pemeriksaaan klinis dan pemeriksaan kondisi pekerjaan serta lingkungannya untuk membuktikan adanya hubungan sebab akibat antara penyakit dan pekerjaannya.
Bekerjasama dengan provider MCU dengan dokter dan paramedis yang sudah sertifikasi hiperkes dan KK
Kepmenaker RI No.Kep.51/MEN/1999
Nilai Ambang Batas faktor fisika di tempat kerja
Faktor Fisika adalah faktor didalam tempat kerja yang bersifat fisika : iklim kerja, kebisingan, getaran, dan gelombang mikro. Pengusaha atau pengurus harus melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam keputusan ini
Kepmenkes RI No.1405/Menkes/SK/XI/2002
Persyaratan lingkungan kerja perkantoran dan industri
Parameter-parameter lingkungan kerja harus sesuai persyaratan atau standar
Sudah dilakukan pengukuran parameter lingkungan kerja
Permenakertrans RI No.Per.04/MEN/1980
Syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan alat pemadam api ringan
Aturan pemasangan APAR sesuai dengan jenis dan penggolongan APAR
Pasal 11, 12, 13
Pasal 15, 16
Permenakertrans RI No.Per.02/MEN/1983
Setiap instalasi kebakaran harus mempunyai buku akte pengesahan yang dikeluarkan oleh Direktur
Kepmenaker RI No.Kep.186/MEN/1999
Unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja
Pasal 2 ayat 2b
Penyedian sarana deteksi, alarm, pemadam kebakaran dan evakuasi.
Akan diidentifikasi kebutuhan unit pemadam otomatis
Pasal 2 ayat 2e
Penyelenggaraan latihan dan gladi penanggulangan kebakaran secara berkala
Pasal 5 ayat 4
PALYJA belum memiliki ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran
Permenakertrans RI No.Per.02/MEN/1982
Pasal 4 ayat 1
Syarat-syarat juru las : berbadan sehat sesuai surat keterangan dokter
Permenaker RI No.Per.02/MEN/1989
Setiap instalasi penyalur petir harus mendapat sertifikat dari Menteri atau pejabat yang ditunjuk
Pemeriksaaan dan pengujian secara berkala tiap 2 tahun sekali
Kepmenakertrans RI No.: Kep.75/MEN/2002
Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) No. SMI-04-0225-2000 Mengenai Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000(PUIL 2000) di Tempat Kerja
Perencanaan, pemasangan, penggunaan, pemeriksaan dan pengujian instalasi listrik di tempat kerja harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ditetap kan dalam Standar Nasional Indonesia
Telah dibuatkan ringkasan dari PUIL yang dijadikan pedoman internal
PT xxxx yyyyy zzzzzzz No. : /EHS/006-QF-001
QUALITY FORM Version : 00
IDENTIFIKASI DAN EVALUASI PEMENUHAN PERATURAN PERUNDANGAN K3 Application Date : 18/02/09
IDENTIFICATION AND EVALUATION OF OHS LEGAL COMPLIANCE Page 1 of 1
No Peraturan Judul Aplikasi Pasal/Ayat IsiKesesuaian
CatatanYa Tidak/
Belum
35
x
N Konstruksi Bangunan
36 A Pasal 2,3
x
BAB VI
x
37 BAB III Kwalifikasi dan syarat-syarat operator keran angkat- -
Palyja tidak memiliki operator keran angkat
O Bejana Tekan
38 Bejana tekan
x
P
39 Pesawat tenaga dan produksi A Pasal 135
x
Pasal 6
x
Sudah implementasi LOTO
40 8 Pesawat angkat dan angkut A Pasal 4
x
Pasal 138 Pemeriksaan dan pengujianx
SK Dirjen Pembinaan Hubungan Industrial Dan Pengawasan Ketenaga Kerjaan Depnaker RI No. Kep.311/BW/2002
Sertifikasi Kompetensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Tekhnisi Listrik.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. No. Per.01/MEN/1980
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Kontruksi bangunan
Kewajiban melaporkan pekerjaan konstruksi bangunan yang akan dilakukan ke disnaker setempat dan penyusunan unit k3
Pekerjaan konstruksi bangunan PALYJA di lakukan oleh pihak kontraktor. Kewenangan PALYJA untuk melakukan pengawasan terhadap pekerjaan kontraktor
Pemeriksaan dan pengujian secara berkala kabel baja, tambang, rantai dan peralatan bantu yang digunakan untuk mengangkat, menurunkan atau menggantungkan
PALYJA melakukan pengawasan terhadap alat angkat angkut yang digunakan oleh kontraktror
Permenakertrans RI No. Per.01/MEN/1989
Kwalifikasi dan Syarat-syarat operator Keran Angkat
Permenakertrans RI No.Per.01/MEN/1982
Point 5 : Dilarang mengisi dan menggunakan bejana tekanan yang tidak memiliki pengesahan pemakaian dari Direktur atau pejabat yang ditunjuk
Pesawat Tenaga dan Produksi
Permenaker RI No.Per.04/MEN/1985
Pesawat tenaga dan produksi harus diperiksa dan diuji sebelum dipakai, setelah itu dilakukan pengujian 5 tahun sekali, pemeriksaan berkala 1 tahun sekali oleh pegawai pengawasan atau ahli K3
Beum dilakukan pemeriksaan terhadap genset yang digunakan di Palyja
Pada pesawat tenaga dan produksi yang sedang diperbaiki, tenaga penggerak harus dimatikan dan alat pengontrol harus segera dikunci serta diberi suatu tanda larangan untuk menjalankan pada tempat yang mudah dibaca sampai pesawat tenaga dan produksi atau alat pengaman tersebut selesai diperbaiki
Permenaker RI No.Per.05/MEN/1985
Setiap pesawat angkat dan angkut harus dilayani oleh operator yang mempunyai kemampuan dan telah memiliki keterampilan khusus tentang Pesawat Angkat dan Angkut
Operator forklift yang ada di Palyja sudah memiliki SIO (dari Depnaker)
Pemeriksaan forklift, excavator, dan crane dilakukan setiap tahun
PT xxxx yyyyy zzzzzzz No. : /EHS/006-QF-001
QUALITY FORM Version : 00
IDENTIFIKASI DAN EVALUASI PEMENUHAN PERATURAN PERUNDANGAN K3 Application Date : 18/02/09
IDENTIFICATION AND EVALUATION OF OHS LEGAL COMPLIANCE Page 1 of 1
No Peraturan Judul Aplikasi Pasal/Ayat IsiKesesuaian
CatatanYa Tidak/
Belum
41- -
1. Berbadan hukum
2. Memiliki ijin usaha perusahaan
3. Memiliki NPWP
4. Memiliki bukti wajib lapor ketenaga kerjaan
7. Memiliki tenaga teknis sesuai usaha jasanya
Q Pengadaan makanan
42 Pengadaan kantin dan ruang makan NA All
x
Catatan: UU : Undang – Undang PP : Peraturan Pemerintah KEPRES : Keputusan Presiden KEPMEN LH : Keputusan Menteri Lingkungan Hidup KEPMENAKER : Keputusan Menteri Tenaga KerjaPERMENLH : Peraturan Menteri Lingkungan HidupMENKES : Menteri KesehatanSK : Surat KeputusanSE : Surat Edaran
Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per. 04/MEN/1995
Perusahaan Jasa Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Untuk menjadi PJK3 harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
5. Memiliki peralatan yang memadai sesuai usaha jasanya6. Memiliki ahli K3 yang sesuai dgn usaha jasanya yang bekerja penuh pada perusahaan
SE Menaker No. SE. 01 /Men/1979
Pengadaan tempat makan untuk karyawan 50-200 dan pengadaan kantin diperusahaan (jumlah karyawan lebih dari 200 orang)
Sheet1
Page 129
Daftar Identifikasi Peraturan dan Perundangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
No. Nomor & Type Peraturan Perundangan
1. Undang-undang No. 1
2.
3.
4. Peraturan Pemerintah No. 7
5. Keputusan Presiden RI No 22
6. Peraturan Menteri Perburuhan No. 77.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
Daftar Identifikasi Peraturan dan Perundangan Keselamatan dan Kesehatan Kerjatanggal di terbitkanNomor Versi
No. Nomor & Type Peraturan Perundangan
Undang -undang Republik Indonesia No. 13Undang -undang Republik Indonesia No. 21
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. No. Per.01/MEN/1978
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. No. Per.01/MEN/1980
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. No. Per.02/MEN/1980
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. No. Per.04/MEN/1980
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. No. Per.01/MEN/1981
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. No. Per.01/MEN/1982
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. No. Per.02/MEN/1982
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. No. Per.03/MEN/1982
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. No. Per.02/MEN/1983
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. No. Per.03/MEN/1985
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. No. Per.04/MEN/1985
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. No. Per.05/MEN/1985
Sheet1
Page 130
19.
20.
21.
22.
23.
24
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
Daftar Identifikasi Peraturan dan Perundangan Keselamatan dan Kesehatan Kerjatanggal di terbitkanNomor Versi
No. Nomor & Type Peraturan Perundangan
32.
33.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. No. Per.04/MEN/1987
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. No. Per.01/MEN/1989
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. No. Per.02/MEN/1989
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. No. Per.02/MEN/1992
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. No. Per.05/MEN/1995
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. No. Per.05/MEN/1996
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. No. Per.03/MEN/1998
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. No. Per.03/MEN/1999
Keputusan Meneteri Tenaga Kerja No. Kep 155/MEN/1984
Keputusan Bersama Meneteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum No. Kep. 174/MEN/1986. No. 104/KPTS/1986
Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep 1135/MEN/1987
Keputusan Meneteri Tenaga Kerja No. KEPTS 333/MEN/1989
Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep 245/MEN/1990
Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep 51/MEN/1999
Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep 186/MEN/1999
Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep 187/MEN/1999
Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep 75/MEN/2002
Instruksi Menteri Tenaga Kerja No. Ins. 11/M/BW/1997
Sheet1
Page 131
34.
35.
Surat Keputusan Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial Dan Pengawasan Ketenaga Kerjaan Departemen Tenaga Kerja RI No. Kep.84/BW/1998
Surat Keputusan Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial Dan Pengawasan Ketenaga Kerjaan Departemen Tenaga Kerja RI No. Kep.311/BW/2002
Sheet1
Page 132
Daftar Identifikasi Peraturan dan Perundangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Tentang
Keselematan Kerja 1970
Ketenagakerjaan 2003
2003
Pengawasan Atas Peredaran Penyimpanan dan Peredaran Pestisida 1973
Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan Kerja 1993
Syarat Kesehatan, Kebersihan serta penerangan dalam Tempat Kerja1978
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Kontruksi bangunan 1980
Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja 1980
Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan 1980
Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja 1981
Bejana Tekan 1982
Kwalifikasi Juru Las 1982
Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja 1982
Instalasi Alarm Kebakaran Automatik 1983
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pemakaian Asbestos 1985
Pesawat Tenaga dan Produksi 1985
Pesawat Angkat dan Angkut 1985
Daftar Identifikasi Peraturan dan Perundangan Keselamatan dan Kesehatan KerjaHalaman :
Tentang
Tahun dikeluarkan
Pengesahan ILO Convention No. 81 concerning Laboour Inspection in Industry and Comvmerce(Konvensi ILO no 81 mengenai Pengawasan Ketenagakerjaan dalam Industri dan Perdagangan.
Penunjukan dan wewenang, serta kewajiban Pegawai Pengawas Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Ahli Keselamatan Kerja.
Tahun dikeluarkan
Sheet1
Page 133
1987
Kwalifikasi dan Syarat-syarat operator Keran Angkat 1989
Pengawasan Instalasi-instalasi Penyalur Petir 1989
Tata Cara Penunjukan, Kewajiban dan Wewenang Ahli Keselamtan dan Kesehatan Kerja 1992
Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja 1996
Tata cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan Kerja 1998
1999
1984
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Kegiatan Konstruksi 1986
Bendera Keselamatan dan Kesehatan Kerja 1987
Diagnosis dan Pelaporan Penyakit Akibat Kerja 1989
Hari Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional 1990
Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Ditempat Kerja 1990
Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja 1999
Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya 1999
Daftar Identifikasi Peraturan dan Perundangan Keselamatan dan Kesehatan KerjaHalaman :
Tentang
2002
Pengawasan khusus K3 Penanggulangan Kebakaran 1997
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja
Syarat-syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lift untuk pangangkutan Orang dan Barang.
Penyempurnaan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Kep.125/MEN/82 Tentang Pembentukan, Susunan Dan Tata Kerja Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional, Dewan Keselamatan dan Kesehatan KerjaWilayah Dan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Tahun dikeluarkan
Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) No. SMI-04-0225-2000 Mengenai Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000(PUIL 2000) di Tempat Kerja