Review jurnal akuntansi forensik uas pp_ak kelas malam

46
REVIEW JURNAL Take Home Exam (Disusun untuk memenuhi Ujian Akhir Semester I pada Mata Kuliah Akuntansi Forensik) Oleh SRI APRIYANTI HUSAIN (NIM: 2014240926) PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Transcript of Review jurnal akuntansi forensik uas pp_ak kelas malam

Page 1: Review jurnal akuntansi forensik uas pp_ak kelas malam

REVIEW JURNAL

Take Home Exam

(Disusun untuk memenuhi Ujian Akhir Semester I pada Mata Kuliah Akuntansi Forensik)

Oleh

SRI APRIYANTI HUSAIN (NIM: 2014240926)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG, 2015

AKUNTANSI FORENSIK DALAM UPAYA PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA

KORUPSI

I DEWA NYOMAN WIRATMAJA

Page 2: Review jurnal akuntansi forensik uas pp_ak kelas malam

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=14074&val=945

Korupsi telah menjadi isu yang fenomenal dan selalu menarik untuk dibicarakan di Indonesia.

Korupsi telah dianggap sebagai akar penyebab masalah nasional, seperti ekonomi biaya tinggi,

pertumbuhan ekonomi, dan hambatan investasi. Artikel ini berfokus pada kesempatan menerapkan

konsep akuntansi Forensik dalam memberikan bukti untuk mendukung keputusan pengadilan.

Diskusi ini bertujuan untuk mengkaji peran Forensik akuntansi melalui pencegahan, detektif, dan

pendekatan korektif untuk mencegah dan menangani korupsi di Indonesia. Model Cressey tentang

segitiga penipuan digunakan untuk memetakan peran akuntansi Forensik dalam mencegah korupsi.

Akuntansi forensik merupakan formulasi yang dapat dikembangkan sebagai strategi

preventif, detektif dan persuasif melalui penerapan prosedur audit forensik dan audit investigatif

yang bersifat litigation suport untuk menghasilkan temuan dan bukti yang dapat digunakan

dalam proses pengambilan putusan di pengadilan. Belum tersedianya institusi yang menghasilkan

tenaga akuntansi forensik dan audit forensik memerlukan upaya dari institusi penyelenggara

pendidikan dalam menyediakan kurikulum yang membekali lulusan dengan kompetensi akuntansi

forensik. Belum tersedianya lembaga dan standar profesi auditor dan akuntan forensik merupakan

tantangan bagi profesi akuntansi di Indonesia untuk mengoptimalkan peran profesi dalam

penanganan masalah nasional khususnya pengungkapan dan penanganan kasus korupsi.

AUDITING FORENSIK DAN VALUE FOR MONEY AUDIT

Dwi Sudaryati

Nafi’ Inayati Zahro

Page 3: Review jurnal akuntansi forensik uas pp_ak kelas malam

http://eprints.umk.ac.id/152/1/

AUDITING_FORENSIK_DAN_VALUE_FOR_MONEY_AUDIT.pdf

Perkembangan dunia usaha yang demikian kompleks dan bervariasi dewasa ini, membuat

kemajuan di bidang ekonomi cenderung diiringi pula dengan munculnya kejahatan-kejahatan. Hal

tersebut menuntut para auditor khususnya, harus dapat memahami fraud audit. Fraud audit yang

proaktif menilai sistem yang ada untuk mengetahui resiko atau potensi terjadinya tindakan

kecurangan. Identifikasi atau pemetaan wilayah yang rawan “fraud” dikomunikasikan pada instansi

yang bertanggung jawab. dalam good corporate governance, instansi ini adalah komite audit.

Penegakan goog governance tidak mudah dan banyak menghadapi tantangan. Lingkungan usaha

dan perubahan-perubahan dalam pemerintahan melahirkan terlalu banyak insentif dan motivasi

untuk korupsi. Oleh karena itu, diperlukan Akuntansi forensik yang merupakan penerapan disiplin

akuntansi dalam memecahkan masalah hukum di dalam maupun diluar pengadilan.

Adanya Surat Ketetapan Bersama (SKB) Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan (BPKP) Nomor: Juklak.001/JA/1989 dan Kep-145/K/1989 Tanggal 25 Februari 1989

tentang upaya menetapkan kerjasama Kejaksaan dan BPKP dalam penanganan kasus berindikasi

Tindak Pidana Korupsi (TPK) dan dikeluarkannya Undang-Undang No. 30 Tahun 2002 tentang

Komisi Pemberantasan Korupsi membuktikan bahwa pemerintah benar-benar serius dalam

menangani kasus tindak pidana korupsi. BPKP sebagai sebuah lembaga pemerintah memang

bertugas untuk memeriksa apakah ada suatu tindakan atau perbuatan yang melanggar hukum seperti

korupsi atau tidak. Tetapi BPKP tidak berhak untuk melakukan penyidikan atau mengadili pihak

yang melanggar hukum tersebut. Penegak hukum seperti Kejaksaan dan Kepolisian yang

berwenang untuk memproses secara hukum. Hal ini sebagaimana tertuang dalam SPAP-SA Seksi

317 tentang Unsur Tindakan Pelanggaran Hukum Oleh Klien. Konsep auditing forensik yang

merupakan jenis audit khusus seharusnya dapat memberikan dorongan bagi para akuntan

pemerintah (BPKP) untuk selalu optimis dalam menghadapi tindakan korupsi. Para akuntan

pemerintah dapat mengaplikasikan konsep auditing forensik dan konsep value for money audit pada

pelaksanaan pemeriksaan keuangan di lingkungan lembaga pemerintahan. Meskipun untuk

menghilangkan sama sekali praktek korupsi sangatlah kecil sekali harapannya, namun paling tidak

metode dalam auditing yaitu auditing forensik dan value for money audit tersebut akan memberikan

hasil yang lebih baik.

AKUNTANSI FORENSIK DAN PROSPEKNYA TERHADAP PENYELESAIAN

MASALAHMASALAH HUKUM DI INDONESIA

Jumansyah

Page 4: Review jurnal akuntansi forensik uas pp_ak kelas malam

Nunik Lestari Dewi

Tan Kwang En

http://repository.maranatha.edu/22/1/Akuntansi%20Forensik%20dan%20Prospeknya%20terhadap

%20Penyelesaian%20Masa.pdf

Integrasi akuntansi, audit, dan keterampilan investigasi dapat bersatu dalam akuntansi

forensik. Akuntansi forensik terdiri dari dukungan litigasi dan akuntansi investigasi. Penelitian ini

bertujuan untuk meninjau kasus-kasus hukum di Indonesia menggunakan perspektif akuntansi

forensik. Kasus hukum yang telah digunakan dalam penelitian ini dibagi kepada tiga kelompok,

yaitu korupsi, penyalahgunaan aset dan penipuan laporan keuangan). Makalah ini menguraikan

kemungkinan untuk memecahkan kasus hukum yang menggunakan akuntansi forensik.

Perkembangan tiga kasus hukum kelompok membuat akuntansi forensik profesi menjadi lebih

terang. Rekomendasi penelitian ini adalah untuk memperkuat profesi akuntan forensik

menggunakan kolaborasi ilmiah antara studi akuntansi dan hukum.

Kesimpulan dari paper ini adalah bahwa akuntansi forensik dapat membantu menyelesaikan

kasus-kasus hukum dengan cara (1) Membantu para penegak hukum untuk melakukan perhitungan

dan pengungkap kos kecurangan, meskipun di Indonesia masih terdapat banyak kendala, karena

kecurangan seringkali dilakukan secara bersama-sama (berjamaah) sehingga sulit untuk memulai

dari mana akan diungkap. (2) Akuntan forensik dapat mendeteksi penyebab terjadinya kecurangan.

Terdapat tiga kategori utama kecurangan yaitu korupsi, asset misappropriation, dan kecurangan

laporan keuangan. Ketiga kategori kecurangan ini menimbulkan kerugian bagi negara dan keuangan

negara. (3) Akuntansi forensik dapat menemukan petunjuk awal (indicia of fraud) terjadinya

kecurangan, membantu kepolisian untuk penyelesaian kasus-kasus hukum dengan mengumpulkan

bukti dan barang bukti untuk proses pengadilan, kreatif dalam menerapkan teknik investigatif.

Akuntansi forensik melakukan pemeriksaan dari dalam dan menggunakan pendekatan prosedural

audit. Sehingga lebih mudah mendeteksi daripada penyelidikan oleh kepolisian. (4) Akuntan

forensik mendeteksi kira-kira waktu kecurangan dapat terungkap dan membedakan kecurangan

yang terungkap melalui tip atau secara kebetulan. Akuntan forensik membuat pencegahan terhadap

keurangan dengan menerapkan anti-fraud controls. Akuntan forensik menilai keefektifan

pengendalian intern karena merupakan bagian sangat penting untuk diinvestigasi saat melakukan

prosedur audit. Akuntan forensik harus dapat berspekulasi secara cerdas siapa yang berpotensi

menjadi pelaku kecurangan atau otak pelaku kecurangan, apakah pemilik (eksekutif), manajer, atau

karyawan.

Berdasarkan pembahasan paper ini menunjukkan bahwa prospek profesi akuntan forensik

untuk ikut serta dalam penyelesaian kasus-kasus hukum di Indonesia sangat besar dan penting.

Page 5: Review jurnal akuntansi forensik uas pp_ak kelas malam

Kasus-kasus hukum di Indonesia khususnya yang berhubungan dengan kecurangan perlu

melibatkan akuntan forensik dalam penyelesaiannya, karena akuntan forensik dapat membantu para

ahli dan para penegak hukum dalam mengumpulkan bukti dan barang bukti untuk menentukan

potensi kerugian yang timbul akibat adanya kecurangan. Selain itu prospek akuntan forensik lebih

besar karena pada prinsipnya orang yang bekerja di lembaga keuangan, perlu memahami tentang

akuntansi forensik ini, untuk memahami apa yang ada di balik laporan keuangan debitur, apa yang

dibalik laporan hasil analisis yang disajikan. Sehingga dapat dilakukan pendeteksian sejak dini,

agar masalah tidak terlanjur melebar dan sulit diatasi.

PERAN AUDIT FORENSIK DALAM UPAYA PEMBERANTASAN

KORUPSI DI INDONESIA

Ni Putu Sri Astuti

http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-akuntansi/article/view/6673/3456

Page 6: Review jurnal akuntansi forensik uas pp_ak kelas malam

Tindakan penipuan diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu korupsi, aset

penyalahgunaan, dan penipuan laporan keuangan. Kasus korupsi bukanlah hal yang aneh, terutama

di Indonesia, banyak kasus korupsi dan terjadi di hampir setiap daerah. Artikel ini bertujuan untuk

menjelaskan peran audit forensik dalam memerangi korupsi. Pemberantasan korupsi merupakan

tujuan penting untuk mencapai yang baik pemerintahan yang bebas dari korupsi, kolusi, dan

nepotisme. Satu upaya pemerintah dalam memerangi korupsi adalah melalui forensik sebuah audit.

Audit forensik menekankan proses pencarian bukti dan bukti penilaian kesesuaian dengan ukuran

bukti yang diperlukan dalam hukumproses.

Data-data yang diperoleh dari Transparency International Indonesia, CPI Indonesia tahun

2012 sebesar 32 menduduki posisi ke 118 dari 176 negara dan termasuk negara yang korup apabila

dibandingkan dengan negara-negara ASEAN. Oleh karena itu, diperlukan audit forensik yang

mempunyai keahlian dalam menginvestigasi indikasi adanya korupsi atau tindak penyelewengan

lainnya di sebuah perusahaan atau instansi negara. Akuntan forensik menggunakan

pengetahuannya tentang akuntansi, studi hukum, investigasi, dan kriminologi untuk mengungkap

fraud, menemukan bukti dan selanjutnya bukti tersebut dibawa ke pengadilan, sedangkan audit

forensik meliputi prosedur-prosedur tertentu yang dilakukan dengan maksud untuk menghasilkan

bukti dengan menggunakan teknik-teknik untuk mengidentifikasi dan menggabungkan bukti-bukti.

Peran audit forensik ditunjukkan dengan keberhasilan mengumpulan bukti-bukti fraud pada

kasus korupsi komples seperti hambalang dan bank century. Strategi preventif, detektif, dan represif

yang diterapkan dalam audit forensik diharapkan mampu mengurangi kasus korupsi di Indonesia.

Dukungan serta peran pemerintah mewujudkan good governance yang bebas dari KKN juga akan

sangat membantu melalui peningkatan pengendalin internal (SPIP).

PENGARUH KOMPETENSI, INDEPENDENSI, DAN PROFESIONALISME TERHADAP

KEMAMPUAN AUDITOR DALAM MENDETEKSI KECURANGAN (FRAUD)

Marcellina Widiyastuti

Sugeng Pamudji

Page 7: Review jurnal akuntansi forensik uas pp_ak kelas malam

http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/vadded/article/view/687/740

Penelitian ini dilaksanakan untuk menguji pengaruh kompetensi, idependensi, dan

profesionalisme terhadap kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan (fraud). Berdasarkan

hasil analisis data yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: (1)

Kompetensi berpengaruh positif terhadap kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan

(fraud). Hal ini berdasarkan hasil pengujian nilai t statistik variabel kompetensi sebesar 2,376 yang

lebih besar dari 1,96 dan nilai koefisien parameter yang positif (0,275). (2) Independensi

berpengaruh positif terhadap kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan (fraud). Hal ini

terIihat pada nilai t statistik yang lebih besar dari 1,96 yaitu 2,587 dan nilai koefisien parameter

yang positif (0,289). (3) Profesionalisme berpengaruh positif terhadap kemampuan auditor dalam

mendeteksi kecurangan (fraud). Hal ini berdasarkan hasil pengujian nilai t statistik yang lebih

besar dari yang disyaratkan (l,96) yaitu hanya sebesar 4,204 dan nilai koefisien parameter yang

positif (0,298). (4) Hasil penelitian ini tidak berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya yang

menggunakan auditor independen, yang mana dalam penelitian ini menggunakan auditor

pemerintah. Ini juga berarti tidak ada perbedaan antara sikap kompetensi, sikap kompetensi,

independesi, dan profesionalisme antara auditor independen dengan auditor pemerintah terhadap

kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan (fraud). Penelitian ini meupakan penelitian yang

baru dilakukan sehingga masih terdapat kekurangan yang terjadi, seperti pertanyaan yang diajukan

kurang mengindikasikan variabel yang akan diteliti, selringga ada beberapa pertanyaan yang tidak

valid, yang selanjutnya pertanyaan-pertanyaan tersebut dihapus dan tidak digunakan sebagai bahan

analisis. Responden dalam penelitian ini hanya meliputi auditor yang bekerja di Badan Pemeriksa

Keuangan (BPK-RI) di Jakarta selringga hasil penelitian ini hanya mencerminkan kondisi auditor

yang bekerja di BPK-RI, Jakarta. Waktu penyebaran kuesioner bertepatan dengan waktu auditor

sedang sibuk bekerja (masa audit) sehingga banyak auditor tidak berada di tempat dan ini

mengakibatkan data yang diperoleh kurang proposional. Penelitian ini hanya menguji beberapa

sikap yang harus dimiliki auditor dalam menjalankan tugasnya, terlebih dalam mendeteksi adanya

kecurangan yang dapat terjadi dalam tugas auditnya. Penelitian ini menggunakan metode analisis

data Partial Least Square (PLS), dimana metode ini hanya dapat menganalisis pengamh atau

korelasi tetapi tidak menyebutkan tingkat kuantitas pengaruh tersebut. PLS juga memi1iki

kelemahan lain, PLS hanya memberikan hasil secara parsial, tidak ada hasil secara simultan.

PENDETEKSIAN KECURANGAN (FRAUD) LAPORAN KEUANGAN OLEH AUDITOR

EKSTERNAL

Tri Ramaraya Koroy

http://puslit2.petra.ac.id/gudangpaper/files/1828.pdf

Page 8: Review jurnal akuntansi forensik uas pp_ak kelas malam

Tujuan makalah ini adalah mengidentifikasi dan menguraikan permasalahan dalam

pendeteksian kecurangan dalam audit atas laporan keuangan oleh auditor eksternal. Meskipun

pendeteksian kecurangan penting untuk meningkatkan nilai pengauditan, namun terdapat banyak

masalah yang dapat menghalangi implementasi dari pendeteksian yang tepat. Berdasarkan telaah

atas berbagai penelitian yang telah dilakukan, ada terdapat empat faktor penyebab besar yang

diidentifikasikan melalui makalah ini. Pertama, karakteristik terjadinya kecurangan sehingga

menyulitkan proses pendeteksian. Kedua, standar pengauditan belum cukup memadai untuk

menunjang pendeteksian yang sepantasnya. Ketiga, lingkungan kerja audit dapat mengurangi

kualitas audit dan keempat metode dan prosedur audit yang ada tidak cukup efektif untuk

melakukan pendeteksian kecurangan. Berdasarkan permasalahan ini, perbaikan yang perlu

disarankan untuk diterapkan.

Dari uraian permasalahan-permasalahan dalam pendeteksian kecurangan yang dikemukakan

di depan, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut: 1) Pertimbangan atas kecurangan dalam

pelaporan keuangan yang semakin meningkat belakangan ini timbul dari adanya upaya

mempersempit kesenjangan harapan antara pengguna dengan pihak penyedia jasa pengauditan.

Disamping untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat atas profesi akuntan publik dan

mengurangi biaya-biaya litigasi, 2) pendeteksian kecurangan dalam audit laporan keuangan oleh

auditor perlu dilandasi dengan pemahaman atas sifat, frekuensi dan kemampuan pendetek sian oleh

auditor. Sifat terjadinya kecurangan yang melibatkan penyembunyian dan frekuensinya jarang

dihadapi auditor, seharusnya tidak membuat auditor berpuas diri dengan pengauditan yang ada

sekarang. Permasalahan bahwa terdapat keterbatasan auditor dalam pelaksanaan pendeteksian

kecurangan merupakan tantangan yang perlu dihadapi pihak profesi dan akademisi, 3) sejauh ini

standar pengauditan mengenai pendeteksian kecurangan telah terus-menerus diupayakan untuk

memperbaiki praktek pengauditan yang berjalan. Patokan yang selalu diacu adalah efektivitas dari

standar ini dalam mengarahkan keberhasilan pendeteksian kecurangan.

Beberapa standar terdahulu kurang memberikan pedoman dalam memberikan arah

pendeteksian kecurangan. Standar terbaru diharapkan membawa harapan baru dengan mengatasi

kelemahan-kelemahan sebelumnya. Perlu lebih banyak riset-riset empiris yang mendukung validitas

atas efektivitas standar baru ini, seperti disarankan Bedard et al. (2001) dan diperlihatkan oleh riset

Carpenter (2007). Khusus untuk di Indonesia, mengingat kegunaannya, ada baiknya Ikatan Akuntan

Indonesia segera mengadopsi SAS No. 99 untuk menggantikan PSA No. 70 agar praktik

pendeteksian kecurangan yang terbaru dapat diarahkan penerapannya, 4) permasalahan yang

terdapat pada lingkungan pekerjaan audit bila tidak ditangani dengan baik akan berakibat buruk

pada kualitas audit. Adanya tekanan kompetisi, tekanan waktu dan tekanan hubungan dengan klien

Page 9: Review jurnal akuntansi forensik uas pp_ak kelas malam

demikian juga dapat berdampak pada keberhasilan pendeteksian kecurangan. Pihak KAP perlu

terus-menerus menyadari masalah ini dan konsekuensinya serta menjaga agar tekanan-tekanan

dalam lingkungan ini tidak bertambah buruk.

Hal yang masih banyak dikerjakan ke masa depan adalah mencari dan memperbaiki metode

dan prosedur yang paling tepat dalam melakukan pendeteksian kecurangan. Metode dan prosedur

tradisional tidaklah memadai dalam usaha pendeteksian kecurangan, sehingga riset-riset mendatang

perlu menjawab tantangan ini.

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTIMBANGAN

AKUNTAN PUBLIK DALAM MENDETEKSI KECURANGAN MANAJEMEN

(Studi Kasus Pada 14 Kantor Akuntan Publik Di Semarang)

Dhiyas Widigjaya

Drs. Anies Chariri, M.Com Ph.D, Akt

Page 10: Review jurnal akuntansi forensik uas pp_ak kelas malam

http://eprints.undip.ac.id/26524/1/JURNAL.pdf

Penelitian ini menguji faktor-faktor hubungan menjadi pertimbangan audit dalam mendeteksi

penipuan manajemen. Analisisnya didasarkan pada jawaban responden yang diperoleh dari 14

masyarakat kantor akuntan di Semarang.

Dalam penelitian ini, ada 3 hipotesis, yaitu H1: Kondisi klien memiliki berpengaruh positif

terhadap pertimbangan audit dalam mendeteksi manajemen penipuan, H2: Motivasi berpengaruh

positif terhadap pengelolaan pertimbangan audit dalam mendeteksi fraud manajemen, H3: Sikap

manajemen berpengaruh positif terhadap pertimbangan mengaudit untuk mendeteksi manajemen

penipuan.

Hasil menunjukkan bahwa adanya kondisi buruk yang semakin besar klien. Perusahaan akan

menyediakan manajemen deteksi penipuan yang lebih tinggi, motivasi dari manajemen untuk

tindakan penipuan yang tinggi akan meningkatkan deteksi penipuan yang dilakukan oleh

manajemen, dan sikap yang tinggi dari manajemen tentang penipuan akan meningkatkan deteksi

penipuan yang dibuat oleh manajemen.

Hasil pengujian mendapatkan bahwa kondisi manajemen memiliki pengaruh positif terhadap

kecurangan manajemen. Semakin tinggi kondisi buruk perusahaan klien maka deteksi akan adanya

kecurangan manajemen auditor akan semakin besar. Hasil pengujian mendapatkan bahwa motivasi

manajemen memiliki pengaruh positif terhadap kecurangan manajemen. Semakin besar tingkat

motivasi manajemen maka deteksi akan adanya kecurangan manajemen akan semakin besar. Hasil

pengujian mendapatkan bahwa sikap manajemen memiliki pengaruh positif terhadap kecurangan

manajemen. Semakin besar sikap manajemen mengenai kecurangan maka deteksi akan adanya

kecurangan manajemen akan semakin besar.

PRAKTIK KECURANGAN AKUNTANSI DALAM PERUSAHAAN

Yuniarti Hidayah Suyoso Putra

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=115829&val=5275

Page 11: Review jurnal akuntansi forensik uas pp_ak kelas malam

Makalah ini menjelaskan penipuan akuntansi di perusahaan. Penelitian sebelumnya

menunjukkan beberapa faktor didorong penipuan akuntansi seperti kesempatan, paparan, aspek

individu, lemahnya pengendalian internal, dan penempatan dan model pengelolaan yang tidak

efektif karyawan. Kekambuhan penipuan akuntansi terjadi baik karena direncanakan dengan baik

dan pelaku dipaksa untuk melakukannya. Namun, metode yang beragam dapat dilakukan untuk

mendeteksi dan mencegah penipuan akuntansi dan didukung oleh komitmen moral yang tinggi dan

penegakan hukum.

Praktik kecurangan akuntansi dalam perusahaan hanya bisa dicegah dan dibasmi apabila ada

komitmen tinggi untuk tidak melakukan berbagai bentuk kecurangan dari masing-masing

individu pelaku, manajemen maupun pihak lain yang terlibat. Krisis moral pada saat ini memang

menjadi masalah utama dan berbagai cara memang bisa ditempuh untuk mendeteksi dan mencegah

kecurangan termasuk dengan mengefektifkan pengendalian internal, penegakan hukum,

melaksanakan good governance, tetapi jika moral tidak berubah dan sikap komitmen yang tinggi

terhadap pemberantasan segala praktik kecurangan tidak terlaksana maka semua langkah

pemberantasan yang ditempuh tidak akan berguna.

Ke depan penelitian dan publikasi terkait dengan praktik-praktik kecurangan yang terjadi

sangat perlu terus dilakukan dengan metode yang tepat termasuk metode-metode dalam

mendeteksi dan mencegah kecurangan, sehingga mampu memberikan informasi yang adil dan

dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat luas, menunjukkan komitmen yang tinggi dari

para akademisi maupun praktisi, yang pada akhirnya dapat mendorong pemerintah melakukan

penegakan hukum yang adil sehingga memberikan efek jera kepada pelaku kecurangan.

PENGARUH MORALITAS INDIVIDU DAN PENGENDALIAN INTERNAL

TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN AKUNTANSI: STUDI

EKSPERIMEN PADA KONTEKS PEMERINTAHAN DAERAH

Novita Puspasari

Page 12: Review jurnal akuntansi forensik uas pp_ak kelas malam

Eko Suwardi

http://asp.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2014/03/102-SIPE-38.pdf

Paper ini bertujuan untuk menguji pengaruh moralitas individu dan pengendalian internal

terhadap kecenderungan individu untuk melakukan kecurangan akuntansi di sektor pemerintahan.

Moralitas individu dan pengendalian internal dihipotesiskan saling berinteraksi dalam

mempengaruhi kecenderungan kecurangan akuntansi. Individu yang memiliki level moral tinggi

dihipotesiskan tidak akan melakukan kecurangan akuntansi pada kondisi ada dan tidak ada elemen

pengendalian internal. Individu yang memiliki level moral rendah dihipotesiskan akan melakukan

kecurangan akuntansi pada kondisi tidak terdapat elemen pengendalian internal. Untuk menguji hal

tersebut dilakukan eksperimen faktorial 2x2 dengan melibatkan 57 mahasiswa pascasarjana

Magister Ekonomika Pembangunan Universitas Gadjah Mada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

terdapat interaksi antara moralitas individu dan pengendalian internal. Kondisi elemen pengendalian

internal tidak mempengaruhi individu dengan level moral tinggi untuk cenderung tidak melakukan

kecurangan akuntansi. Sedangkan individu dengan level moral rendah cenderung melakukan

kecurangan akuntansi pada kondisi tidak terdapat elemen pengendalian internal.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan kecenderungan melakukan

kecurangan akuntansi antara individu yang memiliki level penalaran moral rendah dan level

penalaran moral tinggi dalam kondisi terdapat elemen pengendalian internal dan tidak terdapat

elemen dan pengendalian internal. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat interaksi

antara level moral individu dengan pengendalian internal. Artinya perubahan pada satu level faktor

level moral atau pada kondisi pengendalian internal, akan menyebabkan perubahan individu dalam

melakukan kecurangan akuntansi. Hal ini dapat terlihat dari hipotesis pertama.

Hasil dari penelitian ini juga mengindikasikan bahwa individu yang memiliki level penalaran

moral tinggi cenderung tidak melakukan kecurangan akuntansi baik dalam kondisi terdapat elemen

pengendalian internal maupun dalam kondisi tidak terdapat elemen pengendalian internal di

organisasi. Hasil dari pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang

signifikan pada individu dengan level penalaran moral tinggi untuk tidak melakukan kecurangan

akuntansi, baik dalam kondisi ada maupun tidak ada elemen pengendalian internal di organisasi.

Elemen pengendalian internal dapat menjadi alat yang mampu mengurangi kecenderungan

melakukan kecurangan akuntansi bagi individu dengan level penalaran moral rendah. Hasil

pengujian hipotesis ketiga dan keempat membuktikan bahwa dalam kondisi terdapat elemen

pengendalian internal, individu yang memiliki level penalaran moral rendah cenderung tidak

melakukan kecurangan akuntansi. Sebaliknya dalam kondisi tidak terdapat elemen pengendalian

Page 13: Review jurnal akuntansi forensik uas pp_ak kelas malam

internal, individu dengan level penalaran moral rendah akan cenderung melakukan kecurangan

akuntansi.

Ada dua implikasi penting dari penelitian ini. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat

memasukkan variabel-variabel yang terkait demografis responden (gender, posisi di organisasi,

pengalaman bekerja, usia, dan pendidikan) untuk melihat pengaruh variabel-variabel tersebut

terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Penelitian selanjutnya juga disarankan untuk lebih

fokus pada desain eksperimen yang lebih sempurna agar lebih dapat menggambarkan kondisi yang

lebih nyata.Terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, diantaranya terkait semua

informasi yang menggambarkan elemen pengendalian internal organisasi kemungkinan tidak

tersedia di dalam skenario yang diberikan karena elemen pengendalian internal di sektor

pemerintahan di dunia nyata lebih kompleks. Partisipan dalam penelitian ini adalah mahasiswa S-2

Program Magister Ekonomika Pembangunan Universitas Gadjah Mada, harus berhati-hati untuk

menggeneralisir hasil penelitian ini untuk situasi lainnya karena hasilnya belum tentu sama pada

partisipan lain.

INTEGRITY, UNETHICAL BEHAVIOR, AND TENDENCY OF FRAUD

Gugus Irianto, dkk

http://www.stiesia.ac.id/jurnal/index.php/journal/list_journal/2/1/E2012162

Page 14: Review jurnal akuntansi forensik uas pp_ak kelas malam

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh integritas, dan sistem

kompensasi terhadap perilaku tidak etis, dan pengaruh perilaku tidak etis terhadap kecenderungan

kecurangan keuangan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah staf bagian keuangan,

dan pengadaan barang dari suatu lembaga pendidikan tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

integritas tidak berpengaruh pada perilaku tidak etis, sementara sistem kompensasi memiliki

pengaruh terhadap perilaku tidak etis. Hasil lain menunjukkan bahwa lingkungan yang beretika

dapat mendorong keputusan yang dilandasi oleh prinsip-prinsip etika daripada keputusan yang

didasarkan pada kepentingan pribadi; atau dengan kata lain tendency kecurangan keuangan dapat

dikurangi manakala berada dalam lingkungan yang beretika. Hasil penelitian ini selanjutnya dapat

diartikan bahwa sistem yang baik, integritas, dan lingkungan yang beretika adalah faktor penentu

perilaku etis seseorang.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU TIDAK ETIS DAN

KECENDERUNGAN KECURANGAN AKUNTANSI SERTA AKIBATNYA TERHADAP

KINERJA ORGANISASI

Siti Thoyibatun

http://www.stiesia.ac.id/jurnal/index.php/journal/list_journal/2/1/E2012162

Page 15: Review jurnal akuntansi forensik uas pp_ak kelas malam

Kecenderungan kecurangan akuntansi (KKA) ditandai dengan adanya tindakan dan kebijakan

menghilangkan atau penyembunyian informasi yang sebenarnya untuk tujuan manipulasi. Anehnya,

KKA kadang malah dipilih karena menjanjikan keuntungan yang lebih besar bagi dirinya sendiri,

namun beberapa pihak tidak menyetujui KKA. Penelitian ini dilaksakan di Perguruan Tinggi

Negeri se Jawa Timur yang berada di bawah naungan Depatemen Pendidikan Nasional dan

Depatemen Agama dengan desain penelitian survey dan kuesioner sebagai instrumen. Penelitian ini

berfokus pada studi keperilakuan dengan unit analisis pejabat dan semua staf yang mendapat

delegasi wewenang sebagai pengguna anggaran, penyelenggara akuntansi, dan pembuat laporan

akuntabilitas di PTN. Dari 360 buah kuesioner yang dikirim ada 146 yang kembali, ini berarti

bahwa tingkat respon mencapai 40,56%. Mereka dari 19 Perguruan Tinggi Negeri. 130 kuesioner

yang diterima dinyatakan memenuhi syarat sebanyak 130 dan dianalisis dengan teknik regresi, 16

kuesioner yang terisi tidak dianalisis karena tidak lengkap pegisiannya. Hasil studi menunjukkan

bahwa 1) kesesuaian sistem pengendalian intern, sistem kompensasi, dan ketataan aturan akuntansi

berpengaruh terhadap perilaku tidak etis, 2) kesesuaian sistem pengendalian intern, sistem

kompensasi, ketataan aturan akuntansi, dan perilaku tidak etis berpengaruh terhadap KKA, 3) KKA

tidak berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja. Sistem kompensasi dan ketaatan aturan akuntansi

merupakan faktor yang efektif untuk mengendalikan perilaku tidak etis dan KKA. Hasil studi ini

memberikan saran bahwa 1) sistem pengendalian intern yang diterapkan hendaknya

mempertimbangakn kebermanfaatannya untuk mengendalikan keamanan aset dan informasi

organisasi, 2) sebaiknya dipertimbangkan masalah pelanggaran etis yang pernah dilakukan

karyawan sebagai dasar dalam penentuan tugas yang pada akhirnya nanti akan dijadikan sebagai

pertimbangan dalam menentukan honorarium.

KKA dipengaruhi kejadiannya oleh faktor kesesuaian SPI, sistem kompensasi, ketaatan

terhadap aturan, dan perilaku tidak etis. Dari keempat faktor tersebut ketaatan terhadap aturan dan

perilaku tidak etis merupakan faktor yang berpengaruh positif. Kesesuaian SPI dan sistem

kompensasi merupakan faktor yang berpengaruh negatif terhadap KKA. Perilaku tidak etis sebagai

salah satu faktor kuat yang berpengaruh terhadap semakin naiknya KKA dipengaruhi kejadiannya

oleh faktor kesesuaian SPI, sistem kompensasi, dan ketaatan terhadap aturan akuntansi. KKA

berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja tidak terbukti dalam penelitian ini. Kemungkinan hal ini

disebabkan bahwa akuntabilitas yang dijaring belum menggambarkan akuntabilitas yang

sebenarnya, sebab akuntabilitas diukur hanya berdasar hal-hal yang berhubungan dengan uang saja.

Pengukuran untuk semua variabel unobsevable didasarkan atas indikator pada penelitian

sebelumnya yang dilakukan di perusahaan yang memiliki tujuan utama mencari laba, sedangkan

penelitian ini dilakukan pada lembaga pendidikan milik negara yang tidak memiliki prioritas pada

Page 16: Review jurnal akuntansi forensik uas pp_ak kelas malam

tujuan mencari laba. Ketepatan indikator yang dipilih lebih didasarkan pada pertimbangan apakah

indikator merupakan unsur pembentuk variabel secara tepat ataukah tidak. Mengingat ada

perbedaan tujuan tersebut, pemilihan indikator sebaiknya juga didasarkan hasil studi di lapangan

yang ditujukan untuk menguji ketepatan tiap indikator.

PENGARUH MODIFIED AUDIT OPINION TERHADAP BORROWING CASH FLOW

DAN INVESTMENT CASH FLOW

Puspita Hardina Cahyaningrum

Fitriany

Page 17: Review jurnal akuntansi forensik uas pp_ak kelas malam

Penelitian ini bertujuan untuk melihat konsekuensi ekonomis dari modified audit opinion

yang diperoleh perusahaan terhadap tingkat borrowing cash flow dan pengeluaran investasi

perusahaan tersebut. Modified audit opinion dalam penelitian ini dibagi menjadi empat opini, yaitu

wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan mengenai kurang konsistennya penggunaan

prinsip akuntansi, going concern, dan terlibatnya auditor lain serta opini disclaimer. Sampel

penelitian ini adalah 132 perusahaan publik selain institusi keuangan yang tercatat di BEI dengan

periode observasi dari tahun 2008 sampai 2010.

Hasil penelitian ini yakni modified audit opinion yang diperoleh perusahaan tidak terbukti

mempengaruhi kemampuan perusahaan mendapatkan pinjaman. Hal ini berarti opini audit tidak

mempengaruhi keputusan kreditor untuk memberikan pinjaman. Namun, dari semua jenis modified

audit opinion, hanya opini wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan mengenai going

concern yang mempengaruhi keputusan kreditor dalam memberikan pinjaman secara negatif. Hal

ini berarti perusahaan yang mendapatkanopini wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan

mengenai going concern akan memperoleh pinjaman yang lebih sedikit dibandingkan dengan

perusahaan yang mendapatkan opini lainnya.

Perusahaan yang mendapatkan modified audit opinion terbukti menggunakan lebih banyak

kas internal (operating cash flow) untuk membiayai pembelian aset dibandingkan dengan

perusahaan yang mendapatkan opini wajar tanpa pengecualianbentuk baku. Modified audit opinion

tersebut adalah wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan mengenai kurang

konsistennya penggunaan prinsip akuntansi dan going concern.Hal ini menandakan bahwa

perusahaan yang mendapatkan modified audit opinion, khususnya opini wajar tanpa pengecualian

dengan paragraf penjelasan mengenai kurang konsistennya penggunaan prinsip akuntansi dan

going concern, menghadapi financial constraint dan efek informasi asimetri lebih besar

dibandingkan dengan efek soft budget.

Pertumbuhan penjualan terbukti mempengaruhi pengeluaran investasi dan borrowing cash

flow secara positif dan signifikan. Hal ini diduga karena perusahaan terlihat semakin bertumbuh

sehingga kreditor percaya bahwa perusahaan dapat membayar pokok utang beserta bunganya di

masa depan. Ukuran perusahaan tidak terbukti mempengaruhi pengeluaran investasi untuk model

1b. Namun, hasil ini tidak konsisten untuk model 2b yang menunjukkan bahwa ukuran perusahaan

terbukti mempengaruhi pengeluaran investasi secara negatif dan signifikan. Ukuran perusahaan

terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap borrowing cash flow perusahaan. Perusahaan

yang memiliki total aset yang besar akan cenderung mendapatkan pinjaman lebih besar karena

mereka memiliki aset yang besar yang dapat digunakan sebagai jaminan bagi kreditor.

Profitabilitas tidak terbukti berpengaruh signifikan terhadap borrowing cash flow. Hal ini

diduga karena kredior dalam mengevaluasi calon peminjam, mereka menilai kemampuan untuk

Page 18: Review jurnal akuntansi forensik uas pp_ak kelas malam

membayar obligasi di masa depan dengan mengestimasi distribusi probabilitas arus kas masa depan

yang tersedia dan jaminan. Leverage memberikan cukup bukti bahwa perusahaan di Indonesia yang

memiliki leverage besar akan mendapatkan kas pinjaman yang lebih besar dibandingkan dengan

yang memiliki leverage kecil. Hal ini diduga karena rasio leverage yang tinggi menunjukkan sifat

agresif perusahaan dalam menggunakan pembiayaan dengan utang dan kreditor berekspektasi

perusahaan mampu menghasilkan keuntungan di masa depan darihasil penggunaan utang untuk

pertumbuhan perusahaan. Pengeluaran investasi terbukti berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap borrowing cash flow. Hal ini diduga karena perusahaan menggunakan kas internal untuk

belanja aset dan menunjukkan bahwa tidak mudah mendapatkan pinjaman dari bank dan perusahaan

finansial lainnya yang digunakan untuk membeli aset, khususnya aset tidak lancar.

Adapun beberapa keterbatasan dalam penelitian ini menyangkut beberapa hal. Pertama,

jangka waktu penelitian yang hanya mengambil periode observasi selama 3 tahun karena

keterbatasan waktu penelitian. Disarankan kepada penelitian selanjutnya untuk menambah jangka

waktu penelitian agar semakin banyak data perusahaan yang dapat dijadikan sampel sehingga data

semakin valid. Kedua, sampel diambil dari jenis-jenis industri yang menghasilkan produk yang

berbeda sehingga mungkin menimbulkan perbedaan risiko industri yang dipertimbangkan oleh

kreditor dalam memberikan pinjaman. Ketiga, pada penelitian sebelumnya, digunakan variabel

koneksi politik yang diwakili oleh kepemilikan pemerintah yang mewakili efek soft budget. Dalam

penelitian ini, sampel yang digunakan hanya lah perusahaan yang memiliki kepemilikan saham

terbesarnya sebesar 50% (memiliki controlling shareholder) untuk mewakili efek soft budget

sehingga kurang menjelaskan efek soft budget itu sendiri. Disarankan kepada penelitian

selanjutnya jika ingin menggunakan variabel koneksi politik sebagai cerminan dari soft budget

view, maka perlu dilakukan penelitian terlebih dahulu terkait keberadaan hubungan politik pada

perusahaan publik di Indonesia agar penelitian semakin valid.

ROTASI DAN KUALITAS AUDIT: EVALUASI ATAS KEBIJAKAN MENTERI

KEUANGAN KMK NO. 423/KMK.6/2002 TENTANG JASA AKUNTAN PUBLIK

Sylvia Veronica Siregar

Fitriany

Arie Wibowo

Page 19: Review jurnal akuntansi forensik uas pp_ak kelas malam

Viska Anggraita

Penelitian ini bermaksud untuk meneliti efektivitas KMK Nomor 423/KMK.06/2002 tentang

Jasa Akuntan Publik tanggal 30 September 2002 yang mengatur rotasi AP dan KAP dilihat dari

pengaruh rotasi tersebut dan juga jangka waktu penugasan auditor terhadap kualitas audit. Selain itu

akan dilakukan analisis dengan membandingkan pengaruh rotasi KAP dan AP terhadap kualitas

audit sebelum dan sesudah diterapkannya KMK Nomor 423/KMK.06/2002 untuk menilai efektiftas

dari KMK tersebut. Kualitas laba yang merupakan ukuran kualitas audit akan diukur menggunakan

manajemen laba (yaitu nilai absolut akrual diskresioner yang terkandung dalam laba perusahaan).

Semakin besar manajemen laba, maka semakin rendah kualitas audit. Ukuran kualitas audit

menggunakan manajemen laba (akrual diskresioner) ini sudah dipergunakan oleh beberapa

penelitian sebelumnya, baik di luar negeri (Johnson et al. 2002; Chen et al., 2004) maupun di

Indonesia (Fitriany 2010; Siregar et al. 2011).

Penelitian ini memberikan kontribusi terhadap penelitian mengenai rotasi dan jangka waktu

audit, dengan menguji adanya hubungan non linier antara jangka waktu audit dan kualitas audit.

Berdasarkan telaah literatur yang dilakukan, belum banyak penelitian yang meneliti hubungan non

linier antara jangka waktu audit dan kualitas audit dengan menggunakan pendekatan kuadratik,

seperti yang digunakan dalam penelitian ini. Penelitian sebelumnya yang meneliti mengenai

hubungan non linier tersebut biasanya menggunakan pendekatan piecewise regression. Seperti

yang dilakukan Johnson et al. (2002) yang meneliti hubungan jangka waktu audit dengan akrual

diskresioner, dengan membagi jangka waktu audit menjadi jangka pendek (2-3 tahun), jangka

menengah (4-8 tahun), dan jangka panjang (lebih dari 9 tahun). Davis et al. (2005) membagi jangka

waktu audit menjadi jangka pendek (< 3 tahun) dan jangka panjang (> 15 tahun).

ANALISIS PENGARUH KUALITAS AUDIT, DEBT DEFAULT DAN OPINION

SHOPPING TERHADAP PENERIMAAN OPINI GOING CONCERN

Mirna Dyah Praptitorini

Indira Januarti

Page 20: Review jurnal akuntansi forensik uas pp_ak kelas malam

Dalam penelitian ini hanya variabel debt default yang terbukti berpengaruh positif terhadap

penerimaan opini audit going concern. Sedangkan variabel kualitas audit yang diproksi dengan

auditor industry specialization dan opinion shopping tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini

audit going concern. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini dipilih secara purposive

sampling, sehingga sampel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan representasi dari

populasi sampel yang ada serta sesuai dengan tujuan dari penelitian. Berdasarkan kriteria sampel

yang telah ditetapkan maka diperoleh sebanyak 348 auditee sektor manufaktur. Sampel yang

dikelompokkan ke dalam dua kelompok berdasarkan atas jenis opini audit yang diterimanya, yaitu

kelompok auditee dengan opini audit going concern (GCAO) dan auditee dengan opini audit non

going concern (NGCAO) selama tahun pengamatan.

Keterbatasan yang dihadapi dalam penelitian ini hanya menggunakan tiga variabel, yaitu satu

variabel keuangan (debt default) dan dua variabel non keuangan (kualitas audit dan opinion

shopping) dengan R square yang masih kecil 43% dan 57,5%. Periode pengamatan hanya enam

tahun, sehingga belum cukup lama untuk menentukan tren penerbitan opini going concern oleh

auditor dalam jangka panjang. Penentuan batasan akan masa krisis moneter dengan kondisi normal

yang tidak jelas.

Saran yang dapat diberikan yaitu menambah variabel lain, seperti strategi action perusahaan,

memperpanjang rentang waktu penelitian, dan meneliti tentang praktik opinion shopping di

Indonesia setelah dikeluarkannya peraturan BAPEPAM No Kep-20/PM/2002 tanggal 12 Nopember

2002 serta SK Menteri Keuangan No. 423/KMK-06/2002 yang berisi pembatasan hubungan audite

dan auditor selama jangka waktu tertentu untuk membuktikan tingkat kepatuhan audite.

PERANAN ETIKA, PEMERIKSAAN, DAN DENDA PAJAK UNTUK MENINGKATKAN

KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

Nur Cahyonowati

Dwi Ratmono

Faisal

Page 21: Review jurnal akuntansi forensik uas pp_ak kelas malam

Penelitian ini betujuan menguji determinan kepatuhan wajib pajak Indonesia seperti variabel

pemeriksaan pajak, denda pajak, dan etika. Penelitian ini mengajukan hipotesis bahwa kepatuhan

pajak tidak hanya dipengaruhi deterrence factors seperti pemeriksaan dan denda pajak namun juga

aspek keperilakuan wajib pajak yaitu tingkat etika mereka. Dihipotesiskan bahwa pengaruh

pemeriksaan dan denda terhadap kepatuhan pajak tergantung pada standar etika wajib pajak orang

pribadi. Penelitian ini menggunakan desain eskperimen 2x2 between subjects untuk menguji

hipotesis. Partisipan dari penelitian eksperimental adalah 40 wajib pajak di Kota Semarang. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat sebuah interaksi antara variabel denda pajak dan etika

dalam mempengaruhi kepatuhan pajak. Namun, tidak terdapat bukti empiris adanya interaksi antara

pemeriksaan pajak dan etika dalam mempengaruhi kepatuhan pajak. Penelitian ini menggunakan

desain eksperimen untuk meningkatkan validitas internal dan obyektivitas data.

Hasil eksperimen menunjukkan hipotesis 1 yang menyatakan bahwa pengaruh pemeriksaan

pajak terhadap kepatuhan pajak tergantung pada standar etika wajib pajak orang pribadi, tidak

didukung oleh bukti empiris penelitian ini. Interpretasi terhadap hasil ini adalah sebagai berikut.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa main effect variabel etika signifkan, sedangkan interaction

effect antara variabel pemeriksaan dan etika tidak signifkan terhadap kepatuhan.

Hal ini menunjukkan bahwa tingkat etika saja sudah cukup memengaruhi tingkat kepatuhan

wajib pajak orang pribadi. Wajib pajak yang telah mempunyai tingkat etika yang tinggi tidak perlu

diancam akan diaudit agar mereka patuh. Temuan ini sesuai dengan teori tahapan penalaran moral

dari Kohlberg (1969) bahwa seseorang yang telah berada tahap post conventional akan berperilaku

patuh karena ia sadar bahwa perilaku tersebut memang seharusnya ia lakukan. Kepatuhan tersebut

bukan karena ketakukan akan ancaman diperiksa. Kepatuhan tersebut berasal dari kesadaran

pribadi, bukan karena ancaman hukuman seperti pada tahap pre-conventional.

Hipotesis 2 yang menyebutkan bahwa pengaruh denda pajak terhadap kepatuhan pajak

tergantung pada standar etika wajib pajak orang pribadi didukung oleh bukti empiris pada tingkat

signifkansi 10%. Hasil analisis tambahan juga menunjukkan interaksi pemeriksaan dan denda pajak

tidak berpengaruh signifkan terhadap kepatuhan pajak. Hasil ini menunjukkan dukungan terhadap

argumen bahwa determinan utama kepatuhan pajak adalah standar etika wajib pajak pribadi.

Variabel pemeriksaan dan denda pajak beserta interaksinya tidak cukup untuk meningkatkan

kepatuhan pajak. Sesuai dengan teori moral reasoning (Kohlberg 1969), wajib pajak dengan

standar etika tinggi secara intrinsik akan memiliki kepatuhan yang tinggi tanpa harus diancam

dengan denda dan pemeriksaan pajak.

Hasil penelitian ini menun-jukkan bahwa faktor terpenting untuk upaya peningkatan

kepatuhan pajak sukarela (voluntary tax compliance) adalah peningkatan etika dan moral wajib

pajak. Rekomendasi ini juga didukung oleh hasil empiris pengujian setiap variabel. Hasil

Page 22: Review jurnal akuntansi forensik uas pp_ak kelas malam

eksperimen menunjukkan hanya variabel etika yang berperan signifkan dalam meningkatkan

kepatuhan pajak. Variabel denda pajak berpengaruh signifkan terhadap kepatuhan pajak jika wajib

pajak mempunyai standar etika rendah.

Penelitian ini terbatas pada wajib pajak yang menerima penghasilan hanya dari satu pemberi

kerja, meskipun pada awalnya penelitian ini dirancang untuk mengetahui kepatuhan wajib pajak

pribadi terhadap peraturan pajak penghasilan secara umum. Hal ini karena wajib pajak pribadi yang

memiliki usaha tidak bersedia dan relatif sulit untuk dijadikan subjek penelitian. Hasil penelitian ini

mungkin hanya bisa berlaku untuk setting eksperimen wajib pajak PPh Pasal 21.

Penelitian mendatang sebaiknya dapat menggunakan wajib pajak pribadi yang juga pemilik

usaha sebagai subjek penelitian. Material eskperimen sebaiknya juga dirancang untuk mengetahui

kepatuhan pajak terhadap pajak penghasilan jenis tertentu.

PENGARUH UKURAN KAP DAN AUDITOR TENURE TERHADAP

VALUE RELEVANCE DARI NILAI WAJAR

Taufk Hidayat

Penelitian ini bertujuan untuk menguji relevansi nilai atas nilai wajar dan apakah relevansi

nilai atas nilai wajar yang diukur dengan kuotasi pasar aktif lebih tinggi dibandingkan yang diukur

dengan teknik penilaian. Penelitian ini juga menguji apakah relevansi nilai atas nilai wajar yang

Page 23: Review jurnal akuntansi forensik uas pp_ak kelas malam

diukur dengan teknik penilaian dapat meningkat jika tenure auditor lebih panjang atau laporan

keuangan diaudit oleh KAP Big Four. Pengujian dilakukan dengan data panel berdasarkan model

Ohlson (1995). Menggunakan sampel 147 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada

tahun 2008-2011, menghasilkan kesimpulan umum bahwa nilai wajar memiliki relevansi nilai,

dimana relevansi nilai atas nilai wajar yang diukur dengan kuotasi pasar aktif lebih tinggi

dibandingkan yang diukur dengan teknik penilaian. Relevansi nilai atas nilai wajar yang diukur

dengan teknik penilaian akan meningkat ketika tenure KAP lebih panjang atau laporan keuangan

diaudit oleh KAP Big Four.

IMPLEMENTASI KINERJA KEUANGAN TERHADAP NILAI SPIRITUALITAS

PRIBADI

Whedy Prasetyo

Penelitian ini berangkat dari ide pemikiran pertanyaan diri, yaitu bisakah hasil keuangan

dalam bisnis mempengaruhi “sikap jujur” dan “kesuksesan” dalam bisnis?. Pertanyaan yang

didasarkan padatimbulnya kebohongan skandal bisnis yang telah meruntuhkan perusahaan

Page 24: Review jurnal akuntansi forensik uas pp_ak kelas malam

terkemuka yaitu Enron, Worldcom, Global Crossing, HIH, dan Tyco (Imung, 2002). Lebih lanjut

fenomena penyalahgunaan melalui kebohongan atas penyajian informasi laporan keuangan pada

Bank Lippo, PT Citra Marga Nusapala, Bank Duta, PT Kimia Farma Tbk, PT Telkom, PT

Merck, Xerox (Arrozi, 2009) dan Lehman Brother (Mc Donald dan Robinson, 2010:12), dan

kasus rekayasa laporan keuangan 2010 PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero) atau Askrindo.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, menunjukkan kinerja keuangan dengan

indikator Operating Ratio (OR) memenuhi syarat sebagai nilai OR yang baik. Namun atas

pengungkapan GCG, menunjukkan bahwa rata-rata GCG pada 15 perusahaan sampel penelitian

tergolong ke dalam level menengah dengan predikat “terpercaya” artinya, perusahaan belum

menerapkan secara efektif dan efisien. Penerapan CSR juga menunjukkan, bahwa rata-rata

perusahaan mengungkapkan kurang dari setengah yaitu 6 item dari total 15 item CSR yang

ditetapkan, menunjukkan bahwa perusahaan belum memberikan perhatian yang optimal dalam

pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunannya yang mempengaruhi nilai spiritualitas

pribadi dalam menjalankan akuntabilitas, value for money, kejujuran dalam mengelola keuangan,

transparansi, pengendalian, dan bebas konflik kepentingan (independence).

Dengan menggunakan Spiritualitas Value sebagai proksi dari nilai spiritualitas pribadi,

menunjukkan nilai spiritualitas lebih besar dari 1 sebagai syarat dari nilai spiritualitas yang

baik, sehingga perusahaan mampu memberikan kepercayaan perolehan pendapatan dari

produksinya dengan tingkat kepercayaan yang sesuai harga Perolehan aktivanya, serta

mengindikasikan perusahaan memiliki prospek pertumbuhan yang baikdan memiliki

kemampulabaan dan Market value yang menarik, sehingga direspon baik oleh pasar. Kinerja

keuangan dalam hal ini OR berpengaruh signifikan terhadap nilai spiritualitas pribadi. Hasil uji

t regresi berganda Moderated Regression Analysis (MRA) untuk variabel GCG diperoleh hasil,

bahwa GCG mampu memoderasi hubungan kinerja keuangan dengan nilai spiritualitas pribadi.

Namun untuk variabel pengungkapan CSR diperoleh hasil tidak mampu memoderasi hubungan

kinerja keuangan dengan nilaispiritualitas pribadi.

Implikasi hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa skor GCG perception index yang

relatif terpercaya meskipun belum optimal, sehingga perlu kesesuaian pelaksanaan pada

perusahaan-perusahaan, namun mampu me- moderasi hubungan antara kinerja keuangan dengan

nilai spiritualitas pribadi. Hasil penelitian ini dapat memotivasi perusahaan untuk meningkatkan

praktik kinerja yang optimal, sehingga akan meningkatkan kinerja perusahaan dan respon positif

pasar. Implikasi bagi investor, bahwa informasi di luar laporan keuangan (yang memuat kinerja

keuangan), antara lain informasi mengenai praktik kinerja dapat di jadikan sebagai informasi

tambahan dalam pengambilan keputusan berinvestasi, sehingga dapat meminimalkan risiko

yang akan terjadi. Selanjutnya bagi pemerintah, bahwa kesadaran perusahaan untuk

Page 25: Review jurnal akuntansi forensik uas pp_ak kelas malam

mengungkapkan tanggung jawab sosialnya dalam laporan tahunan akan berdampak pada nilai

spiritualitas pribadi, sebagaimana yang telah diuraikan dalam fenomena penelitian. Oleh karena

itu, rendahnya skor CSR dapat mendorong pemerintah untuk mewajibkan pengungkapan

tanggung jawab sosial dalam laporan tahunan untuk menjaga kelangsungan perusahaan dan

respon positif investor.

PENGARUH KEEFEKTIFAN PENGENDALIAN INTERNAL DAN KEPUASAN KERJA

TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN AKUNTANSI PADA DINAS

PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN ASET DAERAH ISTIMEWA

YOGYAKARTA

Ananda Aprishella Parasmita Ayu Putri

Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal dan Kepuasan Kerja terhadap Kecenderungan

Kecurangan Akuntansi pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Aset Daerah Istimewa

Page 26: Review jurnal akuntansi forensik uas pp_ak kelas malam

Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui: (1) Pengaruh Keefektifan Pengendalian

Internal terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi pada DPKKA Daerah Istimewa

Yogykarta. (2) Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi pada

DPKKA Daerah Istimewa Yogykarta. (3) Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal dan

Kepuasan Kerja terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi pada DPKKA Daerah Istimewa

Yogyakarta. Populasi pada penelitian ini adalah 78 pegawai yang ada pada DPPKA Daerah

Istimewa Yogyakarta yang masih aktif bekerja. Kuesioner diuji validitas dan reliabilitasnya

sebelum dilakukan pengumpulan data penelitian. Uji prasyarat analisis yang meliputi uji instrumen

dan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji multikolonieritas, uji heteroskedastisitas dan

uji linearitas. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi sederhana dan analisis

regresi berganda. Hasil dari penelitian ini adalah: (1) Terdapat pengaruh negatif dan signifikan

antara Keefektifan Pengendalian Internal terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi pada

DPKKA Daerah Istimewa Yogykarta, hal ini ditunjukkan oleh nilai thitung variabel Keefektifan

Pengendalian Internal sebesar 2,985 > dari nilai ttabel 1,665 dan nilai signifikansi pada tabel

sebesar 0,004 (di bawah 0,05). (2) Terdapat pengaruh negatif dan signifikan antara Kepuasan Kerja

terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi pada DPKKA Daerah Istimewa Yogykarta, hal ini

ditunjukkan oleh nilai thitung variabel Kepuasan Kerja sebesar 3,129 > dari nilai ttabel 1,665 dan

nilai signifikansi pada tabel sebesar 0,002 (di bawah 0,05). (3) Terdapat negatif dan signifikan

antara Keefektifan Pengendalian Internal dan Kepuasan Kerja terhadap Kecenderungan Kecurangan

Akuntansi pada DPKKA Daerah Istimewa Yogykarta, hal ini ditunjukkan oleh nilai Fhitung sebesar

16,245 > nilai Ftabel sebesar 3,12 dan nilai signifikansi pada tabel sebesar 0,000 (di bawah 0,05).

PENGARUH KEADILAN ORGANISASI DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN

TERHADAP KECURANGAN

(Studi Empiris pada Kantor Cabang Utama Bank Pemerintah di Kota Padang)

Lisa Amelia Herman

Penelitian ini bertujuan untuk menguji: 1) Pengaruh keadilan organisasi terhadap kecurangan,

dan 2) Pengaruh sistem pengendalian intern terhadap kecurangan. Penelitian ini digolongkan pada

penelitian yang bersifat kausatif. Populasi dalam penelitian ini adalah kantor cabang bank

Page 27: Review jurnal akuntansi forensik uas pp_ak kelas malam

pemerintah di Kota Padang. Pemilihan sampel dengan menggunakan teknik simple random

sampling. Responden dihitung dengan menggunakan rumus slovin. Data yang digunakan dalam

penelitian ini berupa data primer. Teknik pengumpulan data dengan teknik survei, yaitu dengan

menyebarkan kuesioner kepada karyawan/i yang bekerja pada kantor cabang utama bank

pemerintah di Kota Padang. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda.

Hasil penelitian membuktikan bahwa: 1) Keadilan organisasi berpengaruh signifikan negative

terhadap kecurangan, dan 2) Sistem pengendalian intern berpengaruh signifikan negatif terhadap

kecurangan. Dalam penelitian ini disarankan: 1) Untuk peneliti berikutnya yang tertarik meneliti

judul yang sama sebaiknya menambahkan variabel lain, karena dari model penelitian yang

digunakan, diketahui bahwa variabel penelitian yang digunakan hanya dapat menjelaskan sebesar

22%. 2) Bagi kantor cabang utama bank pemerintah di Kota Padang disarankan untuk lebih

meningkatkan keadilan dan sistem pengendalian intern dalam perusahaan agar dapat mencegah

terjadinya tindak kecurangan. Selain itu, sistem pengendalian intern harus diberlakukan untuk

semua sumber daya manusia yang ada di perusahaan.

SKEPTISME PROFESIONAL AUDITOR DALAM MENDETEKSI KECURANGAN

Suzy Noviyanti

http://journal.ui.ac.id/index.php/jaki/article/viewFile/2886/2266

Profesional skeptisisme adalah sikap yang mencakup pikiran pertanyaan dan penilaian kritis

bukti audit. Auditor harus mempertahankan tingkat tertentu skeptisisme profesional dalam

mendeteksi kecurangan laporan keuangan sejak pelaku menyembunyikan penyimpangan yang

dihasilkan. Dua percobaan dilakukan. Pertama, 3x3 sebuah antara subjek desain eksperimen

Page 28: Review jurnal akuntansi forensik uas pp_ak kelas malam

dilakukan untuk mengetahui bagaimana risiko penipuan. Penilaian mempengaruhi tingkat

skeptisisme profesional pada berbagai tingkat kepercayaan dalam hubungan auditor-klien. Peserta

secara acak ditugaskan untuk salah satu dari Sembilan kondisi. Kedua, dalam waktu desain

eksperimen subjek dilakukan untuk menguji pengaruh tipe kepribadian un skeptisisme profesional.

Sebanyak 118 junior, senior yang dan auditor pengawas dari Kantor Akuntan Publik berpartisipasi

dalam percobaan.

Hasil Analisis of Variance (ANOVA) menunjukkan bahwa auditor dengan identifikasi

kepercayaan berbasis pada kelompok penilaian risiko fraud tinggi lebih skeptis daripada

dikelompok penilaian risiko fraud yang rendah. Sedangkan auditor dengan kepercayaan kalkulus

berbasis menunjukkan tidak ada perbedaan sikap skeptis antara kelompok tinggi dan risiko fraud

rendah Kelompok penilaian. Auditor dengan ST (Sensing-Thinking) dan NT (Intuitive-Thinking)

jenis kepribadian yang lebih skeptis daripada jenis lainnya. Penelitian ini berusaha untuk

menjelaskan teori disonansi kognitif dari Festinger yang terjadi dalam setting auditing yang dapat

mempengaruhi sikap skeptisme profesional auditor. Untuk itu dilakukan pengujian empiris dengan

melihat pengaruh penaksiran risiko kecurangan pada auditor yang memiliki berbagai tingkat

kepercayaan terhadap klien terhadap sikap skeptisme profesional auditor. Selain itu juga diuji

apakah tipe kepribadian auditor akan mempengaruhi sikap skeptismenya.

Terdapat 2 temuan dalam penelitian ini: Pertama, terdapat dukungan data yang signifikan

secara statistik untuk hipotesis 1, yang menyatakan bahwa auditor dengan tingkat kepercayaan

berbasis identifikasi (identification-based trust) jika diberi penaksiran risiko kecurangan yang

tinggi akan menunjukkan skeptisme profesional yang lebih tinggi dalam mendeteksi kecurangan.

Hal ini membuktikan bahwa ketika mengalami disonansi kognitif auditor memilih bersikap sesuai

dengan petunjuk dari atasannya. Oleh karena itu auditor yang diberi penaksiran risiko kecurangan

yang tinggi lebih skeptis dibanding auditor yang tidak diberi penaksiran risiko kecurangan dan

auditor yang diberi penaksiran risiko kecurangan yang rendah. Sedangkan auditor dengan tingkat

kepercayaan berbasis kalkulus (calculus-based trust) meskipun diberi penaksiran risiko kecurangan

yang rendah akan menunjukkan skeptisme profesional yang tidak berbeda dengan auditor yang

tidak diberi penaksiran risiko kecurangan dan dengan auditor yang diberi penaksiran risiko

kecurangan yang tinggi. Dengan kata lain, pada saat auditor tidak mengalami disonansi kognitif,

tinggi rendahnya tingkat penaksiran risiko kecurangan tidak mempengaruhi skeptismenya. Auditor

tetap dapat mempertahankan sikap skeptisnya sesuai dengan norma dan tingkat kepercayaannya

terhadap klien. Kedua, terdapat dukungan data yang signifikan secara statistik untuk hipotesis 2

yang mengatakan bahwa tipe kepribadian mempengaruhi sikap skeptisme profesional auditor. Hasil

temuan dalam penelitian ini bermanfaat dalam memperkaya literatur akuntansi keperilakuan dengan

membuktikan adanya disonansi kognitif dalam setting auditing dan membuktikan adanya pengaruh

Page 29: Review jurnal akuntansi forensik uas pp_ak kelas malam

karakteristik personal yaitu tipe kepribadian terhadap sikap seseorang. Temuan ini juga memberikan

kontribusi bagi praktisi terutama bagi pimpinan kantor akuntan publik untuk meningkatkan kualitas

audit.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEPENDENSI AKUNTAN PUBLIK

(Studi Empiris: Kantor Akuntan Publik di Jawa Timur)

Merlyana Dwinda Yanthi

Made Sudarma

M. Achsin

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh dari kepentingan keuangan

obligasi dan hubungan bisnis dengan klien, kompetisi di antara akuntan publik, ukuran of publik

Page 30: Review jurnal akuntansi forensik uas pp_ak kelas malam

akuntan dan audit yang fee dari kemerdekaan dari akuntan publik. Penelitian ini yang dilakukan

dalam sebuah akuntan publik di Jawa Timur pada tahun 2012. The metode analisis data terdiri dari

metode statistik deskriptif, uji asumsi klasik (tes untuk normality, uji multikolinieritas, dan

heterokedastisitas uji), pengujian hipotesis, dan multiple metode regresi linear. The Hasil penelitian

menunjukkan bahwa obligasi kepentingan keuangan dan hubungan bisnis dengan klien (X1),

persaingan di antara akuntan publik (X2), dan the audit fee (X4) secara signifikan mempengaruhi

independensi dari akuntan publik. Sementara hanya ukuran variabel dari akuntan publik (X3) yang

tidak secara signifikan mempengaruhi independensi dari akuntan publik. Hal ini dapat disimpulkan

bahwa variabel-variabel bahwa sebagian besar mempengaruhi independensi dari akuntan publik di

Jawa Timur Akuntan Publik diurutan bila dilihat dari koefisien regresi (β) adalah kompetisi di

antara publik akuntan, fee audit, kepentingan-kepentingan keuangan dan hubungan bisnis dengan

klien, dan ukuran dari akuntan publik.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari intellectual capital, audit quality,

Penelitian ini menguji faktor-faktor yang memengaruhi independensi akuntan publik di Kantor

Akuntan Publik di Jawa Timur. Adapun faktor-faktor yang diteliti dalam penelitian ini antara lain

ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien, persaingan antar kantor akuntan

publik, ukuran kantor akuntan publik, dan audit fee.

Ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien berpengaruh signifikan

terhadap independensi akuntan publik. Persaingan antar kantor akuntan publik berpengaruh

signifikan terhadap independensi akuntan publik. Ukuran kantor akuntan publik tidak berpengaruh

signifikan terhadap independensi akuntan publik. Dan Audit fee berpengaruh terhadap independensi

akuntan publik

PENGARUH PERAN KOMITE AUDIT, PENGENDALIAN INTERNAL, AUDIT INTERNAL

DAN PELAKSANAAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERHADAP PENCEGAHAN

KECURANGAN

Gusnardi

Kebutuhan untuk tata kelola perusahaan yang baik dalam sepuluh tahun terakhir telah

dibuktikan, terutama setelah kegagalan beberapa perusahaan besar. Di Indonesia, perusahaan yang

baik pemerintahan menjadi lebih penting karena negara ini mengalami multi dimensi Krisis di

Page 31: Review jurnal akuntansi forensik uas pp_ak kelas malam

pertengahan tahun 1997, di mana semua agen pemerintah dan perusahaan swasta diminta untuk

menerapkan tata kelola perusahaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi

pengaruh peran komite audit, pengendalian internal, audit internal, dan baik penerapan tata kelola

perusahaan secara bersamaan dan sebagian pada pencegahan penipuan atas perusahaan milik

negara. Penelitian ini dilakukan dengan metode sensus lebih dari 13 BUMN publik di Indonesia.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang dikumpulkan oleh kuesioner.

Responden penelitian ini adalah pemeriksaan ketua panitia, direktur keuangan, pemeriksaan ketua

departemen internal dan sekretaris perusahaan. Validitas dan reliabilitas data diuji sebelum

pengujian hipotesis. Analisis data untuk pengujian hipotesis adalah analisis jalur. Penelitian ini

menyimpulkan audit peran komite, pengendalian internal, audit internal, dan implementasi tata

kelola perusahaan yang baik berpengaruh terhadap Penipuan pencegahan yang signifikan

perusahaan milik negara di Indonesia. Dari penelitian ini terungkap bahwa optimal dari peran

komite audit, latihan pengendalian internal, audit internal dan pelaksanaan tata kelola perusahaan

yang baik dapat mencegah terjadinya pencegahan penipuan terhadap perusahaan milik negara di

Indonesia.

Peran Komite Audit, Pengendalian Internal, Audit Internal dan Pelaksanaan Tata Kelola

Perusahaan berpengaruh terhadap Pencegahan Kecurangan, artinya peran yang optimal dari Komite

Audit, penerapan Pengendalian Internal, Audit Internal dan Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan

dapat mencegah terjadinya Kecurangan dalam perusahaan. Secara parsial, variabel Pelaksanaan

Tata Kelola Perusahaan mempunyai pengaruh terbesar terhadap pencegahan Kecurangan. Besarnya

pengaruh Peran Komite Audit, Pengendalian Internal, Audit Internal dan Pelaksanaan Tata Kelola

Perusahaan secara simultan, mengindikasikan bahwa Kecurangan pada BUMN Tbk. di Indonesia

dapat dicegah jika Komite Audit, penerapan Pengendalian Internal, Audit Internal serta

Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan dapat berperan sesuai yang disyaratkan baik melalui piagam

Komite Audit, piagam Audit Internal, PSA 62 tentang Pengendalian Internal, KepMen BUMN

maupun Bapepam LK dan Bursa Efek Jakarta (BEJ) tentang penerapan Tata Kelola

Perusahaan pada BUMN Tbk. di Indonesia.