Review Buku Metode Penelitian Kualitatif

download Review Buku Metode Penelitian Kualitatif

of 25

Transcript of Review Buku Metode Penelitian Kualitatif

Review Buku Metode Penelitian Kualitatif

Phebe Illenia S. 111141011

REVIEW BUKU METODE PENELITIAN KUALITATIF PENDEKATAN KUALITATIF UNTUK PENELITIAN PERILAKU MANUSIA oleh E. KRISTI POERWANDARI TUGAS MATA KULIAH METODE PENELITIAN KUALITATIF

Oleh : Phebe Illenia Suryadinata 111141011

MAGISTER PROFESI PSIKOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2011

Review Buku Metode Penelitian Kualitatif

Phebe Illenia S. 111141011

REVIEW BUKU PENDEKATAN KUALITATIF UNTUK PENELITIAN PERILAKU MANUSIA I. Pendahuluan Psikologi merupakan ilmu yang posisinya berada di tengah-tengah yang dapat ditempatkan di bawah disiplin yang berbeda-beda. Saat ini, konsep psikologi adalah suatu ilmu yang bertujuan untuk menemukan hubungan sebab akibat suatu perilaku dalam rangka untuk memprediksikan sesuatu. Dalam psikologi eksperimental, sebab lingkungan, biologis, dan kognitif terhadap perilaku menjadi sesuatu yang disorot. Ini dapat dilakukan dengan cara sistematis yaitu melakukan variasi terhadap variabel independen dan mengukur efeknya terhadap variabel dependen. Memang saat ini penelitian positivistik memberikan warna terbesar dalam ilmu psikologi sampai saat ini. Hukum-hukum pasti tentang positivistik seringkali diberikan, karenanya pula, meskipun penelitian kuantitatif tidak selalu positivistik, namun pendekatan kuantitatif dikaitkan erat dengan positivistik. Karena pengenalan tentang kuantitatif-positivistik dianggap lebih memadai, maka paradigma lain seperti kualitatif tidak dikenal dengan baik. Pendekatan kualitatif-interpretif bukanlah pendekatan yang baru, hanya saja yang lebih dikenal adalah kuantitatif-positivistik. Namun, seperti yang dikatakan Patton (1990, dalam Poerwandari, 2009) dan Neuman (1997, dalam Poerwandari, 2009) bahwa baik pendekatan kuantitatif dan kualitatif harus dipahami dengan baik. Menurut Neuman (1997, dalam Poerwandari, 2009), untuk mendapatkan pengetahuan dan untuk dapat melakukan ilmu sosial dengan baik, maka kita harus melihat dunia sosial dengan perspektif kuantitatif dan kualitatif. Memang pembandingan antara kuantitatif dan kualitatif tidak dapat dihindarkan dan memang harus dilakukan karena pendekatan kualitatif masih sering dilihat dari kacamata positivistik-kuantitatif. Pembandingan juga harus dilakukan agar para peneliti dapat memahami pendekatan dan metode apa yang cocok untuk penelitiannya. Dengan tidak dipahaminya pendekatan kualitatif dengan baik, ada kecenderungan bahwa data yang diperoleh diperlakukan secara

Review Buku Metode Penelitian Kualitatif

Phebe Illenia S. 111141011

tidak tepat. Seringkali pula pendekatan in dipilih bila seseorang menghindari penelitian kuantitatif karena tidak menguasai statistik. Padahal permasalahannya bukanlah memilih paradigma yang lebih mudah atau lebih sulit karena keduanya memiliki asumsi berbeda. Suatu topik penelitian haruslah mendapatkan penanganan yang tepat, dengan arti, harus menggunakan paradigma yang tepat agar dapat mengungkap realitas yang sesungguhnya. II. Paradigma Ilmu-Ilmu Sosial dan Dasar Pemikiran Penelitian Kualitatif Sebelumnya, kita harus mengerti arti paradigma terlebih dahulu. Menurut Denzin dan Lincoln (1994, dalam Poerwandari, 2009), paradigma mencakup keyakinan-keyakinan mengenai ontologi, epistemologi, dan metodologi. Istilah paradigma mengacu pada pernyataan yang menerangkan bagaimana dunia dan kehidupan dipersepsikan. Ada dua paradigma besar yang mendasari ilmu pengetahuan khususnya ilmu sosial yaitu paradigma positivistik dan paradigma interpretif (Sarantakos, 1993 dalam Poerwandari, 2009). Sarantakos menyebutkan ada satu paradigma lagi yaitu paradigma kritikal. Sedangkan menurut Denzin dan Lincoln (1994, dalam Poerwandari, 2009) ada empat (sub) paradigma yaitu positivis dan postpositivis, konstruktivis-interpretif, kritikal (marxist, emansipatoris), dan feminispoststruktural. Perbedaan paradigma positivistik dan paradigma interpretif: Positivistik Obyektif. Ilmu didasarkan pada hukum dan prosedur baku. Pendekatannya deduktif. Sifatnya nomotetik. Pengetahuan diperoleh dari indera. Ilmu adalah sesuatu yang bebas nilai. Penelitian sosial adalah langkah instrumental untuk mempelajari peristiwa sosial sehingga dapat memprediksi. Interpretif Subjektif. Dasar ilmu justru dalam arti common sense. Pendekatannya induktif. Sifatnya idiografis. Pengetahuan tidak hanya dari indera, karena pemahaman makna lebih penting. Ilmu tidak bebas nilai. Penelitian sosial tidak selalu memiliki nilai instrumental karena digunakan untuk mengembangkan pemahaman untuk mengerti apa yang ada di balik peristiwa.

Review Buku Metode Penelitian Kualitatif

Phebe Illenia S. 111141011

III. Karakteristik Penelitian Kualitatif Penelitian dengan pendekatan kualitatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Mendasarkan diri pada kekuatan narasi Kekuatan penelitian kualitatif, untuk dapat mengungkapkan kompleksitas realitas sosial yang ditelitinya, adalah kekuatan narasi. Suatu aspek penelitian kualitatif memerlukan elaborasi naratif untuk memungkinkan pembaca memahami kedalaman dan makna terhadap keutuhan fenomena. Elaborasi naratif dapat dibantu dengan skema, bagan atau gambar. 2. Studi dalam situasi alamiah (naturalistic inquiry) Desain penelitian kualitatif bersifat alamiah. Peneliti tidak memanipulasi setting penelitian, melainkan melakukan studi terhadap suatu fenomena dalam situasi di mana fenomena itu berada. Fokus penelitian dapat berupa orang, kelompok, dan organisasi dengan situasi alamiahnya. 3. Analisis induktif Metode kualitatif berorientasi pada eksplorasi, penemuan, dan logika induktif. Peneliti mencoba untuk memahami situasi sesuai dengan bagaimana situasi itu muncul. Analisis induktif dimulai dengan observasi khusus, yang akan memunculkan tema-teman, kategori-kategori, dan pola hubungan antara kategorikategori tersebut (Patton, 1990 dalam Poerwandari, 2009). 4. Kontak personal langsung: peneliti di lapangan Kegiatan lapangan adalah aktivitas sentral penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif memang menekankan pentingnya kedekatan dengan orang dan situasi penelitian agar peneliti memperoleh pemahaman jelas tentang realitas dan kondisi nyata kehidupan. 5. Perspektif holistik Tujuan penting penelitian kualitatif adalah memperoleh pemahaman menyeluruh dan utuh tentang fenomena yang diteliti. Keseluruhan fenomena perlu dimengerti sebagai suatu sistem yang kompleks, dan bahwa yang menyeluruh itu lebih bermakna. 6. Perspektif dinamis, perspektif perkembangan

Review Buku Metode Penelitian Kualitatif

Phebe Illenia S. 111141011

Penelitian kualitatif melihat gejala sosial sebagai sesuatu yang dinamis dan berkembang. Minat peneliti kualitatif adalah mendeskripsikan dan memahami proses dinamis yang terjadi berkenaan dengan gejala yang diteliti. Karenanya, peneliti kualitatif alamiah justru mengamati perubahan dan melaporkannya daripada mengendalikan atau membatasinya. 7. Orientasi pada kasus unik Penelitian kualitatif menampilkan kedalaman dan detail karena fokusnya memang penyelidikan mendalam pada sejumlah kecil kasus. 8. Bersandar pada netralitas-empatis Peneliti kualitatif menganggap objektivitas murni tidaklah ada. Pilihan untuk meneliti topik tertentu sudah pasti subjektif, sementara desain dan instrumen penelitian mengandung bias. Peneliti kualitatif menekankan unsur subjektivitas maksudnya adalah mengungkap data dari perspektif subjek yang diteliti. Sedangkan untuk istilah netralitas-empatis, empati mengacu pada sikap peneliti terhadap subjek yang dihadapi dan netralitas mengacu pada sikap peneliti terhadap temuan penelitian. 9. Ada fleksibilitas desain Penelitian kualitatif tidak dapat secara jelas, lengkap dan pasti ditentukan di awal. Desain kualitatif memiliki sifat luwes yang akan berkembang sejalan dengan pekerjaan lapangan. 10. Sirkuler Penelitian kualitatif disebut sirkuler karena tidak selalu mengikuti tahaptahap kaku terstruktur. 11. Peneliti adalah instrumen kunci Peneliti kualitatif tidak memiliki formula baku dalam menjalankan penelitiannya. Karenanya kompetensi peneliti adalah aspek terpenting. Peneliti memiliki peran besar mulai dari memilih topik sampai interpretasi. IV. Teori Sebagai Penopang Sekaligus Temuan Penelitian 1. Penelitian Kualitatif: Sekedar Eksplorasi dan Deskripsi?

Review Buku Metode Penelitian Kualitatif

Phebe Illenia S. 111141011

Glaser dan Strauss (1967, dalam Poerwandari, 2009) mengatakan bahwa dalam pengembangan teori-dari-dasar, mereka lebih memfokuskan pada data kualitatif karena tidak berhenti pada tahap deskripsi dan eksplorasi saja. Elemen penting sering dapat diungkapkan dengan baik melalui metode kualitatif. Dalam area substansi, kualitatif lebih sering menampilkan temuan yang melampaui temuan lain. Penelitian kualitatif juga dapat menjadi cara yang adekuat dan efisien untuk memperoleh informasi dan dapat bergerak luwes menghadapi kesulitan di lapangan. Penelitian kualitatif meyakini bahwa teori tidak dapat dibangun tanpa deskripsi data. Penelitian kualitatif tidak terbatas pada eksplorasi dan deskripsi tetapi juga memungkinkan untuk menemukan dan membangun teori. 2. Penelitian Kualitatif: Tidak Perlu Dukungan Teori? Suatu penelitian, baik kuantitatif maupun kualitatif, dapat meminimalkan bahasan teori untuk keperluan praktis. Namun untuk penelitian akademik, akan sangat merugikan bila menghindari telaah terhadap penelitian sebelumnya. Adanya konsepsi di benak peneliti terkadang menyebabkan peneliti tidak mau membaca atau menelaah kepustakaan yang relevan dengan topik. Hal ini justru membuat peneliti tidak dapat melihat bangunan pemahaman yang tertata tentang topik yang ditekuninya. Tanpa membaca, peneliti hanya akan mengembangkan pertanyaan yang basi dan tidak dapat mengembangkan pemikiran kritis. Mengartikan penelitian kualitatif tidak memerlukan teori dengan mengamil sikap tidak membaca atau menelaah studi pustaka hanya akan menghasilkan penelitian yang kurang berkualitas. Peneliti perlu menyusun bagian yang menjelaskan bahwa ia memahami ruang lingkup masalah atau bidang penelitiannya. Creswell (1994, dalam Poerwandari) menjelaskan pemanfaatan tinjauan pustaka dalam penelitian: 1. Membagikan atau menginformasikan hasil penelitian lain yang terkait. 2. Mengaitkan penelitian dengan dialog yang lebih luas dan terus berlangsung tentang topik yang ada, memperluas temuan dari penelitian sebelumnya.

Review Buku Metode Penelitian Kualitatif

Phebe Illenia S. 111141011

3. Menyediakan kerangka kerja yang memberikan argumentasi tentang signifikansi yang sedang dilakukan, juga memungkinkan adanya pembandingan hasil penelitian dengan temuan lain. Creswell juga mengatakan bahwa penggunaan teori dalam kualitatif harus secara induktif dan tidak mengarahkan pertanyaan yang diajukan secara kaku. Kriteria dan tipe penggunaan tinjauan pustaka dalam studi kualitatif menurut Creswell (1994, dalam Poerwandari, 2009): Penggunaan Literatur Untuk memberikan kerangka/batasan masalah di awal studi Tinjauan pustaka/kerangka pikir ditampilkan di suatu bab khusus Kriteria Harus ada literatur yang relevan dengan topik Sering diterima/dituntut dalam khalayak yang berorientasi positivistik Contoh Tipe Penelitian Digunakan dalam hampir semua penelitian kualitatif

Digunakan dalam penelitian yang menggunakan kerangka teori kuat Dipresentasikan di bagian Sangat cocok untuk model Digunakan dalam semua akhir, menjadi dasar komparasi induktif, teori tidak tipe penelitian kualitatif, temuan mengarahkan penelitian tapi paling populer secara kaku tetapi digunakan dalam teorimembantu analisis begitu dari-dasar, untuk pola dan kategori membuat komparasi teridentifikasi dengan temuan penelitian lain Beberapa pokok penting untuk melakukan telaah kepustakaan dalam penelitian kualitatif adalah: 1. Bahasan mencakup semua aspek yang relevan dengan isu. 2. Pemahaman teoritis terefleksikan dari materi-materi subtantif yang didiskusikan. 3. Bila memungkinkan, materi teoritis diambil dari dalam dan luar Indonesia. 4. Referensi yang ada diupayakan tidak ketinggalan zaman. 5. Peneliti memahami konteks teoritis dari penelitian lain yang dikutipnya. 6. Peneliti memahami pula konteks waktu penelitian yang dikutipdan kaitannya dengan situasi pengetahuan mengenai topik yang diteliti hingga saat ini. 7. Peneliti perlu bersikap kritis pada semua sumber dan isi materi yang dikutipnya.

Review Buku Metode Penelitian Kualitatif

Phebe Illenia S. 111141011

8. Bagian tinjauan pustaka terpadu menjadi satu kesatuan koheren yang memberikan pemahaman relatif utuh mengenai dimensi yang terkait dengan fenomena yang diteliti. 9. Penelitian yang dilakukan dibangun secara kritis dari keseluruhan pemahaman seperti lubang pertanyaan yang muncul dari telaah pustaka yang telah dilakukan. Intinya, teori memiliki tempat di hampir semua bentuk penelitian akademik walaupun dengan cara yang berbeda-beda. Berg (1995, dalam Poerwandari, 2009) mengatakan bahwa dalam penelitian, peneliti tidak berperan melakukan verifikasi dan menguji teori saja. Penelitian dapat mengungkapkan masalah baru terkait teori, menawarkan inovasi teoritis, memperhalus teori yang ada atau memverifikasi asumsi teoritis yang ada. Beberapa perbedaan cara pikir dari penelitian kuantitatif dan kualitatif berkenaan dengan pengembangan teori (Sarantakos, 1993 dalam Poerwandari, 2009): Kuantitatif Logika teori Pengembangan teori Verifikasi Deduktif Mulai dari teori Berlangsung setelah proses membangun teori selesai Kualitatif Induktif Mulai dari realitas Pengumpulan data, analisis, dan verifikasi teori berjalan bersama Konsep Didefinisikan tegas sebelum Konsep luwes/tidak baku, penelitian dimulai untuk orientasi dan sensitisasi Generalisasi Generalisasi induktif Generalisasi analitis/eksemplar Penelitian yang menghasilkan teori memiliki manfaat yang sama dengan penelitian yang menguji teori, tetapi dengan tambahan manfaat lain. Melakukan verifikasi melalui penelitian dapat memungkinkan kita untuk membuat pernyataan spekulatif tertentu, bahkan dapat menemukan bahwa teori tersebut tidak terbukti. Dengan pendekatan teori-dari-dasar, teori yang telah ada dapat dicoba diperbandingkan dengan situasi lapangan. Ada suatu penekanan besar bahwa teori bukanlah hasil akhir, melainkan suatu proses. Teori adalah suatu entitas yang terus berkembang, bukan suatu produk yang sempurna.

Review Buku Metode Penelitian Kualitatif

Phebe Illenia S. 111141011

Glaser dan Strauss (1967, dalam Poerwandari, 2009) dan Neuman (1997) membedakan dua jenis teori yaitu teori yang substantif dan formal. Yang substantif adalah yang dikembangkan untuk suatu area tertentu, khusus, dan terbatas. Yang formal adalah teori yang mengarah pada area yang lebih besar dan lebih umum. Teori substantif dan formal ada dalam tingkatan berbeda tetapi masing-masing membantu diperolehnya pemahaman terhadap yang lain. Untuk dapat menghasilkan teori yang memenuhi kebutuhan, Glasser dan Strauss (1967, dalam Poerwandari, 2009) mengatakan bahwa teori-dari-dasar merupakan pendekatan terbaik karena teori dikembangkan secara sistematis dari data. Dengan demikin, kita relatif yakin bahwa teori yang ada dapat diterapkan dalam realitas. V. Penentuan Subjek dan Sumber Data Dalam penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk generalisasi, jumlah sampel dan cara pengambilannya mendapat perhatian khusus. Lalu bagaimana dengan kualitatif? Dengan fokusnya pada kedalaman dan proses, penelitian kualitatif cenderung dilakukan dengan jumlah kasus sedikit. Suatu kasus tunggal dapat dipakai bila peneliti sangat sulit untuk mendapatkan kasus dalam jumlah banyak. Memang jumlah kasus yang sedikit terkadang menyebabkan salah paham bahwa penelitian ini hanya mencakup lingkup sangat kecil. Padahal memang penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi, melainkan untuk memahami sudur pandang dan konteks subyek penelitian secara mendalam. Menurut Sarantakos (1993, dalam Poerwandari, 2009), prosedur penentuan subjek dan atau sumber data dalam penelitian kualitatif umumnya menampilkan karakteristik: (1) diarahkan tidak pada jumlah sampel yang besar, melainkan pada kasus tipikal sesuai kekhususan masalah penelitian; (2) tidak ditentukan secara kaku sejak awal, tetapi dapat berubah baik dalam hal jumlah maupun karakteristik sampelnya, sesuai dengan pemahaman konseptual yang berkembang dalam penelitian; (3) tidak diarahkan pada keterwakilan dalam arti jumlah atau peristiwa acak, melainkan pada kecocokan konteks.

Review Buku Metode Penelitian Kualitatif

Phebe Illenia S. 111141011

Patton mengatakan bahwa perbedaan penelitian kualitatif dan kuantitatif sangat jelas terlihat pada cara pengambilan sampelnya. Bila kuantitatif menggunakan jumlah sampel yang lebih banyak, kualitatif hanya meneliti suatu kasus tunggal secara mendalam. Menurut Patton (1990, dalam Poerwandari, 2009) menguraikan pedoman pengambilan sample pada penelitian kualitatif, yang tentunya harus disesuaikan dengan masalah dan tujuan penelitian: 1. Pengambilan sampel ekstrim atau menyimpang. Pendekatan ini berfokus pada kasus yang kaya informasi karena mereka berbeda atau menampilkan karakteristik khusus dalam aspek tertentu. Kasus yang tidak biasa atau khusus dianggap menampilkan ciri-ciri ekstrim, misalnya sangat berhasil dalam melakukan sesuatu atau justru selalu gagal. Logika yang dipakai adalah bahwa pelajaran dapat dipetik justru dengan meneliti kondisi khusus dan tidak biasa, baik untuk memahami fenomena tertentu maupun untuk meningkatkan unjuk prestasi program tertentu. 2. Pengambilan sampel berfokus pada intensitas. Logika yang dipakai adalah untuk memperoleh data yang kaya mengenai suatu fenomena tertentu, namun sampel bukanlah kasus-kasus ekstrim melainkan kasus yang diperkirakan mewakili fenomena secara intens. 3. Pengambilan sampel dengan variasi maksimum. Pengambilan sampel ini dilakukan bila subyek menampilkan banyak variasi, dan penelitian bertujuan untuk menjelaskan tema sentral yang tertampilkan sebagai akibat keluasan cakupan (variasi) partisipan penelitian. Patton (1990, dalam Poerwandari, 2009) mengatakan bahwa pengambilan sampel ini tidak dapat dilakukan dengan jumlah sampel yang terlalu kecil. Namun karena penelitian kualitatif juga sulit dilaksanakan dengan jumlah sampel yang terlalu besar, mka variasi harus tetap dimaksimalkan dalam jumlah sampel yang relatif tetap terbatas. 4. Pengambilan sampel homogen. Pendekatan ini mengambil sejumlah kecil kasus homogen. Pendekatan dilakukan agar peneliti dapat mendeskripsikan subkelompok tertentu secara mendalam (Patton, 1990 dalam Poerwandari, 2009).

Review Buku Metode Penelitian Kualitatif

Phebe Illenia S. 111141011

5. Pengambilan sampel kasus tipikal. Kasus yang diambil adalah kasus yang dianggap mewakili kelompok normal dari fenomena yang diteliti. Data yang dihasilkan tetap tidak dimaksudkan untuk generalisasi karena sampel hanya memberi gambaran tentang kelompok yang dianggap normal mewakili fenomena yang diteliti. 6. Pengambilan sampel purposif yang terstratifikasi. Dalam pendekatan ini, peneliti mengambil kasus-kasus yang menjelaskan kondisi rata-rata. Peneliti tidak memfokus pada upaya mengidentifikasi masalahmasalah mendasar, melainkan pada upaya menangkap variasi besar dari responden. 7. Pengambilan sampel kritikal. Strategi ini dilakukan bila karena keterbatasan-keterbatasan tertentu (misal dana dan waktu), peneliti tidak mungkin dapat melakukan penelitian pada berbagai kelompok berbeda. Penelitian yang menggunakan ini biasanya penelitian intervensi atau penelitian ahli. 8. Pengambilan sampel bola salju/berantai. Pengambilan sampel dilakukan secara berantai dengan meminta informasi pada orang yang telah diwawancarai sebelumnya, demikian seterusnya. Peneliti bertanya pada subyek penelitian tentang (calon) subyek lain yang penting atau harus dihubungi. 9. Pengambilan sampel dengan kriteria tertentu. Logika yang dipakai adalah penelitian akan me-review dan mempelajari semua kasus yang memenuhi kriteria penting tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. 10. Pengambilan sampel berdasarkan teori, atau berdasarkan konstruk operasional. Penelitian mendasar sering menggunakan pendekatan ini. Sampel dipilih dengan kriteria tertentu, berdasarkan teori atau konstruk operasional sesuai studi sebelumnya atau tujuan penelitian. Hal ini dilakukan agar sampel mewakili fenomena yang dipelajari.

Review Buku Metode Penelitian Kualitatif

Phebe Illenia S. 111141011

VI. Tipe-Tipe Penelitian dan Metode Pengumpulan Data A. Tipe-Tipe Penelitian dengan Pendekatan Kualitatif Palys (1992, dalam Poerwandari, 2009) menyamakan tipe penelitian dengan metode. Dia menggolongkan tipe-tipe penelitian dalam (1) metode kontak langsung (misalnya wawancara, diskusi, menggunakan alat proyeksi); (2) metode observasional; (3) metode unobtrusive dan arsip. Sementara itu, Punch (1998, dalam Poerwandari, 2009) menggolongkan tipe penelitian dengan desain penelitian seperti studi kasus, etnografi, dan grounded theory. Denzin dan Lincoln (1994, dalam Poerwandari, 2009) memahami tipe penelitian dengan sifat dan pendekatan penelitian misalnya dengan membagi tipe penelitian dalam antara lain, studi kasus; etnografi dan observasi partisipatif; fenomenologi; etnometodologi; praktek interpretatif; metode biografi dan penelitian klinis. Ada peneliti yang menyamakan tipe dengan artian metode-metode. Poerwandari (2009) mengusulkan agar peneliti tidak perlu menyebutkan tipe penelitiannya melainkan langsung metode penelitiannya. 1. Studi Kasus Kasus adalah fenomena khusus yang hadir dalam suatu konteks yang terbatasi, meski batas antara konteks dan fenomena tidak sepenuhnya jelas. Kasus itu dapat berupa individu, kelompok, dan organisasi. Studi kasus dapat dibedakan dalam beberapa tipe: a. Studi kasus intrinsik: penelitian dilakukan karena ketertarikan pada suatu kasus tertentu. Penelitian dilakukan untuk memahami secara utuh kasus tersebut, tanpa bermaksud menghasilkan teori dan tanpa upaya generalisasi. b. Studi kasus instrumental: penelitian pada suatu kasus unik tertentu untuk memahami isu dengan lebih baik, juga untuk mengembangkan, memperhalus teori. c. Studi kasus kolektif: suatu studi kasus instrumental yang diperluas sehingga mencakup beberapa kasus. Tujuannya untuk mempelajari fenomena/ populasi/ kondisi umum dengan lebih mendalam. Studi kasus ini sering disebut studi kasus majemuk atau komparatif.

Review Buku Metode Penelitian Kualitatif

Phebe Illenia S. 111141011

Metode pengumpulan data dapat dilakukan dari berbagai sumber seperti observasi, wawancara, studi dokumen/karya/produk tertentu yang terkait dengan kasus. 2. Etnografi Etnografi adalah deskripsi tentang kelompok manusia, berkembang dari penelitian antropologis mengenai kelompok masyarakat primitif. Yang dipentingkan dalam etnografi adalah peran sentral budaya dalam memahami cara hidup kelompok yang diteliti. Budaya dalam hal ini adalah keseluruhan tingkah laku sosial yang dipelajari anggota kelompok yang menyediakan standar/sistem untuk mempersepsi, meyakini, mengevaluasi, dan bertindak dan aturan-aturan dan simbol dalam pola hubungan dan interpretasi. Yang diyakini bahwa kata, tindakan atau produk budaya merupakan tanda, merepresentasikan makna tertentu (Punch, 1998; Boyle, 1994 dalam Poerwandari, 2009). Penelitian etnografi dibedakan menjadi dua dari karakteristiknya yaitu deskriptif dan kritikal. Metode pengumpulan data dalam penelitian etnografi yaitu kegiatan lapangan, penelitian etno-historis, dan pada umumnya memerlukan waktu lama karena interpretasi budaya hadir dalam tingkatan berbeda yang memerlukan waktu lama dan penelaahan mendalam dan terkadang repetitif untuk memastikan bahwa respon yang tampil memang merefleksikan kebudayaan masyarakat yang diteliti. 3. Penelitian Parsipatoris Penelitian ini mulanya berkembang untuk mengkaji masyarakat pedesaan. Dalam perkembangannya, desa dapat dianggap sebagai masyarakat atau komunitas. Pengumpulan data yang dapat dipakai adalag FGD, penyusunan matriks kebutuhan, penelusuran sejarah desa, dan sebagainya. 4. Metode unobtrusive/tidak reaktif Metode ini tidak mengundang reaksi khusus dari pihak yang diteliti. Data ada dan hadir tanpa sengaja dimunculkan untuk kepentingan penelitian dan peneliti tidak melakukan hubungan langsung dengan masyarakat yang menyebabkan adanya data tersebut. Datanya berupa jejak fisik dan arsip/dokumen (Palys, 1992; Punch, 1998 dalam Poerwandari, 2009).

Review Buku Metode Penelitian Kualitatif

Phebe Illenia S. 111141011

B. Ragam Metode Pengumpulan Data Beberapa metode untuk mengumpulkan data kualitatif dapat dikombinasikan satu sama lain. Beberapa metode tersebut antara lain: 1. Observasi, penelitian pada catatan harian. 2. Wawancara. 3. Focus Group Discussion. 4. Penelitian pastipatoris. 5. Metode yang berkait dengan gambar, cerita dengan lubang yang perlu diisi, penggunaan foto. 6. Metode dengan pemetaan dan rangking. 7. Metode dengan drama dan bercerita. 8. Oral history dan metode kisah kehidupan. Metode pengumpulan data: tipe, pilihan, kelebihan, dan keterbatasannya. Tipe Observasi Pilihan dan Kemungkinan Partisipan murni Pengamat sebagai partisipan Pengamat murni Wawancara Mendalam Terfokus Kelebihan Data langsung tanpa perantara Keterbatasan Hal penting mungkin diperoleh tetapi tidak dapat dilaporkan Peneliti dapat mencatat Peneliti tidak diterima begitu informasi muncul; seutuhnya dianggap hal penting dapat teramati pengganggu Bermanfaat untuk Keterbatasan dalam mengeksplorasi topik-topik mengupayakan rapport Mengungkap data Informasi terseleksi oleh mendalam dan informan/subjek personal/sensitif Mencakupi pokok-pokok Pokok/pertanyaan peneliti penting sesuai kebutuhan mungkin tidak merefleksikan realitas subjek Memperoleh gambaran Kehadiran peneliti umum peneliti memiliki mungkin menyebabkan pengendalian jawaban bias tidak semua subjek sama verbal Tidak reaktif, data yang Informasi tidak lengkap; sesungguhnya informasi yang penting mungkin tidak

Kelompok - FGD

Dokumen

Dokumen publik/resmi

Review Buku Metode Penelitian Kualitatif

Phebe Illenia S. 111141011

tercatat/tidak dapat diakses Materi mungkin tidak otentik atau tidak benar Dokumen pribadi (mis. Surat, buku pribadi) Tidak reaktif; data yang sesungguhnya Mengungkap kekhususan bahasa dan kata-kata (subjektivitas) Tidak reaktif secara tidak langsung mempresentasikan realitas mengembangkan kreativitas menginterpretasi Mudah, tidak seperti penelitian, memberdayakan

Materi audio visual

Buku, foto, video, berbagai bentuk karya seni, program computer, film, dll. Berbagai permainan, diskusi, kerja kelompok, refleksi, drama, dll.

Mungkin sulit diinterpretasi, mungkin sulit diakses secara lengkap

Bentukbentuk parsitipatoris

Untuk tujuan praktis bukan konseptual

Observasi Tujuan observasi adalah mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas yang berlangsung, orang yang terlibat, dan makna kejadian dilihat dari perspektif mereka yang terlibat dalam kejadian yang diamati tersebut. Yang harus diingat adalah bahwa peneliti harus melaporkan hasil observasinya secara deskriptif, bukan interpretatif. Dengan uraian deskriptif sekaligus informati, pengamat meminimalkan biasnya sehingga dengan sendirinya juga dapat mengembangkan analisis yang lebih akurat saat menginterpretasi seluruh data yang ada. Menurut Patton (1990, dalam Poerwandari, 2009), berbagai alternative cakupan dalam pendekatan observasi yang perlu dipertimbangkan dengan baik, yakni: 1. Apakah pengamat berpartisipasi aktif dalam setting yang diamatinya ataukah ia menjadi pengamat pasif, dalam arti tidak terlibat dalam aktivitas yang diamatinya tersebut? 2. Apakah peneliti melakukan observasinya secara terbuka, ataukah secara tertutu/terselubung? 3. Apakah observasi perlu dilakukan dalam jangka waktu lama, atau cukup dalam waktu yang terbatas?

Review Buku Metode Penelitian Kualitatif

Phebe Illenia S. 111141011

4. Variasi berkenaan dengan fokus observasi: fenomena utuh atau aspekaspek khusus? Banister dkk (1994, dalam Poerwandari, 2009) menambahkan beberapa variasi yaitu: 1. 2. 3. 4. Wawancara Wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Wawancara kualitatif dilakukan bila peneliti bermaksud untuk memperoleh pengetahuan tentang makna subjektif yang dipahami individu berkenaan dengan topik yang diteliti, dan bermaksud melakukan eksplorasi terhadap isu tersebut. Ada tiga pendekatan wawancara yaitu: 1. Wawancara informal. Proses sepenuhnya berkembang secara spontan dalam interaksi ilmiah. 2. Wawancara dengan pedoman umum. Peneliti dilengkapi pedoman wawancara yang sangat umum, yang mencantumkan isu-isu yang harus diliput tanpa menentukan urutan pertanyaan, bahkan mungkin tanpa bentuk pertanyaan eksplisit. 3. Wawancara dengan pedoman terstandar penjabarannya dalam kalimat. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam wawancara yaitu: 1. Pertanyaan harus bersifat netral, tidak diwarnai nilai-nilai tertentu, dan tidak mengarahkan. 2. Peneliti perlu menghindari penggunaan istilah yang canggih, resmi, terlebih dalam mewawancarai individu yang bukan mewakili kalangan ilmiah. yang terbuka. Pedoman wawancara ditulis secara rinci, lengkap dengan set pertanyaan dan Variasi dalam struktur observasi. Variasi dalam fokus observasi. Variasi dalam metode atau sarana yang digunakan untuk Pemberian umpan balik.

melakukan dan mencatat observasi.

Review Buku Metode Penelitian Kualitatif

Phebe Illenia S. 111141011

3. Peneliti perlu menggunakan pertanyaan terbuka. VII. Analisis dan Penulisan Laporan Melakukan kepekaan kualitatif dan menganalisis data membutuhkan kepekaan teoritis, karena dalam keseluruhan proses penelitian khususnya saat menganalisis data, peneliti sesungguhnya sedang melakukan upaya mengembangkan teori, atau berteori. Manfaat dimilikinya kepekaan teoritis menurut Strauss dan Corbin (1990, dalam Poerwandari, 2009) yaitu: 1. Memungkinkan peneliti keluar dari keterbatasan pemikiran. 2. Membantu peneliti terhindar dari kecenderungan berpikir standar. 3. Merangsang proses induktif. 4. Menghindarkan kemungkinan data diperlakukan for granted. 5. Menungkinkan klarifikasi dan upaya mengungkap fakta di balik asumsi. 6. Membantu peneliti mendengar apa yang disampaikan orang yang diteliti dan berbagai kemungkinan makna yang terkandung dalam pesan. 7. Menghindarkan peneliti dari kecenderungan terlalu cepat mengambil kesimpulan bahwa yang dicarinya telah ditemukan. 8. Memaksa terus berkembangnya pertanyaan-pertanyaan serta kemungkinan jawaban, yang memungkinkan pendalaman pemahaman terhadap data. 9. Memungkinkan peneliti mengungkapkan dugaan dan kesimpulan sementara yang masih tetap harus dibuktikan ketepatannya. 10. Memungkinkan dilakukannya eksplorasi dan klarifikasi terhadap dugaan dan kesimpulan yang dikembangkan. Cara mengembangkan kepekaan teoritis ada dua yaitu mengembangkan pertanyaan dan menganalisis kata, frase, kalimat. Bagian esensial dari identifikasi dan kategorisasi konsep adalah menerapkan pembandingan. Strauss dan Corbin (1990, dalam Poerwandari, 2009) menyarankan untuk menggunakan teknik flip-flop: saat kita sedang memikirkan konsep tertentu, kita akan terbantu memahaminya bila secara sengaja memikirkan konsep dengan kutub berlawanan.

Review Buku Metode Penelitian Kualitatif

Phebe Illenia S. 111141011

Pengolahan adalah: 1. Data mentah.

dan

analisis

data

sesungguhnya

dimulai

dengan

mengorganisasikan data. Hal yang penting untuk disimpan dan diorganisasi

2. Data yang sudah diproses sebagiannya. 3. Data yang sudah ditandai kode spesifik. 4. Penjabaran kode dan kategori secara luas melalui skema. 5. Memo dan draft insight untuk analisis data. 6. Catatan pencarian dan penemuan yang disusun untuk memudahkan pencarian berbagai kategori data. 7. Display data melalui skema atau jaringan informasi dalam bentuk padat. 8. Episode analisis. 9. Dokumentasi umum yang kronologis mengenai pengumpulan data dan langkah analisis. 10. Daftar indeks dari semua material. 11. Teks laporan. Langkah pertama yangharus dilakukan sebelum analisis adalah membubuhkan kode pada materi yang diperoleh. Koding dimaksudkan untuk dapat mengorganisasi dan mensistemasi data secara lengkap dan mendetail sehingga data dapat memunculkan gambaran tentang topik yang dipelajari. Secara praktis dan efektif, langkah awal koding dapat dilakukan melalui: pertama, peneliti menyusun transkripsi verbatim. Kedua, peneliti secara urut dan kontinyu melakukan penomoran pada baris transkrip. Ketiga, peneliti memberikan nama untuk masing-masing berkas dengan kode tertentu. Analisis tematik adalah dasar analisis penelitian kualitatif. Analisis tematik merupakan proses mengkode informasi, yang dapat menghasilkan daftar tema, model tema atau indikator yang kompleks, kualifikasi yang terkait tema atau gabungan dari hal yang telah disebutkan. Analisis penelitian kualitatif membutuhkan kemampuan tertentu yaitu kemampuan mengenali pola informasi, kemampuan melakukan perencanaan dan penyusunan sistem terhadap data, pengetahuan mengenai hal relevan dengan yang diteliti, dimilikinya kompleksitas

Review Buku Metode Penelitian Kualitatif

Phebe Illenia S. 111141011

kognitif dalam benak peneliti, empati dan objektivitas social dan kemampuan mengintegrasikannya. Setelah penyusunan koding, peneliti mulai memberikan perhatian pada substansi data yang dikumpulkannya. Di sinilah analisis tematik dimulai. Peneliti harus membaca transkrip berulang-ulang untuk mendapatkan pemahaman kasus, peneliti dapat menggunakan satu sisi lain untuk menuliskan apapun saat membaca transkrip, peneliti dapat mendaftar tema-tema yang muncul, dan peneliti dapat menyusun master berisikan daftar tema dan kategori. Langkah tersebut menjelaskan perlunya kita beranjak dari data konkrit untuk semakin mengarah pada pengembangan konsep. Dalam menganalisis transkrip, peneliti dapat mengikuti langkah analisis yang disarankan Strauss dan Corbin (1990, dalam Poerwandari, 2009). Mereka membagi langkah koding dalam tiga bagian yaitu koding terbuka (open coding), koding aksial (axial coding), dan koding selektif (selective coding). Interpretasi mengacu pada upaya memahami data secara lebih ekstensif sekaligus mendalam. Peneliti memiliki perspektif mengenai apa yang sedang diteliti dan menginterpretasi data melalui perspektif tersebut. Konteks interpretasi pemahaman diri terjadi bila peneliti berusaha memformulasikan dalam bentuk lebih padat apa yang oleh subjek penelitian sendiri dipahami sebagai makna dari pernyataan-pernyataannya. Konteks interpretasi pemahaman biasa yang kritis terjadi bila peneliti beranjak lebih jauh dari pemahaman diri subjek penelitiannya. Konteks interpretasi pemahaman teoritis adalah konteks paling konseptual yang digunakan untuk memahami pernyataan yang ada, sehingga dapat mengatasi konteks pemahaman diri subjek atau penalaran umum. VIII. Kredibilitas Penelitian Kualitatif Leininger (1994, dalam Poerwandari, 2009) mengajukan prinsip dasar yang harus disetujui terlebih dulu dalam mengevaluasi penelitian kualitatif. Pertama, paradigma kuantitatif dan kualitatif memiliki asumsi filosofis, akar pemikiran dan tujuan yang berbeda, yang masing-masing harus dipahami, dihormati, dan dipertahankan untuk memungkinkan diperolehnya hasil penelitian

Review Buku Metode Penelitian Kualitatif

Phebe Illenia S. 111141011

yang dapat dipercaya. Kedua, kita tidak dapat melakukan suatu penelitian tunggal dengan mendasarkan diri pada dua paradigma. Menggabungkan berbagai macam metode dengan paradigma berbeda tidaklah dianjurkan karena dapat melemahkan penelitian itu sendiri. Istilah pertama yang sering digunakan peneliti kualitatif adalah kredibilitas. Kata kredibilitas digunakan untuk menggantikan kata validitas. Kredibilitas studi kualitatif terletak pada keberhasilannya mencapai maksud mengeksplorasi masalah atau mendeskripsikan setting, proses, kelompok sosial atau pola interaksi yang kompleks. Konsep kredibilitas harus mampu mendemonstrasikan bahwa untuk memotret kompleksitas hubungan antar aspek tersebut, penelitian dilakukan dengan cara tertentu yang menjamin bahwa subjek penelitian diidentifikasi dan dideskripsikan secara akurat. Menurut Lamnek (dalam Sarantakos, 1993, dalam Poerwandari, 2009), penelitian kualitatif menampilkan kelebihan daripada penelitian kuantitatif sehingga dapat dikatakan memiliki validitas lebih tinggi. Beberapa alasan adalah: (1) data lebih dekat dengan lapangan penelitian sehingga lebih dekat dengan realitas sehari-hari, (2) upaya pengumpulan data tidak kaku sehingga perluasan perolehan data dimungkinkan, (3) aspek komunikasi menjadi penting. Mengenai generalisasi dalam studi kualitatif, Lincoln dan Guba (dalam Poerwandari, 2009) mengusulkan istilah transferbilitas yang menjelaskan sejauh mana temuan suatu penelitian yang dilakukan pada suatu kelompok tertentu dapat diaplikasikan pada kelompok lain. Yang perlu diperhatikan adalah setting atau konteks di mana studi akan diterapkan haruslah relevan atau memiliki kesamaan dengan di mana penelitian dilakukan. Yang juga dipermasalahkan adalah sejauh mana temuan penelitian kualitatif dapat menunjukkan konsistensi, bila dilakukan peneliti lain, di saat berbeda, tetapi dengan pendekatan dan instrument yang sepenuhnya sama? Konstruk yang diusulkan Lincoln dan Guba (dalam Marshall & Rossman, 1995 dalam Poerwandari, 2009) adalah dependability yang menggantikan konsep reliabilitas. Peneliti kualitatif mengusulkan koherensi (metode yang dipilih memang mencapai tujuan yang diinginkan), keterbukaan (sejauh mana peneliti

Review Buku Metode Penelitian Kualitatif

Phebe Illenia S. 111141011

membuka diri dengan memanfaatkan metode berbeda untuk mencapai tujuan), dan diskursus (sejauh mana dan seintensif apa peneliti mendiskusikan temuan dan analisisnya dengan orang lain) (Sarantakos, 1993 dalam Poerwandari, 2009). Bagaimana langkah meningkatkan kredibilitas? Ada beberapa hal yang dapat dilakukan (Patton, 1990; Marshall & Rossman, 1995 dalam Poerwandari, 2009): 1. Mencatat bebas hal penting serinci mungkin, mencakup catatan pengamatan objektif terhadap setting, partisipan ataupun hal lain yang terkait. 2. Mendokumentasikan secara lengkap dan rapi data yang terkumpul, proses pengumpulan data maupun strategi analisisnya. 3. Memanfaatkan langkah dan proses yang diambil peneliti sebelumnya sebagai masukan bagi peneliti. 4. Menyertakan partner untuk memberi kritik, saran dan pembelaan yang akan memberi pertanyaan kritis terhadap analisis yang dilakukan peneliti. 5. Melakukan upaya konstan untuk menemukan kasus negatif. 6. Melakukan pengecekan dan pengecekan kembali data, dengan usaha menguji kemungkinan dugaan yang berbeda. Hal penting lain untuk meningkatkan kredibilitas data adalah triangulasi. Menurut Patton (1990, dalam Poerwandari, 2009), triangulasi dapat dibedakan dalam: (1) triangulasi data yakni penggunaan variasi sumber data, (2) triangulasi peneliti yaitu disertakannya beberapa peneliti, (3) triangulasi teori yakni digunakannya beberapa perspektif berbeda untuk menginterpretasi data yang sama, dan (4) triangulasi metode yakni dipakainya beberapa metode yang berbeda untuk meneliti satu hal yang sama. IX. Isu Etis Yang dimaksud isu etis adalah dilema dan konflik yang muncul serta pertimbangan yang diambil mengenai bagaimana melakukan penelitian secara benar dan baik. Secara umum kita harus membaca pedoman etis yang perlu

Review Buku Metode Penelitian Kualitatif

Phebe Illenia S. 111141011

diperhatikan. Palys (1992, dalam Poerwandari, 2009) menjelaskan adanya dua tanggung jawab yang interdependen dalam penelitian: 1. Tanggung jawab ilmiah. 2. Tanggung jawab kemanusiaan. Berikut beberapa pertanyaan etis yang perlu direnungkan saat kita mempersiapkan penelitian (Kvale, 1996 dalam Poerwandari, 2009): 1. 2. 3. 4. 5. Konsekuensi positif dan manfaat penelitian. Persetujuan subjek. Kerahasiaan dan anonimitas. Konsekuensi negatif penelitian. Posisi dan peran peneliti.

Isu etis yang terkandung dalam tiap tahapan penelitian menurut Kvale (1996, dalam Poerwandari, 2009): 1. Pemilihan tema atau topik. 2. Penyusunan desain. 3. Proses pengumpulan data dan transkripsi. 4. Analisis dan interpretasi. 5. Pelaporan dan publikasi hasil. Pokok penting terkait dengan etika penelitian adalah: 1. Tindakan penyelewengan ilmiah, antara lain melalui plagiarisme dan penipuan. 2. Cara memperlakukan subjek penelitian informed consent, bahwa subjek harus menyatakan persetujuannya untuk terlibat dalam penelitian. 3. Cara memperlakukan subjek penelitian kerahasiaan dan anonimitas, bahwa data pribadi subjek tidak perlu diungkapkan dan dijaga privasinya. Bila ada informasi yang perlu dilaporkan, maka harus mendapat persetujuan dari orang yang bersangkutan. 4. Konsekuensi dan manfaat penelitian, bahwa peneliti mengupayakan adanya risiko yang seminimal mungkin yang dapat terjadi pada subjek penelitian. Manfaat potensial yang diterima subjek harus lebih besar dari kemungkinan negatifnya (Kvale, 1996 dalam Poerwandari, 2009).

Review Buku Metode Penelitian Kualitatif

Phebe Illenia S. 111141011

5. Independensi peneliti. Terkadang peneliti tidak menyadari bahwa dia membawa kepentingan sponsor sehingga tidak peka lagi menganalisis temuan datanya. 6. Batasan mengenai apa yang dapat diteliti, yakni sejauh mana peneliti harus mengungkap datanya secara sepenuhnya jujur tanpa mempertimbangkan konsekuensinya, merupakan hal yang sulit dipecahkan. Dalam menyelesaikan dilemma etis, prinsip etis harus menjadi pegangan. Palys (1992, dalam Poerwandari, 2009) mengutip prinsip etis dari the Canadian Psychological Association (CPA, 1988 dalam Poerwandari, 2009): 1. Menghormati martabat manusia. 2. Kepedulian yang bertanggung jawab. 3. Integritas dalam hubungan yang dijalin. 4. Tanggung jawab pada masyarakat. Menurut Neuman (1997, dalam Poerwandari, 2009) adalah: 1. Tanggung jawab etis ada pada peneliti. 2. Peneliti tidak mengeksploitasi subjek penelitian untuk kepentingan pribadinya. 3. Bentuk informed consent sangat diperlukan. 4. Peneliti menjunjung tinggi jaminan pribadi, kerahasiaan, dan anonimitas. 5. Peneliti tidak memaksa dengan cara langsung ataupun terselubung, juga tidak merendahkan subjek penelitiannya. 6. Peneliti menggunakan cara terselubung hanya bila itu sangat diperlukan, dan selalu menyertainya dengan debriefing. 7. Peneliti menggunakan metode pengumpulan data yang sesuai dengan topik penelitiannya. 8. Peneliti mendeteksi dan menjauhkan konsekuensi tidak diinginkan dari subjek penelitiannya. 9. Peneliti mengantisipasi dan mengambil langkah untuk mengatasi kemungkinan merugikan dari penelitian dan dari publikasi lainnya. 10. Peneliti menyebutkan dengan jelas penyandang dana penelitiannya.

Review Buku Metode Penelitian Kualitatif

Phebe Illenia S. 111141011

11. Peneliti bekerjasama dengan lembaga berwenang bila melakukan studi komparatif. 12. Peneliti menyampaikan secara terbuka detail dari desain studinya saat mempublikasikan hasil penelitiannya. 13. Peneliti mengembangkan interpretasi yang memang konsisten dengan data yang diperoleh. 14. Peneliti menggunakan pendekatan metodologis yang dapat dipertanggungjawabkan dengan baik, dan mengupayakan akurasi. 15. Peneliti tidak mengadakan penelitian secara rahasia. X. Identifikasi Masalah dan Penyusunan Proposal Penulisan proposal merupakan hal yang penting yang akan berperan besar dalam langkah selanjutnya. Ada beberapa tujuan penyusunan proposal: 1. Membantu peneliti untuk mengarahkan pemikirannya secara baik, memahami cakupan penelitiannya, mengerti apa akan terjawab sekaligus yang tidak akan terjawab lewat penelitiannya dan mengapa. 2. Proposal penelitian yang ditulis baik akan membantu peneliti menemukan pendekatan dan langkah praktis yang perlu dilakukannya dalam penelitian. 3. Proposal yang baik akan membantu peneliti mengecek kembali sejauh mana hasil penelitiannya telah memenuhi tujuan dan atau signifikansi penelitian yang telah dirumuskan dalam proposal. 4. Proposal yang baik menginformasikan pada pembaca mengenai pentingnya topik atau masalah penelitian, yang akan mengundang kepedulian lebih lanjut. Perumusan pertanyaan penelitian merupakan bagian sangat penting sekaligus sulit dalam penelitian kualitatif. Ada tiga tahapan konseptual dalam mengembangkan pertanyaan penelitian. Yang pertama, tahap menetapkan area penelitian, kedua tahap mengajukan pertanyaan umum dan ketiga tahap mengajukan pertanyaan penelitian khusus. Pertanyaan penelitian muncul dari pengalaman pribadi, pengalaman orang lain yang kita amati, hasil yang tidak konklusif dari beberapa penelitian berbeda tentang topik serupa, dari media, dari

Review Buku Metode Penelitian Kualitatif

Phebe Illenia S. 111141011

refleksi merenungi teori, dari mana saja. Namun perlu diingat bahwa topik harus yang menarik dan relevan serta signifikansi penelitian. Untuk merumuskan pertanyaan spesifik bagi penelitian kita, kita dapat menggunakan cara berpikir corong yaitu berangkat dari hal yang umum ke hal yang lebih spesifik baik dalam memahami fenomena yang diteliti maupun konsep yang digunakan. Kriteria pertanyaan penelitian yang baik menurut Punch (1998, dalam Poerwandari, 2009) adalah jelas, spesifik, dapat diukur atau dijawab, adanya interkoneksi di antara pertanyaan yang ada, dan secara substantif relevan. Mengenai tinjauan pustaka, hal ini harus menjelaskan bahwa kita memahami ruang lingkup masalah penelitian: penelitian yang dilakukan sebelumnya dan teori yang relevan. Dalam proposal, beberapa hal penting yang harus dicakup adalah: 1. Latar belakang. 2. Topik penelitian. 3. Konteks teoritis dan tinjauan pustaka. 4. Metodologi. 5. Pertimbangan etis. 6. Tindak lanjut.

DAFTAR PUSTAKA Poerwandari, E.K. (2009). Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia. Depok: LPSP3 UI.