Review Buku Agama Hindu

31
TUGAS REPORT AGAMA Oleh : Ni Kadek Meilan Wulandari 1015051024 1 B JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2010

Transcript of Review Buku Agama Hindu

Page 1: Review Buku Agama Hindu

TUGAS REPORT

AGAMA

Oleh :

Ni Kadek Meilan Wulandari

1015051024

1 B

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNIK DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

2010

Page 2: Review Buku Agama Hindu

KATA PENGANTAR

Om Swastiastu,

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa (Ida Sang Hyang Widhi Wasa) karena dengan rahmat-Nya penulis bisa menyelesaikan tugas report

ini tepat pada waktunya.

Tujuan dari penulisan tugas report ini adalah untuk lebih memahami dan member pengetahuan pembaca mengenai pelajaran Agama Hindu.

Penulis menyadari tugas ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan dari pembaca demi

kesempurnaan tugas ini.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan tugas ini hingga akhir. Dan mohon maaf atas kesalahan dan

kekurangan dalam tugas ini.

Om Santih, Santih, Santih, Om

Page 3: Review Buku Agama Hindu

DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I

Pendahuluan

BAB II

Pembahasan

BAB III

Kesimpulan

Page 4: Review Buku Agama Hindu

BAB I

Pendahuluan

1. Identitas Buku

a. Judul : Pendidikan Agama Hindu

b. Nama Pengarang : Drs. Tjok Rai Partadjaja, M. Eng

c. Penerbit : Universitas Pendidikan Ganesha

d. Tahun Terbit : 2009

e. Tebal :

f. Harga : Rp. 30.000,00

2. Permasalahan

a. Isi :

1. Tuhan Yang Maha Esa

2. Sejarah Agama Hindu

3. Manusia

4. Etika Agama Hindu

5. Yadnya Dalam Agama Hindu

6. Ilmu Pengetahuan

7. Kerukunan Hidup Umat Beragama

8. Masyarkat

9. Budaya Sebagai Ekspresi Pengalaman Agama Hindu

10. Politik Dalam Perspektif Hindu

11. Hukum Dalam Menegakkan Keadilan

b. Keunggulan :

c. Kelemahan : masih terdapat kesalahan dalam penulisan, terlalu bertele-tele sehingga kurang bisa untuk dimengerti, tidak adanya gambar yang mendukung untuk menarik minat pembaca.

Page 5: Review Buku Agama Hindu

3. Tujuan

Untuk lebih memahami dan menambah wawasan pembaca tentang Agama Hindu

Page 6: Review Buku Agama Hindu

BAB II

PEMBAHASAN

1. Tuhan Yang Maha Esa

a. Brahmavidya Sang Hyang Widhi sebagai Pencipta, Pemelihara, dan Pemralina

segala yang ada di alam semesta ini. Dalam Chandogya Upanisad VI.2.1 disebutkan :

“Ekam Eva Adwityam Brahman”Artinya :

“Hanya satu ( Ekam Eva ) tidak ada duanya ( Adwityam ) Hyang Widhi ( Brahman ) itu”.Dalam Catur Weda Sirah disebutkan :

Eko Narayana na dwityo sti kaccitArtinya :

“Hanya satu Tuhan sama sekali tidak ada duanya”.Dalam lontar Sutasoma disebutkan :

Bhinneka Tunggal Ika, tan hana Dharma mangrwaArtinya :

“Hanya satu ( Ekam ) Sang Hyang Widhi (sat=hakekat ) hanya orang bijaksana (viprah) menyebutkan (wadanti) dengan banyak nama (bahuda).

Sang Hyang Widhi disebut dengan banyak nama karena sesuai dengan fungsi beliau, misalnya pada saat beliau menciptakan alam semesta beserta isinya beliau disebut “Brahma”, pada saat memelihara isinya beliau disebut “Wisnu”, sedangkan untuk lestarinya alam semesta maka Sang Hyang Widhi berfungsi sebagai Dewa Pmralina yang disebut “Siwa”.Upanisad menyatakan bahwa Sang Hyang Widhi adalah : “telinga dari semua telinga, pikiran dari semua pikiran, ucapan dari segala ucapan, nafas dari segala nafas, mata dari segala mata”, ( Kena 1.2 ). Bhagawadgita (VII. 10;11 X;20) Aku adalah bibit dari bibit segala yang hidup. Aku adalah kecerdasan dari segala yang cerdas, dan keperwiraan dari segala yang kuat”. “Aku adalah jiwa yang bersemayam di hati setiap makhluk. Aku adalah awal, pertengahan dan akhir dari segala yang ada”. Dan Sang Hyang Widhi adalah dimana-mana dan juga di dalam hati setiap makhluk. Dalam Bahasa Jawa Kuno diungkapkan “tan kagrahita dening manah mwang indriya” (tidak terjangkau oleh akal dan indriya manusia). Wiyapi Wiyapaka Nirwikara berarti Tuhan ada dimana-mana dan tidak dapat terpikirkan oleh manusia. Apa yang kjita pikirkan Beliau tetap tahu sehingga tidak perlu berbohong, berpura-pura, membuat-buat, dan

Page 7: Review Buku Agama Hindu

berprilaku kejahatan lain. Maha Rsi Vyasa yang dikenal dengan nama Badarayana dalam bukunya “ Brahmasutra Wedantasara ” sebagai berikut :Janmadmadyasya Yatah (1.1.2) yang oleh Swami Siwananda (1977) diterjemahkan sebagai berikut :Brahman adalah asal mula dari alam semesta dan segala isinya. Janmadi berarti asal, awal, penjelmaan, dan sebagainya. Asya berarti dunia/alam semesta. Yatah berarti dari padanya. Jadi, menurut sastra Tuhan Yang Maha Esa yang disebut Brahman ini adalah asal mula segalanya. Ini sesuai dengan bunyi mantram Purusa Sukta Rgweda sebagai berikut :Tuhan sebagai wujud kesadaran Agung merupakan asal dari segala yang telah dan yang akan ada. Ia adalah raja di alam yang abadi dan juga di bumi yang hidup dan berkembang dengan makanan.

b. Sraddha Yaska dalam bukunya Nighantu (111.10) sebagai berikut :“Kata Sraddha dari akar kata Srat yang berarti kebenaran (satyamnambani)”. Jadi, Sraddha mengandung makna keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa.Di dalam Brahmasutra (1.1.3) dinyatakan :“ Sastrayonitvat ” yang berarti sastra suci sebagai sumber pengetahuan yang benar. Berkenaan dengan sutra ini, Swami Siwananda menyatakan bahwa sastra yang dimaksud kitab suci Weda atau Sruti adalah sabda Tuhan Yang Maha Esa yang di dalamnya ditemukan berbagai ajaran suci sebagai sumber ajaran Agama Hindu.Kitab-kitab Upanisad yang di dalamnya terkandung ajaran Sraddha yang diajarkan secara mendalam merupakan sumber ajaran filsafat Hindu. Bhagawad Gita (111.31.IV.39,40) menekankan tentang Sraddha sebagai berikut :“Mereka yang selalu mengikuti ajaran-Ku dengan penuh keyakinan ( Sraddha ) serta bebas dari keinginan duniawi, juga akan bebas dari keterikatan”.“Ia yang memiliki keimanan yang mantap ( Sraddha ) memperoleh ilmu pengetahuan, menguasai panca indrianya, setelah memiliki ilmu pengetahuan dengan segera mencapai kedamaian yang abadi”.“Tetapi mereka yang dungu, yang tidak memiliki ilmu pengetahuan, tidak memiliki keimanan dan diliputi keragu-raguan, orang yang demikian ini tidak dapat memperoleh kebahagiaan di dunia ini dan dunia lainnya”.Berdasarkan uraian tentang Sraddha di atas, maka dalam buku yang berjudul Panca Sraddha oleh Ida Bagus Oka Pangatmaja dinyatakan adanya lima Sraddha yaitu :1. Widhi Tattwa atau Widhi Sraddha

Page 8: Review Buku Agama Hindu

Merupakan keimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan berbagai manifestasi-Nya sebagai dasar keimanan Hindu.

2. Atma Tattwa atau Atma SraddhaMerupakan keimanan terhadap Atma yang menghidupkan semua makhluk. Atma menurut kitab suci tidak dapat menjelma karena memenuhi alam semesta beserta isinya. Bhagawad Gita menyebutkan bahwa :

Ia tidak pernah lahir, pun juga tidak pernah mati kapan pun, pun juga tidak pernah muncul dan tidak lagi pernah menghilang. Ia adalah tidak mengenal kelahiran, kekal, abadi, dan selalu ada. Ia tidak dapat dibunuh bila badan dibunuh.(Bhagawad Gita. 11.20)

3. Karmaphala Tattwa atau Karmaphala SraddhaMerupskan keimanan terhadap kebenaran hokum sebab akibat atau buah dari perbuatan. Karma berasal dari kata “Kri” yang berarti berbuat segala bentuk perbuatan adalah “Karma” sedangkan “Phala” berarti “Hasil”. kata Karma Phala berarti hasil dari perbuatan karena setiap perbuatan ada akibatnya berwujud baik atau buruk, tergantung perbuatan itu sendiri. Pembagian Karma Phala ada 3 bagian, yaitu :a. Sancita Karma Phala

Merupakan hasil perbuatan terdahulu yang belum dapat dinikmati dan masih merupakan benih yang menentukan kehidupan sekarang.

b. Prarabda Karma PhalaMerupakan hasil perbuatan yang langsung dinikmati pada kehidupan ini tanpa ada sisanya lagi.

c. Kriyamana Karma PhalaMerupakan hasil perbuatan yang langsung dinikmati pada saatnya berbuat sehingga harus diterima pada kehidupan yang akan datang.

4. Samsara atau Punarbhawa TattwaMerupakan keimanan terhadap kelahiran kembali, menjelma, dan lahir. Punarbhawa merupakan kelahiran yang berulang-ulang.

5. Moksa Tattwa atau Moksa SraddhaMeupakan keimanan terhadap kebebasan yang tertinggi bersatunya Atma dengan Brahma.

Catur Marga adalah empat jalan yang ditempuh untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, yaitu :

1. Bhakti MargaMerupakan jalan yang baik ditempuh oleh umat yang masih sangat terbatas kemampuannya. Cukup melalui sujud bhakti yang tulus ikhlas, cinta kasih yang mendalam kepada Tuhan. Hal ini bisa diaplikasikan melalui pelaksanaan Tri Sandhya, mempersembahkan sesaji sesuai

Page 9: Review Buku Agama Hindu

dengan kemampuan umat masing-masing. Bhakti ada dua pengertian yaitu para bhakti dan apara bhakti. Para Bhakti bermakna bhakti yang murni, tulus, dan penyerahan diri secara total. Sedangkan apara bhakti adalah bhakti disertai dengan permohonan. Dalam Kitab Bhagavata Purana (VII.52.53) membedakan 9 jenis bhakti yaitu :a. Sravanam

Mempelajari keagungan Tuhan Yang Maha Esa melalui membaca atau mendengarkan pembacaan kitab-kitab suci.

b. KirtanamMengucapkan atau menyanyikan nama-nama Tuhan Yang Maha Esa.

c. SmaranamMengingat nama-Nya atau bermeditasi tentang-Nya.

d. PadasevanamMemberikan pelayanan kepada Tuhan Yang Maha Esa, termasuk melayani, menolong berbagai makhluk ciptaanNya.

e. ArcanamMemuja keagunganNya.

f. VandanamSujud dan kebhaktian.

g. DasyamelayaniNya dalam pengertian mau melayani mereka yang memerlukan pertolongan dengan penuh keikhlasan.

h. SakhyaMemandang Tuhan Yang Maha Esa sebagai sahabat sejati yang memberikan pertolongan ketika dalam bahaya.

i. AtmanivedanamPenyerahan diri secara total kepada-Nya.

2. Karma MargaMerupakan jalan melalui perbuatan yang mulia dan tanpa pamerih, penuh pengabdian yang sesuai watak dan kepribadiannya.

3. Jnana MargaMerupakan pendekatan kepada Tuhan melalui ilmu pengetahuan. Jalan ini dilakukan bagi mereka yang memiliki nalar yang tinggi, seperti melakukan kegiatan dharma tula untuk mendiskusikan pengalaman sloka-sloka Agama.

4. Raja MargaMerupakan jalan yang baik bagi umat Hindu yang sudah berumur melalui kegiatan melaksanakan pranayama secara ketat, tanpa brata dan sambaing semadi. Lebih jauh lagi mempunyai tanggung jawab moral untuk memecahkan masalah adat dan budaya dalam Agama Hindu bagi masyarakat yang membutuhkan.

Page 10: Review Buku Agama Hindu

c. Sarana untuk Memuja TuhanSarana untuk memuja Tuhan lebih diperuntukkan bagi mereka yang belum mampu memusatkan pikirannya menuju beliau, agar pikirannya tidak di awang-awang pada waktu sembahyang kemudian dibuatkan sarana seperti misalnya berbentuk Arca, Pratima, Prativimba, Nyasa Murti, dan lain-lain yang mengandung makna bentuk-bentuk perwujudan-Nya. Dikenal juga adanya Tirtha dan Kstryakni mata air, tepi sungai atau tepi laut dan daratan yang memiliki sebagai tempat kemunculan kekuatan suci, para rsi, dan leluhur adalah Pura, Mandira, Kuil, Kahyangan, dan lain-lain. Pura seperti halnya meru atau candi (dalam peninggalan purbakala kini di Jawa) merupakan symbol dari kosmos atau alam sorga (kahyangan).Sorga atau Kahyangan digambarkan berada di puncak Gunung Mahameru, olek karena itu gambaran Candia atau Pura merupakan replika dari Gunung Mahameru tersebut. Berbagai sumber ajaran Hindu mengungkapkan tentang kahyangan, pura atau mandira, kutipan penjelasan tentang hal tersebut sebagai berikut :

Prasadam yaccahiva saktyatmakamTacchaktyantaih syadvisudhayaistu tatvaihSaivi murtih khalu devalayakhyetyasmadDhyeya prathanam cabhipujya.

Isnasivagurudevapadaddhati, III.12.16.Pura dibangun untuk memohon kehadiran Sang Hyang Siva dan Sakti dan Kekuatan/Prinsip Dasar dan segala manifestasi atau wujud-Nya, dari elemen hakekat yang pokok, Prithivi sampai kepada sakti-Nya. Wujud konkret (materi) Sang Hyang Siva merupakan sthana Sang Hyang Vidhi. Hendaknya seseorang melakukan perenungan dan memuja-Nya.

Page 11: Review Buku Agama Hindu

2. Sejarah Agama HinduA. Perkembangan Hindu di India

Pada awalnya Agama Hindu muncul di lembah sungai Sindhu di India sebelah barat, tepatnya di Punjab yaitu hulu sungai Sindhu yang bercabang lima. Menurut pendapat Tilak, Wahyu Tuhan yang pertama telah diuraikan pada tahun 6000 SM.Sumber pokok adalah kitab-kitab suci Hindu yang terhimpun dalam Weda Sruti, Smerti, Itihasa, Upanisad dan sebagainya.Perkembangan Hindu di India oleh Radhakrisnan dibagi menjadi empat peiode, yaitu :1. Zaman Weda (1500 SM – 600 SM)2. Zaman Wiracarita (600 SM – 200 SM)3. Zaman Sutra4. Zaman Scholastik

Zaman Weda meliputi :

a. Zaman Weda Kuno

Dimulai dengan kedatangan bangsa Arya 2500 tahun SM ke India

dan menempati lembah Sungai Sindhu yang dikenal dengan nama Punjab (daerah aliran lima sungai). Zaman ini merupakan zaman penyusunan buku suci Weda yang pertama (Rg Weda). Pada kehidupan ini banyak menekankan pada pembacaan dan perapalan ayat-ayat Weda secara Oral (Srawana) yaitu dengan menyanyikan dan mendengarkan bersama-sama secara berkelompok. Pendekatan kepada Tuhan cenderung melaksanakan Bhakti Marga dan Karma Marga.

b. Zaman BrahmanaZaman ini ditandai dengan kitab Brahmana. Brahmana berarti doa. Kitab Brahmana merupakan kitab yang memuat himpunan doa-doa serta penjelasan upacara yadnya dan kewajiban-kewajiban keagamaan. Kitab Brahma merupakan bagian dari Sruti disebut Karma Nanda. Setiap Weda mempunyai kitab Brahmana masing-masing, yaitu :1. Kitab Rg Weda memiliki 2 jenis kitab brahmana yaitu Atriya dan

Kausitaki.2. Kitab Sama Weda memiliki kitab Tandya Brahmana atau Panca

Wimsa. Kitab ini memuat legenda kuno yang dikaitkan dengan upacara yadna.

3. Yajur Weda memiliki beberapa kitab Brahmana, yaitu a. Traitrya untuk Yajur Weda hitam (Kresna Yajur Weda).b. Sataphata Brahmana untuk Yajur Weda putih (Sukla Yajur

Weda).

Karakteristik keagamaan pada zaman ini adalah

Page 12: Review Buku Agama Hindu

1. Kehidupan keagamaan lebih diwarnai oleh pelaksanaan yadnya upacara (Karma Marga) dan Brahmana mempunyai kedudukan yang amat penting dan menonjol dalam masyarakat.

2. Masyarakat dibelenggu oleh suasana kehidupan yang serba ritual dan aspek Tattwa Darsana dan sila sasan kurang mendapat perhatian.

3. Dari segi filsafat, pada zaman Brahmana merupak pendahuluan dari tumbuhnya pola berpikir metafisis.

4. Pemikiran tentang azas alam semesta, hubungan makrokosmos dengan mikrokosmos, hakekat hidup dan kehidupan, hokum karma telah dimulai dibedakan pada zaman ini, walaaupun belum menampakan formula yang jelas.

4. Atharwa Weda memiliki kitab Gopatha Brahmana.c. Zaman Upanisad

Upanisad berarti duduk dekat dengan guru untuk menerima wejangan-wejangan suci. Kitab Upanisad memuat ajaran spiritual. Jumlah kitab Upanisad 108 buah buku. Inti pokok dari isi Upanisad adalah Jnana Kanda yaitu pengetahuan yang bersifat filosofis. Tujuan hidup yaitu Catur Purusartha (Dharma, Artha, Kama, Moksa) diformulasikan lebih jelas.

Zaman Wiracarita (600 SM – 200 SM)

Kitab Ramayana dan Mahabharata menyebarkan cita-cita baru mengenai kepahlawanan kedewataan dalam hubungannya dengan insane mencapai kebenaran dan kebahagiaan hidup yang sejati.

Zaman Sutra

Ditandai dengan munculnya kitab-kitab yang memuat penjelasan terhadap kitab Weda dan Mantra dalam bentuk prosa. Yang menonjol pada zaman ini adalah munculnya Kalpa Sutra yang membahas tentang yadnya, cara-cara melaksanakan upacara kurban suci. Kemudian timbul dharma sutra yaitu sutra-sutra yang membahas tentang pengertian Dharma yang meliputi tugas dan kewajiban umat sebagaimana yang diuraikan dalam kitab-kitab Weda.

Zaman Shcolastik

Ditandai dengan lahirnya pemikir-pemikir besar seperti Sankara, Ramanuja, dan Mandhwa. Pemikir-pemikir ini menulis kembali ajaran-ajaran terdahulu dengan menyusun serta memberi interpretasi danpengembangan-pengembangan baru, seperti misalnya ajaran Adaita, Wisista dwaita, ajaran Dwaita, system Siwa Sidanta, Pratyabhijna, ajaran

Page 13: Review Buku Agama Hindu

saksi dan lain-lain. Adwaita berpangkal pada ajaran tidak ada dualisme. Tidak ada suatu yang nyata yang lepas dari roh yang mutlak yaitu Brahman.

B. Perkembangan agama Hindu di Indonesia1. Kebudayaan Indonesia Menghadapi Budaya Luar

Masuknya unsur-unsur kebudayaan luar di dalam kebudayaan Indonesia diterima secara selektif dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi Indonesia. Masuknya kebudayaan luar diterima atas dasar kesadarn dan manfaatnya.

2. Proses Perkembangan Agama Hindu di IndonesiaKontak pendahuluan melalui media perdagangan terutama di daerah pesisir. Dari peristiwa tukar-menukar barang dagangan kemudian lebih mendalam lagi pada kontak kebudayaan dari daerah pesisir sampai ke daerah pedalaman.

3. Pengertian Hinduisme di Indonesiaa. Agama Hindu di Indonesia meliputi paham Brahmanaisme,

Waisnawaisme, dan Siwaisme yang tercakup di dalam Tri Murti.b. Buddhisme yang berkembang di Indonesia juga termasuk

Hinduisme. Agama Buddha Hinayana berkembang lebih dahulu dari Agama Buddha Mahayana.

c. Ajaran Tantrayana yang tumbuh dari hasil perluluhan (sinkritisme) antara ajaran Tri Murti dengan ajaran Buddha Mahayana disebut juga Siwa Buddha.

C. Peninggalan-peninggalan Agama Hindu di Indonesia1. Peninggalan Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur

Peninggalan Agama Hindu di Kutai berupa tulisan di atas Batu Yupa yang menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Pengaruh Hinduisme masuk ke Indonesia sekitar abad IV Masehi diduga bersal dari Koromandel yaitu daerah yang terletak di pantai sebelah India. Sedangkan ke Hinduannya di dalam kota “Waprakaswara” yang berarti suatu tempat suci yang berhubungan dengan Iswara. Iswara adalah sebutan lain dari Siwa. Pada salah satu yupa tersebut terdapat tulisan yang bunyinya sebagai berikut :“Srimato wepa amekhyasya Rajnah sri mulawarmanah Danam punyatame Ksetra Yad dattam Waprakeswara,……..”Artinya :Sang Mulawarman raja yang mulia dan terkemuka telah memberi dana punia 20 ribu ekor lembu kepada para Brahmana yang bertempat di sutau lapangan yang suci Waprakaswara.

2. Peninggalan-peninggalan di Jawa Barat

Page 14: Review Buku Agama Hindu

Adanya peninggalan batu tertulis yang terdapat di daerah Bogor di Sungai Citarum. Prasasti ini ditulis dalam Bahasa Sanskerta :Wikratansya wanipatehSrimatah purnawarmanahTarumanagaran drasyaWisnor twa padadmayaArtinya :Inilah dua (bekas telapak) kaki yang seperti kaki Wisnu merupakan kaki yang mulia Sang Purnawarman raja di negeri Taruma (Tarumanegara) raja yang gagah berada di dunia.

3. Prasati Canggal di Jawa TengahPrasati ini berangka tahun 732 Masehi yang menyebutkan bahwa pemujaan terhadap Siwa, Brahma, dan Wisnu. Ini menunjukkan bahwa pada abad ke-8 Masehi telah masuk konsep Tri Murti.

4. Prasasti Dinoyo di daerah Malang (Jawa Timur)Prasasti ini berangka tahun 760 Masehi diperoleh keterangan bahwa di daerah itu dilakukan pemujaan secara khusus terhadap Siwa.

5. Prasasti Pereng di Jawa TengahPrasasti ini berangka tahun 863 Masehi. Dalam prasati ini dinyatakan bahwa pemujaan terhadap Agastya yang dipandang sebagai utusan Siwa. Rsi Agastya merupakan tokoh yang banyak diabadikandalam prasati-prasati kesusastraan-kesusastraan dan banyak dibuatkan arca pemujaan untuk menghormatinya.

6. Peninggalan-peninggalan Agama Hindu di BaliDalam lontar Markandya Purana dikatakan bahwa Agama Hindu di Bali disebarkan oleh Rsi Markendya. Beliau datang ke Bali kira-kira abad ke 4-5 Masehi. Kedatangan pertama dengan 400 orang tidak berhasil, sedangkan kedatangan dengan 2000 orang berhasil menanam Pancadatu di lereng Gunung Agung ( Pura Basukian/Besakih ) sekarang. Serta merabas hutan menjadi sawah-sawah yang diberi nama Desa Sarwada/Desa Taro. Di Pura Desa Taro ini terdapat sebuah prasati yang menceritakan tentang kebesaran jwa Rsi Markendya.Di Pura Puseh Bhatara Desa di Bedulu Gianyar ditemukan peninggalan berupa Arca Siwa. Menurut A.J Bernbet Kemper, arca itu berasal dari abda ke-8 Masehi. Berdasarkan tipe arcanya serupa debgan arca di Candi Dieng.Prasati Blanjong yang berangka tahun 913 Masehi, masih ditemukan di Pura Blanjong Sanur, menyebutkan bahwa Raja Putri Mahendrata yang bergelar Sri Gunapriya Dharmapatni, mangkat/wafat di Buruan (dekat Kutri Gianyar), yang diwujudkan dalam bentuk Durga-Mahisa Asura Mardini yaitu Bhatari Durga yang sedang membunuh seekor setan yang di badan seekor kerbau.

Page 15: Review Buku Agama Hindu

Pada waktu pemerintahan Marakata di Bali datanglah Empu Kuturan yang mengajarkan konsepsi pemujaan terhadap Dewa Tri Murti yang diproyeksikan dalam bentuk bangunan Kahyangan Tiga di tiap-tiap desa adat (desa pakraman) di Bali meliputi :1) Pura Desa tempat pemujaan Sang Hyang Widhi sebagai Dewa

Brahma yaitu Dewa Pencipta.2) Pura Puseh tempat pemujaan Sang Hyang Widhi sebagai Dewa

Wisnu sebagai Dewa Pemelihara.3) Pura Dalem tempat pemujaan Sang Hyang Widhi sebagai Dewa

Siwa yaitu dewa Pamralina (perubah).

Empu Kuturan juga mengajarkan untuk pendirian Pura Kahyangan Jagat (Pura Besakih, Pura Lempuyang, Pura Andakasa, Pura Goa Lawah, Pura Uluwatu, Pura Batur, dan Pura Pusering Tasik) dan “Sanggah atau Merajan” yang disebut “Sanggah Kemulan” di pekarangan rumah.Dalam lontar Dwijendra Tattwa disebutkan tentang perjalanan Danghyang Nirartha atau Danghyang Dwijendra mengelilingi Pulau Bali dan mendirikan kahyangan-kahyangan seperti Pura Rambut Siwi, Pura Purancak, Pura Tanah Lot, Pura Pulaki, Pura Air Jeruk, Pura Batu Klotok, Pura Peti Tenget, dan akhirnya moksah di Pura Uluwatu. Selain sebagai Bhagawanta (Pendeta kerajaan pada masa pemerintahan Dalem Waturenggong) juga sebagai Guru Loka yaitu sebagai pembimbing masyarakat. Beliau mengajarkan tentang konsepsi pemujaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yaitu dengan pendirian Pelinggih Padmasana. Padmasana adalah lambang alam semesta sebagai media untuk menumbuhkan rasa dekat dengan Tuhan.Disimpulkan bahwa ada 3 Maha Rsi yang datang ke Bali yaitu Rsi Markendya sebagai cikal bakal penyebaran Hindu, Rsi Empu Kuturan sebagai pengembang dalam konsep Tri Murti dan Danghyang Nirartha sebagai pembaharu dengan konsepsi pemujaan terhadap ke-Esaan Tuhan.

3. MANUSIA

A. Konsep Manusia Hindu

Manusia disebut dengan berbagai nama seperti :

homo sapiens : makhluk berakal pikiran

homo socius : makhluk social

homo ludens : makhluk beriman

Page 16: Review Buku Agama Hindu

homo religious : makhluk yang berkeyakinan

animal symbolicum : makhluk pencipta dan pengguna tanda bahasa

B. Hakekat Manusia Hindu

Ajaran Smakhya makhluk hidup (manusia) terbentuk dan tersusun atas 25

tattwa (unsure) susunannya sebagai berikut :

1. Purusa : unsur rohani, spiritual, jiwa-atma

2. Prakerti : unsur badani, materi, jasmaniah

3. Buddhi : kesadaran, kecerdasan, intelek

4. Ahamkara : ego, rasa aku (keakuan)

5. Manah

(6-10) Panca Buddhi Indrya (lima indra untuk mengetahui)

6. Cakswindriya : indra pada mata

7. Srotendriya : indra pada telinga

8. Ghramendriya : indra pada hidung

9. Jihwendriya : indra pada lidah

10. Tanakindriya : indra pada kulit

(11-15) Panca Karmendrya (lima indra pelaku/penggerak)

11. Panindriya : indra pada tangan

12. Pedendriya : indra pada kaki

13. Wakindriya : indra pada mulut

14. Upastendriya : indra pada kelamin pria

15. Bhogendriya : indra pada kelamin wanita

Paymaindriya : indra pada pelepasan (anus)

(16-20) Panca Tan Matra (lima macam sari, benih tak terukur)

16. Sabda Tan Matra : benih suara

17. Sparsa Tan Matra : benih raba

18. Rupa Tan Matra : benih warna

19. Rasa Tan Matra : benih rasa

20. Gardha Tan Matra : benih bau/penciuman

(21-25) Panca Maha Bhuta (lima unsure besar)

21. Akasa : eter, ruang

22. Bayu : udara, hawa, atmosfir

Page 17: Review Buku Agama Hindu

23. Teja : api

24. Apah : air

25. Pertiwi : tanah

C. Martabat Manusia Hindu

Berdasarkan harkat dan martabat manusia hindu mempunyai :

1. Jati (kelahiran)

2. Dharma (kewajiban hidup)

Kebenaran serta kedudukan dan peran sosial kemasyarakatan, terdiri dari:

a. Warna (profesi/bidang pekerjaan)

b. Karma (secara luas melingkupi manacika, wacika, dan kayika)

c. Guna (yang dapat berupa guna satwan, rajas, dan tamas)

d. Tingkat kebrahmacarian dan wawasan pengetahuan

e. Tingkat keimanan dan kerohanian

D. Tanggung Jawab Manusia Hindu

Ada 4 tanggung jawab yang dimiliki oleh manusia itu sendiri, yaitu :

1. Tanggung jawab terhadap diri sendiri

2. Tanggung jawab terhadap keluarga

3. Tanggung jawab terhadap masyarakat

4. Tanggung jawab terhadap Tuhan Yang Maha Esa

E. Awatara dan Orang-Orang Suci

Awatara adalah penjelmaan Dewa Wisnu yang turun ke bumi dalam suatu

bentuk hidup apapun. Pada kitab-kitab Purana dijelaskan adanya Dasa

Awatara (sepuluh penjelmaan Dewa Wisnu ke dunia), yaitu :

1. Matsya Awatara : berwujud ikan

2. Kurma Awatara : berwujud kura-kura

3. Waraha Awatara : berwujud babi hutan

4. Narasinga Awatara : berwujud manusia berkepala singa

5. Wamana Awatara : berwujud seorang yang kerdil

6. Parasurama Awatara : berwujud Ramaparasu yang bersenjatakan kapak

7. Rama Awatara : berwujud Sri Rama (Putra Dasaratha)

8. Krisnha Awatara : berwujud sebagai Sri Krisnha

9. Buddha Awatara : berwujud Sang Buddha

Page 18: Review Buku Agama Hindu

10. Kalki Awatara : berwujud kalki yang sedang mengendarai kuda.

4.ETIKA AGAMA HINDU

A. Misi Untuk Memperbaiki Diri Menuju Manusia Ideal

Ajaran etika di dalam agama Hindu mencakup bidang antara lain :

Menegakkan kebenaran

Memberikan kasih saying kepada semua makhluk

Tidak bertindak kekerasan kepada semua makhluk

Kebajikan dengan mengamalkan nilai-nilai kebenaran agama

Ketekunan dalam bekerja dan meningkatkan persahabatan

Kemurahan hati dan pergaulan dengan orang-orang mulia

Keluhuran budi pekerti dan percaya diri

Tidak berjudi dan pengendalian diri

Tidak korupsi

1. Catur Guru

a. Guru Swadyaya : Tuhan Yang Maha Esa

b. Guru Wisesa : Pemerintah

c. Guru Pengajian : Guru di sekolah

d. Guru rupaka : Orang tua di rumah

2. Tri Kaya Parisudha

Pada proses kelahiran meliputi :

a. Bayu : kekuatan untuk bertahan dari tekanan jalan lahir, yang

meliputi berbagai perbuatan.

b. Sabda : meliputi semua ucapan.

c. Idep : pikiran dan budi pekerti sebagai pengendali utama yang

masih cukup bersih sekalipun telah mempunyai dasar Tri Guna.

Tri Kaya Parisudha diuraikan sebagai berikut :

a. Kayika : tingkah laku/perbuatan

1. Tan amati-mati : tidak membunuh sewenang-wenang tanpa

tujuan)

2. Tan angakal-akal : tidak mencuri

Page 19: Review Buku Agama Hindu

3. Tan Paradara : tidak memperkosa/berzinah

b. Wacika : ucapan/perkataan

1. Tan ujar ahala : tidak mengeluarkan kata-kata yang menyakiti

orang lain

2. Tan ujar apungas : tidak mengeluarkan kata-kata yang keras

3. Tan nitya : tidak berbohong

4. Tan misuna : tidak menfitnah

c. Manacika : pikiran

1. Tan egin tan adengia ri drwyaning len : tidak ingin curang

terhadap milik orang lain.

2. Tan kroda ring sarwa satwa : tidak marah terhadap semua

makhluk.

3. Manituhwa ri hananing karma phala : yakin terhadap adanya

hokum karma phala.

3. Tat Twam Asi

Tat twam asi adalah saya adalah kamu dan kamu adalah saya.

Berikut adalah kitab-kitab hindu yang mengajarkan etika(moralitas)

serta pengendalian diri bagi manusia, diantaranya :

a. Sarasamuscaya seloka 57 yang menyatakan brata Sang Brahmana

ada 12, yaitu :

1. Dharma : kebaikan

2. Satya : jujur

3. Tapa : Carira Sang Suasana, yaitu dapat mengendalikan

jasmaniah dan mengurangi nafsu.

4. Dama : tenang, sabar, dan tahu menasehati dirinya sendiri

5. Wimasawitra : tidak dengki dan iri hati

6. Harih : mempunyai rasa malu

7. Titiksa : jangan sangat gusar

8. Anasuya : tidak berbuat dosa

9. Yadnya : mempunyai kemauan mengadakan pujaan

10. Dhana : memberi sedekah

11. Dhrti : penenangan dan penyucian pikiran

Page 20: Review Buku Agama Hindu

12. Ksama : suka mengampuni

b. Sarasamuscaya seloka 63 yang memuat tentang Catur Prawerti,

yaitu :

1. Arjawa : jujur dan terus terang

2. Anresangsya : tidak mementingkan diri-sendiri

3. Dama : dapat menasehati diri sendiri

4. Indriyaningrat : mengekang hawa nafsu

c. Sarasamuscaya seloka 259 yang memuat tentang Brata yang disebut

Maya, yaitu :

1. Anresangsya : tidak mementingkan diri-sendiri

2. Ksama : suka mengampuni

3. Satya : jujur

4. Ahimsa : tidak marah

5. Dama : dapat menasehati diri-sendiri

6. Arjawa : jujur dan terus terang

7. Pritti

8. Prasada

9. Madhurya

10. Madhawa

d. Sarasamuscaya seloka 260 yang memuat tentang Brata yang

banyaknya sepuluh, yang disebut Niyama, yaitu :

1. Dana : pemberian makanan, minuman, dan lain-lain

2. Ijya : pujaan kepada dewa dan leluhur

3. Tapa : pengekangan nafsu jasmaniah

4. Dhyana : tepekur, merenungkan siwa

5. Swadhyaya : mempelajari weda

6. Upasthaningrat : pengekangan upastha

7. Upawasa : puasa

8. Brata : pengekangan nafsu terhadap makanan dan minuman

9. Mona : Wacangyama (menahan tidak mengucapkan kata-kata)

10. Snana : Trisandhyasewana (mengikuti tri sandhya, mandi

membersihkan diri pada pagi hari, tengah hari, dan petang hari.

Page 21: Review Buku Agama Hindu

B. Implementasi Kebenaran, Kebajikan, Kasih Sayang, Kedamaian dan

Tanpa Kebesaran

Berikut ini adalah petikan intisari ajaran yang penting dijadikan pedoman

perilaku sehari-hari di masyarakat, yaitu :

1. Kebenaran / Kejujuran (Dharma / Satyam)

Sabda suci menyatakan bahwa kebenaran/kejujuran (satyam)

merupakan prinsip dasar hidup dan kehidupan.

2. Kebajikan

Bagi sang Pandita (orang arif bijaksana) tak lain hanya orang yang

bijak yang melaksanakan dharma, dipuji dan disanjung olehnya,

karena ia telah berhasil mencapai kebahagiaan, beliau tidak

menjunjung orang yang kaya dan orang yang selalu birahi cinta

wanita, sebab orang itu tidak sungguh bahagia, karena adanya pikiran

angkara dan masih dapat digoda oleh kekayaan dan hawa nafsu.

3. Kasih Sayang (Cinta Kasih)

Bila orang itu sayang akan hidupnya apa sebenarnya orang itu ingin

memusnahkan hidup makhluk lain, hal itu sekali-sekali tidak memakai

ukuran diri sendiri, segala sesuatu yang akan dapat menyenangkan

kepada dirinya, mestinya itulah seharusnya dicita-citakan terhadap

makhluk lain.

4. Kedamaian dan Tanpa Kekerasan

Jangan menyakiti hati siapapun, jangan mengganggu, jangan

merugikan orang lain, apalagi mereka yang pernah berjasa. Umat

manusia juga dianjurkan untuk tidak membunuh binatang dan makhluk

hidup lainnya.

BAB IIIKesimpulan