RETENSI DALAM PENGELOLAAN BERKAS REKAM MEDIS DI …repository.unjaya.ac.id/2939/2/NASKAH...
Transcript of RETENSI DALAM PENGELOLAAN BERKAS REKAM MEDIS DI …repository.unjaya.ac.id/2939/2/NASKAH...
RETENSI DALAM PENGELOLAAN BERKAS REKAM MEDIS
DI PUSKESMAS WATES
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Kesehatan
Program Studi Rekam Medis dan Informasi Kesehatan (D-3)
Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
Disusun oleh:
Emy Wardatunnisa
1315104
PROGRAM STUDI
REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN (D-3)
FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2018
RETENTION IN MEDICAL RECORDING MANAGEMENT IN HEALTH
CENTER OF WATES
Emy Wardatunnisa1 , Sis Wuryanto
2
ABSTRACT
Background of the Study : Puskesmas (Health Center) is a health service facility
that organizes first-rate individual health efforts. The medical record file is not
forever stored in the filing room, and the medical record file has a shelf life of 2
years from the first date of treatment until 2 years from the date of the last visit.
Retention of medical record files if not carried out in accordance with the policy
will result in accumulation of files. Based on observations at the Wates Health
Center when the medical record files were having difficulty and took a long time
from 75 file samples there were 40% delays and 2 files were not found due to file
buildup and officers find it difficult in the search process while depreciation has
been done but has not been scheduled properly.
Objective : The purpose of this study was to determine the storage process,
numbering, retention and shrinkage periods at Wates Health Center.
Method : This type of research is descriptive with a qualitative approach.
Techniques to get information by interviewing, observing, and documenting
studies. The source of information is 2 respondents filing officers and 1 is used as
Triangulation which is in charge of medical records.
Result : Numbering system using Unit Numbering System where the numbering
system had given to patients with one medical record number is used forever for
numbering methods not using Family Numbering, only using area codes with 8
digits medical record number. centralized storage system with storage in Straight
Numerical Filing alignment based on area codes. Retention period is 2 years from
the time the patient first arrived for treatment until the last date of treatment, but
there are still files in 2010, 2013, 2014 and 2015 still stored in the filing room.
Depreciation has been done, but has not been scheduled properly, so there are
still many medical record files that have not been depreciated and resulted in the
accumulation of medical record files in the filing room.
Conclusion : numbering system using Unit Numbering System, Centralized file
storage with Straight Numerical Filing alignment system based on area code,
Retention of more than 2 years, depreciation is still not scheduled and there is no
SPO
Keywords : Numbering System, Storage System, Retention Period, Depreciation
System
1Student of Medical Record and Health Information of Jenderal Achmad Yani
University of Yogyakarta 2Lecturer of Medical Record and Health Information of Jenderal Achmad Yani
University of Yogyakarta
PENDAHULUAN
Menurut Peraturan Mentri
Kesehatan No.75 tahun 2014 tentang
Puskesmas, Pusat Kesehatan
Masyarakat atau biasa disebut
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat dan
upaya kesehatan perseorangan
tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan
preventif untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi
tingginya diwilayah kerjanya.1
Dengan ditetapkannya
Peraturan Menteri Kesehatan No.75
tahun 2014 tentang Puskesmas, maka
Rekam Medis menjadi salah satu
kewajiban pencatatan sebagai
informasi pasien yang telah diatur
dalam Permenkes
No.269/MENKES/PER/III/2008
tentang Rekam Medis adalah berkas
yang berisikan catatan dan dokumen
tentang identitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan
dan pelayanan lain yang telah
diberikan kepada pasien2.
Pelaksanaan rekam medis dilakukan
untuk mewujudkan tertib
administrasi dalam pengelolaan
termaksud penyimpanan, dan
penyediaan berkas rekam medis pada
saat dibutuhkan.
Berkas rekam medis tidak
selamanya disimpan di ruang filing,
ada masa simpan berkam medis
(retensi) sesuai dengan kebijakan
yang ada di puskesmas. Berkas
rekam medis dilakukan penyusutan
untuk memisahkan berkas rekam
medis yang aktif dan inaktif sesuai
dengan masa simpan berkas tersebut
dan berkas inaktif disimpan lagi
sesuai dengan kebijakan puskesmas
setelah itu baru dilakukan proses
pemusnahan.
Berkas rekam medis di
Puskesmas mempunyai masa simpan
selama 2 tahun terhitung dari tanggal
terakhir pasien berobat sehingga
berkas rekam medis harus
mengalami masa retensi. Pada saat
retensi ada berkas yang harus
dilakukan scan terlebih dahulu
seperti, Menurut Rustiyanto (2011),
retensi yaitu periode waktu yang
harus dilalui sebelum suatu record
dapat dihapus atau dihilangkan3.
Penyusutan berkas rekam
medis yaitu pengurangan berkas
dengan cara disortir satu-persatu dan
dilihat berkas tersebut mempunyai
nilai guna atau tidak. Penyusutan
bisa dilakukan kapan saja sesuai
kebijakan yang ada dipuskesmas,
penyusutan dilakukan untuk
meminimalisir penumpukan berkas
di ruang filing. Dengan dilakukannya
penyusutan berkas di ruang filing
menjadi tertata rapi dan petugas
mencari berkas rekam medis menjadi
mudah ditemui.
Berdasarkan hasil study
pendahuluan yang dilakukan dengan
wawancara dan observasi kepada
salah satu staf rekam medis di
Puskesmas Wates, dari 150 pasien
rawat jalan diambil 75 sampel berkas
rekam medis. 40% dari 75 sampel
tersebut mengalami keterlambatan
yaitu 30 berkas terlambat dan 45
berkas tepat waktu sampai ke
masing-masing poli, keterlambatan
ini terjadi dikarenakan
menumpuknya berkas rekam medis
diruang filing sehingga menyulitkan
petugas dalam mencari berkas pasien
dan dari 75 sampel berkas terdapat 2
berkas rekam medis yang tidak
ditemukan,dikarekan menumpukmya
berkas rekam medis sehingga
petugas mengalami kesulitan dalam
proses pencarian. untuk
penyusutannya sudah dilakukan
tetapi masih jarang karena belum
terjadwal dan belum terdapat SPO.
Pada saat proses penyusutan petugas
filing hanya menuliskan nama,
nomor RM dan diagnosis terakhir
pasien berobat pada buku map.
Berdasarkan permasalahan
diatas, penulis melakukan penelitian
tentang ” Retensi Dalam Pengelolaan
Berkas Rekam Medis di Puskesmas
Wates”.
Tujuan dari penelitian ini
adalah Mengetahui bagaimana sistem
penyimpanan berkas rekam medis di
Puskesmas Wates, Mengetahui masa
simpan berkas rekam medis,
Mengetahui proses penyusutan
berkas rekam medis, Mengetahui
sistem penomoran rekam medis.
BAHAN DAN CARA
PENELITIAN
Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif.4 Lokasi
penelitian di bagian rekam medis
Puskesmas Wates. Pengambilan data
dilakukan pada tanggal 31 juli s.d 3
agustus 2018 dengan tehnik
purposive sampling dengan 2 staf
filing. Variable dalam penelitian ini
adalah sistem penyimpanan, masa
simpan, sistem penyusutan dan
sistem penomoran. Alat dan metode
pengumpulan data yang digunakan
adalah pedoman wawancara dengan
check list observasi5 yang telah di
buat sebelumnya oleh peneliti
tentang sistem penomoran,
penyimpanan, masa simpan dan
penyusutan. Uji validitas instrument
dilakukan dengan wawancaran dan
observasi langsung kepada kepala
rekam medis.6 data yang sudah
terkumpul kemudian dilakukan
editing, coding, entry data, dan
tabulating.7 Analisis data yang
digunakan yaitu analisis deskriptif
menggunakan hasil yang diperoleh
dari wawancara, catatan lapangan
dan dokumentasi kemudian data
direduksi, penyajian data dan
penarikan kesimpulan.8
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Sistem Penomoran Berkas Rekam
Medis.
Berdasarkan hasil wawancara
yang dilakukan kepada Responden
A, Responden B dan Triangulasi di
Puskesmas Wates sistem
penomorannya menggunakan Unit
Numbering System yaitu setiap
pasien mendapatkan satu nomor
rekam medis untuk digunakan
selama berobat di Puskesmas Wates.
Di puskesmas Wates tidak
menggunakan Family Numbering,
Pada awalnya Puskesmas
menggunakan Family Numbering,
tetapi sejak tahun 2007 sampai
sekarang sudah tidak menggunakan
Sistem Family Numbering karena
sudah ada SK dari Dinkes.
Seperti yang diungkapkan oleh
Responden A sistem penomoran
menggunakan Unit Numbering
System.
“sistem penomoran di
Puskesmas Wates
menggunakan Unit
Numbering System yaitu
setiap pasien mendapatkan
satu nomor rekam medis
untuk digunakan selama
berobat di Puskesmas
Wates.”
Responden A
Demikian juga ungkapan dari
Responden B sama dengan
Ungkapan Responden A
“Sistem pensomoran
di Puskesmas Wates
menggunakan Unit
Numbering System yaitu
setiap pasien mendapatkan
satu nomor rekam medis
untuk digunakan selama
berobat di Puskesmas
Wates, dan tidak
menggunakan Family
Numbering hanya
menggunakan kode wilayah
untuk penomoran”
Responden B
Setelah dikonfirmasi kepada
Triangulasi sumber mengatakan
untuk sistem penomoran
menggunakan unit numbering system
dan tidak menggunakan family
numbering penomoran menggunakan
kode wilayah yang ditetapkan oleh
dinas kesehatan
“sistem penomoran di
Puskesmas Wates
menggunakan Unit
Numbering System, dengan
pemberian nomor
berdasarkan kode wilayah,
dengan 8 angka pada setiap
nomor rekam medis, 2 angka
pertama digunakan untuk
kode wilayah masing-masing
desa dan luar wilayah wates
dan 6 angka digunakan untuk
nomor urutan daftar. Kode
wilayah ini telah diterapkan
oleh Dinas Kesehatan dari
tahun 2007 hingga sekarang”
Triangulasi
Berdasarkan kutipan di atas
sistem penomoran menggunakan
Unit Numbering System, dan dalam
pemberian nomor rekam medis di
Puskesmas Wates itu memiliki kode
tersendiri yang telah dibuat oleh
puskesmas dengan kebijakan Dinas
Kesehatan yaitu 2 angka depan
merupakan kode wilayah dan 6
angka terakhir digunakan untuk
nomor urut daftar, sehingga setiap
desa mempunyai kode yang berbeda
pada penomoran rekam medis.
2. Sistem Penyimpanan di Puskesmas
Wates
Dari hasil penelitian di
Puskesmas Wates berdasarkan
wawancara kepada Responden A,
Responden B dan Triangulasi, sistem
penyimpanan yang digunakan adalah
sistem sentralisasi dimana semua
berkas rekam medis pasien rawat
jalan disimpan dalam satu berkas dan
satu tempat di Puskesmas Wates.
Untuk sistem penyimpanan dalam
penjajaran Puskesmas Wates
menggunakan sistem penyimpanan
penjajaran SDF (Stright Numerical
Filing) dimana di Puskesmas Wates
menggunakan kode wilayah.
Seperti yang diungkapkan oleh
Responde A, sistem penyimpanan
dalam penjajaran menggunkan
sistem Stright Numerical Filing.
“sistem penyimpanan
dalam penjajaran
menggunakan sistem Stright
Numerical Filing
berdasarkann kode wilayah
yang diterapkan di
Puskesmas Wates”
Responden A
Kemudian ungkapkan dari
Responden B, sistem penyimpanan
berdasarkan kode wilayah.
“cara penyimpanan
berkas di rak filing
berdasarkan kode wilayah
yang ada di Wates, dan
terdapat 8 kode wilayah
kerja puskesmas, 2 kode
wilayah untuk daerah
tetangga dan 1 kode untuk
luar wilayah kerja
Puskesmas Wates”
Responden B
Setelah dikonfirmasikan kepada
Triangulasi sumber menyatakan
sistem penyimpanan di Puskesmas
Wates menggunakan straight
numerical filing berdasarkan kode
wilayah.
“sistem penyimpanan
berkas rekam medis di
Puskesmas Wates menggunakan
sistem straight numerical filing
system dimana sistem
berdasarkan nomor urut langsung
yang berdasarkan kode wilayah,
untuk pembagian kode wilayah
menjadi 8 kode untuk wilayah
kerja, 2 kode untuk wilayah
tetangga dan 1 kode untuk luar
kerja wilayah Puskesmas Wates,
yaitu kode 01 (Kode Desa
Karangwuni), 02 (Kode Desa
Sogan), 03 ( Kode Desa
Kulwaru), 04 (Kode Desa
Ngestiharjo), 05 (Kode Desa
Triharjo), 06 (Kode Desa
Bendungan), 07 (Kode Desa
Giripeni), 08 (Kode Wates), 17
(Kode wilayah Panjatan), 18
(kode wilayah Samigaluh), dan
19 (Kode wilayah luar kerja
Puskesmas Wates)..
Triangulasi
Hasil observasi penelitian yang
waktunya bersamaan dengan
wawancara kepada Responden A,
Responden B dan Triangulasi itu
memiliki hasil yang sama. Berikut ini
hasil observasi peneliti
Berdasarkan observasi
penyimpanan dalam penjajaran
berkas rekam medis dengan kode
wilayah di Puskesmas Wates.
Di Puskesmas Wates sistem
penyimpanan dalam penjajaran
berdasarkan kode wilayah. Adapun
kode wilayah yang dibuat oleh
Puskesmas Wates yaitu untuk khusus
desa Karangwuni menggunakan kode
01 yang terletak di awal nomor
rekam
medis pasien sehingga setiap
nomor rekam medis yang awalannya
01 itu dijadikan satu tempat, dan
begitupun dengan kode desa yang
lain dan luar wilayah kerja
Puskesmas Wates.
3. Masa Simpan Berkas Rekam
Medis di Puskesmas Wates
Berdasarkan wawancara ke
Informan A dan Informan B masa
simpan berkas rekam medis di
Puskesmas Wates yaitu 2 tahun
terhitung dari tanggal terakhir pasien
berobat, pedoman yang digunakan
yaitu dari Permenkes
No.269/MenKes/Per/III/2008 bab IV
pasal 9 mengatur bahwa rekam
medis pada sarana pelayanan
kesehatan non rumah sakit wajib
disimpan sekurang-kurangnya untuk
jangka waktu 2 tahun terhitung dari
tanggal pasien berobat. Pada
kenyataannya masih terdapat berkas
yang disimpan selama 3 tahun karena
belum dilakukannnya penyusutan.
Seperti yang diungkapkan oleh
Responden A, masa retensi berkas
rekam medis 2 tahun.
Begitupun ungkapan dari
Responde B, masa retensi berkas
rekam medis 2 tahun, tetapi masih
ada yang lebih dari 2 tahun.
Setelah dikonfirmasikan
kepada Triangulasi sumber
menyatakan bahwa masa retensi di
Puskesmas Wates 2 tahun terhitung
dari tanggal terakhir pasien berobat,
tetapi belum terdapat SOP.
“masa retensi di
Puskesmas Wates itu 2 tahun
terhitung dari tanggal terakhir
pasien berobat, dengan acuan
dari PerMenkes
No.269/Menkes/Per/III/2008,
tetapi belum maksimal karena
masih ada berkas rekam
medis yang lebih dari 2 tahun
di ruang filing karena
terkendala saat melakukan
penyusutan dan belum
terdapat SOP tentang masa
retensi”
Triangulasi
“masa simpan dokumen
rekam medis pasien rawat jalan di
Puskesmas Wates 2 tahun
terhitung dari tanggal terakhir
pasien berobat, tetapi masih ada
yang lebih dari 2 tahun kar
ena terkendala saat proses
penyusutan”
Responden B
Berdasarkan hasil wawancara
tersebut dan langsung dilakukan
observasi pada saat itu, peneliti
menemukan beberapa berkas yang
tahun terakhir pasien berobat pada
tahun 2013, 2014, 2015 dan masih
disimpan diruang filing, karena
terkendala pada saat proses
penyusutan berkas rekam medis
pasien.
4. Proses Penyusutan Berkas Rekam
Medi
Berdasakan hasil wawancara
yang dilakukan kepada Informan A
dan Informan B di Puskesmas Wates
pelaksaan penyusutan sudah
dilakukan tetapi belum ada jadwal
tetap sehingga penyusutan untuk saat
ini belum dilakukan karena
terkendala waktu dan petugas yang
multi job sehingga tidak tersedianya
waktu untuk melakukan penyusutan.
Di Puskesmas Wates tidak terpadat
SOP tentang penyusutan sehingga
proses penyusutan mengikuti waktu
masa simpan berkas rekam medis.
Seperti yang diungkapkan oleh
Responden A proses penyusutan
masih jarang dilakukan.
“ proses penyusutan masih
jarang dilakukan dan belum
ada jadwal tetap, tetapi
petugas tetap melakukan
penyutan ketika ada waktu
senggang”
Responden A
Begitupun ungkapan dari
Responden B sama dengan ungkapan
Responden A, penyusutan jarang
dilakukan.
”proses penyusutan
masih jarang dilakukan
karena belum terjadwal,
karena terkendala waktu dan
pasien yang banyak setiap
harinya sehingga tidak
memungkinkan untuk
dilakukan penyusutan”
Responden B
Setelah dilakukan konfirmasi
kepada Triangulasi proses
penyusutan belum dilakukan secara
maksimal karena kurangnya waktu
untuk melakukan penyusutan.
“proses penyusutan
masih jarang dilakukan
terakhir dilakukan pada bulan
Juli 2018 dan dibantu oleh
Masasiswa PKL dan hanya
sebagaian kecil yang baru
dilakukan penyusustan, untuk
kendalanya belum ada jadwal
tatap untuk melakukan
penyusutan sehingga kurang
maksimal dan juga tidak ada
waktu yang cukup untuk
melakukannya, karena itu
kami disini untuk melakukan
penyusutan ketika ada waktu
yang senggang saja, dan
belum terdapat SOP tentang
penyusutan”.
Triangulasi
Berdasarkan hasil wawancara
tersebut pada kenyataannya proses
penyusutan di Puskesmas Wates
belum maksimal dilakukan, sampai
saat ini pelaksaan penyusutannya
terakhir dilakukan pada bulan Juli
2018 dan itu dibantu oleh Mahasiswa
PKL dan masih belum terjadwal,
petugas hanya menunggu waktu
senggang untuk melakukan proses
penyusutan.
PEMBAHASAN
1. Sistem Penomoran Berkas Rekam
Medis di Puskesmas Wates
Berdasarkan hasil wawancara
dan observasi peneliti di petugas
rekam medis di Puskesmas Wates
sistem penomoran menggunakan
sistem unit numbering system yaitu
sistem penomoran yang diberikan
kepada pasien dengan satu nomor
rekam medis dipakai untuk selama
berobat di Puskesmas Wates.
Dalam hal ini untuk sistem
penomoran sudah sesuai dengan teori
menurut (Hatta, 2013) unit
numbering system yaitu sistem ini
memberikan satu unit rekam medis
baik kepada pasien berobat jalan
ataupun dirawat, ia akan diberi satu
nomor akan dipakai selamanya untuk
berkunjung seterusnya dan rekam
medisnya tersimpan di dalam satu
berkas dengan nomor yang sama.9
Untuk cara pemberian nomor
rekam medis di Puskesmas Wates
tidak menggunakan Family
Numbering hanya menggunakan
kode wilayah. Di Puskesmas Wates
menggunakan sistem penomoran
wilayah sendiri yang sudah
diterapkan oleh Dinas Kesehatan,
dimana penomoran di Puskesmas
Wates terdapat 8 digit terdiri dari 2
digit kode wilayah dan 6 digit kode
digunakan untuk nomor urut didaftar.
ini berbeda dengan teori yang
seharusnya menggunakan Family
Numbering, tetapi di Puskesmas
Wates tidak menggunakan Family
Numbering hanya menggunakan
kode wilayah, menurut (SP2TP,
1997) dimana sistem penomoran
Family Numbering adalah sistem
penomoran satu keluarga mempunyai
satu nomor catatan medis dengan
identifikasi yang sama, dengan
penomoran tersebut terdiri dari 8
digit (angka).10
Keluarga yang
datang ke puskesmas dengan tinggal
di wilayah kerja puskesmas diberi
nomor 00-00-01-00 sedangkan
tempat tinggal yang di luar wilayah
kerja puskesmas diberi nomor 00-00-
01-09.
2. Sistem Penyimpanan Berkas
Rekam Medis di Puskesmas Wates
Berdasarkan hasil wawancara
dan observasi peneliti kepada
petugas rekam medis di Puskesmas
Wates sistem lokasi penyimpanan
menggunakan sentralisasi dimana
berkas rekam medis pasien rawat
jalan disimpan di satu tempat.
Menurut (Sudra, 2013) dalam
pengelolaan rekam medis salah satu
cara penyimpanan berkas rekam
medis adalah Penyimpanan
Sentralisasi yaitu semua berkas
rekam medis pasien disimpan dalam
satu berkas dan satu tempat, baik
untuk rawat jalan maupun rawat
inap.11
Disini terdapat perbedaan
karena di Puskesmas Wates hanya
terdapat layanan rawat jalan dan
tidak terdapat layanan rawat inap.
Untuk sistem penyimpanan
dalam penjajaran di Puskesmas
Wates menggunakan sistem Straight
Numerical Filing System dimana
dalam penjajarannya berdasarkan
wilayah. Berdasarkan SP2TP sistem
penyimpanan dalam penjajarannya
menggunakan terminal digit filing
dikarenaka memiliki nomor rekam
medis dengan digit angka terakhir
yang sama.
3. Retensi Berkas Rekam Medis di
Puskesmas Wates
Berdasarkan hasil observasi
dan wawancara kepada petugas
rekam medis di Puskesmas Wates,
masa Retensi berkas rekam medis
yaitu 2 tahun terhitung dari tanggal
pertama pasien berobat sampai
dengan 2 tahun sejak tanggal
kunjungan terakhir, tetapi pada
kenyataannya masih ada berkas
tahun 2015 yang terdapat diruang
filing aktif, karena masa retensi yang
lebih dari dari 2 tahun tersebut terjadi
penumpukan berkas rekam medis, ini
berbeda dengan teori menurut
PermenkesNo.269/MenKes/Per/III/2
008 dalam Bab IV pasal 9 mengatur
bahwa: rekam medis pada sarana
pelayanan non rumah sakit wajib
disimpan sekurang-kurangnya untuk
jangka waktu 2 (dua) tahu terhitung
dari tanggal terakhir pasien berobat.
4. Penyusutan Berkas Rekam Medis
di Puskesmas Wates
Berdasarkan hasil observasi
dan wawancara kepada petugas
rekam medis di Puskesmas Wates,
proses penyusutan belum terjadwal
dengan baik sehingga petugas belum
maksimal dalam melakukan proses
penyusutan karena belum terjadwal
dan petugas melakukan penyusutan
ketika ada waktu senggang, ini
menyebabkan terjadinya
penumpukan berkas pada ruang
filing, berdasarkan teori SSmenurut
(sudra, 2013) sistem penyusutan
dilakukan pemilihan dan pemilahan
terhadap berkas rekam medis yang
masuk masa inaktif. Ini berbeda
dengan teori karena ada berkas yang
seharusnya sudah masuk masa inaktif
tetapi masih belum dilakukan
penyusutan karena terkendala waktu
dan belum terdapatnya jadwal tetap
kapan dilakukan penyusutan.
Untuk pelaksanaan penyusutan
supaya optimal maka sebaiknya
dilakukan penjadwalan dan dibuat
SOP sehingga dalam pelaksanaannya
sesuai dengan peraturan yang ada,
karena ketika penyusutan tidak
berjalan secara optimal, maka disini
akan mengakibatkan penumpukan
berkas, sempitnya ruang filing dan
rak penyimpanan, sedangkan setiap
hari berkas rekam medis terus
bertambah.
KESIMPULAN
1. Sistem Penomoran Berkas Rekam
Medis di Puskesmas Wates
Sistem penomoran di
Puskesmas Wates menggunakan unit
numbering system dimana
penomoran yang diberikan kepada
pasien dengan satu nomor rekam
medis dipakai untuk selamanya.
Dengan pemberian penomoran
berdasarkan kode wilayah yang
memiliki 8 digit dan tidak
menggunakan Family Numbering.
2. Sistem Penyimpanan Dan
Penjajaran di Puskesmas Wates
Sistem penyimpanan di
Puskesmas Wates itu menggunakan
sentralisasi dengan sistem
penjajarannya menggunakan straight
numerical filing yang berdasarkan
kode wilayah yang terdapat di
wilayah kerja Puskesmas Wates
padahal jika dengan menggunakan
Family Numbering bias langsung
disimpan dengan Terminal Digit
Filing
3. Masa Retensi Berkas Rekam
Medis di Puskesmas Wates
Masa Retensi di Puskesmas
Wates 2 tahun dihitung dari tanggal
pertama pasien berobat sampai
dengan 2 tahun sejak tanggal
kunjungan terakhir, tetapi dari hasil
observasi masih ada berkas rekam
medis yang lebih dari 2 tahun bahkan
ada berkas rekam medis tahun 2010
yang masih terdapat diruang filing
dan belum terdapat SOP tentang
retensi sehingga terjadi penumpukan
berkas rekam medis diruang filing.
4. Penyusutan Berkas Rekam Medis
di Puskesmas Wates
Proses penyusutan berkas
rekam medis di Puskesmas Wates
belum pernah dilakukan secara
maksimal ini karena belum
terjadwalnya dan belum terdapat
SOP tentang penyusutan, karena
sangat jarangnya dilakukan
penyusutan terjadi penumpukan
berkas rekam medis di ruang filing
aktif.
KEPUSTAKAAN
1. Kemenkes RI. (2014). Peraturan
Menteri Kesehatan No. 75 Tentang
Puskesmas. Peraturan, Jakarta
2. Kemenkes RI. (2008). Peraturan
Mentri Kesehatan No 269 Tahun
2008 tentang Rekam Medis. Menteri
Kesehatan, Jakarta
3. Rustiyanto, E. dan W. A. R. (2011).
Manajemen Filing Dokumen Rekam
Medis dan Informasi Kesehatan
(pertama). Yogyakarta
4. Sugiyono. (2011). Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Afabeta.
5. Notoatmodjo. (2012). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
6. Sugiyono. (2016). Metodologi
Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: CV. Alfabeta.
7. Budiarto, E. (2012). Biostatistik
Untuk Kedokteran dan Kesehatan
Masyarakat. Bandung: EGC.
8. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Afabeta
9. Hatta, G. R. (2013). Pedoman
Manajemen Informasi Kesehatan
Disarana Pelayanan Kesehatan
(Revisi 2). Jakarta: Universitas
Indonesi.
10. Green Michelle A. (2005). Essensials
of Health Information Management.
New York: Thomson Delmar
Learning.
11. Sudra, R. I. (2013). Rekam Medis.
Tenggerang Selatan: Universitas
Terbuka.