Retardasi Mental

22
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Retardasi mental merupakan masalah dunia dengan implikasi yang besar terutama bagi Negara berkembang. Diperkirakan angka kejadian retardasi mental berat sekitar 0.3% dari seluruh populasi dan hamper 3% mempunyai IQ dibawah 70.Sebagai sumber daya manusia tentunya mereka tidak bias dimanfaatkan karena 0.1% dari anak-anak ini memerlukan perawatan, bimbingan serta pengawasan sepanjang hidupnya. 1 Retardasi Mental Bukanlah suatu penyakit, melainkan akibat suatu proses patologis di otak yang ditandai dengan adanya keterbatasan fungsi adaptif dan intelektual. Penyebab retardasi mental sering kali tidak teridentifikasi dan akibat-akibatnya terlihat jelas pada seorang dalam bentuk kesulitan secara intelektual dan keterampilan hidup. 2 Sehingga retardasi mental masih merupakan dilema, sumber kecemasan bagi keluarga dan masyarakat. Demikian pula dengan diagnosis, pengobatan dan pencegahannya masih merupakan masalah yang tidak kecil. Hal inilah yang melatar belakangi kami untuk mengangkat masalah Retardasi mental dalam makalah kami. Retardasi Mental 1

description

Retardasi Mental

Transcript of Retardasi Mental

BAB IPENDAHULUAN1.1. Latar BelakangRetardasi mental merupakan masalah dunia dengan implikasi yang besar terutama bagi Negara berkembang. Diperkirakan angka kejadian retardasi mental berat sekitar 0.3% dari seluruh populasi dan hamper 3% mempunyai IQ dibawah 70.Sebagai sumber daya manusia tentunya mereka tidak bias dimanfaatkan karena 0.1% dari anak-anak ini memerlukan perawatan, bimbingan serta pengawasan sepanjang hidupnya. 1Retardasi Mental Bukanlah suatu penyakit, melainkan akibat suatu proses patologis di otak yang ditandai dengan adanya keterbatasan fungsi adaptif dan intelektual. Penyebab retardasi mental sering kali tidak teridentifikasi dan akibat-akibatnya terlihat jelas pada seorang dalam bentuk kesulitan secara intelektual dan keterampilan hidup.2Sehingga retardasi mental masih merupakan dilema, sumber kecemasan bagi keluarga dan masyarakat. Demikian pula dengan diagnosis, pengobatan dan pencegahannya masih merupakan masalah yang tidak kecil.Hal inilah yang melatar belakangi kami untuk mengangkat masalah Retardasi mental dalam makalah kami.

BAB 2TINJAUAN PUSTAKARETARDASI MENTAL2.1. DefinisiTerdapat beberapa definisi RM yang bisa digunakan, di antaranya definisi menurut AAMD (American Association for Mental Deficiency), ICD 10 (WHO, Geneva 1992) dan Diagnostic and Statistic Manual edisi IV (DSM IV). 3 AAMD mendefinisikan RM sebagai suatu keadaan di mana intelegensi umum berfungsi di bawah rata-rata, yang bermula dari masa perkembangan dan disertai dengan gangguan pada tingkah laku penyesuaian.3 ICD 10, RM adalah perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap, terutama ditandai dengan adanya hendaya (impairment) keterampilan (skills) selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada semua tingkat inteligensia, yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial. RM dapat terjadi dengan atau tanpa gangguan mental atau fisik lainnya. 3 DSM-IV mendefinisikan RM sebagai :

Fungsi intelektual yang berada di bawah rata-rata, dengan IQ (--intelligence quotient) rata-rata 70 atau kurang.

Terdapat defisit atau gangguan fungsi adaptif pada minimal 2 area: komunikasi, perawatan diri sendiri, hidup berkeluarga, kemampuan sosial/interpersonal, kemampuan bermasyarakat, penentuan diri sendiri (self direction), kemampuan akademik fungsional, perkerjaan, rekreasi, kesehatan dan keselamatan.

Timbul sebelum umur 18 tahun. 32.2. KlasifikasiMenurut nilai IQ-nya,maka intelegensi seseorang dapat digolongkan sebagai berikut:

Kategori Skor IQ Tingkat PendidikanIntensitas bantua

Ringan (Mild retardation)55-70TerdidikIntermiten

Sedang (Moderate retardation)40-54TerlatihTerbatas

Berat (Severe retardation)25-29TidakTerlatih ekstensif

Sangat (Profound retardation)< 25TidakTerlatih pervasif

Sumber : Pedoman Pelayanan Medis Edisi II. 32.3. Edpidemiologi

Prevalensi retardasi mental di perkirakan 1 % dari populasi. Insiden retardasi mental sulit dihitung karena retardasi mental ringan kadang-kadang tidak di kenali hingga masa kanak-kanak pertengahan. Pada beberapa kasus, meskipun fungsi intelektual terbatas, keterampilan adaptif yang baik tidak terganggu sampai masa kanak-kanak akhir atau masa remaja awal, dan diagnosis tidak ditegakkan sebelum masa tersebut. Insiden tertinggi pada anak usia sekolah, dengan usia puncak 10 hingga 14 tahun. Retardasi mental lebih sering pada laki-laki sekitar 1,5 kali di bandingkan perempuan. Pada lansia prevalensinya lebih rendah. Orang dengan retardasi mental berat memiliki angka mortalitas tinggi akibat komplikasi gangguan fisik yang terkait.22.4. EtiologiTerjadinya retardasi mental tidak dapat dipisahkan dari tumbuh kembang seorang anak. Seperti diketahui factor penentu tumbuh kembang seorang anak pada garis besarnya adalah faktor genetik/heredokonstitusional yang menentukan sifat bawaan anak tersebut dan factor lingkungan. Yang dimaksud dengan lingkungan padaanak dalam konteks tumbuh kembang adalah suasana(milieu) dimana anak tersebut berada. Dalam hal ini lingkungan berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang. Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang ini secara garis besar dapat digolongkan menjadi 3 golongan, yaitu: 4 Kebutuhan fisis-biomedis (asuh) Kebutuhan emosi/kasih sayang (asih). Kebutuhan akan stimulasi mental (asah).

Etiologi retardasi mental dapat terjadi mulai dari fase pranatal, perinatal dan postnatal. Beberapa penulis secara terpisah menyebutkan lebih dari 1000 macam penyebab terjadinya retardasi mental, dan banyak diantaranya yang dapat dicegah. Ditinjau dari penyebab secara langsung dapat digolongkan atas penyebab biologis dan psikososial. Penyebab biologis atau sering disebut retardasi mental tipe klinis mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 5 Pada umumnya merupakan retardasi mental sedang sampai sangat berat

Tampak sejak lahir atau usia dini

Secara fisis tampak berkelainan/aneh

Mempunyai latar belakang biomedis baik pranatal, perinatal maupun postnatal

Tidak berhubungan dengan kelas social.Penyebab psikososial atau sering disebut tipe sosiokultural mempunyai ciri-ciri sebagai berikut

Biasanya merupakan retardasi mental ringan

Diketahui pada usia sekolah

Tidak terdapat kelainan fisis maupun laboratorium

Mempunyai latar belakang kekurangan stimulasi mental (asah)

Ada hubungan dengan kelas social

Melihat struktur masyarakat Indonesia, golongan sosio ekonomi rendah masih merupakan bagian yang besar dari penduduk, dapat diperkirakan bahwa retardasi mental di Indonesia yang terbanyak adalah tipe sosio-kultural.42.5. Diagnosis2.5.1. AnamnesisAnamnesis yang dilakukan harus mencakup faktor risiko bagi retardasi mental, di antaranya: 3a. Faktor ibu: usia ibu waktu melahirkan (kurang dari 16 tahun atau lebih dari 40 tahun), adanya konsanguinitas (hubungan darah/keluarga) yang dekat antara suami-istri, abnormalitas pada serviks, panggul sempit, ibu malnutrisi, penyakit atau gangguan lain (ketagihan obat, nefritis, hipertensi, penyakit tiroid, dll), riwayat abortus sebelumnya serta riwayat komplikasi kehamilan. 3b. Faktor perinatal: sectio caesarea setelah percobaan pervaginam sebelumnya, keadaan waktu lahir (sianosis, asfiksia, depres iskemik, hipoksia intra-uterin, prolaps tali pusat, abruptio plasenta dan toksemia kehamilan), lahir sungsang atau dengan tindakan (cunam atau vacuum) c. Faktor neonatal: cara menghisap, minum atau menangis yang abnormal, anomali muka, ekstremitas yang tidak simetris, hiperbilirubinemia, hipotonia, ,jejas, membutuhkan perawatan di inkubator atau oksigen, berat badan kurang maju, malnutrisi, kejang, muntah atau demam.3Bila dicurigai RM, perlu dievaluasi keadaan motorik, persepsi, dan kemampuan kognitif. Evaluasi neuropsikologik mencakup kemampuan anak memecahkan problem verbal dan non-verbal, adaptasi social, dan evaluasi motorik. Anak dengan kelemahan di satu atau dua bidang perlu dibedakan dari anak yang lemah di semua bidang (global retardasi mental). Fungsi yang normal di satu atau lebih bidang perlu diwaspadai bahwa mungkin anak tersebut bukan penderita RM. 6Tes pada usia pra-sekolah terutama digunakan untuk rencana edukasi intervensi jangka pendek dan bukan untuk meramalkan prognosis atau tata laksana jangka panjang. 7RM sering disertai dengan kerusakan otak fokal atau luas, dan sering disertai dengan kelainan susunan saraf pusat lainnya. Palsi serebral, epilepsi, gangguan visus dan pendengaran lebih sering dijumpai pada penyandang RM dibandingkan dengan populasi umum. 6Anak dengan RM jauh lebih banyak menunjukkan abnormalitas psikiatrik sedang dan berat, termasuk autisme serta gangguan sosial berat lainnya. Gangguan tingkah laku yang sering dijumpai pada RM antara lain gerak motorik stereotip serta hiperaktivitas berat. 52.5.2. Pemeriksaan fisisa. Pemeriksaan neurologik:

lingkar kepala

tonus

kekuatan dan koordinasi otot

refleks-refleks tendon dalam, refleks- refleks-refleks primitif ataksia serta adanya gerakan-gerakan abnormal seperti distonia atau atetosis

b. Pemeriksaan sensorik:

visual (refraksi, strabismus, ambliopia, katarak, pigmentasi abnormal retina dan kebutaan kortikal)

pendengaran

c. Penilaian perkembangan:

Pemeriksaan neurologik lengkap, termasuk penilaian kognitif dan uji psikologis.

Uji psikologis seperti Uji Denver II Observasi perlu dilakukan dengan fokus pada kemampuan komunikasi anak, kemampuan sosial, kontak mata, komplians, lama atensi, impulsivitas dan cara bermain.

d. Pengukuran semua parameter pertumbuhan.32.5.3. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan lain yang perlu dilakukan tergantung dari penyebab, seperti pemeriksaan --kromosom (karyotype), EEG, CT-Scan atau MRI, titer virus untuk infeksi kongenital, asam urat serum, laktat dan piruvat darah, seng serum, logam berat, serum tembaga dan seruloplasmin, serum asam amino, plasma amonia dll.52.5.4. Kriteria Diagnosis: Terdapat kendala perilaku adaptif sosial (kemampuan untuk mandiri)

Gejala timbul pada umur yang kurang dari 18 tahun

Fungsi intelektual kurang dari normal (IQ < 70).32.6. Gejala KlinisRM sudah dapat dicurigai pada bayi muda. Gejala RM yaitu perkembangan kapasitas mental yang tidak sempurna atau kurang, disertai dengan perilaku abnormal. Hal yang penting diperhatikan adalah fakta bahwa anak dengan RM, perkembangan mentalnya akan terbelakang di semua bidang, walaupun pada beberapa kasus penderita tidak terbelakang dalam bidang motorik umum, seperti umur waktu berdiri dan berjalan.2,3,4Anak atau bayi dengan RM, secara relatif lebih terbelakang perkembangannya dalam berbicara, perhatian terhadap sekitar, berkonsentrasi, kesiagaan, dan kecepatan berespons. Gejala pertama dari RM mungkin berupa keterlambatan dalam senyum, perhatian, keterlambatan dalam mengikuti benda bergerak atau keterlambatan bereaksi terhadap bunyi. Hal ini sering memberikan kesan salah pada orangtua, seolah-olah bayi tidak dapat melihat atau pendengarannya terganggu. 3,4,6Bayi tampak tidak perduli terhadap lingkungannya. Perhatian terhadap mainannya berlangsung singkat, bila diberi mainan, ia tidak melakukan hal yang konstruktif dengan mainan tersebut. Bila mainannya jatuh, ia tidak berusaha mengambilnya. Ekspresinya kurang alert dan biasanya kurang responsif dibandingkan dengan anak normal.3Bayi normal yang berusia 12-20 minggu sering memperhatikan gerakan tangannya sendiri. Pada bayi dengan RM gejala ini masih terlihat sampai usia yang lebih tua dari 20 minggu. Demikian juga dengan kegiatan memasukkan benda ke dalam mulut yang merupakan tindakan khas pada bayi berusia 6-12 bulan. Pada anak RM, tindakan ini masih bisa dilihat pada usia 2-3 tahun. 2,3,4Gejala-gejala yang ditemukan pada RM mencakup:

a. Gangguan perilaku, mencakup agresi, menyakiti diri sendiri, deviasi perilaku, inatensi, hiperaktifitas, kecemasan, depresi, gangguan tidur dan gerakan stereotipik.

b. Keterlambatan berbahasa.

c. Gangguan gerakan motorik halus dan gangguan adaptasi. Pada penderita ditemui keterlambatan dalam usaha makan sendiri, ke belakang sendiri (toileting) dan kemampuan bermain. Penderita juga memperlihatkan ketidakpedulian terhadap mainan yang sesuai dengan umurnya, tidak mampu bermain imajinasi ataupun berganti peran dengan teman sebayanya.

d. Keterlambatan perkembangan motorik kasar, jarang ditemui, kecuali kalau RM disertai dengan kondisi lain, seperti palsi serebral. Gangguan motorik kasar yang samar-samar seperti terlambat berjalan dan clumsiness, bisa ditemukan.

e. Abnormalitas neurologik dan fisis. Prevalensi RM meningkat pada anak dengan kelainan kejang (seizure disorder), mikrosefal, makrosefal, riwayat gagal tumbuh intrauterin ataupun postnatal, prematuritas, dan kelainan kongenital.3Gejala dari retardasi mental tergantung dari tipenya, adalah sebagai berikut :2.6.1. Retardasi mental ringanKelompok ini merupakan bagian terbesar dari retardasi mental. Kebanyakan dari kelompok ini termasuk dalam tipe social budaya, dan diagnosis dibuat setelah anak beberapa kali tidak naik kelas. Golongan ini termasuk mampu didik, artinya selain dapat diajar baca tulis bahkan sampai kelas 4-6 SD, juga bisa dilatih keterampilan tertentu sebagai bekal hidupnya kelak dan mampu mandiri seperti orang dewasa yang normal. Tetapi pada umumnya mereka ini kurang mampu menghadapi stress sehingga tetap membutuhkan bimbingan dari keluarganya.42.6.2. Retardasi mental sedangKelompok ini kira-kira 12% dari seluruh penderita retardasi mental, mereka ini mampu latih tetapi tidak mampu didik. Taraf kemampuan intelektualnya hanya dapat sampai kelas 2 SD saja, tetapai dapat dilatih menguasai suatu keterampilan tertentu misalnya pertukangan,pertanian dll. Dan apabila bekerja nanti mereka ini perlu pengawasan.Mereka juga perlu dilatih bagaimana mengurus diri sendiri.Kelompok ini juga kurang mampu menghadapi stress dan kurang dapat mandiri,sehingga memerlukan bimbingan dan pengawasan.42.6.3. Retardasi mental berat

Sekitar 7% dari seluruh penderita retardasi mental masuk kelompok ini.Diagnosis mudah ditegakkan secara dini,karena selain adanya gejala fisik yang menyertai juga berdasarkan keluhan dari orang tua dimana anak sejak awal sudah tedapat keterlambatan perkembangan motorik dan bahasa.Kelompok ini termasuk tipe klinik.Mereka dapat dilatih hygiene dasar saja dan kemampuan berbicara yang sederhana,tidak dapat dilatih keterampilan kerja,dan memerlukan pengawasan dan bimbingan sepanjang hidupnya.22.6.4. Retardasi mental sangat berat

Kelompok ini sekitar 1% dan termasuk dalam tipe klinik.Diagnosa ini mudah dibuat karena gejala baik mental dan fisik sangat jelas.Kemampuan berbahasanya sangat minimal.Mereka ini seluruh hidupnya tergantung pada orang di sekitarnya.22.7. PenatalaksanaanPenatalaksanaan anak dengan retardasi mental adalah multidimensi dan sangat individual. Tetapi perlu diingat bahwa tidak semua anak penanganan multidisiplin merupakan jalan yang baik. Sebaiknya dibuat rancangan suatu strategi pendekatan bagi setiap anak secara individual untuk mengembangkan potensi anak tersebut seoptimal mungkin. Untuk itu perlu melibatakn psikolog untuk menilai perkembangan mental anak terutama kemampuan kognitifnya,dokter anak untuk memeriksa fisik anak,menganalisis penyebab,dan mengobati penyakit atau kelainan yang mungkin ada. Juga kehadiran pekerja social kadang-kadanng diperlukan untuk menilai situasi keluarganya. Atas dasar itu maka buatlah strategi terapi. Seringkali melibatkan lebih banyak ahli lagi,misalnya ahli saraf bila anka juga menderita epilepsi,palsiserebral,dll. Psikiater,bila anaknya menunjukkan kelainan tingkah laku atau bila orang tuanya membutuhkan dukungan terapi keluarga. Ahli rehabilitasi,bila diperlukan untuk merangsang perkembangan motorik dan sensoriknya. Ahli terapi wicara,untuk memperbaiki gangguan bicaranya atau untuk merangsang perkembangan bicarnya. Serta diperlukan buruh pendidikan luar biasa untuk anak-anak yang retardasi mental ini.3Pada orang tuanya perlu diberi penerangan yang jelas mengenai keadaan anaknya, dan apa yang dapat diharapkan dari terapi yang diberikan. kadang-kadang diperlukan waktu yang lama untuk meyakinkan orang tua mengenai keadaan anaknya, maka perlu konsultasi pula dengan psikolog dan psikiater. Disamping itu diperlukan kerja sama yang baik antara guru dengan orang tuanya,agar tidak terjadi kesimpang siurandalam strategi penanganan anak disekolah dan dirumah. Anggota keluarga lainnya juga harus diberi pengertian. Disamping itu masyarakat perlu diberikan penerangan tenteng retardasi mental,agar mereka dapat menerima anak.9Sekolah khusus untuk anak retardasi mental ini adalah SLB-C.Di sekolah ini diajarkan keterampilan-keterampilan dengan harapan mereka dapat mandiri dikemudian hari. Diajarkan pula tentang baik buruknya suatu tindakan tertentu,sehingga mereka diharapkan tidak melakukan tindakan yang tidak terpuji,seperti mencuri,merampas,kejahatan seksual,dll.9Semua anak yang retardasi mental ini juga memerlukan perawatan seperti pemeriksaan kesehatan yang rutin,imunisasi,dan monitoring terhadap tumbuh kembangnya. Anak-anak ini sering juga disertai dengan kelainan fisik yang memerlukan penanganan khusus.3Terdapat 3 intervensi perilaku yang dianjurkan pada penanganan penderita RM, yaitu:

a. Analisis perilaku terapan (applied behavior analysis), merupakan teknik untuk membangun kemampuan fungsional yang sesuai dan mengurangi masalah-masalah tingkah laku, mencakup :

Behavior-accelerating procedures--: memberikan penghargaan pada perilaku yang tidak menimbulkan masalah.

Behavior-decelerating techniques--: memberikan penghargaan jika perilaku bermasalah tidak muncul dalam jangka waktu tertentu.

Behavioral parent and teacher/staff training--: membantu agar mereka bisa berfungsi sebagai cotherapist dan/atau untuk menghindari timbulnya kembali perilaku bermasalah.

b. Pengaturan lingkungan, mengatur kondisi-kondisi fisik dan/atau sosial yang mungkin mencetuskan masalah tingkah laku.

c. Edukasi kepada penderita dan/atau keluarganya, untuk membantu memahami masalah tingkah laku atau kelainan psikiatrik yang mungkin menyertai retardasi mental dan bagaimana menanggulanginya.8Tata laksana anak dengan RM bersifat multidimensi dan sangat individual. Sebaiknya dibuat suatu rancangan strategi pendekatan bagi setiap anak untuk mengembangkan potensinya seoptimal mungkin. Untuk optimalisasi, disamping penerangan kepada orangtua, juga diperlukan pengertian dari anggota keluarga lainnya, agar anak tidak diejek dan dikucilkan. Demikian juga kepada masyarakat sekitarnya, penerangan tentang RM diperlukan agar anak bisa diterima dengan wajar.82.8. PencegahanDengan memberikan perlindungan terhadap penyakit-penyakit yang potensial dapat mengakibatkan retardasi mental, misalnya melalui imunisasi. Konseling perkawinan, pemeriksaan kehamilan yang rutin, nutrisi yang baik selama kehamilan, dan bersaling pada tenaga kesehatan yang berwenang maka dapat membantu menurunkan angka kejadian retardasi mental. Demikian pula dengan mengentaskan kemiskinan dengan membuka lapangan kerja, memberikan pendidikan yang baik, memperbaiki senitasi lingkungan, meningkatkan gizi keluarga, akan meningkatkan ketahanan terhadap penyakit.3,9 Dengan adanya program BKB (Bina Keluarga dan Balita) yang merupakan stimulasi mental dini dan bisa dikembangkan dan juga deteksi dini, maka dapat mengoptimalkan perkembangan anak.4Diagnosis ini sangat penting, dengan melakukan skrining sedini mungkin, terutama pada tahun pertama, maka dapat dilakukan intervensi yang dini pula. Misalnya diagnosis dini dan terapi dini hipotiroid, dapat memperkecil kemungkinan retardasi mnetal. Detaksi dan intervensi dini pada retardasi mental sangat membantu memperkecil retardasi yang terjadi.

2.9. PrognosisRetardasi mental yang diketahui penyakit dasarnya, biasanya mempunyai prognosis yang lebih baik, walaupun penyakit dasar ini umumnya sukar ditemukan. Penderita RM ringan, dengan kesehatan yang baik, tanpa penyakit kardiorespirasi, mempunyai umur harapan hidup yang sama dengan orang normal. Sebaliknya RM berat dengan masalah kesehatan dan gizi, sering meninggal pada usia muda.10BAB 3

KESIMPULANRetardasi mental merupakan masalah bidang kesehatan masyarakat, kesejahteraan sosial dan pendidikan baik pada anak yang mengalami retardasi mental tersebut maupun keluarga dan masyarakat. Definisi retardasi mental harus mencakup bidang kognitif (intelegensia) dan adaptasi sosial yang timbul pada masa perkembangan. Klasifikasi retardasi mental saat ini yang terbanyak dipakai adalah AAMD, ICD 10 dan,DSM-IV yaitu : Mild retardation (Retardasi mental ringan), IQ 50-69 Moderate retardation (Retardasi mental sedang), IQ 35-49 Severe retardation (Retardasi mental berat), IQ 20-34 Profound retardation (Retardasi mental sangat berat), IQ