Resume Splinting

17
SPLINTING Disusun Oleh : Marselly Laon, S.KG NIM 04094707033

Transcript of Resume Splinting

Page 1: Resume Splinting

SPLINTING

Disusun Oleh :

Marselly Laon, S.KG

NIM 04094707033

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2012

Page 2: Resume Splinting

I. INFORMASI KASUS

Identitas Pasien

Nama : Rosita

Tempat/Tanggal Lahir : Palembang / 21 Juni 1958

Suku : Melayu

Jenis Kelamin : Perempuan

Status Perkawinan : Kawin

Agama : Islam

Alamat : Jl. Sekip, lrg. Hanan No. 2136, Palembang

Telepon : -

Pekerjaan : PNS

Anamnesis

Pasien datang ke Poli Gigi dan Mulut RSUD Muhammad Hoesin Palembang dengan keluhan

gigi atas dan bawahnya goyang pada bagian depan sejak 4 bulan yang lalu, tidak terasa sakit,

pasien memiliki banyak sekali karang gigi, merasa mulutnya bau. Pasien ingin giginya

dibersihkan dan diperbaiki agar tidak goyang lagi.

Riwayat Kesehatan Umum

Baik. Tidak ada kelainan sistemik yang menggangu dalam perawatan gigi.

Riwayat Kesehatan Gigi

Pasien pernah dicabut giginya dibagian depan atas dan ditambal gigi atasnya ± 1 bulan yang lalu.

Page 3: Resume Splinting

Pemeriksaan Radiografi

Banyak kehilangan tulang secara vertical dan horizontal.

Pemeriksaan Ekstra Oral

Muka : tidak ada kelainan

Pipi : tidak ada kelainan

Bibir : tidak ada kelainan

Pinggiran Rahang : tidak ada kelainan

Kelenjar Submandibular : kanan tidak ada kelainan ; kiri tidak ada kelainan

Pemeriksaan Intra Oral

Mukosa pipi : kanan tidak ada kelainan ; kiri tidak ada kelainan

Palatum : tidak ada kelainan

Dasar mulut : tidak ada kelainan

Lidah : normal

Oropharyngeal : tidak ada kelainan

Saliva : normal

Kelenjar Limfe : tidak ada kelainan

Page 4: Resume Splinting

Frenulum : normal

Gingiva RA : edema regio a, b, c

Gingiva RB : edema regio d, e, f

Poket : regio a, b, c, d, e, f

Kalkulus : regio a, b, c, d, e, f

Pemeriksaan klinis

Pemeriksaan gigi yang mobiliti

RA : 16 (derajat 2) dan 14 (derajat 1).

RB :44 (derajat 1), 43,42,41,31,33 (derajat 2) dan 34 (derajat 3).

Etiologi

Etiologi lokal dari kasus ini adalah factor plak, kalkulus dan faktor fungsional yaitu maloklusi

klas 3.

Diagnosa

Berdasarkan amnanesis, pemeriksaan klinis, pemeriksaan radiografis dan etiologi , maka

diagnosa dari kasus ini adalah periodontitis kronik generalis.

Prognosa

Prognosa pada pasien ini adalah Fear . Hal ini disebabkan karena sikap koperatif pasien, faktor

etiologi masi dapat diminimalisir, dan mobiliti gigi masi bisa di pertahankan.

Page 5: Resume Splinting

II. RENCANA PERAWATAN

Jika tidak berhasil

Jika berhasil

FASE I (Etiotropik)

Kontrol plak (Edukasi, Motivasi, Instruksi)

Scalling dan root planning Splinting temporary dengan jenis semi permanen

EVALUASI

Kontrol plak

FASE II (BEDAH)Reseksi tulang : osteoplasty

FASE III (RESTORASI)

Pro Konservasi :Tumpatan GIC pada gigi 26, 27, 37 dan 48

Pro Prosthodontia : Pembuatan GTSL gigi 17, 22, 26, 36, 34, 46 dan 47

Fase IV (Kontrol Berkala)

Recall at time Maintenance Kontrol Plak dan Scalling Pemeriksaan klinis.

Page 6: Resume Splinting

III. PERAWATAN

Perawatan pada pasien ini meliputi:

1. Kontrol plak, scalling dan root planing

Setelah diagnosa ditegakkan, dilakukan scalling dan rootplaning untuk

menghilangkan kalkulus yang merupakan faktor predisposisi lokal. Kemudian

pasien diberikan edukasi, motivasi dan instruksi mengenai pemeliharaan gigi dan

kebersihan mulut.

2. Tindakan splinting

Splinting yang dilakukan yaitu splinting semi permanen untuk gigi-gigi RA dan

RB. Wire yg digunakan adalah wire dengan diameter 0,3mm. Diikatkan secara

uncotinues membentuk angka 8 megelilinggi gigi-gigi pada RA (dimulai dari gigi

16-21) selanjutnya RB (dimulai dari 35-45), setelah diikat membentuk angka 8,

kemudian dikencangkan dengan sisa kawat, dimana dipotong kecil-kecil lalu

dimasukan kebagian interdental gigi satu demi satu, lalu diputar searah jarum jam.

Bagian terakhir dari ujung kawat yg membentuk angka 8 itu diputar searah jarum

jam. Lalu setelah selesai dilakukan,wire yang ada digigi di tutup dengan

mengunakan GIC agar bagian-bagian yang tajam dari kawat tidak melukai

mukosa pasien dan untuk memperbaiki estetik agar kawat tadi tidak begitu

terlihat.

3. Kontrol

Kontrol 1 minggu

Pemeriksaan subjektif : pasien tidak ada keluhan

Pemeriksaan objektif : splinting masih terihat baik dan kencang pada gigi-

giginya.

Kontrol 1bulan

Pemeriksaan subjektif : pasien mengeluh ujung kawat bagian bawah gigi

34 terasa menusuk karena GIC nya lepas.

Pemeriksaan objektif : splinting masih terlihat baik dan splinting mulai

mengalami kekendoran, untuk RA gigi 14 sudah tidak mobiliti lagi dan 16

Page 7: Resume Splinting

masih sedikit mobiliti derajat 1 sedangkan RB gigi 33-44 masih mobiliti.

Gigi 34 tercabut dengan sendirinya.

Tindakan : kontrol plak , splinting dikencangkan kembali dan pemasangan

GIC yang lepas.

Kontrol 3 bulan

Pemeriksaan subjektif : pasien tidak ada keluhan

Pemeriksaan objektif : splinting terlihat longgar, terlihat gigi-gigi pada

RA sudah normal kembali tidak mobiliti sedangkan RB masih mobiliti

Tindakan : kontrol plak , splinting diganti dengan yang baru kemudian

dikencangkan kembali dan penutupan dengan GIC.

Kontrol 4 bulan

Pemeriksaan subjektif : pasien tidak ada keluhan

Pemeriksaan objektif : splinting terlihat longgar, terlihat gigi-gigi pada

RB yaitu gigi 33, 41,42 masih mobiliti.

Tindakan : kontrol plak , splinting dikencangkan, insersi gigi tiruan untuk

RB yaitu gigi 36, 34, 46, 47 sekaligus sebagai splint tambahan.

Kontrol 5 bulan

Pemeriksaan subjektif : pasien tidak ada keluhan

Pemeriksaan objektif : splinting masih terihat baik dan kencang pada gigi-

giginya.

Tindakan : kontrol plak

Page 8: Resume Splinting

IV. PEMBAHASAN

Splint merupakan alat stabilisasi dan immobilisasi gigi goyah karena suatu lesi,

trauma, atau penyakit periodontal. Prinsip dari pembuatan splint yanitu dengan mengikat

beberapa gigi menjadi satu kesatuan sehingga tekanan dapat didistribusikan kesemua gigi yang

diikat. Perawatan mengunankan alat splint disebut splinting. Splinting tidak bisa membuat gigi

yang goyang kembali kencang, hanya dapat mengontrol mobilitas bila splint tetap terpasang pada

tempatnya. Oleh karena itu, bila splint dilepas, gigi akan goyang kembali. Hanya dengan

menghilangkan penyakitnya dan dengan proses regenerasi jaringan pendukung gigi dapat

diperoleh reduksi sesungguhnya dari mobilitas gigi.

Mobilitas gigi sebenarnya normal bila masih dalam batas tertentu misalnya sewaktu

bangun tidur yang disebabkan gigi sdikit ekstrusi akibat tidak berfungsi selama tidur. Apabila

mobilitas diluar batas fisiologis maka mobilitas tersebut telah patologis. Mobilitas patologis

disebabkan oleh inflamasi gingival dan jaringan periodontal, kebiasaan parafungsi oklusal, oklusi

premature, kehilangan tulang pendukung, gaya torsi yang menyebabkan trauma pada gigi yang

dijadikan pegangan cengkraman gigi tiruan lepasan, erapi periodontal, terapi endodontik, dan

trauma dapat menyebabkan kegoyangan gigi sementara.

Pemeriksaan mobilitas dapat dilakukan dengan menekan salah satu sisi gigi yang

bersangkutan dengan alat atau ujung jari dengan jari lainnya terletak pada sisi yang

berseberangan dan gigi tetangganya yang digunakan sebagai titik pedoman. Cara lain untuk

memeriksa mobilitas adalah menempatkan jari pada permukaan fasial gigi dengan pasien

mengoklusikan gigi-geliginya.

Page 9: Resume Splinting

Derajat mobilitas gigi dikelompokkkan sebagai berikut:

Grade 1. Hanya dirasakan

Grade 2. Mudah dirasakan, pergeseran labiolingual 1 mm

Grade 3. Pergeseran labiolingual lebih dari 1 mm, mobilitas gigi ke atas dan ke bawah (aksial)

Hal yang harus dipertimbangkan dalam menggunakan splint yaitu besarnya kehilangan

jaringan pendukung (jaringan periodontal), perubahan kualitas jaringan pendukung yang

disebabkan trumatik oklusi, penyakit sistemik,trauma jangka panjang karena perawatan

periodontitis dan faktor latrogenik.

Pada pembuatan pembuatan splintpun harus mempertimbangkan :

1. Jaringan pendukung gigi sekurang-kurangnya 1/3 gigi dan gigi yang di jadikan sandaran

harus kokoh

2. Estetis tidak terganggu

3. Oklusi tidak terganggu

4. Fonetik tidak teganggu

5. Tidak mengiritasi jaringan gingival

6. Mudah dibersihkan

Syarat pemasangan splint yaitu ini :

1. Splint harus melibatkan gigi yang stabil sebanyak mungkin untuk mengurangi beban

tambahan yang mengenai gigi-gigi individual seminimal mungkin

2. Splint harus dapat menahan gigi dengan kuat dan tidak member stress torsional pada gigi

yang dipegangnya.

3. Splint harus diperluas kesekitar lengkung rahang, sehingga tekanan anteroposterior dan

tekanan fasiolingual yang terjadi dapat saling dinetralkan.

4. Splint tidak boleh mengahalangi oklusi. Bila mungkin, ketidakharmonisan oklusi yang

menyeluruh harus diperbaiki terlebih dahulu sebelum pemasangan splint.

5. Splint tidak boleh mengiritasi pulpa

6. Splint tidak boleh mengiritasi jaringan lunak, gingival, pipi, bibir dan lidah.

7. Splint harus didesain sedemikian rupa sehingga dapat dengan mudah dibersihkan. Daerah

embrasure interdental tidak boleh tertutup splint.

Page 10: Resume Splinting

Tipe-Tipe Splinting

1. Splinting Sementara

Peran splint sementara adalah untuk mengurangi trauma pada waktu perawatan. Splint

periodontal digunakan untuk menentukan seberapa besar peningkatan kegoyangan gigi terhadap

respon perawatan, menstabilisasi gigi selama skaling dan root planning, oklusal adjustment, dan

bedah periodontal, menjadi penyangga pada kasus pergerakan gigi minor, memberikan

stabilisasi pada jangka waktu lama untuk yang hilang di saat kegoyangan gigi meningkat atau

goyang pada saat melakukan pengunyahan dan digunakan pada gigi yang goyang karena trauma.

Adanya faktor estetik, serat kawat (wire ligature) sebagai splint sementara cekat sudah

jarang digunakan. Sebagai gantinya bahan komposit dengan etching. Akrilik bening juga dapat

digunakan untuk splinting sementara lepasan.

Penggunaan splint periodontal sementara juga dapat digunakan pada kondisi-kondisi

tertentu pada kasus splint permanen tidak bisa digunakan karena status ekonomi dan status

kesehatan pasien yang buruk, kasus gigi dengan prognosis yang meragukan dan prosedur splint

cekat yang rumit tidak bisa dilakukan, serta karena alasan waktu yang tidak cukup untuk

pemasangan splint permanen.

2. Splint Periodontal Semi Permanen

Indikasi splint semi permanen adalah untuk kegoyangan gigi yang sangat berat yang

mengganggu pengunyahan dan dipergunakan sebelum dan selama terapi periodontal. Kadang-

kadang alat retensi ortodonsi juga dapat dianggap sebagai splint semi permanen. Untuk gigi-gigi

anterior, bahan yang sering digunakan pada splint semi permanen cekat adalah komposit resin

(light cure). Pada gigi-gigi posterior, splint semi permanen ditujukan untuk gigi-gigi goyang

Splinting

TemporaryDays to months

Removable Fixed

Semi-permanentMonths to years

Removable Fixed

PermanentYears+

Removable Fixed

Page 11: Resume Splinting

berat yang harus menerima beban kunyah. Splint ini digunakan sebelum, selama dan sesudah

terapi periodontal karena prognosisnya belum pasti.

3. Splint Periodontal Permanen

Pemakaian splint permanen merupakan bagian dari fase restorasi atau fase rekonstruksi

dari perawatan periodontal. Splint permanen sangat terbatas penggunaannya. Hanya digunakan

bila benar-benar dipergunakan untuk menambah stabilitas tekanan oklusal dan menggantikan

gigi-gigi yang hilang. Selain menstabilkan gigi yang goyang, splint ini juga harus

mendistribusikan kekuatan oklusi, mengurangi serta mencegah trauma oklusi, membantu

penyembuhan jaringan periodontal dan memperbaiki estetika.

Penggunaan splint permanen pada umumnya dikaitkan dengan protesa periodontal. Splint

ini hanya dapat dibuat beberapa bulan setelah terapi periodontal dan kesembuhannya sudah

sempurna serta harus memperhatikan intonasi pasien. Tujuan utamanya adalah memperoleh

fungsi kunyah yang lebih efektif, dalam hal ini tidak harus mengganti seluruh gigi geligi.

Splint permanen dapat berupa splint lepasan eksternal atau splint cekat internal. Splint

permanen lepasan eksternal ini desainnya merupakan bagian dari gigi tiruan kerangka logam.

Splint lepasan tidak boleh digunakan pada gigi-gigi goyang yang mempunyai tendensi untuk

bermigrasi, apalagi splint tersebut hanya digunakan pada malam hari. Pemakaian splin permanen

lepasan pada keadaan tidak bergigi dapat dikombinasikan dengan gigi tiruan.

Splint permanen cekat internal merupakan splint yang paling efektif dan tahan lama.

Splint ini merupakan penggabungan dari restorasi yang membentuk satu kesatuan rigid dan

direkatkan dengan penyemenan, jumlah gigi yang diperlukan untuk menstabilkan gigi goyang

tergantung pada derajat kegoyangan dan arah kegoyangan. Jumlah gigi tidak goyang yang

diikutsertakan dalam splinting, tergantung pada masing-masing konsisi penderita. Bila terdapat

kegoyangan lebih dari satu gigi dapat digunakan beberapa gigi untuk stabilisasi.

Setelah dilakukan splinting pasien diinstruksikan untuk lebih memperhatikan kebersihan

gigi dan mulutnya, terutama pada regio gigi yang displinting, karena pada regio tersebut lebih

mudah terjadi akumulasi plak dan debris. Begitupun setelah pelepasan splinting, pasien tetap

diinstruksi untuk lebih menjahga kebersihan gigi dan mulutnya, serta meminimalkan penggunaan

regio yang displinting dari fungsi pengunyahan dan pencabikan makanan.

Page 12: Resume Splinting

4. Orthodontic Band Splint

Suatu temporary splint yang efektif dapat dibuat dengan menyatukan beberapa

orthodontic band biasanya tipe ini lebih banyak digunakan pada gigi posterior. Band harus

melekat erat pada gigi dan terletak di atas gingiva.

V. KESIMPULAN

Splinting adalah suatu jenis perawatan untuk menstabilkan atau mengencangkan gigi-gigi

yang goyang akibat suatu injuri atau penyakit periodontal. Pada kasus mobilitas gigi pasien

Rosita perawatan dilakukan dengan splint semi permanen.. Hasil perawatan cukup memuaskan

ditandai mobilitas yang berkurang serta OHI-S nya membaik. Hingga kini gigi tetap kami

splinting dan GTSL tetap dipasang sebagai splint tambahan.

DAFTAR PUSTAKA

Herliana P. A, 2004. Buku Saku Periodonsia. Jakarta. Hal 190

Manson, J.D dan Elet, B. M, 1993. Buku Ajar Periodonti. 2nd Ed. Penerjemah : Anastasia S.

Hipokrates. Jakarta.

Mueller. 2005. Periodontology : the Essentials. New York : Thieme

Reddy, Shantipryia. 2008. Essentials of Clinical Periodontology and Periodontics. 2nd .. New

Delhi : JAYPEE