Resume Span Print

3
Nama : Ni Luh Putu Indah Permata Swari NIM : I0212057 Resume ARSITEKTUR KOLONIAL (Priyo Patikno) Menurut Louis Mumford (1941) ada dua karakter di dalam ekspresi estetik dan kultural. Yaitu : a. Lokal : Bergantung pada waktu, beradaptasi pada kondisi dan masyarakat dalam wilayah serta institusi ekonomi dan politik tertentu. Disebut juga elemen regional. b. Universal : Melampaui segala batas, menyatukan berbagai masyarakat, ras, dan temperamen, melampaui yang local, yang terbatas, yang parsial. Arsitektur kolonial merupakan bangunan arsitektur yang berkembang pada jaman penjajahan di tanah air dan hingga saat ini berupa peninggalan atau masih digunakan. Aristektur kolonial lebih memadukan antara budaya barat dan budaya timur. Ciri – ciri arsitektur kolonial adalah bentuk bangunan nya berorientasi pada gaya arsitektur klasik. Terlihat dari bentuk dasar bangunan nya yang terdapat tangga – tangga, kolom – kolom bangunan yang megah dan berukuran besar. Terdapat ukiran – ukiran dan ornamen pada dinding bangunan. Terdapat beberapa peninggalan bangunan arsitektur kolonial di Indonesia yang merupakan peninggalan pada saat penjajahan : a. Gereja Blenduk yang terletak di Semarang

description

resume span

Transcript of Resume Span Print

Page 1: Resume Span Print

Gereja blenduk tahun 1930-an Gerja Blenduk saat ini

(http://id.wikipedia.org/wiki/Gereja_Blenduk_Semarang)

Nama : Ni Luh Putu Indah Permata Swari

NIM : I0212057

Resume

ARSITEKTUR KOLONIAL(Priyo Patikno)

Menurut Louis Mumford (1941) ada dua karakter di dalam ekspresi estetik dan kultural. Yaitu :

a. Lokal : Bergantung pada waktu, beradaptasi pada kondisi dan masyarakat dalam wilayah serta institusi ekonomi dan politik tertentu. Disebut juga elemen regional.

b. Universal : Melampaui segala batas, menyatukan berbagai masyarakat, ras, dan temperamen, melampaui yang local, yang terbatas, yang parsial.

Arsitektur kolonial merupakan bangunan arsitektur yang berkembang pada jaman penjajahan di tanah air dan hingga saat ini berupa peninggalan atau masih digunakan. Aristektur kolonial lebih memadukan antara budaya barat dan budaya timur.

Ciri – ciri arsitektur kolonial adalah bentuk bangunan nya berorientasi pada gaya arsitektur klasik. Terlihat dari bentuk dasar bangunan nya yang terdapat tangga – tangga, kolom – kolom bangunan yang megah dan berukuran besar. Terdapat ukiran – ukiran dan ornamen pada dinding bangunan.

Terdapat beberapa peninggalan bangunan arsitektur kolonial di Indonesia yang merupakan peninggalan pada saat penjajahan :a. Gereja Blenduk yang terletak di Semarang

Page 2: Resume Span Print

Gedung kantor NILLMIJ di Semarang di tahun 1930-an. Di sebelah kanan terlihat Gereja Blenduk Semarang

(http://id.wikipedia.org/wiki/Asuransi_Jiwasraya)

(http://ditdotsemarang.blogspot.com/2013/01/tempat-bersejarah-di-semarang.html)

Gereja Blenduk yang terdapat di Semarang merupakan Gereja Kristen tertua di Jawa Tengah yang dibangun oleh masyarakat Belanda pada 1753. Gereja ini direnovasi pada 1894 oleh W. Westmaas dan H.P.A. de Wilde, yang menambahkan kedua menara di depan gedung gereja ini. Blenduk berarti kubah. Di sekitar gereja ini juga terdapat sejumlah bangunan lain dari masa kolonial Belanda.

b. Kantor Nillmij terletak di Semarang (1916)

Karya indah Van Karsten yang menonjol di Semarang adalah gedung asuransi Nillmij (1916). Gedung ini berbentuk segi delapan, dengan tiga tingkat dan dilengkapi lantai tegel berwarna putih. Dalam merancang gedung ini Karsten mengkombinasikan pengaruh Jawa, Belanda dan art deco.

c. Stoomvart Maatschappijen Nederland, terlatak di Semarang (1930)

Arsitek bangunan ini adalah Herman Thomas Karsten setelah mendapat tugas dari Stoomvaart Maatschappij Nederland (SMN) suatu usaha di bidang pengangkutan kapal laut. Dilihat dari bangunan ini nampak sudah beradaptasi dengan kondisi daerah tropis yaitu mengutamakan pencahayaan dan ventilasi.

Page 3: Resume Span Print