Resume Petrologi Kelompok 1

download Resume Petrologi Kelompok 1

of 19

Transcript of Resume Petrologi Kelompok 1

  • 1

    RESUME PETROLOGI

    Disusun untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Petrologi

    Dosen Pengampu : Sukir Maryanto, Ph.D.

    Oleh :

    Bella Dinna Safitri 115090700111002

    Septiandi Akhmad P. 115090700111012

    Zainatul Afidah 115090700111013

    PROGRAM STUDI GEOFISIKA

    JURUSAN FISIKA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    2014

  • 2

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Petrologi adalah bidang geologi yang berfokus pada studi mengenai batuan dan kondisi

    pembentukannya. Ada tiga cabang petrologi, berkaitan dengan tiga tipe batuan: beku,

    metamorf, dan sedimen. Kata petrologi itu sendiri berasal dari kata Bahasa Yunani petra, yang

    berarti "batu".

    a. Petrologi batuan beku berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan beku (batuan seperti

    granit atau basalt yang telah mengkristal dari batu lebur atau magma). Batuan beku mencakup

    batuan volkanik dan plutonik,

    b. Petrologi batuan sedimen berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan sedimen (batuan

    seperti batu pasir atau batu gamping yang mengandung partikel-partikel sedimen terikat

    dengan matrik atau material lebih halus), dan

    c. Petrologi batuan metamorf berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan metamorf

    (batuan seperti batu sabak atau batu marmer yang bermula dari batuan sedimen atau beku

    tetapi telah melalui perubahan kimia, mineralogi atau tekstur dikarenakan kondisi ekstrem

    dari tekanan, suhu, atau keduanya).

    Petrologi memanfaatkan bidang klasik mineralogi, petrografi mikroskopis, dan analisis

    kimia untuk menggambarkan komposisi dan tekstur batuan. Ahli petrologi modern juga

    menyertakan prinsip geokimia dan geofisika dalam penelitan kecenderungan dan siklus

    geokimia dan penggunaan data termodinamika dan eksperimen untuk lebih mengerti asal

    batuan.

    1.2 Tujuan

    Tujuan dari penulisan resume ini adalah untuk mengenal batuan-batuan dasar yang ada di

    permukaan bumi dari segi asal pembentukannya, selain itu untuk mengetahui secara rinci apa

    itu batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf.

    1.3 Manfaat

    Manfaat yang dapat diambil dari penulisan resume ini adalah mengetahui apa saja batuan-

    batuan dasar yang ada di permukaan bumi dari segi asal pembentukannya, selain itu

    mengetahui secara rinci apa itu batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf.

  • 3

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1 Struktur Tubuh Bumi

    Bella Dinna Safitri / 115090700111002

    Gambar 2.1 Struktur tubuh bumi

    Setelah planet bumi ini terbentuk dari massa gas, lambat laun mengalami proses

    pendinginan. Akibatnya bagian terluarnya menjadi keras, sedangkan, bagian dalamnya masih

    tetap merupakan massa zat yang panas dalam keadaan lunak. Sepanjang proses pendinginan

    berlangsung dalam jangka waktu jutaan tahun, zat-zat pembentuk bumi yang terdiri atas berbagai

    jenis sifat kimia dan fisika sempat memisahkan diri sesuai dengan perbedaan sifat-sifat tersebut.

    Hasil-hasil penelitian terhadap fisik bumi menunjukkan bahwa struktur tubuh bumi (gambar 2.1)

    terdiri dari dari kerak bumi sampai inti bumi mempunyai komposisi mineral dan unsur kimia

    yang berbeda-beda.

    2.2 Siklus Batuan

    Siklus batuan (gambar 2.2) menggambarkan seluruh proses yang dengannya batuan

    dibentuk, dimodifikasi, ditransportasikan, mengalami dekomposisi, dan dibentuk kembali

    sebagai hasil dari proses internal dan eksternal Bumi. Siklus batuan ini berjalan secara kontinyu

    dan tidak pernah berakhir. Siklus ini adalah fenomena yang terjadi di kerak benua (geosfer) yang

    berinteraksi dengan atmosfer, hidrosfer, dan biosfer dan digerakkan oleh energi panas internal

    Bumi dan energi panas yang datang dari Matahari.

    Kerak bumi yang tersingkap ke udara akan mengalami pelapukan dan mengalami

    transformasi menjadi regolit melalui proses yang melibatkan atmosfer, hidrosfer dan biosfer.

    Selanjutnya, proses erosi mentansportasikan regolit dan kemudian mengendapkannya sebagai

  • 4

    sedimen. Setelah mengalami deposisi, sedimen tertimbun dan mengalami kompaksi dan

    kemudian menjadi batuan sedimen. Kemudian, proses-proses tektonik yang menggerakkan

    lempeng dan pengangkatan kerak Bumi menyebabkan batuan sedimen mengalami deformasi.

    Penimbunan yang lebih dalam membuat batuan sedimen menjadi batuan metamorik, dan

    penimbunan yang lebih dalam lagi membuat batuan metamorfik meleleh membentuk magma

    yang dari magma ini kemudian terbentuk batuan beku yang baru. Pada berbagai tahap siklus

    batuan ini, tektonik dapat mengangkat kerak bumi dan menyingkapkan batuan sehingga batuan

    tersebut mengalami pelapukan dan erosi. Dengan demikian, siklus batuan ini akan terus berlanjut

    tanpa henti. Maka batua sedimen itu bisa berasal dari batuan apa saja, baik itu batuan beku,

    batuan metamorf, ataupun batuan sedimen itu sendiri.

    Gambar 2.2 Siklus Batuan

    2.3 Jenis Batuan di Bumi

    Kulit bumi terdiri dari zat padat yang disebut batuan, dengan berbagai jenis dan ciri

    batuan yang ada di bumi. Pembentukan berbagai jenis batuan tertentu berasal dari berbagai

    macam mineral di alam. Berbagai jenis batuan beku yang terbentuk awalnya berasal dari magma.

    Magma merupakan batuan cair yang terletak di bawah permukaan bumi, magma dapat

    mendingin dan membeku di bawah maupun di atas permukaan bumi.

    Setiap batuan memiliki jenis dan ciri batuan yang khusus. Sifat batuan meliputi bentuk,

    warna, kekerasan, kasar atau halus, dan mengilap atau tidaknya permukaan batuan. Ada yang

    berasal dari proses letusan gunung berapi, proses penghancuran atau disintegrasi batuan, proses

    pelapukan kimia, proses penguapan dan masih banyak pula yang berasal dari berbagai proses

    pembentuan jenis dan ciri batuan yang ada di bumi.

  • 5

    Selanjutnya, untuk mengidentifikasi batuan dapat dilihat dari segi ukuran dan tingkat

    kekerasan.

    Grain Ukuran: "Kasar" biji-bijian yang terlihat dengan mata telanjang, dan mineral

    biasanya dapat diidentifikasi dengan menggunakan kaca pembesar, "baik" biji-bijian yang

    lebih kecil dan biasanya tidak dapat diidentifikasi dengan kaca pembesar (menggunakan

    kaca pembesar , mengidentifikasi mineral).

    Kekerasan: Kekerasan (yang diukur dengan skala Mohs ) sebenarnya mengacu pada

    mineral daripada batu, sehingga batu mungkin rapuh namun terdiri dari mineral keras.

    Namun, dalam hal sederhana, "keras" batu goresan kaca dan baja, biasanya menandakan

    mineral kuarsa atau feldspar (kekerasan Mohs 6-7 dan atas); "lunak" batu tidak menggores

    pisau baja namun goresan kuku (Mohs 3-5,5) ; "sangat lembut" batu tidak dapat menggaruk

    kuku (Mohs 1-2).

    2.4 Magma

    Lelehan batuan silikat panas yang terbentuk di alam, bersifat mobil, dapat mengandung

    material padat dan gas. Zat padat terdiri dari sisa batuan asal yang tidak ikut meleleh atau senolit

    (xenolith), sisa kristal yang tidak ikut meleleh atau senokris (xenocryst) dan kristal-kristal yang

    terbentuk oleh pembekuan magma. Magma terbentuk oleh pelelehan sebagian (partial melting)

    batuan induk (parental rocks) di dalam mantel atau, dalam jumlah yang lebih sedikit, di bagian

    bawah kerak (lower crust) (Schmincke, 2004).

    Magma terbentuk dari pelelehan batuan, pelelehan batuan dapat terjadi karena perubahan 3

    parameter dasar: tekanan (P), temperatur (T) dan komposisi kimia (X), yaitu :

    a. Kenaikan temperatur T pada kondisi P dan X yang konstan (Increasing Temperature),

    b. Penurunan tekanan P pada T dan X yang konstan (Decompression), dan

    c. Perubahan X pada P dan T yang konstan (terutama penambahan fluida khususnya H2O dan

    CO2).

    Magma dalam kerak Bumi dapat terbentuk sebagai akibat dari perbenturan antara 2 (dua)

    lempeng litosfir, dimana salah satu dari lempeng yang berinteraksi itu menunjam dan menyusup

    kedalam astenosfir. Sebagai akibat dari gesekan yang berlangsung antara kedua lempeng litosfir

    tersebut, maka akan terjadi peningkatan suhu dan tekanan, ditambah dengan penambahan air

    berasal dari sedimen-sedimen samudra akan disusul oleh proses peleburan sebagian dari litosfir

    (gambar 2.4) :

  • 6

    Gambar 2.4 Interaksi lempeng tektonik

    Sumber magma yang terjadi sebagai akibat dari peleburan tersebut akan menghasilkan

    magma yang bersusunan asam (kandungan unsur SiO2 lebih besar dari 55%). Magma yang

    bersusunan basa, adalah magma yang terjadi dan bersumber dari astenosfir. Magma seperti itu

    didapat di daerah-daerah yang mengalami gejala regangan yang dilanjutkan dengan pemisahan

    litosfir.

    Seri Reaksi Bowen (gambar 2.5) merupakan suatu skema yang menunjukan urutan

    kristalisasi dari mineral pembentuk batuan beku yang terdiri dari dua bagian. Mineral-mineral

    tersebut dapat digolongkan dalam dua golongan besar, yaitu :

    1. Golongan mineral berwarna gelap atau mafik mineral dan

    2. Golongan mineral berwarna terang atau felsik mineral.

    Dalam proses pendinginan magma dimana magma itu tidak langsung semuanya

    membeku, tetapi mengalami penurunan temperatur secara perlahan bahkan mungkin cepat.

    Penurunan tamperatur ini disertai mulainya pembentukan dan pengendapan mineral-mineral

    tertentu yang sesuai dengan temperaturnya Pembentukan mineral dalam magma karena

    penurunan temperatur telah disusun oleh Bowen.

    Sebelah kiri mewakili mineral-mineral mafik, yang pertama kali terbentuk dalam

    temperatur sangat tinggi adalah Olivin. Akan tetapi jika magma tersebut jenuh oleh SiO2 maka

    Piroksenlah yang terbentuk pertama kali. Olivin dan Piroksan merupakan pasangan

    Incongruent Melting; dimana setelah pembentukkannya Olivin akan bereaksi dengan larutan

    sisa membentuk Piroksen. Temperatur menurun terus dan pembentukkan mineral berjalan sesuai

    dangan temperaturnya. Mineral yang terakhir tarbentuk adalah Biotit, ia dibentuk dalam

    temperatur yang rendah.

    Mineral disebelah kanan diwakili oleh mineral kelompok Plagioklas, karena mineral ini

    paling banyak terdapat dan tersebar luas. Anorthite adalah mineral yang pertama kali terbentuk

  • 7

    pada suhu yang tinggi dan banyak terdapat pada batuan beku basa seperti Gabro atau Basalt.

    Andesin terbentuk peda suhu menengah dan terdapat batuan beku Diorit atau Andesit.

    Sedangkan mineral yang terbentuk pada suhu rendah adalah albit, mineral ini banyak tersebar

    pada batuan asam seperti granit atau rhyolite. Reaksi berubahnya komposisiPlagioklas ini

    merupakan deret : Solid Solution yang merupakan reaksi kontinue, artinya kristalisasi

    Plagioklas Ca-Plagioklas Na, jika reaksi setimbang akan berjalan menerus. Dalam hal ini

    Anorthite adalah jenis Plagioklas yang kaya Ca, sering disebut Juga "Calcic Plagioklas",

    sedangkan Albit adalah Plagioklas kaya Na ("Sodic Plagioklas / Alkali Plagioklas" ).

    Mineral sebelah kanan dan sebelah kiri bertemu pada mineral Potasium Feldspar ke mineral

    Muscovit dan yang terakhir mineral Kwarsa, maka mineral Kwarsa merupakan mineral yang

    paling stabil diantara seluruh mineral Felsik atau mineral Mafik, dan sebaliknya mineral yang

    terbentuk pertama kali adalah mineral yang sangat tidak stabil dan mudah sekali terubah menjadi

    mineral lain.

    Gambar 2.5 Deret reaksi Bowen

    2.5 Batuan Beku

    Zainatul Afidah / 115090700111012

    Batuan beku merupakan batuan penyusun kerak bumi yang berasal dari pembekuan

    magma, Magma merupakan cairan silikat panas dan pijar bersidat obile dengan suhu sekitar 1500

    - 2500 C yang terdiri dari unsur O, Si, Al, Fe, Mg, Ca, Na, K. Kata Igneous berasal dari bahasa

    Yunani, yaitu dari kata ignis yang berarti api atau pijar. Karena magma merupakan material atau

    bahan yang pijar dan sangat panas maka batuan beku disebut dengan Igneous Rock. Magma

    adalah cairan silikat yang sangat panas dengan suhu berkisar 600 C sampai 1250 C yang bersifat

    mobile dan terbentuk secara alamiah. Klasifikasi, penamaan dan pengenalan untuk batuan beku

  • 8

    sangat erat hubungannya dengan cara pembentukan mineral yang dikandung batuan beku

    tersebut.

    Beberapa mineral umum terdapat sebagai kandungan yang penting, dalam pembentukan

    yang mengikuti aturan Tingkat Kristalisasi dari magma. Setiap mineral akan mengkristal pada

    temperatur yang tetap dan menerus mengikuti selang temperatur yang terbatas, pada waktu

    magma mengalami pendinginan proses ini disebut diferensiasi magma.

    Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Genetik (Tempat Terjadinya) : Penggolongan ini

    berdasarkan genesa atau tempat terjadinya dari batuan beku, pembagian batuan beku ini

    merupakan pembagian awal sebelum dilakukan penggolongan batuan lebih lanjut. Pembagian

    genetik batuan beku adalah sebagai berikut :

    1. Batuan beku Intrusif

    Batuan ini terbentuk dibawah permukaan bumi, sering juga disebut batuan beku dalam

    atau batuan beku plutonik. Batuan beku intrusif mempunyai karakteristik diantaranya,

    pendinginannya sangat lambat(dapat sampai jutaan tahun),memungkinkan tumbuhnya kristal-

    kristal yang besar dan sempurna bentuknya, menjadi tubuh batuan beku intrusif. Tubuh

    batuan beku intrusif sendiri mempunyai bentuk dan ukuran yang beragam, tergantung pada

    kondisi magma dan batuan di sekitarnya. Batuan beku intrusi selanjutnya dapat dibagi lagi

    menjadi batuan beku intrusi dalam dan batuan beku intrusi permukaan. berdasarkan

    kedudukannya terhadap perlapisan batuan yang diterobosnya, struktur tubuh batuan beku

    intrusif terbagi menjadi dua yaitu konkordan dan diskordan.

    2. Batuan Beku Ekstrusif

    Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung

    dipermukaan bumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang memiliki berbagai struktur yang

    memberi petunjuk mengenai proses yang terjadi pada saat pembekuan lava tersebut. Struktur

    ini diantaranya :

    a. Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan

    b. Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah poligonal seperti

    batang pensil.

    c. Pillow lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpal-gumpal. Hal ini

    diakibatkan proses pembekuan terjadi pada lingkungan air.

    d. Vesikular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada batuan beku. Lubang

    ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat pembekuan.

    e. Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh mineral lain seperti

    kalsit, kuarsa atau zeolit

  • 9

    f. Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya kesejajaran mineral pada

    arah tertentu akibat aliran.

    Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Mineralogi

    Analisis batuan beku pada umumnya memakan waktu, maka sebagian besar batuan

    beku didasarkan atas susunan mineral dari batuan itu. Mineral-mineral yang biasanya

    dipergunakan adalah mineral kuarsa, plagioklas, potassium feldspar dan foid untuk mineral

    felsik. Sedangkan untuk mafik mineral biasanya berupa mineral amphibol, piroksen dan

    olivin.

    Klasifikasi yang didasarkan atas mineralogi dan tekstur akan dapat mencrminkan

    sejarah pembentukan batuan dari pada atas dasar kimia. Tekstur batuan beku

    menggambarkan keadaan yang mempengaruhi pembentukan batuan itu sendiri. Seperti

    tekstur granular member arti akan keadaan yang serba sama, sedangkan tekstur porfiritik

    memberikan arti bahwa terjadi dua generasi pembentukan mineral dan tekstur afanitik

    menggambarkan pembekuan yang cepat.

    Dalam klasifikasi batuan beku yang dibuat oleh Russel B. Travis, tekstur batuan beku

    yang didasarkan pada ukuran butir mineralnya dapat dibagi menjadi :

    a. Batuan Dalam

    Batuan dalam bertekstur faneritik yang berarti mineral-mineral yang menyusun batuan

    tersebut dapat dilihat tanpa bantuan alat pembesar,

    b. Batuan Gang

    Batuan Gang bertekstur porfiritik dengan massa dasar faneritik,

    c. Batuan Gang

    Batuan Gang bertekstur porfiritik dengan massa dasar afanitik, dan

    d. Batuan Lelehan

    Batuan Lelehan bertekstur afanitik, dimana individu mineralnya tidak dapat dibedakan atau

    tidak dapat dilihat dengan mata biasa.

    KARAKTER BATUAN BEKU EKSTRUSI DAN INTRUSI

    Batuan beku ekstrusi :

    a. Ukuran butir halus amorf,

    b. Chilled margin hanya terdapat di bagian bawah,

    c. Efek bakar (baking effect) di bagian bawah,

    d. Bagian atas fragmentasi (autobreksi),

    e. Ada xenolith di bawahnya,

    f. Vesikular, amigdaloid di bagian atas, dan

  • 10

    g. Batuan yang dilewati tidak terdeformasi.

    Batuan beku intrusi :

    a. Ukuran butir halus kasar,

    b. Chilled margin terjadi di bagian luar Terjadi metamorfosis kontak/termal Batas tidak

    beraturan-halus,

    c. Terdapat xenolith samping batuan yang di bawah maupun yang di atasnya Vesikuler dan

    amigdaloid jarang, dan

    d. Mengakibatkan perlipatan, atau deformasi batuan yang diterobos.

    2.6 Batuan Sedimen

    Batuan endapan atau batuan sedimen adalah salah satu dari tiga kelompok utama batuan

    (bersama dengan batuan beku dan batuan metamorfosis) yang terbentuk melalui tiga cara utama:

    pelapukan batuan lain (clastic); pengendapan (deposition) karena aktivitas biogenik; dan

    pengendapan (precipitation) dari larutan. Jenis batuan umum seperti batu kapur, batu pasir, dan

    lempung, termasuk dalam batuan endapan. Batuan endapan meliputi 75% dari permukaan bumi.

    Batuan sedimen (batuan endapan) adalah batuan yang terjadi akibat pengendapan materi hasil

    erosi. Sekitar 80% permukaan benua tertutup oleh batuan sedimen. Materi hasil erosi terdiri atas

    berbagai jenis partikel yaitu ada yang halus, kasar, berat dan ada juga yang ringan. Cara

    pengangkutannya pun bermacam-macam seperti terdorong (traction), terbawa secara melompat-

    lompat (saltion), terbawa dalam bentuk suspensi, dan ada pula yang larut (salution).

    Material urai ini tertransport oleh air, angin dan gaya gravitasi ketempat yang lebih rendah,

    cekungan, dan diendapkan sebagai endapan atau sedimen dibawah permukaan air. Sedimen yang

    terakumulasi tersebut mengalami proses litifikasi atau proses pembentukan batuan. Proses yang

    berlangsung adalah kompaksi dan sementasi, mengubah sedimen menjadi batuan sedimen.

    Setelah menjadi batuan sifatnya berubah menjadi keras dan kompak.

    Proses kompaksi pada umumnya akibat beban sedimen yang ada diatasnya, menyebabkan

    hubungan antar butir menjadi lebih lekat dan juga air yang dikandung dalam pori terperas keluar.

    Sementasi adalah proses dimana butiran-butiran sedimen direkat dengan material lain yang

    terbentuk kemudian, dapat berasal dari air tanah atau pelarutan mineral-mineral dalam sedimen

    itu sendiri. Material semennya dapat merupakan silika, karbonat, atau oksida (besi).

    2.6.1 Batuan Sedimen Klastik

    Batuan Sedimen Klastik; Yaitu batuan sedimen yang terbentuk berasal dari hancuran batuan

    lain. Kemudian tertransportasi dan terdeposisi yang selanjutnya mengalami diagenesa.

    Dikelompokkan berdasarkan butir materialnya. Untuk itu diperlukan satu acuan butir komponen

    materialnya, dan telah dibuat oleh Wentworth, dikenal sebagai skala Wenworth (Tabel 2.1).

  • 11

    Boulder dan Cobble dapat diartikan sebagai bongkah, pebble sama dengan kerakal, granule

    seukuran dengan kerikil, sand sama dengan pasir, sedangkan silt dan clay adalah lempung.

    Batuan sedimen klastik (Tabel 2.2) terdiri dari butiran-butiran. Butiran yang besar disebut

    fragmen dan diikat oleh masa butiran-butiran yang lebih halus, matriks. Batuan sedimen klastik

    yang dikelompokkan berdasarkan besar butir materialnya, sebagai konglomerat, batu pasir,

    serpih dan batu lempung.

    Tabel 2.1 Skala Wentworth

    Tabel 2.2 Ukuran butir batuan sedimen klastik

    2.6.2 Batuan Sedimen Piroklastik

    Batuan piroklastik adalah batuan yang disusun oleh material-material yang dihasilkan oleh

    letusan gunung api. Secara genetik, batuan piroklastik (Tabel 2.3) dapat dibagi menjadi 3

    jenis yaitu :

    a. Endapan jatuhan piroklastik (pyroclastic fall deposits), dihasilkan dari letusan eksplosif

    yang melemparkan material-material vulkanik dari lubang vulkanik ke atmosfer dan jatuh ke

    bawah dan terkumpul di sekitar gunung api. Endapan ini umumnya menipis dan ukuran butir

    menghalus secara sistimatis menjauhi pusat erupsi, sebaran mengikuti topografi,

  • 12

    pemilahannya baik, struktur gradded bedding normal & reverse, komposisi pumis, scoria,

    abu, sedikit lapili dan fragmen litik, komposisi pumis lebih besar daripada litik,

    b. Endapan aliran piroklastik (pyroclastic flow deposits), dihasilkan dari pergerakan lateral

    di permukaan tanah dari fragmen-fragmen piroklastik yang tertransport dalam matrik fluida

    (gas atau cairan yang panas) yang dihasilkan oleh erupsi volkanik, material vulkanik ini

    tertransportasi jauh dari gunung api. Endapan ini umumnya pemilahannya buruk, mungkin

    menunjukan grading normal fragmen litik dan butiran litik yang padat, yang semakin

    berkurang menjauhi pusat erupsi, sortasi buruk dan butiran menyudut, sebaran tidak merata

    dan menebal di bagian lembah. Contoh : lahar yaitu masa piroklastik yang mengalir menerus

    antara aliran temperatur tinggi (> 1000C) di mana material piroklastik ditransportasikan oleh

    fase gas dan aliran temperatur rendah yang biasanya bercampur dengan air, dan

    c. Endapan surge piroklastik (pyroclastic surge deposits), pergerakan lateral

    materialmaterial piroklastik (low concentration volcanic particles, gases, and water; rasio

    partikel : gas rendah; konsentrasi partikel relatif rendah) yang mengalir dalam turbulent gas

    yang panas. Pyroclastic surge dibentuk langsung dari erupsi explosif phreatomagmatic dan

    phreatic (base surge) dan dalam asosiasi dengan erupsi dan emplacement pyroclastic flow

    (ash cloud surge & ground surge). Karekteristiknya, endapan ini menunjukan stratifikasi

    bersilang, struktur dunes, laminasi planar, struktur anti dunes dan pind and swell, endapan

    sedikit menebal di bagian topografi rendah dan menipis pada topografi tinggi, terakumulasi

    dekat vent.

    Endapan Piroklas

    Ukuran Piroklas

    Tefra

    (tak

    Batuan

    piroklastik

    terkonsolidasi)

    (terkonsolidasi)

    Lapisan bom /

    Bom,

    blok Aglomerat, breksi

    > 64 mm

    blok

    piroklastik

    Tefra bom atau

    blok

  • 13

    Lapisan lapili atau Batulapili

    2 64 mm lapili

    (lapillistone)

    Tefra lapili

    1/16 2 mm

    Abu/debu

    Abu kasar

    Tuf kasar

    kasar

    < 1/16 mm

    Abu/debu

    Abu/debu halus

    tuf halus

    halus

    Tabel 2.3 Ukuran butir batuan piroklastik

    2.6.3 Batuan Sedimen Non Klastik

    Septiandi Akhmad Perdana / 115090700111012

    Batuan sedimen non-klastik adalah batuan sedimen yang terbentuk dari proses kimiawi,

    seperti batu halit yang berasal dari hasil evaporasi dan batuan rijang sebagai proses kimiawi.

    Batuan sedimen non-klastik dapat juga terbentuk sebagai hasil proses organik, seperti

    batugamping terumbu yang berasal dari organisme yang telah mati atau batubara yang berasal

    dari sisa tumbuhan yang terubah. Batuan ini terbentuk sebagai proses kimiawi, yaitu material

    kimiawi yang larut dalam air (terutamanya air laut). Material ini terendapkan karena proses

    kimiawi seperti proses penguapan membentuk kristal garam, atau dengan bantuan proses biologi

    (seperti membesarnya cangkang oleh organisme yang mengambil bahan kimia yang ada dalam

    air). Dalam keadaan tertentu, proses yang terlibat sangat kompleks, dan sukar untuk dibedakan

    antara bahan yang terbentuk hasil proses kimia, atau proses biologi (yang juga melibatkan proses

    kimia secara tak langsung). Jadi lebih sesuai dari kedua-dua jenis sedimen ini dimasukan dalam

    satu kelas yang sama, yaitu sedimen endapan kimiawi / biokimia. Yang termasuk dalam

    kelompok ini adalah sedimen evaporit (evaporites), karbonat (carbonates), serta batuan bersilika

    (siliceous rocks), rijang (chert).

    Batuan evaporit atau sedimen evaporit terbentuk sebagai hasil proses penguapan

    (evaporation) air laut. Proses penguapan air laut menjadi uap mengakibatkan tertinggalnya bahan

    kimia yang pada akhirnya akan menghablur apabila hampir semua kandungan air manjadi uap.

  • 14

    Proses pembentukan garam dilakukan dengan cara ini. Proses penguapan ini memerlukan sinar

    matahari yang cukup lama.

    1. Batuan garam (rock salt) yang berupa halite (NaCl).

    2. Batuan gipsum (rock gypsum) yang berupa gypsum (CaSO4.2H2O)

    Batuan sedimen silika tersusun dari mineral silika (SiO2). Batuan ini terhasil dari proses

    kimiawi dan atau biokimia, dan berasal dari kumpulan organisme yang berkomposisi silika

    seperti diatomae, radiolaria dan sponges. Kadang-kadang batuan karbonat dapat menjadi batuan

    bersilika apabila terjadi reaksi kimia, dimana mineral silika mengganti kalsium karbonat.

    Kelompok batuan silika adalah:

    a. Diatomite, terlihat seperti kapur (chalk), tetapi tidak bereaksi dengan asam. Berasal dari

    organisme planktonic yang dikenal dengan diatoms (Diatomaceous Earth) dan

    b. Rijang (Chert) (gambar 2.6), merupakan batuan yang sangat keras dan tahan terhadap proses

    lelehan, masif atau berlapis, terdiri dari mineral kuarsa mikrokristalin, berwarna cerah

    hingga gelap. Rijang dapat terbentuk dari hasil proses biologi (kelompok organisme

    bersilika, atau dapat juga dari proses diagenesis batuan karbonat.

    Gambar 2.6 Singkapan batuan rijang

    Endapan organik terdiri daripada kumpulan material organik yang akhirnya mengeras

    menjadi batu. Contoh yang paling baik adalah batubara. Serpihan daun dan batang tumbuhan

    yang tebal dalam suatu cekungan (biasanya dikaitkan dengan lingkungan daratan), apabila

    mengalami tekanan yang tinggi akan termampatkan, dan akhirnya berubah menjadi bahan

    hidrokarbon batubara (gambar 2.7).

  • 15

    Gambar 2.7 Singkapan batuan batubara

    2.6.4 Batuan Sedimen Karbonat

    Menurut Reeder (1983), batuan batuan karbonat adalah batuan yang fraksi karbonatnya lebih

    besar dari fraksi non karbonat atau dengan kata lain fraksi karbonatnya > 90%. Apabila fraksi

    karbonatnya < 90% maka tidak bisa lagi disebut sebagai batuan karbonat.

    Fraksi-fraksi yang umum dapat dilihat pada tabel 2.4 :

    Tabel 2.4 Tabel Mineral Karbonat yang umum dijumpai

    Lingkungan pengendapan karbonat memerlukan lingkungan yang praktis bebas dari sedimen

    klastik asal darat. Karena sedimen klastik dari darat dapat menghambat proses fotosintesa

    ganggang gampingan. Iklim dan suhu juga menjadi faktordalam pengendapan batuan karbonat.

  • 16

    Batuan karbonat diendapkan di daerah perairan yang bersuhu hangat dan beriklim tropis sampai

    subtropis.

    Pada umumnya dan kebanyakan, batuan karbonat diendapkan di daerah perairan dangkal

    dimana masih terdapat sinar matahari yang bisa menembus kedalaman air. Terdapat suatu garis

    yang merupakan batas kedalaman air dimana sedimen karbonat dapat ditemukan

    pengendapannya yang disebut dengan CCD (Carbonate Compensation Depth). Faktor mekanik

    yang mempengaruhi kecepatan pengandapan batuan karbonat yaitu antara lain aliran air laut,

    percampuran air, penguraian oleh bakteri, proses pembuatan organik pada larutan, serta pH air

    laut.

    Proses diagenesis dari batuan karbonat ialah seperti berikut. Proses pelarutan merupakan

    proses diagenesis yang menyebabkan meningkatnya porositas dan penipisan lapisan batuan

    sediemen terutama batuan karbonat dan evaporit. Proses ini dikontrol oleh antara lain pH, Eh,

    temperatur, dan tekanan parsial. Material yang paling mudah larut dalam batu pasir ialah semen

    kalsit, sehingga efek utama pelarutan ialah penghilangan semen. Proses ini disebut dismentasi.

    Proses sementasi (gambar 2.8) adalah proses dimana butiran-butiran sedimen direkatkan oleh

    material lain, dapat berasal dari air tanah atau hasil pelarutan mineral-mineral dalam sedimen itu

    sendiri. Material semennya dapat berupa CO3, Si, Fe, atau mineral lempung.

    Gambar 2.8 Kenampakan jenisjenis semen dan jenis mineral pembentuk semen pada batuan

    karbonat. Jenis-jenis semen tersebut sering dijumpai pada laut dangkal, menurut James &

    Choquette

    Dolomitisasi adalah perubahan limestone secara parsial maupun keseluruhan menjadi

    dolomit. Dolomit mempunyai komposisi CaMg(CO3) 2 dan secara kristalografi serupa dengan

    kalsit, namun lebih besar densitasnya, sukar larut dalam air ,dan lebih mudah patah (brittle).

    Secara umum, dolomit lebih porous dan permeable dibandingkan limestone.

  • 17

    Saat Sedimen terakumulasi, mineral yang kurang stabil mengkristal kembali atau tejadi

    rekristalisasi, menjadi yang lebih stabil. Proses ini umumnya terjadi pada batu gamping terumbu

    yang porous. Mineral aragonite (dalam koral hidup), lama-kelamaan berkristalisasi menjadi

    bentuk polimorfinya, yaitu kalsit.

    Aktifitas organisme terjadi pada awal proses diagenesis segera setelah material sedimen

    mengalami pengendapan. Aktifitas organisme mempercepat atau memacu terjadi proses

    diagenesis lainnya. Organisme yang menyebabkan proses ini dapat merupakan organisme yang

    sangat kecil (mikrobia) dimana aktifitas jasad renik sangat berhubungan dengan proses

    dekomposisi material organik. Proses dekomposisi material organik akan mempengaruhi pH dan

    Eh air, sehingga mempercepat terjadinya reaksi kimia dengan mineral penyusun sedimen.

    Proses kompaksi (gambar 2.9) pada umumnya terjadi akibat terbebaninya lapisan akibat

    sedimen yang berada diatasnya, sehingga menyebabkan hubungan antar butir menjadi lebih

    dekat dan juga air yang terkandung dalam pori-pori lapisan tertekan keluar. Dengan demikian

    volume batuan sedimen yang terbentuk menjadi lebih kecil, namun sangat kompak.

    Gambar 2.9 Butiran batuan sebelum kompaksi (kiri), dan sesudah kompaksi (kanan)

    Dalam kompaksi kimia terjadi proses Inversi, yaitu proses penggantian mineral oleh

    bentuknya yang lain biasanya terjadi pada mineral yang polimorf (mineral dengan komosisi

    kimia sama tetapi bentuknya berbeda. Contohnya adalah perubahan mineral aragonite

    (CaCO3 ortorombik) menjadi kalsit (CaCO3 romhedaral). Contoh lain adalah perubahan dari opal

    A (SiO2 amorf) menjadi opal CT yang mengandung kristobalit (SiO2 ortorombik). Proses ini

    biasanya bersamaan dengan proses rekristalisasi.

  • 18

    BAB III

    PENUTUP

    3.1 Kesimpulan

    Petrologi adalah bidang geologi yang berfokus pada studi mengenai batuan dan kondisi

    pembentukannya. Ada tiga cabang petrologi, berkaitan dengan tiga tipe batuan, yaitu : beku,

    metamorf, dan sedimen. Batuan beku merupakan batuan penyusun kerak bumi yang berasal

    dari pembekuan magma. Batuan endapan atau batuan sedimen adalah salah satu dari tiga

    kelompok utama batuan (bersama dengan batuan beku dan batuan metamorfosis) yang

    terbentuk melalui tiga cara utama: pelapukan batuan lain (clastic); pengendapan (deposition)

    karena aktivitas biogenik; dan pengendapan (precipitation) dari larutan.

    3.2 Saran

    Diharapkan dari resume ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih dalam mengenai

    batuan secara umum.

  • 19

    DAFTAR PUSTAKA

    Best, M.G. 2003. Igneous and Metamorphic Petrology. Blackwell Publishing, Melden,

    729h.

    Grotzinger, J. and Jordan, T.H. 2010. Understanding Earth. 6th Edition. W.H. Freeman,

    Hefferan, K. and O'Brien, J. 2010. Earth Materials. Willey-Blackwell, Chichester, 608h.

    I Wayan Warmada. Laboratorium Bahan Galian. Jurusan Teknik Geologi FT-UGM.

    Http://warmada.staff.ugm.ac.id

    Schmincke, H.U. 2004. Volcanism, Springer-Verlag, Berlin Heidelberg New York, Jerman.

    Waluya, B. 2009. Memahami Geografi 1 SMA/MA : Untuk Kelas X, Semester 1 dan 2.

    Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 286.

    Winter, J. .2001. An Introduction to Igneous and Metamorphic Petrology. Prentice-Hall.