Resume Perfect

17
3.1 Poin Awal Masa Makroekonomi berawal pada tahun 1930-an. Dekade ini menyaksikan kemajuan substansial dalam studi persoalan ekonomi agregatif. Gerakan yang menetukan pendapatan, pekerjaan, dan harga telah menerima perhatian yang lebih besar sejak pergantian abad, setelah lama di mana persoalan mikroekonomi mendominasi bidang ekonomi. Depresi besar (the great depression) pada tahun 1929 menambah urgensi untuk mempelajari persoalan ilmu ekonomi makro. Hasil dari penelitian ini adalah teori "siklus bisnis" dan disertai ketentuan-ketentuan kebijakan untuk menstabilkan kegiatan ekonomi. Satu teori dan seperangkat kebijakan meluas di bidang ekonomi makro dan menjadi ortodoksi baru dalam pemikiran ekonomi makro. Buku yang berisi teori ini adalah The General Theory of Employment, Interest and Money, oleh John Maynard Keynes, dan proses perubahan dalam pemikiran ekonomi yang dihasilkan dari karya ini disebut revolusi Keynesian. Sebelum depresi besar, para ekonom menerapkan model- model ilmu ekonomi mikro, yang terkadang disebut Makroekonomi Klasik: Keseimbangan Output Dan Tenaga Kerja

description

feferrr

Transcript of Resume Perfect

3.1 Poin Awal

( Masa Makroekonomi berawal pada tahun 1930-an. Dekade ini menyaksikan kemajuan substansial dalam studi persoalan ekonomi agregatif. Gerakan yang menetukan pendapatan, pekerjaan, dan harga telah menerima perhatian yang lebih besar sejak pergantian abad, setelah lama di mana persoalan mikroekonomi mendominasi bidang ekonomi. ( Depresi besar (the great depression) pada tahun 1929 menambah urgensi untuk mempelajari persoalan ilmu ekonomi makro.

( Hasil dari penelitian ini adalah teori "siklus bisnis" dan disertai ketentuan-ketentuan kebijakan untuk menstabilkan kegiatan ekonomi. Satu teori dan seperangkat kebijakan meluas di bidang ekonomi makro dan menjadi ortodoksi baru dalam pemikiran ekonomi makro. Buku yang berisi teori ini adalah The General Theory of Employment, Interest and Money, oleh John Maynard Keynes, dan proses perubahan dalam pemikiran ekonomi yang dihasilkan dari karya ini disebut revolusi Keynesian. Sebelum depresi besar, para ekonom menerapkan model-model ilmu ekonomi mikro, yang terkadang disebut sebagai model klasik atau ekulibrium pasar, pada masalah ekonomi secara luas.3.2 Revolusi Klasik

Ekonomi klasik muncul sebagai penentang ortodoksi kuno, doktrinnya diketahui sebagai paham merkantilisme. Gagasan merkantilisme berhubungan dengan peningkatan negara-negara di Eropa selama abad keenam dan ketujuh.

Dua prinsip merkantilisme yang ditentang para penulis klasik yaitu (1) bullionism, keyakinan bahwa kesehatan dan kekuatan negara ditentukan oleh persediaan logam mulia, dan (2) keyakinan atas kebutuhan akan tindakan negara untuk mengarahkan perkembangan sistem kapitalis. Berbeda dengan merkantilisme, ekonomi klasik menekankan kepentingan faktor real yang ditentukan oleh whealth of nation dan menekankan kecenderungan mengoptimalkan pasar bebas ketika tidak adanya kontrol negara. Analisis klasik terutama analisis real : pertumbuhan ekonomi dari hasil peningkatan persediaan faktor produksi dan kemajuan produksi teknologi. Disini, uang berperan dalam memfasilitasi transaksi yaitu alat tukar. Kebanyakan pertanyaan sebenarnya dalam ekonomi dapat dijawab tanpa menganalisis perputaran uang. Ekonomi klasik tidak mempercayai pemerintah dan menekankan pada keselarasan individu dan bunga nasional ketika pasar tak terkekang oleh regulasi pemerintah, kecuali kepentingan untuk melihat bahwa pasar tetap kompetitif. Kedua aspek dari ekonomi klasikmenekankan pada faktor riil dan percaya pada keberhasilan mekanisme pasar bebasdikembangkan dalam kontroversi tentang persoalan jangka panjang, perhatian tentang faktor-faktor penentu pembangunan ekonomi jangka panjang. Posisi klasik pada permasalahan jangka panjang adalah, bagaimanapun, kepentingan dalam membentuk pandangan ekonomi klasik pada persoalan jangka pendek. Kritik terhadap bullionism menyebabkan ekonomi klasik menekankan bahwa uang tidak mempunyai nilai intrinsik. Uang hanya dipegang untuk alat pembelian. Ekonomi klasik fokus pada peran uang sebagai alat tukar. Peran lain yang dimainkan uang dalam pandangan merkantilisme adalah sebagai memacu aktivitas ekonomi. Dalam jangka pendek, argumen merkantilisme, peningkatan kuantitas uang dapat meningkatkan permintaan comoditas (barang) dan dapat menstimulus produksi dan tenaga kerja. Bagi ekonom klasik meletakkan peran ini pada uang dalam menentukan variabel-variabel riil, sekalipun dalam jangka pendek, adalah berbahaya mengingat pertimbangan mereka terhadap pentingnya uang. Kritik klasik pada merkantilisme dilihat dari kebutuhan akan tindakan Negara untuk mengatur sistem kapitalis juga memiliki implikasi jangka pendek bagi analisis makro ekonomi. Satu peran bagi tindakan Negara dalam pandangan merkantilisme adalah untuk memastikan pasar penuh dengan semua barang produksi. Ekonomi klasik menganggap bahwa mekanisme pasar bebas dapat bekerja untuk menyediakan pasar barang dengan barang apapun yang diproduksi. Dalam doktrin klasik, pada agregat, produksi dari kuantitas output di masa mendatang akan menghasilkan permintaaan yang cukup untuk output tersebut.

Terdapat dua ciri-ciri dari analisis klasik yang muncul sebagai bagian dari kritik merkantilisme:

1. Ekonomi klasik menekankan pada peran nyata menentang faktor moneter yang ditentukan oleh variabel riil seperti output dan pekerja. Uang mempunyai peran dalam ekonomi hanya sebagai alat tukar.

2. Ekonomi klasik menekankan pada kecenderungan menyesuaikan diri dengan ekonomi. Kebijakan pemerintah untuk memastikan permintaan yang memadai untuk output dianggap oleh ekonom klasik menjadi tidak perlu dan umumnya berbahaya. 3.1 Produksi

Fungsi produksi merangkum hubungan antara total input dan total output dengan asumsi teknologi di masa mendatang. Fungsi produksi menunjukan hasil dari tingkat output dan dapat ditulis sbb:

Y = F(K,N)(3.1)Dimana Y adalah output riil, K adalah persediaan modal dan N adalah kuantitas input tenaga kerja yang merata. Pada jangka pendek, persediaan modal diasumsikan tetap, ditunjukan oleh garis diatas simbol huruf K. Teknologi dan masyarakat juga diasumsikan konstan pada periode tertentu. Untuk periode jangka pendek, variasi output hanya dengan variasi pada input tenaga kerja (N) diambil dari masyarakat tetap.

Pada 3.1, Hubungan antara perubahan input tenaga kerjadan menghasilkan perubahan output, berpegang pada modal konstan, K.

Pada gambar diatas , fungsi produksi Y = F(K,N), mengindikasikan output dapat diproduksi oleh peamanfaatan yang efisien dari setiap tenaga kerja. Digambarkan fungsi produksi mempunyai beberapa karakteristik tingkat bunga. Pada tingkat akhir input tenaga kerja, fungsi diasumsikan sebagai garis lurus. Slope meningkat pada total output bagi tambahan input tenaga kerja di masa yang akan datang, garis lurus pada fungsi produksi menunjukan skala pengembalian konstan. Pada tingkat sangat rendah atas pemanfaatan tenaga kerja, hal ini mungkin dianggap bahwa penambahan pekerja dapat diterapkan untuk memberi jumlah tambahan gedung dan peralatan tanpa mengurangi produktivitas pekerja yang disewakan. Pada kebanyakan bagian, bagaimanapun, kita menganggap situasi dimana menambahkan tenaga kerja tambahan akan meningkatkan toal output, tapi kenaikan tenaga kerja menghasilkan penurunan output karena lebih banyak tenaga kerja yang menganggur. Sebagian dari fungsi produksi menunjukan diminishing return to scale. Pengembalian negatif terjadi ketika penambahan tenaga kerja menghasilkan penurunan total output.

Pada gambar diatas, kita merencanakan perubahan output atas perubahan pemberian input tenaga kerja. Hal ini dinamakan marginal product of labor (MPN). MPN merupakan kemiringan dari fungsi produksi (Y/N) pada gambar 3.1a. Pada range constan return, N meningkat dan grafiknya berupa garis lurus datar. Lebih banyak tenaga kerja yang diperkejakan walaupun slope menjadi negatif, mengindikasikan bahwa penambahan produk dari setiap pekerja yang dipekerjakan adalah positif, itu akan berkurang ketika penambahan produk pada pekerja sebelumnya. Produk marginal dari penambahan tenaga kerja menurun lurus pada daerah negative return.

Fungsi produksi jangka pendek pada gambar diatas berhubungan dengan teknologi yang menentukan tingkat output yang diberikan dari input tenaga kerja. Persediaan modal , skill dan teknologi dianggap konstan. Ekonomi klasik mengasumsikan kuantitas tenaga kerja yang tidak bekerja dapat ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran pada pasar tenaga kerja.

3.4 Ketenagakerjaan

Ciri khas analisis klasik pasar tenaga kerja mengasumsikan bahwa pasar bekerja dengan baik. Perusahaan dan individu bekerja secara optimal. Mereka mempunyai informasi sempurna mengenai harga yang relevan. Tidak ada halangan untuk menyesuaikan upah uang.

Permintaan Tenaga Kerja Permintaan tenaga kerja agregat ditentukan oleh pertimbangan permintaan tenaga kerja pada perusahaan perorangan. Dalam model klasik, persaingan sempurna adalah perusahaan yang memilih output untuk memaksimalkan laba. Pada jangka pendek, outputnya bervariasi hanya diubah input tenaga kerja untuk memilih level output dan kuantitas dari tenaga kerja. Persaingan sempurna akan meningkatkan output hingga marginal cost produksi suatu unit dari suatu output sama dengan marginal revenue. Pada persaingan sempurna marginal revenue sama dengan harga produk. Marginal cost(MC) sama dengan upah nominal(W) dibagi dengan marginal product of labor(MPN)

MCi = W/MPNi(3.2)Untuk jangka pendek, maksimalisasi laba dalam pasar persaingan murni adalah:

P = MCi(3.2a)Menggantikan marginal cost (MC) dari (3.2) menjadi (3.2a) menunjukan laba maksimal jangka pendek pada perusahaan pembeli tenaga kerja dalam pasar untuk suatu input:

P = W/MPNi(3.3)Dalam pasar input, perusahaan memaksimalkan laba dengan memperkerjakan tenaga kerja dimana MR = MC; dipasar ini, dimana P=W/MPN, multiplier keduanya sama dengan MPN dan dibagi kedua sisi dengan P dengan fungsi:

W/P = MPNi(3.4)Laba maksimal dapat dijelaskan : perusahaan akan menyewa hingga titik dimana tambahan output dengan mempekerjakan seorang pekerja lain (MPN) yang sama dengan upah riil (W/P) pembayaran untuk sewa pekerja. Dengan fungsi:

W = MPNiP(3.5)3.5 mengindikasikan kondisi laba maksimal dalam upah nominal. Perusahaan akan menyewa hingga titik dimana pendapatan dari tambahan produksi oleh satu pekerja lain(MPN.P) sama dengan upah riil yang dibayarkan pada pekerja.

Laba maksimal dari kuantitas permintaan tenaga kerja oleh perusahaan pada setiap tingkat dari upah riil yang diberikan oleh input kuantitas tenaga kerja sama dengan upah riil dan MPN.Untuk setiap upah riil, kurva ini akan memberikan jumlah kuantitas permintaan input tenaga kerja oleh perusahaan dalam perekonomian. Kita menulis fungsi permintaan tenaga kerja aggregate ini sebagai

Nd = f (3.6)(3.6)

()Penawaran Tenaga KerjaHubungan terakhir yang diperlukan untuk menentukan pekerjaan dan juga output dalam sistem klasik adalah kurva penawaran tenaga kerja. Jasa tenaga kerja ditawarkan oleh pekerja individu (rumah tangga) dalam ekonomi. Para ekonom klasik berasumsi bahwa individu berupaya memaksimalkan kepuasan. Level kepuasan bergantung secara positif pada kedua pendapatan riil, yang memberi individu kepemilikan penuh atas barang dan jasa, serta waktu luang. Bagaimanapun, terdapat sebuah trade-off antara dua tujuan karena kenaikan pendapatan dengan bekerja dapat mengurangi waktu luang.

Sebagai contoh, gambar 3.3a mengilustrasikan bagaimana individu menghadapi pilihan. Titik sepanjang kurva ini adalah kombinasi dari pendapatan dan waktu luang yang memberikan kepuasan yang sama pada individu.

Slope pada kurva indefferent memberikan tingkat dimana individu akan menjual waktu luangnya untuk pendapatan. Faktanya, biaya dari pemilihan setiap jam dari waktu luang adalah upah riil, W/P, sejak itu individu memilih untuk tidak bekerja pada setiap waktu luangnya.

(figure 3.3)

Penawaran tenaga kerja individu (rumah tangga)Bagian a menggambarkan tenaga kerja individu-pilihan waktu luang. Rumah tangga (individu) akan menawarkan tenaga kerja (Nsj) pada angka dimana tingkat tenaga kerja yang mungkin dijual di pasar, yang mana diberikan upah riil (W/P). Pada upah riil 2.0, individu akan memilih 18 jam waktu luang, point A pada grafik Income-Leisure Trade-Off. Jam kerja yang terpilih kemudian menjadi 6 jam (24 jam/hari 18 jam waktu luang). Hal ini ditunjukkan pada point A pada kurva penawaran tenaga kerja. Pada upah riil 3.0, individu akan memilih 16 jam waktu luang, point B pada grafik Income-Leisure Trade-Off. Jam kerja yang dipilih menjadi 8 jam (24 jam/hari 16 jam waktu luang). Ini ditunjukkan pada point B pada kurva penawaran tenaga kerja. Pada upah rill 4.0 , individu akan memilih 15 jam waktu luang, point C pada grafik Income-Leisure Trade Off. Jam kerja yang dipilih akan menjadi 9 jam. (24 jam/hari 15 jam waktu luang). Ini ditunjukkan pada point C pada kurva penawaran tenaga kerja.Kurva penawaran tenaga kerja agregat dapat ditulis sebagai: Ns = g

(3.7) (+)

Dua ciri-ciri dari teori penawaran tenaga kerja klasik perlu dibahas lebih lanjut. Pertama, diketahui bahwa variabel upah merupakan upah riil. Penawaran tenaga kerja menentukan upah riil, bukan upah nominal. Pekerja menerima kepuasan terakhir dari konsumsi, dan menciptakan tenaga kerja-keputusan waktu luang, individu terkait dengan kepemilikan barang dan jasa yang diterima untuk satu unit tenaga kerja.

Kedua, melalui bentuk dari figur 3.3, kurva penawaran tenaga kerja berslope positif; banyak tenaga kerja berasumsi untuk menawarkannya pada tingkat upah riil lebih tinggi.

Pada harga yang lebih tinggi, kita berasumsi bahwa pekerja akan memilih mengurangi waktu luangnya. Efek ini menganalogikan pada subtitution effect dalam teori permintaan konsumen. Terdapat efek yang lain: sepadan dengan income effect pada teori permintaan konsumen. Dalam hal ini, income effect lebih berat daripada subtitution effect; kurva penawaran tenaga kerja mengasumsikan sebuah slope negatif dan berbelok ke arah sumbu vertikal. Meskipun fakta empiris pada pernyataan ini tidak meyakinkan, kita akan mengasumsikan bahwa untuk tingkat upah yang telah diamati di negara industri, kurva penawaran tenaga kerja aggregat berslope positif; subtitution

3.5Keseimbangan Output dan Tenaga Kerja

Penentu Output dan Tenaga Kerja

Fungsi produksi digeser oleh perubahan teknis yang mengubah jumlah output yang akan datang untuk tingkat input yang diberikan. Seperti digambarkan dalam gambar 3.4b, fungsi produksi juga bergeser sebagai perubahan modal dari waktu ke waktu. Kurva permintaan tenaga kerja adalah produk marjinal kurva tenaga kerja, kemiringan fungsi produksi. Akibatnya, posisi kurva permintaan tenaga kerja akan bergeser jika produktivitas tenaga kerja berubah karena perubahan teknis atau formasi modal. Dari derivasi atas kurva penawaran tenaga kerja, kita dapat melihat bahwa hubungan ini akan berubah sebagai ukuran perubahan angkatan kerja. Pertumbuhan penduduk, misalnya, akan menggeser kurva penawaran tenaga kerja ke kanan. Kurva penawaran tenaga kerja juga akan bergeser dengan perubahan preferensi individu mengenai tenaga kerja waktuluang trade-off (yaitu, U1, U2, U3 pada Gambar 3.3a) Sebuah ciri umum dari faktor penentu output dalam model klasik adalah bahwa semua variabel yang mempengaruhi sisi penawaran pasar untuk output sejumlah perusahaan memilih untuk memproduksi. Dalam model klasik, tingkat output dan kesempatan kerja ditentukan hanya oleh faktor penawaran seperti itu. Dalam model klasik, output bukanlah fungsi dari harga. Sebagai perubahan harga upah uang berubah secara proporsional. Upah riil tidak berubah. Keseimbangan tenaga kerja tidak berubah, dan karena itu, output tidak berubah. Faktor-faktor yang Tidak Mempengaruhi Output

Hal ini menarik untuk mempertimbangkan faktor-faktor yang tidak akan mempengaruhi output dan kesempatan kerja dalam model klasik. Karena output dan kesempatan kerja ditentukan oleh penawaran, tingkat permintaan agregat tidak akan berpengaruh terhadap output. Faktor-faktor seperti kuantitas atau uang, tingkat pengeluaran pemerintah, dan tingkat permintaan barang investasi oleh sektor bisnis merupakan faktor-faktor sisi permintaan yang tidak memiliki peran dalam menentukan output dan kesempatan kerja.

Faktor-faktor yang mempengaruhi output Dalam sistem klasik, kita telah melihat bahwa perubahan harga tidak mempengaruhi variabel riil dalam sistem: upah riil, tingkat pekerjaan, atau output riil. Gambar 3.7 memberikan contoh perubahan output karena mempengaruhi fungsi produksi dan pasar tenaga kerja agregat. Kita akan mulai dari titik ekuilibrium A pada fungsi produksi, pasar tenaga kerja, dan dengan kurva penawaran agregat Ys1, dengan tingkat keseimbangan upah riil, (W / P)1, tenaga kerja, N1, dan output, Y1. Misalkan dibeli modal baru yang memiliki level yang lebih tinggi dari teknologi dan meningkatkan produk marjinal setiap pekerja. Hal ini akan menggeser fungsi produksi ke atas, karena output dari setiap pekerja tambahan akan lebih besar. Fungsi produksi baru ditetapkan sebagai Y = F (K2, N). Karena produk marjinal tenaga kerja (MPN) meningkat, permintaan untuk tenaga kerja meningkat (harga konstan). Di pasar tenaga kerja, karena permintaan tenaga kerja bergeser ke atas dan ke kanan, perubahan keseimbangan dari titik A ke titik B. Karena kenaikan upah riil, pekerja akan bersedia untuk bekerja lebih, dan meningkatkan keseimbangan tenaga kerja dari N1 ke N2. Memasukkan tingkat tenaga kerja baru, N2, ke dalam fungsi produksi menunjukkan bahwa output meningkat ke Y2. Dalam Gambar 3.7c, kurva penawaran agregat bergeser dari Ys1 ke Ys2. Output riil telah meningkat dari Y1 ke Y2.

Kesimpulan

Ciri mencolok dari model klasik adalah sifat penawaran ditentukan dari output riil dan kesempatan kerja. Ini milik model berikut dari kurva penawaran agregat vertikal. Kurva penawaran agregat klasik vertical karena asumsi yang telah kita buat tentang pasar tenaga kerja. Hal ini bermanfaat untuk mengenali secara eksplisit sifat asumsi ini. Secara umum, penggambaran sebelumnya dari tenaga kerja dan pasar produk dapat dicirikan oleh pasar lelang berjangka. Tenaga Kerja dan output diasumsikan diperdagangkan di pasar yang terus-menerus dalam keseimbangan dan di mana semua peserta membuat keputusan berdasarkan tingkat upah riil dan harga produk yang disepakati. Sebuah pasar kontemporer yang memiliki karakteristik serupa dengan ini akan menjadi bursa. Dua asumsi implisit dalam representasi klasik pasar tenaga kerja ini adalah sebagai berikut: 1 Harga dan upah fleksibel secara sempurna

2 Informasi yang sempurna pada seluruh pelaku pasar tentang harga pasar. Untuk periode waktu apa pun kita mengasumsikan bahwa model ekuilibrium menentukan kesempatan kerja dan output, keseimbangan harus dicapai. Jika model seperti itu adalah untuk menjelaskan kesempatan kerja dan output dalam jangka pendek, harga dan upah harus sangat fleksibel dalam jangka waktu tersebut. Karakterisasi pasar lelang dari pasar tenaga kerja juga mensyaratkan bahwa pelaku pasar memiliki informasi yang sempurna tentang harga pasar. Kedua pemasok dan pembeli tenaga kerja harus mengetahui harga perdagangan yang relevan. Kondisi ini memerlukan bahwa ketika menjual dan membeli tenaga kerja dengan upah uang yang diberikan (W), baik pekerja dan pengusaha tahu kepemilikan penuh dari komoditas yang akan ditimbulkan dari upah tersebut. Makroekonomi Klasik: Keseimbangan Output

Dan Tenaga Kerja

Gambar 3.1a Kurva Fungsi Produksi

Gambar 3.1b Kurva Produk Marginal Tenaga Kerja