RESUME hemostatis dan koagulasi
-
Upload
yusi-yukiss-finie -
Category
Documents
-
view
135 -
download
12
description
Transcript of RESUME hemostatis dan koagulasi
HEMOSTASIS DAN KOAGULASI
GANGGUAN SIRKULASI
1. Pengertian Hemostasis
Tubuh manusia sering mengalami robekan kapiler halus dan kadang-kadang memutus
pembuluh darah yang lebih besar. Tubuh mampu menghentikan pendarahan dari
pembuluh halus tetapi tidak mempu untuk mengendalikan pendarahan dari pembuluh
besar tanpa bantuan eksternal. Pengendalian pendarahan terjadi dalam dua proses, yaitu
pembentukan sumbatan trombosit diikuti dengan pembentukan bekuan darah. Proses ini
bersifat interdependen dan terjadi berurutan satu sama lain dalam rangkaian proses yang
cepat. Pengendalian proses pendarahan disebut hemostasis.
Hemostasis adalah istilah kolektif untuk semua mekanisme yang digunakan oleh tubuh
untuk melindungi diri dari kehilangan darah. Hemostasis adalah proses tubuh yang secara
simultan menghentikan pendarahan dari tempat cedera, sekaligus mempertahankan darah
dalam keadaan cair di dalam kompartemen vaskular. Hemostasis melibatkan kerja sama
terpadu antara beberapa system fisiologik yang saling berkaitan.
Jika pembuluh darah pertama kali mengalami cedera, terjadi vasokontriksi untuk
mengurangi aliran darah ke daerah cedera. Trombosit segera mulai menempel ke endotel
yang rusak, dan mengakibatkan pembengkakan serta melakukan agregasi di area cedera.
Proses ini menciptakan sumbatan hemostasis primer dan menghentikan kehilangan darah
sementara. Alur koagulasi intrinsic dipicu saat granula di dalam trombosit hancur dan
melepaskan zat kimia ke aliran darah, sementara zat yang dilepaskan oleh endotel yang
rusak memicu alur koagulasi ekstrinsik. Alur ini merupakan bagian kaskade koagulasi.
Terdapat mekanisme umpan balik untuk membatasi pembentukan bekuan darah di area
yang rusak setelah terjadi koagulasi. Saat terbentuk, fibrin mengabsorbsi thrombin guna
menghentikan proses koagulasi. Saat jaringan yang rusak diperbaiki, system fibrinolisis
diaktivasi untuk melarutkan bekuan, yang terjadi melalui kerja enzim proteolitik, yaitu
plasmin.
Kegagalan hemostasis menimbulkan pendarahan; kegagalan mempertahankan darah dalam
keadaan cair menyebabkan thrombosis. Baik pendarahan maupun thrombosis sangat
1
sering terjadi dan merupakan masalah klinis yang berbahaya. Menentukan gangguan/defek
yang menyebabkan perdarahan.
2. Peran Trombosit Dalam Hemostasis
Trombosit berperan penting dalam kedua proses hemostasis. Trombosit dalam keadaan
normal bersirkulasi ke seluruh tubuh melalui aliran darah tanpa menempel di sel-sel
endotel vaskular. Akan tetapi, dalam beberapa detik setelah kerusakan suatu pembuluh,
trombosit tertarik ke daerah tersebut sebagai respons terhadap kolagen yang terpajan di
lapisan subendotel pembuluh darah yang mengalami kerusakan. Trombosit melekat ke
protein yang menunjukkan adanya kerusakan permukaan pembuluh darah, dan
mengeluarkan beberapa zat kimia vasoaktif, termasuk serotonin dan adenosine difosfat
(ADP). Serotonin menyebabkan vasokonstriksi, yang membantu penurunan aliran darah
ke area luka sehingga membatasi pendarahan. Serotonin dan zat kimia lainnya, termasuk
ADP, juga menyebabkan trombosit berubah bentuk dan menjadi lengket, dimulai dengan
proses pembentukan yang disebut sumbat atau plak trombosit di dalam pembuluh darah
yang rusak. Trombosit yang lainnya ditarik ke area luka dan selanjutnya membentuk
sumbatan. Tromboksan A2 dihasilkan dari trombosit dan membantu untuk menarik lebih
banyak trombosit ke area luka. Fibrinogen, adalah suatu protein plasma yang bersirkulasi,
menghubungkan antara area yang terpajan tombosit, menciptakan suatu jembatan untuk
membantu menstabilisasi sumbatan yang terbentuk. Sumbat trombosit tersebut secara
efektif menambal darah yang luka. Jika terjadi defisiensi salah satu faktor yang terlibat
dalam proses pembentukan akan menyebabkan perdarahan yang berlebihan bahkan pada
robekan kapiler yang halus sekalipun.
3. Pembatasan Fungsi Trombosit
Peminbunan trombosit yang berlebihan dapat menyebabkan penurunan aliran darah ke
jaringan yang memanjang atau mengakibatkan sumbatan menjadi sangat besar sehingga
terlepas dari tempat semula dan mengalir ke hilir sebagai embolus, yang menyumbat aliran
ke hilir. Untuk mencegah pembentukan emboli, sel-sel endotel terdekat yang tidak cedera
melepas zat lain yang dapat membatasi lamanya agregrasi trombosit. Zat utama yang
dilepas sel-sel endotel terdekat yang tidak cedera tersebut untuk membatasi kecepatan
agregasi trombosit adalah prostaglandin I2, yang juga disebut prostasiklin, dan
oksidanitrat, yang merupakan vasodilator penting.
2
Pada akhirnya, keseimbangan antara faktor pro-pembekuan dan antipembekuan untuk
menyeimbangkan trombosit aktif di area cedera sekaligus mencegah agregasi trombosit
yang berlebihan dan mencegah sumbat trombosit menyebar ke jaringan vaskular yang
tidak cedera
4. Bekuan Darah
Sumbat trombosit menjadi bekuan sejati seiring dengan pembesaran ukuran dan
menghambat sirkulasi sel-sel darah merah dan makrofag. Keseluruhan bekuan distabilkan
dan diperkuat jaringan serabut fibrin, yang dihasilkan dari serabut fibrinogen. Produksi
fibrin yang stabil merupakan langkah akhir pada komponen lain yang penting dalam
hemostasis, disebut kaskade koagulasi.
5. Reaksi Koagulasi
Reaksi koagulasi mengakibatkan serangkaian faktor atau protein koagulasi yang diaktifkan
dengan cara seperti domino yang mengakibatkan koagulasi (pembekuan darah). Terdapat
total 13 protein yang terlibat dalam jalur koagulasi; sebagian diaktifkan di jalur intrinsik
dan sebagian diaktifkan di jalur ekstrisik. Pada kebanyakan kondisi fisologis; proses
koagulasi terjadi pertama kali melalui jalur ekstrinsik; dengan aktifnya jalur ekstrinsik
kemudian memperkuat jalur intrinsic. Kedua jalur tersebut pada akhinya bekerja sama dan
berfungsi dengan pengaktifan salah satu protein, yaitu faktor X; penghubung jalur
ekstrinsik dan jalur instriksik pada faktor X ini disebut jalur akhir. Faktor X bertangguang
jawab untuk mengubah protombin protein plasma menjadi thrombin. Trombil adalah
katalis kunci yang mengatur perubahan fibrinogen menjadi fibrin dan menyebabkan
koagulasi. Thrombin juga bekerja sebagai umpan balik positif untuk menstimulasi protein
yang terlibat dalam produksinya sendiri, yang selanjutnya membentuk kaskade koagulasi.
Jalur intrinsic dimulai dengan aktivasi faktor koagulasi dalam darah, faktor XII yang juga
disebut faktor Hageman. Faktor XII diaktifkan apabila faktor ini kontak dengan jaringan
vaskular yang rusak. Pada akhirnya, aktivasi faktor XII memicu terjadinya perubahan
protombin menjadi thrombin. Faktor XI dan IX merupakan langkah intermediet yang
penting dalam kaskade, dan faktor V dan VIII merupakan kofaktor yang penting. Jika
terjadi kekurangan salah satu faktor ini dapat mengganggu proses koagulasi.
Jalur ekstrinsik, merupakan proses yang menstimulasi koagulasi, dimulai dengan
pelepasan faktor III ke sirkulasi, yang juga disebut faktor jaringan atau tromboplastin, dari
3
sel endotelial vaskular yang cedera. Ketika faktor jaringan bertemu dengan faktor
koagulasi lainnya yang bersirkulasi di dalam plasma, faktor VII, kaskade ekstrinsik
distimulasi, yang akhirnya menghasilkan faktor X. Jalur ekstrinsik juga dapat
mengaktivasi jalur intrinsic melalui aktivasi faktor IX.
Darah tidak secara terus-menerus dan berlebihan membeku walaupun faktor XII dan VII
selalu ada dalam sirkulasi karena sel endotel yang sehat bersifat halus dan utuh. Dengan
demikian, sel-sel tersebut tidak secara langsung mengaktifkan faktor XII atau
menghasilkan faktor jaringan dan mengaktivasi faktor VII. Endotel vaskular yang sehat
menolak faktor-faktor pembekuan dan trombosit. Hanya jika endotel rusak oleh trauma,
infeksi, gaya-gaya akibat hipertensi kronis, atau penimbunan lemak dan kolesterol yang
dapat memicu pembentukan bekuan.
Karena beberapa faktor koagulasi dihasilkan di hati dalam reaksi yang selalu melibatkan
vitamin K, penyakit hati atau defisiensi vitamin K dapat mengganggu pembentukan
faktor-faktor koagulasi dan menyebabkan pendarahan.
6. Antikoagulan
Antikoagulan terdapat di dalam darah untuk mencegah terbentuknya bekuan. Sebagai
contoh, protein antitrombin dilepaskan oleh sel endotel yang rusak dan memfungsikan
thrombin yang inaktif. Hal yang paling penting adalah, antitrombin III sendiri dapat
diaktifkan oleh heparin, suatu antikoagulan yang diproduksi sel mast dan basofil dalam
berespons terhadap cedera jaringan dan proses inflamasi. Zat lain, yang disebut inhibitor
faktor jaringan, bersirkulasi di dalam plasma dan berikatan dengan faktor jaringan (faktor
III), langsung memblok aktivasi dan mengganggu jalur ekstrinsik. Pada akhirnya sel
endotel yang tidak cedera mensekresi prostasiklin dan oksidanitrat, yang membatasi proses
agregasi trombosit sehingga dapat menurunkan koagulasi.
Obat antikoagulan tersedia, antara lain asparin penghambat prostaglandin, yang dalam
dosis rendah menghambat produksi tromboksan A2 tetapi bukan prostaglandin I2, dan
antikoagulan oral seperti warfarin. Obat lain yang tersedia tidak dapat mencegah
pembekuan, tetapi dapat mencegah sebelum terbentuk bekuan. Contoh obat ini, disebut
agen trombolitik, antara lain streptokinase dan t-PA; agens trombolitik berperan penting
dalam terapi awal infark miokard dan stroke trombotik.
4
PEMERIKSAAN LABORATORIUM DARAH
1. Hitung Darah Lengkap dengan Deferensial
Darah sering diperiksa untuk mengetahui keadekuatan jumlah sel dan fungsinya.
Pemeriksaan yang paling sering dilakukan adalah hitung darah lengkap, yang memberi
informasi jumlah, konsentrasi, dan karekter fisik sel darah merah, sel darah putih, dan
trombosit yang ada di dalam sampel darah vena. Hitung darah lengkap bergantung usia
dan paad tingkat yang lebih rendah, bergantung jenis kelamin. Latihan atau olahraga,
status reproduksi, dan berbagai jenis obat dapat menyebabkan deviasi hasil pemeriksaan.
Hitung darah lengkap diferensial digunakan sebagai bagian dari pemeriksaan fisik, untuk
penapisan kondisi fisik, dan untuk menentukan kesehatan praoperatif. Hitung darah
lengkap juga digunakan untuk mengevaluasi tingkat keberhasilan terapi.
Ukuran sel darah merah ditunjukkan dengan mean corpuscular volume (MCV) atau
volume korpuskular rata-rata dan mean corpuscular hemoglobin concretation (MCHC)
atau konsentrasi hemoglobin korpuskular rata-rata yang memberi informasi tambahan
pada pasien penderita anemia. Sel darah merah juga diperiksa RDW (red cell size
distribution width) di dalam sampel darah. Jika RDW tinggi, hal ini berarti ada rentang
ukuran sel darah merah yang cukup luas di dalam sampel darah. RDW bermanfaat untuk
membedakan jenis-jenis anemia yang hampir sama. Sebagai contoh, pasien dengan sel
darah mikrositik (kecil) yang memiliki RDW normal dapat mengalami abnormalitas
hemoglobin seperti talasemia, sementara pasien dengan sel mikrositik yang hampir sama
tetapi RDW tinggi, maka lebih cenderung mengalami defisiensi zat besi. Kombinasi nilai
sel darah merah lainnya memberi penanda yang berbeda untuk etilogi gangguan darah.
Pemeriksaan darah lainnya antara lain golongan darah ABO dan antigen Rh serta
pemeriksaan untuk mengidentifikasi adanya mikroorganisme dan titer antibody. Laju
sedimentasi eritrosit (laju SED) adalah pemeriksaan yang mengevaluasi kecenderungan sel
darah merah untuk berpisah dari bagian darah yang tidak membeku dalam satu jam.
Pemeriksaan ini berdasarkan fakta bahwa inflamasi dan proses lain yang hampir sama
menstimulasi hepar untuk melepaskan sejumlah protein ke dalam darah, yang
menyebabkan sel darah beragregasi bersama-sama, menjadi lebih berat dan akhirnya
mengendap di bagian dasar wadah. Karena hal ini, laju SED sering kali meningkat secara
tidak spesifik pada penyakit inflamasi.
5
2. Nilai hitung darah lengkap dengan diferensial dan hitung trombosit (orang dewasa)
a. Hitung sel darah merah: 4,0 sampai 5,5 juta/ml darah
b. Hitung sel darah putih: 5.000 sampai 10.000/ml darah
c. Hitung trombosit: 140.000 sampai 400.000/ml darah
d. Hematokrit (% sel darah merah): 42 sampai 52% untuk pria; 36 sampai 48% untuk
wanita
e. Hemoglobin: 14,0 sampai 17,5 gram/100 ml untuk pria; 12,0 sampai 16,0 gram/100
ml untuk wanita
f. Neutrofil: 50 sampai 62%
g. Eosinofil: 0 sampai 3%
h. Basofil: 0 sampai 1%
i. Limfosit: 25 sampai 40%
j. Monosit: 3 sampai 7%
3. Pemeriksaan ukuran sel darah merah dan hemoglobin (dewasa)
a. MCV: 82 sampai 98 fL/sel darah
b. MCHC: 32 sampai 36 gram/dL
c. RDW: 11,5 sampai 14,5 koefisien variasi ukuran sel darah merah
4. Laju sedimentasi
a. Laju SED: 0 sampai 20 mm/jam
5. Waktu pembekuan
Waktu pembekuan adalah lama waktu pembekuan yang terjadi setelah penusukan luka
standar pada kulit. Waktu pembekuan diukur dalam menit dan mengindikasikan status
fungsi trombosit, terutama efektivitas sumbatan trombosit. Waktu pembekuan tidak lebih
dari 15 menit (normal: 3,0 sampai 9,5 menit) untuk penusukan lengan.
6. Masa tromboplastin parsial/protrombin
PTT (partial thromboplastin time) dan PT (prothrombin time) medeteksi defisiensi
dalam aktivitas berbagai faktor pembekuan. Kedua pemeriksaan mengevaluasi bekuan
dalam sampel darah vena.
6
PTT terutama menunjukkan efektivitas jalur intrinsic koagulasi dan tidak boleh lebih dari
90 detik (normal: 30 sampai 50 detik). Pemeriksaan ini penting dalam menentukan
efektivitas dan keamanan terapi heparin.
PT mendemonstrasikan efektivitas faktor koagulasi vitamin K-dependen, terutama jalur
ekstrinsik dan jalur umumnya koagulasi. PT seharusnya tidak lebih dari 40 detik, atau 2
sampai 2,5 kali level kontrol (normal: 11 sampai 13 detik). PT digunakan untuk
menentukan efektivitas terapi warfarin (Coumadin).
Pasien mengalami gangguan hemostasis apabila mereka memiliki trombosit yang terlalu
sedikit (trombositopenia) atau trombosit yang kurang berfungsi (trombopati). Konsekuensi
klinis gangguan pada trombosit ini adalah perdarahan petekie kecil, perdarahan yang lebih
besar (ekimosis), atau perdarahan dari selaput lendir, saluran cerna, dan juga perdarahan dari
tempat pungsi vena.
7. Hitung trombosit
Cara paling cepat dan sederhana, tetapi paling kurang akurat, untuk menilai jumlah
trombosit adalah dengan memeriksa asupan darah yang diwarnai. Pendekatan ini
memiliki keunggulan dalam mengungkapkan ukuran dan morfologi trombosit, tetapi
kekurangannya adalah bahwa perlekatan ke kaca objek atau distribusi yang tidak merata
di dalam asupan dapat menyebabkan perbedaan mencolok dalam perhitungan konsentrasi
trombosit. Sebagai petunjuk praktis adalah bahwa hitung trombosit adekuat apabila
asupan mengandung satu trombosit per dua puluh sel darah merah, atau dua sampai tiga
trombosit per lapangan pandang besar (imersi minyak). Pemeriksaan asupan harus selalu
dilakukan apabila hitung trombosit rendah karena penggumpalan trombosit dapat
menyebabkan hasil perhitungan menjadi rendah-palsu.
Hitung trombosit manual
Metode penghitungan manual terbaik menggunakan mikroskop fase-kontras pada sampel
yang diencerkan 1:100 dalam amonium oksalat. Apabila hitung trombosit diketahui
rendah, dapat digunakan faktor pengenceran yang lebih kecil. Penyebab utama
kesalahan, selain faktor teknis atau pengenceran yang tidak akurat, adalah pencampuran
yang belum merata dan adanya perlekatan atau agregasi.
7
Penghitungan elektrik
Penghitungan sel otomatis mampu mengukur secara langsung hitung trombosit selain
hitung sel darah putih dan sel darah merah. Sebagian besar alat ini menggunakan sampel
darah yang ditambahi asam etilendiamintetraasetat (EDTA). Sebagian besar alat
menghitung sel darah merah dan trombosit bersama-sama, namun keduanya dibedakan
berdasarkan ukuran. Partikel yang lebih kecil dihitung sebagai trombosit dan partikel
yang lebih besar dihitung sebagai eritrosit. Dengan penggunaan penghitung elektronis,
dapat dilakukan pemeriksaan terhadap lebih banyak trombosit. Teknik ini dapat
mengalami kesalahan apabila jumlah sel darah putih lebih dari 100.000/ µL, apabila
terjadi fragmentasi sel darah merah yang berat, apabila cairan pengencer berisi partikel-
partikel eksogen, apabila sampel plasma sudah terlalu lama didiamkan sewaktu
pemrosesan, atau apabila trombosit saling melekat. Seperti pada analisis sel darah merah,
juga dilakukan pengukuran volume trombosit rerata (mean platelet volume, MPV) dan
mungkin bermanfaat dalam analisis keadaan trombositopenik. MPV yang lebih besar
mungkin mengisyaratkan adanya destruksi perifer sebagai penyebab rendahnya hitung
trombosit.
Interpretasi
Hitung trombosit normal terletak antara 150.000 sampai 450.000/µL. Rata-ratanya
adalah sekitar 250.000/µL. Pengambilan darah harus dilakukan dengan cepat melalui
pungsi vena yang bersih dan nontraumatik, dan darah harus segera dicampur secara
merata dengan antikoagulan. Apabila rangkaian proses koagulasi sempat aktif, minimal
terjadi penggumpalan trombosit yang mungkin menempel di dinding tabung reaksi
sehingga dihasilkan hitung yang rendah-palsu. Pengocokan yang berlebihan harus
dihindari karena hal ini juga menyebabkan perlekatan. Spesimen yang diambil secara
benar dan kemudian dicampur dengan EDTA serta disimpan dalam suhu kamar akan
mempertahankan hitung trombosit yang stabil sampai selama 12 jam.
8. Agregasi trombosit
Agregasi trombosit dapat diukur dengan menimbulkan kontak antara kaya-trombosit
dengan suatu zat penginduksi agregasi. Sebagian besar zat penginduksi ini seperti kolagen,
epinefrin, dan trombin bekerja melalui efek ADP yang dibebaskan sendiri oleh trombosit.
Penambahan ADP eksogen menyebabkan agregasi secara langsung. Agregasi
dikuantifikasi dengan menentukan apakah plasma kaya trombosit yang keruh menjadi
8
jernih karena trombosit yang semula membentuk suspensi merata membentuk agregat
berupa gumpalan-gumpalan besar yang kurang memancarkan cahaya sehingga transmisi
sinar melalui tabung menjadi lebih mudah. Agregometer adalah suatu spektrofotometer
yang diadaptasi untuk mencatat perubahan dalam transmisi sinar sementara
mempertahankan suhu yang konstan dan pengocokan perlahan terhadap suspensi
trombosit.
Setelah diperoleh suatu kurva normal transmisi cahaya, trombosit yang diperiksa
dipajankan ke berbagai zat dan berbagai kondisi. Aspirin, obat antiinflamasi yang lain, dan
banyak obat dari golongan fenotiasin sangat menghambat kemampuan kolagen dan
epinefrin menimbulkan agregasi, tetapi tidak mengganggu efek langsung ADP. Gangguan
konstitusional fungsi trombosit berbeda satu sama lain dalam sifat bahan yang gagal
memicu agregasi. Pasien yang dicurigai mengidap gangguan-gangguan ini harus bebas
dari semua obat selama paling tidak seminggu sebelum pemeriksaan.
Dalam melakukan uji, pungsi vena harus ‘mulus’ (nontraumatik). Jumlah trombosit yang
digunakan untuk uji harus distandarisasi karena respons agregasi dipengaruhi oleh jumlah
trombosit. Hal inilah yang menyebabkan pasien trombositopenia sulit dievaluasi.
Pemeriksaan agregasi harus dilakukan dalam 3 jam setelah pengambilan sampel. Sampel
jangan pernah dimasukkan ke lemari pendingin karena hal ini menghambat fungsi
trombosit. Karena itu, uji dilakukan pada suhu 370C. Antikoagulan yang digunakan adalah
natrium sitrat, dan sampel jangan dimasukkan ke wadah kaca karena bahan ini akan
mengaktifkan trombosit. Sampel yang mengalami hemolisis atau lipemik dapat
mengganggu interpretasi densitas optis.
Interpretasi
Bahan-bahan penginduksi agregasi yang paling sering digunakan adalah ADP dengan
berbagai konsentrasi, kolagen, epinefrin, ristosetin, thrombin, dan asam arakidonat. ADP
konsentrasi rendah memicu agregasi bifasik dengan gelombang primer dan sekunder. ADP
konsentrasi tinggi memunculkan satu gelombang agregasi. Pasien dengan gangguan
pembebsan trombosit gagal memperlihatka gelombang agregasi kedua. Pasien dengan
trombastenia Glanzmann tidak memperlihatkan agregasi trombosit pada pemberian
ADP.
9
Agregasi dengan kolagen menghasilkan suatu periode laten yang diikuti oleh sebuah
gelombang agregasi. Penurunan agregasi terhadap kolagen trejadi pada pasien yang
mendapat aspirin dan obat anti-inflamasi. Agregasi dengan epinefrin biasanya bersifat
bifasik. Agregasi yang dipicu oleh epinefrin ini juga terganggu pada pasien yang mendapat
aspirin dan obat anti-inflamasi. Demikian juga, agregasi thrombin bersifat bifasik dan
mungkin terganggu pada defek trombosit instrinsik tertentu.
Respon agregasi yang ditimbulkan oleh antibiotic ristosetin dalam keadaan normal bersifat
monofasik. Pada para pasien dengan penyakit von Willebrand, trombosit berespon secara
normal trehadap epinefrin, kolagen, dan ADP, tetapi gagal berespon trehadap ristosetin.
Trombosit mereka normal; plasmalah yang tidak mengandung faktor von Willebrand
(vWF). Seperti yang disebutkan sebelumnya, faktor ini esensial untuk meningkatkan
interaksi trombosit dengan pembuluh darah.
Uji fungsi trombosit lainnya
1. Retensi trombosit
Kita dapat melakukan penghitugan kuantitatif jumlah trombosit yang melekat ke butir-
butir kaca. Retensi trombosit terganggu pada penyakit von Willebrand dan gangguan-
gangguan hereditas jarang lainnya. Retensi trombosit juga abnormal pada beberapa
gangguan didapat, termasuk sindrom mieloproliferatif.
2. Beta-tromboglobulin dan faktor trombosit 4
Juga dapat dilakukan pemeriksaan beberapa produk yang dibebaskan oleh trombosit,
misalnya beta-tromboglobulin, faktor trombosit 3, faktor trombosit 4, dan zat-zat antara
prostaglandin. Zat-zat ini biasanya mencerminkan peningkatan sekuestrasi dan pertukaran
trombosit dan pernah digunakan sebagai uji untuk memperkirakan hiperkoagulabilitas dan
koagulasi intravaskular.
3. Waktu perdarahan
Tanda utama adanya defisiensi fungsi trombosit adalah perdarahan berkepanjangan setelah
cedera superficial. Waktu perdarahan memanjang pada trombositopenisa oleh sebab
apapun, pada penyakit von Willebradn, pada sebagian besar penyakit disfungsional, dan
setelah ingesti aspirin. Uji waktu perdarahan agak sulit distandarisasi dan digunakan
secara berulang-ulang untuk mengevaluasi suatu kondisi klinis.
10
Teknik umum dan interpretasi
Kapiler di insisi kecil secara aseptic sampai defek tersumbat oleh agregasi trombosit.
Apabila terjadi penumpukan darah di tempat insisi, akan terjadi koagulasi, dan fibrin di
atasnya akan mencegah perdarahan selanjutnya. Darah yang baik harus dibersihkan, tetapi
harus berhati-hati agar tidak mengganggu sumbat trombosit yang rapuh. Di lengan atas
dipasang manset tekanan darah yang dikembangkan sampai dengan 40 mmHg, dan insisi
dibuat di lengan bawah. Darah yang merembes dibersihkan setiap 15 detik dengan
menyentuhkan kertas saring ke tetes darah tanpa menyentuh luka itu sendiri. Seiring
dengan penumpukan trombosit, perdarahan melambat, dan jumlah darah yang merembes
bertambah sedikit pada setiap interval. Titik akhir tercapai tidak ada lagi darah tersisa
untuk menghasilkan titik di kertas saring.
4. Teknik IVY dan Template
Uji waktu perdarahan, baik yang dilakukan pada permukaan volar lengan bawah, suatu
bagian yang mudah diakses, memiliki pasokan darah superficial yang relative uniform,
relative intensitif terhadap nyeri, dan mudah terpengaruh oleh peningkatan ringan tekanan
hidrostatik. Insisi harus dibuat di tempat yang sudah dibersihkan, yang bebas dari penyakit
kulit dan jauh dari vena. Selama uji dilakukan pemberian darah konstan sebesar 40 mmHg.
Pada teknik IVY, dibuat insisi dengan dalam 3 mm dengan tangan memakai pisau lanset.
Pada metode template, insisi dapat diulang-ulang dengan tepat. Waktu pendarahan IVY
normal adalah 3 sampai 6 menit, sedangkan waktu pendarahan template adalah 6 sampai
10 menit. Metode Simplate II adalah modifikasi prosedur template yang telah
distandarisasi dan menggunakan alat yang tersedia secara komersial. Alatnya bersifat
sekali pakai dan membuat insisi seragam di bawah lengan. Insisi memiliki panjang 5 mm
dan dalam 1 mm. Waktu perdarahan yang lebih lama dari pada 15 menit tanpa penurunan
hitung trombosit mengisyaratkan gangguan trombosit kualitatif yang memerlukan
penelitian lebih lanjut (missal, uji agregasi atau pemeriksaan faktor von Willebrand).
11
MEKANISME HEMOSTASIS NORMAL
Mekanisme hemostasis normal terdiri dari empat system utama, yaitu
1. System pembuluh darah (vaskular)
Pembuluh darah memiliki satu atau lebih lapisan otot polos yang mengelilingi sel endotel
yang menutupi permukaan lumen. Apabila pembuluh rusak, otot-otot ini berkonstriksi
dan mempersempit jalur yang dilalui oleh darah dan kadang-kadang menghentikan
secara total aliran darah. Fase pembuluh darah pada hemostasis ini hanya mengenai
arteriol dan kapiler-kapilernya; pembuluh besar tidak cukup dapat berkonstriksi untuk
mencegah pengeluaran darah. Bahkan apad pembuluh yang halus, vasokonstriksi hanya
menghasilkan hemostasis paling singkat.
2. Trombosit
Perbaikan permanen memerlukan penambalan lubang di dinding pembuluh darah;
sumbat hemostasis yang efektif terdiri dari trombosit dan fibrin. Trombosit adalah
fragmen tidak berinti dari sitoplasma megakariosit, tetapi trombosit adalah suatu entitas
hidup yang memiliki struktur kompleks, metabolism yang aktif, dan konstitusi biologic
yang reaktif. Trombosit dapat menyumbat lubang kecil di pembuluh darah dan dapat
membentuk suatu mekanisme hemostasis primer yang efektif.
3. System pembekuan
Pembekuan darah (koagulasi) adalah suatu proses kimiawi yang protein-protein
plasmanya berinteraksi untuk mengubah molekul protein plasma besar yang larut, yaitu
fibrinogen menjadi gel stabil yang tidak larut yang disebut fibrin. Senyawa aktif adalah
enzim thrombin, yang secara khusus mengubah fibrinogen (larut) menjadi fibrin (tidak
larut). Terdapat keseimbangan yang ‘halus/rapuh’ antara koagulasi dan mempertahankan
darah dalam keadaan cair. Ketidakseimbangan ke satu arah dapat menyebabkan
perdarahan berlebihan, sedangkan apabila sebaliknya akan terjadi thrombosis.
4. System fibrinolitik.
Sistem fibrinolitik membatasi koagulasi hanya di tempat cedera dan perbaikan luka serta
mencegah koagulasi meluas dan tidak terkendali. Senyawa aktif pada system ini adalah
enzim plasmin (berasal dari protein plasma plasminogen). Plasmin merupakan enzim
yang relative tidak selektif yang lebih cenderung mencerna fibrin dan fibrinogen.
Makna relatif berbagai mekanisme hemostatis berbeda-beda sesuai dengan ukuran pembuluh.
Kapiler mungkin cepat menambal bagian yang cedera dengan membentuk sumbat hemostasis
12
tanpa banyak memengaruhi aliran darah lokal. Pembuluh yang lebih besar cepat tersumbat
oleh banyak trombosit yang saling menyatu. Kegagalan membentuk sumbat hemostasis
menimbulkan petekie, yaitu perdarahan kecel berbentuk titik. Perdarahan ke dalam jaringan
yang lebih luas menimbulkan memar dan perdarahan konfluen yang disebut ekimosis, yang
apabila besar, membentuk daerah konfluen purpura. Aplikasi praktis uji-uji laboratorium
untuk mengevaluasi gangguan hemostasis dan trombosis memerlukan pemahaman tentang
organisasi sistem koagulasi dan fibrinolitik. Hal ini mungkin paling baik dipahami dengan
mengkaji keempat mekanisme yang berperan dalam hemostasis normal. Tabel 1 dan 2
mencantumkan angka-angka normal untuk pemeriksaan trombosit dan koagulasi.
Sistem pembuluh darah
Pembentukan sumbat hemostasis dimulai dengan kerusakan pembuluh darah, kerusakan
jaringan, atau keduanya, yang menyebabkan terjadinya suatu proses berantai. Cedera
vaskular biasanya berkaitan dengan kontraksi pembuluh darah (vasokonstriksi), aktivasi
kontak trombosit diikuti oleh agregasi trombosit, dan pengaktifan jenjang koagulasi. Pada
keadaan normal, lapisan endotel pembuluh darah bersifat halus/mulus dan tidak terputus.
Kerusakan terhadap lapisan endotel ini menyebabkan kolagen di bawahnya terpajan, tempat
trombosit dalam sirkulasi melekat (adhesi trombosit). Hal ini pada gilirannya, memicu
rekrutmen lebih banyak trombosit untuk menyumbat pembuluh yang cedera (agregasi
trombosit). Dinding pembuluh juga merupakan sumber faktor von Willebrand dan zat
antiagregasi trombosit prostasiklin.
Trombosit
Trombosit memiliki dua fungsi berbeda, yaitu melindungi integritas endotel pembuluh darah
dan memulai perbaikan apabila terjadi kerusakan pada dinding pembuluh darah. Interaksi
trombosit dengan dinding pembuluh ini disebut hemostasis primer. Orang yang
trombositnya terganggu dalam jumlah atau fungsi akan mengalami ptekie di kulit dan selaput
lendir. Mereka juga tidak dapat menghentikan perdarahan yang terjadi akibat cedera sengaja
ataupun tidak sengaja pada pembuluh darah.
Pembentukan dan struktur
Trombosit adalah fragmen sitoplasma sel induk prekursor, yaitu megakariosit. Ukuran
trombosit bervariasi dari sekitar 1 sampai 4 mikron dan berada sekitar 10 hari sebagai sel
berbentuk piringan dan tidak berinti. Pengaturan pembekuan trombosit dilakukan oleh
13
trombopoietin, yang analog dengan eritropoietin pada pembentukan eritrosit. Zat ini baru
teridentifikasi dan tampaknya merupakan suatu ligan untuk reseptor c-mpl. Interleukin II juga
memiliki aktivitas trombopoietik dan dapat digunakan sebagai obat. Trombopoietin memiliki
homologi yang substansial dengan eritropoietin dan meningkatkan tidak saja produksi
trombosit, tetapi juga proliferasi megakariosit. Apabila terdapat stres hemostasis yang parah
atau stimulasi sumsum tulang produksi trombosit dapat meningkatkan sebesar tujuh sampai
sepuluh kali lipat. Trombosit yang baru berukuran lebih besar dan memiliki kapasitas
hemostasis yang lebih kuat daripada trombosit matang yang sudah beredar. Dalam keadaan
normal, sepertiga kompartemen trombosit dalam sirkulasi disekuestrasi di limpa.
Membran trombosit yang kaya akan fosfolipid, yang di antaranya adalah faktor trombosit 3,
yang meningkatkan pembekuan selama hemostasis. Fosfolopid membran ini berfungsi
sebagai suatu permukaan untuk berinteraksi dengan protein-protein plasma yang berperan
dalam koagulasi darah. Membran trombosit juga menjadi lengket, sehingga fungsi penting
trombosit lainnya, yaitu adhesi dan agregasi dapat berlangsung. Sitoplasma trombosit
mengandung mikrofilamen, yang terdiri dari trombostenin, yaitu suatu protein kontraktil
mirip dengan aktinomiosin, yaitu protein kontraktil yang berperan dalam kontraksi jaringan
otot. Mikrotubulus, yang membentuk suatu kerangka internal, juga ditemukan di sitoplasma.
Struktur ini, yang terletak di bawah membran plasma, membentuk struktur tubular berongga
berupa pita melingkar seperti mikrotubulus pada sel lain. Mikrotubulus dan mikrofilamen
yang membentuk sitoskeleton trombosit bertanggung jawab untuk mempertahankan bentuk
diskoid trombosit sekaligus memungkinkannya perubahan bentuk, serta mempermudah reaksi
pelepasan trombosit. Yang menyelingi dalam sitoplasma trombosit adalah granula trombosit
dengan dua tipe utama, yaitu granula padat yang mengandung adenosin difosfat (ADP),
adenosin trifosfat (ATP), kalsium terionisasi, serta serotonin, dan granula alfa yang
mengandung protein spesifik, terutama faktor trombosit 4, beta-tromboglobulin, platelet
derived growth faktor (PDGF). Selain itu, protein plasma, terutama fibrinogen dan faktor von
Willebrand, juga terdapat di granula alfa. Granula alfa lebih banyak daripada granula padat.
Faktor trombosit 4 dan betatromboglobulin adalah zat-zat yang dalam keadaan normal
hanya terdapat pada trombosit yang utuh. Adanya protein ini di dalam plasma
mengisyaratkan pertukaran (turnover) trombosit yang berlebihan atau percepatan destruksi
trombosit.
14
PEMBENTUKAN SUMBAT TROMBOSIT HEMOSTASIS PRIMER
Agar dapat terjadi hemostasis primer yang normal, dan agar trombosit memenuhi tugasnya
untuk membentuk sumbat trombosit inisial, maka harus terdapat trombosit dalam jumlah
memadai dalam sirkulasi, dan trombosit tersebut harus berfungsi normal. Fungsi hemostasis
normal memerlukan peran serta trombosit yang berlangsung secara teratur. Hal ini
melibatkan, pada awalnya, adhesi trombosit, agregasi trombosit, dan pada akhirnya, reaksi
pembebasan trombosit disertai rekrutmen trombosit lain.
1. Adhesi trombosit
Trombosit menjadi aktif apabila terpajan ke kolagen subendotel dan bagian jaringan
yang cedera. Adhesi trombosit melibatkan suatu interaksi antara glikoprotein membran
trombosit dan jaringan yang terpajan atau cedera. Adhesi trombosit bergantung pada
faktor protein plasma yang disebut faktor von Willebrand, yang memiliki hubungan
yang integral dan kompleks dengan faktor koagulasi antihemofilia VIII plasma dan
reseptor trombosit yang disebut glikoprotein Ib membran trombosit. Orang yang tidak
memiliki faktor von Willebrand akan mengalami gangguan pada adhesi trombosit.
Adhesi trombosit berhubungan dengan peningkatan daya lekat trombosit sehingga
trombosit berlekatan satu sama lain serta dengan endotel atau jaringan yang cedera.
Dengan demikian, terbentuk sumbat hemostasis primer atau inisial. Pengaktifan
permukaan trombosit dan rekrutmen trombosit lain menghasilkan suatu massa trombosit
lengket dan dipermudah oleh proses agregasi trombosit.
2. Agregasi
Agregasi adalah kemampuan trombosit melekat satu sama lain untuk membentuk suatu
sumbat. Agregasi awal terjadi akibat kontak permukaan dan pembebasan ADP dari
trombosit lain yang melekat ke permukaan endotel. Hal ini disebut gelombang agregasi
primer. Kemudian, seiring dengan makin banyaknya trombosit yang terlibat, maka lebih
banyak ADP yang dibebaskan sehingga terjadi gelombang agregasi sekunder disertai
rekrutmen lebih banyak trombosit. Agregasi berkaitan dengan perubahan bentuk
trombosit dari diskoid menjadi bulat. Gelombang agregasi sekunder merupakan suatu
fenomena ireversibel, sedangkan perubahan bentuk awal dan agregasi primer masih
reversibel.
Pengikatan ADP yang dibebaskan dari trombosit aktif ke membran trombosit akan
mengaktifkan enzim fosfolipase, yang menghidrolisis fosfolipid di membran trombosit
15
untuk menghasilkan asam arakidonat. Asam arakidonat adalah prekursor mediator
kimiawi yang sangat kuat baik pada agregasi maupun inhibisi agregasi yang terlibat
dalam jalur prostaglandin. Melalui proses ini, asam arakidonat diubah di sitoplasma
trombosit oleh enzim siklooksigenase menjadi endoperoksida siklik, PGG2 dan PGH2.
Stimulator kuat untuk agregasi adalah tromboksan A2, yang dihasilkan oleh kerja enzim
tromboksan sintetase pada berbagai endoperoksida siklik. Tromboksan A2 adalah
senyawa yang sangat aktif, tetapi tidak stabil, yang mengalami penguraian menjadi
tromboksan B2 yang stabil dan inaktif. Tromboksan A2 juga merupakan vasokonstriktor
kuat yang akan mencegah pengeluaran darah lebih lanjut dari prmbuluh yang rusak.
3. Reaksi pembebasan
Selama proses ini, faktor trombosit 3, suatu senyawa yang dibebaskan dari sitoplasma
internal trombosit, meningkatkan jenjang koagulasi (yaitu fase berikutnya pada
hemostasis) dan pembentukan sumbat hemostasis sekunder yang stabil. Secara in vitro,
agregasi dapat dipicu dengan reagen ADP, trombin, epinefrin, serotonin, kolagen, atau
antibiotik ristosetin.
Jenjang koagulasi
Tujuan system koagulasi adalah menghasilkan enzim serin prorease aktif, yaitu thrombin,
yang pada gilirannya bekerja secara selektif pada protein plasma larut, yaitu fibrinogen, untuk
mengubahnya menjadi fibrin yang tidak larut. Fibrin adalah produk akhir koagulasi yang
dapat dilihat dan merupakan suatu protein gelatinosa yang mudah dikenali di jaringan atau
tabung reaksi. Perubahan fibrin menjadi fibrinogen adalah tahap terakhir dari suatu rangkaian
reaksi protein yang sangat kompleks.
GANGGUAN HEMOSTASIS
Gangguan hemostasis dapat terjadi akibat penurunan produksi trombosit atau produksi
trombosit abnormal. Selain itu, gangguan hemostasis dapat disebabkan abnormalitas proses
koagulasi. Beberapa gangguan terjadi akibat faktor ini.
1. Trombositopenia
Trombositopenia adalah hitung trombosit yang abnormal rendah (rentang normal 150-400
x 109/liter). Pendarahan spontan cenderung terjadi jika hitung trombosit kurang dari 10 x
16
109/liter. Saat pemeriksaan fisik, dapat ditemukan petekia. Gejala lain dapat meliputi
perdarahan spontan, mimisan, dan gusi berdarah. Wanita dapat mengeluh menoragia.
Hitung trombosit dapat menurun sementara akibat infeksi, konsumsi alcohol, dan
penggunaan obat umum, seperti penisilin, heparin, dan kuinin. Untuk jangka panjang,
trombositopenia paling sering disebabkan oleh produksi trombosit yang tidak adekuat,
seperti pada anemia aplastik, atau peningkatan kerusakan trombosit, yang sering bersifat
imunologis. Akan tetapi, mungkin tidak terdapat penyebab nyata yang mendasari kondisi
ini, seperti pada trombositopenia purpura idiopatik kronik, yang ditandai oleh antibody
yang menjadikan trombosit sebagai sel target dan menandai trombosit untuk dihancurkan.
2. Koagulasi intravaskular diseminata
Koagulasi intravaskular diseminata terjadi akibat aktivasi berlebihan alur koagulasi dan
fibrinolisis yang terus-menerus, yang memicu pembentukan bekuan darah dan trombus
yang menyebar luas ke seluruh tubuh. Selain itu, jika faktor pembekuan semakin sering
digunakan, dapat terjadi pendarahan umum.
3. Hemofilia
Hemofilia adalah gangguan herediter yang terjadi akibat defisiensi satu atau dua faktor
koagulasi utama yang berlangsung lama. Faktor koagulasi yang dimaksud adalah faktor
VIII (Hemofilia A) atau faktor IX (Hemofilia B atau penyakit Christmas). Tingkat
keparahan hemophilia ditentukan tingkat defisiensi faktor koagulasi tersebut. Gen untuk
faktor VIII dan IX ditemukan pada kromosom X, yang berarti bahwa penyakit ini
diturunkan terkait-seks. Selain itu, pasien hemophilia mayoritas adalah pria, sedangkan
wanita hanya sebagai kerier penyakit ini.
Hemofilia ditandai oleh masa protrombin teraktivasi sebagian (activated partial
prothrombin time, APPT) yang memanjang. Hal ini berarti bahwa individu mengalami
pendarahan lebih lama setelah trauma atau pembedahan, termasuk prosedur yang relative
kecil, seperti mencabut gigi. Untuk kasus berat, dapat juga terjadi pendarahan spontan
yang memiliki pengaruh yang serius. Pendarahan berulang pada otot atau sendi dapat
menyebabkan nyeri berat, pembengkakan, dan deformitas serta perubahan arthritis dan
masalah mobilitas jangka panjang.
17
DAFTAR PUSTAKA
Sacher, Ronald A., dan McPherson, Richard A. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan
Laboratorium. Edisi 11. Jakarta: EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Brooker, Chris. 2008. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta: EGC.
18