Resume Buku Psikologi Konseling

23
LAPORAN BUKU A. Identitas Buku Judul Buku : Psikologi Konseling ISBN : 979-9605-01-X Penulis/Editor : Prof. DR. H. Mohamad Surya Red. Bidang Produksi : Yani Taryani & Wiji Utami, S.E. Design/Setting : Cecep Subadra, S.H. Penerbit : Pustaka Bani Quraisy Tempat Terbit : Jl. Depok XIV No. 39 Antapani Tengah Bandung Tahun Terbit : Desember 2003 (Cetakan Pertama) Tebal : ix + 189 halaman

Transcript of Resume Buku Psikologi Konseling

LAPORAN BUKU

A. Identitas Buku

Judul Buku : Psikologi Konseling

ISBN : 979-9605-01-X

Penulis/Editor : Prof. DR. H. Mohamad Surya

Red. Bidang Produksi : Yani Taryani & Wiji Utami, S.E.

Design/Setting : Cecep Subadra, S.H.

Penerbit : Pustaka Bani Quraisy

Tempat Terbit : Jl. Depok XIV No. 39 Antapani Tengah Bandung

Tahun Terbit : Desember 2003 (Cetakan Pertama)

Tebal : ix + 189 halaman

Text : Bahasa Indonesia

Ukuran : 15.5 x 23.5 cm

B. Profil Penulis

Nama : Prof. DR. Mohamad Surya

TTL : Kuningan, 8 September 1941

Pendidikan : SD (1954) di Citangtu Kuningan

SGB (1958) di Kuningan

SGA’KGA (1962) di Kuningan

Sarjana Muda Pendidikan (1965) IKIP Bandung

Doktor Pendidikan (1979) IKIP Bandung

Program Refreshing (1987) di Ohio State University

Internship (1989) di Indiana University, Amerika

Pekerjaan : Guru Besar UPI (IKIP Bandung), Ketua Umum Pengurus Besar

PGRI, Anggota KPKPN, Anggota DPD RI menwakili Jawa

Barat, dll

Tanda Jasa : Satya Lencana Dwidya Sistha (Departemen Hankam RI) 1989

Satya Lencana Dwidya Sistha (Departemen Hankam RI) 1990

Piagam Penghargaan (Pangdam III Siliwangi) 1991

Karya Bhakti Satya (Rektor IKIP Bandung) 1991

Satya Lencana Karya Satya 30 th (Presiden RI) 1997

Penghargaan sebagai Tokoh Pendidikan (Gubernur Jawa Barat)

2001

Karya Bhakti Satya (Rektor UPI Bandung) 2003

Medali Juang 45 (DHN Angkatan 45) 2004

C. Daftar Isi Buku

Seuntai Kata dari Penerbit ..................................................................... iii

Kata Pengantar ...................................................................................... vii

Daftar Isi ............................................................................................... ix

1. Konsep Dasar Konseling ................................................................. 1

2. Konseling Sebagai Suatu Pengalaman Baru ................................... 29

3. Klien dalam Konseling .................................................................... 41

4. Konselor dalam Konseling .............................................................. 57

5. Kognisi dalam Konseling ................................................................ 75

6. Emosi dalam Konseling .................................................................. 83

7. Motivasi dalam konseling ............................................................... 99

8. Komunikasi dalam Konseling ......................................................... 109

2

9. Teknik-teknik dalam Konseling ...................................................... 127

10. Manajemen Ruang dan Waktu untuk Konseling ............................ 143

11. Model-model Konseling ................................................................. 151

12. ”Wellness” : Konsep Kesehatan Mental dalam Konseling ............. 181

Sumber Rujukan .................................................................................... 187

D. Hasil Resume

1. Konsep Dasar Konseling

Seperti yang telah dikemukakan dalam berbagai pustaka, konseling

merupakan bagian dari bimbingan baik sebagai pelayanan mapupun sebagai

teknik. Mortensen (1964:301) mendefinisikan konseling sebagai suatu proses

antar-pribadi, dimana satu orang dibantu oleh satu orang lainnya untuk

meningkatkan pemahaman dan kecakapan menemukan masalahnya. Jones

(1970:96) menyebutkan bahwa konseling sebagai suatu hubungan profesional

antara seorang konselor yang terlatih dengan klien.

Hubungan dalam konseling, berbeda dengan hubungan dalam situasi lain.

Karakteristik hubungan dalam konseling menurut Shostrom dan Brammer (1960:

145-149) ditandai dengan:

(1) Hubungan yang bersifat unik dan umum

(2) Adanya keseimbangan obyektivitas dan subyektivitas

(3) Adanya keseimbangan unsur kognitif dan konatif

(4) Adanya keseimbangan antara kesama-samaran dan kejelasan

(5) Adanya keseimbangan tanggung jawab

Dalam pengertian yang dinyatakan oleh Cavanag (1982: 1-2), konseling

mengandung tujuh unsur pokok, yaitu:

Pertama, pihak yang memberi bantuan (konselor) adalah seorang yang

terlatih secara profesional. Kedua, konselor berada dalam suatu interaksi dengan

konseli melalui hubungan yang bersifat membantu. Ketiga, konselor profesional

membutuhkan kualitas pengetahuan, keterampilan, dan kepribadia yang

membantu. Keempat, konselor membantu seorang konseli untuk belajar. Kelima,

dalam konseling, orang belajar untuk berhubungan dengan dirinya sendiri dan

3

orang lain. Keenam, konseli belajar untuk berhubungan dalam cara-cara tumbuh

dan produktif. Ketujuh, Konseling merupakan hubungan antara konselor dengan

konseli.

Dengan membandingkan berbagai pengertian, pada akhirnya dapat ditarik

beberapa kesimpulan sebagai prinsip pengertian konseling sebagai berikut:

(1) Konseling merupakan alat yang paling penting dalam keseluruhan program

bimbingan.

(2) Dalam konseling terlibat pertalian antara konselor dan konseli, melalui

serangkaian wawancara dalam serangkaian pertemuan.

(3) Wawancara merupakan alat utama dalam keseluruhan kegiatan konseling.

(4) Tujuan yang ingin dicapai dalam konseling adalah agar konseli memperoleh

pemahaman yang lebih baik. Mengarahkan dirinya sesuai denga potensi yang

dimilikinya, mampu memecahkan sendiri masalah yang dihadapi, mencapai

aktualisasi diri denga potensi yang dimilikinya, terhindar dari gejala-gejala

kecemasan dan salah suai (maladjusment).

(5) Konseling merupakan kegiatan profesional

(6) Konseling merupakan proses belajar

(7) Tanggung jawab utama dalam pengambilan keputusan berada pada tangan

konseli

(8) Konseli lebih menyangkut masalah sikap daripada tindakan

(9) Konseling berlangsung dalam suatu situasi pertemuan yang sedemikian rupa.

2. Konseling Sebagai Suatu Pengalaman Baru

Konseling merupakan suatu hubungan yang bersifat membantu, yaitu

interasksi antara konselor dan konseli merupakan suatu kondisi yang membuat

konseli terbantu dalam mencapai perubahan yang lebih baik. Disamping itu

dikatakan juga bahwa pada hakekatnya konseling itu bersifat psikologis.

Dari hakekatnya sebagai hubungan yang bersifat membantu dan sebagai

proses psikologis, konseling memberikan pengalaman belajar yang baru kepada

konseli. Sekurang-kurangnya ada enam macama pengalaman baru yang dapat

diperoleh oleh klien dalam proses konseling, yaitu:

4

(1) Menghadapi konflik-konflik internal

a. Penilaian negatif terhadap diri sendiri

b. Keharusan psikologi

c. Konflik kebutuhan-kebutuhan

(2) Menghadapi realitas

a. Menghindar

b. Generalisasi berlebihan

c. menyalahkan

(3) Mengembangkan tilikan

a. Kesan palsu

b. Saringan (filter) psikologis

c. Kebingungan

(4) Memulai suatu hubungan baru

(5) Meningkatkan kebebasan psikologis

(6) Memperbaiki konsepsi-konsepsi yang keliru

3. Klien dalam Konseling

Konsep ”Psikological Strength” atau ”Daya Psikologis”

Orang yang masuk ke dalam konseling pada dasarnya karena mengalami

kekurangan psychological strength atau daya psikologis, yaitu suatu kekuatan

yang diperlukan untuk menghadapi berbagai tantangan dalam keseluruhan

hidupnya termasuk menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapinya.

Konsep daya psikologis mempunyai tiga dimensi yaitu: need fulfillment

(pemenuhan kebutuhan), intrapersonal competencies (kompetensi intrapribadi),

dan interpersonal competencies (kompetensi antarpribadi).

Pemenuhan Kebutuhan

Makin banyak dicapai kebutuhan psikologis, orang akan makin kuat secara

psikologis seperti halnya orang yang cukup gizi akan makin kuat fisiknya. Ada

beberapa macam kebutuhan yang terkait dengan konseling yaitu sebagai berikut:

(1) Memberi dan menerima ksaih sayang

5

(2) Kebebasan

(3) Memiliki kesenangan

(4) Menerima Stimulasi (rangsangan)

(5) Perasaan mencapai prestasi

(6) Memiliki harapan

(7) Memiliki ketenangan

(8) Memiliki tujuan hidup secara nyata

Kompetensi Inta-Pribadi

Kekuatan psikologis, sangat ditentukan oleh seberapa jauh orang

mengenal dan berhubungan dengan diri pribadi. Hubungan intra-pribadi

berkenaan dengan tiga kompetensi yang saling berkaitan yaitu:

(1) Pengatahuan diri

(2) Pengarahan diri

(3) Harga diri

Kompetensi Antar-Pribadi

Kompetensi antar pribadi merupakan kecakapan yang dipelakari yang

memungknkan orang berhubungan dengan orang lain dengan cara-cara saling

memenuhi.

Dengan demikian tujuan konselin adalah membantu kien dalam mengenal

permasalahan yang berkaitan dengan cara-cara berhubungan dengan orang kain,

dan belajar menemukan cara-cara baru yang dapat lebih memenuhi kebutuhan.

Berikut ini dikemukakan beberapa kompetensi yang berkaitan dengan kurangnya

kompetensi atar pribadi:

(1) Kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain

(2) Ketegasan diri (assertivenes)

(3) Menjadi nyaman dengan diri sendiri dan orang lain

(4) Menjadi diri yang bebas

(5) Harapan yang realistik terhadap diri sendiri dan orang lain

(6) Perlindungan diri dalam situasi antar pribadi

6

4. Konselor dalam Konseling

Konselor dan peneliti sependapat bahwa kepribadian seorang konselor

merupakan faktor yang paling penting dalam konseling. Kepribadian konselor

merupakan titik tumpu yang berfungsi sebagai penyeimbang antara pengetahuan

mengenai dinamika perilakunya dan keterampilan terapeutik.

Kualitas Konselor

Karakteristik kualitas kepribadian konselor yang terkait dengan

keefektifan konseling.

(1) Pengetahuan mengenai diri sendiri (self-knowledge)

a. Menyadari kebutuhannya

b. Menyadari perasaannya

c. Menyadari apa yang membuat cemas selama konseling, dan cara yang

harus dilakukan untuk mengurangi kecemasan

d. Menyadari kelebihan dan kekurangan diri

(2) Kompetensi (Competence)

(3) Kesehatan psikologis yang baik

(4) Dapat dipercaya (Trustworthness)

(5) Kejujuran (Honest)

(6) Kekuatan atau daya (Strength)

(7) Kehangatan (Warmth)

(8) Pendengaran yang aktif (Active Responsiveness)

(9) Kesabaran

(10) Kepekaan (Sensitivity)

(11) Kebebasan

(12) Kesadaran holistik atau utuh

5. Kognisi dalam Konseling

7

Kognisi merupakan bagian intelek yang merujuk pada penerimaan,

penafsiran, pemikiran, pengingat, pernghayalan atau penciptaan, pengambilan

keputusan, dan penalaran.

Karena kognisi merupakan faktor penting dan mempunyai pengaruh

terhadap perilaku, maka konselor akan terbantu apabila memahami kognisi dan

dinamika dasarnya.

Asumsi-asumsi yang Salah

Asumsi kognitif (hipotesis, keyakinan, konstruk dibuat oleh orang untuk

mengendalikan dan membuat kesan mengenai hidupnya. Asumsi kognitif dapat

benar atau salah dan dapat sesuai atau bertentangan

Prosesn pembelajaran yang menyebabkan asumsi salah diperoleh melalui

lima cara yaitu:

a. Melalui pengalaman langsung

b. Kejadian seolah-olah mengalami sendiri

c. Pengakaran langsung

d. Logika simbolik

e. Miskontruksi hubungan sebab akibat

Selain itu asumsi salah dapat ditimbulkan oleh kesalahan dalam berfikir.

a. Generalisasi berlebihan

b. Konsep semua atau tidak sama sekali

c. Pernyataan mutlak

d. Ketidak-akuratan semantik

e. Akurasi waktu

Beberapa pertimbangan bagi konselor

Dalam menghadapi klien dengan kasus asumsi salag, ada beberapa hal

yang harus dijadikan pertimbangan oleh konselor, antara lain:

(1) Kesabaran

(2) Reaksi yang tidak membantu

(3) Emosi

8

(4) Asumsi yang tidak disadari

(5) Validitas

(6) Berbagi Asumsi

(7) Menyembunyikan asumsi

(8) Menghilangkan asumsi

(9) Melibatkan konselor dalam masalah

(10) Membuktikan asumsi salah

(11) Kenyataan yang baru

6. Emosi dalam Konseling

Emosi merupakan warna afektif yang menyertai setiap prilaku individu

yang berupa perasaan-perasaan tertentu yang dialami pada saat menghadapi

situasi tertentu.

Kata emosi berasal dari bahasa latin ”EMOVERE”: yang artinya ”bergerak

ke luar”. Emosi dasar sangat diperlukan oleh individu untuk memperoleh

kelestarian hidup karena emosi berkontribusi terhadap kestabilan seluruh

kehidupannya.

Karena emosi menimbulkan gerakan dan arahan, maka konselor perlu

memberikan label yang tepat terhadap gejala emosi kliennya. Permasalahan emosi

yang sering dijumpai dalam konseling adalah empat emosi dasar yaitu: sakit hati,

takut, marah, dan rasa bersalah.

(1) Sakit Hati

Rasa sakit hati adalah pengalaman yang dialami seseorang ketika terluka

secara psikologis yang mengakibatkan gangguan mental sehingga menimbulkan

berbagai konflik dan rasa marah.

Ada tiga implikasi konseling dalam hubungan dengan sakit hati, yaitu: 1)

Respon awal konselor adalah membiarkan klien mencurahkan rasa sakit hatinya

selengkap mungkin, 2) Membantu klien memandang sakit hati secara realistik, 3)

Membantu klien dalam melakukan pembalasan terhadap perlakuan tertentu yang

menyebabakn sakit hati. Jalan terbaik adalah konselor harus menunjukkan bahwa

perasaan sakit hati dapat dijadikan sebagai pegangan klien untuk mencoba

9

memberikan reaksi yang baik dan tepat apabila menghadapi situasi yang

sebenarnya.

(2) Takut

Rasa takut timbul dari antisipasi terhadap ancaman fisik maupun

psikologis spesifik. Takut menimbulkan efek yang menyerang, sehingga bila

orang memberikan respon dengan menyerang, maka relex mereka akan merasa

marah. Ada empat ketakutan yang serinh dibawa klien dalam proses konseling,

yaitu 1) Takut trerhadap kedekatan, 2) Taku terhadap penolakan, 3)Takut terhadap

kegagalan, 4)Takut terhadap kebahagiaan.

(3) Marah

Banyak orang yang telah diajarkan bahwa marah itu merupakan suatu

emosi negatif. Tugas konselor adalah membantu klien agar kemarahan itu menjadi

lebih realistis dan mampu menyatakan marah dengan cara yang mengarah pada

tindakan positif.

Marah disebabkan oleh dua hal yaitu pertama terjadi saat adanya halangan

dalam mencapau pemuasan suatu kebutuhan, dan kedua, terjadi ketika dalam

proses pemenuhan kebutuhannya mendapat hambatan dari dirinya sendiri

(4) Rasa Bersalah

Rasa bersalah adalah perasaan tidak nyaman/gundah, atau malu pada saat

seseorang melakukan kesalahan, keburukan atau amoral. Konselor harus

memahami adanya tiga macam rasa bersalah: 1) Rasa bersalah psikologis, 2) Rasa

bersalah sosial, 3) Rasa bersalah religi. Beberapa prinsip motivasi yang dapat

dijadikan acuan antara lain:

a. Prinsip kompetisi

b. Princip Pemacu

c. Prinsip Ganjaran dan Hukuman

d. Kejelasan dan kedekatan tujuan

e. Pemahaman Hasil

f. Pengembangan minat

g. Lingkungan yang kondusif

10

7. Motivasi dalam konseling

Memahami motivasi merupakan suatu hal yang sangat penting bagi para

konselor dalam proses konseling. Motivasi dapat diartikan sebagai suatu dorongan

untuk mewujudkan prilaku tertentu yang terarah kepada suatu tujuan tertentu.

Beberapa prinsip Motivasi yang dapat dijadikan acuan

1. Prinsip kompetisi

2. Prinsip pemacu

3. Prinsip ganjaran dan hukuman

4. Kejelasan dan kedekatan tujuan

5. Pemahaman hasil

6. Pengembangan minat

7. Lingkungan yang kondusif

8. Komunikasi dalam Konseling

Konseling pada dasarnya melibatkan komunikasi antara dua pihak yaitu

konselor dan klien yang berlangsung dalam situasi konseling. Komunikasi

merupakan landasarn bagi berlangsungnya konseling. Komunikasi dapat diartikan

sebagai suatu proses pemindahan informasi antara dua orang manusia atau lebih

dengan menggubakan simbol-simbol bersama.

Untuk terlaksananya suatu komunikasi konseling yang dialogis dengan

mengajak klien berpartisipasi secara aktif, selain dari memahami karakter klien

adalah menguasai materi bahasan dan menguasai keterampilan berkomunikasi

dialogis. Sekurang-kurangnya ada delapan kemampuan dialogis yang harus

dikuasai, yaitu:

(1) Keterampilan Penghampiran

Keterampilan penghampiran merupakan keterampilan komunikasi melalui

siayarat-isyarat verbal dan non-verbal sehingga memberikan kemungkinan

para mitra memebri perhatian kepada pembicara pada tahap paling awal.

(2) Keterampilan Empati

11

Empai mempunyai makna sebagai suatu kesediaan untuk memahami orang

lain secara paripurna baik yang nampak maupun yang terkandung khususnya

dalam aspek perasaaan, pikiran, dan keinginan.

(3) Keterampilan Merangkumkan

Keterampilan ini dinyatakan dalam bentuk pemberian respon dengan membuat

rangkuman secara tepat terhadap semua materi yang diungkapkan

(4) Keterampilan Bertanya

Bertanya merupakan salah satu aspek dalam proses komunikasi konseling.

Keterampilan bertanya merupakan keterampilan yang cukup penting dan

strategis dalam komunikasi konseling, sebab dapat menentukan kelancaran

proses konseling.

(5) Keterampilan Kejujuran

Dengan keterampilan ini konselor dapat menyatakan perasaan mengenai

perasaan klien dengan cara yang sedemikian rupa sehingga klien dapat

menerima tanpa ada rasa ketersinggungan.

(6) Keterampilan Asertif

Asersi adalah suatu tindakan dalam memeberikan respon kepada tindakan

orang lain dalam bentuk mempertahankan hak azasi sendiri yang mendasar

tanpa melanggar hak azasi orang lain yang mendasar.

(7) Keterampilan Konfrontasi

Keterampilan konfrontasi digunakan untuk memberikan respon terhadap

pesan seseorang yang mengandung pesan ganda yang tidak sesuai atau saling

bertentangan satu dengan lainnya.

(8) Keterampilan Pemecahan Masalah

Dalam dialog yang sifatnya memecahkan masalah, maka pihak konselor harus

mampu mengembangkan suatu mekanisme komunikasi yang

memebrikankesempatan pada klien menyampaikan pendapat dan sumbangan

pikirannya, menjabarkan dan memilih alternatif, mempertimbangkan nilai-

nilai, dan membuat rencana tindakan.

9. Teknik-teknik dalam Konseling

12

Keberhasilan konseling banyak ditentukan keefektifan konselor dalam

menggunakan berbagai teknik.

(1) Persiapan untuk Konseling

a. Kesiapan untuk konseling

Kesiapan klien untuk konseling ini ditentukan oleh beberapa faktor,

diantaranya motivasi untuk memperoleh bantuan, pengetahuna klien

tentang konseling, kecakapan intelektual, tingkat tilikan terhadap masalah,

harapan-harapan terhadap konselor, dan didte, pertahanan dirinya.

b. Metode penyiapan konseling

c. Riwayat kasus

Kumpulan informasi yang sistematis tentang kehidupan klien sekarang dan

masa lalu

d. Psikodiagnosis

Suatu klasifikasi deskriptif masalah-masalah, atau suatu prosedur

menginterprestasikan data kasus

e. Penggunaan tes dalam psikodiagnosis

Untuk memperoleh data kepribadian klien melalui sampel prilaku dalam

situasi yang terstandar sehingga diperoleh data teraputik.

(2) Teknik-teknik Hubungan

a. Teknik rapport

b. Refleksi perasaan

c. Teknik-teknik penerimaan

d. Teknik menstruktur

e. Diam sebagai suatu teknik

f. Teknik-teknik memimpin

g. Memberikan jaminan

h. Keterampilan mnegakhiri

(3) Masalah-masalah Khusus tentang Hubungan

a. Pemindahan

b. Pemindahan balik

c. Resistensi atau penolakan

13

(4) Teknik-teknik Interpretasi

a. Refleksi perasaan

b. Klarifikasi

c. Refleksi

d. Konfrontasi

e. Interpretasi

(5) Penggunaan Nasihat, Informasi dan Tes

Nasihat merupakan bentuk psikoterapi dan konseling yang paling tua, dan

tujuannya untuk mengalihkan sikap dan prilaku klien. Salah satu ktitikan

terhadap penggunaan nasihat, bahwa dalam pemberian nasihat tanggung jawab

pemecahan masalah dipindahkan ke tangan konselor dan membatasi konseli

untuk mengubah sendiri sikap penilaian diri yang fundamental

Ada tiga fungsi oengunaan tes dalam konsleing yaitu sebagai alat diagnostik,

menemukan minat dan nilai, dan membuat prediksi tingkah laku.

10. Manajemen Ruang dan Waktu untuk Konseling

Manajemen ruang mencakup pengelolaan tiga jenis ruang yaitu fisik,

ruang pribadi, dan ruang waktu.

(1) Ruang Fisik

Unsur-unsur ruang fisik yang perlu dikelola efektif adalah:

a. Tata letak

b. Iluminasi (penerangan)

c. Atmosfir

d. Warna

e. Suara

f. Kebersihan dan estetika

g. Kesesakan dan kepadatan

(2) Ruang Pribadi/Sosial

a. Terirorialitas

b. Privacy

c. Zona Pribadi

14

(3) Ruang Waktu

11. Model-model Konseling

Tiga contoh model konseling yang berbasis pada terori dan pendekatan

tertentu.

(1) Rancangan Klasifikasi Diagnostik Ekologi (RKDE)

Secara ringkas RKDE dapat dikatakan sebagai alat yang digunakan oleh

konselor untuk memperluan konseptualisasi masalah yang dihadapi klien baik

individual maupun antar-pribadi dengan memasukkan unsur lingkungan dan

interaksi individu dengan lingkungan ke dalam proses signostik, sehingga

dapat dilakukan diagnosis lebih cermat dan dapat dikembangkan langkah-

langkah intervensi secara lebih terarah dan sistematis.

(2) Eklektik Sistematis

Pendekatan Eklektik Sistematis berasumsi bahwa penilaian klinis, intervensi

dan evaluasi merupakan lingkaran proses yang berkesinambungan. Asumsi

lainnya dalah bahwa proses konseling dikembangkan berdasarkan masalah-

masalah dan kaitannya dengan unsur-unsur sistem lingkungan baik internal

maupun eksternal

(3) Penggunaan Silogisme dalam Terapi Rasional-Emotif

RET dapat ditingkatkan dengan memperbaiki pemahaman hubungan antara

kejadian, keyakinan, dan emosi. Pemahaman baru ini melibatkan keterpaduan

konsep dasar logika ke dalam praktek RET, terutama silogisme praktis.

12.”Wellness” : Konsep Kesehatan Mental dalam Konseling

Bab ini merupakan saduran bebas dari tuliasan J Melvin Witmer dan

Thomas J. Sweeney, ”A Holostic Model for Wellness and Prevention Over Life

Span”, dalam jurnal of Counseling and Developmenr, vol 71, number 2

November/December 1992.

Dalam perkembangan mutakhir ini para pakar telah menggunakan istilah

”wellness” untuk menggambarkan suatu keadaan sehat secara lebih konprehensif.

Istilah ini mempunyai makna yang luas mencakup ”mental helath” sekaligus

15

”mental hygiene” dan dikembangkan secara holistik untuk mendeskripsikan

konsep keutuhan internal dan eksternal dari kepribadian yang sehat.

Nicholas dan Goble (1989) mengemukakan sistem model ”wellness” yang

multidimensional menekankan empat prinsip yaitu:

1. Sehat itu multidimensional

2. Sehat itu variabel/ dinamis dan tidak statis

3. Sehat itu mengatur diri sendiri dalam setiap dimensi kehidupan

4. Sehat itu mengatur sendiri antara dimensi kehidupan

Peristiwa-peristiwa global baik alam maupun manusia mempunyai

pengaruh timbal balik dengan tantangan-tantangan hidup dan tugas-tugas hidup.

Spiritualitas, merupakan tugas hidup pertama dan yang paling inti dan

sentral dalam kebulatam ”wellness”. Tugas hidup yang kedua adalah regulasi

diri. Tugas hidup ketiga adalah pekerjaan. Tugas hidup yang keempat adalah

persahabatan. Selanjutnya ”wellness” dikembangkan dengan tugs hidup yang

kelima yaitu ”cinta”.

16