Restrukturisasi Sistem Ekonomi Indonesia Oleh Agung Haryono

34
RESTRUKTURISASI SISTEM EKONOMI INDONESIA 1 Oleh: Agung Haryono 2 Abstrak Ketidak merataan penikmatan hasil pembangunan ekonomi bukanlah suatu cita-cita bangsa Indonesia, namun merupakan sebuah realita yang dari hari kehari terus merajalela. Peningkatan rasio gini merupakan bukti bahwa ketimpangan telah terjadi. Tidak ada satu elemenpun dari bangsa ini yang menghedaki terjadinya ketimpangan sosial ekonomi, namun roda perekonomian telah berjalan dengan arah yang kurang terkendali sehingga memicu ketimpangan. Tujuan pembangunan Indonesia sangat jelas, yaitu untuk menciptakan masyakat yang adil dan makmur, seperti tersirat pada sila kelima Pancasila. Untuk itu perekonomian Indonesia perlu di-restrukturisasi sesuai dengan sistem ekonomi yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia. Kata kunci: restrukturisasi, sistem ekonomi, ekonomi kerakyatan Perkembangan perekonomian Indonesia pada satu dasawarsa terakhir menunjukkan kinerja yang luar biasa. Pada periode sebelumnya telah terjadi krisis ekonomi yang hebat diikuti dengan perubahan tatanan sosial politik yang melahirkan era reformasi. Hasil dari kebijakan ekonomi makro yang hati-hati dan reformasi kebijakan yang efektif, menyebabkan bangsa Indonesia 1 Disampaikan dalam kajian rutin Pusat Pengkajian Pancasila Universitas Negeri Malang, pada Tanggal 28 Oktober 2016. 2 Dosen Jurusan Ekonomi Pembangunan FE-UM. Email: [email protected]. Kajian Rutin, Pusat Pengkajian Pancasila UM 1

Transcript of Restrukturisasi Sistem Ekonomi Indonesia Oleh Agung Haryono

Page 1: Restrukturisasi Sistem Ekonomi Indonesia Oleh Agung Haryono

RESTRUKTURISASI SISTEM EKONOMI INDONESIA1

Oleh: Agung Haryono2

Abstrak

Ketidak merataan penikmatan hasil pembangunan ekonomi bukanlah suatu cita-cita bangsa Indonesia, namun merupakan sebuah realita yang dari hari kehari terus merajalela. Peningkatan rasio gini merupakan bukti bahwa ketimpangan telah terjadi. Tidak ada satu elemenpun dari bangsa ini yang menghedaki terjadinya ketimpangan sosial ekonomi, namun roda perekonomian telah berjalan dengan arah yang kurang terkendali sehingga memicu ketimpangan. Tujuan pembangunan Indonesia sangat jelas, yaitu untuk menciptakan masyakat yang adil dan makmur, seperti tersirat pada sila kelima Pancasila. Untuk itu perekonomian Indonesia perlu di-restrukturisasi sesuai dengan sistem ekonomi yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia.

Kata kunci: restrukturisasi, sistem ekonomi, ekonomi kerakyatan

Perkembangan perekonomian Indonesia pada satu dasawarsa terakhir

menunjukkan kinerja yang luar biasa. Pada periode sebelumnya telah terjadi krisis

ekonomi yang hebat diikuti dengan perubahan tatanan sosial politik yang

melahirkan era reformasi. Hasil dari kebijakan ekonomi makro yang hati-hati dan

reformasi kebijakan yang efektif, menyebabkan bangsa Indonesia dapat

menikmati kemajuan selama beberapa tahun terakhir. Namun demikian tingkat

pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada beberapa tahun terakhir ini sedikit

menurun yang tercermin pada melemahnya permintaan internasional,

melambatnya pertumbuhan investasi akibat harga komoditas yang lebih rendah

dan meningkatnya ketidakpastian peraturan pemerintah, serta adanya hambatan

infrastruktur (OECD, 2015: 7). Berikut paparan beberapa indikator ekonomi yang

menggambarkan perkembangan perekonomian Indonesia.

1 Disampaikan dalam kajian rutin Pusat Pengkajian Pancasila Universitas Negeri Malang, pada Tanggal 28 Oktober 2016.2 Dosen Jurusan Ekonomi Pembangunan FE-UM. Email: [email protected].

Kajian Rutin, Pusat Pengkajian Pancasila UM 1

Page 2: Restrukturisasi Sistem Ekonomi Indonesia Oleh Agung Haryono

Tabel 1 Perkembangan GDP, Laju Pertumbuhan Ekonomi dan Rasio Gini

N0 Tahun GDP (miliar

US$)

Laju Pertumbuhan

rata-rata PDB riil (%)

Rasio Gini

1 1995 243,6 8,2 0,35

2 1998 94,2 -13,3 0,37

3 2000 182,4 4,86 0,30

4 2005 313,2 4,9 0,36

5 2010 709,2 5,7 0,37

6 2011 894.3 6,2 0,41

7 2012 921,4 6,0 0,41

8 2013 916,8 5,6 0,41

9 2014 888,8 5,0 0,41

10 2015 890,49 5,04 0,41

Sumber: BPS Indonesia

Pada dekade 1990an perekonomian Indonesia mengalami krisis yang luar

biasa, sehingga pada tahun 1998 mengalami pertumbuhan ekonomi yang negatif

sebesar 13,3 persen. Sejak tahun 2000 secara umum ekonomi Indonesia telah

bangkit. Pasca krisis GDP tertinggi yang pernah dicapai pada tahun 2012

(US$921,4 miliar) dan angka pertumbuhan ekonomi tertinggi pada tahun 2011

yaitu sebesar 6,2%. Hasil survey ekonomi nasional menunjukkan bahwa

pembangunan ekonomi telah meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyakat

Indonesia, baik pada kalangan ekonomi bawah, menengah ataupun kelompok atas.

Terbukti dengan peningkatan pengeluaran pada kalangan masyarakat (Susenas

ekonomi 2015). Meskipun terdapat perbedaan kelompok pengeluaran untuk

masyarakat pedesaan dan perkotaan. Masyarakat pedesaan 57,24 persen

pengeluaran digunakan untuk makanan sedangkan masyarakat perkotaan 54,21

persen digunakan untuk pengeluaran non makanan. Kondisi ini disebabkan

pendapatan masyarakat pedesaan lebih rendah dibanding dengan pendapatan

masyarakat kota. Masyarakat yang berpengasilan rendah mayoritas

pendapatannya digunakan untuk pengeluaran konsumsi, sedangkan masyarakat

yang berpenghasilan tinggi sebagaian besar pengeluaraanya untuk investasi.

Kajian Rutin, Pusat Pengkajian Pancasila UM 2

Page 3: Restrukturisasi Sistem Ekonomi Indonesia Oleh Agung Haryono

Perkembangan kondisi perekonomian yang positif ini tidak diikuti oleh

pemerataan kesejahteraan hasil pembangunan. Tidak meratanya dalam menikmati

kemajuan ekonomi telah berdampak pada meningkatkan kesenjangan sosial

ekonomi yang ditunjukkan dengan meningkatnya rasio gini. Salah satu faktor

penyebab terjadinya ketimpangan sosial ekonomi, adalah ketidak merataan

masyarakat dalam menikmati hasil pembangunan. Seperti diungkap pada laporan

survey Organization for Economic Co-operation and Development (OCDC)

bahwa 50 persen GDP Indonesia hanya dinikamati oleh golongan ekonomi atas

yang jumlahnya hanya 20 persen dari jumlah penduduk, sedangkan yang 50

persen GDP dinikmati golongan ekonomi menengah dan rendah yang jumlahnya

mencapai 80 persen. Kondisi ini menggambarkan bahwa kelompok ekonomi

tinggi cenderung dapat menikmati hasil pembangunan lebih banyak bila

dibanding dengan kelompok ekonomi rendah.

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi diiringi dengan peningkatan

kesenjangan sosial, sebenarnya telah menunjukkan bahwa perekonomian yang

berjalan di Indonesia kurang tepat. Karena orang kaya akan semakin kaya dan

yang miskin tetap miskin. Sistem yang berjalan seolah-olah telah meng-amini

pendapat bahwa sitem perekonomian Indonesia menganut sistem Neo-liberalisme

yang jelas tidak sesuai dengan jiwa dan karakteristik bangsa Indonesia yang

menjujung tinggi nilai-nilai kesederhanaan, kekeluargaan dan gotong royong.

Nilai-nilai dan Sistem Ekonomi

Sistem ekonomi yang dianut suatu bangsa akan mendasari warganya

dalam melakukan aktivitas ekonomi. Sistem ini juga memberikan kerangka

berfikir masyarakat dalam pengambilan keputusan tindakan ekonomi. Dengan

kata lain sistem ekonomi akan sangat mewarnai moralitas masyarakat dalam

aktivitas ekonomi.

Moralitas dalam ekonomi merupakan permasalahan klasik, sejak awal

perkembangan ilmu ekonomi sampai sekarang masih menjadi bahan dikusi yang

sangat menarik. Sebab sangat disadari bahwa ilmu ekonomi dan perilaku ekonomi

itu tidak dapat dipisahkan dengan moralitas pelaku ekonomi. Swasono (2003)

menyatakan bahwa sebenarnya ilmu ekonomi adalah ilmu moral (economics is a

Kajian Rutin, Pusat Pengkajian Pancasila UM 3

Page 4: Restrukturisasi Sistem Ekonomi Indonesia Oleh Agung Haryono

moral science). Sebagai moral science ekonomi memiliki beberapa dimensi

moral, yaitu: homoethicus, brotherhood, berkeadilan, persamaan dan

kemanusiaan.

Munculnya sistem perekonomian suatu masyarakat juga terkait dengan

moralitas atau nilai-nilai (agama, norma, adat dan budaya) yang dianut

masyarakat. Sistem perekonomian tradisonal misalnya, menyelesaikan

permasalahan ekonomi (produksi, distribusi dan konsumsi) sesuai dengan adat

kebiasaan secara turun temurun, termasuk pekerjaan orang tua juga diwariskan

kepada anak-anaknya. Hal ini dilakukan untuk menjaga kelangsungan produksi

barang/jasa yang dibutuhkan masyarakat. Di Mesir kuno ada ajaran yang

mewajibkan seorang anak harus meneruskan pekerjaan orang tua, jika anak

menginginkan pekerjaan lain maka akan dikenakan denda yang besar (Heilbroner,

R.L:1990).

Konsepsi moralitas dalam perilaku ekonomi adalah mengkaitkan tindakan

ekonomi dengan nilai-nilai moral yang berkembang pada masyarakat. Masalah

moral sangat terkait dengan penghargaan, perhatian atau kepedualian terhadap

pihak lain. Sementara ini perilaku ekonomi lebih banyak dipengaruhi oleh

masalah rasionalitas ekonomi kapitalis dari pada moralitas.

Sistem Ekonomi Kapitalisme dalam arti klasik laissez faire secara nyata

menurut Grossman (1988:5) tidak pernah ada. Negara mana pun yang

menerapkan sistem kapitalisme telah memodifikasi terus menerus selama

beberapa abad, sehingga tidak adil bila membandingkan sistem ekonomi yang

ideal (teoritis) dengan sistem yang aktual, meskipun sama-sama sistem kapitalis.

Apa lagi jika yang dibandingkan sistem kapitalisme ideal dengan sistem sosialis

empiris.

Sistem kapitalisme klasik sangat bertumpu pada kekuatan pasar atau

mekanisme pasar yang mereka sebut invisible hand. Seperti diungkap oleh Cord,

R(2007:67) “They believed that market force, in particular the price mechanism,

would, in time, adjust in such a way that would restore the economy back to full

employment without the need for goverment intervention”.Sistem kapitalisme

sangat percaya bahwa untuk menciptakan keseimbangan ekonomi dan

kesejahteraan masyarakat pemerintah tidak perlu campur tangan, karena

Kajian Rutin, Pusat Pengkajian Pancasila UM 4

Page 5: Restrukturisasi Sistem Ekonomi Indonesia Oleh Agung Haryono

mekanisme pasar akan menciptakan keseimbangan tersebut. Keynes

mengelompokkan beberapa tokoh ekonom klasik yang mengembangkan model

invisible hand, yaitu Adam Smith, David Ricardo, John S. Mill, Marshall dan

Pigou.

Keynes dalam mengembangkan teori ekonomi sudah memasukan peran

pemerintah. Krisis ekonomi dunia tahun 1929 sampai 1931 dipicu oleh semangat

berkembangnya faham kapitalisme yang justru menghasilkan kehancuran

ekonomi dunia. Meskipun sistem perekonomian yang dikembangkan Keynes

sudah memasukkan peran pemerintah, namun ia tetap simpatisan faham liberisme

dengan ekonomi kapitalis (Cord, R. 2007:55).

Kesejahteraan masyarakat akan dicapai jika suatu sistem pasar yang sehat

dapat tercipta, yang tentunya harus ada campur tangan pemerintah. Pasar yang

sehat akan menciptakan suatu sistem ekonomi yang mampu memberikan

pendapatan modal yang adil dan cukup, pekerjaan bagi semua orang dengan gaji

yang memadai untuk hidup layak, dan alokasi optimal secara sosial dari sumber-

sumber produktif masyarakat.

Tantangan yang dihadapi untuk mencapai kondisi di atas adalah

menciptakan suatu peraturan kerangka kerja yang dapat menciptakan sistem pasar

yang sehat. Kapitalisme telah merusak perekoniaan dan sendi kehidupan

masyarakat. Kaum kapitalisme telah berhasil menciptakan kapitalisme uang yang

membuat pemilik modal menjadi terpisah dari penggunaannya untuk produksi.

Hal itu terjadi, dengan beralihnya kekuasaan dari kalangan pengusaha, investor

dan kaum industrialis yang benar-benar terlibat dalam aktivitas produktif, kepada

pemilik uang dan rentenir yang hanya hidup dari pendapatan yang diperoleh dari

asset pemilikan keuangan dan asset-asset lainnya. Pemilik modal dan pasar uang

menjadi semakin jauh dari concern sosial dan terpisah dari perdagangan praktis.

Mereka mengharapkan hasil-hasil yang diperoleh dari tabungan yang semakin

menumpuk, namun menyimpang dari realitas ekonomi yang mendasarinya.

Mekanisme yang digunakan kapitalisme uang global untuk membuat uang dengan

uang, tanpa keharusan ikut terlibat dalam aktivitas yang produktif, telah

memberikan kesempatan bagi orang yang memiliki uang untuk meningkatkan

Kajian Rutin, Pusat Pengkajian Pancasila UM 5

Page 6: Restrukturisasi Sistem Ekonomi Indonesia Oleh Agung Haryono

tuntutan mereka terhadap kumpulan kekayaan masyarakat yang sesungguhnya

tanpa memberi kontribusi kepada produksinya.

Sistem ekonomi komunis dikembangkan oleh Karl Marx. Manifesto

Komunis merupakan buku yang ditulis bersama Engel, dalam buku tersebut ia

menyatakan bahwa “sejarah semua masyarakat yang pernah ada sampai kini

merupakan sejarah perjuangan kelas” (Grossman, 1988: 54). Sehingga semua

masyarakat harus melalui urutan sejarah, yaitu masyarakat komunisme primitif

(suku), perbudakan, feodalime, kapitalisme, sosialisme dan komunisme. Pada

sistem ekonomi komuisme dikenal formula “from each according to his ability, to

each according to his need” (Grossman, 1988: 55).

Karl Marx membayangkan, bahwa masyarakat yang telah mencapai

tataran komunisme akan mencapai keberlimpahan, semua kebutuhan materinya

sudah tercukupi, sehingga tidak diperlukan insentif individu. Hakekat manusia

sebagai pekerja, ia akan bekerja secara suka rela, gembira, efissisen dan sangat

produktif, tanpa mengharapkan suatu insentif langsung seperti upah. Dengan

demikian kondisi kemakmuran masyarakat akan terbentuk, permasalah pokok

ekonomi sudah selesai tidak ada kelangkaan (scarcity), karena semua kebutuhan

manusia sudah terpenuhi (Grossman: 1988).

Sistem ekonomi komunisme yang dikembangkan Marx sebagai reaksi dari

sistem ekonomi kapitalisme yang telah berjalan selama satu abad dan

menciptakan masyarakat menjadi berkelas-kelas, yaitu kaum borjuis dan proletar.

Koreksi Marx terhadap ekonomi kapitalisme ditulis dalam bukunya yang berjudul

Capital yang terdiri dari tiga jilid, ternyata hanya berisi analisis terperinci tentang

perkembangan dan bekerjanya perekonomian kapitalis (Brewer, A.: 2000).

Sitem ekonomi kapitalis ataupun komunis, sebenarnya merupakan suatu

cara bagaimana masyarakat dapat memecahkan masalah pokok ekonomi, yaitu

scarcity. Suatu sistem perekonomian paling tidak memiliki beberapa tugas pokok,

yaitu menentukan :

1. Apa, dimana, bagaimana dan berapa banyak barang-barang yang harus

dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan masyakat.

2. Bagaimana barang dan hasil-hasil ekonomi yang lain didistribusikan kepada

masyarakat.

Kajian Rutin, Pusat Pengkajian Pancasila UM 6

Page 7: Restrukturisasi Sistem Ekonomi Indonesia Oleh Agung Haryono

3. Bagaimana meningkatkan produksi dan pertumbungan ekonomi.

4. Bagaimana mempertahankan hubungan ekonomi dengan dunia luar.

Mengacu pada tugas pokok dan fungsi sistem perekonomian, maka ada

beberapa indikator yang digunakan untuk menjelaskan kinerja ekonomi yang

dicapai.

1. Produksi barang dan jasa yang dihasilkan, sistem perekonomian yang baik

adalah sistem yang mampu memberikan hasil yang melimpah, sehingga

produksi nasional menjadi tinggi.

2. Pertumbuhan ekonomi, peningkatan jumlah produksi barang dan jasa

menggambarkan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi

menjadi target semua sistem ekonomi.

3. Stabilitas, merupakan gambaran kondisi ekonomi yang kondusif untuk

perkembangan kegiatan ekonomi, sebab pelaku ekonomi tidak dapat

menjalankan aktivitas dengan baik jika kondisi perekonomian dalam suasana

inflasi atau deflasi.

4. Keamanan, merupakan dampak dari pertumbuhan ekonomi yang sekaligus

juga merupakan faktor penentu keberhasilan aktivitas ekonomi.

5. Efisiensi, yang meliputi efisiensi teknis dan efisiensi ekonomi. Efieinsi teknis

terkait dengan perbandingan antara penggunaan faktor input dengan output

yang dihasilkan, sedangkan efisiensi ekonomis terkait dengan alokasi sumber

daya yang satu dengan sumber daya lain.

6. Pemerataan, terkait dengan keadilan dalam distribusi hasil kegiatan ekonomi

kepada pelaku ekonomi.

7. Kemerdekaan ekonomi, kebebasan pelaku ekonomi untuk memilih barang dan

jasa yang diperlukan.

8. Kedaulan ekonomi adalah otoritas penentu kebijakan dalam aktivitas ekonomi.

9. Perlindungan terhadap lingkungan.

Dari sekian banyak kriteria ekonomi di atas, yang sering menjadi tolok

ukur utama perekonomian adalah jumlah produksi atau pendapat nasional dan

pertumbuhan ekonomi, namun demikian akhir-akhir ini banyak mengalami

pergeseran dan perubahan bahwa ukuran kemakmuran suatu masyarakat bukanlah

Kajian Rutin, Pusat Pengkajian Pancasila UM 7

Page 8: Restrukturisasi Sistem Ekonomi Indonesia Oleh Agung Haryono

pendapatan atau pertumbuhan ekonomi yang menghasilkan kemakmuran, namun

lebih pada peningkatan kebahagiaan. (Singer, T and Snower, D.J.: 2016).

Sistem Ekonomi Indonesia

Sistem ekonomi Indonesia tidak dapat dilepaskan dari sejarah bangsa

Indonesia. Sejarah mencatat bahwa bangsa Indonesia telah dijajah bangsa asing

lebih dari 350 tahun, tentu pada masa tersebut yang diberlakukan di Indonesia

adalah sistem ekonomi kolonial yang semua aktivitas ekonomi ditujukan untuk

penjajah. Beberapa catatan sejarah perekonomian memaparkan bagaimana

kemajuan perekonomian saat itu terutama untuk sektor perkebunan yang

menopang ekspor. Neraca perdagangan yang aktif tidak berdampak pada

kemakmuran masyarakat. Perekonomian pada era kolonial banyak dikuasai oleh

swasta asing dan negara penjajah.

Pada pertengahan abad 19 tercatat bahwa kegiatan ekonomi di Indonesia

sudah mulai modern, banyak mesin-mesin produksi dengan menggunakan

teknologi mesin uap mulai masuk Indonesia. Hal ini berdampak pada

berkembangnya pabrik-pabrik besar yang mengolah produk-produk primer seperti

tebu, kopi dan minyak. (Lindblad: 2000 dan Arief: 2002). Industri berkembang

dengan pesat, karena didukung dengan ketersediaan bahan baku saat itu yang luar

biasa, sangat murah karena adanya sistem tanam paksa. Selain sektor industri,

sektor perkebunan juga mengalami peningkatan. Perkebunan dalam skala besar

banyak dikembangkan di Jawa dan Sumatra. Kemajuan ekonomi yang luar biasa

tersebut sama sekali tidak berdampak pada kesejateraan rakyat, sebaliknya rakyat

justru semakin menderita karena beban pajak yang ditanggung petani terlalu

tinggi. Dalam perhitungan Bung Hatta (dalam Arief:2002) beban pajak petani di

Jawa dan Madura mencapai 40 persen dari hasil panen.

Belanda merupakan salah negara Eropa pendukung setia ekonomi

kapitalis, sehingga proses industrialisasi di Jawa terus berkembang hingga awal

abad 20. Bahkan pada awal 1990an kota Surabaya merupakan kota industri maju

di Asia setara dengan Kalkuta, Bombay dan Osaka. Perkembangan perekonomian

Surabaya di atas Singapura, Bangkok dan Hongkong. (Lindblad, 2000: 177).

Namun basis industri yang kuat ini tidak didukung oleh sektor perdangan dan

Kajian Rutin, Pusat Pengkajian Pancasila UM 8

Page 9: Restrukturisasi Sistem Ekonomi Indonesia Oleh Agung Haryono

kondisi praindustri masyarakat. Pada sektor perdagangan ekspor Indonesia hanya

mengandalkan produk-produk primer sebagai bahan mentah industri di Belanda

dan Eropa, seperti merica, lada, pala dan damar. Sedangkan masrakat praindustri

sudah mengalami kamajuan dan diakui di dunia internasional, namun sektor ini

tidak tersentuh oleh industrialisasi, seperti kerajinan kayu, logam dan batik.

Setelah merdeka perekonomian Indonesia yang dirumuskan oleh founding

fathers negara bukanlah sekedar cita-cita atau slogan suka-cita kemerdekaan

semata, namun ekonomi Indonesia yang telah dirumuskan dalam pasal 33 UUD

1945 merupakan perumusan hasil kontemplasi para pendiri bangsa Indonesia

terhadap berbagai sistem nilai masyarakat. Pengembangan sistem ekonomi

memang selalu terkait dengan dengan sistem nilai masyarakat. Masyarakat

Indonesia yang sangat menjujung tinggi nilai-nilai kebersamaan,

kegotongroyongan dan persaudaraan.

Bung Hatta sebagai tokoh ekonomi dan pejuang kemerdekaan tegas

menyatakan bahwa pemikiran ekonomi Indonesia harus mengedepankan

kepentingan masyarakat, tetapi hak dan martabat individu harus tetap dilindungi

dan dihargai, sehingga kepentingan dan kemakmuran rakyat harus lebih

dikedepankan tanpa mengabaikan hak perorangan. Tujuan akhir dari sebuah

perekonomian adalah tercapainya “efisiensi sosial” bagaimana rakyat bisa

merasakan kemakmuran dan kesejahteraan dalam arti sesungguhnya sebagai

makhluk sosial, makhluk religi sekaligus makhluk individu. Kemakmmuran dan

kemajuan ekonomi masyarakat tidak hanya diukur dari pembangunan fisik serta

pertumbuhan ekonomi semata, namun juga kesejahteraan dalam arti

sesungguhnya sebagai makhluk sosial, makhluk religi dan sebagai individu.

Beliau tak segan menyebut pemikiran ekonominya sebagai sosialisme ala

Indonesia atau sosialisme religius. Mahakarya dan sekaligus jejak pemikiran

sistem ekonomi Hatta adalah pada pasal 33 UUD 1945. (Kompasiana: 2015)

Sistem ekonomian Indonesia sering disebut sebagai sitem Ekonomi

Pancasila atau Ekonomi Kerakyatan. Mubyarto (2003) menyatakan ciri-ciri sistem

ekonomi Pancasila antara lain: (1) Roda perekonomian digerakan oleh rangsangan

ekonomi, sosial dan moral; (2) Kehendak kuat dari seluruh masyarakat ke arah

kemerataan sosial (egalitarianisme) sesuai asas kemanusiaan; (3) Prioritas

Kajian Rutin, Pusat Pengkajian Pancasila UM 9

Page 10: Restrukturisasi Sistem Ekonomi Indonesia Oleh Agung Haryono

kebijakan ekonomi adalah menciptakan perekonomian nasional yang tangguh,

yang berarti nasionalisme menjiwai tiap-tiap kebijaksanaan ekonomi; (4) Koperasi

merupakan soko guru perekonomian dan merupakan bentuk yang paling konkrit

dari usaha bersama; (5) Adanya perimbangan yang jelas dan tegas antara

perencanaan di tingkat nasional dengan desentralisasi dalam melaksanakan

kegiatan ekonomi untuk menjamin keadilan ekonomi dan sosial.

Pada suatu ekonomi pasar yang produktif, orang ikut serta dalam banyak

peranan dan menjadikan perasaan kemanusiaan mereka terlibat dalam setiap aspek

kehidupan ekonomi. Akan tetapi yang terjadi pada sistem kapitalisme saat ini

adalah kekuasaan untuk melaksanakan hak-hak kepemilikan telah berpindah

tangan kepada badan-badan keuangan global yang bukan manusia. Kekuasaan

uang telah diputus hubungannya dari perasaan kemanusiaan, sehingga manusia itu

sendiri hanya menjadi tawanan dari sebuah sistem yang tidak setia kepada

kebutuhan-kebutuhan mereka sendiri. Menurut Korten (dalam Gamal:2006)

kapitalisme telah berhasil menciptakan sebuah mesin ekonomi global yang amat

berkuasa dan tidak punya perasaan, yang menyerahkan seluruh eksistensinya

untuk tujuan mengubah kehidupan menjadi keuntungan dengan jalan menguras

modal yang masih ada. Lembaga yang sangat berperan menciptakan hal itu adalah

korporasi-korporasi yang merupakan multinasional corporation yang

kekuasaannya telah melintasi batas-batas negara menuju sebuah globalisasi.

Di tengah pesatnya perkembangan ilmu (ideologi) ekonomi global yang

sudah semakin mengarah pada ‘keyakinan’ layaknya agama  (Nelson dalam

Santoso, A:2004), rasanya tidak sulit mengamati ekses dari kecenderungan global

tersebut di Indonesia. Relevansi Ekonomi Pancasila dapat ‘dideteksi’ dari tiga

kontek yang berkaitan yaitu cita-cita ideal pendiri bangsa, praktik ekonomi rakyat,

dan praktek ekonomi aktual yang ‘menyimpang’ karena berwatak liberal,

individualis, dan kapitalistik. Semua itu terangkum dalam kajian lima platform

Ekonomi Pancasila yang bersifat holistik.

Mubyarto (2003) mendeskripsikan lima platform Ekonomi Pancasila

sebagai beriktut. Platform pertama Ekonomi Pancasila yaitu moral agama, yang

mengandung prinsip “roda kegiatan ekonomi bangsa digerakkan oleh rangsangan

ekonomi, sosial, dan moral”. Pada awalnya founding fathers Indonesia

Kajian Rutin, Pusat Pengkajian Pancasila UM 10

Page 11: Restrukturisasi Sistem Ekonomi Indonesia Oleh Agung Haryono

merumuskan politik kemakmuran, keadilan sosial, dan pembangunan karakter

(character building) bangsa yang dilandasi semangat penerapan ajaran moral dan

agama. Itu berarti pembangunan ekonomi harus beriringan dengan pembangunan

moral atau karakter bangsa, dan ditujukan untuk menjamin keadilan antar sesama

makhluk ciptaan Allah, tidak sekedar pembangunan materiil semata. Inilah moral

ekonomi rakyat yang tidak sekedar mencari untung, melainkan memperkuat

silaturahmi, menegakkan norma agama, dan memperhatikan kepentingan sosial.

Platform kedua adalah kemerataan sosial, yaitu ada kehendak kuat warga

masyarakat untuk mewujudkan kemerataan sosial, tidak membiarkan terjadi dan

berkembangnya ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial. Gagasan ini sudah

lama tertuang dalam bagian penjelasan Pasal 33 UUD 45 yang sudah

diamandemen dalam konsep kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan, bukan

kemakmuran orang-seorang. Sampai saat ini masih sulit meyakini realisasi

semangat tersebut karena setiap upaya memakmurkan ekonomi ternyata yang

lebih merasakan dampaknya tetap saja yaitu orang besar baik pengusaha ataupun

pejabat pemerintahan. Masih saja ketimpangan sosial-ekonomi susah untuk

diperkecil. Di puncak piramida yang menguasai mayoritas kue nasional dihuni

segelintir manusia. Sebaliknya, di dasar piramida yang kuenya kecil diperebutkan

puluhan juta orang. Pajak yang sudah diformalkan (UU) dan pajak sebagai

instrumen pemerataan ternyata belum mampu berbuat banyak, padahal potensi

pemerataan dalam pajak sangat besar. Hasil pembangunan khususnya bidang

ekonomi masih dinikamati oleh sebagian kecil anggota masyarakat. Beberapa

orang memiliki kekayaan yang berlimpah, sementara sebagian masyarakat

pendapatannya pas-pasan sekedar untuk bertahan hidup. Pertumbuhan ekonomi

yang terus dipacu 4%, 5%, atau 7%, jika tidak diimbangi dengan memprioritaskan

pemerataan hasil-hasilnya maka kesenjangan ekonomi masyarakat akan semakin

lebar. Contoh sederhana adalah pada ekonomi rakyat Indonesia, terutama di

perdesaan, yang masih memegang prinsip kebersamaan dan solidaritas sosial-

ekonomi dalam kegiatan mereka. Ekonomi Pancasila berfungsi sebagai platform

ekonomi yang memperjuangkan pemerataan dan moral kemanusiaan melalui

upaya-upaya redistribusi pendapatan.

Kajian Rutin, Pusat Pengkajian Pancasila UM 11

Page 12: Restrukturisasi Sistem Ekonomi Indonesia Oleh Agung Haryono

Platform ketiga adalah nasionalisme ekonomi, dalam era globalisasi makin

jelas adanya urgensi terwujudnya perekonomian nasional yang kuat, tangguh, dan

mandiri. Platform ini sejalan dengan konsep founding fathers Indonesia,

khususnya Bung Karno dan Bung Hatta, tentang politik-ekonomi berdikari yang

bersendikan usaha mandiri (self-help), percaya diri (self reliance), dan pilihan

kebijakan luar negeri bebas-aktif. Kemandirian bukan saja menjadi cita-cita akhir

pembangunan nasional, melainkan juga prinsip yang menjiwai setiap proses

pembangunan itu sendiri. Ini mensyaratkan bahwa pembangunan ekonomi

haruslah didasarkan pada kekuatan lokal dan nasional untuk tidak hanya mencapai

nilai tambah ekonomi melainkan juga nilai tambah sosial-kultural, yaitu

peningkatan martabat dan kemandirian bangsa (Swasono:2003).

Platform keempat adalah demokrasi ekonomi berdasar kerakyatan dan

kekeluargaan. Koperasi dan usaha-usaha kooperatif menjiwai perilaku ekonomi

perorangan dan masyarakat. Prinsip ini dijiwai oleh semangat Pasal 33 UUD 1945

yang berisikan prinsip-prinsip demokrasi ekonomi dan landasan konstitusional

koperasi. Untuk itu upaya penegakan demokrasi ekonomi harus tetap diusahakan.

Platform kelima adalah keseimbangan yang harmonis, efisien, dan adil

antara perencanaan nasional dengan desentralisasi ekonomi dan otonomi yang

luas, bebas, dan bertanggungjawab, menuju pewujudan keadilan sosial bagi

seluruh rakyat Indonesia. Tujuan keadilan sosial juga mencakup keadilan antar

wilayah (daerah), yang memungkinkan seluruh wilayah di Indonesia berkembang

sesuai potensi masing-masing. Inilah substansi Negara Kesatuan yang tidak

membiarkan terjadinya ketimpangan sosial-ekonomi antar daerah melalui

pemusatan aktivias ekonomi oleh pemerintah pusat, dan di pusat pemerintahan.

Kesejahteraan tidak dapat dipungkiri telah menjadi tujuan utama dalam

kehidupan setiap manusia. Namun demikian, ada perbedaan pandangan mengenai

apa yang membentuk kesejahteraan itu dan bagaimana hal itu dapat direalisasikan.

Pandangan sekuler modern mempercayai bahwa kesejahteraan dapat dijamin bila

tujuan-tujuan materi tertentu dapat direalisasikan. Tujuan-tujuan materi itu antara

lain adalah pengentasan kemiskinan, pemenuhan kebutuhan materi bagi semua

individu, ketersediaan peluang bagi setiap orang untuk dapat hidup terhormat,

distribusi pendapatan dan kekayaan yang merata. Menurut Chapra (dalam

Kajian Rutin, Pusat Pengkajian Pancasila UM 12

Page 13: Restrukturisasi Sistem Ekonomi Indonesia Oleh Agung Haryono

Gamal:2006) tidak ada sebuah negara di dunia ini yang telah berhasil

merealisasikan sasaran material ini. Sebaliknya yang terjadi justru ketidakstabilan

ekonomi dan ketidakseimbangan makro ekonomi dengan terkurasnya sumber-

sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui dan polusi lingkungan dalam

skala yang dapat mengancam kehidupan di bumi, serta meningkatnya ketegangan

dalam hubungan kehidupan sosial manusia. Korten (Gamal:2006) dalam bukunya

The Post-Corporate World: Life After Capitalism, menyampaikan bahwa masalah

ancaman kehancuran lingkungan dan sosial semakin besar disebabkan oleh ekses-

ekses dalam sebuah sistem ekonomi yang buta terhadap kebutuhan manusia

sebagai titik tolaknya. Setelah runtuhnya kekuasaan Uni Soviet pada awal dekade

1990-an, yang turut menunjukkan ”kematian” sistem sosialisme, sistem

kapitalisme seakan berjalan merajalela meninggalkan bentuk aslinya, bahkan

terjadi penghancuran dan pembusukan kapitalisme dari dalam dirinya sendiri.

Kapitalisme berkembang menjadi korporatisme, yang membuat semakin

terpusatnya kekuasaan di tangan segelintir korporasi global dan lembaga-lembaga

keuangan internasional dan telah melucuti pemerintah dari kemampuannya untuk

menempatkan prioritas ekonomi, sosial, dan lingkungan dalam kerangka

kepentingan umum yang lebih luas. Sejumlah kecil orang menikmati kesenangan

material baru, namun kehidupan orang yang lebih banyak jumlahnya telah

merosot, dan kesenjangan makin menganga hampir di segala penjuru dunia.

Didorong oleh keinginan kuat untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar

bagi kepentingan para investornya, korporasi dan lembaga-lembaga keuangan

global teleh mengubah kekuasaan ekonominya menjadi kekuasaan politik. Gamal

(2006), seorang mantan economic hit man dalam bukunya Confessions of an

Economic Hit Man, mengakui mengutamakan kapitalisme yang menyerupai

masyarakat feodal zaman pertengahan dalam membantu menumbuhkan ekonomi,

telah menjadikan segelintir orang yang duduk di puncak piramida menjadi lebih

kaya lagi, sementara pertumbuhan ekonomi itu tidak melakukan apapun bagi

mereka yang berada di dasar piramida selain mendorong mereka menjadi lebih

miskin lagi. Bahkan, beliau mengakui bahwa untuk ”membantu” pembangunan

sebuah negara, korporasi-korporasi melalui pemerintah negara adidaya tidak

jarang memaksakan kehendaknya. Dengan demikian, pembangunan yang

Kajian Rutin, Pusat Pengkajian Pancasila UM 13

Page 14: Restrukturisasi Sistem Ekonomi Indonesia Oleh Agung Haryono

dilakukan pada negara tersebut menimbulkan permasalahan yang lebih besar dari

pada manfaat yang diperoleh oleh negara beserta masyarakatnya.

Sistem Ekonomi Kerakyatan

Sistem Ekonomi Kerakyatan sebenarnya bukanlah suatu sistem ekonomi

baru yang dianut Indonesia, namun lebih pada perkembangan istilah dari sistem

ekonomi Indosesia. Bung Hatta sebagai konseptor perekonomian lebih suka

menamakan sistem sosialis religius. Sering dengan perkembangan kondisi sosial

politik pada orde baru pemerintah gencar melakukan sosialisasi nilai-nilai

Pancasila maka dimunculkan istilah baru sistem Ekonomi Pancasila. Setelah orde

baru runtuh ekonomi Pancasila juga ikut hilang, karena dalam implementasinya

ekonomi Pancasila merupakan sitem ekonomi yang menjamin para penguasa dan

pengusaha besar (Mubyarto: 2014). Sebagai pengganti dimunculkan ekonomi

kerakyatan.

Berdasarkan uraian tentang sistem ekonomi Indonesia di atas, ciri-ciri

positif Sistem Ekonomi Kerakyatan adalah sebagai berikut.

a. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.

b. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup

orang banyak dikuasai oleh negara.

c. Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya sebagai pokok-

pokok kemakmuran rakyat dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk

sebesar-besar kemakmuran rakyat .

d. Sumber kekayaan dan keuangan negara digunakan dengan permufakatan

lembaga-lembaga perwakilan rakyat dan pengawasan terhadap kebijak-

sanaannya ada pada perwakilan rakyat pula (Pasal 23 UUD 1945 Hasil

Amandemen).

e. Warga negara memiliki kebebasan dalam memilih pekerjaan yang dikehendaki

serta mempunyai hak akan pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi

kemanusiaan (Pasal 27 UUD 1945 Hasil Amandemen).

f. Perekonomian daerah dikembangkan secara serasi dan seimbang antar daerah

dalam satu kesatuan perekonomian nasional dengan mendayagunakan potensi

dan peran serta daerah secara optimal dalam rangka perwujudan wawasan

Kajian Rutin, Pusat Pengkajian Pancasila UM 14

Page 15: Restrukturisasi Sistem Ekonomi Indonesia Oleh Agung Haryono

nusantara dan ketahanan nasional.

g. Hak milik perorangan diakui dan pemanfaatannya tidak boleh bertentangan

dengan kepentingan masyarakat.

h. Potensi, inisiatif, dan daya kreasi setiap warga negara dikembangkan

sepenuhnya dalam batas-batas yang tidak merugikan kepentingan umum.

Di samping kedelapan ciri sistem ekonomi kerakyatan tersebut,

Pemerintah sama sekali tidak menghendaki adanya fakir miskin dan anak-anak

terlantar. Oleh karena itu, mereka dipelihara negara agar dapat memperoleh

penghidupan dan pendidikan yang layak bagi kehidupan manusia.

Adapun ciri-ciri negatif yang dihindarkan dalam sistem ekonomi

kerakyatan adalah sebagai berikut.

a. Sistem free fight liberalism yang menumbuhkan eksploitasi terhadap manusia

dan bangsa lain, yang dalam sejarah Indonesia hal itu telah menimbulkan dan

mengakibatkan kelemahan struktural ekonomi nasional dan posisi Indonesia

dalam perekonomian dunia.

b. Sistem etatisme dalam arti bahwa negara beserta aparatur ekonomi negara

bersifat dominan, mendesak, dan mematikan potensi serta daya kreasi unit-unit

ekonomi di luar sektor negara.

c. Persaingan tidak sehat dan pemusatan kekuatan ekonomi pada suatu kelompok

dalam berbagai bentuk monopoli dan monopsoni yang merugikan masyarakat

dan bertentangan dengan cita-cita keadilan sosial.

Berdasarkan uraian di atas pengertian sistem ekonomi kerakyatan dapat

disimpulkan sebagai suatu tatanan perekonomian yang bertumpu pada mekanisme

pasar yang berkeadilan dengan prinsip persaingan sehat yang memungkinkan

seluruh potensi masyarakat dapat diberdayakan melalui kegiatan ekonomi

(Banu,dkk: 2010). Sistem ekonomi jenis ini jelas bukan sistem pasar/kapital

(dianut oleh negara yang berideologi liberal) maupun sistem ekonomi

terpusat/sosial (dianut oleh negara yang berideologi komunis). Tujuan pengaturan

perekonomian ini adalah pertumbuhan ekonomi dengan mengedepankan

perlakuan yang adil bagi seluruh masyarakat. Melalui sistem ekonomi kerakyatan

ini dimungkinkan seluruh potensi masyarakat, baik sebagai produsen/pengusaha,

konsumen, tenaga kerja, tanpa membedakan suku, agama, dan gender memperoleh

Kajian Rutin, Pusat Pengkajian Pancasila UM 15

Page 16: Restrukturisasi Sistem Ekonomi Indonesia Oleh Agung Haryono

kesempatan yang sama untuk berperan aktif dan meningkatkan taraf hidupnya

dalam berbagai kegiatan ekonomi. Lebih lanjut, aturan tentang tata perekonomian

Indonesia secara tegas dituangkan dalam UUD 1945 Hasil Amandemen, Pasal 33,

yang terdiri dari 5 (lima) ayat, meliputi 3 (tiga) ayat lama dan 2 (dua) ayat

tambahan. Implementasi dan Makna Pasal 33 UUD 1945

Ayat 1, Pasal 33, UUD 1945, bermakna bahwa tanggung jawab terhadap

perekonomian nasional terletak pada seluruh masyarakat Indonesia tanpa kecuali.

Hal ini berarti bahwa seluruh rakyat bersama-sama dengan Pemerintah diharapkan

dapat ikut berpartisipasi dalam membangun dan mengembangkan perekonomian

bangsa untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur.

Dalam sistem ekonomi kerakyatan yang diutamakan adalah kemakmuran

seluruh rakyat, bukan orang per orang atau golongan tertentu (Banu dkk: 2010).

Perekonomian dirancang dan dilaksanakan bersama secara gotong-royong yang

dijiwai oleh asas kekeluargaan. Pernyataan dalam Ayat 1, Pasal 33, UUD 1945 ini

merupakan perwujudan dari pelaksanaan sistem ekonomi kerakyatan yang

didasari oleh demokrasi ekonomi. Penjelasan Ayat 1 Pasal 33 UUD 1945 Hasil

Amandemen memang telah dihilangkan, artinya pernyataan bahwa koperasi

sebagai “bangun perusahaan yang sesuai dengan itu adalah koperasi” telah

dihilangkan dari penjelasan Pasal 33, Ayat 1. Namun menurut Bung Hatta, setiap

sistem perekonomian yang dibangun dengan dasar kebersamaan (mutuality) dan

asas kekeluargaan (brotherhood/ukhuwah watoniah) adalah koperasi. Dengan

demikian jelas bahwa koperasi merupakan salah satu pelaku ekonomi di

Indonesia, sebagaimana tertuang dalam Pasal 33 UUD 1945.

Makna Pasal 33, Ayat 2, UUD 1945, memberikan landasan bagi ruang

gerak badan usaha milik swasta (BUMS). Tidak ada larangan bagi BUMS untuk

mengelola berbagai cabang produksi, sepanjang cabang produksi tersebut tidak

penting bagi negara dan tidak menguasai hajat hidup orang banyak.

Ketentuan ini diarahkan pada upaya untuk menghindari terjadinya mono-

poli yang merugikan rakyat. Jika cabang-cabang produksi yang penting bagi

negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh swasta,

menyebabkan hasil produksinya dimonopoli oleh pihak swasta. Pemegang

Kajian Rutin, Pusat Pengkajian Pancasila UM 16

Page 17: Restrukturisasi Sistem Ekonomi Indonesia Oleh Agung Haryono

monopoli dapat bertindak “sesuka hatinya” untuk mencapai kepentingan pribadi,

meskipun merugikan orang banyak. Sebagai contoh, untuk mengejar keuntungan

yang besar, mereka dapat menentukan harga setinggi mungkin. Agar harga barang

tetap tinggi, mereka akan mengatur jumlah persediaan barang di pasaran sekecil

mungkin sehingga tidak cukup untuk menuhi kebutuhan masyarakat. Seandainya

hal di atas terjadi, akan sangat merugikan masyarakat karena tidak seluruh masya-

rakat dapat memenuhi kebutuhan barang tersebut. Sebaliknya, jika cabang-cabang

produksi yang dimaksud dikuasai negara, penggunaannya akan diarahkan untuk

mencapai kemakmuran rakyat semaksimal mungkin.

Makna Pasal 33, Ayat 3, UUD 1945, memberikan jaminan keadilan dalam

perekonomian bagi seluruh rakyat. Negara sebagai pengatur dan perancang

perekonomian harus menguasai bumi, air, dan kekayaan alam yang merupakan

sumber alat pemenuhan kebutuhan vital masyarakat untuk mencapai kemakmuran

bersama.

Setiap tindakan Pemerintah selalu dimaksudkan untuk memakmurkan

semua warganya. Pemerintah selalu mementingkan pemenuhan kebutuhan rakyat

bukan untuk mencari keuntungan semata. Jadi, Pemerintah tidak bersifat profit

motives melainkan benefit motives memberikan layanan dan manfaat bagi seluruh

lapisan masyarakat.

Ayat 2 dan 3, Pasal 33, UUD 1945 ini merupakan penegasan lebih lanjut

dari Ayat 1, Pasal 33, UUD 1945. Sebagai pengatur dan perancang perekonomian,

negara/pemerintah harus menguasai unsur-unsur produksi untuk memenuhi ke-

butuhan masyarakat yang vital. Adapun untuk melaksanakan sebagian dari

ketentuan ini negara/pemerintah membentuk BUMN/BUMD. Dengan demikian,

pemerintah leluasa mengatur penggunaannya untuk memenuhi kepentingan

seluruh rakyat.

Pemerintah juga bertanggung jawab dan mempunyai tugas untuk mengem-

bangkan dan memajukan usaha koperasi dan BUMS agar ketiga pilar

perekonomian nasional memiliki kemampuan yang sama kuat dalam menyangga

perekonomian nasional. Pemerintah memberikan peluang dan kesempatan seluas-

luasnya kepada koperasi dan BUMS untuk berperan maksimal dalam pengem-

bangan perekonomian.

Kajian Rutin, Pusat Pengkajian Pancasila UM 17

Page 18: Restrukturisasi Sistem Ekonomi Indonesia Oleh Agung Haryono

Upaya Pemerintah dalam mengembangkan dan memajukan usaha koperasi

dan BUMS adalah sebagai berikut:

a. memberikan dorongan, pembinaan, dan perlindungan terhadap usaha-usaha

koperasi dan BUMS,

b. membuka tempat-tempat latihan kerja yang berupa Balai Latihan Kerja (BLK)

dalam mempersiapkan tenaga-tenaga terampil untuk menunjang pengem-

bangan usaha swasta,

c. memberikan bantuan kredit sebagai modal kerja melalui bank-bank

Pemerintah dan swasta dengan syarat ringan, dan

d. mencarikan bapak angkat bagi perusahaan-perusahaan yang memerlukannya

sehingga memungkinkan terjadinya transfer teknologi dan manajemen usaha.

Pasal 33, Ayat 4, UUD 1945 memberikan acuan normatif dalam

melaksanakan perekonomian di Indonesia. Artinya, demokrasi ekonomi

merupakan dasar perekonomian nasional. Untuk melaksanakan demokrasi

ekonomi tersebut diterapkan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan,

berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga

keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Prinsip-prinsip

sebagaimana disebutkan di atas merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

Penempatan demokrasi ekonomi pada salah satu ayat (Ayat 4) ini ternyata

menyisakan perdebatan yang berkepanjangan.

Pasal 33, Ayat 5, UUD 1945, memuat ketentuan tentang dapat

dikeluarkannya Undang-undang yang dibuat untuk mengatur pelaksanaan Pasal

33 di atas. Undang-udang tersebut dikeluarkan tentunya dengan

mempertimbangkan peran yang harus dimainkan oleh ketiga pelaku ekonomi

nasional, yaitu BUMN/BUMD, koperasi, dan swasta/BUMS.

Pasal 33 Undang Undang Dasar (UUD) 1945 telah mengalami empat kali

amandemen. Penjelasan Pasal 33 dihilangkan, sejumlah hal yang selama ini

dikemukakan secara tegas dan jelas pada bagian penjelasan Pasal 33, kini hilang

sama sekali. Sekecil apa pun, hal itu tentu sangat besar pengaruhnya terhadap

makna asli yang dikandung oleh Pasal 33 UUD 1945.

Meskipun Ayat 5, Pasal 33, UUD 1945 menyatakan bahwa pelaksanaan

Pasal 33 akan di atur dengan undang-undang (UU), hal itu tidak dapat dijadikan

Kajian Rutin, Pusat Pengkajian Pancasila UM 18

Page 19: Restrukturisasi Sistem Ekonomi Indonesia Oleh Agung Haryono

sebagai jaminan bahwa hal-hal yang hilang itu akan muncul kembali dalam UU

yang menjadi turunan Pasal 33. Kalimat yang terdapat pada bagian penjelasan

yang dihilangkan adalah adalah sebagai berikut, "Dalam Pasal 33 tercantum dasar

demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua, di bawah

pimpinan atau penilikan anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran

masyarakatlah yang diutamakan bukan kemakmuran orang seorang. Sebab itu,

perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan.

Bangun perusahaan yang sesuai dengan itu ialah koperasi."

Pada Ayat 4, Pasal 33, UUD 1945, kata demokrasi ekonomi memang

muncul kembali. Tetapi kedudukan dan pengertiannya berubah, kata demokrasi

ekonomi sebagai ayat yang keempat dalam batang tubuh. Terlebih dengan embel-

embel "dengan prinsip keadilan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan

lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan

kesatuan ekonomi nasional” Ini semakin sulit dipahami makna dari demokrasi

ekonomi itu sendiri. Akhirnya demokrasi ekonomi berubah posisinya, hanya

menjadi salah satu ayat dalam Pasal 33. Hal ini bertolak belakang dengan fungsi

asli ungkapan demokrasi ekonomi sebagaimana dimaksud pada Pasal 33 UUD

1945 sebelum amandemen. Prinsip demokrasi ekonomi sesungguhnya berfungsi

sebagai payung bagi ketiga ayat yang terdapat dalam Pasal 33 itu. Artinya, yang

prinsip dalam sistem perekonomian Indonesia adalah penyelenggaraan demokrasi

ekonomi.

Sistem Ekonomi Indonesia perlu dibangun kembali, karena sistem

ekonomi Indonesia bukan sistem ekonomi Neo-Liberalisme dan bukan sistem

Ekonomi Terpimpin atau Komando. Peran pemerintah dalam sistem neo-

liberalime sebagai penyangga, pembuat aturan dan kebijakan yang menjamin

mekanisme pasar akan berjalan. Sehingga semua kebijakan mengarah pada

kelancaran mekanisme pasar, yang sudah terbukti akan kegagalannya. Mekanisme

pasar terbukti gagal dalam menjalankan misi keadilan dan pemerataan hasil

aktivitas ekonommi. Pada sistem ekonomi terpimpin, peran negara sebagai sentral

pengendali dan pelaku ekonomi yang menjalankan kegiatan ekonomi untuk

rakyat. Sistem ini jelas kontra produktif terhadap kemerdekaan dan kedaulatan

ekonomi yang telah diamanatkan oleh UUD 1945.

Kajian Rutin, Pusat Pengkajian Pancasila UM 19

Page 20: Restrukturisasi Sistem Ekonomi Indonesia Oleh Agung Haryono

Peran pemerintah dalam sistem ekonomi Indonesia adalah sebagai pelaku

dan pengatur lalulintas kegiatan perekonomian, yang dapat menjamin bahwa

semua warga masyarakat memiliki kebebasan memilih (kemerdekaan) dan

memberi kesempatan yang sama (kedulatan) dalam menjalankan aktivitas

perekonomian. Semua aturan dan kebijakan pemerintah pusat dan daerah harus

mengacu dan menjabarkan dari aturan perekonomian di UUD 1945. Peningkatan

kepedulian pimpinan dalam menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi

masyarakat hingga dapat meningkatkan partisipasi anggota masyakat dalam

kegiatan ekonomi produktif (Haryono: 2015).

Simpulan

Sistem Ekonomi Indonesia bukanlah sistem ekonomi terpimpin dan bukan

pula neo-liberal, namun sebuah sistem yang dibangun dari sistem tatanilai dan

norma-norma yang berlaku dan dijunjung tinggi oleh masyarakat Indonesia.

Landasan pembangunan sistem ekonomi Indonesia sudah jelas yaitu pasal 33

UUD 1945, namun bentuk riil dari sistem tersebut masih perlu dikembangkan.

Bagaimana peran pemerintah dan masyarakat dalam melakukan kegiatan

ekonomi, bagaimana hubungan antar pelaku ekonomi, dan bagaimana hak dan

kewajiban masing-masing pelaku ekonomi.

Daftar Rujukan

Arief, Sritua. 2002. Ekonomi Kerakyatan Indonesia, Mengenang Bung Hatta Bapak Ekonomi Kerakyatan Indonesia, Surakarta: Muhhamadiayah University Press.

Banu, B.S, Haryono, A dan Winarno, 2010. Pasal 33 UUD 1945 dalam Perspekif Pembudayaan Nilai-nilai dasar Pancasila, Malang: UM Press.

BPS, 2015. Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia, Survey Sosial Ekonomi Nasional, Badan Pusat Statistik Indonesia.

Brewer, A. 2000. Kajian Kritis Das Kapital Karl Marx. Jakarta: Teplok Press.

Cord, R. 2007. Keynes. London: Haus Publishing

Gamal, M. 2006. Keserakahan dan Moralitas Ekonomi, Media Indonesia http://www.mediaind.com

Kajian Rutin, Pusat Pengkajian Pancasila UM 20

Page 21: Restrukturisasi Sistem Ekonomi Indonesia Oleh Agung Haryono

Grossman, G. 1988. Economic Systems, alih bahasa Anas Sidik, Jakarta: Bumi Aksara.

Haryono, A. 2015, Kajian Efektivitas Peningkatan Ekonomi Kerakyatan melalui Pasar Tadisional dengan Pasar Modern, Badan Pengembangan Penelitian dan Diklat, Kabupaten Pasuruan.

Heilbroner, R.L. 1990. Terbentuknya Masyarakat Ekonomi, Terjemahan The Making of Economic Society, Jakarta; Ghalilia Indonesia.

Kompasiana. tanpa tahun. Bung Hatta, Sang Konseptor Perekonomian Bangsa Indonesia, diakses dari http://www.kompasiana.com/ryanagatha/bung-hatta-sang-konseptor-perekonomian-bangsa-indonesia.

Lindblad, J.T editor. 2000. Sejarah Ekonomi Modern Indonesia, Jakarta: LP3ESMubyarto. 2003. Sistem Ekonomi Pancasila, Jurnal Ekonomi Rakyat.

Mubyarto. 2014. Ekonomi Kerakyatan, Jakarta: Lembaga Suluh Nusantara bekerja sama dengan American Institute fo Indonesian Studies (AIFIS).

OCDC, 2015. Laporan Hasil Survey Ekonomi Indonesia, Organization for Economic Co-operation and Development. Diakses dari:http://OECD.org

Santoso, Awan. 2010. Ekonomi Kerakyatan: Urgensi, Konsep dan Aplikasi. Yogjakarta: Mercu Buana

Singer, T and Snower, D.J. 2015. Caring Economics; A New Approach to Prosperity, diakses dari http://caringeconomic.org

Swasono. S E. 2003. Ekpose Ekonomika Globalisme dan Kompetensi Sarjana Ekonomi. Pusat Studi Ekonomi Pancasila. Yogjakarta

Kajian Rutin, Pusat Pengkajian Pancasila UM 21