Responsi Kulit Afi

31
BAB I TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengadung zat tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut dan kuku, yang disebabkan oleh jamur dermatofita. Sedangkan dermatomikosis adalah semua penyakit jamur yang menyerang kulit 1,2,3 . Penyakit ini disebut juga tinea, ringworm, teigne, herpes sirsinata, kurap. B. Epidemiologi Sekarang ini, infeksi yang disebabkan dermatofita diperkirakan semakin meningkat. Peningkatan jumlah pasien dengan keadaan imunokompromise seperti AIDS, DM, kanker dan transplantasi organ menyebabkan penyakit ini lebih menonjol. Diperkirakan 20%-25% populasi dunia terinfeksi dermatofita dan insidensinya cenderung naik 4 . Sejumlah penelitian menyebutkan infeksi dermatofita berhubungan dengan aktivitas, kondisi lingkungan dan kelompok usia tertentu 5 . C. Etiologi Dermatofita adalah golongan jamur yang menyebabkan dermatofitosis. Golongan jamur ini mempunyai sifat 1

description

responkul

Transcript of Responsi Kulit Afi

Page 1: Responsi Kulit Afi

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengadung zat tanduk,

misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut dan kuku, yang disebabkan

oleh jamur dermatofita. Sedangkan dermatomikosis adalah semua penyakit

jamur yang menyerang kulit1,2,3.

Penyakit ini disebut juga tinea, ringworm, teigne, herpes sirsinata, kurap.

B. Epidemiologi

Sekarang ini, infeksi yang disebabkan dermatofita diperkirakan semakin

meningkat. Peningkatan jumlah pasien dengan keadaan imunokompromise

seperti AIDS, DM, kanker dan transplantasi organ menyebabkan penyakit ini

lebih menonjol. Diperkirakan 20%-25% populasi dunia terinfeksi dermatofita

dan insidensinya cenderung naik4. Sejumlah penelitian menyebutkan infeksi

dermatofita berhubungan dengan aktivitas, kondisi lingkungan dan kelompok

usia tertentu5.

C. Etiologi

Dermatofita adalah golongan jamur yang menyebabkan dermatofitosis.

Golongan jamur ini mempunyai sifat mencerna keratin, terdiri dari 3 genus,

yaitu Microsporum, Tricrophyton dan Epidermophyton. Selain sifat keratolitik

masih banyak sifat yang sama diantara dermatofita, antara lain sifat faali,

taksonomis, antigenik, kebutuhan zat makanan dan penyebab penyakit1.Dari 41

spesies dermatofita yang sudah dikenal hanya 23 spesies yang dapat

menyebabkan penyakit pada manusia dan binatang yang terdiri dari 15 spesies

Tricrophyton, 7 spesies Microsporumdan 1 spesies Epidermophyton2. Enam

spesies penyebab dermatofitosis terbanyak di Indonesia adalah Trychophyton

rubrum,Trychophyton mentagrophytes, Trychophyton concentricum,

Microsporum canis, Microsporum gypseum dan Epidermophyton floccosum6.

1

Page 2: Responsi Kulit Afi

Berdasarkan habitatnya, golongan dermatofita dibagi menjadi 3 kelompok,

geofilik, zoofilik, dan antropofilik. Kelompok geofilik hidup di tanah, dan

sesekali menyerang manusia melalui kontak langsung dengan tanah melalui

spora yang dapat hidup bertahun-tahun. Strain Microsporum gypseum yang

berasal dari kultur tubuh manusia, lebih berbahaya dari bentuk yang ditemukan

di tanah3.

Kelompok zoofilik biasanya ditemukan pada hewan, tapi juga di

transmisikan ke manusia. Sumber infeksi utamanya adalah dari kucing dan

anjing yang dipelihara manusia (M. Canis). Transmisi dapat terjadi melalui

kontak langsung dengan hewan tersebut atau secara tidak langsung bila bulu

hewan yang terinfeksi ada di pakaian atau dirumah. Area yang sering terkena

kulit kepala, jenggot, muka dan lengan3.

Kelompok antropofilik sudah beradaptsi dengan manusia sebagai hostnya.

Tidak seperti kelompok feofilik dan zoofilik, antropofilik lebih sering terjadi di

lingkungan, disebarkan orang ke orang melalui kontak langsung. Infeksi

kelompok ini bervariasi dari yang asimtomatis sampai terjadi inflamasi

tergantung dari virulensi dan keadaan tubuh manusia3.

Selain cara penularan langsung dan tidak langsung, juga terdapat faktor-

faktor penularan lain2:

1. Faktor virulensi dari dermatofita

Virulensi ini tergantung pada afinitas jamur itu, apakah jamur

Antropofilik, Zoofilik atau Geofilik. Selain afinitas ini masing-masing jenis

jamur ini berbeda pula satu dengan yang lain dalam afinitas terhadap

manusia maupun bagian-bagian dari tubuh Misalnya : Trichophyton rubrum

jarang menyerang rambut, Epidermophyton floccosum paling sering

menyerang lipat pada bagian dalam.

2. Faktor trauma

Kulit yang utuh tanpa lesi-lesi kecil, lebih susah untuk terserang jamur.

3. Faktor-suhu dan kelembaban

2

Page 3: Responsi Kulit Afi

Kedua faktor ini sangat jelas berpengaruh terhadap infeksi jamur, tampak

pada lokalisasi atau lokal, di mana banyak keringat seperti lipat paha dan

sela-sela jari paling sering terserang penyakit jamur ini.

4. Keadaan sosial serta kurangnya kebersihan

Faktor ini memegang peranan penting pada infeksi jamur di mana terlihat

insiden penyakit jamur pada golongan sosial dan ekonomi yang lebih

rendah, penyakit ini lebih sering ditemukan dibanding golongan sosial dan

ekonomi yang lebih baik.

5. Faktor umur dan jenis kelamin

Penyakit Tinea kapitis lebih sering ditemukan pada anak-anak

dibandingkan orang dewasa, dan pada wanita lebih sering ditemukan infeksi

jamur di sela-sela jari dibanding pria dan hal ini banyak berhubungan

dengan pekerjaan. Di samping faktor-faktor tadi masih ada faktor-faktor lain

seperti faktor perlindungan tubuh (topi, sepatu dan sebagainya) , faktor

transpirasi serta pemakaian pakaian yang serba nilon, dapat mempermudah

penyakit jamur ini.

D. Patogenesis

Infeksi dermatofita melibatkan 3 tahapan, pelekatan ke keratinosit,

penetrasi melewati dan diantara sel, dan perkembangan respon host.

Untuk melekatkan arthrokonidia ke jaringan keratin, jamur harus tahan

dengan berbagai efek dari sinar ultraviolet, suhu dan kelembaban yang

bervariasi, kompetisi dengan flora normal dan sphingosin yang diproduksi sel

keratinosit. Asam lemak yang dihasilkan oleh kelenjar sebacea berfungsi

sebagai fungistatik. Keberadaan asam lemak ini pada anak post pubertas dapat

diduga sebagai penyebab penurunan kejadian tinea kapitis setelah dewasa3.

Setelah melekat, spora harus berkembang dan masuk ke stratum korneum

lebih cepat daripada deskuamasi. Penetrasi berhasil dengan ditandai sekresi

proteinase, lipase, dan enzim musinolitik, yang juga menyediakan makanan

untuk jamur. Trauma dan maserasi juga berperan dan merupakan faktor

penting dalam patogenesis tinea pedis3.

3

Page 4: Responsi Kulit Afi

Derajat inflamasi yang terjadi dipengaruhi oleh status imun penderita dan

organisme yang terlibat. Pengenalan imunologis dan kemotaksis dari sel

inflamasi melalui berbagai cara. Beberapa jamur menghasilkan faktor

kemotaksis dengan BM rendah seperti yang dihasilkan oleh bakteri.

Pembentukan antibodi tidak terlihat sebagai perlindungan infeksi dermatofita,

tetapipasien dengan infeksi luas dapta ditemukan kenaikan titer antibodi.

Reaksi hipersensitivitas tipe IV atau reaksi tipe lambat sebagai peran yang

sangant penting dalam melawan dermatofitosis. Yang berperan dalam imunitas

seluler ini adalah interferon γ yang disekresikan oleh sel limfosit T helper 1.

Pada pasien yang pertama kali terkena, infeksi primer menyebabkan inflamasi

minimal dan skin test trichophytin masih negatif. Infeksi menghasilkan eritema

yang ringan dan skuama sebagai efek peningkatan pergantian keratinosit.

Antigen dermatofita kemudian diproses oleh sel langerhans epidermal dan

dipresentasikan kepada linfosit T di limfonodi lokal. Limfosit T kemudian

berprolifrerasi dan bermigrasi ke tempat infeksi untuk menyerang jamur. Pada

saat ini, lesi tiba-tiba terjadi inflamasi dan barrier epidermis menjadi permeabel

untuk transferin dan sel yang bermigrasi. Kemudian jamiur menghilang dan

lesi sembuh. Skin test trichophytin sekarang positif3.

E. Klasifikasi

Dermatofitosis dibagi berdasarkan bagian tubuh manusia yang diserang

sehingga lebih praktis dan dianut oleh sebagian besar dokter spesialis kulit,

yaitu:

- Tinea kapitis, dermatofitosis pada kulit kepala dan rambut kepala

- Tinea barbae, dermatofitosis pada dagu dan jenggot

- Tinea kruris, dermatofitosis pada daerah genitokrural, anus, bokong dan

kadang sampai daerah perut bagian bawah

- Tinea pedis et manus, dermatifitosis pada kaki dan tangan

- Tinea unguium, dermatofitosis padakuku jaari tangan dan kaki

- Tinea korporis, dermatofitosis pada daerah selain bagian yang tidak

termasuk diatas, seperti perut, dada dan punggung.

4

Page 5: Responsi Kulit Afi

Gambar 1. Klasifikasi dermatofitosis

1. Tinea Kapitis

(Scalp ring worm ;Tinea Tonsurans)

Biasanya penyakit ini banyak menyerang anak-anak dan sering ditularkan

melalui binatang- binatang peliharaan seperti kucing, anjing dan sebagainya.

Berdasarkan bentuk yang khas tinea kapitis dibagi dalam 4 bentuk :

a. Grey patch ring worm

Penyakit ini dimulai dengan papula merah kecil yang melebar ke

sekitarnya dan membentuk bercak yang berwarna pucat dan bersisik. Warna

rambut jadi abu-abu dan tidak mengkilat lagi, serta mudah patah dan

terlepas dari akarnya, sehingga menimbulkan alopesia setempat, disebut

daerah grey patch1,2.

Dengan pemeriksaan sinar wood tampak flouresensi kekuning-kuningan

pada rambut yang sakit melalui batas grey patch tersebut1,2. Grey patchyang

5

Tinea kapitis

Tinea korporis

Tinea cruris

Tinea pedis/manum

Page 6: Responsi Kulit Afi

dilihat dalam klinik tidak menunjukkan batas daerah sakit yang pasti1. Jenis

ini sering disebabkan oleh Microsporum1,2 dan trichophyton2.

b. Black dot ring worm

Infeksi jamur terjadi di dalam rambut (endotrik) atau luar rambut (ektotrik)

yang menyebabkan rambut putus tepat pada permukaan kulit kepala2.

Bagian rambut yang tersisa adalah ujung rambut yang penuh dengan spora1.

Ujung rambut tampak sebagai titik-titik hitam diatas permukaan kulit,

yang berwarna kelabu sehingga tarnpak sebagai gambaran ” back dot”.

Biasanya bentuk ini terdapat pada orang dewasa dan lebih sering pada

wanita. Rambut sekitar lesi juga jadi tidak bercahaya lagi disebabkan

kemungkinan sudah terkena infeksi2.Terutama disebabkan olehTrichophyton

tonsurans, Trichophyton violaceum, Trichophyton mentagrophyites1,2.

c. Kerion

Bentuk ini adalah yang serius, karena disertai dengan radang yang hebat

yang bersifat lokal, sehingga pada kulit kepala tampak bisul-bisul kecil yang

berkelompok dan kadang-kadang ditutupi sisik-sisik tebal. Rambut di

daerah ini putus-putus dan mudah dicabut. Bila kerion ini pecah akan

meninggalkan suatu daerah yang botak permanen oleh karena terjadi

sikatrik2. Bila disebabkan oleh Microsporum canis dan Microsporum

gypseum, pembentukan kerion sering terlihat, agak berkurang bila

disebabkanTrichophyton tonsurans,dan sedikit sekali Trichophyton

violaceum1.

d.Tinea favosa

Kelainan di kepala dimulai dengan bintik-bintik kecil di bawah kulit yang

berwarna merah kekuningan dan berkembang menjadi krusta yang

berbentuk cawan (skutula), serta memberi bau busuk seperti bau tikus

“moussy odor”. Rambut di atas skutula putus-putus dan mudah lepas dan

tidak mengkilat lagi. Bila menyembuh akan meninggalkan jaringan parut

dan alopesia yang permanen. Penyebab utamanya adalah

Trichophytonschoenleini, Trichophyton violaceum dan Trichophyton

gypseum. Oleh karena tinea kapitis ini sering menyerupai penyakit-penyakit

6

Page 7: Responsi Kulit Afi

kulit yang menyerang daerah kepala, maka penyakit ini harus dibedakan

dengan penyakit-penyakit bukan oleh jamur seperti: Psoriasis vulgaris dan

Dermatitis seboroika.

AB

C D

Gambar 2. Macam tinea kapitis A: black dot, B: Grey patch, C: kerion, D:

tinea favosa

2. Tinea Barbae

Penderita Tinea barbae ini biasanya mengeluh rasa gatal di daerah jenggot,

jambangdan kumis, disertai rambut-rambut di daerah itu menjadi putus.

Ada 2 bentuk yaitu superfisialis dan kerion :

a. Superfisialis

Tipe ini meyerupai folikulitis bakterial. Kelainan-kelainan berupa gejala

eritema difus, papula perifolikulerdan pustul3.

7

Page 8: Responsi Kulit Afi

b. Kerion

Tipe lesi inflamasi tinea barbae, mirip dengan kerion tinea kapitis. Bentuk

ini membentuk lesi-lesi yang eritematous dengan ditutupi krusta atau abses

kecil dengan permukaan membasah oleh karena erosi3.

Tinea barbae ini didiagnosa banding dengan :

- Sikosis barbae (folikulitis oleh karena piokokus)

- Karbunkel

- Dermatitis kontak

Gambar 3. Macam tinea barbae A: tipe kerion, B: tipe superfisialis

3. Tinea kruris

Penyakit ini memberikan keluhan perasaan gatal yang menahun,

bertambah hebat bila disertai dengan keluarnya keringat. Kelainan yang timbul

dapat bersifat akut atau menahun. Kelainan yang akut memberikan gambaran

yang berupa makula yang eritematous dengan erosi dan kadang-kadang terjadi

ekskoriasis. Pinggir kelainan kulit tampak tegas dan aktif2.

Apabila kelainan menjadi menahun maka efloresensi yang nampak hanya

makula yang hiperpigmentasi disertai skuamasi dan likenifikasi. Gambaran

yang khas adalah lokalisasi kelainan, yakni daerah lipat paha sebelah dalam,

daerah perineum dan sekitar anus. Kadang-kadang dapat meluas sampai ke

gluteus, perut bagian bawah dan bahkan dapat sampai ke aksila2.

8

Page 9: Responsi Kulit Afi

Penyebab utama adalah Epidermophyton floccosum, Trikophyton rubrum

dan Trikophyton mentographyites2.

Diferensial Diagnosa :

- Kandidiasis inguinalis

- Eritrasma

- Psoriasis vulgaris

- Pitiriasis rosea

Gambar 4. Tinea kruris

4. Tinea Pedis dan Manus

Tinea pedis disebut juga Athlete’s foot = “Ring worm of the foot”.

Penyakit ini sering menyerang orang-orang dewasa yang banyak bekerja di

tempat basah seperti tukang cuci, pekerja-pekerja di sawah atau orang-orang

yang setiap hari harus memakai sepatu yang tertutup seperti anggota tentara.

Keluhan subjektif bervariasi mulai dari tanpa keluhan sampai rasa gatal yang

hebat dan nyeri bila ada infeksi sekunder.

Ada 3 bentuk Tinea pedis:

a. Bentuk intertriginosa

9

Page 10: Responsi Kulit Afi

Keluhan yang tampak berupa maserasi, skuamasi serta erosi, di celah-

celah jari terutama jari IV dan jari V. Hal ini terjadi disebabkan kelembaban

di celah-ceIah jari tersebut membuat jamur-jamur hidup lebih subur. Bila

menahun dapat terjadi fisura yang nyeri bila kena sentuh. Bila terjadi infeksi

dapat menimbulkan selulitis atau erisipelas disertai gejala-gejala umum1,2.

b. Bentuk hiperkeratosis

Disini lebih jelas tampak ialah terjadi penebalan kulit disertai sisik

terutama ditelapak kaki, tepi kaki dan punggung kaki. Bila

hiperkeratosisnya hebat dapat terjadi fisura-fisura yang dalam pada bagian

lateral telapak kaki2.

c. Bentuk vesikuler subakut

Kelainan-kelainan yang timbul di mulai pada daerah sekitar sela jari,

kemudian meluas ke punggung kaki atau telapak kaki. Tampak ada vesikel

dan bula yang terletak agak dalam di bawah kulit, diserta perasaan gatal

yang hebat. Bila vesikel-vesikel ini memecah akan meninggalkan skuama

melingkar yang disebut Collorette. Bila terjadi infeksi akan memperhebat

dan memperberat keadaan sehingga dapat terjadi erisipelas. Semua bentuk

yang terdapat pada tinea pedis, dapat terjadi pada tinea manus1,2.

Penyebab utamanya ialah : Trichophytonrubrum, Trichophyton

mentagrophyites, dan Epidermophyton floccosum.

Tinea manus dan Tinea pedis harus dibedakan dengan :

- Dermatitis kontak akut alergis

- Skabies

- Psoriasis pustulosa

10

Page 11: Responsi Kulit Afi

Gambar 5. Tinea pedis

5. Tinea Unguium

(Onikomikosis = ring worm of the nails)

Penyakit ini dapat dibedakan dalam 3 bentuk tergantung jamur penyebab

dan permulaan dari dekstruksi kuku. Subinguinal proksimal bila dimulai dari

pangkal kuku, Subinguinal distal bila di mulai dari tepi ujung dan Leukonikia

trikofita bila dimulai dari bawah kuku. Permukaan kuku tampak suram tidak

mengkilat lagi, rapuh dan disertai oleh subungual hiperkeratosis. Dibawah

kuku tampak adanya detritus yang banyak mengandung elemen

jamur.Onikomikosis ini merupakan penyakit jamur yang kronik sekali,

penderita minta pertolongan dokter setelah menderita penyakit ini setelah

beberapa lama, karena penyakit ini tidak memberikan keluhan subjektif, tidak

gatal, dan tidak sakit. Kadang-kadang penderita baru datang berobat setelah

seluruh kukunya sudah terkena penyakit2.

Penyebab utama adalah : Trichophytonrubrum, Trichophyton

mentagrophyites

11

Page 12: Responsi Kulit Afi

Gambar 6. Tinea unguium

6. Tinea Korporis

Penyakit ini banyak diderita oleh orang-orang yang kurang mengerti

kebersihan danbanyak bekerja ditempat panas, yang banyak berkeringat serta

kelembaban kulit yang lebih tinggi. Predileksi biasanya terdapat dimuka,

anggota gerak atas, dada, punggung dan anggota gerak bawah. Bentuk yang

klasik dimulai dengan lesi-lesi yang bulat atau lonjong dengan tepi yang aktif.

Dengan perkembangan ke arah luar maka bercak-bercak bisa melebar dan

akhirnya dapat memberi gambaran yang polisiklis, arsiner, atau sinsiner. Pada

bagian tepi tampak aktif dengan tanda-tanda eritema, adanya papel-papel dan

vesikel, sedangkan pada bagian tengah lesi relatif lebih tenang. Bila tinea

korporis inimenahun tanda-tanda aktif jadi menghilang selanjutnya hanya

meningggalkandaerah-daerah yang hiperpigmentasi saja. Kelainan-kelainan ini

dapat terjadibersama-sama dengan Tinea kruris2.

Penyebab utamanya adalah : Trichophyton violaseum, Trichophyton

rubrum, Trichophyton metagrophyites, Microsporum gypseum, Microsporum

canis, Microsporum audolini.

12

Page 13: Responsi Kulit Afi

Gambar 7. Tinea korporis

F. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan KOH

Bahan pemeriksaan yang didapat dipindah ke gelas obyek, lalu ditetesi

dengan larutan KOH 10-30%. Tutup dengan gelas penutup, tekan perlahan

untuk menghilangkan gelembung udara. Kemudian dipanaskan tetapi jangan

sampai mendidih. Sediaan diperiksa dengan mikroskop, mulai dengan rendah,

bila elemen jamur sudah terlihat, pembesaran dinaikkan7.

Kultur

1. Agar Sabauraud modifikasi

Media yang mengandung kloramfenikol dan sikloheksimid, merupakan

media selektif untuk mengisolasi dermatofita karena dapat mencegah

pertumbuhan kontaminan seperti bakteri dan jamur lainnya7.

2. Media DTM (Dermatophyte Test medium)

Media ini mengandung merah fenol yang merubah warna medium dari

warna kuning menjadi merah karena adanya metabolit alkalin oleh koloni

dermatofita7.

G. Terapi

Medikamentosa

Topikal

Pengobatan topikal 1-2 kali sehari merupakan terapi utama untuk tinea

korporis/cruris dan tinea pedis/manus. Obat yang biasa dipakai adalah

13

Page 14: Responsi Kulit Afi

golongan ‘azole’ (clotrimazole, miconazole, tioconazole) dan golongan

‘allylamine’ (terbinafine dan naftifine). Kedua golongan ini mempunyai efikasi

tinggi terhadap dermatofita8.

Sistemik

Untuk tinea unguium dan tinea kapitis, terapi oral merupakan terapi utama.

Lima terapi sistemik utama yang tersedia adalah tebinafine, itraconazole,

griseofulvin, fluconazole dan ketoconazole. Itraconazole dan terbinafine

merupakanobat umum untuk onikomikosis. Griseofulvin berperan penting

dalam terapi tinea kapitis8.

Tinea pedis /manum

Tinea corporis /cruris

Tinea kapitis Tinea unguium

Terbinafine Cream:2x/hari(1-4 minggu)Oral:250 mg/hari (2 minggu)Solusio1%: 2x/hari(1minggu)

Cream:2x/hari(1-4 minggu)Oral:250 mg/hari (2 -4 minggu)Solusio1%: 2x/hari(1minggu)

5 mg/kgBB/hari2-4minggu (anak)

Oral:250 mg/hari (2 minggu)Kuku jari kaki 12-16 mingguKuku jari tangan 6 minggu

Itraconazole Oral 200 mg 2x/hari selama 1 minggu

Oral 200 mg 2x/hari selama 1 minggu

Continuous:5 mg/kgBB/hari2-4minggu(anak)Pulse:Caps(5 mg/kgBB/hari, 1-3 pulse)Oral susp (3 mg/kgBB/hari, 1-3 pulse)

Oral:pulse therapy*kuku jari kaki: 3 pulsekuku jari tangan: 2 pulse

Fluconazole Oral: 150 mg 1x/minggu, selama 6 minggu

Oral: 150-300 mg 1x/minggu, selama 2-4 minggu

Continuous: oral susp 6 mg/kgBB/hari, 20 hariPulse: oral susp 6 mg/kgBB/hari, 8-12 minggu

Oral: 150-300 mg 1x/minggu, selama 6-12 bulankuku jari kaki: 9-15 bulankuku jari tangan: 4-9 bulan

Ketokonazole Cream 2%: 1x/hari,6 mingguOral: 200-400 mg/hari, 4 minggu

Cream 2%: 1x/hari,2 mingguOral: 200-400 mg/hari, 4 minggu

Hanya efektif untuk TrichophytonShampo 2 % sebagai terapi tambahan

Oral: 200-400 mg/hari, 6 bulanTidak direkomendasikan karena hepatotoksik

Grizeofulvin Microsize 1g/hariUltramicrosize 660-750 mg/hari,4-8

Microsize 500 mg/hariUltramicrosize 330-375 mg/hari,2-4

Microsize 20-25 mg/kgBB/hari,6-12 mingguUltramicrosize 10-15

Microfine 500mg/hari, 6-12 bulan

14

Page 15: Responsi Kulit Afi

minggu minggu mg/kgBB/hari,6-12 mingguOral susp 15-25 mg/kgBB/hari,6-12 minggu

Ket:* pulse therapy : 2x200 mg/hari selama 1 minggu, diikuti 3 minggu bebas

ketokonazole

Tabel 1. Terapi untuk dermatofitosis

Non medikamentosa9:

1. Edukasi diri sendiri dan anggota keluarga tentang resiko dermatofitosis dan

penularannya

2. Hindari kontak dengan orang atau binatang yang terinfeksi dermatofitosis

3. Praktekkan higiene yang bagus

4. Keringkan tubuh setelah mandi

5. Menjaga kebersihan lingkungan dan tempat kerja

6. Jangan bertukar handuk, pakaian, sikat gigi dengan orang lain

7. Ganti kaos kaki dan pakaian dalam sekali sehari

8. Hindari pakaian dalam dan celana yang ketat

9. Memakai bedak tabur pada daerah lembab

H. Prognosis

Perkembangan penyakit dermatofitosis dipengaruhi oleh bentuk klinik dan

penyebab penyakitnya disamping faktor-faktor yang memperberat atau

memperingan penyakit. Apabila faktor-faktor yang memperberat penyakit

dapat dihilangkan, umumnya penyakit ini dapat hilang sempurna.

15

Page 16: Responsi Kulit Afi

DAFTAR PUSTAKA

1. Budimulja, Unandar. Mikosis. In: Djuanda, Adhi, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi V. Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2009.

2. Boel, Trelia. Mikosis Superfiisial. USU Digital Library.2003.

3. Verma S, Heffernan M. Superficial Fungal Infection: Dermatophytosis, Onycomycosis, Tinea Nigra, Piedra. In: Wolff K, et al, editors.Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 7th Edition. New York. McGraw-Hill Companies, INC.2008.

4. El Nweze.Dermatophytosis in Western Africa: A Review. Pakistan Journal of Biological sciences. 2010, 13(!3):649-656.

5. Das K, Basak S, Ray S. A Study on Superficial Fungal Infection from West Bengal: A Brief Report. J life Sci. 2009, 1(1):51-55.

6. Susilo J, Sjarifuddin PK. Dermatofitosis. In: Gandahusada S, editor. Parasitologi Kedokteran. Edisi ketiga. Jakarta.Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1998.

7. Hanum SYM. Hubungan kadar CD4 dengan Infeksi Jamur Superfisialis pada Penderita HIV di RSUP H.Adam Malik Medan (Tesis). Medan.Universitas Sumatra Utara. 2009.

8. Gupta AK, Cooper EA. Update in Antifungal Therapy of Dermatophytosis.Mycopathologia (2008) 166:353–367.

9. Anonim. Natural Help for Ringworm. Native Remedies. 2011

16

Page 17: Responsi Kulit Afi

BAB II

STATUS PENDERITA

A. Identitas

Nama : Sdr. P

Alamat : Pucang Sawit 3/1 Solo

Usia : 15 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

No. RM : 777934

Tanggal periksa : 23 Juli 2011

B. Anamnesa

Keluhan Utama : gatal diselangkangan

C. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengeluh gatal di selangkangan sejak 1 bulan yang lalu. Gatal

dirasakan hilang timbul, gatal dirasakan bertambah bila pasien berkeringat.

Awalnya gatal dirasakan dibawah perut, lama kelamaan bertambah luas sampai

keselangkangan dan lipatan pantat. Pada tempat yang dirasa gatal kulit

memerah. Karena rasa gatal yang hebat, pasien seringkali menggaruknya.

Nyeri (-), demam (-), rasa seperti terbakar (-). Pasien belum pernah

memeriksakan diri sebelumnya, oleh karena hal ini pasien lalu memeriksakan

diri ke klinik penyakuit kulit dan kelamin RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

D. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat alergi makanan : (-)

Riwayat alergi obat : (-)

Riwayat hipertensi : (-)

Riwayat DM : (-)

Riwayat asma : (-)

Riwayat penyakit serupa : (-)

17

Page 18: Responsi Kulit Afi

E. Riwayat penyakit keluarga

Riwayat alergi makanan : (-)

Riwayat alergi obat : (-)

Riwayat hipertensi : (-)

Riwayat DM : (-)

Riwayat penyakit serupa serumah : (-)

F. Riwayat kebiasaan

Pasien tinggal di pondok dan biasa mandi 2x sehari dengan sabun dan

memakai handuk yang terpisah dengan temannya di pondok yang lain dengan

sumber air dari sumur. Ganti pakaian luar 1x sehari, ganti pakaian dalam 2x

sehari.

G. Pemeriksaan Fisik

1. Status Generalis

Keadaan umum : Baik, compos mentis, gizi kesan cukup

Tanda vital : Respirasi : 28 x/menit Suhu : afebril

Nadi : 90 x/menit

Kepala : dalam batas normal

Wajah : dalam batas normal

THT : dalam batas normal

Leher : dalam batas normal

Thorax : dalam batas normal

Abdomen : dalam batas normal

Inguinal : Lihat status lokalis

Genitalis : Lihat status lokalis

Gluteal : dalam batas normal

Ekstremitas sup et in f : dalam batas normal

18

Page 19: Responsi Kulit Afi

2. Status Dermatologis

Regio suprapubik dan region inguinal didapatkan lesi berupa : patch

hiperpigmentasi berbatas tidak tegas dengan tepi aktif, disertai papul eritem

multiple berskuama halus.

H. Pemeriksaan Penunjang

KOH suprapubik : tampak hifa panjang bersekat

19

Page 20: Responsi Kulit Afi

KOH Inguinal : tampak hifa panjang bersekat

Wood lamp : (-) tidak tampak fluoresensi

I. Diagnosis Banding

1.Tinea kruris

2. Eritrasma

J. Diagnosa Kerja

Tinea kruris

K. Terapi

A. Non medikamentosa

1. Menjaga kebersihan badan, pakaian dan lingkungan

2. Mandi minimal 2x/hari dengan air bersih

3. Menjaga daerah lesi dari keringat atau keadaan yang lembab, misalnya

memakai pakaian dari bahan yang dapat menyerap keringat dan longgar.

4. Pakaian yang basah karena keringat, segera diganti dengan yang bersih

dan kering.

5. Meminum dan menggunakan obat dengan teratur dan sesuai petunjuk,

jika keluhan hilang tetap kontrol ke dokter hingga dinyatakan sembuh.

6. Mengganti pakaian dalam dengan teratur minimal 2 kali sehari.

20

Page 21: Responsi Kulit Afi

7. Menghindari pemakaian handuk dan pakaian bersama..

8. Jangan digaruk bila gatal

B. Medikamentosa:

Griseovulvin 1 x 500 mg

Ketokonazole cream 2x sehari

L. Prognosis

Ad vitam : baik

Ad sanam : baik

Ad fungsionam : baik

Ad kosmetikum : dubia

21

Page 22: Responsi Kulit Afi

Responsi

SEORANG LAKI-LAKI USIA 15 TAHUN DENGAN TINEA KRURIS

Oleh:

Afinia Permanasari

G0005038

Pembimbing:

Dr. Nurrachmat Mulianto, MSc, SpKK

.

KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR MOEWARDI

S U R A K A R T A

2011

22