Responsi Hiperemesis Gravidarum
description
Transcript of Responsi Hiperemesis Gravidarum
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Disusun oleh:
1. Anam Agus, S.Ked
2. Kristian Indah K., S.Ked
Pembimbing :
Dr. Sugeng Budi Darmawan, SpOG.
Dr. Sonia Rahayu, SpOG.
Dr. Yudi Rizal
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA
SURABAYA
TAHUN 2011
I. PENDAHULUAN
Mual dan muntah merupakan hal yang biasa dalam kehamilan. Terjadi pada
70-85% dari wanita hamil. Hiperemesis gravidarum merupakan mual muntah yang
persisten pada ibu hamil yang dapat menyebabkan turunnya berat badan, kekurangan
nutrisi, kekurangan cairan, elektrolit dan keseimbangan asam basa. Insiden puncaknya
adalah 8-12 minggu dari usia kehamilan. Dan gejalanya biasanya berkurang pada
minggu ke 20. (1)
Perasaan mual ini desebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon
estrogen dan HCG (Human Chorionic Gonadrotropin) dalam serum. Pengaruh
Fisiologik kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin karena sistem saraf pusat atau
pengosongan lambung yang berkurang. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan
dengan keadaan ini, meskipun demikian gejala mual dan muntah yang berat dapat
berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan sehari – hari menjadi terganggu dan keadaan
umum menjadi buruk. Keadaan inilah yang disebut hiperemesis gravidarum. Keluhan
gejala dan perubahan fisiologis menentukan berat ringannya penyakit. (Prawirohardjo,
2002)
Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering kita jumpai pada
kehamilan muda dan dikemukakan oleh 50 – 70% wanita hamil dalam 16 minggu
pertama. Kurang lebih 66% wanita hamil trimester pertama mengalami mual- mual
dan 44% mengalami muntah – muntah. Wanita hamil memuntahkan segala apa yang
dimakan dan diminum hingga berat badannya sangat turun, turgor kulit berkurang,
diuresis berkurang dan timbul asetonuri, keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum
dan memerlukan perawatan di rumah sakit. Perbandingan insidensi hiperemesis
gravidarum adalah 4 : 1000 kehamilan. (Sastrawinata, 2004)
50% sampai 80% ibu hamil mengalami mual dan muntah dan kira – kira 5%
dari ibu hamil membutuhkan penanganan untuk penggantian cairan dan koreksi
ketidakseimbangan elektrolit. Mual dan muntah khas kehamilan terjadi selama
trimester pertama dan paling mudah disebabkan oleh peningkatan jumlah HCG. Mual
juga dihubungkan dengan perubahan dalam indra penciuman dan perasaan pada awal
kehamilan. (Walsh, 2007)
II. DEFINISI
Hiperemesis gravidarum didefinisikan sebagai vomitus yang berlebihan atau
tidak terkendali selama masa hamil yang menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan
elektrolit, atau defisiensi nutrisi, dan kehilangan berat badan. Insiden kondisi ini
sekitar 3,5 per 1000 kelahiran. Walaupun kebanyakan kasus hilang dan hilang seiring
perjalanan waktu, satu dari setiap 1000 wanita hamil akan menjalani rawat inap.
Hiperemesis gravidarum umumnya hilang dengan sendirinya (self-limiting), tetapi
penyembuhan berjalan lambat dan relaps sering umum terjadi. Kondisi sering terjadi
diantara wanita primigravida dan cenderung terjadi lagi pada kehamilan berikutnya.
(Lowdermilk, 2004)
III. ETIOLOGI
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada
bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak ditemukan kelainan
biokimia. Perubahan – perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan susunan
saraf, disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat – zat lain akibat inanisi. Beberapa
faktor predisposisi dan faktor lain sebagai berikut :
1. faktor predisposisi
a. Primigravida
b. Overdistensi rahim : hidramnion, kehamilan ganda, estrogen dan HCG tinggi,
mola hidatidosa
2. faktor organik
a. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal
b. Perubahan metabolik akibat hamil
c. resistensi yang menurun dari pihak ibu.
d. Alergi
3. faktor psikologi
a. Rumah tangga yang retak
b. Hamil yang tidak diinginkan
c. Takut terhadap kehamilan dan persalinan
d. Takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu
e. Kehilangan pekerjaan (2)
IV. PATOFISIOLOGI
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada
hamil muda bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak
seimbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik.
1. Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak
habis terpakai untuk energi. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna terjadilah
ketosis dengan tertimbunnya asam aseton – asetik, asam hidroksi butirik dan aseton
dalam darah.
2. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan karena muntah menyebabkan
dehidrasi sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan
khlorida darah dan khlorida urin turun. Selain itu juga dapat menyebabkan
hemokonsentrasi sehingga aliran darah ke jaringan berkurang.
3. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat
ginjal menambah frekuensi muntah lebih banyak, dapat merusak hati dan terjadilah
lingkaran setan yang sulit dipatahkan.
4. Selain dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit dapat terjadi robekan
pada selaput lendir esofagus dan lambung (Sindroma Mallory-Weiss) dengan
akibat perdarahan gastrointestinal. (3)
V. GEJALA DAN TANDA
Hiperemesis gravidarum menurut berat ringannya gejala dapat dibagi :
Derajat I
a. Muntah terus menerus sehingga menimbulkan :
1) Dehidrasi : turgor kulit turun
2) Nafsu makan berkurang
3) Berat badan turun
4) Mata cekung dan lidah kering
b. Epigastrium nyeri karena asam lambung meningkat dan terjadi regurgitasi ke
esofagus
c. Nadi meningkat dan tekanan darah turun
d. Frekuensi nadi sekitar 100 kali/menit
e. Tampak lemah dan lemas
Derajat II
a. Dehidrasi semakin meningkat akibatnya :
1) Turgor kulit makin turun
2) Lidah kering dan kotor
3) Mata tampak cekung dan sedikit ikterus
b. Kardiovaskuler
1) Frekuensi nadi semakin cepat > 100 kali/menit
2) Nadi kecil karena volume darah turun
3) Suhu badan meningkat
4) Tekanan darah turun
c. Liver
Fungsi hati terganggu sehingga menimbulkan ikterus
d. Ginjal
e. Dehidrasi menimbulkan gangguan fungsi ginjal yang yang menyebabkan :
1. Oliguria
2. Anuria
3. Terdapat timbunan benda keton aseton. Aston dapat tercium dalam hawa
pernafasan
f. Kadang – kadang muntah bercampur darah akibat ruptur esofagus dan pecahnya
mukosa lambung pada sindrom mallory weiss.
Derajat III
a. Keadaan umum lebih parah
b. Muntah berhenti
c. Sindrom mallory weiss
d. Keadaan kesadaran makin menurun hingga mencapai somnollen atau
komaTerdapat ensefalopati werniche :
1. Nistagmus
2. Diplopi
3. Gangguan mental
e. Kardiovaskuler : tekanan darh menurun, dan temperatur meningkat
f. Gastrointestinal : Ikterus semakin berat dan terdapat timbunan aseton yang makin
tinggi dengan bau yang makin tajam
g. Ginjal : Oliguria semakin parah dan menjadi anuria (4)
VI. DIAGNOSIS
Kehamilan muda dan muntah terus menerus, sehingga mempengaruhi keadaan
umum pasien. Dalam pemeriksaan fisik didapatkan :
- Turunnya berat badan
- Dehidrasi dengan tanda-tanda berkurangnya turgor kulit, turunnya tensi dan nadi
meningkat.
- Abdominal tenderness dan demam. (5)
VII. DIAGNOSIS BANDING
Appendicitis, Acute Cholecystitis and Biliary Colic
Diabetic Ketoacidosis
Gastritis and Peptic Ulcer Disease
Gastroenteritis
Hepatitis
Obstruction, Small Bowel
Ovarian Torsion
Pancreatitis
Pregnancy, Preeclampsia
Urinary Tract Infection, Female (6)
VIII. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Elekrolit, BUN, kreatinin dan kadar keton serum
2. Keton urin
3. LFT jika hepatitis
4. Darah lengkap dan urinalisis untuk menyingkirkan sebab lain yaitu pyelonefritis.
5. Pengukuran T3 dan T4 untuk menyingkirkan hipertiroidisme.
6. Amilase serum dan kreatinin untuk menyingkirkan pankreatitis. (7)
IX. PENCEGAHAN
Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis agar tidak terjadi hiperemesis
gravidarum dengan cara :
1. Memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses
yang fisiologik
2. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang – kadang muntah merupakan
gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4
bulan.
3. Menganjurkan mengubah makan sehari – hari dengan makanan dalam jumlah kecil
tetapi sering.
4. Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur,
terlebih dahulu makan roti kering atau biskuit dengan dengan teh hangat.
5. makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindari.
6. Makanan sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin
7. Defekasi teratur.
8. Menghindari kekurangan karbohidrat merupakan faktor penting, dianjurkan
makanan yang banyak mengandung gula. (8)
X. PENATALAKSANAAN
Apabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak berkurang maka diperlukan :
1. Obat-obatan
a. Sedativa : phenobarbital
b. Vitamin : Vitamin B1 dan B6 atau B – kompleks
c. Anti histamin : Dramamin, avomin
d. Anti emetik (pada keadan lebih berat) : Disiklomin hidrokhloride atau
khlorpromasin
Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu dikelola di rumah sakit.
2. Isolasi
a. Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran
udara yang baik.
b. Catat cairan yang keluar masuk.
c. Hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam kamar penderita,
sampai muntah berhenti dan penderita mau makan.
d. Tidak diberikan makanan/minuman dan selama 24 jam.
Kadang – kadang dengan isolasi saja gejala – gejala akan berkurang atau
hilang tanpa pengobatan.
3. Terapi psikologi
a. Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan
b. Hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan
c. Kurangi pekerjaan sera menghilangkan masalah dan konflik
4. Cairan parenteral
a. Cairan yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan dextrose 5%
dalam cairan fisiologis (2 – 3 liter/hari)
b. Dapat ditambah kalium, dan vitamin(vitamin B kompleks, Vitamin C)
c. Bila kekurangan protein dapat diberikan asam amino secara intravena
d. Bila dalam 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum membaik dapat
diberikan minuman dan lambat laun makanan yang tidak cair
Dengan penanganan diatas, pada umumnya gejala – gejala akan berkurang dan
keadaan akan bertambah baik. (8)
5. Menghentikankehamilan
Bila pegobatan tidak berhasil, bahkan gejala semakin berat hingga timbul ikterus,
delirium, koma, takikardia, anuria, dan perdarahan retina, pertimbangan abortus
terapeutik. (8)
XI. KOMPLIKASI
Komplikasi dari hiperemesis gravidarum jarang terjadi. Namum yang pernah
dilaporkan diantaranya :
a. Perforasi esofagus
b. Wanita dengan hiperemesis dan berat badan yang turun memiliki resiko berat bayi
saat lahir yang rendah pula. Selain tu juga beresiko terhadap kelahiran bayi prematur.
c. Pada kasus yang parah, tanpa suplemen tiamin dapat menyebabkan ensefalopati
Wernicke yaitu diplopia, nystagmus, disorientasi, kebingungan dan koma.
d. Jika perawatan tidak berhasil dapat menyebabkan dehidrasi berkepanjangan. (8)
XII. PROGNOSISPengobatan hiperemesis gravidarum ditujukan untuk menambah berat badan
ibu sehingga berat bayi saat lahir juga tidak rendah. Jika hal ini dapat dicapai maka
prognosisnya baik. (8)
RESPONSI KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 31 tahun
Alamat : Nganjuk
Nama Suami : Tn. T
Umur : 35 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
II. ANAMNESA
Pada tanggal 2 Agustus 2011 pasien datang ke UGD dengan keluhan
mual dan muntah setiap kali makan dan minum sudah satu minggu yang lalu.
Disertai pusing dan perut juga terasa panas.
Riwayat penyakit dahulu : Jantung (-), HT (-), Paru (-) Diabetes (-).
Riwayat Penyakit Keluarga : (-)
HPHT : 12-05-2011
HPL : 19-02-2012
Status perkawinan : Menikah 1 kali
Riwayat obstetri : GIP0-0 11-12 minggu/T/H
Hiperemesis gravidarum
III. PEMERIKSAAN FISIK
Status general
Keadaan umum : sedang
Kesadaran : Compos mentis
BB : 45 kg
Vital sign
- TD : 110/60 mmHg
- Nadi : 100x/mnt
- Suhu axilar : 37oC
Abdomen : Supel
HPHT : 12-05-2011
HPL : 19-02-2012
Usia kandungan 11-12 minggu.
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. USG :
Janin tunggal, hidup
Gerak janin (+)
DJJ (+)
Cairan amnion normal
CRL 54,1 sesuai umur kehamilan 12/13 minggu.
Kesimpulan : gravida muda UK 12/13 minggu.
2. Hematologi
Parameter Hasil
Pemeriksaan
Nilai Normal
WBC 6,88 x 103/uL 3,6-11 x
103/uL
RBC 3,90 x 106/uL 3,8-5,2 x
106/uL
HGB 11.4 g/dL 11,7-15,5
g/dL
HCT 32,9% 35-47%
MCV 84,4 fL 80-100 fL
MCHC 34,7 g/dL 32-36 g/dL
PLT 187 x 103/uL 150-350 x 103/uL
RDW-SD 36,7 fL 35,1-46,3 fL
RDW-CV 12,2% 11,6-14,4%
DPW 15,7 fL
MPV 12,0 fL
P-LCR 40,1%
PCT 0,22%
3. Gula darah acak : 73 mg/dL (normal : ≤ 140 mg/dL)
4. Urin lengkap :
Makroskopis :
Warna : kuning muda
Kejernihan : jernih
Kimia :
Parameter Hasil Nilai normal
Berat jenis 1,010 1,015-1,025
PH 6,0 4,8-7,4
Leuksit esterase Positif 3 Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Protein Negatif Negatif
Glukosa Normal Normal <3
Keton Positif 4 Negatif
Urobilinogen Normal Normal <1
Bilirubin Negatif Negatif
Eritrosit Negatif Negatif
Mikroskopis
Parameter Hasil Nilai Normal
Eritrosit 0-1 Sel /LPB 0-1
Leukosit 25-30 Sel/LPB 0-4
Silinder Negatif Sel/LPK
negatif
kecuali hialin
0-2
Epitel 25-30 Sel/LPK <15
Lain-lain Bakteri (+)
V. RINGKASAN
Pasien wanita hamil berusia 30 tahun datang ke IGD dengan KU sedang
dengan suaminya. Pasien tersebut masih dapat berjalan sendiri. Pasien
mengeluh mual, muntah setiap kali makan sudah berlangsung satu minggu
disertai pusing dan perut terasa panas.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah dan suhu badan normal
sedangkan nadi = 100x/menit.
Hasil pemeriksaan darah menunjukkan adanya penurunan HCT yang mungkin
disebabkan karena turunnya voluma plasma darah akibat dehidrasi.
Pemeriksaan kimia darah menunjukkan keton +4 yang menandakan bahwa
pasien tersebut kekurangan nutrisi akibat kurangnya asupan makanan dan
minuman karena mual dan muntah setiap kali makan dan minum. Sehingga
dapat disimpulkan pasien menderita hiperemesis gravidarum derajat I.
VI. DIAGNOSIS
GIP0-0 12-13 minggu/T/H
Hiperemesis gravidarum
VII. PENATALAKSANAAN
Infus RL : D5 = 2 : 1
Inj. Ranitidine 2x1 ampul IV
Jika muntah metoclopramide 3x1
DAFTAR PUSTAKA
1. http://emedicine.medscape.com/article/796564-overview#showall
2. Goodwin TM. Hyperemesis Gravidarum. Obstet Gynecol Clin N Am. Sept 2008;35:401-417.
3. http://emedicine.medscape.com/article/796564-overview#showall
4. Fell DB, Dodds L, Joseph KS, et al. Risk factors for hyperemesis gravidarum requiring hospital admission during pregnancy. Obstet Gynecol. Feb 2006;107(2 Pt 1):277-84.
5. http://emedicine.medscape.com/article/796564-overview#physical
6. http://emedicine.medscape.com/article/796564-differential
7. http://emedicine.medscape.com/article/796564-workup
8. Bottomley C, Bourne T. Management strategies for hyperemesis. Best Pract Res Clin Obstet Gynaecol. Aug 2009;23(4):549-64.