Responsi Delayed Speech

33
BAB 1 PENDAHULUAN Perkembangan bahasa, pada usia bawah lima tahun (balita) akan berkembang sangat aktif dan pesat. Keterlambatan bahasa pada periode ini, dapat menimbulkan berbagai masalah dalam proses belajar di usia sekolah. Anak yang mengalami keterlambatan bicara dan bahasa beresiko mengalami kesulitan belajar, kesulitan membaca dan menulis dan akan menyebabkan pencapaian akademik yang kurang secara menyeluruh, hal ini dapat berlanjut sampai usia dewasa muda. Selanjutnya orang dewasa dengan pencapaian akademik yang rendah akibat keterlambatan bicara dan bahasa, akan mengalami masalah perilaku dan penyesuaian psikososial. 1,2 Gangguan bicara pada usia prasekolah, diperkirakankan mencapai 5 persen dari populasi normal dan 70 persen dari kasus tersebut ditangani oleh terapis. Sedangkan pada usia anak sekolah, terdapat setidakmya 5 hingga 10 persen kasus gangguan bicara dan berbahasa. 2,3 Hal penting yang menjadi perhatian para klinisi adalah mengenai faktor resiko yang mempengaruhi perkembangan bicara dan bahasa. Faktor resiko yang paling sering dilaporkan adalah adanya riwayat keterlambatan bicara dalam keluarga, gangguan pendengaran, masalah pre dan 1

description

gftftf

Transcript of Responsi Delayed Speech

BAB 1PENDAHULUAN

Perkembangan bahasa, pada usia bawah lima tahun (balita) akan berkembang sangat aktif dan pesat. Keterlambatan bahasa pada periode ini, dapat menimbulkan berbagai masalah dalam proses belajar di usia sekolah. Anak yang mengalami keterlambatan bicara dan bahasa beresiko mengalami kesulitan belajar, kesulitan membaca dan menulis dan akan menyebabkan pencapaian akademik yang kurang secara menyeluruh, hal ini dapat berlanjut sampai usia dewasa muda. Selanjutnya orang dewasa dengan pencapaian akademik yang rendah akibat keterlambatan bicara dan bahasa, akan mengalami masalah perilaku dan penyesuaian psikososial.1,2Gangguan bicara pada usia prasekolah, diperkirakankan mencapai 5 persen dari populasi normal dan 70 persen dari kasus tersebut ditangani oleh terapis. Sedangkan pada usia anak sekolah, terdapat setidakmya 5 hingga 10 persen kasus gangguan bicara dan berbahasa. 2,3Hal penting yang menjadi perhatian para klinisi adalah mengenai faktor resiko yang mempengaruhi perkembangan bicara dan bahasa. Faktor resiko yang paling sering dilaporkan adalah adanya riwayat keterlambatan bicara dalam keluarga, gangguan pendengaran, masalah pre dan perinatal meliputi kelahiran preterm dan berat badan lahir rendah serta faktor psikososial. 2,3

Mengenali lebih dini faktor resiko pada anak merupakan faktor penting untuk menjamin bahwa mereka ditempatkan dalam bentuk program remedial yang tepat untuk meminimalkan atau mengurangi dampak dari faktor resiko tersebut. Deteksi dini dan penanganan awal terhadap emosi, kognitif atau masalah fisik adalah hal yang sangat penting.1,2,3BAB 2TINJAUAN PUSTAKA2.1 DEFINISIKata bahasa berasal dari bahasa latin lingua yang berarti lidah. Awalnya pengertiannya hanya merujuk pada bicara, namun selanjutnya digunakan sebagai bentuk sistem konvensional dari simbol-simbol yang dipakai dalam komunikasi. American Speech-Language Hearing Association Committee on Language mendefinisikan bahasa sebagai : suatu sistem lambang konvensional yang kompleks dan dinamis yang dipakai dalam berbagai cara berpikir dan berkomunikasi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahasa didefinisikan sebagai : suatu sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh suatu anggota masyarakat untuk bekerja bersama, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri. Kamus bahasa Inggris juga memberi definisi yang sama tentang bahasa.4Terdapat perbedaan mendasar antara bicara dan bahasa. Bicara adalah pengucapan yang menunjukkan ketrampilan seseorang mengucapkan suara dalam suatu kata. Bahasa berarti menyatakan dan menerima informasi dalam suatu cara tertentu. Bahasa merupakan salah satu cara berkomunikasi. Bahasa reseptif adalah kemampuan untuk mengerti apa yang dilihat dan apa yang didengar. Bahasa ekspresif adalah kemampuan untuk berkomunikasi secara simbolis baik visual (menulis, memberi tanda) atau auditorik.5Seorang anak yang mengalami gangguan berbahasa mungkin saja dapat mengucapkan satu kata dengan jelas tetapi tidak dapat menyusun dua kata dengan baik, atau sebaliknya seorang anak mungkin saja dapat mengucapkan sebuah kata yang sedikit sulit untuk dimengerti tetapi ia dapat menyusun kata-kata tersebut dengan benar untuk menyatakan keinginannya.6Masalah bicara dan bahasa sebenarnya berbeda tetapi kedua masalah ini sering kali tumpang tindih. Gangguan bicara dan bahasa terdiri dari masalah artikulasi, suara, kelancaran bicara (gagap), afasia (kesulitan dalam menggunakan kata-kata, biasanya akibat cedera otak) serta keterlambatan dalam bicara atau bahasa.62.2 EPIDEMIOLOGIKeterlambatan bicara paling sering terjadi pada usia 3-16 tahun. Pada anak-anak usia 5 tahun, 19% diidentifikasi memiliki gangguan bicara dan bahasa (6,4% keterlambatan berbicara, 4,6% keterlambatan bicara dan bahasa, dan 6% keterlambatan bahasa). Gagap terjadi 4-5% pada usia 3-5 tahun dan 1% pada usia remaja. Laki-laki diidentifikasi memiliki gangguan bicara dan bahasa hampir dua kali lebih banyak daripada wanita.1,2Sekitar 3-6% anak usia sekolah memiliki gangguan bicara dan bahasa tanpa gejala neurologi, sedangkan pada usia prasekolah prevalensinya lebih tinggi yaitu sekitar 15%. Menurut penelitian anak dengan riwayat sosial ekonomi yang lemah memiliki insiden gangguan bicara dan bahasa yang lebih tinggi daripada anak dengan riwayat sosial ekonomi menengah ke atas.2Data di Departemen Rehabilitasi Medik RSCM tahun 2006, dari 1125 jumlah kunjungan pasien anak terdapat 10,13% anak terdiagnosis keterlambatan bicara dan bahasa. Penelitian Wahjuni tahun 1998 di salah satu kelurahan di Jakarta Pusat menemukan prevalensi keterlambatan bahasa sebesar 9,3% dari 214 anak yang berusia bawah tiga tahun.2,52.3 FISIOLOGI PENDENGARANMenurut beberapa ahli komunikasi, bicara adalah kemampuan anak untuk berkomunikasi dengan bahasa oral (mulut) yang membutuhkan kombinasi yang serasi dari sistem neuromuskular untuk mengeluarkan fonasi dan artikulasi suara. Proses bicara melibatkan beberapa sistem dan fungsi tubuh, melibatkan sistem pernapasan, pusat khusus pengatur bicara di otak dalam korteks serebri, pusat respirasi di dalam batang otak dan struktur artikulasi, resonansi dari mulut serta rongga hidung.6,7,8,9Terdapat 2 hal proses terjadinya bicara, yaitu proses sensoris dan motoris. Aspek sensoris meliputi pendengaran, penglihatan, dan rasa raba berfungsi untuk memahami apa yang didengar, dilihat dan dirasa. Aspek motorik yaitu mengatur laring, alat-alat untuk artikulasi, tindakan artikulasi dan laring yang bertanggung jawab untuk pengeluaran suara.6,7,8,9Saat mendengar pembicaraan maka getaran udara yang ditimbulkan akan masuk melalui lubang telinga luar kemudian menimbulkan getaran pada membran timpani. Dari sini rangsangan diteruskan oleh ketiga tulang kecil dalam telinga tengah ke telinga bagian dalam. Di telinga bagian dalam terdapat reseptor sensoris untuk pendengaran yang disebut Coclea. Saat gelombang suara mencapai coclea maka impuls ini diteruskan oleh saraf VIII ke area pendengaran primer di otak diteruskan ke area wernick. Kemudian jawaban diformulasikan dan disalurkan dalam bentuk artikulasi, diteruskan ke area motorik di otak yang mengontrol gerakan bicara. Selanjutnya proses bicara dihasilkan oleh getaran vibrasi dari pita suara yang dibantu oleh aliran udara dari paru-paru, sedangkan bunyi dibentuk oleh gerakan bibir, lidah dan palatum (langit-langit). Jadi untuk proses bicara diperlukan koordinasi sistem saraf motoris dan sensoris dimana organ pendengaran sangat penting.8,9Proses reseptif Proses dekodeSegera saat rangsangan auditori diterima, formasi retikulum pada batang otak akan menyusun tonus untuk otak dan menentukan modalitas dan rangsang mana yang akan diterima otak. Rangsang tersebut ditangkap oleh talamus dan selanjutnya diteruskan ke area korteks auditori pada girus Heschls, dimana sebagian besar signal yang diterima oleh girus ini berasal dari sisi telinga yang berlawanan.6Girus dan area asosiasi auditori akan memilah informasi bermakna yang masuk. Selanjutnya masukan linguistik yang sudah dikode, dikirim ke lobus temporal kiri untuk diproses. Sementara masukan paralinguistik berupa intonasi, tekanan, irama dan kecepatan masuk ke lobus temporal kanan. Analisa linguistik dilakukan pada area Wernicke di lobus temporal kiri. Girus angular dan supramarginal membantu proses integrasi informasi visual, auditori dan raba serta perwakilan linguistik. Proses dekode dimulai dengan dekode fonologi berupa penerimaan unit suara melalui telinga, dilanjutkan dengan dekode gramatika. Proses berakhir pada dekode semantik dengan pemahaman konsep atau ide yang disampaikan lewat pengkodean tersebut.6,8Proses ekspresif Proses encodeProses produksi berlokasi pada area yang sama pada otak. Struktur untuk pesan yang masuk ini diatur pada area Wernicke, pesan diteruskan melalui fasikulus arkuatum ke area Broca untuk penguraian dan koordinasi verbalisasi pesan tersebut. Signal kemudian melewati korteks motorik yang mengaktifkan otot-otot respirasi, fonasi, resonansi dan artikulasi. Ini merupakan proses aktif pemilihan lambang dan formulasi pesan. Proses enkode dimulai dengan enkode semantik yang dilanjutkan dengan enkode gramatika dan berakhir pada enkode fonologi. Keseluruhan proses enkode ini terjadi di otak/pusat pembicara.6,8Di antara proses dekode dan enkode terdapat proses transmisi, yaitu pemindahan atau penyampaian kode atau disebut kode bahasa. Transmisi ini terjadi antara mulut pembicara dan telinga pendengar. Proses decode-encode diatas disimpulkan sebagai proses komunikasi. Dalam proses perkembangan bahasa, kemampuan menggunakan bahasa reseptif dan ekspresif harus berkembang dengan baik.6,7,8,92.4 PERKEMBANGAN BAHASAPerkembangan bahasa sangat berhubungan erat dengan maturasi otak. Secara keseluruhan terlihat dengan berat kasar otak yang berubah sangat cepat dalam 2 tahun pertama kehidupan. Hal ini disebabkan karena mielinisasi atau pembentukan selubung sistem saraf. Proses mielinisasi ini dikontrol oleh hormon seksual, khususnya estrogen. Hal ini menjelaskan kenapa proses perkembangan bahasa lebih cepat pada anak perempuan.10,11Pada usia sekitar 2 bulan, korteks motorik di lobus frontal menjadi lebih aktif. Anak memperoleh lebih banyak kontrol dalam perilaku motor volusional. Korteks visual menjadi lebih aktif pada usia 3 bulan, jadi anak menjadi lebih fokus pada benda yang dekat maupun yang jauh. Selama separuh periode tahun pertama korteks frontal dan hipokampus menjadi lebih aktif. Hal ini menyebabkan peningkatan kemampuan untuk mengingat stimulasi dan hubungan awal antara kata dan keseluruhan. Pengalaman dan interaksi bayi akan membantu anak mengatur kerangka kerja otak.10,11Diferensiasi otak fetus dimulai pada minggu ke-16 gestasi. Selanjutnya maturasi otak berbeda dan terefleksikan pada perilaku bayi saat lahir. Selama masa prenatal batang otak, korteks primer dan korteks somatosensori bertumbuh dengan cepat. Sesudah lahir serebelum dan hemisfer serebri juga tumbuh bertambah cepat terutama area reseptor visual. Ini menjelaskan bahwa maturasi visual terjadi relatif lebih awal dibandingkan auditori. Traktus asosiasi yang mengatur bicara dan bahasa belum sepenuhnya matur sampai periode akhir usia pra sekolah. Pada neonatus, vokalisasi dikontrol oleh batang otak dan pons. Reduplikasi babbling menandakan maturasi bagian wajah dan area laring pada korteks motor. Maturasi jalur asosiasi auditorik seperti fasikulus arkuatum yang menghubungkan area auditori dan area motor korteks tidak tercapai sampai awal tahun kedua kehidupan sehingga menjadi keterbatasan dalam intonasi bunyi dan bicara. Pengaruh hormon estrogen pada maturasi otak akan mempengaruhi kecepatan perkembangan bunyi dan bicara pada anak perempuan.10,11Tabel 1. PerkembanganBicaradanBahasapadaAnak Normal.2Umur (bulan)Bahasa reseptif (bahasa pasif)Bahasa eksprepsif (bahasa aktif)

1Kegiatan terhenti akibat suaraVokalisasi yang masih sembarang, terutama huruf hidup

2Tampak mendengar ucapan pembicara, dapat tersenyum pada pembicaraanTanda-tanda vokal yang menunjukkan perasaan senang, senyum sosial

3Melihat kearah pembicaraTersenyum sebagai jawaban terhadap pembicara

4Memberi tanggapan yang berbeda terhadap suara bernada marah/senangJawaban vokal terhadap rangsang sosial

5Bereaksi terhadap panggilan namanyaMulai meniru suara

6Mulai mengenal kata-kata da-da, pa-pa, ma-maProtes vokal, berteriak karena kegirangan

7Bereaksi terhadap kata-kata naik, kemari, dadaMulai menggunakan suara mirip kata-kata kacau

8Menghentikan aktivitas bila namanya di panggilMenirukan rangkaian suara

9Menghentikan kegiatan bila dilarangMenirukan rangkaian suara

10Secara tepat menirukan variasi suara tinggiKata-kata pertama mulai muncul

11Reaksi atas pertanyaan sederhana dengan melihat atau menolehKata-kata kacau mulai dapat dimengerti dengan baik

12Reaksi dengan melakukan gerakan terhadap berbagai pertanyaan verbalMngungkapkan kesadaran tentang objek yang telah akrab dan menyebut namanya

15Mengetahui dan mengenali nama-nama bagian tubuhKata-kata yang benar terdengar diantara kata-kata yang kacau, sering dengan disertai gerakan tubuhnya

18Dapat mengetahui dan mengenali gambar-gambar objek yang sudah akrab dengannya, jika objek tersebut disebut namanyaLebih banyak menggunakan kata-kata daripada gerakan, untuk mengungkapkan keinginannya

21Akan mengikuti petunjuk yang beruurutan (ambil topimu dan letakkan diatas meja)Mulai mengkombinasikan kata-kata (mobil papa, mama berdiri)

24Mengetahui lebih banyak kalimat yang lebih rumitMenyebut nama sendiri

Lundsteen membagi perkembangan bahasa dalam 3 tahap:101. Tahap pralinguistik-0-3 bulan, bunyinya di dalam (meruku) dan berasal dari tenggorok.-3-12 bulan, meleter, banyak memakai bibir dan langit-langit, misalnya ma, da, ba.

2. Tahap protolinguitik

12 bulan-2 tahun, anak sudah mengerti dan menunjukkan alat-alat tubuh. Ia mulai berbicara beberapa patah kata (kosa katanya dapat mencapai 200-300).

3. Tahap linguistik

2-6 tahun atau lebih, pada tahap ini ia mulai belajar tata bahasa dan perkembangan kosa katanya mencapai 3000 buah.

2.5 FAKTOR RESIKO Penyebab gangguan perkembangan bahasa sangat banyak dan luas, semua gangguan mulai dari proses pendengaran, penerusan impuls ke otak, otak, otot atau organ pembuat suara. Adapun beberapa penyebab gangguan atau keterlambatan bicara adalah gangguan pendengaran, kelainan organ bicara, retardasi mental, kelainan genetik atau kromosom, autis, mutism selektif, keterlambatan fungsional, afasia reseptif dan deprivasi lingkungan. Deprivasi lingkungan terdiri dari lingkungan sepi, status ekonomi sosial, tehnik pengajaran salah, sikap orangtua. Gangguan bicara pada anak dapat disebabkan karena kelainan organik yang mengganggu beberapa sistem tubuh seperti otak, pendengaran dan fungsi motorik lainnya.2,11,12,13Beberapa penelitian menunjukkan penyebab ganguan bicara adalah adanya gangguan hemisfer dominan. Penyimpangan ini biasanya merujuk ke otak kiri. Beberapa anak juga ditemukan penyimpangan belahan otak kanan, korpus kalosum dan lintasan pendengaran yang saling berhubungan. Hal lain dapat juga di sebabkan karena diluar organ tubuh seperti lingkungan yang kurang mendapatkan stimulasi yang cukup atau pemakaian dua bahasa. Bila penyebabnya karena lingkungan biasanya keterlambatan yang terjadi tidak terlalu berat.11,12Terdapat tiga penyebab keterlambatan bicara terbanyak diantaranya adalah retardasi mental, gangguan pendengaran dan keterlambatan maturasi. Keterlambatan maturasi ini sering juga disebut keterlambatan bicara fungsional.2,11Keterlambatan bicara fungsional merupakan penyebab yang cukup sering dialami oleh sebagian anak. Keterlambatan bicara fungsional sering juga diistilahkan keterlambatan maturasi atau keterlambatan perkembangan bahasa. Keterlambatan bicara golongan ini disebabkan karena keterlambatan maturitas (kematangan) dari proses saraf pusat yang dibutuhkan untuk memproduksi kemampuan bicara pada anak. Gangguan seperti ini sering dialami oleh laki-laki dan sering terdapat riwayat keterlambatan bicara pada keluarga. Biasanya hal ini merupakan keterlambatan bicara yang ringan dan prognosisnya baik. Pada umumnya kemampuan bicara akan tampak membaik setelah memasuki usia 2 tahun. Terdapat penelitian yang melaporkan penderita dengan keterlambatan ini, kemampuan bicara saat masuk usia sekolah akan normal seperti anak lainnya.2,11Dalam keadaan ini biasanya fungsi reseptif sangat baik dan kemampuan pemecahan masalah visuo-motor anak dalam keadaan normal. Anak hanya mengalami gangguan perkembangan ringan dalam fungsi ekspresif. Ciri khas lain adalah anak tidak menunjukkan kelainan neurologis, gangguan pendengaran, gangguan kecerdasan dan gangguan psikologis lainnya.2,11Tabel 2. PenyebabGangguanBicaradanBahasamenurutBlager.2PenyebabEfek pada perkembangan bicara

LingkunganSosial ekonomi kurangTerlambat

Tekanan keluargaGagap

Keluarga bisuTerlambat memperoleh bahasa

Dirumah menggunakan bahasa bilingualTerlambat memperoleh struktur bahasa

Emosi Ibu yang tertekanTerlambat memperoleh bahasa

Gangguan serius pada orang tuaTerlambat atau gangguan perkembangan bahasa

Gangguan serius pada anakTerlambat atau gangguan perkembangan bahasa

Masalah pendengaranKongenitalTerlambat/gangguan bicara yang permanen

Didapat Terlambat/gangguan bicara yang permanen

Perkembangan terlambatPerkembangan lambatTerlambat bicara

Perkembangan lambat, tetapi masih dalam batas rata-rataTerlambat bicara

Retardasi mentalPasti terlambat bicara

Cacat bawaanPalatoschizis

Terlambat dan gangguan kemampuan bicaranya

Sindrom DownKemampuan bicaraya lebih rendah

Kerusakan otak Kelainan neurouskular

Mempengaruhi kemampuan mengisap, menelan, mengunyah, dan akhirnya timbul gangguan bicara dan artikulasi seperti disartria

Kelainan sensorimotor

Mempengaruhi kemampuan mengisap dan menelan, akhirnya timbul gangguan artikulasi seperti dispraksia

Palsi serebral

Berpengaruh pada pernapasan, makan dan timbul juga masalah artikulasi yang dapat mengakibatkan disartria dan dispraksia

Kelainan persepsiKesulitan membedakan suara, mengerti bahasa, simbolisasi, mengenai konsep, akhirnya menimbulkan kesulitan belajar di sekolah

Perkembangan bahasa yang lambat dapat bersifat familial. Oleh karena itu harus dicari dalam keluarganya apakah ada yang mengalami keterlambatan bicara juga. Disamping itu kelainan bicara juga lebih banyak pada anak laki-laki daripada perempuan. Hal ini karena pada perempuan, maturasi dan dan perkembangan fungsi verbal hemisfer kiri lebih baik. Sedangkan pada laki-laki perkembangan hemisfer kanan yang lebih baik, yaitu untuk tugas yang abstrak dan memerlukan keterampilan.22.6 KLASIFIKASI DAN GEJALATerdapat bermacam-macam klasifikasi disfasia, tergantung dari cara mereka memandang. Kebanyakan sistem klasifikasi berdasarkan atas model input-output. Beberapa telah didefinisikan dengan menggunakan tes yang telah distandarisasi. Ada yang menggunakan model yang didasari pendengaran ada ada pula yang berdasarkan patofisiologi terjadinya disfasia.2Klasifikasi kelainan bahasa pada anak menurut Rutter, berdasarkan atas berat ringannya kelainan bahasa sebagai berikut: 2Tabel 3. Klasifikasi kelainan bahasa.2Ringan Keterlambatan akuisisi dari bunyi kata-kata, bahasa normalDislalia

SedangKeterlambatan lebih berat dari akuisisi bunyi kata-kata dan perkembangan bahasa terlambatDisfasia ekspresif

BeratKeterlambatan lebih berat dari akuisisi dan bahasa, gangguan pemahaman bahasaDisfasia reseptif dan tuli persepsi

Sangat beratGangguan pada seluruh kemampuan bahasaTuli persepsi dan tuli sentral

Sedangkan Rapin dan Allen, berdasarkan patofisiologi, membagi kelainan bahasa pada anak menjadi 6 subtipe, yaitu: 21. 2 primer ekspresif:

disfraksia verbal

gangguan defisit produksi fonologi

2. 2 defisit represif dan ekspresif

gangguan campuran ekspresif-represif

disfasia verbal auditori agnosia

3. 2 defisit bahasa yang lebih berat

gangguan leksikal-sintaksis

gangguan semantik-pragmatikAnak dengan disfraksia verbal (afraksia verbal atau gangguan perkembangan bicara ekspresif) mengerti segala sesuatu yang dikatakan padanya, mereka lebih sering menunjuk daripada bicara. Banyak yang mempunyai riwayat prematur, beberapa menderita disfraksia oromotor (anak ini mengeluarkan air liur dan mempunyai kesulitan mengikuti gerakan mulut). Jika mereka bicara, lebih banyak mengeluarkan suara vokal dengan gangguan pengucapan konsonan. Anak-anak ini setelah dewasa menjadi afemia. Anak dengan disfraksi verbal kadang-kadang disertai dengan gangguan tingkah laku (autisme). Rehabilitasi pada anak ini lebih memerlukan terapi wicara yang intensif.2Beberapa anak bicara dengan kata-kata dan frase yang sulit dimengerti, bahkan pada orang-orang yang selalu kontak dengannya. Sehingga mereka sering marah dan frustasi karena merasa bahwa kata-katanya sulit dimengerti oleh sekitarnya. Mereka ini tidak ada gangguan dalam pengertian, tetapi terdapat gangguan defisit produksi fonologi. 2Anak yang bicaranya sulit dipahami yang juga menunjukkan adanya gangguan pemahaman terhadap apa yang dikatakan kepadanya, menunjukkan gangguan campuran ekspresif-reseptif. Mereka bicara dalam kalimat yang pendek dan banyak dari mereka yang autistik. Setelah dewasa mereka menjadi afasia (afasia Broca), hanya sedikit yang diketahui bagaimana hal ini bisa terjadi.2Beberapa anak mengerti sedikit apa yang dikatakan padanya, walaupun kadang-kadang mereka mengikuti suatu pembicaraan dengan cara lain, misalnya dengan memperhatikan apa yang dilihatnya. Mereka sangat miskin dalam artikulasi kata-kata. Mereka ini dinamakan disfasia verbal auditori agnosia. Mereka ini termasuk afasia yang didapat, dimana mereka sebelumnya sering kejang dan kehilangan kemampuan berbicara setelah periode perkembangan bahasa yang normal (sindrom Landau Kleffner). Pada EEG anak dengan sindrom ini, akan tampak bitemporal spike. Anak dengan disfasia jenis ini, memproses suara yang didengarkan di pusat dengar berbeda dengan anak normal. Stimulasi bahasa akan memperbaiki keadaan, walaupun hasil akhirnya masih belum pasti.2Anak dengan gangguan leksikal-sintaksis mempunyai kesulitan dalam menemukan kata-kata yang tepat khususnya bercakap-cakap. Mereka tidak gagap dan tidak menghindar untuk berbicara. Gejalanya seperti orang dewasa dengan afasia konduksi, dimana mereka akan berhenti bicara sebentar untuk menemukan kata-kata yang tepat. Biasanya orang tuanya akan membantu untuk menemukan kata-kata yang tepat. Anak ini biasanya bicara dengan menggunakan kalimat-kalimat yang pendek pada umurnya. Terapi bicara akan membantu melatih anak mencari kata-kata yag tepat pada saat bicara, tetapi prognosis selanjutnya masih belum banya diketahui. 2Beberapa anak ada yang bicaranya lancar dan dapat menggunakan kata-kata yang tepat, tetapi mereka bicara tanpa henti mengenai satu topik. Mereka tidak mengerti tata bahasa. Gejalanya mirip gangguan bicara pada anak dengan hidrosefalus dan oleh Rapin dan Allen disebut gangguan semantik pregmatik. Anak ini pada umumnya menderita gangguan hubungan sosial dan didiagnosis sebagai gangguan perkembangan pervasif. Mereka punya sedikit teman sebaya dan tidak pernah mau belajar aturan permainan dan diperlukan psikolog dan ahli terapi tingkah laku.2Aram dan Towne mengatakan bahwa seorang anak dapat dicurigai memiliki gangguan perkembangan kemampuan bahasa apabila ditemukan gejala-gejala sebagai berikut:21. pada usia 6 bulan anak tidak mampu memalingkan mata serta kepalanya terhadap suara yang datang dari belakang atau samping

2. pada usia 10 bulan anak tidak memberi reaksi terhadap panggilan namanya sendiri

3. pada usia 15 bulan tidak mengerti dan memberi reaksi terhadap kata-kata jangan, da-da, dan sebagainya

4. pada usia 18 bulan tidak dapat menyebut sepuluh kata tunggal

5. pada usia 21 bulan tidak memberi reaksi terhadap perintah (misalnya duduk, kemari, berdiri)

6. pada usia 24 bulan tidak bisa menyebut bagian-bagian tubuh

7. pada usia 24 bulan belum mampu mengetengahkan ungkapan yang terdiri dari 2 buat kata

8. setelah usia 24 bulan hanya mempunyai pembendaharaan kata yang sangat sedikit/tidak mempunyai kata-kata huruf z pada frase

9. pada usia 30 bulan ucapannya tidak dapat dimengerti oleh anggota keluarga

10. pada usia 36 bulan belum dapat mempergunakan kalimat-kalimat sederhana

11. pada usia 36 bulan tidak bisa bertanya dengan menggunakan kalimat tanya yang sederhana

12. pada usia 36 bulan ucapannya tidak dimengerti oleh orang di luar keluarganya

13. pada usia 3,5 tahun selalu gagal untuk menyebutkan kata akhir (ca untk cat, ba untuk ban, dan lain-lain)

14. setelah usia 4 tahun tidak lanca berbicarra/gagap

2.7 DIAGNOSISSeperti pada gangguan perkembangan lainnya, kesulitan utama dalam diagnosis adalah membedakannya dari variasi perkembangan yang normal. Anak normal mempunyai variasi besar pada usia saat mereka belajar berbicara dan terampil berbahasa. Keterlambatan berbahasa sering diikuti kesulitan dalam membaca dan mengeja, kelainan dalam hubungan interpersonal, serta gangguan emosional dan perilaku. Untuk menegakkan diagnosa harus dilakukan pengujian terhadap intelektual nonverbal anak. Pengamatan pola bahasa verbal dan isyarat anak dalam berbagai situasi dan selama interaksi dengan anak-anak lain membantu memastikan keparahan bidang spesifik anak yang terganggu juga membantu dalam deteksi dini komplikasi perilaku dan emosional.1,2,3AnamnesisPengambilan anamnesis harus mencakup uraian mengenai perkembangan bahasa anak. Autisme setelah berumur 18 bulan dan bicara yang sulit dimengerti setelah berumur 3 tahunn, paling sering ditemukan. Dokter anak harus curiga bila orang tua melaporkan bahwa anaknya tidak dapat menggunakan kata-kata yang berarti pada umur 18 bulan atau belum mengucapkan frase pada umur 2 tahun. Atau anak memakai bahasa yang singkat untuk menyampaikan.2Kecurigaan adanya gangguan tingkah laku perlu dipertimbangkan kalau dijumpai gangguan bicara dan tingkah laku yang bersamaan. Kesulitan tidur dan makan sering dikeluhkan orang tua pada awal gangguan autisme. Pertanyaan bagaimana anak bermain dengan temannya dapat membantu mengungkap tabir tingkah laku. Anak dengan autisme lebih senang bermain dengan huruf balok atau magnetik dalam waktu yang lama. Mereka dapat saja bermain dengan anak sebaya, tetapi dalam waktu singkat menarik diri.2Anamnesis pada gangguan bahasa dan bicara mencakup perkembangan bahasa anak. Beberapa pertanyaan yang dapat ditanyakan antara lain:

Pada usia berapa bayi mulai mengetahui adanya suara, misalnya dengan respon berkedip, terkejut atau mengerakkan bagian tubuh

Pada usia berapa bayi mulai tersenyum (senyum komunikatif), misalnya diajak berbicara. Kapanbayimulaimengeluarkansuaraaaaggh.

Orientasi terhadap suara, misalnya bila ada suara apakah bayi memalingkan atau mencari arah suara.

Kapanbayimemberiisyaratdaagdanbermaincikkebum.

Mengikutiperintahsatulangkah,sepertiberiayahsepatuatauambilkoran.

Berapa banyak bagian tubuh yang dapat ditunjukan oleh anak, seperti mata, hidung, kuping dan sebagainya.Instrumen penyaring

Selain anamnesis yang teliti, disarankan digunakan instrumen penyaring untuk menilai gangguan perkembangan bahasa. Misalnya Early Language Milestone Scale (Coplan dan Gleason), atau DDST (pada Denver II penilaian pada sektor bahasa lebih banyak dari pada DDST yang lama) atau Reseptive-Expresive Emergent Language Scale. Early Language Milestone Scale cukup sentitif dan spesifik untuk mengidentifikasi gangguan bicara pada anak kurang dari 3 tahun.2PemeriksaanFisikPemeriksaan fisik dapat digunakan untuk mengungkapkan penyebab lain dari gangguan bahasa. Apakah ada mikrosefali, anomali telinga luar, otitis media yang berulang, sindrom William (fasies Elfin, perawakan pendek, kelainan jantung, langkah yang tidak mantap), celah palatum dan lain-lain.2Gangguan oromotor dapat diperiksa dengan menyuruh anak menirukan gerakan mengunyah, menjulurkan lidah dan mengulang suku kata PA, TA, PA-TA, PA-TA-KA. Gangguan kemampuan oromotor terdapat pada verbal apraksia.2Pengamatan saat bermain

Mengamati saat anak bermain dengan alat permainan yang sesuai dengan umurnya, sangat membantu dalam mengidentifikasi gangguan tingkah laku. Idealnya pemeriksa juga bermain dengan anak tersebut dan kemudian mengamati orang tuanya saat bermain dengan anaknya. Tetapi ini tidak praktis dilakukan pada ruangan yang ramai. Pengamatan anak saat bermain sendiri, selama pengambilan anamnesis dengan orang tuanya, lebih mudah dilaksanakan. Anak yang memperlakukan mainannya sebagai objek saja atau hanya sebagai satu titik pusat perhatian saja, dapat merupakan petunjuk adanya kelainan tingkah laku. 2Pemeriksaan laboratorium

Semua anak dengan gangguan bahasa harus dilakukan tes pendengaran. Jika anak tidak kooperatif terhadap audiogram atau hasilnya mencurigakan, maka perlu dilakukan pemeriksaan auditory brainstem responses.2Pemeriksan laboratorium lainnya dimaksudkan untuk membuat diagnosis banding. Bila terdapat gangguan pertubuhan, mikrosefali, makrosefali, terdapat gejala-gejala dari suatu sindrom perlu dilakukan CT scan atau MRI, untuk mengetahui adanya malformasi. Pada anak laki-laki dengan autisme dan perkembangan yang sangat lambat, skrining kromosom untuk fragil-X mungkin diperluka. Skrining terhadap penyakit-penyakit metabolik baru dilakukan kalau terdapat kecurigaan ke arah itu, karena pemeriksaan itu sangat mahal. 2Konsultasi

Pemeriksaan dari psikolog/neuropsikiater anak diperlukan jika ada gangguan bahasa dan tingkah laku. Pemeriksaan ini meliputi riwayat dan tes bahasa, kemampuan kognitif dan tingkah laku. Tes intelegensia dapat dipakai sebagai perbandingan fungsi kognitif anak tersebut. Masalah tingkah laku dapat diperiksa lebih lanjut dengan menggunakan instrumen seperti Vineland Social Adaptive Scale Revised, Child Behavior Checklist, atau Childhood Autism Rating Scale. Konsultasi ke psikiater anak dilakukan bila ada gangguan tingkah laku yang berat.2PemeriksaanPenunjang BERA (Brainstem Evoked Response Audiometry) merupakan cara pengukuran evoked potensial (aktivitas listrik yang dihasilkan saraf VIII, pusat-pusat neural dan traktus di dalam batang otak) sebagai respon terhadap stimulus auditorik.8 Pemeriksaanaudiometrik8Pemeriksaan audiometrik diindikasikan untuk anak-anak yang sangat kecil dan untuk anak-anak yang ketajaman pendengarannya tampak terganggu. Ada 4 kategori pengukuran dengan audiometrik: a) Audiometrik tingkah laku, merupakan pemeriksaan pada anak yang dilakukan dengan melihat respon dari anak jika diberi stimulus bunyi. Respon yang diberikan dapat berupa menoleh ke arah sumber bunyi atau mencari sumber bunyi. Pemeriksaan dilakukan di ruangan yang tenang atu kedap suara dan menggunakan mainan yang berfrekuensi tinggi. Penilaian dilakukan terhadap respon yang diperlihatkan anak. b)Audiometrik bermain, merupakna pemeriksaan pada anak yang dilakukan sambil bermain, misalnya anak diajarkan untuk meletakkan suatu objek pada tempat tertentu bila dia mendengar bunyi. Dapat dimulai pada usia 3-4 tahun bila anak cukup kooperatif. c)Audiometrik bicara. Pada tes ini dipakai kata-kata yang sudah disusun dalam silabus pada daftar yang disebut: phonetically balance word LBT (PB List). Anak diminta untuk mengulangi kata-kata yang didengar melalui kaset tape recorder. Pada tes ini dilihat apakah anak dapat membedakan bunyi s, r, n, c, h, ch. Guna pemeriksaan ini adalah untuk menilai kemampuan anak dalam berbicara sehari-hari dan untuk menilai pemberian alat bantu dengar (hearing aid).d) Audiometriobjektif,biasanyamemerlukanteknologikhusus. CT scan kepala untuk mengetahui struktur jaringan otak, sehingga didapatkan gambaran area otak yanga abnormal.

Timpanometri digunakan untuk mengukur kelenturan membran timpani dan sistem osikuler. 2.8 DIAGNOSIS BANDING13DiagnosisBahasa reseptifBahasa ekspresifKemampuan pemecahan masalah visuo-motorPola perkembangan

Keterlambatan FungsionalNormalKurang normalNormalHanya ekspresif yang terganggu

GangguanPendengaranKurang normalKurang normalNormalDisosiasi

Redartasi mentalKurang normalKurang normalKurang normalKeterlambatan global

Gangguankomunikasi sentralKurang normalKurang normalNormalDisosiasi, deviansi

Kesulitan belajarnormal,

kurang normalNormalnormal,

kurang normalDisosiasi

AutisKurang normalnormal,

kurang normalTampaknya normal,

normal, selalu lebih

baik dari bahasaDeviansi, disosiasi

Mutisme elektifNormalNormalnormal,

kurang normal

2.8 MANAJEMEN Diagnosis yang tepat terhadap gangguan bicara dan bahasa pada anak, sangat berpengaruh terhadap perbaikan dan perkembangan kemampuan bicara dan bahasa. Terapi sebaiknya dimulai saat diagnosis ditegakkan, namun hal ini menjadi sebuah dilema, diagnosis sering terlambat karena adanya variasi perkembangan normal atau orang tua baru mengeluhkan gangguan ini kepada dokter saat mencurigai adanya kelainan pada anaknya, sehingga para dokter lebih sering dihadapkan pada aspek kuratif dan rehabilitatif dibandingkan preventif. Tata laksana dini terhadap gangguan ini akan membantu anak-anak dan orang tua untuk menghindari atau memperkecil kelainan di masa sekolah1, 2Gangguan bicara dan bahasa pada anak cenderung membaik seiring pertambahan usia, dan pada dasarnya perkembangan bahasa dilatarbelakangi perawatan primer orang tua dan keluarga terhadap anak. Usaha preventif pada masa neonatus, bayi dan balita dapat dilakukan dengan memberi pujian dan respon terhadap segala usaha anak untuk mengeluarkan suara, serta member tanda terhadap semua benda dan kata yang menggambarkan kehidupan sehari-hari. Pola intonasi suara dapat diperbaiki sejalan dengan respon anak yang semakin mendekati pola orang dewasa.1,2Secara umum, anak akan berusaha untuk lebih baik saat orang dewasa merespon apa yang diucapkannya tanpa menekan anak untuk mengucapkan suara atau kata tertentu. Sebagai motivasi ketika seorang anak berbicara satu kata secara jelas, pendengan sebaiknya merespon tanpa paksaan dengan memperluas hingga dua kata. 1,2Tindakan kuratif penatalaksanaan gangguan bicara dan bahasa pada anak disesuaikan dengan penyebab kelainan tersebut. Penatalaksanaan dapat melibatkan multi disiplin ilmu dan terapi ini dilakukan oleh suatu tim khusus yang terdiri dari fisioterapis, dokter, guru dan orang tua pasien. Beberapa jenis gangguan bicara dapat diterapi dengan terapi wicara, tetapi hal ini membutuhkan perhatian medis seorang dokter. Anak-anak usia sekolah yang memiliki gangguan bicara dapat diberikan pendidikan program khusus. Beberapa sekolah tertentu menyediakan terapi wicara kepada para murid selama jam sekolah, meskipun menambah hari belajar.1,2Konsultasi dengan psikoterapis anak diperlukan jika gangguan bicara dan bahasa diikuti oleh gangguan tingkah laku, sedangkan gangguan bicaranya dievaluasi oleh ahli terapi wicara.1,22.9 PROGNOSISPrognosis gangguan bicara pada anak tergantung pada penyebabnya. Dengan perbaikan masalah medis seperti tuli konduksi dapat menghasilkan perkembangan bahasa yang normal pada anak yang tidak retardasi mental. Sedangkan perkembangan bahasa dan kognitif pada anak dengan gengguan pendengaran sensoris bervariasi. Dikatakan bahwa anak dengan gangguan fonologi biasanya prognosisnya lebih baik. Sedangkan ganggan bicara pada anak yang intelegensianya normal perkembangan bahasanya lebih baik daripada anak yang retardasi mental. Tetapi pada anak dengan gagguan yang multipel, terutama dengan gangguan pemahaman, gangguan bicara ekspresif, atau kemampuan naratif yang tidak berkembang pada usia 4 tahun, mempunyai gangguan bahasa yang menetap pada umur 5,5 tahun.1,2BAB 3KESIMPULANGangguan bicara dan bahasa adalah salah satu penyebab gangguan perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak. Keterlambatan bicara adalah keluhan utama yang sering dicemaskan dan dikeluhkan orang tua kepada dokter. Gangguan ini semakin hari tampak semakin meningkat pesat. Beberapa laporan menyebutkan angka kejadian gangguan bicara dan bahasa berkisar 5 10% pada anak sekolah. Kemampuan motorik dan kognisi berkembang sesuai tingkat usia anak, demikian juga pemerolehan bahasa bertambah melalui proses perkembangan mulai dari bahasa pertama, usia pra sekolah dan usia sekolah di mana bahasa berperan sangat penting dalam pencapaian akademik anak.Faktor resiko yang dipengaruhi oleh kondisi biologi dan lingkungan ini meningkatkan kemungkinan terjadinya gangguan perkembangan. Mengenali berbagai faktor resiko yang berkaitan dengan disabilitas perkembangan menjadi perhatian utama, terutama faktor-faktor yang diyakini dipengaruhi oleh kondisi biologis dan lingkungan pada fase awal dari suatu proses perkembangan.Mengenali lebih dini faktor resiko pada anak merupakan faktor penting untuk menjamin bahwa mereka ditempatkan dalam bentuk program remedial yang tepat untuk meminimalkan atau mengurangi dampak dari faktor resiko tersebut. Deteksi dini dan penanganan awal terhadap emosi, kognitif atau masalah fisik adalah hal yang sangat penting. Orang-orang dewasa ini khususnya orang tua, perawat anak sehari-hari, atau dokter anak sering kali gagal menemukan indikator awal dari disabilitas. Beberapa anak tidak memperoleh penanganan dengan baik sampai masalah perkembangan itu menjadi sesuatu yang tidak dapat ditangani atau berdampak secara signifikan terhadap hal-hal lain.BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. RanuhIG,penyunting.BukuAjarTumbuhKembangAnakdanRemaja;EdisiI.Jakarta:IkatanDokterAnakIndonesia.Jakarta,SagungSeto,2002;912. Soetjiningsih.Gangguanbicaradanbahasapadaanak.Tumbuhkembanganak.JakartaEGC,1995;23740

3. Markum,AH.Gangguanperkembanganberbahasa.Dalam:Markum,IsmaelS,AlatasH,AkibA,FirmansyahA,SastroasmoroS,editor.Bukuajarilmukesehatananak.JilidI.Jakarta:BalaiPenerbitFKUI,1991;56694. Salim P, Salim Y, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Edisi kedua.Jakarta: Modern English Press;1995.

5. Alwi H, Sugono D, Adiwinata SS. Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga, Departement Pendidikan Nasional. Jakarta: Balai pustaka;2005.6. Victor M, Ropper AH. Priciples of Neurology Adams and Victors, seventh edition. McGraw-Hill.2001.7. Wahjuni S. Pemeriksaan Penyaring Keterlambatan Perkembangan Bahasa pada Anak Batita dengan Early Language Milestone Scale di Kelurahan Paseban Jakarta Pusat. Jakarta. FKUI. 1998

8. VirginiaW,MeredithG,Dalam:Adam,boeishighler.Gangguanbicaradanbahasa.Bukuajarpenyakittelinga,hidung,tenggorok.Edisi6.Jakarta:EGC,1997;397410.9. GuytonAC,HallJE.Dalam:IrawatiSetyawan,penyunting.Bukuajarfisiologikedokteran.Edisi9.Jakarta:EGC,2005;90919

10. Rahyono FX. Dalam : Pesona Bahasa Langkah Awal Memahami Linguistik. Editor : Kurhayanti.Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta, 2007,hal 32-37.

11. Soedjatmiko.Deteksidinigangguantumbuhkembangbalita.SariPediatri2005;3.12. Kaplan, Harold I. Gangguan komunikasi. Dalam : I Made Wiguna, editor. Sinopsis psikiatri : Bina Rupa Aksara,1997;76682

13. Fox A. V.1;Dodd B.1;Howard D.1Risk factors for speech disorders in children. International Journal of Language & Communication Disorders, Volume 37,Number 2, 1 April 2002 , pp. 117-131(15)21