Responsi Alkes

20
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam proses pembedahan (operasi) pada hewan maupun manusia, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan, yaitu mempersiapkan alat-alat pembedahan. Pembedahan sendiri bertujuan untuk memulikan keadaan normal dari gangguan atau penyakit dengan alat atau instrumen. Hal yang paling penting dari suatu pembedahan adalah benang dan jarum bedah. Karena benang dan jarum bedah disini berperan sebagai penutup luka atau bisa dikatakan sebagai akhir dari proses pembedahan. Adapun pengelompokan dan kriteria dari benang dan jarum bedah itu sendiri. Untuk benang hanya dikelompokkan menjadi 2 berdasarkan kekuatan penyerapannya, yaitu benang yang dapat diserap tubuh dan benang yang tidak dapat diserap oleh tubuh. Sedangkan untuk jarum dibagi menjadi 3, yaitu ujung jarumnya, panjang leher jarum, serta mata neddlenya. Pengelompokan jarum tersebut berdasarkan organ atau bagian mana yang akan dijahit. B. Tujuan Adapun tujuan dari pembahasan materi ini yaitu: 1. Agar mahasiswa dapat mengetahui apa itu benang bedah serta klasifikasinya 2. Agas mahasiswa dapat mengetahui kriteria benang dan jarum bedah yang baik

Transcript of Responsi Alkes

Page 1: Responsi Alkes

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam proses pembedahan (operasi) pada hewan maupun manusia, ada beberapa hal

yang perlu dipersiapkan, yaitu mempersiapkan alat-alat pembedahan. Pembedahan sendiri

bertujuan untuk memulikan keadaan normal dari gangguan atau penyakit dengan alat atau

instrumen.

Hal yang paling penting dari suatu pembedahan adalah benang dan jarum bedah.

Karena benang dan jarum bedah disini berperan sebagai penutup luka atau bisa dikatakan

sebagai akhir dari proses pembedahan. Adapun pengelompokan dan kriteria dari benang dan

jarum bedah itu sendiri. Untuk benang hanya dikelompokkan menjadi 2 berdasarkan

kekuatan penyerapannya, yaitu benang yang dapat diserap tubuh dan benang yang tidak dapat

diserap oleh tubuh. Sedangkan untuk jarum dibagi menjadi 3, yaitu ujung jarumnya, panjang

leher jarum, serta mata neddlenya. Pengelompokan jarum tersebut berdasarkan organ atau

bagian mana yang akan dijahit.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari pembahasan materi ini yaitu:

1. Agar mahasiswa dapat mengetahui apa itu benang bedah serta klasifikasinya

2. Agas mahasiswa dapat mengetahui kriteria benang dan jarum bedah yang baik

3. Agar mahasiswa dapat mengetahui pengelompokan dan fungsi benang bedah

4. Agar mahasiswa dapat mengetahui pengelompokan dan fungsi jarum bedah

5. Agar mahasiswa dapat mengetahui anatomi jarum bedah

6. Agar mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis benang operasi

C. Manfaat

Dengan membahas materi mengenai alat-alat bedah ini terutama benang dan jarum

bedah sehingga mahasiswa dapat mengetahui benang dan jarum bedah yang mana saja yang

bisa digunakan saat menjahit bagian dalam organ maupun bagian luar, contohnya kulit,

fascia, saluran cerna, dan organ-organ lainnya.

Page 2: Responsi Alkes

BAB II

PEMBAHASAN

A. Benang Bedah

1. Pengertian

Benang bedah ( suture ) adalah materi berbentuk benang yang berfungsi untuk

ligasi (Mengikat) pembuluh darah atau aproksimasi (mengikat / menyatukan jaringan )

dan menahannya sampai jaringan mengalami penyembuhan. Sejak tahun 2000 SM,

penggunaan benang dari bulu binatang telah dilakukan untuk menjahit luka.  Seiring

dengan perkembangan zaman, bahan-bahan untuk penjahitan bedah berkembang dan

bervariasi mulai dari sutra, linen, katun, tendon ataupun usus hewan.

2.1.2 Klasifikasi

Terdapat beberapa jenis benang yang dapat digunakan dalam pambedahan.

Penggolongan tersebut terbagi berdasarkan beberapa kriteria. Kriteria tersebut antara

lain :

Penyerapan

Asal Bahan

Asal Serat  

a. Penyerapan

Berdasarkan kriteria ini, benang dibagi menjadi 2 yaitu :

Benang yang dapat diserap (absorbable suture)

Benang jenis ini merupakan jenis benang yang materialnya dibuat dari

jaringan collagen mamalia sehat atau dari sintetik polimer. Material di dalam

tubuh akan diserap dengan lama yang bervariasi sehingga tidak ada benda asing

yang tertinggal di dalam tubuh. Sebagai contoh, fasia harus dijahit dengan

benang yang lama waktu penyerapannya, karena untuk penyembuhannya fascia

butuh waktu yang cukup lama (hingga beberapa bulan). Contohnya : Plain

Catgut, chromic dan kolagen.

Benang yang tidak dapat diserap ( non absorbable sutures )

Benang jenis ini merupakan benang yang dibuat dari material yang tahan

terhadap enzim penyerapan dan tetap berada dalam tubuh atau jaringan tanpa

Page 3: Responsi Alkes

reaksi penolakan selama bertahun – tahun. Contohnya : polyamida (nylon) dan

sutera (silk, zyde). Benang jahitan disini merupakan benda asing yang akan

mengakibatkan terjadinya reaksi dari jaringan tubuh.  Karena itu, untuk tujuan

meminimalkan reaksi digunakan bahan yang inert dan memberikan reaksi yang

minimal. Kelebihan dari benang ini adalah dapat memegang jaringan secara

permanen. Kekurangan dari benang ini adalah benang ini menjadi benda asing

yang tertinggal didalam tubuh dan kemungkinan akan menjadi fistel.

b. Asal Bahan

Berdasarkan asal bahannya benang yang digunakan dalam pembedahan terdiri

atas :

Bahan alami, dibagi atas :

a. Diserap ( absorbable )

Dibuat dari collagen yang berasal dari lapisan sub. Mukosa usus

domba dan serabut collagen tendon flexor sapi.Contoh :

i. Surgical catgut plain : Berasal dari lapisan sub. Mukosa

usus domba dan serabut collagen tendon flexor sapi tanpa

campuran.

ii. Surgical catgut chromic : Berasal dari lapisan sub. Mukosa

usus domba dan serabut collagen tendon flexor sapi

dicampur dengan chromic aci

b. Tidak diserap (non absorbable sutures)

Jenis ini terbuat dari linen, ulat sutra (silk) seperti surgical silk,

virgin silk dan dari kapas (cotton) seperti surgical cotton. Ada

juga yang terbuat dari logam sehingga mempunyai tensil strength

yang sangat kuat, contoh : metalik sutures (stainless steel).

Bahan sintetis (buatan)

Benang sintetis harganya lebih mahal, namun mempunyai berbagai

keunggulan dalam hal absorpsi yang terprediksi dan umumnya telah disesuaikan 

dengan organ yang akan dijahit. Benang ini terbagi menjadi :

a. Benang yang dapat diserap (absorbable)

Benang jenis ini terbuat dari sintetik polimer, sehingga mudah

diserap oleh tubuh secara hidrolisis dan waktu penyerapan oleh

tubuh mudah diprediksi. Contoh benang ini antara lain :

Page 4: Responsi Alkes

Polyglactin 910, Polylactin 910 polylastctin 370, calcium state

(Coated Vicryl®) dan lain-lain.

b. Benang yang tidak dapat diserap (non absorbable)

Benang ini terbuat dari bahan buatan (sintetis) dan dibuat

sedemikian rupa sehingga reaksi jaringan yang timbul sangat

kecil. Contohnya : Polypropamide (Ethilon®), Polypropylene

(Prolene®), Polyester (Mersilene®).

c. Asal Serat

Berdasarkan asal seratnya atau penampang benangnya, benang jenis ini terbagi

lagi menjadi :

a. Monofilamen

Benang ini terbuat dari satu lembar benang, tidak meneyerap

cairan ( non capilarity ). Keuntungan dari jenis ini adalah

permukaan benang rata dan halus, tidak memungkinkan terjadinya

nodus infeksi dan tidak menjadi tempat tumbuhnya mikroba.

Kerugiannya adalah memerlukan penanganan simpul yang khusus

karena relatif cukup kaku dan tidak sekuat multifilament. Contoh :

Catgut, PDS, dan Prolene.

b. Multifilamen

Benang ini terbuat dari beberapa filamen atau lembar bahan

benang yang dipilih menjadi satu. Keuntungan jenis ini adalah

benang lebih kuat dari monofilament, lembut dan teratur serta

mudah digunakan. Kerugiannya berupa adanya rongga yang

dapat menjadi tempat menempelnya mikroba dan sedikit tersendat

pada saat melalui jaringan. Contoh : Vicryl, Silk, Ethibond.

Benang serat banyak dapat dibagi dua, yaitu braided yang berupa

benang anyaman seperti rambut dikepang (contohnya polyester,

polyglycolic acid, polyamide (polyfilament dan sutera), dan

twisted dimana jalinan benang terdiri dari serat-serat yang

dililit/dipilin (contohnya katun dan linen).  Polyamide (nylon)

Page 5: Responsi Alkes

dapat dijumpai dalam 2 bentuk yaitu berserat tunggal dan berserat

banyak.

Benang yang digunakan dalam pembedahan juga memiliki lapisan. Pelapisan benang

(coated) mempunyai beberapa tujuan yaitu untuk mendapatkan benang yang lebih kesat

sehingga kekuatan simpulnya lebih baik, untuk mengamankan jalinan benang sehingga

tampil lebih rapi dan kokoh, untuk menutup celah-celah (pore) pada anyaman sehingga tidak

terdapat tempat kuman untuk bersarang, serta untuk meminimalisasi reaksi jaringan.

Polyglycolic acid dan polydioxanone merupakan benang berserat banyak dan berlapis. Sutera

diberi lapisan lilin agar benang lebih kaku dan lebih menggigit, serta untuk menutup celah-

celah pada benang.

Tabel 1 Klasifikasi Suture Berdasarkan Tingkat Penyerapannya

Breakdown Origin StrandGeneric Name Trade Name

Absorbable

Natural

MultifilamantCatgut-plain

Catgut-chromic

MonofilamentNone

Synthetic

Multifilament

Glycolic Acid

Primer

- Polyglycolic acid Dexon (D+G)

- Polyglactin 910 Vicryl (Ethicon)

Polysorb (USSC)

Monofilament

Polydioxanone PDS (Ethicon)

Trimethylene/

Glycolic acidMaxon (D+G)

Poliglecaprone 25 Monocryl (Ethicon)

Nonabsorbable Natural Multifilament Silk

Linen

Cotton

Stainless Steel

Page 6: Responsi Alkes

Monofilament Stainless Steel

Synthetic

Multifilament

Polyester

Ethibond/Mersilene

Ti-cron/ Dacron

Dyflex/Teflex/Polyflex

Polyamide (Nylon)Surgilon

Nurolon

Monofilament

Polyamide (Nylon)

Ethilon

Dermalon

Nylene

PolypropyleneProlene

Surgilene

Polyvinylidene Vilene

Polybut ester Novafil

Polyether Dyloc

2.1.3 Ukuran Benang

Ukuran benang merupakan salah satu factor yang menentukan kekuatan

jahitan. Oleh karena itu pemilihan ukuran benang untuk menjahit luka bedah bergantung

pada jaringan apa yang dijahit dan dengan pertimbangan factor kosmetik sedangkan

kekuatan jahitan ditentukan oleh jumlah jahitan, jarak jahitan, dan jenis benangnya.

Berdasarkan pertimbangan untung-rugi, maka dapat diambil patokan penyesuaian

ukuran benang dengan daerah yang akan dijahit sebagai berikut :

Tabel 2 Klasifikasi Berdasarkan Ukuran Benang

Daerah yang akan dijahitUkuran benang Jenis benang yang dianjurkan

Wajah dan leher

Subkutis 5/0

Kulit 4/0 – 6/0

Plain catgut, Chromic cat gut,  PGA

Nylon monofilament

Kepala Subkutis 3/0 Plain catgut, Chromic cat gut,  PGA

Nylon monofilament, Silk

Page 7: Responsi Alkes

Kulit 2/0 – 3/0

Badan depan

Permukaan cembung

ekstremitas

Subkutis 5/0

Kulit 3/0 – 4/0

Plain catgut

Nylon monofilament, silk

Badan belakang

Permukaan cekung

ekstremitas

Subkutis 4/0

Kulit 3/0 – 4/0

Polyglycolic acid, polydioxanone

Nylon monofilament, Silk

2.1.4 Cara Memilih Benang

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan benang yang akan

digunakan:

Benang harus steril sewaktu digunakan.

Diketahui kekuatan untuk memegang jaringan ( tensil strength ) yang sesuai jenis

material benang.

Diketahui massa penyerapan ( absorption rate ) yaitu lamanya benang habis diserap

tubuh

Simpul aman, diketahui jumlah minimal tali simpul yang aman untuk setiap jenis

benang, artinya tetap tersimpul selama proses penyembuhan luka.

Mudah untuk digunakan.

Lokasi operasi atau pembedahan

Reaksi/trauma jaringan yang minimal, diameter benang bedah yang dianjurkan

dipergunakan adalah ukuran terkecil yang paling aman untuk setiap jenis jaringan

yang dijahit, massa material benang dan reaksi jaringan sekecil mungkin.

Tabel 3 Contoh Beberapa Benang Beserta Kekurangan dan Kelebihannya

Jenis barang

Diserap (A)

atau tidak

(NA)

Daya tahan

terhadap

regangan

(breaking

Keamanan

simpul

(knot

security)

Tegangan dalam jaringan

(tensile strength in

tissues)

Page 8: Responsi Alkes

strength)

Plain catgut

A Bervariasi jelek Hilang setelah hari ke 3

Chromic catgut A Baik sedang Hilang setelah hari ke 10

Collagen A Baik sedang Hilang setelah hari ke 10

Polyglycolic

acid

DEXON IITM

A Baik baik Tinggal 40% pd hari ke 14

Polyglactin

VICRYIL TMA Baik baik Tinggal 40%pd hari ke 14

Sutera NA Sedang baik Tahan hingga 6 bulan

Katun NA Sedang baik Tahan hingga 6 bulan

Braided NA Baik baikBervariasi hilangnya pada

bln ke 6

Monofilament

polyamide

NYLONTM

NA Baik jelek Berkurang sedikit

Braided

polyesterNA Sangat baik baik bertahan

Monofilament

polypropylene

PROLENETM

NA Baik sedang Bertahan

Steel wire NA Sangat baik baik Bertahan

2.1 Jarum Bedah

2.1.1 Pengertian

Jarum (needle) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam sebuah teknik

suture, sehingga mengetahui konsep dasar tentang needle tersebut dapat membantu 

dalam menguasai teknik suturing. Sebagaian besar needle tersebut terbuat dari

stainless steel yang tahan korosif dan melekat pada ujung benang melalui swage, yaitu

lubang yang terdapat pada pangkal needle, dimana benang dapat melekat di

dalamnya. 

Page 9: Responsi Alkes

Needle harus cukup rigid/keras sehingga memungkinkan untuk dapat

menembus jaringan tanpa menjadi bengkok,  Diameter yang cukup tanpa

menyebabkan kerusakan jaringan sekitar, setipis mungkin sehingga tidak

meneyebabkan  kebocoran. Ujung needle harus tajam untuk dapat menembus jaringan

dengan baik dan ukuran yang cukup besar sehingga dapat membawa benang tanpa

ikut membawa jaringan sekitarnya.

Needle juga harus mempunyai ketajaman tiga dimensi  yang memungkinkan

kita dapat memegang dengan baik dengan menggunakan needle holder tanpa

menyebabkan kerusakan pada jaringan tertentu yang dapat menimbulkan kerugian

dikemudian hari.

  2.1.2 Struktur Jarum Bedah

Gambar 1 Struktur Jarum Bedah

Bagian – bagian dari jarum bedah, terdiri atas:

o Ujung jarum ( point of needle )

o Badan / Batang ( body / shat needle )

o Mata jarum ( eye needle )

2.1.3 Kriteria Pemilihan Jarum Bedah

Pemilihan jarum bedah yang efisien dan tepat guna ialah jarum yang

digunakan berperan aktif dalam penyembuhan luka dan tidak merubah atau merusak

Page 10: Responsi Alkes

jaringan tubuh. Serta bentuk, ukuran, dan rancangan jarum dipilih yang sesuai dengan

prosedur operasi.

Kriteria jarum bedah yang baik, yaitu:

Stainless steel kualitas tinggi

Stabil jika dipegang dengan needle holder

Diameter dari jarum harus sesuai

Sebisa mungkin meminimalisir adanya trauma

Tajam sehingga bisa menembus kulit yang tebal

Harus sesuai dengan lokasi operasi

2.1.4 Klasifikasi Jarum Bedah

Klasifikasi dari jarum bedah sendiri dibedakan berdasarkan ujung jarum (point

of needle) dan bentuk badan jarum (body/shat needle). Klasifikasi ini digunakan

untuk memudahkan penggunaan jarum itu sendiri dalam operasi.

Klasifikasi berdasarkan ujung jarum (point of needle):

Page 11: Responsi Alkes

Gambar 2 Klasifikasi Point of Needle

Klasifiksi berdasarkan bentuk badan needle:

Page 12: Responsi Alkes

Gambar 3 Klasifikasi badan needle

Page 13: Responsi Alkes

Berdasarkan mata needlenya terbagi atas:

Rolled end Drilled end Regular eye Springs eye Spring double eye

Terdapat 2 macam jarum bedah dilihat

dari penggunaan benang yaitu berupa jarum lepas dan jarum atraumatik

Jarum lepas

o Memerlukan waktu penyambungan benang dengan jarum

o Memerlukan re–sterilisasi

o Memerlukan perawatan ujung jarum

o Resiko jarum berkarat

o Resiko benang terlepas dari jarum

o Pemilihan jarum harus tepat dengan benang

Jarum bedah atraumatik

o Benang bedah menyatu dengan jarum sekaligus

o Penyambungan benang bedah dengan jarum secara channelateau drilled

o Benang tunggal sehingga menimbulkan trauma yang minimal pada jaringan

o Dijamin steril dan bebas karat

o Sekali pakai dibuang sehingga tidak perlu sterilisasi

Gambar 4 Eye Needle

Page 14: Responsi Alkes

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat kami simpulkan bahwa dari begitu banyak jenis

benang dan jarum bedah/operasi yang memiliki kriteria masing-masing. Benang dan

jarum bedah juga memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri-sendiri. Untuk

benang operasi yang digunakan sendiri tergantung dimana lokasi operasinya. Jika

lokasi terdapat pada organ dalam maka digunakan benag yang dapat diserap oleh

tubuh. Sedangkan jika untuk menjahit bagian luat tubuh semisal kulit maka digunakan

benang yang tidak diserap oleh tubuh. Untuk jarumnya sendiri, yang paling sering

digunakan adalah jarum dengan ujung taper poin atau cutting point karena kedua

ujung jarum tersebut baik untuk permukaan yang keras. Sedangkan untuk ukuran

jarum yang digunakan kebanyakan untuk permukaan kulit adalah 1/2 circle, half-

curved, dan 3/8 circle. Sekali lagi kami tekankan bahwa pengunaan benang dan jarum

operasi harus sesuai dengan lokasi operasi agar tidak meninggalkan trauma

dikemudian hari.