RESPOND, RECOVER, REBUILD BETTER...2020/06/23 · framework: time, and as part of that, ambition....
Transcript of RESPOND, RECOVER, REBUILD BETTER...2020/06/23 · framework: time, and as part of that, ambition....
RESPOND, RECOVER, REBUILD BETTERKemitraan untuk MembangunKembali Indonesia SecaraBerkelanjutan
J a l a lDisampaikan dalam webinar Kantor Staf Presiden Republik Indonesia
“Sinergi Gerak Masyarakat: Menghadapi DampakAdaptasi Kebiasaan Baru”
Jakarta, 23 Juni 2020
Respons Perusahaan atas COVID-19 (GlobeScan, 2020)
Pada tanggal 3 April 2020, GlobeScan mempublikasikanhasil penelitiannya atasrespons 200 organisasi, terutama perusahaan, atasCOVID-19. Laporan penelitianberjudul Purposeful Leadership in a Time of Crisis inimenggambarkan responshingga tanggal 30 Maret 2020.
Pada periode tersebutdidapatkan ada 12 inisiatifrespons utama, yang bisadikategorikan ke dalam 4 golongan. Dari keempatgolongan tersebut, terlihatbahwa 3 yang terakhirmempersyaratkan kemitraanyang erat dengan pemangkukepentingan.
Kuantitas dan Kecenderungan Respons Perusahaan atas COVID-19 (GlobeScan, 2020)
Inisiatif paling banyak dilakukan terkaitdengan pemberian jasa secara gratis,
bantuan keuangan, perhatian terhadappekerja, penyesuaian dengan kebutuhan
konsumen, dan donasi natura dan infrastruktur. Inisiatif shared value
menempati urutan tertinggi, diikuti adaptasibisnis, lalu filantropi dan kolaborasi.
Di samping itu, ada tiga kecenderunganmakro yang teramati: yaitu konvergensi
sains dan kesehatan, percepatan kolaborasilintas-sektor, dan peningkatan pemanfaatan
platform digital.
Di Asia, inisiatif yang masuk ke dalamkategori shared value sangat menonjol, yaitu
44%. Tiga yang lain bisa dikatakan samabanyaknya. Hal ini menunjukkan perhatian
yang sangat tinggi terhadap inisiatif untukbertahan dalam krisis dan keluar dari krisis
secara bersama-sama antara perusahaandengan pemangku kepentingannya.
Respons Perusahaan Global April-Mei 2020(GlobeScan dan BSR, 2020)
Pada survei Corporate Sustainability & COVID-19 yang diselenggarakan oleh
GlobeScan dan BSR pada periode April-Mei, respons perusahaan didominasi
oleh proteksi terhadap pekerja. Inisiatiffilantropi ada di urutan kedua, namun di
urutan keempat juga terdapat inisiatifyang mirip. Perusahaan semakin
memandang perlu memastikan rantaipasokannya aman, termasuk dengan
mendukung pemasok dan pekerjanya, lantaran di berbagai tempat bisnis sudah
dimulai kembali.
Kerangka 3 Dimensi Penanganan COVID-19 oleh Perusahaan (Torres-Rahman dan Nelson, 2020)
“In March, we published a Business and COVID-19 Response Framework that sets out guidance for how businesses can support the most vulnerable across three areas of impact: in their lives (health and safety), livelihoods (jobs and incomes) and learning (education and skills). The Response Framework sets out actions that businesses can take through their core business capabilities and activities, philanthropic donations and volunteering, and policy engagement, advocacy, and support for institution strengthening.”
“This paper adds a third dimension to our framework: time, and as part of that, ambition. Beyond the immediate “respond” phase, we look at what actions business can take next in the near term to help individuals, enterprises and communities “recover” - to get back on their feet -and ultimately to “rebuild better.””
Tiga Jangka Waktu Penanganan: Respond – Recover –Rebuild Better (Torres-Rahman dan Nelson, 2020)
COVID-19 adalah Akibat Manusia Membangun
Secara Tidak Berkelanjutan
COVID-19 bukanlah Black Swan (Taleb, 2007), seperti yang banyak ditulis orang, melainkan Gray Rhino (Wucker, 2016). Berbeda dengan angsa hitam yang tak teramalkan, badak abu-abu sudah diketahui sejak awal, namundiabaikan oleh seluruh pihak yang bisa mengambil tindakan mencegahnya. Beragam penyakit zoonoticdipastikan akan terus menyerang umat manusia bila hutan-hutan semakin rusak dan manusia bercampurdengan hewan liar.
Dua Kartun Pengingat (MacKay, 2020; Farmer, 2020)
Manusia telah melatih dirinya untuk bisa bereaksi cepat atas krisis yang dampaknya bisa dirasakan dalamwaktu singkat, seperti COVID-19, namun hingga sekarang belum bereaksi memadai untuk krisis yang dampaknya datang dalam kurun waktu yang lebih panjang, sekalipun sudah mengetahui bahwa dampaknyajauh lebih mengerikan. Krisis iklim, sama dengan COVID-19, juga adalah fenomena Gray Rhino.
Kemitraan untuk Pencapaian SDGs (Stibbe dan Prescott, 2020)
COVID-19 sangat terkait dengandampak pembangunan yang tidak berkelanjutan atas alamdan manusia. Penanganannyadalam jangka menengah dan panjang adalah denganmemastikan cara membangunyang lebih baik (rebuild better), yaitu yang sesuai dengan TujuanPembangunan Berkelanjutanatau Sustainable Development Goals (SDGs).
Respons perusahaan dan pemangku kepentingannya atasCOVID-19 telah menunjukkanpentingnya berbagai tingkatankolaborasi, termasuk kemitraan, yang semakin menguat dalamupaya mencapai SDGs.
Sumberdaya yang Beragam di Masing-masing Sektor(Stibbe dan Prescott, 2020)
Salah satu alasan mengapa kemitraanperlu dilaksanakan adalah untuk
menyatukan sumberdaya yang dimilikioleh berbagai sektor. Tidak satupunsektor memiliki seluruh sumberdaya
yang dibutuhkan untuk dapat mencapaitujuan SDGs, namun apabila disatukan
maka sumberdaya yang ada bisamemenuhi kebutuhan tersebut secara
melimpah.
Salah satu yang paling penting—namuntak disebutkan secara eksplisit di gambar
di samping, karena bukan merupakanorganisasi—adalah konsumen. Apabila
mereka memilih konsumsiberkelanjutan, maka itu menjadi
sumberdaya terbesar dalam pencapaianSDGs di manapun.
Tiga Spektrum Kemitraan dan Keunggulan Kolaboratif(Stibbe dan Prescott, 2020)
Namun demikian, sangat penting untuk mengingat bahwa tujuan kemitraan bukanlah sekadarmenyatukan sumberdaya, melainkan juga untuk melaksanakan pembangunan dengan cara yang lebihbaik, bahkan untuk melakukan transformasi sistemik. Kemitraan, karenanya, bukan sekadar diukur daripenjumlahan hasil kerja masing-masing, melainkan juga dari peningkatan hasil kerja kolektif.
Bagaimana Tanggapan Perusahaan atasCOVID-19 di Indonesia?
Perusahaan komersial maupun perusahaan sosial di Indonesia telah menunjukkan beragam inisiatif yang
masuk ke dalam kategori respond maupun recover. Bersama-sama dengan perusahaan lain, pemerintah,
maupun masyarakat, mereka melakukan beragamTindakan yang meningkatkan ketahanan masyarakat
dalam bidang kesehatan dan ekonomi.
Kasus Sinergi Rebuild Better: Pertanian Berkelanjutan
Beragam inisiatifpertanian berkelanjutan di seluruh penjuru Indonesia sedang menguat, dan dipandang sangatkompatibel dengankebutuhan pembangunanpertanian di masa mendatang. Inisiatif di Buton Utara (pemkab, bumdesma, bumdes, petani, Kemendes, sertaCODIAC dan INACOM) berhasil melakukanekspor perdana keTiongkok di tengah situasipandemi.
Kasus Sinergi Rebuild Better: Pembangkit Listrik Tenaga Surya Atap
Usulan untuk menggalakkan energiterbarukan sudah lama
disampaikan, namun krisis COVID-19 membuka peluang untuk
meningkatkan manfaatnya bagilingkungan (penurunan emisi),
maupun bagi ekonomi(penghematan pada kelompok
miskin, lapangan kerja baru, dan pertumbuhan industri energi
terbarukan).
Stimulus ekonomi denganparadigma keuangan berkelanjutanini perlu didiskusikan untuk seluruh
jenis energi terbarukan, bahkandiluaskan ke bentuk-bentuk
pemanfaatan teknologi hijaulainnya.
Dasar Kebijakan Rebuild Better di Indonesia
Indonesia telah memiliki sejumlah dokumen rencana pembangunan yang dapat dipergunakan untukmelakukan rebuild better, terutama Rencana Aksi Nasional (RAD) SDGs dan Low Carbon Development
Initiative. RAN SDGs sudah diterjemahkan ke dalam sejumlah Rencana Aksi Daerah (RAD). Untuk melaksanakannya, sudah ada dokumen Panduan Kemitraan Multipihak yang, apabila ditegakkan,
akan bisa menghasilkan sinergi untuk rebuild better.
Kesimpulan
Perusahaan di seluruhdunia telah melakukanberagam inisiatif untukmengatasi krisis yang terjadi akibat COVID-19.
Inisiatif-inisiatif yang adajuga bisa dikelompokkanke dalam isu yang dikelola(lives, livelihoods, learning), melalui mana isu itu dikelola (core business, philanthropy, policy engagement) sertaperspektif waktu(respond, recover, rebuild better).
Di Indonesia, perusahaankomersial dan perusahaansosial telah melakukanberagam inisiatif, yangdidominasi oleh responddan recover. Inisiatifrebuild better telah mulaitampak, dengan duateladan utama yaitu di sektor pertanianberkelanjutan dan energiterbarukan.
Beragam inisiatif tersebutdapat dikelompokkan kedalam business adaptation, shared value, collaboration, dan philanthropy. Keseluruhan jenis inisiatif itutidak bisa dilaksanakan secarasendirian, melainkanbersama-sama dengan para pemangku kepentingan—baikdari sektor pemerintah, swasta, maupun masyarakatsipil
Dalam perspektif jangkapanjang (rebuild better) selalu diingatkan bahwakrisis COVID-19 adalahakibat dari pembangunanyang tidak berkelanjutan,yang sebetulnya sudahteramalkan sejak lama. Pembangunan berkelanjutan harusdipilih untuk bisamenyelamatkan manusiadari pengulangan krisisakibat pandemi, juga krisisiklim yang dampaknyabakal lebih katastrofik.
Kebijakan terkait denganSDGs dan Low Carbon Development Initiativeyang dimiliki Indonesia sesungguhnya bisadimanfaatkan sebagaidasar untuk melakukanrebuild better. Kemitraanmultisektor dan multipihak dalampencapaian SDGs juga sudah ditekankan oleh Pemerintah RI.
16
Jalal Reader on Corporate Governance and Political EcologyThamrin School of Climate Change and [email protected]; +62-811-8814488
https://www.facebook.com/permacultureillustrator/photos/a.1662476860526874/2875913855849829/?type=3