Respirasi pada mikroba 1

22
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM RESPIRASI PADA MIKROBA DISUSUN OLEH : 1. Tesia Aisyah Rahmania ( Kimia Subsidi / 12307141039 ) 2. Vina Ayu Mu’izayanti ( Kimia Subsidi / 12307141040 ) 3. Iffah Afiifah ( Kimia Subsidi / 12307141041 ) 4. Dian Wisma Prilyandari ( Kimia Subsidi / 12307141042 ) 5. Yulia Arie Astuti ( Kimia Subsidi / 12307141043 ) 6. Anggit Tyas Palupi ( Kimia Subsidi / 12307141045 ) 7. Nurul Puji Astuti ( Kimia Subsidi / 12307141046 ) LABORATORIUM BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

Transcript of Respirasi pada mikroba 1

Page 1: Respirasi pada mikroba 1

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM

RESPIRASI PADA MIKROBA

DISUSUN OLEH :

1. Tesia Aisyah Rahmania ( Kimia Subsidi / 12307141039 )

2. Vina Ayu Mu’izayanti ( Kimia Subsidi / 12307141040 )

3. Iffah Afiifah ( Kimia Subsidi / 12307141041 )

4. Dian Wisma Prilyandari ( Kimia Subsidi / 12307141042 )

5. Yulia Arie Astuti ( Kimia Subsidi / 12307141043 )

6. Anggit Tyas Palupi ( Kimia Subsidi / 12307141045 )

7. Nurul Puji Astuti ( Kimia Subsidi / 12307141046 )

LABORATORIUM BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2012

Page 2: Respirasi pada mikroba 1

I. Topik :

Respirasi pada mikroba

II. Tujuan:

1. Mengetahui gejala gejala terjadinya respirasi pada mikroba

2. Mengetahui faktor faktor yang berpengaruh terhadap respirasi mikroba

III. Prinsip Dasar

Mikroorganisme dapat dipandang sebagai suatu pabrik kimia yang mempunyai

kemampuan yang sangat beragam dalam menciptakan perubahan-perubahan kimiawi.

Telah diterima secara umum bahwa setiap substansi alamiah dapat diubah oleh

beberapa spesies mikroorganisme. Apabila dijumpai bahwa suatu proses mikrobial

ternyata menghasilkan suatu produk yang diperlukan dan mempunyai nilai ekonomis,

maka proses ini dapat dikembangkan untuk produksi industri. Dalam hal ini kita

mencoba menggunakan mikroorganisme untukkeuntungan ekonomi dan sosial

(Handayani, 2000).

Mikroorganisme mampu merombak banyak sekali bahan karena kemampuan

biokimiawinya yang beragam. Industri, yang senantiasa menyadari hal ini, mencoba

mengembangkan produk-produk yang resisten terhadap perusakan untuk menghindari

k erugian ekonomis dan kerugian-kerugian lainnya. Tidak perlu diragukan lagi, akan

ditemukan banyak cara baru untuk memamfaatkan mikroorganisme untuk

dikembangkan di dalam proses-proses industri. Bidang-bidang penerapannya meliputi

usaha mendapatkan logam dari bijih, pengubahan tumbuh-tumbuhan menjadi sumber

energi untuk kepentingan domestik, produksi masal protein sel tunggal sebagai

sumber makanan bagi manusia dan hewan (Lindquist,1998).

Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik

(tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi

anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan

fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik .Gula adalah bahan yang

umum dalam fermentasi. Beberapa contoh hasil fermentasi adalah etanol, asam laktat,

dan hidrogen. Akan tetapi beberapa komponen lain dapat juga dihasilkan dari

Page 3: Respirasi pada mikroba 1

fermentasi seperti asam butirat dan aseton. Ragi dikenal sebagai bahan yang umum

digunakan dalam fermentasi untuk menghasilkan etanol dalam bir, anggur dan

minuman beralkohol lainnya (Tripetchkul, Tonokawa dan Ishizaki,1992). 

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses fermentasi untuk menghasilkan

etanol adalah: sumber karbon, gas karbondioksida, pH substrat, nutrien, temperatur,

dan oksigen. Untuk pertumbuhannya, yeast memerlukan energi yang berasal dari

karbon. Gula adalah substrat yang lebih disukai. Oleh karenanya konsentrasi gula

sangat mempengaruhi kuantitas alkohol yang dihasilkan.

Kandungan gas karbondioksida sebesar 15 gram per liter (kira-kira 7,2 atm) akan

menyebabkan terhentinya pertumbuhan yeast, tetapi tidak menghentikan fermentasi

alkohol. Pada tekanan lebih besar dari 30 atm, fermentasi alkohol baru terhenti sama

sekali.

1. pH

PH dari media sangat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme. Setiap

mikroorganisme mempunyai pH minimal, maksimal, dan optimal untuk

pertumbuhannya. Untuk yeast, pH optimal untuk pertumbuhannya ialah berkisar

antara 4,0 sampai 4,5. Pada pH 3,0 atau lebih rendah lagi fermentasi alkohol akan

berjalan dengan lambat.

2. Nutrien

Dalam pertumbuhannya mikroba memerlukan nutrient. Nutrien yang dibutuhkan

digolongkan menjadi dua yaitu nutrien makro dan nutrien mikro. Nutrien makro

meliputi unsur C, N, P, K. Unsur C didapat dari substrat yang mengandung

karbohidrat, unsur N didapat dari penambahan urea, sedang unsur P dan K dari

pupuk NPK (Halimatuddahliana, 2003). Unsur mikro meliputi vitamin dan

mineral-mineral lain yang disebut trace element seperti Ca, Mg, Na, S, Cl, Fe, Mn,

Cu,Co,Bo,Zn,Mo,danAl.

3. Temperatur

Mikroorganisme mempunyai temperatur maksimal, optimal, dan minimal untuk

pertumbuhannya. Temperatur optimal untuk yeast berkisar antara 25-30 oC dan

temperatur maksimal antara 35-47 oC. Beberapa jenis yeast dapat hidup pada suhu

0 oC. Temperatur selama fermentasi perlu mendapatkan perhatian, karena di

samping temperatur mempunyai efek yang langsung terhadap pertumbuhan yeast

juga mempengaruhi komposisi produk akhir. Pada temperatur yang terlalu tinggi

Page 4: Respirasi pada mikroba 1

akan menonaktifkan yeast. Pada temperatur yang terlalu rendah yeast akan menjadi

tidak aktif.

Reaksi dalam fermentasi berbeda-beda tergantung pada jenis gula yang

digunakan dan produk yang dihasilkan. Secara singkat, glukosa (C6H12O6) yang

merupakan gula paling sederhana , melalui fermentasi akan menghasilkan etanol

(2C2H5OH). Reaksi fermentasi ini dilakukan oleh ragi, dan digunakan pada produksi

makanan (Anonimous B, 2009)

Persamaan Reaksi Kimia:

C6H12O6 → 2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP (Energi yang dilepaskan: 118 kJ per mol)

Dijabarkan sebagai:

Gula (glukosa, fruktosa, atau sukrosa) → Alkohol (etanol) + Karbon dioksida +

Energi (ATP). Jalur biokimia yang terjadi, sebenarnya bervariasi tergantung jenis

gula yang terlibat, tetapi umumnya melibatkan jalur glikolisis, yang merupakan

bagian dari tahap awal respirasi aerobik pada sebagian besar organisme. Jalur terakhir

akan bervariasi tergantung produk akhir yang dihasilkan (Anonimous B, 2009).

Fermentasi dibedakan atas 3 macam, yaitu fermentasi asam laktat, fermentasi

alkohol, dan fermentasi asam cuka. Beberapa organisme seperti Saccharomyces dapat

hidup, baik dalam kondisi lingkungan cukup oksigen maupun kurang oksigen.

Organisme yang demikian disebut aerob fakultatif. Dalam keadaan cukup oksigen,

Saccharomyces akan melakukan respirasi biasa. Akan tetapi, jika dalam keadaan

lingkungan kurang oksigen Saccharomyces akan melakukan fermentasi. Dalam

keadaan anaerob, asam piruvat yang dihasilkan oleh proses glikolisis akan diubah

menjadi asam asetat dan CO2. Selanjutnya, asam asetat diubah menjadi alkohol.

Proses perubahan asam asetat menjadi alkohol tersebut diikuti pula dengan perubahan

NADH menjadi NAD+. Dengan terbentuknya NAD+, peristiwa glikolisis dapat

terjadi lagi. Dalam fermentasi alkohol ini, dari satu mol glukosa hanya dapat

dihasilkan 2 molekul ATP. Sebagaimana halnya fermentasi asam laktat, reaksi ini

merupakan suatu pemborosan. Sebagian besar dari energi yang terkandung di dalam

glukosa masih terdapat di dalam etanol, karena itu etanol sering dipakai sebagai bahan

bakar mesin. Reaksi ini, seperti fermentasi asam laktat, juga berbahaya. Ragi dapat

meracuni dirinya sendiri jika konsentrasi etanol mencapai 13%. Hal ini menjelaskan

kadar maksimum alkohol pada minuman hasil fermentasi seperti anggur. (Iida,

Page 5: Respirasi pada mikroba 1

Izumida, Akagi dan (Sakamoto,1993).

Pada beberapa mikroba peristiwa pembebasan energi terlaksana karena asam

piruvat diubah menjadi asam asetat + CO2 selanjutaya asam asetat diabah menjadi

alkohol. Dalam fermentasi alkohol, satu molekul glukosa hanya dapat menghasilkan 2

molekul ATP, bandingkan dengan respirasi aerob, satu molekul glukosa mampu

menghasilkan 38 molekul ATP (Bourbonnais and Paice,1990).

Reaksinya:

1. Gula (C6H12O6) ————> asam piruvat (glikolisis)

2. Dekarbeksilasi asam piruvat.

Asampiruvat ————> asetaldehid + CO2.

piruvat dekarboksilase (CH3CHO)

3. Asetaldehid oleh alkohol dihidrogenase diubah menjadi alcohol (etanol).

2 CH3CHO + 2 NADH2 2 C2HsOH + 2 NAD.

alcohol dehidrogenase enzim.

Ringkasan reaksi: 

C6H12O6 —————> 2 C2H5OH + 2 CO2 + 2 NADH2 + Energi

CO2 NADH NAD+ Asam piruvat …… asetaldehid ………. Etil alcohol.

Alkohol diperoleh melalui proses fermentasi. Dahulu diduga bahwa proses

fermentasi alkohol adalah perubahan satu molekul gula menjadi 2 molekul etanol dan

2 molekul CO2, sehingga diketahui bahwa proses situ cukup kompleks. Merupakan

suatu rangkaian enzimatik dan hasil dari fermentasinya terdiri atas bermacam –

macam senyawa dengan etanol dan CO2 terbanyak. Alkohol terkandung dalam

minuman keras seperti etanol (CH3CH2-OH) yang diperleh dari prose fermentasi

(Brock,&Madigan,1991).

Kadar alkohol hasil fermentasi lebih dari 15 %, Untuk mendapatkan lebih

inggi dibuat melalui penyulingan. Reaksi yang terjadi pada fermentasi alkohol secara

anaerob adalah: C6H12O6--- 2C2H5OH + 2CO2 + 56 kkal (Prakasham, dan

Ramakrishna,998). Senyawa alkohol sering ditemukan dan dimanfaatkan dalam

kehidupan sehari – hari seperti dalam industri, kosmetik, minuman.

Fermentasi khamir digunakan untuk menghasilkan alkohol. Konsentrasi alkohol yang

dihasilkan disesuaikan menjadi antara 10 sampai 13 persen dan kemudian diberikan

Page 6: Respirasi pada mikroba 1

pada bakteri asam asetat (Palmqvist, 1998). 

Setelah air, alkohol merupakan zat pelarut dan bahan dasar paling umum yang

digunakan di laboratorium dan di dalam industri kimia. Aspek-aspek mikrobiologis

dalam proses pembuatan etil alkohol dapat dirangkumkan sebagai berikut :

Substrat : etil alkohol dapat dibuat dari karbohidrat apa saja yang dapat di fermentasi

oleh khamir. Apabila pati-patian seperti jagung dan karbohidrat kompleks yang lain

dipergunakan sebagai bahan mentah, maka pertama-tama bahan dasar tersebut perlu

dihidrolisis menjadi gula sederhana yang dapat difermentasikan. Hidrolisis tersebut

dapat dilakukan dengan bantuan enzim dari kapang atau jenis pensuplai karbohidrat

yang digunakan seperti : jagung, bit gula, kentang, beras dan buah anggur (Lee, Ha,

Kang, McAllister and Cheng, 1997).

Mikroorganisme yang berperan adalah dari galur-galur terpelih Saccharomyces

cereviceae. Kultur yang dipilih harus dapat tumbuh dengan baik dan mempunyai

toleransi yang tinggi terhadap alkohol serta mampu menghasilkan alkohol dalam

jumlah banyak (Lee, Ha, Kang, McAllister and Cheng, 1997)

IV. Metode Praktikum

1. Tempat dan waktu

Praktikum respirasi pada mikroba dilaksanakan pada hari Selasa, 6 November 2012

di laboratorium mikroorganisme biologi FMIPA UNY pada pukul 9.00 sampai

10.40.

2. Alat dan Bahan 

Gelas erlemenyer 500cc

Sumbat erlemnyer

Selang plastik kecil

Tabung reaksi

Termometer raksa

Beker gelas 1000cc

Fermipan

Air Panas/ air biasa

Gula Pasir

Page 7: Respirasi pada mikroba 1

3. Cara Kerja :

Menyiapkan Alat dan Bahan yang dibutuhkan

Menimbang fermipan sebanyak 5 gram

Menimbang 5 gram gula pasirMemasukkan fermipan dan gula pasir kedalam erlemenyer yang berisi air 100 cc

Mengaduk pelan pelan sampai rata

Menutup dengan sumbat karet yang telah di beri selang kecil

Memasukkan ujung selang yang lain kedalam tabung reaksi terbalik yangpenuh berisi air dalam beker gelas penuh air

Mengamati gejala yang tejadi pada rangkaian rangkaian percobaan tersebut

Mencatat hasil pengamatan ke dalam tabel

Mengumpulkan data setiap kelompok sehingga diperoleh data kelas

Page 8: Respirasi pada mikroba 1

V. Hasil Pengamatan

a. Data Kelompok

No. Nama2 gram fermipan + 6 gram gula pasir dilarutkan kedalam 100 ml air biasa

Percobaan 1 Percobaan 2

1. Suhu (..0) 30 30

2.Jumlah

gelembung11 Tidak terukur

3.Penurunan air

(cm)- 15

4. Waktu (menit) 10 18

5. KeteranganPercobaan gagal karena

erlenmeyer digojok

Jumlah gelembung tidak

dapat dihitung karena

pemasangan selang terlalu

naik sehingga ujung selang

tidak menyentuh air

Page 9: Respirasi pada mikroba 1

VI. Pembahasan

Percobaan yang dilakukan pada tanggal 6 November 2012 ini tentang respirasi

pada mikroba yang bertujuan untuk mengetahui gejala-gejala terjadinya respirasi pada

mikroba dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap respirasi pada mikroba. Alat

dan bahan yang digunakan adalah gelas erlemenyer 500cc, sumbat erlemnyer,

selang plastik kecil, tabung reaksi, termometer raksa, pengaduk, beker gelas 1000cc,

fermipan, air panas atau air biasa, dan gula pasir.

Prinsip kerja dari percobaan respirasi pada mikroba adalah merangkai alat

percobaan yang sisi kanan dan kirinya terdapat labu erlenmeyer A dan B. Labu

erlenmeyer A berisi air dan labu erlenmeyer B berisi 2 gram fermipan dicampurkan

dengan air, namun untuk masing-masing kelompok berbeda-beda perlakuannya, yaitu

menggunakan air biasa, air panas, ada yang 2 gram gula pasir dilarutkan kedalam 100

ml air biasa, 4 gram gula pasir dilarutkan kedalam air panas, 4 gram gula pasir

dilarutkan kedalam 100 ml air biasa, 6 gram gula pasir dilarutkan kedalam 100 ml air

biasa. Jika erlenmeyer B sudah di beri perlakuan, aduk campurannya sampai homogen

kemudian erlenmeyer ditutup rapat agar tidak terjadi reaksi lain selain yang ada di

dalam labu erlenmeyer. Kemudian akan timbul gelembung pada tabung reaksi

sehingga volume yang terdapat di erlmenmeyer berkurang.

Respirasi yang terjadi pada mikroba adalah respirasi anaerob yaitu fermentasi

alkohol, karena didalam proses produksi energi selnya tanpa menggunakan oksigen

dan menghasilkan alkohol. Alkohol dapat diketahui dari penciuman bau pada

erlenmeyer. Reaksi yang terjadi didalam fermentasi adalah C6H12O6 → 2C2H5OH +

2CO2 + 2 ATP (Energi yang dilepaskan: 118 kJ per mol)

Dari reaksi tersebut dapat diketahui bahwa sekain banyak campuran glokosa yang

difermentasikan, maka semakin banyak gelembung yang dikeluarkan dan gas yang

dihasilkan juga cukup besar.

Selain itu, mikroorganisme mempunyai temperatur maksimal, optimal, dan

minimal untuk pertumbuhannya. Temperatur optimal untuk yeast berkisar antara 25-

30 oC dan temperatur maksimal antara 35-47 oC. Beberapa jenis yeast dapat hidup

pada suhu 0 oC. Temperatur selama fermentasi perlu mendapatkan perhatian, karena

di samping temperatur mempunyai efek yang langsung terhadap pertumbuhan yeast

juga mempengaruhi komposisi produk akhir. Pada temperatur yang terlalu tinggi akan

Page 10: Respirasi pada mikroba 1

menonaktifkan yeast. Pada temperatur yang terlalu rendah yeast akan menjadi tidak

aktif.

Pada percobaan kelompok 1 yaitu fermipan 2 gram dicampur dengan air biasa.

Kelompok 1 melakukan 2 percobaan. Percobaan pertamanya gagal karena tabung

erlenmeyer di gojok namun masih bisa menghasilkan 8 gelembung dalam waktu 3

menit, tetapi penurunnya tidak diukur. Seharusnya fermipan yang telah tercampur

dengan air di aduk dengan spatula sampai homogen. Sehingga reaksi dapat berjalan

dengan baik. Untuk percobaan yang kedua menghasilkan 28 gelembung pada suhu air

300C dengan penurunan air 6,3 cm (9 mL) dan waktu yang dibutuhkan adalah 25

menit.

Pada percobaan kelompok 2 yaitu fermipan 2 gram dicampur dengan air panas

dengan suhu 400C. Kelompok 2 melakukan 2 percobaan. Percobaan pertamanya gagal

karena tabung erlenmeyer di gojok namun masih bisa menghasilkan 11 gelembung

dalam waktu 20 menit dengan penurunan air 2 cm. Seharusnya fermipan yang telah

tercampur dengan air di aduk dengan spatula sampai homogen. Sehingga reaksi dapat

berjalan dengan baik.

Dari data kelompok 1 dan 2 dapat diketahui bahwa kecepatan respirasi mikroba

paling tinggi terdapat pada air biasa dengan suhu 300C. Kecepatannya dapat diketahui

dari besar kecilnya penurunan air. Meskipun percobaan kelompok 2 gagal, namun

dalam teorinya sudah benar. Bahwa suhu optimum mikroba untuk respirasi adalah

antara 25-30 oC. Oleh karena itu pada kelompok 1 menghasilkan gelembung yang

lebih banyak dan penurunan air yang lebih tinggi, jika dibanding dengan kelompok 2.

Pada percobaan kelompok 3 yaitu fermipan 2 gram dicampur dengan air biasa.

Kelompok 3 melakukan 2 percobaan. Percobaan pertamanya gagal karena tabung

erlenmeyer di gojok sehingga percobaannya tidak menghasilkan gelembung.

Seharusnya fermipan yang telah tercampur dengan air di aduk dengan spatula sampai

homogen. Sehingga reaksi dapat berjalan dengan baik. Untuk percobaan yang kedua

juga gagal karena selang tersumbat air. Namun, masih menghasilkan 18 gelembung

pada suhu air 300C dengan penurunan air 11 cm dalam waktu 15 menit.

Dari data kelompok 1(2g fermipan+air) dan 3 (2g fermipan+air+2g gula) dapat

diketahui bahwa penurunan air paling tinggi pada kelompok 3. Ini menunjukkan

Page 11: Respirasi pada mikroba 1

bahwa gula juga mempengaruhi proses fermentasi dan sudah sesuai dengan teori.

Karena Gula adalah substrat yang lebih disukai mikroba dan berpengaruh terhadap

kuantitas alkohol yang dihasilkan. Berdasarkan reaksi, maka fermentasi dari substrat

gula akan menghasilkan alkohol, gas CO2 yang dapat dilihat dari munculnya

gelembung dan energi berupa ATP. Namun, untuk banyaknya gelembung kelompok 1

lebih banyak dibanding dengan kelompok 3. Seharusnya jika penurunan air yang

dihasilkan lebih tis nggi kelompok 3, maka gelembungnya juga harus lebih tinggi.

Namun, dalam percobaannya tidak seperti itu. Hal ini mungkin dikarenakan masih ada

sedikit air yang tersumbat dalam selang kelompok 3, sehingga gelembung yang keluar

sedikit namun gelembungnya lebih besar dari gelembung kelompok 1.

Pada percobaan kelompok 4 yaitu fermipan 2 gram dicampur dengan 4 gram

gula dalam air panas. Kelompok 4 hanya melakukan 1 percobaan. Dalam percobaanya

suhu air 43oC yang menghasilkan 28 gelembung, penurunan air 15 cm dalam waktu

13 menit. Perlakuan yang diberikan oleh kelompok 4 ini salah, seharusnya kelompok

3 menggunakan perlakuan (2 g fermipan+ ai panas+ 2 g gula). Namun konsentrasi

yang digunakan kelompok 4 adalah 4 g gula pasir. Sehingga data yang diperoleh tidak

bisa dibandingkan dengan kelompok 3.

Pada percobaan kelompok 5 yaitu fermipan 2 gram dicampur dengan air biasa

dan 4g gula pasir. Kelompok 5 melakukan 2 percobaan. Percobaan pertamanya gagal

karena tabung erlenmeyer di gojok. Seharusnya fermipan yang telah tercampur

dengan air di aduk dengan spatula sampai homogen dan segera ditutup. Sehingga

reaksi dapat berjalan dengan baik. Untuk percobaan yang kedua suhu air 28 oC

menghasilkan 52 gelembung, penurunan air 29.5 cm dalam waktu 25 menit.

Pada percobaan kelompok 6 yaitu fermipan 2 gram dicampur dengan air panas

dan 4g gula pasir. Kelompok 6 melakukan 2 percobaan. Percobaan pertamanya gagal

karena tabung erlenmeyer di gojok dan selangnya tersumbat air sehingga menghalangi

proses respirasi. Seharusnya fermipan yang telah tercampur dengan air di aduk

dengan spatula sampai homogen dan segera ditutup. Sehingga reaksi dapat berjalan

dengan baik dan selangnya pun tidak akan tersumbat . Untuk percobaan yang kedua

suhu air 38,5 oC menghasilkan 148 gelembung, penurunan air 15 cm dalam waktu

14,21 menit.

Page 12: Respirasi pada mikroba 1

Dari data kelompok 4 dan kelompok 6 yang perlakuannya sama (2g fermipan+

4g gula+ air panas) ternyata terdapat perbedaan. Perbedaan yang paling menonjol

terdapat pada jumlah gelembung yang dihasilkan. Kelompok 6 menghasilkan jumlah

gelembung yang sanagt tinggi, sementara kelompok 4 tidak. Sebenarnya jumlah

gelembung banyak dihasilkan ketika suhu tinggi, namun penurunnya lebih besar

ketika berada pada suhu air biasa. Karena mikroba akan mempercepat respirasinya

ketika suhu air dalam keadaan optimal yaitu kisaran 25-30 oC.

Dari data analisis kelompok 4 dan kelompok 6 (2g fermipan+4g gula+air panas)

dapat dibandingkan dengan data kelompok 5( 2g fermipan+ 4g gula+ air biasas), yaitu

jumlah gelembung, penurunan air kelompok 6 lebih tinggi, namun waktu yang

dihabiskan lebih rendah jika dibanding dengan kelompok 5. Hal ini tidak sesuai

dengan teorinya bahwa sebenarnya penurunan air lebih tinggi pada suhu 25-30 oC.

Sementara di dalam percobaan penurunan air yang tinggi pada suhu 38,5 oC atau 43oC.

Ketidaksesuaian ini mungkin disebabkan karena adanya kesalahan saat melakukan

percobaan, yaitu masih ada air yang tersumbat dalam selang, sehingga proses respirasi

kurang dapat bekerja dengan baik, pemasangan selang yang terlalu naik sehingga

ujung selang tidak menyentuh air.

Pada percobaan kelompok 7 yaitu fermipan 2 gram dicampur dengan air biasa

dan 6g gula pasir. Kelompok 7 melakukan 2 percobaan. Percobaan pertamanya gagal

karena tabung erlenmeyer di gojok dan selangnya tersumbat air campuran

(gula+fermipan) sehingga menghalangi proses respirasi. Seharusnya fermipan yang

telah tercampur dengan air di aduk dengan spatula sampai homogen dan segera

ditutup. Sehingga reaksi dapat berjalan dengan baik dan selangnya pun tidak akan

tersumbat. Meskipun gagal, namun masih bisa menghasilkan 11 gelembung dalam

waktu 10 menit pada suhu air 30 oC. Untuk percobaan yang kedua suhu air 30 oC

penurunan air 15 cm dalam waktu 18 menit. Jumlah gelembung tidak dapat dihitung

karena pemasangan selang terlalu naik sehingga ujung selang tidak menyentuh air.

Dari data masing-masing kelompok dapat diketahui bahwa suhu optimal

respirasi terjadi pada suhu 30 oC dan penurunan tertinggi pada air biasa dengan

konsentrasi gula yang tinggi. Karena gula merupakan substrat yang disukai mikroba.

Sehingga suhu dan konsentrasi gula dapat mempengaruhi terjadinya respirasi. Dan

Page 13: Respirasi pada mikroba 1

gejala yang ditimbulkan adalah adanya gelembung, bau yang tidak sedap, dan

berkurangnya berat air di dalam erlenmeyer akibat adanya gelembung.

VII. Kesimpulan

Pada percobaan respirasi pada mikroba ini dapat disimpulkan bahwa 

1.Gejala gejala terjadinya respirasi pada mikroba yaitu;

Adanya gelembung air yana menunjukkan gas CO2

Terjadinya kenaikan suhu apabila suhu awal rendah, dan terjadi  penurunan

suhu apabila suhu awal tinggi. 

Menimbulkan bau yang tidak sedap

Penurunan berat air akibat adanya gelembung

2. Faktor yang mempengaruhi terhadap mikroba yaitu :

Suhu

Konsentrasi Substrat (gula pasir)

VIII. Daftar Pustaka

AnonimousB,2009. Bioteknologi Fermentasi.

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/01/bioteknologi-fermentasi/. 20

Januari 2010.

Airlangga. 2010. Technology for a better life. Jurnal Penelitian Online, Jilid 1, No.1.

Bourbonnais R, and Paice M. 1990. Oxidation of non-phenolic substrates. An

expanded role of laccases in lignin biodegration. FEBS lett. 267, pp. 99-102.

Brock, TD & MT Madigan. 1991. Biology of Microorganism. Sixth edition. “Prentice

Hall’ Englewood Cliffs, New Jersey.

Handayani, M. 2000. Uji Aktivitas Isolat Bakteri Asam Laktat dari Fermentasi

Ekstrak Buah Durian (Durio zibethinus Murr.). Skripsi FMIPA. Universitas

Lampung, Bandar Lampung

Iida, T., Izumida, H., Akagi, Y. dan Sakamoto, M. (1993), ”Continuous Ethanol

Fermentation in Molasses medium Using Z. mobilis Immobilized in Photo-

crosslinkable Resin Gels”, Journal of Fermentation and Bioengineering, Vol.

75, No. 1, 32-35.

Page 14: Respirasi pada mikroba 1

Lee, S. S., J. K. Ha, H. S. Kang, T. McAllister, and K.-J. Cheng. 1997. Overview of

energy metabolism, substrate utilization and fermentation characteristics of

ruminal anaerobic fungi. Korean J. Anim. Nutr. Feedstuffs 21:295–314.

Lindquist, J. 1998. General Overview of The Lactic Acid Bacteria. Departement of

Bacteriology, University of Wisconsin. Madison. Food Science (324), 102.

Palmqvist, E. 1998. Fermentation of lignocellulosic hydrolysates: inhibation

and detoxification. Doctoral thesis, Lund University, Lund, Sweden.

Paidi. 2012. Petunjuk Praktikum Biologi Umum. Yogyakarta: UNY

Tripetchkul, S., Tonokawa, M., dan Ishizaki, A(1992), “ Ethanol Production by

Zymomonas mobilis Using Natural Rubber Waste as a Nutritional Source”,

Journal Fermentation and Bioengineering, Vol. 74, No.6, 384-388.

IX. Lampiran

2 gr fermipan, 6 gr gula

1000 cc air bia