RESPIRASI 2

49
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pneumonia merupakan infeksi saluran nafas bawah yang masih menjadi masalah kesehatan di negara berkembang maupun negara maju. Penyakit saluran nafas menjadi penyebab angka kematian dan kecacatan yang tinggi di seluruh dunia. Pneumonia dikelompokkan berdasarkan agen penyebabnya. Penyebab tersering pneumonia adalah bakteri positif-gram. Berdasarkan data WHO, pada tahun 2008 terdapat 8,8 juta kematian anak di dunia, dari jumlah kematian anak tersebut 1,6 juta kematian anak disebabkan oleh pneumonia. Kasus pneumonia di Indonesia mencapai 6 juta jiwa sehingga Indonesia berada di peringkat ke-6 dunia untuk kasus pneumonia (WHO, 2006). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, menunjukkan mortalitas pneumonia pada bayi 23,80% dan balita 15,50%. Angka mortalitas anak yang 1

description

RESPIRASI 2

Transcript of RESPIRASI 2

Page 1: RESPIRASI 2

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pneumonia merupakan infeksi saluran nafas bawah yang masih menjadi

masalah kesehatan di negara berkembang maupun negara maju. Penyakit

saluran nafas menjadi penyebab angka kematian dan kecacatan yang tinggi di

seluruh dunia. Pneumonia dikelompokkan berdasarkan agen penyebabnya.

Penyebab tersering pneumonia adalah bakteri positif-gram.

Berdasarkan data WHO, pada tahun 2008 terdapat 8,8 juta kematian anak

di dunia, dari jumlah kematian anak tersebut 1,6 juta kematian anak

disebabkan oleh pneumonia. Kasus pneumonia di Indonesia mencapai 6 juta

jiwa sehingga Indonesia berada di peringkat ke-6 dunia untuk kasus

pneumonia (WHO, 2006).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, menunjukkan

mortalitas pneumonia pada bayi 23,80% dan balita 15,50%. Angka mortalitas

anak yang disebabkan pneumonia lebih tinggi daripada mortalitas pada anak

yang dikarenakan penyakit lain seperti DBD 6,80%, campak 5,80%, TBC

3,90% dan malaria 2,90%. Berdasarkan UNICEF, mortalitas pneumonia di

Indonesia sebesar 14%. Data mortalitas tersebut memberikan gambaran

bahwa pneumonia merupakan masalah kesehatan utama penyebab kematian

pada anak (UNICEF, 2013).

Gejala dari infeksi pneumonia yang ditimbulkan sangat beragam. Gejala

tersebut disebabkan invasi pada paru-paru oleh mikroorganisme dan respon

1

Page 2: RESPIRASI 2

sistem imun terhadap infeksi. Gejala-gejala tersebut mencakup demam dan

menggigil akibat proses peradangan hingga keluarnya secret yang kental.

Jika tidak teratasi, pneumonia dapat menjadi komplikasi. Komplikasi

yang paling sering terjadi disebabkan oleh pneumonia mulai dari gagal napas

hingga efusi pleura. Maka dari itu diperlukan proses keperawatan pada pasien

pneumonia dengan tepat agar tidak terjadi komplikasi, mendukung proses

penyembuhan, menjaga/mengembalikan fungsi respirasi, dan memberikan

insformasi tentang proses penyakit/prognosis dan treatment.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apakah definisi dari pneumonia?

2. Bagaimanakah etiologi dari pneumonia?

3. Bagaimanakah patofisiologi dari pneumonia?

4. Apa sajakah manifestasi klinik dari pneumonia?

5. Apa sajakah pemeriksaan diagnostik pada pneumonia?

6. Bagaimanakah penatalaksanaan dari pneumonia?

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Dapat menjelaskan konsep teori asuhan keperawatan pada pasien

dengan gangguan pneumonia.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Menjelaskan konsep dasar Pneumonia.

a) Definisi pneumonia

b) Etiologi pneumonia

2

Page 3: RESPIRASI 2

c) Patofisiologi pneumonia

d) Manifestasi klinik pneumonia

e) Pemeriksaan diagnostic pneumonia

f) Penatalaksanaan pneumonia

2. Menjelaskan asuhan keperawatan pasien dengan gangguan

pneumonia, meliputi :

a) Pengkajian  pada klien dengan pneumonia.

b) Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan

pneumonia.

c) Merencanakan implementasi dan evaluasi keperawatan pada

klien dengan pneumonia.

3

Page 4: RESPIRASI 2

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Pneumonia

Pneumonia adalah suatu proses peradangan di mana terdapat

konsolidasi yang disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat.

Pertukaran gas tidak dpat berlangsung pada daerah yang mengalami

konsolidasi dan darah dialirkan ke sekitar alveoli yang tidak berfungsi.

Hipoksemia dapat terjadi tergantung banyaknya jaringan paru-paru yang

sakit (Irman Somantri,2007, hal 67)

Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang

mengenai parenkim paru.(kapita selekta kedokteran,2000)

Pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang.

Kantung-kantung kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang.

Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh tidak bias bekerja.  Gara-gara

inilah, selain penyebaran infeksi keseluruh tubuh, penderita pneumonia

bias meninggal (Misnadiarly, 2008, hal 11)

Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang terdapat

konsolidasi dan terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang dapat

disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan benda-benda asing. Pertukaran

gas tidak dapat berlangsung pada daerah yang mengalami konsolidasi dan

darah dialirkan ke sekitar alveoli yang tidak berfungsi (Arif Muttaqin,

2009, hal. 98).

Pneumonia merupakan peradangan pada parenkim paru yang terjadi

pada masa anak-anak dan sering terjadi pada masa bayi. Penyakit ini

4

Page 5: RESPIRASI 2

timbul sebagai penyakit primer dan dapat juga akibat penyakit komplikasi.

(Alimul, 2006).

2.2. Etiologi Pneumonia

Pneumonia akibat virus. Virus penyebab pneumonia yang paling

lazim adalah virus sinsitial pernapasan( respiratory syncytial virus VRS ),

parainfluenzae, influenza, dan adenovirus. Pada umumnya,infeksi virus

saluran pernapasan bawah jauh lebih sering selama bulan-bulan musim

dingindan RSV merupakan virus yang paling lazim yang menyebabkan

pneumonia, terutama selama masa bayi. Walaupun sifat musiman agen

virus ini sangat meramalkan, epidemic local dapat membelokkan

gambaran insiden pada tahun tertentu. Jenis dan keparahan penyakit

dipengaruhi oleh beberapa factor termasuk umur ,jenis kelamin, musim

dalam tahun tersebut, dan kepadatan penduduk.  Anak laki-laki terkena

sedikit lebih sering dari pada anak perempuan. Tidak seperti bronkiolitis,

dimana angka serangan puncak adalah dalam tahun pertama, angka

serangan puncak untuk pneumonia virus adalah antara umur 2 dan 3 tahun

dan sedikit demi sedikit menurun sesudahnya

Sebagian besar penyebab pneumonia adalah mikroorganisme (virus,

bakteri) dan sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon

(minyak tanah, bensin, atau sejenisnya) dan masuknya makanan,

minuman, susu, isi lambung ke dalam saluran pernapasan (aspirasi).

Berbagai penyebab pneumonia tersebut dikelompokkan berdasarkan

golongan umur, berat ringannya penyakit dan penyulit yang menyertainya

(komplikasi).

5

Page 6: RESPIRASI 2

Mikroorganisme tersering sebagai penyebab pneumonia adalah virus,

terutama Respiratory Syncial Virus (RSV) yang mencapai 40%,

sedangkan golongan bakteri yang ikut berperan terutama Streptococcus

pneumoniae dan Haemophilus influenze type B (Hib). Awalnya,

mikroorganisme masuk melalui percikan ludah (droplet), kemudian terjadi

penyebaran mikroorganisme dari saluran napas bagian atas ke jaringan

(parenkim) paru dan sebagian kecil karena penyebarannya melalui aliran

darah.

2.3. Patofisiologi Pneumonia

Pneumonia didefinisikan sebagai keadaan inflamasi akut pada

parenkim paru (bronkiolus dan alveoli paru). Penyakit ini bersifat infeksi

karena ditimbulkan oleh bakteri, virus, atau jamur. Sebelum penisilin dan

obat berbahan dasar sulfa ditemukan, pneumonia bakteri menjadi

penyebab utama kematian pada anak-anak dan individu dewasa.

Pada individu yang sehat, saluran napas dibawah trakea bersifat steril

karena terdapat banyak mekanisme pertahanan (mis., refleks batuk, kerja

epligotis dan silia, serta kerja mikroskopis system imun). Pasien

pneumonia terinfeksi organisme melalui tiga mekanisme utama: 1)

aspirasi organisme dari nasofaring atau orofaring; 2) inhalasi organisme

yang terbawa udara; dan 3) penyebaran hematogen dari sumber infeksi

primerdi bagian tubuh lain. Setelah agen infeksius mencapai jaringan

paru, multiplikasi terjadi dalam lingkungan hangat dan basah, kemudian

infeksi akan menyebar ke jaringan paru setempat lainya. Respons inflamsi

dimulai dan mediator dilepaskan sehingga terjadi dilatasi kapiler, yang

6

Page 7: RESPIRASI 2

mengakibatkan gangguan difusi dan akumulasi berbagai sel darah,

eksudat, dan cairan serosa. Fungsi parenkim paru yang terinfeksi

mengalami gangguan dan gagal napas akut dapat menyertai.

Manifestasi klinis meliputi gejala inflamasi setempat,seperti batuk dan

peningkatan produksi mukus. Ketika dilakukan auskultasi pada daerah

yang terkena, suara napas dapat berkurang atau bahkan tidak ada, dan

ronki tidak dapat terdengar. Gejala sistemik meliputi dyspnea, takipnea,

ortopnea, takikardia, dan demam. Nyeri ketika inspirasi juga dapat terjadi

akibat inflamasi dan pasien mungkin mengalami keletihan karena

peningkatan usaha bernapas.

Penanganan meliputi terapi pendukung, seperti suplementasi oksigen

dan fisioterapi untuk mengatasi gejala. Terapi antibiotik hanya diberikan

jika pneumonia disebabkan oleh agens infeksi, yang ditentukan melalui

kultur mikroskopis dan sensitivitas sputup.

2.4. Epidemiologi Pneumonia

Dua factor utama membuat studi epidemiologi pneumonia :

1. Kurangnya penanda spesifik dan sensitive aspirasi dan

2. Kegagalan kebanyakan studi untuk membuat perbedaan antara

aspirasi pneumonitis dan pneumonia aspirasi.

Namundemikian, daftarbeberapastudi "pneumonia aspirasi" sebagai

penyebab CAP di 5% sampai 15% kasus. CAP adalah penyebab utama

morbiditas dan mortalitas pada orang tua, dan kemungkinan aspirasi

adalah penyebab utama pneumonia pada kasus ini. Studi epidemiologis

menunjukkan bahwa kejadian pneumonia meningkat dengan penuaan,

7

Page 8: RESPIRASI 2

dengan risiko yang hamper enam kali lebih tinggi pada mereka yang lebih

tuadari 75 dibandingkan dengan mereka yang lebih muda dari 60 tahun.

Tingkat serangan untuk pneumonia adalah tertinggi di antara mereka di

panti jompo, di mana pneumonia merupakan penyebab kematian paling

umum

2.5. Klasifikasi Pneumonia

Pedoman Diagnosis danPenatalaksanaan di Indonesia yang

diterbitkanoleh PDPI tahun 2003, terdapat 3 klasifikasi pneumonia yaitu :

1. Berdasarkan klinis dan epidemiologis :

a. Pneumonia komuniti

b. Pneumonia nosocomial

c. Pneumonia aspirasi

d. Pneumonia pada penderita immunocompromised

2. Berdasarkan bakteri penyebab

Sebagianbesar pneumonia disebabkan oleh bakteri, yang timbul

secara primer atau sekunder setelah infeksi virus.  Penyebab

tersering pneumonia bakteri alisadalah:

a. Bakteripositif-gram

b. Streptococcus pneumonia yang menyebabkan pneumonia

streptokokus

c. Bakteri Staphylococcus aureus dan streptokokus   pneumonia,

demikian juga Pseudomonas aeruginosa.

d. Pnemoniabakteri / tipikal dapat terjadi pada semua umur.

8

Page 9: RESPIRASI 2

3. Berdasarkan prediksi infeksi

a. Pneumonilobaris, yaitu pneumonia yang terjadipadasatulobus

(percabanganbesardaripohonbronkus) kananmaupunkiri

b. Pneumonia bronkopneumonia, ditandaibercak-bercak infeksi

pada berbagai tempat di paru, bisa kanan maupun kiri yang

disebabkan oleh virus atau bakteri dan sering terjadi pada bayi

atau orang tua

2.6. Manifestasi Klinis Pneumonia

Gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua jenis pneumonia, tetapi

terutama mencolok pada pneumonia yang disebabakan oleh bakteri.

Gejala-gejala tersebut mencakup:

1. Demam dan menggigil akibat proses peradangan

2. Batuk yang sering produktif dan purulen

3. Sputum berwarna merah karat (untuk streptococcus pneumoniae),

merah muda (untuk staphylococcus aureus), atau kehijauan dengan

bau khas (untuk pseudomonas aeruginosa)

4. Krekel (bunyi paru tambahan).

5. Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan edema.

6. Biasanya sering terjadi respons subyektif dispnea. Dispnea adalah

peasaan sesak atau kesulitan bernafas yang dapat disebabkan oleh

penurunan pertukaran gas-gas.

7. Mungkin timbul tanda-tanda sianosis

8. Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mucus, yang

dapat menyebabkan atelektasis absorpsi.

9

Page 10: RESPIRASI 2

9. Hemoptisis, batuk darah, dapat terjadi akibat cedera toksin

langsung pada kapiler atau akibat reaksi peradangan yang

menyebabkan kerusakan kapiler.

2.7. Penatalaksanaan pada Pneumonia

a. Pemeriksaan laboratorium/diagnostik

1. SDP: sangat tinggi dengan pneumonia bakterial; agak tinggi

pana pneumonia viral.

2. Kultur nasofaring, tenggorokan, dan darah untuk mengisolasi

organisme.

3. Analisis gas darah (analysis blood gasses - ABGs) dan pulse

oximetry: abnormalitas mungkin timbul tergantung dari

luasnya kerusakan paru-paru.

4. Pewarnaan gram/kultur sputum dan darah: didapatkan dengan

needle biospy, aspirasi transtrakheal, fiberoptic bronchoscopy,

atau biopsi paru-paru terbuka untuk mengeluarkan organisme

penyebab. Lebih dari satu tipe organisme yang dapat

ditemukan, seperti Diplococcus pneumoniae, Staphylococus

aureus, A. Hemolytic streptoccocus, dan hemophilus influezae.

5. Darah dan urine untuk countercurrent immunoelectrophoresis

(CIE) untuk mendeteksi antigen bakteri khusus.

6. Periksa darah lengkap (complete blood count – CBC): leukosit

biasanya timbul, meskipun nilai pemeriksaan darah putih

(white blood count – WBC) rendah pada infeksi virus.

10

Page 11: RESPIRASI 2

7. Tes serologi : membantu membedakan diagnosis pada

organisme secara spesifik.

8. LED: meningkat

9. Pemeriksaan fungsi paru-paru: volume mungkin menurun

(kongesti dan kolaps alveolar), tekanan saluran udara

meningkat dan kapasitas pemenuhan udara menurun,

hipoksemia.

10. Elektrolit : sodium dan klorida mungkin rendah.

11. Bilirubin mungkin meningkat.

12. Chest X-Ray: terindetifikasi adanya penyebaran (misal : lobus

dan bronkhial); dapat juga menunjukan multipel abses/infiltrat,

empiema (staphylococus); penyebaran atau lokasi infiltrasi

(bakterial); atau penyebaran / extensive nodul infiltrat (sering

kali viral), pada pneumonia mycoplasma chest X-ray mungkin

bersih.

b. Potensial komplikasi

1. Efusi pleural (pada pnemokokus untuk steptokokus grup A)

2. Otititis media

3. Meningitis

4. Perikarditis

5. Septikemia

6. Henti napas

c. Penatalaksanaan medis

1. Oksigenasi, lingkungan sejuk dan lembab

11

Page 12: RESPIRASI 2

2. Pemantauan O2  transkutan

3. Fisioterapi transkutan dan penghisapan setiap 2 sampai 4 jam

4. Cairan parenteral

5. Terapi antipiretik prn untuk kontrol demam

6. Terapi antibiotik

12

Page 13: RESPIRASI 2

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PNEUMONIA

3.1 Pengkajian

a. Identitas

Nama : An. E

Usia : 5 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tanggal pemeriksaan : 25 September 2015

Alamat : Surabaya

b. Keluhan Utama

Pasien mengeluh sesak napas

c. Riwayat Kesehatan

1. Riwayat kesehatan sekarang

Meliputi keluhan utama pasien pneumonia : keluhan batuk

biasanya timbul mendadak dan tidak berkurang setelah meminum

obat batuk yang biasa di pasaran.

Pada awalnya keluhan batuk tidak produktif, selanjutnya akan

berkembang batuk produktif dengan mucus purulen kekuning-

kuningan, kehijau-hijauan, kecokelatan atau kemerahan, dan sering

kali berbau busuk. Klien biasanya mengeluh mengalami demam

tinggi dan menggigil (onset mungkin tiba-tiba dan berbahaya).

Adanya keluhan nyeri dada pleuritis, sesak napas, peningkatan

frekuensi pernapasan, lemas, dan nyeri kepala

2. Riwayat penyakit dahulu

Bersangkutan dengan seberapa sering terkena penyakit

pernapasan (flu, batuk, dll), durasi saat mengalami penyakit

13

Page 14: RESPIRASI 2

pernapasan, apakah memiliki alergi terhadap debu, kerentanan

tubuh terhadap penyakit

Pengkajian diarahkan pada waktu sebelumnya, apakah

klien pernah mengalami infeksi saluran pernapasan atas (ISPA)

dengan gejala seperti luka tenggorok, kongesti nasal, bersin, dan

demam ringan.

3. Riwayat penyakit keluarga

Mengkaji apakah anggota keluarga ada yang pernah

mengidap pneumonia, kapan anggota keluarga terakhir mengalami

pneumonia, apakah pengobatan pneumonia terdahulu sudah

menyembuhkan total.

d. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum

Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien pneumonia

biasanya didapatkan peningkatan suhu lebih dari 40oC, frekuensi

napas meningkat dari frekuensi normal, denyut nadi biasanya

meningkat seirama dengan peningkatan suhu dan frekuensi

pernapasan, dan apabila tidak melibatkab infeksi sistemis yang

berpengaruh pada hemodinamika kardiovaskular tekanan darah

biasanya tidak ada masalah.

1. B1 : Breating

Frekuensi RR meningkat, sesak napas, batuk produktif dengan

mucus purulen, didapatkan bunyi napas melemah dan bunyi

napas tambahan ronkhi.

14

Page 15: RESPIRASI 2

2. B2 : Blood

Denyut nadi melemah, tekanan darah normal.

3. B3 : Brain

Pada pengkajian objektif, wajah klien tampak meringis,

menangis, merintih, meregang, dan menggeliat

4. B4 : Bladder

Pengukuran volume output urin berhubungan dengan intake

cairan

5. B5 : Bowel

Mual, muntah, penurunan nafsu makan, dan penurunan berat

badan.

6. B6 : Bone

Kelemahan dan kelelahan fisik

e. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium

Biasanya didapatkan jumlah leukosit 15.000-40.000/mm3. Saat

dilakukan biakan sputum, darah, atau jika dimungkinkan cairan

efusi pleura, untuk biakan aerobic dan anaerobic, untuk selanjutnya

dibuatkan pewarnaan gram sebagai pegangan dalam pemberian

antibiotic. Sebaiknya diusahakan agar biakan dibuat dari sputum

saluran pernapasan bagian bawah. Bahan juga dapat diperoleh dari

swap tenggorok atau laring, pengisapan lewat trachea,

bronkhoskopi, atau pengisapan lewat dada bergantung pada

indikasinya. Pemeriksaan analisa gas darah (AGD/Astrup)

15

Page 16: RESPIRASI 2

menunjukkan hipoksemia sebab terdapat ketidakseimbangan

ventilasi-perfusi di daerah pneumonia.

2. Pemeriksaan Radiologis

Sebaiknya dibuat foto thoraks anterior-posterior dan lateral

untuk melihat keberadaan konsolidasi retrokardial sehingga lebih

mudah untuk menentukan lobus mana yang terkena karena setiap

lobus memiliki kemungkinan untuk terkena. Meskipun lobus

inferior lebih sering terkena, lobus tasa dang lobus tengah juga

dapat terkena . yang khas adalah tampak gambaran konsolidasi

homogeny sesuai dengan letak anatomi lobus yang terkena.

Densitasnya bergantung pada intensitas eksudat dan hamper

selalu ada bronkhogram udara. Pada masa akut, biasanya tidak ada

pengecilan volume lobus yang terkena sedangkan pada masa

resolusi mungkin ada atelektasis sebab eksudat dalam saluran

pernapasan dapat menyebabkan obstruksi. Kebanyakan lesi

terbatas pada satu lobus,tapi dapat juga mengenai lobus lain.

Mungkin ada efusi pleura yang dapat mudah dilihat dengan foto

dekubitus lateral.

Gambaran konsolidasi tidak selalu mengisi seluruh lobus

karena mulai dari perifer gambaran konsolidasi hampir selalu

berbatasan dengan permukaan pleura viseralis. Pada sisi yang

berbatasan dengan pleura viseralis gambaran batasnya tegas tapi

sisi yang lainnya mungkin tidak berbatas tegas. Gambaran

16

Page 17: RESPIRASI 2

radiologi yang tidak khas kadang-kadang bia didapatkan pada

bronchitis menahun dan emfisema

f. Penatalaksanaan Medis

Klien diposisikan dalam keadaan fowler dengan sudut 45o .

Kematian sering kali berhubungan dengan hipotensi,aritmia kordis dan

penekananan susunan saraf pusat, maka penting untuk dilakukan

pengaturan keseimbangan cairan elektrolit dan asam-basa denganbaik,

pemberian O2 di alveoli-arteri, dan mencegah hipoksia seluler.

Pemberian O2 yang adekuat sebaiknya dalam konsentrasi yang tidak

beracun (PO240) untuk mempertahankan PO2 arteri sekitar 60-70

mmHg dan juga penting mengawasi pemeriksaan analisa gas darah.

Pemberian cairan intravena untuk IV line dan pemenuhan hidrasi

tubuh untuk mencegah penurunan dan volume cairan tubuh secara

umum. Bronchodilator seperti Aminofilin dapat diberikan untuk

memperbaiki drainase sekret dan distribusi ventilasi. Kadang-kadang

mungkin timbul dilatasi lambung mendadak, terutama jika pneumonia

mengenai lobus bawah yang dapat menyebabkan hipotensi. Jika

hipotensi terjadi, segera atasi hipoksemia artei dengan cara

memperbaiki volume intravaskuler dan melakukan dekompresi

lambung. Kalau hipotensi tidak dapat diatasi, dapat dipasang kateter

Swan-Ganz dan infuse Dopamin (2-5µg/kg/menit). Bila perlu dapat

diberikan analgesic untuk mengatasi nyeri pleura.

Pemberian antibiotik terpilih seperti Penisilin diberikan secara

intramuscular 2 x 600.000 unit sehari. Penisilin diberikan selama

17

Page 18: RESPIRASI 2

sekurang-kuangnya seminggu sampai klien tidak mengalami sesak

napas lagi selama tiga hari dan tidak ada komplikasi lain. Klien dengan

abses paru dan empiema memerlukan antibiotic lebih lama. Untuk

klien yang alergi terhadap Penisilin dapat diberikan Eritromisin.

Tetrasiklin jarang digunakan untuk pneumonia karena banyak resisten.

Pemberian Sefalosporin harus hati-hati untuk klien yang alergi

terhadap Penisilin karena dapat menyebabkan reaksi hipersensitif slang

terutama  dari tipe anafilaksis. Dalam 12-36 jam, setelah pemberian

Penisilin, suhu, denyut nadi, frekuensi pernapasan menurun serta nyeri

pleura menghilang. Pada kurang lebih 20% klien, demam berlanjut

sampai lebih dari 48 jam setelah obat dikonsumsi.

3.2 Asuhan Keperawatan

No

Diagnosis

Keperawatan

Perencenaan

Tujuan dan

Kriteria Hasil

(NOC)

Intervensi (NIC) Rasional

1. Bersihan jalan

napas tidak

efektif b.d. :

1) Inflamasi

trankheobron

khial,

pembentukan

Jalan napas

bersih dan

efektif setelah

beberapa hari

perawatan.

Kriteria hasil:

a. Kaji jumlah/

kedalaman

pernapasan dan

pergerakan

dada

Melakukan

evaluasi awal

untuk melihat

kemajuan dari

hasil intervensi

yang telah

dilakukan

b. Auskultasi Penurunan

18

Page 19: RESPIRASI 2

udema,

peningkatan

produksi

peningkatan

sputum

2) Nyeri

pleuritis

3) Fatigue

Yang ditandai :

1) Perubahan

jumlah dan

kedalam

napas

2) Suara napas

abnormal,

penggunaan

otot napas

tambahan

3) Dispnea dan

sianosis

4) Batuk

dengan atau

1) Tidak ada

keluhan

sesak

2) Suara napas

normal

(vesikuler)

3) Sianosis (-)

4) Batuk (-)

5) Jumlah

pernapasan

dalam batas

normal sesuai

usai

daerah paru-

paru, mencatat

area yang

menurun/ tidak

adanya aliran

udara serta

mencatat

adanya suara

napas

tambahan

seperti crackels

dan wheezes

aliran udara

timbuk pada

area yang

konsolidasi

dengan cairan.

Suara napas

bronchial dapat

juga. Crackles,

ronchi, dan

wheezes

terdengar pada

saat inspirasi

dan atau

ekspirasi

sebagai respons

dari akumulasi

cairan, sekresi

kental, dan

spasme/

obstruksi

saluran napas.

c. Elevasi kepala,

sering ubah

posisi

Diafragma yang

lebih rendah

akan membantu

19

Page 20: RESPIRASI 2

tanpa

produksi

sputum

dalam

meningkatkan

ekspansi dada,

pengisian udara,

mobilisasi dan

pengeluaran

secret.

d. Bantu pasien

dalam

melakukan

latihan napas

dalam.

D

emonstrasikan/

bantu pasien

untuk batuk

efektif.

Misalnya

menahan dada

dan batuk

efektif pada

saat posisi

tegak lurus.

Napas dalam

akan

memfasilitasi

pengembangan

maksimum

paru-paru/

saluran udara

kecil. Batuk

merupakan

mekanisme

pmebersihan

diri normal,

dibantu silia

untuk

memelihara

kepatenan

saluran udara.

20

Page 21: RESPIRASI 2

Menahan dada

akan membantu

untuk

mengurangi

ketidaknyamana

n, dan posisi

tegak lurus akan

memberikan

tekanan lebih

besar untuk

batuk.

e. Lakukan

suction atas

indikasi.

Menstimulasi

batuk atau

pembersihan

saluran napas

secara mekanis

pada pasien

yang tidak dapat

melakukannya

dikarenakan

keefektifan

batuk atau

penurunan

21

Page 22: RESPIRASI 2

kesadaran.

f. Berikan cairan

2500 ml/hari

(jika tidak ada

kontraindikasi)

dan air hangat.

Cairan (teruma

cairan hangat)

akan membantu

memobilisasi

dan

mengeluarkan

secret.

Kolaborasi

a. Kaji efek

pemberian dan

nebulizer dan

fisioterapi

pernapasan

lainnya.

Lakukan

tindakan selang

diantara waktu

makan dan

batasi cairan

jika cairan

sudah

mencukupi.

Menfasilitasi

pencairan dan

pengeluaran

secret. Postural

drainage

mungkin tidak

efektif pada

pneumonia

intersitiasl atau

yang

disebabkan oleh

eksudat atau

kerusakan dari

alveolar.

b. Berikan Membantu

22

Page 23: RESPIRASI 2

pengobatan

atas indikasi:

mukolitik,

ekspektoran,

bronkodilator,

dan analgesik.

mengurangi

bronkospasme

dengan

mobilisasi dari

secret.

Analgesic

diberikan untuk

meningkatkan

usaha batuk

dengan

mengurangi rasa

tidak nyaman,

tetapi harus

digunakan

sesuai

penyebabnya.

c. Berikan cairan

suplemen

misalnya IV,

humidifikasi

oksigen, dan

humidifikasi

ruang.

Cairan

diberikan untuk

mengganti

kehilangan

(termasuk

insensible/ IWL)

dan membantu

mobilisasi

23

Page 24: RESPIRASI 2

secret.

d. Monitor serial

chest X-Ray

ABGs, dan

pulse oximetry.

Untuk dapat

mengikuti

kemajuan dan

efek dari proses

penyakit serta

memfasilitasi

kebutuhan

untuk

perubahan

terapi.

e. Bantu dengan

bronchoscopy /

thoracentesis

jika

diindikasikan.

Kadang-kadang

diperlukan

untuk

mengeluarkan

sumbatan

mucus, secret

yang purulen,

dan atau

mencegah

atelektasis.

BAB 4

24

Page 25: RESPIRASI 2

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang terdapat

konsolidasi dan terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang dapat

disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan benda-benda asing. Pneumonia

dikelompokkan berdasarkan agen penyebabnya yaitu bakteri, virus, dan

jamur. Penyebab tersering pneumonia bakterialis adalah bakteri positif-gram,

Streptococcus pneumonia yang menyebabkan pneumonia steptrokokus.

Sedangkan jamur penyebab pneumonia yaitu candida albicans. Pneumonia

lain disebabkan oleh virus misalnya influenza. pneumonia. Pneumonia jenis

ini berbeda dengan pneumonia pada umumnya. Karena itu pneumonia yang

diduga disebabkan oleh virus yang belum ditemukan ini sering disebut

pneumonia yang tidak tipikal.

Gejala dari infeksi pneumonia disebabkan invasi pada paru-paru oleh

mikroorganisme dan respon sistem imun terhadap infeksi. Gejala-gejala

tersebut mencakup demam dan menggigil akibat proses peradangan, batuk

yang sering produktif dan purulen, sputum berwarna merah karat (untuk

streptococcus pneumoniae), merah muda atau kehijauan dengan bau khas

(untuk pseudomonas aeruginosa), krekel (bunyi paru tambahan), rasa lelah

akibat reaksi peradangan dan edema,sering terjadi respons subyektif dispnea,

timbul tanda-tanda sianosis, dan ventilasi berkurang akibat penimbunan

mucus, yang dapat menyebabkan atelektasis absorpsi.

25

Page 26: RESPIRASI 2

Penatalaksanaan pada klien pneumonia diposisikan dalam keadaan fowler

dengan sudut 45o, Pemberian cairan intravena untuk IVline dan pemenuhan

hidrasi tubuh untuk mencegah penurunan dan volume cairan tubuh secara

umum, dan pemberian antibiotic terpilih seperti Penisilin diberikan selama

seminggu sampai klien tidak mengalami sesak napas lagi selama tiga hari dan

tidak ada komplikasi lain. Prognosis untuk tiap orang berbeda tergantung dari

jenis pneumonia, pengobatan yang tepat, ada tidaknya komplikasi dan

kesehatan orang tersebut.

26

Page 27: RESPIRASI 2

Daftar Pustaka

Alimul, A. Aziz. Pengantar Ilmu Keperawatn Anak. 2006. Jakarta: Salemba

Medika.

Misnadiarly. (2008). Pneumonia pada Anak Balita, Orang Dewasa, Usia Lanjut.

Jakarta: Pustaka Obor Populer.

Muttaqin, Arif. (2012). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan

Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Somantri, Irman. (2008). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan

Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.

Yasmin Asih,..[ et al].(1998). StandarPerawatanPasien: Proses Keperawatan,

Diagnosis, danEvaluasi. Vol.4. Jakarta: EGC

27

Page 28: RESPIRASI 2

WOC Pneumonia

28

Page 29: RESPIRASI 2

Lampiran 1 . Lembar Pernyataan

Dengan ini kami menyatakan bahwa:

Kami mempunyai kopi dari makalah ini yang bisa kami reproduksi jika makalah

yang dikumpulkan hilang atau rusak

Makalah ini adalah hasil karya kami sendiri dan bukan merupakan karya orang

lain kecuali yang telah dituliskan dalam referensi, serta tidak ada seorangpun yang

membuatkan makalah ini untuk kami.

Jika dikemudian hari terbukti adanya ketidakjujuran akademik, kami bersedia

mendapatkan sangsi sesuai peraturan yang berlaku.

Surabaya, 22 September 2015

Nama Nim Tanda Tangan

Widya Fathul Jannah 131411131073 1.

Pratama Soldy Izzulhaq 131411131091 2.

Indah Febriana Nila 131411131094 3.

Nuzulia Azizi Islamia 131411133005 4.

Ayu Tria Kartika Putri 131411133023 5.

Aida Lutfiati 131411133026 6.

29

Page 30: RESPIRASI 2

Lampiran 2 . Lembar Penilaian makalah dan presentasi kelompok

FORMAT PENILAIAN MAKALAH:

No Aspek yang

dinilai

Bobot Nilai

Maks

Kriteria penilaian

1 Pendahuluan 2% 2 Menjelaskan topik, tujuan, dan deskripsi singkat

makalah

Supervisial,

tidak spesifik

Sangat

spesifik

dan relevan

2 Laporan analisis

masalah

5 % 5 Laporan lugas dan ringkas serta lengkap

Intervensi

keperawatan

yang diusulkan

16% 16 Penjelasan teori konsep dasar

keperawatan/fisiologi/patofisiologi terkait

Analisis peran perawat dalam intervensi serta

kaitan intervensi dengan proses keperawatan

Pengalaman atau realita di klinik dan gap

Literature review

Ide logis dan ringkas

Menunjukkan kemampuan analisis

Argument logis dan rasional

Analisa kritis rencana aplikasi ide atau hasil

pembahasan

30

Page 31: RESPIRASI 2

Literatur yang digunakan terkini dan berkualitas

serta extensif

Kesimpulan 2% 2 Menyimpulkan makalah dan menuliskan refleksi

atas kritik jurnal

Pengurangan

nilai

a. 7.5

%

-7.5 Nilai akan mendapatkan pengurangan jika

kriteria berikut tidak terpenuhi:

Jumlah halaman < 10 atau lebih dari 20 halaman

(batas toleransi 5%)

Tidak mengikuti aturan penulisan referensi

dengan benar

Penulisan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

termasuk tanda baca.

NILAI MAKSIMAL 25

Komentar Fasilitator:

...................................................................................................................

...................................................................................................................

...................................................................................................................

....................................................................................

31

Page 32: RESPIRASI 2

Presentasi Kelompok (5%)

No ASPEK YANG DINILAI PROSENTASE1 Kemampuan mengemukakan intisari makalah 1

2 Kemampuan menggunakan media & IT 1

3 Kontribusi yang bermanfaatbagi kelompok 1

4 Kemampuan berdiskusi (responsive, analitis) 2

TOTAL NILAI MAKSIMUM 5

Soft skill yang dinilai selama diskusi: teamwork, berpikir kritis,

komunikasi

Komentar Fasilitator:

...................................................................................................................

...................................................................................................................

...................................................................................................................

....................................................................................

Penilaian mahasiswa lain: (nilai maksimum 10)

NO.POINT

PENILAIANASPEK YANG DINILAI

PROSENTAS

E1 Selama proses

diskusi

Aktif bertanya 10%

Aktif memberikan ide/pendapat 10%

32

Page 33: RESPIRASI 2

(50%) Inovatif dan kreatif dalam

memberikan pendapat.

Kemampuan analitik dalam

mengajukan pertanyaan dan

memberikan solusi

30%

3Resume

(50%)

Ringkas dan padat 20%

Isi resume 20 %

Simpulan & saran 10%

TOTAL NILAI MAKSIMUM 10

33