RESISTENSI IDENTITAS KEMADURAAN PADA WARGA...

18
RESISTENSI IDENTITAS KEMADURAAN PADA WARGA KANGEAN KABUPATEN SUMENEP (SEBUAH STUDI FENOMENOLOGI TENTANG PEMAKNAAN IDENTITAS KEMADURAAN OLEH WARGA KANGEAN) Dedi Sulaiman Program Magister Sosiologi FISIP Universitas Airlangga ABSTRAK Penelitian ini membahas tentang fenomena masyarakat Kangean yang menolak identitas kemaduraan yang dibawanya sejak lahir. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah; pertama, untuk mengetahui dan menemukan sebab-sebab yang melatarbelakangi munculnya tindakan masyarakat Kangean yang tidak mau disebut orang Madura. Kedua, untuk mengetahui dan memahami tujuanapa yang sebenarnya ingin dicapai oleh masyarakat Kangean dengan menolak identitas kemaduraan tersebut. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori fenomenologi terutama fenomenologi yang diperkenalkan oleh Alfred Schutz tentang because motive dan in order to motive. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa hal yang menyebabkan masyarakat Kangean menolak identitas Kemaduraan yang dimilikinya. Beberapa hal yang dimaksud adalah stereotipe orang Madura dan kebijakan Pemerintah Sumenep yang tidak berpihak pada Kepulauan. Sedangkan tujuan yang ingin dicapai melalui pergerakan-pergerakan yang dilakuan oleh para mahasiswa dan masyarakat yakni untuk memisahkan diri dan menjadikan Kangean sebagai Kabupaten sendiri. Kata kunci: Resistensi, identitas, Stereotipe, Fenomenologi PENDAHULUAN Kangean merupakan salah satu pulau yang terdapat di Kepulauan Kangean yang masih menjadi bagian dari Kabupaten Sumenep Provensi Jawa timur, terletak di sebelah timur Pulau Madura. Mempunyai luas keseluruhan 188 km2. Pulau Kangean terbagi menjadi dua Kecamatan yaitu Kecamatan Arjasa yang mewakili Kangean barat serta Kecamatan Kangayan mewakili Kangean bagian timur yang sekaligus merupakan hasil pemekaran dari kecamatan Arjasa. Berdasarkan data survei tahun 2012 Kecamatan Arjasa mempunyai jumlah penduduk sebanyak 60.592 jiwa yang terbagi menjadi 19 desa dengan rincian sebagai berikut. Jumlah laki-laki 27.885 jiwa dan jumlah perempuan 32.707 jiwa dengan sex ratio 85.26. Kepadatan penduduk yang ada di kecamatan Arjasa dengan luas (km2) 241.97 dan kepadatan penduduk 250.41 (kecamatan Arjasa dalam angka 2013). Terdapat banyak versi cerita yang berkembang dalam masyarakat tentang bagaimana sejarah pulau ini, baik itu mengenai asal penduduk maupun sejak kapan Kangean mulai di tempati. Salah satunya adalah cerita masyarakat yang mengatakan bahwasanya Kepulauan Kangean merupakan tempat pembuangan

Transcript of RESISTENSI IDENTITAS KEMADURAAN PADA WARGA...

Page 1: RESISTENSI IDENTITAS KEMADURAAN PADA WARGA …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-dltkd3ca805511full.pdf · Kabupaten Sumenep Provensi Jawa timur, terletak di sebelah timur Pulau

RESISTENSI IDENTITAS KEMADURAAN PADA WARGA KANGEAN

KABUPATEN SUMENEP

(SEBUAH STUDI FENOMENOLOGI TENTANG PEMAKNAAN IDENTITAS

KEMADURAAN OLEH WARGA KANGEAN)

Dedi Sulaiman

Program Magister Sosiologi FISIP Universitas Airlangga

ABSTRAK

Penelitian ini membahas tentang fenomena masyarakat Kangean yang menolak

identitas kemaduraan yang dibawanya sejak lahir. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah; pertama, untuk mengetahui dan menemukan sebab-sebab yang melatarbelakangi munculnya tindakan masyarakat Kangean yang tidak mau disebut

orang Madura. Kedua, untuk mengetahui dan memahami tujuanapa yang sebenarnya ingin dicapai oleh masyarakat Kangean dengan menolak identitas kemaduraan tersebut.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori fenomenologi terutama fenomenologi yang diperkenalkan oleh Alfred Schutz tentang because motive dan in order to motive. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa hal

yang menyebabkan masyarakat Kangean menolak identitas Kemaduraan yang dimilikinya. Beberapa hal yang dimaksud adalah stereotipe orang Madura dan kebijakan

Pemerintah Sumenep yang tidak berpihak pada Kepulauan. Sedangkan tujuan yang ingin dicapai melalui pergerakan-pergerakan yang dilakuan oleh para mahasiswa dan masyarakat yakni untuk memisahkan diri dan menjadikan Kangean sebagai Kabupaten

sendiri.

Kata kunci: Resistensi, identitas, Stereotipe, Fenomenologi

PENDAHULUAN

Kangean merupakan salah satu

pulau yang terdapat di Kepulauan

Kangean yang masih menjadi bagian dari

Kabupaten Sumenep Provensi Jawa timur,

terletak di sebelah timur Pulau Madura.

Mempunyai luas keseluruhan 188 km2.

Pulau Kangean terbagi menjadi dua

Kecamatan yaitu Kecamatan Arjasa yang

mewakili Kangean barat serta Kecamatan

Kangayan mewakili Kangean bagian

timur yang sekaligus merupakan hasil

pemekaran dari kecamatan Arjasa.

Berdasarkan data survei tahun 2012

Kecamatan Arjasa mempunyai jumlah

penduduk sebanyak 60.592 jiwa yang

terbagi menjadi 19 desa dengan rincian

sebagai berikut. Jumlah laki-laki 27.885

jiwa dan jumlah perempuan 32.707 jiwa

dengan sex ratio 85.26. Kepadatan

penduduk yang ada di kecamatan Arjasa

dengan luas (km2) 241.97 dan kepadatan

penduduk 250.41 (kecamatan Arjasa

dalam angka 2013).

Terdapat banyak versi cerita yang

berkembang dalam masyarakat tentang

bagaimana sejarah pulau ini, baik itu

mengenai asal penduduk maupun sejak

kapan Kangean mulai di tempati. Salah

satunya adalah cerita masyarakat yang

mengatakan bahwasanya Kepulauan

Kangean merupakan tempat pembuangan

Page 2: RESISTENSI IDENTITAS KEMADURAAN PADA WARGA …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-dltkd3ca805511full.pdf · Kabupaten Sumenep Provensi Jawa timur, terletak di sebelah timur Pulau

narapidana yang mendapat hukuman dari

Raja Sumenep dan kemudian diasingkan

ke Kangean. Namun tidak ada literatur

maupun kepustakaan yang menjelaskan

dengan pasti mengenai sejarah pulau ini.

Di Arjasa (Kangean) penduduk

menceritakan kedatangan komunitas cina

beranggotakan 1000 orang ke pulau

kangean pada pertengahan abad XVIII.

Mereka juga menceritakan pada masa itu

etnis Madura sudah merupakan komunitas

terbesar di pulau kangean. Pertama-tama

pada saat orang Sulawesi datang, orang

Madura telah menempati pulau-pulau

terbesar di Kepulauan Kangean (pulau

kangean) serta mengelola menjadi lahan

pertanian. Sehingga yang tersisa hanya

pulau-pulau yang terletak lebih ketimur,

berukuran kecil, seringkali tidak memiliki

sumber air tawar, dan oleh karenanya

tidak bisa dijadikan lahan pertanian

sehingga ditinggalkan oleh orang Madura.

Namun orang Sulawesi terutama etnis

Bajo/Mandar adalah orang laut yang

terkenal dengan cara hidup mereka dilaut,

jadi mereka mampu menempati pulau-

pulau kecil tersebut. (Charles dan Grange,

2013: 22-23).

Pertama-tama terkait bahasa,

bahasa ini dikelompokkan menurut dua

komunitas etnis besar; komunitas Madura

dan komunitas Sulawesi. Di tingkat

kepulauan, mayoritas ujung barat

(Kangean) menggunakan salah satu dialek

Madura seperti “iye-enje’ enggi-

bunten,”, sedangkan ujung timur (pulau-

pulau Sapeken) menggunakan bahasa

yang berasal dari Sulawesi seperti Bajo,

Bugis, Mandar. Namun, dalam

perkembangan selanjutnya, di sana sini

terdapat juga perbedaan. Misalnya untuk

Desa-desa tertentu di Kangean kata “aku”

di Madura berarti “sengko’” di sana

orang mengucap “ako”, tapi ada juga

Desa yang tetap menggunakan bahasa

Madura tanpa mengalami banyak

perubahan (Sahwanoedin, 2005:18).

Jika dilihat dari berbagai tradisi

dan budaya yang ada, jelas Kangean tidak

berbeda jauh dengan Madura, walaupun

mengalami sedikit pergeseran tentang

pelaksanaan dan nilai-nilai yang

terkandung dalam budaya asli di Madura.

Akan tetapi budaya seperti carok dan

kerapan sapi yang sudah menjadi identitas

Madura tidak sulit ditemui di Kangean,

bahkan kerapan sapi masih menjadi

tontonan yang menarik perhatian banyak

masyarakat disana. Ciri lain yang

mungkin dapat ditemui disana bahwa

Masyarakat Kangean sangat ramah

terhadap orang yang tidak menyakitinya

dan sebaliknya akan jahat pada orang

yang dianggap menyakitinya. Selain itu

masyarakat kangean sangat menjunjung

tinggi harga diri, dan bagi laki-laki

dewasa biasanya mereka membawa pisau

atau celurit dalam bajunya yang dalam

istilah orang Madura disebut “nyikep”.

Hal ini tentu dapat melambangkan

karakter Madura yang cenderung keras

dan kasar. Begitulah stereotipe atau citra

orang Madura di mata banyak orang,

walaupun stereotipe sama sekali tidaklah

mencakup hal-hal yang berkaitan dengan

kebenaran objektif. Namun sebagian

orang percaya bahwa pencitraan itu benar,

dan jika memang benar demikian halnya

stereotipe itu memang masih mempunyai

makna dalam menentukan pikiran dan

tindak tanduk manusia (Rifai, 2007: 129).

Selain kerapan sapi, model

perumahan yang ada di Kangean juga

sama persis dengan yang ada di Madura.

Page 3: RESISTENSI IDENTITAS KEMADURAAN PADA WARGA …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-dltkd3ca805511full.pdf · Kabupaten Sumenep Provensi Jawa timur, terletak di sebelah timur Pulau

Satu bidang tanah dibangun rumah secara

berjejer dan berhadap-hadapan yang mana

perumahan tersebut biasanya dihuni oleh

satu keluarga besar mulai dari orang tua,

anak hingga cucu-cucunya dan di ujung

dibangun sebuah Mushalla atau langgar.

Orang Madura menyebut model

perumahan seperti ini adalah “taneyan

lanjhang”.

Persoalan ini menjadi sangat

menarik karena saat ini justru sangat sulit

dijumpai masyarakat Kangean yang mau

dibilang orang Madura baik yang tinggal

di Kangean maupun yang tinggal di luar

Kangean. Tidak sedikit masyarakat

Kangean yang mulai keberatan jika

dibilang orang Madura, ini di dukung

dengan adanya ungkapan-ungkapan

masyarakat kangean seperti “Kangean

adalah Kangean dan bukan Madura”,

diskusi-diskusi semacam ini sering

dilakukan pada jejaring sosial “facebook”

melalui grup yang bernama “Media

Kangean” dimana di dalamnya sering

membahas penolakan-penolakan terhadap

identitas Madura dan image Madura yang

terkenal keras dan kasar. Lebih dari itu,

pergerakan-pergerakan yang dilakukan

oleh mahasiswa yang berasal dari

Kangean untuk mengidentifikasi Kangean

dengan cara membentuk organisasi-

organisasi yang mengatasnamakan

Kangean, yang mana organisasi-

organisasi yang telah terbentuk ini

nantinya akan mengadakan kegiatan-

kegiatan seperti workshop dan forum

diskusi sekaligus menjadi kontrol bagi

pemerintahan Kabupaten Sumenep.

Sebagai contoh HIMAKAB (Himpunan

Mahasiswa Kangean Bangkalan), IMKS

(Ikatan Mahasiswa Kangean Surabaya),

KMKI (Kesatuan Mahasiswa Kangean

Indonesia) yang setiap pulang ke Kangean

rutin mengadakan forum-forum diskusi.

TINJAUAN TEORITIS

Sebagai suatu istilah,

fenomenologi sebenarnya sudah ada sejak

Emmanuel kant yang mencoba

memikirkan dan memilah unsur mana

yang berasal dari pengalaman dan unsur

mana yang terdapat di dalam akal.

Kemudian lebih luas lagi ketika

digunakan Hegel tentang tesis dan

antitesis yang melahirkan antitesis

(Wirawan, 2012: 133-134). Tujuan utama

fenomenologi adalah mempelajari

bagaimana fenomena dialami dalam

kesadaran, pikiran, dan dalam tindakan,

seperti bagaimana fenomena itu bernilai

atau diterima secara estetis.

Fenomenologi mencoba mencari

pemahaman bagaimana manusia

mengkonstruksi makna dan konsep-

konsep penting, dalam kerangka

intersubjektivitas. Intersubjektif karena

pemahaman kita mengenai dunia dibentuk

oleh hubungan dengan orang lain

(Kuswarno, 2009: 2).

Tokoh lain yang juga berperan

penting bagi berkembangnya

fenomenologi adalah Alfred Schutz, saat

ini Schutz dikenal sebagai ahli

fenomenologi yang paling menonjol.

Meskipun Schutz tidak pernah menjadi

murid langsung dari Husserl, namun ia

mempelajari pemikiran-pemikiran Husserl

secara mendalam. Schutz mampu

membuat ide-ide Husserl yang masih

dirasakan sangat abstrak, menjadi lebih

mudah dipahami. Dia jugalah yang

membawa fenomenologi ke dalam ilmu

sosial. Bagi Schutz, tugas fenomenologi

Page 4: RESISTENSI IDENTITAS KEMADURAAN PADA WARGA …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-dltkd3ca805511full.pdf · Kabupaten Sumenep Provensi Jawa timur, terletak di sebelah timur Pulau

adalah menghubungkan antara

pengetahuan ilmiah dengan pengalaman

sehari-hari, dan dari kegiatan di mana

pengalaman dan pengetahuan itu berasal

(Kuswarno, 2009: 17).

Inti pemikiran Schutz adalah

bagaimana memahami tindakan sosial

melalui penafsiran. Proses penafisran

dapat digunakan untuk memperjelas atau

memeriksa makna yang sesungguhnya,

sehingga dapat memberikan konsep

kepekaan yang implisit. Dalam hal ini

Schutz mengikuti pemikiran Husserl,

yaitu proses pemahaman aktual kegiatan

kita, dan pemberian makna terhadapnya,

sehingga terrefleksi dalam tingkah laku.

Dalam pandangan Schutz, manusia

adalah makhluk sosial, sehingga

kesadaran akan dunia kehidupan sehari-

hari merupakan sebuah kesadaran sosial.

Ia beranggapan bahwa dunia sosial

keseharian senantiasa merupakan suatu

yang intersubjektif dan pengalaman penuh

makna (Wirawan, 2012: 134). Manusia

dituntut untuk saling memahami satu

sama lain, dan bertindak dalam kenyataan

yang sama. Dengan demikian ada

penerimaan timbal balik, pemahaman atas

dasar pengalaman yang bersama, dan

tipikasi atas dunia bersama (Kuswarno,

2009: 18).

Meskipun Schutz beralih dari

kesadaran dan mengarah ke dunia

kehidupan intersubjektif, ia tetap

menawarkan cara bagaimana memahami

kesadaran, khusunya dalam pemikirannya

tentang makna dan motif orang. Secara

keseluruhan, Schutz menitikberatkan

hubungan dialektis antara bagaimana

orang mengkonstruksi realitas sosial dan

realitas budaya yang telah mapan yang

mereka warisi dari pendahulu mereka di

dunia sosial (Ritzer dan Goodman, 2008:

235).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan

metode kualitatif dengan pendekatan

fenomenologi. Melalui pendekatan

fenomenologi, dapat diperoleh

pemahaman dan penafsiran yang

mendalam mengenai makna, kenyataan,

dan fakta yang relevan. Dalam

pendekatan fenomenologi, peneliti

melakukan pengumpulan data dengan

observasi partisipasi dan wawancara

mendalam untuk mengetahui fenomena

secara lebih mendalam (Sugiyono,

2010:14). Peneliti fenomenologi harus

mampu membuka selubung praktik yang

digunakan oleh informan dalam menjalani

kehidupannya. Watt dan Berg (1995)

menjelaskan bahwa paradigma

fenomenologi yang mengembangkan

metode kualitatif dapat mengungkapkan

konstruksi sosial atas realitas.

Dalam penelitian ini, penulis

menggunakan paradigma interpretif

sebagai sudut pandang dalam memahami

pemaknaan masyarakat Kangean terhadap

etnis Madura. Peneliti ingin menemukan

dan memahami motif-motif sebab dan

tujuan yang ingin dicapai oleh masyarakat

Kangean dengan menolak identitas

kemaduraan. Oleh karena itu sejalan

dengan apa yang dianjurkan oleh Husserl,

maka peneliti terlebih dahulu

mengurungkan (bracketing) atau

menunda sementara pemahaman yang

telah ada sebelumnya tentang realitas

sosial yang ada pada masyarakat

Kangean.

Page 5: RESISTENSI IDENTITAS KEMADURAAN PADA WARGA …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-dltkd3ca805511full.pdf · Kabupaten Sumenep Provensi Jawa timur, terletak di sebelah timur Pulau

Paradigma interpretif kualitatif

membutuhkan kesungguhan dalam

pengamatan, empati, asbtraksi, dan

interpretasi melalui verstehen dengan

menggunakan observasi dan penelitian

lapangan. Teknik-teknik ini menuntut

peneliti mengabdikan waktunya, untuk

melakukan kontak pribadi langsung

dengan orang yang mereka pelajari, demi

memperoleh pemahaman mendalam

mengenai cara orang menciptakan makna

dalam hidup. (Neuman, 2013:116).

Lokasi dalam penelitian ini adalah

Pulau Kangean. Pulau Kangean

merupakan salah satu pulau yang terdapat

di Kepulauan Kangean yang masih

menjadi bagian dari Kabupaten Sumenep

Provensi Jawa timur, terletak di sebelah

timur Pulau Madura. Mempunyai luas

keseluruhan 188 km2. Pulau Kangean

terbagi menjadi dua Kecamatan yaitu

Kecamatan Arjasa yang mewakili

Kangean barat serta Kecamatan Kangayan

mewakili Kangean bagian timur yang

sekaligus merupakan hasil pemekaran dari

kecamatan Arjasa. Berdasarkan data

survei tahun 2012 Kecamatan Arjasa

mempunyai jumlah penduduk sebanyak

60.592 jiwa yang terbagi menjadi 19 desa.

(Kecamatan Arjasa dalam angka 2013).

Subjek penelitian ditentukan

dengan menggunakan teknik purposive

atau yang biasa disebut teknik bertujuan.

Purposive adalah teknik pengambilan

sumber data dengan pertimbangan

tertentu. Pertimbangan tertentu ini

misalnya orang tersebut yang dianggap

paling tahu tentang apa yang kita

harapkan atau mungkin dia sebagai

penguasa sehingga akan memudahkan

peneliti menjelajah objek atau situasi

sosial yang diteliti (Sugiyono, 2010:54).

Dalam penelitian ini, teknik

purposive digunakan untuk mencari key

informan atau informan kunci. Informan

kunci ini oleh peneliti diambil dari orang

yang paling mengetahui tentang Madura

dan Kangean, serta berperan aktif dalam

upaya menolak identitas Kemaduraan.

Sehingga informan inilah yang dianggap

peneliti dapat mengetahui apa saja sebab

dan tujuan dari penolakan identitas

Kemaduraan. Dari informan kunci ini

peneliti dapat mengetahui kondisi sosial

di Kangean. Dari informan kunci ini juga

peneliti mendapatkan sebab-sebab

mengapa resistensi identitas Kemaduraan

itu bisa muncul sekaligus tujuan apa yang

ingin dicapai melalui penolakan identitas

Kemaduraan tersebut.

Peneliti menggunakan metode

pengumpulan data berupa observasi,

dokumentasi, dan wawancara mendalam

(indepth interview) khususnya untuk

mengetahui motif sebab dan motif tujuan

masyarakat Kangean menolak identitas

kemaduraanya. Pada tahap ini peneliti

menggali informasi-informasi seputar

fokus kajian penelitian. Dalam tahap ini

peneliti menyiapkan pertanyaan-

pertanyaan kunci yang terarah pada

masalah penelitian.

Wawancara mendalam merupakan

salah satu teknik pengumpulan data

primer yang diambil dalam penelitian ini.

Wawancara mendalam (indepth iterview)

adalah proses memperoleh keterangan

untuk tujuan penelitian dengan cara tanya

jawab sambil bertatap muka antara

pewawancara dengan informan atau orang

yang diwawancarai, dengan atau tanpa

menggunakan pedoman wawancara.

Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan proses wawancara

Page 6: RESISTENSI IDENTITAS KEMADURAAN PADA WARGA …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-dltkd3ca805511full.pdf · Kabupaten Sumenep Provensi Jawa timur, terletak di sebelah timur Pulau

mendalam (indept interview) dan terarah

(guided interview).

Kegiatan observasi sudah

dilakukan peneliti sejak awal penelitian

ini dilakukan. Pada awal penelitian,

observasi dilakukan untuk meninjau

lokasi penelitian dan juga melihat

kegiatan-kegiatan warga. Hal ini

dilakukan untuk mengetahui kebenaran

adanya penolakan terhadap identitas

Kemaduraan. Setelah mengetahui adanya

penolakan identitas Kemaduraan,

observasi juga dilakukan peneliti dalam

pengumpulan data berupa sebab dan

tujuan yang melatar belakangi penolakan

identitas tersebut.

Pada penelitian ini, peneliti

menggunakan dokumen berbentuk

gambar berupa foto-foto informan,

aktivitas masyarakat, beberapa rumah,

serta foto lingkungan sekitar seperti

model perumahan, jalan, serta alat-alat

transportasi yang ada di Kangean. Hal ini

ditujukan agar pembaca dapat mengetahui

kondisi geografis dan kondisi sosial

Kecamatan Arjasa dan Kangean secara

umum.

Sesudah data terkumpul dilakukan

transkrip wawancara dan observasi. Pada

tahap ini seluruh hasil observasi dan

wawancara dibuatkan transkrip. Transkrip

merupakan uraian dalam bentuk tulisan

dengan rinci dan lengkap mengenai apa

yang dilihat dan didengar baik secara

langsung maupun dari hasil rekaman.

Hasil transkrip peneliti kategorikan

berdasarkan nama informan. Sesudah

pengkategorian tahap pertama, peneliti

berusaha mengkategorikan pemahaman

informan tentang fokus kajian peneliti

berdasarkan topik wawancara. Pada tahap

ini peneliti memberi catatan penting yang

menjadi penekanan informan berkaitan

dengan permasalahan yang dibahas.

Setelah pengkategorian selesai,

tahap selanjutnya adalah peneliti menilai

motif sebab dan motif tujuan masyarakat

berkaitan dengan topik penelitian. Pada

tahap ini peneliti akan menganalisis lebih

jauh motif sebab dan motif tujuan yang

telah diperoleh dari informan dengan

penekanan yang bervariasi. Analisis ini

dilakukan dengan menggunakan piranti

teoretik because motive dan in order to

motive. Analisis ini melibatkan

keterbukaan peneliti dan kepekaan untuk

menangkap makna di balik setiap

pernyataan dan tindakan yang

dipraktikkan.

Resistensi Identitas Kemaduraan Yang

Terjadi Pada Warga Kangean

Mengaku Berbeda Dengan Madura

Kangean memang mempunyai

hubungan yang sangat erat dengan

Madura, hal ini disebabkan oleh beberapa

hal, salah satunya yaitu fakta bahwa orang

Madura merupakan komunitas pertama

yang menempati Pulau Kangean. Namun

memang kurang begitu jelas bagaimana

awal mula kedatangan orang Madura ke

Pulau Kangean, itu sebabnya banyak

berkembang cerita di masyarakat yang

mengatakan bahwa masyarakat Kangean

merupakan orang-orang yang diasingkan

oleh raja Sumenep zaman dulu karena

melakukan berbagai kesalahan.

Fakta di atas ternyata tidak cukup

kuat untuk membuat masyarakat Kangean

mengakui bahwa dirinya merupakan

orang Madura, tidak sedikit masyarakat

Kangean yang mengatakan bahwa

Kangean itu berbeda dengan Madura jika

Page 7: RESISTENSI IDENTITAS KEMADURAAN PADA WARGA …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-dltkd3ca805511full.pdf · Kabupaten Sumenep Provensi Jawa timur, terletak di sebelah timur Pulau

dilihat dari banyak hal seperti bahasa dan

karakter masyarakatnya, kalaupun ada

kesamaan dari segi bahasa dan

kebudayaan, itu disebabkan oleh adanya

interaksi yang dilakukan oleh masyarakat

Kangean dengan orang Madura.

Tidak sedikit warga Kangean yang

berprofesi sebagai TKI di Malaysia yang

juga tidak mau disebut orang Madura.

Orang Madura dan Kangean yang

seharusnya bisa bersatu dan kompak

karena sama-sama mencari nafkah di

negeri orang. Namun, perasaan berbeda

ini justru membuat orang Madura dan

orang Kangean seakan sama-sama tidak

mau dikalahkan, bahkan mereka

seringkali berkonflik di tanah rantau.

Permusuhan antara Kangean dan Madura

ini sudah berlangsung dengan waktu yang

cukup lama, walaupun ini biasanya

dilakukan oleh anak muda, namun tidak

menutup kemungkinan akan meluas pada

yang lain.

Kondisi semacam ini tidak hanya

terjadi pada masyarakat Kangean yang

berada di luar Kangean atau Madura.

Namun, masyarakat yang menetap di

Kangean pun mempunyai asumsi yang

tidak jauh berbeda dengan mereka yang

berada di perantauan, mereka juga

menganggap bahwa Kangean memang

berbeda dengan Madura. Menurut

beberapa informan mengatakan bahwa

hanya Kabupaten saja yang ikut Sumenep.

Namun, dilihat dari segi yang lain

Kangean dan Madura sangatlah berbeda,

pulau terpisah, bahasanya juga berbeda,

dan karakter orangnya dimana orang

Kangean tidak kasar seperti orang

Madura.

Menutupi Identitas Kemaduraannya

Masyarakat Kangean yang

mempunyai mobilitas yang cukup tinggi,

sudah pasti mengalami interaksi dengan

banyak orang, baik dengan masyarakat

Kangean sendiri maupun dengan

masyarakat luar Kangean. Seperti

mahasiswa yang menuntut ilmu di daratan

atau para TKI di luar Negeri. Mereka

berangkat dan keluar dari Kangean

tentunya sudah membawa identitas siapa

dia dan dari mana dia berasal yaitu orang

Madura, namun ternyata karena alasan

malu akan identitas Madura tersebut tidak

sedikit masyarakat Kangean yang

melakukan transmigrasi ke luar wilayah

Madura justru berusaha untuk menutupi

identitas Kemaduraan yang dimilikinya.

Menurut beberapa informan lebih

baik mengaku orang Kangean secara

langsung tanpa menyertakan embel-embel

Madura, karena sudah pasti ketika kita

mengatakan bahwa kita berasal dari

Madura, sementara kita tahu orang luar

Madura hanya mengenal Madura dari satu

sisi yaitu keras dan kasar, secara otomatis

kita juga akan dianggap sama walaupun

sebenarnya kita tidak seperti itu.

Keadaan semacam ini tidak hanya

dilakukan oleh satu orang, namun hampir

seluruh masyarakat Kangean yang pernah

merantau ke luar Madura melakukan hal

yang sama dan dengan alasan yang sama

pula, yaitu malu. Kebanyakan mereka

yang berada di luar wilayah Madura

terutama para Mahasiswa malu apabila

disebut orang Madura.

Oleh karena itu warga Kangean

yang tinggal di luar Madura melakukan

berbagai upaya untuk dapat menutupi

identitas Kemaduraan yang dimilikinya.

Misalnya, merubah penampilan menjadi

Page 8: RESISTENSI IDENTITAS KEMADURAAN PADA WARGA …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-dltkd3ca805511full.pdf · Kabupaten Sumenep Provensi Jawa timur, terletak di sebelah timur Pulau

lebih modis dan trendi, selain memang

karena gengsi dan ingin terlihat bagus, ia

mengaku hal itu sebenarnya dilakukan

salah satunya agar tidak terlihat seperti

orang Madura yang menurut dia sangat

khas dalam berpenampilan. Menurutnya,

penampilan merupakan sesatu yang dapat

menjadi penanda bagi suatu kelompok

atau etis tertentu, sehingga untuk dapat

menutupi identitas maka penampilan atau

cara berpakain adalah salah satu hal yang

perlu dirubah. Selain merubah

penampilan dan cara berpakaian,

kendaraan yang digunakan pun sengaja

tidak menggunakan plat M yang notabene

nopol (nomor polisi) kendaraan yang

berasal dari Madura, hal ini dilakukan

agar semakin tidak terlihat jika dia

memang berasal dari Madura.

Hal ini ternyata sudah menjadi

semacam tren dikalangan mahasiswa

Kangean yang berada di luar wilayah

Madura, hampir semua mahasiswa

Kangean berusaha menutupi identitas

kemaduraannya. Namun, ada juga

mahasiswa yang hanya akan mengakui

atau bahkan menonjolkan identitas

Kemaduraannya ketika mendapatkan

masalah atau konflik dengan orang lain

terutama orang luar Madura. Dengan

mengaku orang Madura kebanyakan

musuh terutama anak-anak Jawa menjadi

kurang berani dan memilih untuk minta

maaf atau kabur. Dalam hal ini identitas

Kemaduraan hanya dijadikan sebuah alat,

apabila dirasa dapat menguntungkan

maka akan digunakan, namun sebaliknya

jika identitas tersebut merugikan maka

identitas tersebut akan ditutupi atau

bahkan dihilangkan.

Tindakan semacam ini dalam teori

Fenomenologi dijelaskan oleh Weber

melalui metode Verstehen yang mengarah

pada suatu tindakan bermotif demi tujuan

yang hendak dicapai, sebagai salah satu

metode untuk memahami motif dan

makna dibalik tindakan manusia.

Tindakan rasional yang demikian ini

adalah tindakan yang bertujuan atas dasar

rasionalitas nilai yang berlaku, atau

tindakan yang terkait dengan kemampuan

intelektual dan emosi, serta berdasarkan

pemahaman makna subjektif dari pelaku

itu sendiri (Kuswarno, 2009: 19).

Latar Belakang Munculnya Resistensi

Identitas Kemaduraan

Berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan, terdapat beberapa faktor yang

menyebabkan masyarakat Kangean tidak

mau disebut orang Madura, faktor-faktor

inilah yang oleh masyarakat Kangean

dianggap sebagai sesuatu yang

memberikan dampak negatif, bahkan

dapat merugikan masyarakat Kangean

sendiri. Faktor-faktor yang dimaksud

adalah citra Madura dan perilaku

masyarakatnya, serta kebijakan

pemerintah Sumenep yang dianggap

merugikan masyarakat Kangean, selain

itu ada pula yang menganggap bahwa

Kangean memang berbeda dengan

Madura. Hal inilah yang melatar

belakangi penolakan terhadap identitas

Kemaduraan yang dimiliki, bahkan ada

sebagian masyarakat yang sampai

melakukan pergerakan-pergerakan untuk

dapat menghilangkan identitas

kemaduraan tersebut dengan cara

membentuk berbagai organisasi

kedaerahaan.

Page 9: RESISTENSI IDENTITAS KEMADURAAN PADA WARGA …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-dltkd3ca805511full.pdf · Kabupaten Sumenep Provensi Jawa timur, terletak di sebelah timur Pulau

Citra Orang Madura

Jika masyarakat luar Madura

mempunyai pandangan yang cukup kelam

tentang orang Madura, ternyata

masyarakat Kangean juga tidak kalah

buruk dalam melihat orang Madura.

Mereka juga melihat orang Madura hanya

dari satu sisi yang cenderung negatif yaitu

keras, kasar, dan angkuh. Persepsi

masyarakat Kangean tentang orang

Madura yang seperti ini tentunya sangat

menarik atau bahkan aneh karena

seseorang yang masih menjadi bagian dari

kelompok tertentu justru mempunyai

penilaian yang buruk pada kelompok itu

sendiri.

Berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan, masyarakat Kangean

menggambarkan orang Madura dilihat

dari beberapa sisi, yaitu karakter,

kebiasaan, pembawaan diri, serta agama

dan kepercayaan. Namun sebenarnya apa

yang dikatakan masyarakat Kangean tidak

jauh berbeda dengan apa yang sudah

menjadi stereotipe orang Madura secara

umum bahwa orang madura keras, kasar,

gampang marah dan kurang bersahabat

dan sebagainya. Walaupun ada pula

beberapa masyarakat Kangean yang

melihat etnis Madura dari sisi yang

positif.

Karakter

Orang madura sangat

pendendam dan cenderung berfikir

pendek dalam setiap tindakannya. Ini

terlihat dari bagaimana cara orang

Madura menyikapi setiap masalah

yang dihadapinya, misalnya apabila

orang Madura dipermalukan maka dia

akan langsung membalas dengan lebih

kejam. Tidak hanya itu, masalah kecil

seperti kesalahpahaman yang

sebenarnya bisa diselesaikan dengan

cara baik-baik, namun orang Madura

justru lebih sering menyelesaikannya

dengan cara kekerasan. Biasanya orang

Madura akan sangat marah ketika

masalah itu menyangkut istri dan

keluarganya. Hal ini memang sudah

menjadi karakter orang Madura secara

umum yang mana mereka sangat

menjunjung tinggi yang namanya

harga diri.

Kebiasaan dan Tradisi

Berdasarkan penelitian yang

telah dilakukan, terdapat beberapa

pandangan masyarakat Kangean

terhadap kebiasaan orang Madura

diantaranya bahwa orang Madura

beraninya dari belakang, suka

mengganggu kehidupan orang lain, dan

suka memamerkan kekayaan agar bisa

dihargai oleh orang lain. Namun yang

positif dari kebiasaan orang Madura

adalah bahwa orang Madura akan

memberikan apa yang dia punya untuk

diberikan pada tamunya.

Kebiasaan orang Madura yang

seperti itu menurut beberapa informan

menjadi penyebab kehidupan

masyarakat Madura jauh dari kata

damai dan tentram, selalu ada gesekan-

gesekan antara masyarakat. Hal ini

dibuktikan dengan seringnya terjadi

carok di Madura, karena selain orang

Madura pendendam orang Madura

memang suka mengganggu kehidupan

orang lain.

Pembawaan Diri

Pembawaan diri sebagai

sesuatu yang dapat menggambarkan

diri seharusnya dapat mencerminkan

nilai positif, namun pada kenyataanya

Page 10: RESISTENSI IDENTITAS KEMADURAAN PADA WARGA …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-dltkd3ca805511full.pdf · Kabupaten Sumenep Provensi Jawa timur, terletak di sebelah timur Pulau

yang terjadi pada orang Madura justru

sebaliknya, pembawaan orang Madura

ini dapat memunculkan hal yang tidak

menguntungkan bagi orang Madura

sendiri, bagaimana orang Madura

beperilaku dan membawa dirinya

justru semakin mempertegas anggapan

masyarakat luas terhadap watak dan

karakter orang Madura yang memang

dikenal keras dan kasar. Karena

bagaimanapun apa yang orang luar

Madura lihat terhadap orang Madura

yaitu bagaimana orang Madura

membawa dirinya, baik itu dalam sikap

dan perilaku cenderung negatif.

Demi kepentingan keamanan

diri seringkali orang Madura

memanfaatkan citra yang sudah

melekat pada Madura sendiri dengan

cara pembawaan diri yang seakan

membenarkan citra tersebut seperti

contoh diatas dengan tujuan agar

ditakuti oleh orang lain. Selain ingin

ditakuti orang Madura juga ternyata

selalu ingin disegani, hal ini sering

mereka lakukan dengan cara

mengumbar harta, kebiasaan orang

Madura dalam memakai perhiasan

berlebihan menjadi bukti bahwa

memang orang Madura senang apabila

dirinya dihormati atau dianggap lebih

tinggi derajatnya oleh orang lain.

Agama dan Kepercayaan

Berbicara mengenai islam di

Madura memang tidak akan bisa lepas

dari peran seorang ulama, karena para

ulamalah yang membawa islam ke

Madura melalui jalur kerajaan.

Barangkali ini yang menyebabkan

mengapa orang Madura hingga saat ini

sangat menghormati seorang kiyai,

bahkan orang Madura menganggap apa

yang dikatakan seorang kiyai

merupakan sesuatu yang harus diikuti

serta dilaksanakan.

Islam di Madura tidak jauh

berbeda dengan islam di Kangean,

walaupun tidak begitu jalas bagaimana

sejarah islam di Kangean, namun islam

menjadi satu-satunya agama yang

diyakini oleh masyarakat di sana.

Sebagaimana di Madura, masyarakat

Kangean juga sangat menghormati dan

mengikuti apa yang dikatakan kiyai.

Madura memang mayoritas

islam dan cukup fanatik, namun

menurut beberapa informan orang

Madura belum bisa dikatakan pemeluk

agama islam yang baik, karena masih

banyaknya orang Madura yang

melakukan berbagai macam kegiatan

perjudian, yang mana perjudian itu

sendiri sudah menyimpang dari ajaran

dan syari’at islam. Lebih parah lagi,

orang Madura seakan menghalalkan

yang namanya perjudian tersebut, hal

ini terbukti dengan mudahnya

ditemukan arena-arena perjudian di

Madura seperti sabung ayam dan lain

sebagainya. Hampir semua yang

melakukan perjudian itu justru

menggunakan peci dan sarung, yang

sebenarnya itu merupakan pakaian

yang identik dengan umat muslim.

Memang di Madura itu dikenal dengan

istilah putih dan hitam yang

maksudnya adalah putih (kiyai) dan

hitam (blater) atau bajingan, dan bagi

orang madura kedua unsur itu harus

dapat berjalan secara bersamaan.

Citra buruk orang Madura inilah

sebenarnya yang mempengaruhi kondisi

psikologis seorang mahasiswa yang

kuliah di luar Madura seperti Jawa dan

Page 11: RESISTENSI IDENTITAS KEMADURAAN PADA WARGA …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-dltkd3ca805511full.pdf · Kabupaten Sumenep Provensi Jawa timur, terletak di sebelah timur Pulau

Kalimantan. Mereka akan merasa malu

untuk mengatakan identitas yang

sebenarnya, itu sebabnya banyak

mahasiswa yang berasal dari Kangean

lebih suka Mengatakan dirinya dari

Kangean tanpa menyertakan nama

Sumenep sebagai Kabupaten apalagi

Madura, padahal tentu orang akan lebih

mengenal Sumenep bila dibandingkan

Kangean, lebih jauh lagi mereka

mengatakan Kangean itu dekat dengan

Bali. Hal ini dilakukan untuk menghindari

kemungkinan adanya diskriminasi akibat

stereotipe orang Madura tersebut.

Sehingga menjadi sangat wajar

apabila kemudian seseorang berusaha

untuk menutupi atau bahkan menghapus

sebuah identitas yang tidak lagi dapat

memberikan dampak positif, namun justru

identitas tersebut dapat memberikan

dampak negatif. Contoh, siapapun

orangnya, walaupun dia tidak mempunyai

sifat kasar, angkuh dan lain sebagainya,

tapi dia berasal dari Madura, maka oleh

orang luar Madura dia akan dilihat kasa

dan angkuh sama seperti stereotipe yang

terbentuk pada orang Madura. Dalam hal

ini mengenai identitas Madura yang

melekat pada masyarakat Kangean yang

oleh masyarakat Kangean identitas

tersebut memberikan dampak negatif bagi

masyarakat Kangean baik secara langsung

maupun tidak langsung.

Sejarah Penduduk Pulau Kangean

Kurangnya referensi maupun

buku-buku yang menceritakan secara

detail dan pasti tentang Pulau Kangean

terutama terkait sejarah penduduknya dan

sejak kapan Pulau Kangean mulai dihuni

menyebabkan munculnya banyak cerita

rakyat atau cerita dari mulut ke mulut.

Cerita rakyat yang mengatakan bahwa

penduduk Pulau Kangean merupakan

tempat pengasingan atau penghukuman

bagi narapidana yang ada di Kerajaan

Sumenep hingga saat ini masih sering

didengar dalam masyarakat. Apabila kita

bertanya tentang sejarah Pulau Kangean,

cerita seperti itulah yang akan kita

dapatkan.

Cerita itu memang sudah melekat

dalam masyarakat, meskipun demikian

tidak sedikit masyarakat Kangean yang

menolak akan cerita rakyat tersebut. Ada

sebagian masyarakat yang tidak percaya

dan memiliki versi sendiri terkait sejarah

Pulau Kangean, tidak sedikit pula

masyarakat Kangean yang percaya cerita

tersebut namun tetap tidak mau

mengakuinya.

Salah satu informan menjelaskan

bahwa penduduk Kangean bukanlah

buangan narapidana seperti yang

diceritakan orang-orang. Menurutnya

bagaimana mungkin penduduk Kangean

merupakan buangan dari Sumenep

sedangkan sebelum kerajaan Sumenep

berdiri Kangean sudah berpenghuni. Jadi,

menurutnya sangat keliru apabila orang

Kangean mau disebut orang Madura,

karena semuanya berbeda. menjelaskan

bahwa penduduk Kangean bukanlah

buangan narapidana seperti yang

diceritakan orang-orang. Menurutnya

bagaimana mungkin penduduk Kangean

merupakan buangan dari Sumenep

sedangkan sebelum kerajaan Sumenep

berdiri Kangean sudah berpenghuni. Jadi,

menurutnya sangat keliru apabila orang

Kangean mau disebut orang Madura,

karena semuanya berbeda.

Page 12: RESISTENSI IDENTITAS KEMADURAAN PADA WARGA …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-dltkd3ca805511full.pdf · Kabupaten Sumenep Provensi Jawa timur, terletak di sebelah timur Pulau

Kebijakan Pemerintah Sumenep

Berdasarkan beberapa sumber

maupun media, Pulau Kangean

merupakan salah satu penyumbang

pendapatan asli daerah terbesar untuk

Kabupaten Sumenep, seharusnya

pemerintah Kabupaten Sumenep dapat

memberikan perhatian lebih terhadap

pulau Kangean, namun pada kenyataanya

pulau Kangean menjadi pulau yang

kurang mendapatkan perhatian dari

pemerintah Kabupaten Sumenep. Banyak

kebijakan pemerintah Kabupaten yang

mengesampingkan kesejahteraan

masyarakat pulau Kangean, baik itu

kebijakan politik maupun kebijakan

pembangunan. Ini terlihat dari begitu

buruknya infrasruktur yang ada di pulau

Kangean, tidak kalah memprihatinkan

pula mengenai transportasi publik ke

pulau Kangean yang sampai saat ini

masih jauh dari kata layak. Hal ini dinilai

oleh masyarakat Kangean sebagai sesuatu

yang harus disikapi secara serius, karena

jika dibiarkan sudah pasti akan semakin

meperburuk kondisi Kangean sendiri.

Kebijakan pemerintah Kabupaten

Sumenep yang tidak berpihak pada pulau

Kangean ini tentu sangat mempengaruhi

cara pandang masyarakat Kangean

terhadap Kabupaten Sumenep dan

Madura khususnya, hal ini menyebabkan

banyak masyarakat Kangean yang mulai

geram terhadap keadaan yang sudah

berlangsung dengan waktu yang cukup

lama ini, terjadi semacam rasa tidak

nyaman berada dibawah bayang-bayang

Kabupaten Sumenep, dan tidak sedikit

pula masyarakat Kangean yang sampai

memunculkan ide untuk dapat

melepaskan diri dari Kabupaten Sumenep.

Kondisi di atas menyebabkan

banyak masyarakat Kangean yang sudah

tidak mau mengakui dirinya merupakan

bagian dari Sumenep, apalagi Madura.

Karena bagi masyarakat Kangean,

kebijakan pemerintah Kabupaten

Sumenep dinilai sangat merugikan

masyarakat Kangean sendiri, alat

transportasi yang seharusnya bisa lebih

baik dari yang ada sekarang, listrik yang

seharusnya bisa 24 jam, namun hal itu

sampai saat ini belum bisa dinikmati oleh

masyarakat Kangean, sehingga

masyarakat Kangean hampir tidak

mengalami kemajuan jika dilihat dari

infrstruktur yang ada disana. Hal inilah

yang menyebabkan masyarakat Kangean

mempunyai anggapan bahwa tidak ada

gunanya lagi mengaku sebagai orang

Madura, sedangkan pemerintah Sumenep

sendiri seakan melupakan keberadaan

Kangean.

Hal inilah yang berusaha

dijelaskan oleh Schutz bahwa sebelum

masuk pada tataran in order to motive ada

tahapan because motive yang

mendahuluinya. Fenomenologi hadir

untuk memahami makna subjektif

manusia yang diatributkan pada tindakan-

tindakannya dan sebab-sebab objektif

serta konsekuensi dari tindakannya

tersebut (Wirawan, 2012: 137). Biasanya,

motif yang menjadi sebab merujuk

kepada suatu keadaan pada masa yang

lampau. Begitu pula yang terjadi pada

masyarakat Kangean, latar belakang yang

menjadi sebab penolakan identitas

Kemaduraan yang dilakukan oleh

masyarakat Kangean ini tentunya

dipengaruhi oleh pengalaman mereka di

masa lalu.

Page 13: RESISTENSI IDENTITAS KEMADURAAN PADA WARGA …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-dltkd3ca805511full.pdf · Kabupaten Sumenep Provensi Jawa timur, terletak di sebelah timur Pulau

Tujuan Politis Yang Ingin Dicapai

Hingga saat ini masyarakat

Kangean masih merasa menjadi budak

dari Pemerintah Sumenep. Bagaimana

tidak, selama ini Kangean seakan dianak

tirikan bahkan dilupakan oleh pemerintah

Kabupaten Sumenep. Infrastruktur, listrik,

transportasi, kesehatan, dan pendidikan

yang menjadi tolak ukur kesejahteraan

suatu masyarakat kondisinya sangatlah

memprihatinkan. Sebagai contoh

misalnya transportasi laut yang

sebenarnya jauh dari kata layak, tidak ada

kapal yang memang dikhususkan untuk

membawa penumpang, yang ada justru

kapal yang mengangkut penumpang dan

barang menjadi satu dalam satu kapal.

Tidak jarang penumpang harus berkumpul

bahkan tidur bersama ayam-ayam dan

harus menghirup bau kotoran ayam

selama perjalanan dalam kapal, selain itu

juga penumpang yang terpaksa tidur di

atas tumpukan barang di pinggiran kapal

yang sebetulnya sangat membahayakan

keselamatan mereka menjadi

pemandangan yang lazim dijumpai setiap

kapal berlayar. Hal ini tentu menambah

penderitaan tersendiri bagi Masyarakat

Kangean.

Kondisi ini membuat semangat

para aktivis Kangean menjadi semakin

berapi-api. Mereka santer sekali

menyuarakan maupun mengajak seluruh

masyarakat Kangean baik secara langsung

maupun melalui jejaring sosial untuk

sama-sama berjuang demi masa depan

Kangean. Salah satu contoh seruan yang

dilakukan oleh para aktivis dan

mahasiswa Kangean untuk berjuang

menjadikan Kangean sebagai Kabupaten.

Mimpi untuk menjadikan Kangean

Sebagai Kabupaten saat ini sedang

menjadi perbicangan hangat di kalangan

mahasiswa dan para aktivis Kangean.

Mereka yakin bahwa sudah tidak ada lagi

yang bisa diharapkan dari pemerintah

Sumenep, segala yang dibutuhkan

masyarakat Kangean tidak pernah

terpenuhi, sehingga ini sudah saatnya

mengambil tindakan nyata untuk

mengupayakan Kangean sebagai

Kabupaten. Bahkan baru-baru ini mereka

para aktivis dan tokoh masyarakat

Kangean telah membentuk panitia

persiapan untuk Kabupaten Kangean

tersebut. Pembentukan panitia ini

dilakukan sekaligus memanfaatkan

momentum Madura yang sedang

diupayakan menjadi Provinsi Madura.

Berbicara mengenai keinginan

masyarakat Kangean untuk membentuk

Kabupaten sendiri, ternyata apa yang

dilakukan masyarakat Kangean saat ini

tidak hanya bertujuan untuk dapat

melepaskan Kangean dari Kabupaten

Sumenep secara administratif saja.

Namun, yang lebih penting daripada itu

adalah bahwa upaya untuk melepaskan

diri dari Kabupaten Sumenep ini oleh

masyarakat Kangean juga dimanfaatkan

sebagai upaya untuk menghilangkan

identitas Madura yang disandangnya

karena identitas tersebut dianggap kurang

sesuai dengan masyarakat Kangean

sendiri. Menurut masyarakat Kangean,

faktor yang menyebabkan sulitnya

menghilangkan identitas Kemaduraan

tersebut karena Kangean masih menjadi

bagian dari pemerintah Sumenep,

sehingga apabila Kangean dibentuk

sebagai Kabupaten sendiri tentu

masyarakat Kangean tidak bisa lagi

Page 14: RESISTENSI IDENTITAS KEMADURAAN PADA WARGA …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-dltkd3ca805511full.pdf · Kabupaten Sumenep Provensi Jawa timur, terletak di sebelah timur Pulau

disebut atau dianggap orang Madura

karena memang manusia Kangean dan

manusia Madura itu berbeda. oleh sebab

itu, menjadikan Kangean sebagai

Kabupaten inilah satu-satunya cara yang

dapat dilakukan.

Terdapat dua macam masyarakat

Kangean yang menolak identitas Madura

ini. Pertama, masyarakat yang tidak suka

namun tidak melakukan apapun untuk

menghilangkan identitas madura tersebut

(pasif). Kedua adalah masyarakat yang

menolak dan melakukan berbagai upaya

untuk dapat menghapus identitas

kemaduraanya, misalnya dengan

membentuk berbagai gerakan (aktif).

Bagi masyarakat yang kedua ini,

identitas diartikan sebagai sesuatu yang

harus diperjuangkan, karena sebenarnya

identitas yang positif seharusnya dapat

memberikan rasa aman bahkan

melindungi anggota kelompoknya. Dalam

hal ini mengenai identitas Kemaduraan

yang melakat pada masyarakat Kangean

yang menurut masyarakat Kangean

sebenarnya identitas tersebut tidak sesuai

dengan karakter masyarakat Kangean

sendiri, selain tidak sesuai identitas

Madura tersebut juga dinilai dapat

memberikan dampak negatif terhadap

masyarakat Kangean. Oleh sebab itu

identitas tersebut sudah seharusnya

dihilangkan.

Menghilangkan identitas

Kemaduraan tersebut tentunya tidak akan

mudah semudah membalikkan telapak

tangan. Sehingga hal itu membutuhkan

sebuah usaha dan tekad yang sangat kuat.

Tampaknya tantangan tersebut disadarai

betul oleh Masyarakat Kangean

bahwasanya untuk menjadikan Kangean

sebagai Kabupaten itu akan menemui

banyak rintangan. Oleh karena itu melalui

mahasiswa yang menuntut ilmu di

daratan, mereka memulai pergerakan

dengan cara membentuk berbagai

organisasi keKangeanan seperti IMKS

(Ikatan Mahasiswa Kangean Surabaya)

HIMAKAB (Himpunan Mahasiswa

Kangean Bangkalan) IMAKA (Ikatan

Mahasiswa Malang Kangean) K2Y

(Keluarga Kangean Yogyakarta) dan lain

sebagainya yang bertujuan untuk

menyatukan seluruh aspirasi masyarakat

Kangean.

Organisasi-organisasi kedaerahan

yang telah terbentuk ini oleh masyarakat

Kangean dijadikan tonggak yang dapat

meruntuhkan bayang-bayang Kabupaten

Sumenep dan Madura secara perlahan,

dengan berbagai kegiatan yang

dilaksanakan masyarakat Kangean yakin

dapat melepaskan diri dari bayang-bayang

Pemerintah Sumenep.

Dalam teori fenomenologi yang

dijelaskan oleh Schutz, setiap tindakan

memiliki suatu motif tujuan (in order to

motives) yang ingin dicapai. motif yang

menjadi tujuan jelas merujuk kepada

suatu keadaan pada masa yang akan

datang di mana aktor berkeinginan untuk

mencapainya melalui beberapa tindakan.

Dalam pengertian ini motivasi tersebut

akan menentukan tindakan-tindakan yang

dilakukan oleh aktor (zeitlin, 1998: 270).

Motivasi untuk membentuk

Kangean menjadi Kabupaten inilah yang

dijadikan dasar setiap tindakan yang

dilakukan oleh masyarakat Kangean saat

ini. Sehingga apapun yang mereka

lakukan khususnya dalam konteks

membangun Kangean kedepan dan

menolak identitas Kemaduraan yang

dimilikinya itu semata-mata hanya

Page 15: RESISTENSI IDENTITAS KEMADURAAN PADA WARGA …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-dltkd3ca805511full.pdf · Kabupaten Sumenep Provensi Jawa timur, terletak di sebelah timur Pulau

bertujuan pada terbentuknya Kangean

Kabupaten. Tujuan ini dianggap sesuatu

yang harus dicapai dalam rangka

medapatkan kehidupan yang lebih

sejahtera. Dalam wujud tindakan, maka

aktor hanya merupakan suatu kesadaran

terhadap motif yang menjadi suatu tujuan

dan bukan kepada motifnya yang menjadi

sebab. Kesadaran ini, pada akhirnya

didapatkan melalui refleksi.

Gambar. 1. Analisis motif sebab dan tujuan

KESIMPULAN DAN SARAN

Resistensi identitas Kemaduraan

yang terjadi pada masyarakat Kangean

merupakan hasil dari kegelisahaan yang

dirasakan oleh masyarakat Kangean sejak

lama. Kegelisahan yang dimaksud dalam

hal ini adalah bahwa masyarakat Kangean

tidak pernah merasa ada kesamaan antara

Kangean dan Madura, masyarakat

Kangean menganggap kalaupun ada

kesamaan antara Kangean dan Madura itu

semata-mata akibat dari interaksi yang

berlangsung sejak lama antara keduanya.

Selain itu kesejahteraan yang hingga saat

ini belum diperoleh dan dirasakan sebagai

bagian dari pemerintah Kabupaten

Sumenep menyebabkan munculnya ide

untuk melepaskan diri dari Kabupaten

Sumenep dan Madura secara umum

dengan membentuk Kabupaten Kangean.

Oleh karena itu tindakan penolakan

identitas Kemaduraan yang dilakukan

masyarakat Kangean ini merupakan

manifestasi dari sebab dan tujuan yang

saling berkaitan. Dari hasil penelitian dan

analisis yang telah dilakukan dapat ditarik

kesimpulan terangkum sebagai berikut:

Bentuk Resistensi Yang Terjadi

Mengaku berbeda dengan Madura

Dengan berbagai fakta dan bukti

yang menunjukkan bahwa

penduduk Kangean merupakan

etnis Madura, namun pada

kenyataannya masyarakat

Kangean justru tetap merasa

berbeda dengan Madura.

Menutupi identitas

Kemaduraannya

Masyarakat Kangean terutama

yang berada di luar wilayah

Madura seringkali melakukan

Masyarakat

Kangean

Membentuk Kangean

Kabupaten

Resistensi Identitas

Motif Tujuan

Citra orang Madura, kebijakan pemerintah

Sumenep

Motif Sebab

Page 16: RESISTENSI IDENTITAS KEMADURAAN PADA WARGA …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-dltkd3ca805511full.pdf · Kabupaten Sumenep Provensi Jawa timur, terletak di sebelah timur Pulau

berbagai upaya untuk menutupi

identitas Kemaduraan tersebut.

Latar Belakang Terjadinya

Resistensi Identitas Kemaduraan

Citra orang Madura

Citra orang Madura yang dikenal

begitu keras dan kasar tidak dapat

dipungkiri menjadi penyebab yang

paling kuat terhadap munculnya

penolakan identitas Kemaduraan

yang dilakukan oleh masyarakat

Kangean.

Sejarah penduduk Kangean

Cerita rakyat yang menyatakan

bahwa penduduk Kangean

merupakan narapidana yang

dibuang atau diasingkan dari

kerajaan Sumenep zaman dulu

ditolak oleh masyarakat Kangean.

Mereka tidak mau dianggap

sebagai keturunan narapidana.

Kebijakan pemerintah Sumenep

Kondisi Kangean secara

infrastruktur, kesehatan, dan

pendidikan yang masih sangat

buruk dinilai oleh masyarakat

Kangean sebagai dosa pemerintah

Sumenep. Ketidak berpihakan

setiap kebijakan pemerintah

Sumenep terhadap masyaraka

Kangean menyebabkan

masyarakat Kangean semakin

menolak untuk dikatakan orang

Madura.

Tujuan Politis Yang Ingin Dicapai

Aksi dan pergerakan

masyarakat Kangean yang menolak

identitas Kemaduraan dengan

membentuk berbagai organisasi-

organisasi sebagai wadah aspirasi

masyarakat ternyata juga memiliki

tujuan politis. Dampak negatif yang

dirasakan masyarakat Kangean akibat

stereotipe orang Madura ditambah

kebijakan Pemerintah Kabupaten

Sumenep yang tidak pro masyarakat

Pulau Kangean memunculkan ide

untuk memisahkan diri dengan

membentuk Kabupaten Kangean.

Kondisi semacam ini diyakini oleh

masyarakat Kangean sebagai saat yang

tepat untuk memulai perubahan demi

kehidupan yang lebih sejahtera.

Pembentukan Kangean Kabupaten ini

juga disadari betul oleh masyarakat

Kangean sebagai memontum untuk

menghilangkan identitas Kemaduraan

yang selama ini dirasa sangat

mengganggu masyarakat Kangean,

terutama masyarakat Kangean yang

merantau ke luar Madura yang

tentunya paling merasakan dampak

negatif akibat stereotipe negatif orang

Madura.

SARAN

a. Untuk masyarakat Kangean maupun

mahasiswa Kangean yang melakukan

transmigrasi ke luar wilayah Madura

seharusnya sudah siap menghadapi

stereotipe atau perlu menyiapkan

strategi agar tidak disamakan dengan

citra orang Madura tersebut. Misalnya

bersikap dan berprilaku yang tidak

membenarkan anggapan tersebut.

b. Jika masyarakat Kangean memang

ingin menghilangkan identitas

Kemaduraan yang dimilikinya, yang

pertama harus dilakukan ialah

mengkoordiner organisasi-organisasi

yang telah terbetuk dan menyatukan

seluruh tenaga serta semangat

masyarakat Kangean, agar apa yang

dicita-citakan dapat terwujud,

Page 17: RESISTENSI IDENTITAS KEMADURAAN PADA WARGA …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-dltkd3ca805511full.pdf · Kabupaten Sumenep Provensi Jawa timur, terletak di sebelah timur Pulau

termasuk membentuk kabupaten

sendiri.

c. Bagi orang Madura yang sudah

diidentikkan dengan kekerasan dan

sifat kasar, jika memang pelabelan itu

dianggap tidak sesuai dengan Madura

seharusnya disertai dengan tindakan

yang menunjukkan bahwa citra

tersebut memang tidak benar, bukan

justru sebaliknya.

d. Untuk pemerintah Kabupaten

Sumenep, kiranya bisa lebih

memperhatikan masyarakat

Kepulauan, khususnya Kangean agar

masyarakat tidak hidup dalam

keterbatasan dan ketidaknyamanan.

Karena hal ini juga dapat

mengakibatkan hubungan yang kurang

harmonis antara masyarakat Kepulauan

dengan pemerintah.

e. Bagi peneliti yang akan melakukan

penelitian selanjutnya tentang

masyarakat Kangean diharapkan dapat

lebih memperdalam motif-motif sebab

yang melatarbelakangi tindakan

penolakan identitas Kemaduraan.

Karena tentu hal yang

melatarbelakangi munculnya resistensi

identitas Kemaduraan ini tidak hanya

tentang stereotipe orang Madura dan

kebijakan Pemerintah Kabupaten

Sumenep. Namun, tentu masih ada hal-

hal lain yang mungkin tidak ditemukan

pada penelitian ini.

Page 18: RESISTENSI IDENTITAS KEMADURAAN PADA WARGA …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-dltkd3ca805511full.pdf · Kabupaten Sumenep Provensi Jawa timur, terletak di sebelah timur Pulau

DAFTAR PUSTAKA

Djojoprajitno. Sahwanoedin. 2005. Kangean dari zaman wilwatikta sampai Republik Indonesia

(1350-1950). Pamekasan: Hasma Jaya

Illouz. Charlez., dan Grange. Philippe. 2013, Kepulauan kangean penelitian terapan untuk

pembangunan. Jakarta: Gramedia

Kantor Kecamatan Arjasa.2013. kecamatan arjasa dalam angka 2013. Sumenep

Kuswarno, Engkus. 2009. Fenomenologi (metode penelitian komunikasi). Bandung: Widya

Padjajaran

Moleong, Lexy.J. 2002. Metodologi penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Neuman, Lawrence.W. 2013. Metode penelitian sosial: pendekatan kualitatif dan kuantitatif.

Jakarta: PT. Indeks

Sugiyono, P. D. (2010). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Wirawan, Ida Bagus. 2012. Teori-teori sosial dalam tiga paradigma. Jakarta: Kencana Prenida

Media Group