Republik Maluku Selatan (RMS).doc

32
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa, karena rahmat dan perkenan-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah sejarah tentang Republik Maluku Selatan. Untuk menambah pengetahuan siswa-siswi tentang sejarah Republik Maluku Selatan. Sejarah adalah guru kehidupan, karena dengan belajar sejarah siswa diharapkan dapat belajar dari pengalamannya orang lain untuk dibandingkan dengan pengalaman sendiri dan dijadikan bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan dan menentukan sikap untuk menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Dengan belajar sejarah menanamkan kesadaran terhadap persatuan dan kesatuan bangsa dan solidaritas serta semangat persaudaraan. Kami berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi siapa saja. Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu kami meminta maaf bila adakesalahan dalam kata-kata maupun penulisan. Penyusun Kelompok

Transcript of Republik Maluku Selatan (RMS).doc

Page 1: Republik Maluku Selatan (RMS).doc

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa, karena rahmat dan

perkenan-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah sejarah tentang Republik Maluku

Selatan. Untuk menambah pengetahuan siswa-siswi tentang sejarah Republik Maluku

Selatan.

Sejarah adalah guru kehidupan, karena dengan belajar sejarah siswa diharapkan

dapat belajar dari pengalamannya orang lain untuk dibandingkan dengan pengalaman

sendiri dan dijadikan bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan dan menentukan

sikap untuk menjadi lebih baik di masa yang akan datang.

Dengan belajar sejarah menanamkan kesadaran terhadap persatuan dan kesatuan

bangsa dan solidaritas serta semangat persaudaraan.

Kami berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi siapa saja. Kami

menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu kami meminta maaf

bila adakesalahan dalam kata-kata maupun penulisan.

Penyusun

Kelompok

Page 2: Republik Maluku Selatan (RMS).doc

Republik Maluku Selatan (RMS)

Latar Belakang berdirinya RMS

r J A Manusama dalam bukunya Om Recht en Vrijheid (Memperjuangkan Kemerdekaan) menulis: “Ketika terjadi kapitulasi oleh Jepang pada 15 Agustus 1945, kebangkitan kemerdekaan hampir di seluruh Indonesia tumbuh… sementara masyarakat Maluku

Selatan bersikap apatis dan tidak perduli satu dengan yang lainnya. Hal ini dapat terjadi karena selama ini masyarakat disini terkucil dan tidak pernah tersentuh oleh pengenalan nasionalisme dengan kaum nasionalis dari Maluku yang berada di Jawa yang tak pernah berhubungan sejak sebelum Perang Dunia II.

I

Kendati ketika proklamasi Republik Indonesia tercetus, disambut sangat entusias oleh kaum nasionalis asal Ambon seperti Mr Latuharhary, Oom Piet de Queljoe dan Sam Malessy. Tetapi sebagian besar dari militer KNIL asal Ambon yang umumnya menjadi tahanan masa pendudukan Jepang di Jawa bersikap sama dengan masyarakat di Maluku Selatan. Sementara pemuda-pemuda asal Maluku di Jawa —Herman Pieters, Domingus Nanlohy, Leo Lopulisa, Gerrit Latumahina, Gerrit Siwabessy dan banyak lainnya- dengan spontaan ikut masuk dalam barisan perjuangan kemerdekaan Indonesia, dan juga memasuki TKR. Begitu pula dua perwira eks KNIL seperti Julius Tahja dan J Muskita bergabung dengan Republik. Bahkan mereka juga membentuk kesatuan asal Maluku dan turut berperan dalam TNI. Sementara sebagian lainnya juga menjadi pasukan pengawal Presiden.

Ketika pasukan Sekutu mendarat di Ambon dan mengambil kekuasaan dari Jepang, penduduk Ambon yang sebagian besar buta politik, menyambut pasukan Sekutu dan kembalinya kolonialisme Belanda. Dengan cepat Belanda menguasai dan mengendalikan

Tugas Sejarah Ilham Sumarsono 2

Page 3: Republik Maluku Selatan (RMS).doc

Republik Maluku Selatan (RMS)

pemerintahan, dan membentuk sistem pemerintahan federal yang merupakan yang pertama diterapkan di Indonesia. Bersama dengan beberapa kumpulan pulau-pulau lainnya terbentuk kelompok Maluku Selatan. Kemudian berkembang dengan pengadaan status otonomi dengan dibentuknya lembaga Zuis-Molukken Raad (ZMR) (Dewan Maluku Selatan). Pada bulan April 1946 untuk pertama kalinya dilakukan pertemuan ZMR. Dewan ini terdiri dari 28 pilihan dan 7 anggota yang ditunjuk. Juga terdapat dari penduduk yang ikut mendukung proklamasi kemerdekaan Indonesia 1945 duduk sebagai anggota dewan.

Termasuk pula pemuka Republik, seperti Urbanus Pupella. Salah seorang Republik, dokter J B Sitanala, pemberantas penyakit lepra dan dikenal di dunia internasional juga berada di Ambon.

Pada masa pendudukan Jepang, ia berada di Jawa, tetapi pada 1946 ia kembali ke Ambon . ZMR di pimpin oleh residen Belanda, P M Vissers. Pada 24 Desember 1946, pada konferensi akbar di Denpasar, Bali terbentuk Negara Indonesia Timur. Pada 11 Maret 1947, ZMR memutuskan untuk menjadi bagian dari NIT. Tetapi putusan itu ternyata tidak mendapat dukungan sepenuhnya, hingga pada 1950, waktu RMS di dirikan baru diputuskan untuk menjadi bagian dari NIT.

Para pendiri RMS yang terakhir ini pada awal 1950 tak ingin bergabung dengan Indonesia Timur yang diperkirakan akan bergabung dalam negara kesatuan RI Proklamasi 1945.

Hingga awal 1950 di Ambon terdapat 3 partai politik. Yang pertama adalah Partai Indonesia Merdeka (PIM) oleh Urbanus Pupella. Partai ini bertujuan untuk menggabungkan Ambon dalam kesatuan Republik Indonesia . Yang kedua adalah Gabungan Sembilan Serangkai (GSS), yang kepemimpinan dan kepengurusannya terdiri dari pemimpin-pemimpin kampung-kampung ataupun raja-raja yang berhaluan konservatif dan pendukung-pendukung nya adalah para ambtenaar atau pegawai-pegawai administrasi pemerintah yang tidak ingin menggabungkan diri dalam kesatuan Republik Indonesia . Partai yang ketiga adalah Gerakan Democrat Maluku Selatan (GDMS) pimpinan J A Manusama, yang kemudian menjadi Presiden RMS. Partai ini juga ingin berdiri sendiri dan terpisah dari kesatuan RI.

Orang-orang Ambon umumnya sangat lugu dan memiliki rasa kesetiakawanan yang tinggi. Hal ini tergambar pada pandangan Ernst Utrecht dalam bukunya, berpendapat: “Berbicara mengenai dunia politik, pada umumnya masih asing bagi masyarakat Maluku dan belum membudaya. Orang Ambon baru sibuk bilamana ia sendiri, keluarganya atau teman-temannya terancam, dan bersikap spontan tanpa memahami permasalahannya dahulu dalam mengambil keputusan. Sikap dan pembawaan ini hingga ia mudah menjadi korban politik praktis. Padahal mereka sangat setia dan dalam unsur-unsur keagamaan, rajin kerja di kantor, dan pembawaannya dalam pergaulan sangat ceria dengan siapapun yang disenanginya.”

Ketika pada 1945, Belanda kembali menguasai Ambon, langsung dibangun dengan pembangunan rumah-rumah, pertokoan dan gedung-gedung perkantoran hingga Ambon ini mulai berbentuk sebagai kota . Kota yang sempat botak, karena pada masa peperangan pohon-pohon kenari di tebang untuk digunakan sebagai kayu baker. Sebagai hasilnya,

Tugas Sejarah Ilham Sumarsono 3

Page 4: Republik Maluku Selatan (RMS).doc

Republik Maluku Selatan (RMS)

menjelang penyerahan kedaulatan kehidupan Ambon sudah menjadi lebih baik, dan kota Ambon mulai menjadi indah dan kehidupan menjadi tenang, karena kegiatan ekonomi sudah membaik. Bahkan lebih baik di banding dengan kota-kota besar di Indonesia , terutama Jawa dan Sumatra yang hancur sebagai akibat dari revolusi. Sementara Ambon tidak pernah mengalami revolusi sosial ataupun revolusi fisik setelah pasca Perang Dunia II.

Krisis Politik

etapi keadaan berubah sejak awal 1950 dengan munculnya krisis politik di Ambon . Bermula ketika Urbanus Pupella, pimpinan PIM mengeluarkan pernyataan tidak ingin masuk dalam federasi, tetapi mau bergabung dengan Republik Indonesia . Pada 19

Januari 1950 tiba anggota-anggota militer Paratroep asal Ambon pulang kampung dan mendarat di Ambon . Sebelumnya pasukan-pasukan ini ketika berada di Makassar sudah terkontaminasi oleh Mr. Christiaan Soumokil, Jaksa Agung RIS yang anti-RI melakukan provokasi kepada pasukan-pasukan khusus baret merah dan hijau asal Ambon ini.

T

Kegiatan provokasi yang dilakukan oleh Soumokil karena dibiarkan oleh Kolonel Schotborgh, Komandan tentara Belanda di Makassar. Schotborgh juga menjadi penyebab terjadinya kerusuhan di Makassar karena membiarkan Soumokil menghasut Kapten Andi Azis melakukan aksi pemerontakan di Makassar .

Ambon menjadi tegang dengan kembalinya pasukan-pasukan khusus asal Ambon yang sebagaian besar terkena disersi, giat melakukan konfrontasi dengan barisan PIM dari Pupella yang saling berlawanan. Konflik di Ambon pun tidak terhindar ketika pada 19 Februari 1950 terjadi perkelahian antara anggota-anggota PIM yang pro-Republik dengan anti-Republik yang di dukung oleh pasukan-pasukan khusus ini. Pemerintah Ambon ketika itu berubah menjadi negara Polisi yang juga berpihak pada kelompok anti-Republik. Dalam peristiwa berdarah ini menimbulkan 19 orang korban. Konflik kemudian menyebar dimana-mana tanpa bisa dicegah. Pada 12 Maret 1950, kepala desa Asilusu, Ibrahim Tangko, anggota PIM, di datangi 10 orang anggota polisi yang langsung mengeroyok dan menyiksanya. Begitu pula pada 17 Maret, di desa yang sama, Awat Betawi, juga anggota PIM didatangi anggota-anggota polisi yang menyiksanya hingga pingsan.

Yang tak kalah tragisnya adalah pada hari yang sama di desa Wakasihu, pimpinan PIM setempat, Ohorella, dan ibunya juga harus mengalami siksaan tidak manusiawi. (Teu Lususina, Ambon ).

RMS di dirikan

i Ambon mulai muncul desas-desus bahwa wilayah Indonesia Timur sudah di kuasai oleh pasukan Jawa (baca APRIS), dan menurut rencana pasukan TNI dari Jawa akan menyerbu Ambon pada akhir Maret. Desas-desus ini menimbulkan kepanikan,

terutama di kalangan pemerintahan dan kalangan fungsionaris pedesaan. Kemudian pada 5 April muncul berita yang sangat menyenang pemimpin-pemimpin anti-Republik bahwa pasukan TNI dari Batalyon Worang akan memasuki kota Makassar . Tak lama kemudian tersiar berita bahwa seorang Kapten Bugis muda, bernama Andi Azis bersama batalyonnya telah menduduki kota Makassar dalam usaha untuk mempertahankan kota ini dari serbuan

D

Tugas Sejarah Ilham Sumarsono 4

Page 5: Republik Maluku Selatan (RMS).doc

Republik Maluku Selatan (RMS)

Batalyon Mayor H V Worang. Aksi pemberontakan Andi Azis di Makassar di ikuti dengan seksama dan penuh kecemasan oleh kalangan anti-Republik di Ambon . Situasi Ambon menjadi tak menentu ketika mengetahui Andi Azis sudah ditangkap dan Makassar sudah aman dari pemeberontakan setelah Kolonel Alex Kawilarang di angkat menjadi Panglima territorial Indonesia Timur.

Pada 18 April 1950, J A Manusama, yang ketika itu menjabat direktur urusan sekolah-sekolah menengah di Ambon, memprakarsai rapat umum di Ambon untuk menenangkan keadaan. Pada 21 April terdengar kabar bahwa Andi Azis dengan resmi menjadi tahanan. Sebelumnya ia datang ke Jakarta yang katanya di janjikan akan dibebaskan bila melapor kepada pemerintah.

Penahanan Andi Azis membuat para pemimpin RMS melakukan pertemuan khusus membahas situasi dan keadaan di Indonesia Timur. Dari pertemuan itu muncul ide pemisahan diri dari Republik Indonesia Serikat (RIS).

Pada 23 April 1950, Sersan Mayor (KNIL) Ibrahim Ohorella, Sersan Mayor Sapulete bersama Ir Manusama memprakarsai pertemuan dengan wakil-wakil militer, polisi dan sipil untuk melakukan persiapan dan menyusun konsep kemerdekaan Maluku Selatan terlepas dari Republik Indonesia Serikat dengan mencetuskan proklamasi Republik Maluku Selatan. Pada esok harinya, konsep ini diajukan untuk mendapat persetujuan dari Kongres Rakyat yang berlangsung di gedung pemerintah di Batugadjah dan dihadiri sekitar 6000 pengunjung, yang secara aklamasi disetujui.

Konsep proklamasi itu kemudian di bacakan pada 25 April 1950 dan di tandatangani oleh J H Manuhutu dan A Wairizal.

Teks proklamasi RMS berbunyi:

Tugas Sejarah Ilham Sumarsono 5

Page 6: Republik Maluku Selatan (RMS).doc

Republik Maluku Selatan (RMS)

Proklamasi

Kemerdekaan Maluku Selatan

Memenuhi kemauan jang sungguh, tuntuan dan desakan rakjat Maluku Selatan, Maka dengan ini kami proklamir KEMERDEKAAN MALUKU SELATAN, defakto dejure, Yang berbentuk Republik, lepas dari dari pada segala perhubungan ketatanegaraan Negara Indonesia Timur dan RIS, beralasan NIT sudah tidak sanggup mempertahankan Kedudukannya sebagai Negara Bahagian selaras dengan peraturan2 Mutamar Denpasar

Jang masih sjah berlaku, djuga sesuai dengan keputusan Dewan Maluku Selatan Tertanggal 11 Maret 1947, sedang RIS sudah bertindak bertentangan dengan Keputusan2 KMB dan Undang2 Dasarnya sendiri.

Tugas Sejarah Ilham Sumarsono 6

Proklamasi ini diumumkan kepada Nederlandse Hoge Commissaris (Komisaris Tinggi Belanda) di Jakarta pada tanggal 26 April 1950 melalui telegraf. Terjemahan dari teks ini

juga dicatat dalam Nota omtrent de ontwikkeling in Indonesie (Catatan tentang pembangunan di Indonesia) yang diserahkan oleh Pemerintah Belanda kepada Tweede

Kamer Staten –Generaal (dewan perwakilan rakyat) pada tanggal 23 Mei 1950.

Page 7: Republik Maluku Selatan (RMS).doc

Republik Maluku Selatan (RMS)

Ambon, 25 April 1950 – Pemerintah Maluku-Selatan,

J H Manuhutu

A Wairizal

ada 26 April terbentuk pemerintahan RMS dengan susunan: P

J H Manuhutu sebagai Presiden;

A Wairizal (Pimpinan Dewan Rakyat dan pimpinan departemen);

Mr Soumokil (Luar Negeri); D J Gasperz (Dalam

Negeri); J Toule (Kehakiman); J B Pattiradjawane

(Keuangan); SJH Norimarna (ekonomi); H F Pieter (lalu-lintas dan

Pengairan), P W Lokollo (sandang-

pangan) ; A Nanlohy (pertahanan) ; Ir J A Manusama

(Pendidikan) dr Th Pattiradjawane

(Kesehatan); dan Z Pesuwarissa

(Penerangan) .

Pada 2 Mei 1950, di atas gedung pemerintah, berkibar bendera nasional RMS empat warna, biru-putih, hijau dan merah dari hasil kesepakatan pemuka-pemuka desa (raja-raja).

Tugas Sejarah Ilham Sumarsono 7

Gambar 1 Presiden pertama RMS, J.H. Manuhutu

Page 8: Republik Maluku Selatan (RMS).doc

Republik Maluku Selatan (RMS)

Bendera Maluku Selatan

endera Republik Maluku Selatan (Benang Raja) adalah perlambang negara dan persatuan rakyat. Empat corak warna; biru, putih, hijau, dan merah tersebut dipilih bukan tanpa maksud. Justru masing-masing warna memiliki makna secara mendalam:B

BiruWarna biru melambangkan lautan Maluku Selatan yang penuh dengan kekayaan alam, seperti ikan, mutiara, teripang, dan rumput laut. Laut dan kekayaan di dalamnya berperan penting dalam kehidupan sehari-hari di Maluku Selatan. Warna biru melambangkan pula kesetiaan rakyat Maluku Selatan kepada tanah air mereka.

PutihWarna putih melambangkan kemurnian dan kesucian perjuangan rakyat Maluku Selatan serta kedamaian yang selalu ingin dihadirkan oleh rakyatnya. Warna putih juga menggambarkan pantai-pantai di Maluku Selatan, di mana ombak berdebur tak hentinya.

Tugas Sejarah Ilham Sumarsono 8

Page 9: Republik Maluku Selatan (RMS).doc

Republik Maluku Selatan (RMS)

HijauWarna hijau melambangkan kesuburan dari kepulauan Maluku Selatan sebagai tempat tumbuhnya hasil-hasil alam, di antara lain sagu, kelapa, pala, dan cengkeh –yang merupakan tumbuhan khas Maluku.

MerahWarna merah melambangkan darah rakyat Maluku Selatan yang telah tertumpah dalam perjuangan menghadapi para penjajah. Warna merah yang adalah warna pokok ini merupakan “asa” –asal mula segala aspek kehidupan bertumbuh. Yang terkenal pula adalah “kain berang”, kain berwarna merah yang dipakai sebagai ikat kepala ataupun dipakai melingkari leher atau tangan. Warna ini melambangan keberanian rakyat Maluku Selatan.

Ukuran bendera ini ialah 2 : 3, dibagi ke dalam empat bagian yang berbentuk sebagai berikut (dari kiri ke kanan): biru 1/9 bagian, putih 1/9 bagian, hijau 1/9 bagian, dan merah 6/9 bagian.

Angkatan Perang RMS dibentuk

ada 9 Mei di Ambon oleh tentara-tentara eks KNIL dengan menggunakan cara tentara Belanda mendirikan Angkatan Perang Republik Maluku Selatan (APRMS). Kekuatan ini di topang oleh barisan sukarela yang umumnya terdiri dari anak-anak muda usia 16 tahun keatas yang militant dan fanatic mempertahankan RMS. Pada

Juni 1950 pucuk pimpinan APRMS dibentuk yang terdiri dari Sersan Mayor Samson sebagai Panglima dan Sersan-Mayor Pattiwael sebagai Kepala Staf APRMS. Anggota-anggota Staf antara lain adalah Sersan-Mayor Kastanja dan Sersan Mayor Pieter dan Sersan Aipassa. Kesemua mereka ini adalah prajurit-prajurit KNIL tua yang kemudian mendapat pangkat dari Kolonel hingga Mayor.

PPulau Seram juga mendapat tempat sebagai basis pertahanan, hingga juga terbentuk satuan kekuatan militer dengan sebutan Tentara Panah terdiri dari sekitar 10.000 orang.

Ketika RMS diproklamirkan, beberapa minggu kemudian, diantara serdadu-serdadu KNIL asal Maluku memasuki APRMS dan jumlahnya berkisar 4.000 personal dan melikuidasi dari garnisun di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Jawa.

Mereka menyatakan solider dengan RMS dan menolak di pindahkan ke APRIS, untuk itu menuntut di demobilisasi dan di pindahkan di daerah-daerah non-RIS, apakah di wilayah RMS ataupun di Papua.

Tuntutan mereka ini ditolak oleh Belanda yang tidak mau lagi direpotkan setelah peristiwa pemberontakan Andi Azis yang dilakukan oleh kalangan militer KNIL asal Ambon di Makassar. Untuk itu banyak diantara pasukan KNIL asal Ambon di Makassar di evakuasi ke Jawa, dan disana mereka di kosentrasikan pada 5 daerah garnisun, masing-masing: Jakarta , Bandung , Surabaya , Malang dan Semarang .

Tugas Sejarah Ilham Sumarsono 9

Page 10: Republik Maluku Selatan (RMS).doc

Republik Maluku Selatan (RMS)

Merekapun mendapat pilihan, demobilisasi di Jawa atau ikut bersama APRIS membebaskan Maluku dari RMS.

Yang menolak, hingga pada kelima garnisun itu dibentuk panitia untuk melayani dan mengatasi mereka yang membangkang.

Untuk mengatasi keadaan, pihak militer Belanda melakukan pendekatan dengan Perwakilan Rakyat Maluku, hingga satu delegasi di pimpin Sersan-Mayor Aponno di kirim ke Negeri Belanda untuk berunding dengan pemerintah Belanda.

Ketika pada 26 Juli 1950, KNIL secara resmi dibubarkan oleh pemerintah Belanda, yang sehari sebelumnya, semua personal eks KNIL diberhentikan. Walau begitu ke-4000 pasukan pembangkang yang pro RMS berada di bawah tanggung jawab militer Belanda. Pemerintah Belanda melarang dilakukannya demobilisasi di wilayah Indonesia bagi para pembangkang. Untuk mengatasinya, tidak ada pilihan, yakni mengangkut mereka ke Negeri Belanda, dengan beaya satu juta gulden untuk setiap kapal. Untuk itu, oleh pemerintah Belanda yang tidak mendukung ataupun mengakui RMS menekan delegasi Aponno di tekan untuk menerima putusan ini, dan tidak dibenarkan dikembalikan ke Ambon .

Sebagai hasilnya pada bulan Maret/April 1951, prajurit-prajurit eks KNIL di berangkatan ke Negeri Belanda terdiri dari: 6 pendeta militer; 3 perwira ajudan; 35 sersan-mayor; 372 sersan dan fourier; 821 kopral dan 2341 serdadu. Secara keseluruhan bersama isteri-isteri dan anak-anak berjumlah 12.500 orang.

Pada 8 Juni 1950 diputuskan untuk membentuk Perwakilan RMS di Luar Negeri. Sebelumnya, pada 27 April 1950 pihak RMS menunjuk dr J P Nikijuluw sebagai pimpinan perwakilan RMS di luar negeri dengan P W Lokollo sebagai Wakilnya dibantu Komisaris pemerintah, I A Lebelauw. Ketiga mereka ini berada di Negeri Belanda.

Pada 16 Oktober 1950 pihak RMS mengirim kawat kepada dr Nikijuluw dan memberi kuasa sebagai delegasi RMS ke Dewan Keamanan PBB dan menunggu laporan dari pihak UNCI mengenai “Masalah RMS” yang katanya akan di kirim ke Dewan Keamanan. Sebulan sebelumnya pada 4 September 1950, dalam sidang Parlemen RMS di Ambon ditetapkan pada pasal I UUD RMS berbunyi: “Republik Maluku Selatan adalah Negara sah, yang bebas dan merdeka sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi.” (Bung Penonton: De Zuid Molluksi Republiek, 1977).

Departemen Luar Negeri RMS di Ambon mengeluarkan pernyataan yang isinya mengatakan:

RMS sedang berusaha berhubungan dengan Amerika Serikat, terutama dengan Australia untuk berembuk dalam usaha untuk melakukan Pertahanan dan keamanan bersama di Pasifik-Selatan menghadapi kemungkinan ancaman agresi komunis. Untuk hal itu, RMS berusaha menghubungi AS ataupun Australia dengan menawarkan beberapa tempat strategis bagi penempatan pangkalan-pangkalan militer dan penempatan kekuatan armada-armada laut mereka.”

Pernyataan ini mendapat kecaman dari Urbanus Pupella yang mengatakan merupakan pengkhianatan terhadap rakyat Maluku.

Tugas Sejarah Ilham Sumarsono 10

Page 11: Republik Maluku Selatan (RMS).doc

Republik Maluku Selatan (RMS)

Pada 15 Juli 1950 pihak pimpinan RMS mengatakan, negara dalam darurat, Staat van Oorlog en Beleg (SOB) untuk seluruh wilayah Sulawesi Selatan.

Tetapi pada 8 Agustus 1950, secara resmi pemerintah RMS membentuk Dewan Parlemen Sementara. Dewan ini terdiri dari 75 anggota, terdiri dari 60 kepala-kepala desa dan 15 orang-orang yang dikenal masyarakat. W A Lokollo di tunjuk menjadi ketua menggantikan S Tjokro dari PIM.

Selanjutnya RMS menjadi negara Polisi di pimpin oleh Komisaris H J Malaiholo yang tak lama kemudian meninggal dan kedudukannya diganti oleh seseorang bernama Filippus yang memimpin intelijen militer. Selain itu juga dibentuk Dewan Konstitusi yang mulai aktif pada 4 September 1950.

Beberapa tahun kemudian ketika mereka di adili Wairizal dan Manuhutu oleh Pengadilan militer Indonesia , kedua mereka ini mengakui bahwa mereka dipaksa untuk menandatangani teks proklamasi ini. Dari pertemuan-pertemuan yang dilakukan, ternyata tidak satupun secara bulat terjadi persetujuan dibentuknya RMS oleh kalangan masyarakat Maluku sendiri. (Ernst Utrecht).

Reka-yasa Soumokil yang gagal

ernyata pengadaan RMS di reka-yasa oleh Mr Christiaan Soumokil yang sering bersikap eksentrik dan bahkan juga tidak senang pada Negara Indonesia Timur, dan lebih berpihak pada kembalinya kolonialisme Belanda.T

Lagi pula pembentukan RMS sama sekali bukan aspirasi dari masyarakat Maluku Selatan. Sementara dibawah prakarsa PIM, pada umumnya para pimpinan politik, kepala-kepala desa, pemuka-pemuka agama baik Kristen maupun Islam, sepakat untuk menempatkan Maluku Selatan sebagai bagian dari RIS yang di bentuk pada 27 Desember 1949 setelah penyerahan kedaulatan pada hari yang sama.

Untuk meraih ambisinya, Soumokil melakukan kegiatan kampanye, dan pertama-tama berkunjung ke Kupang di Timor dan kemudian ke Manado untuk mempengaruhi masyarakat di sana . Tetapi tujuannya sama sekali tidak berhasil hingga ia mendarat di Ambon pada 14 Desember. Kesemuanya dengan menggunakan fasilitas Belanda yang diberikan oleh Kolonel Schotborg untuk mempengaruhi agar Indonesia Timur tidak bergabung dengan Republik.

Setelah berada di Ambon , Soumokil giat melakukan penyusunan rencana mempertahankan RMS dari penyerbuan pasukan APRIS. Sehari setelah cetusan proklamasi, pihak RMS melakukan perekrutan pada pemuda-pemuda sebagai sukarelawan mempertahankan RMS dari APRIS. Selain Ambon, juga berusaha menarik simpati di berbagai kepulauan. Tetapi kampanye RMS tidak mendapat sambutan dari penduduk di Buru , Aru, Banda, Kei dan Tanimbar.

Sementara dukungan terbanyak diperoleh dari penduduk kota Ambon, Seram dan beberapa pulau lainnya sekitar Ambon , dan juga pulau-pulau seputar Maluku Tengah.

Tugas Sejarah Ilham Sumarsono 11

Page 12: Republik Maluku Selatan (RMS).doc

Republik Maluku Selatan (RMS)

Cetusan proklamasi RMS kurang mendapat sambutan, terutama di kalangan pelajar-pelajar dan kalangan ilmuan Ambon di luar Ambon, terutama di Jawa dan Sumatra karena memahami pandangan-pandangan nasionalisme. Pendukung RMS umumnya terdapat dikalangan militer KNIL asal Ambon .

Umumnya militer pro RMS yang terkena demobilisasi menolak untuk masuk sipil di Jawa. Banyak diantara mereka ini, mau tidak mau, dipaksa oleh Belanda dan di angkut ke Negeri Belanda. Begitu hebatnya provokasi Soumokil hingga memerlukan waktu cukup lama untuk meredakan keadaan.

Misi Perdamaian Leimena yang gagal

aktu itu Kementerian Pertahanan belum lama mengangkat Kolonel Alex Kawilarang sebagai Panglima TT-IT. Selain sibuk melakukan organisasi militer untuk ekspedisi, juga giat menghadapi pemberontakan oleh pasukan-pasukan

KNIL disersi asal Maluku di Makassar. Sambil merampungkan organisasi APRIS yang untuk pertama kali melakukan ekspedisi di luar Jawa, dan mengatasi aksi militer eks KNIL di Sulawesi Selatan, pemerintah Jakarta mengutus misi perdamaian ke Maluku pimpinan dr Leimena ke Ambon dengan maksud melakukan pendekatan dengan gembong-gembong RMS.

W

Menteri Republik Leimena di dampingi, ahli medis dari Surabaya, dr C A Rehatta, Ir Putuhena, dan Menteri Penerangan Federal, Peloepessy.

Pada 1 Mei 1950, dengan kapal korvet Hang Tuah milik ALRI rombongan misi perdamaian ini berangkat ke Ambon . Kepergian mereka ditehui oleh pimpinan RMS, dan mengirim kawat ke Jakarta , bersedia berunding tidak di kapal, tetapi melalui komisi internasional.

Balasan kawat ini tidak ditanggapi oleh Jakarta dan kapal Hang Tuah sudah terlihat berlabuh di Teluk Ambon. RMS mengeluarkan syarat bila mengirim delegasinya ke kapal.

Pada 6 Mei 1950, Kantor-berita Antara melaporkan mengenai misi Leimena sebga(i berikut: “ Makassar , 5 Mei 1950. Seperti telah diberitakan mengenai “Misi-Ambon” pimpinan Dr Leimena, yang pada hari Kamis jam 11 malam telah tiba di Makassar .

Pada Jum’at pagi Dr Leimena pada jumpa pers mengatakan bahwa kapal “Hang Tuah” yang membawa rombongan misi hanya berada kurang dari satu jam di Teluk Ambon, dan berlabuh dekat mercu suar.

Syahbandar pelabuhan Ambon yang bertindak sebagai pengubung membawa surat dari pimpinan “Pemerintah Maluku Selatan’ yang diminta agar misi ini langsung menjawab. Tetapi tak sampai satu jam, sebelum pihak misi damai dapat menjawab surat itu, syahbandar itu langsung di panggil oleh orang-orang di darat untuk kembali ke darat.

Pada surat itu pihak RMS mengatakan mengusulkan agar dalam perundingan itu, menempatkan RMS sebagai negara yang berdaulata, yang tidak mungkin dapat dilakukan oleh misi RIS.

Tugas Sejarah Ilham Sumarsono 12

Page 13: Republik Maluku Selatan (RMS).doc

Republik Maluku Selatan (RMS)

Leimena sangat kecewa dengan sikap ‘saudara-saudara Ambon ’ ini, dan mengatakan: “Padahal misi ini adalah antara sesame “Putra Bangsa” untuk sama-sama berembuk dan mengatasi permasalahan secara damai.”

Waktu syahbandar kembali ke darat, terlihat jelas dari korvet, pejabat itu dipukuli sampai babak belur oleh prajurit KNIL dari pasukan “Baret Hijau.”

Peristiwa perlakuan pejabat-pejabat RMS ini sangat menyayat hati Leimena dan kawan-kawan sesama asal Ambon . Karena yang dihadapinya adalah orang-orang dungu yang buta politik yang membawa derita terhadap masyarakat banyak di Maluku.

Walau begitu, Dr. Leimena masih berusaha melakukan pendekatan dan meminta kapal “Hang Tuah” berlayar ke Saparua dengan maksud untuk menemui Manus Pattiradjawane, pimpinan setempat. Tetapi disana juga pihak penguasa RMS di Saparua melarang kapal merapat. Padahal Pattiradjawane adalah saudara ipar dari Gubernur Maluku, Johannes Latuharhary, namun ikatan keluarga tidak meluluhkan kekerasan sikap RMS hingga memutuskan tali persaudaraan.

Blunder dari Radio RRI Jakarta

asih lagi di coba untuk melakukan pendekatan dengan pengadaan misi damai kedua. Tetapi ini pun gagal sebelum di mulai.M

Hal ini terjadi oleh siaran dari Radio RRI di Jakarta yang kurang di awasi. Waktu itu diumumkan tentang percobaan pengiriman misi perdamaian kedua.

Tetapi sang penyiar mengakhiri siaran itu dengan menggunakan kata “ancaman” jika misi kedua ini tidak diterima, akan di daratkan 15.000 tentara TNI. Perkataan “ancaman” pada siaran itu secara psikologis merupakan kesalahan besar. Karena ketika itu TNI sama sekali belum punya persiapan untuk mendarat.

Dan, benar saja, beberapa hari kemudian, Radio “RMS” mengumumkan, mereka tidak gentar sekalipun 150.000 tentara TNI akan mendarat. Karena waktu itu Panglima TT-IT sedang sibuk menempatkan pasukan-pasukan TNI di tempat-tempat yang perlu di seluruh pulau Sulawesi, Morotai dan Ternate (Maluku Utara), pulau-pulau Nusatenggara dari Bali sampai Timur. Juga di Tamimbar, Aru dan Kei di Maluku Selatan. Di tempat-tempat ini keadaan aman, kecuali di kota Makassar .

Sesudah peristiwa pertempuran bulan Mei 1950, terasa sekali keadaan masih eksplosif.

Selama pasukan KNIL asal Ambon masih bersenjata dan memperlihatkan sikap provokatif, Komandan Sektor Makassar, Letkol Soeharto harus siaga 24 jam sehari dengan sebagian dari pasukannya terhadap suatu serangan mendadak. Untuk menyelesaikan masalah RMS, perlu di datangkan pasukan baru dari Jawa, dan di kirim batalyon Mayor Soeradji dan batalyon Mayor Pelupessy. (Alex Kawilarang: Untuk Sang Merah Putih, 1988).

Tugas Sejarah Ilham Sumarsono 13

Page 14: Republik Maluku Selatan (RMS).doc

Republik Maluku Selatan (RMS)

Blokade Laut APRIS dan kegagalan misi Schotborgh mengendalikan Tentara KNIL

anusama pada bukunya, Om Recht en Vrijheid mengungkapkan bahwa kegagalan misi perdamaian Leimena berlanjut dengan rencana pemerintah Jakarta melakukan aksi blokade laut terhadap RMS. Tetapi karena di Ambon terdapat orang-orang Belanda, hingga pemerintah RIS menghubungi

Komisariat Tinggi Belanda di Jakarta untuk mengorganisir proses evakuasi.MPada 8 Mei 1950 di Ambon datang dua misi Belanda; misi sipil oleh Van Hoogstraten dan Deinse, misi militer pimpinan Kolonel Schotborgh. Kedua misi ini bertujuan melakukan evakuasi terhadap militer, ambtenaren dan orang-orang sipil Belanda. Pihak RMS membantu misi-misi ini dengan lancar hingga kesemua warga negara Belanda ini berangkat dengan kapal Kota Intan dari Ambon menuju Jakarta . Tugas Kolonel Schotborgh tak hanya berurusan dengan evakuasi, tetapi juga harus mencegah agar pasukan pasukan eks KNIL dari Ambon tidak terlibat dengan urusan Republik Maluku Selatan, yang merupakan instruksi langsung dari Panglima tentara Belanda di Jakarta, memerintahkan semua tentara KNIL di konsinyir dan masuk tangsi-tangsi militer.

Mereka yang melanggar akan menerima sangsi akan di peact dan semua hak-haknya di cabut, demikian Kantor Berita Aneta. Tetapi usaha Schotborgh sebagai Komandan Teritorial Indonesia Timur dengan mendekati dan meyakinkan tentara-tentara KNIL asal Ambon tidak membawa hasil. Bahkan sebagian besar dari mereka ini langsung mundur dari dinas KNIL dan mendaftarkan diri menjadi tentara RMS.

APRIS Mulai Memerangi RMS

etelah memperoleh jumlah pasukan yang cukup, Panglima Kawilarang mulai menggerakan kekuatan APRIS menuju perairan Maluku di minggu keempat bulan Mei. Sasaran pertama adalah pendaratan di pulau Buru dan Seram Selatan. Dengan

taktik demikian, pusat RMS di Ambon lambat laun terisolasi.SWaktu itu pasukan penyerbu TT-TI belum lagi memiliki LCM (Landing Craft Medium) dan LCVP (Landing Craft Vehicles dan Personnel). Kedua landing craft ini cocok untuk mendarat jika ada perlawanan. APRIS waktu itu hanya punyak LCI (Landing Craft Infantry) yang tak dapat begitu mendekati pantai seperti LCVP dan LCM.

Lagi pula, jika LCI sudah kandas dekat pantai, tentara hanya bisa mendarat seorang demi seorang lewat dua jembatan sempit sebelah kiri dan kanan dari bagian muka LCI.

Dalam bukunya, Kawilarang mengatakan: “Sebelum mendarat di Pulau Buru dan Seram kami perlu mengadakan latihan pendaratan dengan LCI di suatu pulau dekat Makassar . Latihan ini antara lain diadakan dengan dua kompani dari Bataltyon Suradji yang direncanakan akan mendarat dulu di Buru. Waktu LCI kandas dan kami turun, air laut sampai dada saya. Kapten Leo Lopulisa dan Mayor laut Alex Langkay malahan masuk laut yang lebih dalam lagi. Belum lagi prajurit-prajurit dari Batalyon Suradji. Waktu sedang melangkah ke darat, saya dengar seorang prajurit sambil batuk berteriak pada temannya, “Lho, air laut asin.”

Tugas Sejarah Ilham Sumarsono 14

Page 15: Republik Maluku Selatan (RMS).doc

Republik Maluku Selatan (RMS)

Jangan heran, mereka datang dari Solo, belum pernah masuk laut. Tetapi saya juga berpikir, pasukan pendaratan ini belum benar-benar merupakan seaborne forces.”

Sesudah empat hari berlayar dari Makassar, pasukan APRIS tiba di utara Pulau Buru pertengahan Juli 1950. Ombak tinggi sekali dan hampir seluruh seaborne force, yaitu Batalyon Pelupessy dan dua kompani Batalyon Soeradji, mabuk laut. Maklum hanya dengan dua LCI dan satu LST (Landing Ship Tanks). Di utara Buru mereka rendez-vous (berkumpul) dengan kapal Waikelo yang membawa Batalyon 3 Mei pimpinan Mayor Mengko dari Manado .

Esok harinya dua kompani Batalyon Suradji mendarat dahulu kira-kira lima kilometer sebelah barat Namlea. Tidak ada perlawanan. Menyusul pendaratan Batalyon Pelupessy yang akan maju ke Namlea. Ternyata pasukan ini mendapat hadangan dan menderita korban.

Selain itu hampir seluruh pasukan merasa lemas. Karena pada umumnya selama empat hari muntah-muntah. Waktu pendaratan, “ransom” makan, berupa biscuit laut untuk dua hari, basah dan tak bisa dimakan.

Kawilarang putuskan, supaya Batalyon 3 Mei, yang masih segar dan sehat karena diangkut dengan kapal besar Waikelo, untuk menyerbu Namlea. Hal ini terjadi di pagi hari, pada hari ketiga. Pada serangan ini Prajurit Banteng jatuh sebagai korban pertama dan Sersan Mayor Tandayu luka. Senjata-senjata yang ditinggalkan di markas RMS antara lain berupa beberapa brengun. Pasukan penyerbu sangat hati-hati mendekati markas dan gudang RMS itu. Ternyata tidak ada booby trap.

Keesokan hari tiba dengan kapal korvet, Letkol Slamet Rijadi, Komandan Pasukan Maluku. Iapun gembira karena bertemu dengan Mayor Soeradji, bekas bawahannya.

Disamping itu, datang juga Kapten M Jusuf yang akan menjadi ajudan Panglima Kawilarang. Kemudian di rencanakan untuk menduduki Piru dahulu oleh Batalyon 3 Mei.

Kota Piru di dekati dari dua jurusan. Waktu sore hari tiba di sana , pasukan RMS sudah mengosongkannya. Sebelumnya dikirimkan tiga orang tentara eks RMS yang di tawan ke sana untuk meyakinkan pasukan RMS supaya bergabung dengan APRIS atau menyerah. Ternyata waktu Piru di duduki, ketiga orang itu sudah di tembak mati oleh komandan pasukan RMS di Piru, Nussy. Salah seorang yang dibunuh malahan Lestiluhu, komandan pasukan RMS di Buru, yang ditawan pasukan APRIS di Namlea. Ia adalah anggota Baret Hijau punya banyak teman di Batalyon 3 Mei, dimansa satu peleton juga terdiri atas bekas anggota Baret Hijau dan Baret Merah. Dua hari kemudian pasukan APRIS mendarat di teluk, kira-kira tiga kilometer sebelah utara Amahai, dengan dua kompani dari Batalyon Soeradji. Letkol Slamet Rijadi selalu berada di depan. Sesudah pertempuran kurang lebih dua jam, Amahai pun di duduki. Letkol Slamet Rijadi sebagai komandan pasukan Maluku, sementara kepala staf Mayor Herman Pieters mengkonsolidasi pasukannya. Juga dikepulauan Banda dan bagian selatan Pulau Seram sudah di kuasai pasukan APRIS. Batalyon Abdullah sudah menempatkan pasukan APRIS di kepulauan Tamimbar, Kei, Aru hingga kepulauan Geser dan beberapa tempat di Seram Selatan. Mayor Abdullah gugur dalam salah satu pendaratan di

Tugas Sejarah Ilham Sumarsono 15

Page 16: Republik Maluku Selatan (RMS).doc

Republik Maluku Selatan (RMS)

Seram Selatan. Ternyata pasukan RMS dapat menyeberangkan sebagian pasukannya dengan perahu-perahu ke Pulau Seram dan menyerang Amahai. Tetapi serangan ini dapat di patahkan oleh pasukan Mayor Soeradji.

Pertempuran empat hari di Makassar (5-9 Agustus) sempat memperlambat operasi militer APRIS ke Ambon selama sekitar satu bulan, sementara pasukan tambahan dari Jawa sudah berdatangan. Rencana penyerbuan selanjutnya adalah mendaratkan pasukan di Hitulama-Hitumesing , di utara pulau Ambon, dan pasukan lain di Tulehu dibagian timur dan sesudah dua pasukan bertemu di Paso, menyerang kota Ambon dari utara dan ada lagi pasukan lain yang akan menduduki lapangan terbang di sebelah barat pulau Ambon .

Yang akan mendarat di Hitulama dan Hitumesing adalah pasukan Mayor Jusmin dengan di pimpin oleh Letkol Soediarto. Pasukan 3 Mei pimpinan Mayor Mengko akan mendarat di Tuleho.

Dalam pendaratan di Tuleho, Letkol Slamet Rijadi mendarat di sebelah selatan Tuleho dan Kolonel Kawilarang bersama Kapten Jusuf, Leo Lopulisa, Joost Muskita dan Kapten Claproth di sebelah utara Tulehu. Untuk pendaratan itu, APRIS sudah terima 10 LCM. Enam LCM akan digunakan untuk Tulehu dan empat lainnya untuk Hitu.

Alex Mamusung, merupakan wartawan foto perang dari Indonesia Press Photo Service (Ipphos) yang turut meliput operasi penumpasan RMS melalui lensa foto sangat bermanfaat mengisi lembaran sejarah.

Sejak pertempuran- pertempuran di Makassar, Buru, Piru, Amahai dan Ambon ia selalu ikut meliput dan mendokumentasi secara visual.

Dari hasil karya foto, wartawan foto perang ini pada 17 Agustus 195, ia dianugerahi bintang oleh Pemerintah Republik Indonesia.

Pendaratan APRIS di Ambon

ada 28 September 1950 pendaratan berlangsung di Tulehu dan Hitu di pantai utara. Invasi APRIS berkekuatan 6½ batalyon infantry dengan menggunakan kapal-kapal amfibi LCM yang di dukung oleh tembakan-tembakan dari 4 kapal korvet dan dua pembom B-25.P

Pada pendaratan itu terjadi peristiwa tragis. Menurut pasukan cadangan yang menonton dari atas kapal Waikelo, melihat ketika pendaratan LCM dan keluarnya pasukan 3 Mei dari LCM sesudah kandas, merupakan suatu pemandangan yang tidak akan mereka lupakan.

Kolonel Kawilarang menceritakan: “Sesudah pendaratan, saya bersama pasukan maju ke Tulehu. Begitu juga Slamet Rijadi. Lalu kami berkelompok di Tulehu dan terus maju menuju Ambon . Tetapi baru saja kira-kira satu kilometer dari Tulehu kami sudah mendapat perlawanan hebat. Dalam pertempuran ini 20 anggota “3 Mei” gugur. Waktu itu ajudan saya, Kapten Jusuf, berkata dengan suara risau, “Kijk, Soekirmo is geraakt” (Liha,t Soekirmo kena). … Soekirmo, ajudan Slamet Rijadi itu tersenyum-senyum saja, seperti tidak menderita

Tugas Sejarah Ilham Sumarsono 16

Page 17: Republik Maluku Selatan (RMS).doc

Republik Maluku Selatan (RMS)

apa-apa. Sambil memegang lengan yang tergantung dengan tangan lain, ia berjalan ke Tulehu. Sayapun kaget melihatnya bercampur bangga atas kekuatannya. Baru pada jam 3 sore pasukan maju lagi, tetapi delapan kilometer kemudian, di suatu tempat, dengan hutan lebat sebelah kanan kami, terjadi lagi pertempuran. Sedang hari sudah mulai menggelap. Lalu kami tidur di sebelah jalan, di pinggir hutan, dalam keadaan basah kuyup, karena hujan lebat mengguyur kami. Saya melihat Slamet Rijadi, ajudan lainnya, Soendjoto, Jusuf dan Muskita, semuanya kedinginan. … Sementara itu kami sudah tahu bahwa Letkol Soediarto gugur di Hitulama/Hitumesing . Ia gugur sebelum mendarat. Masih di atas LCM, waktu kandas dan pintu LCM dibuka, ia kena tembakan di perutnya. … Dalam keadaan luka parah sempat di bawa ke kapal rumah sakit, “Waibalong” dan di operasi oleh Mayor Dokter Soejoto. Peluru menembus enam usus dan waktu sedang di operasi, Letkol Soediarto menghembuskan nafasnya terakhir.”

Penyerbuan ke Ambon berlanjut. Gerakan pasukan Mayor Jusmin, dibantu pasukan Mayor Soerjo Soebandrio, terhenti dekat Telaga Kodok, karena ada perlawanan hebat dari RMS. Gerakan dari Tulehu diteruskan, tetapi juga sangat lamban, karena terus menerus di perlamban oleh sniperfire RMS, dan di daerah itu sulit sekali untuk melambung.

Sesudah beberapa hari baru pasukan APRIS tiba di Suli.

Pihak pertahanan RMS di Ambon ketika itu berkekuatan 700 pasukan bersenjata lengkap, menghadapi pasukan penyerbu melalui perlawanan cukup gigih.

Korban di pihak pasukan pendarat tidak sedikit, dan senjata-senjata mereka ini berpindah tangan untuk memperkuat 1.200 pasukan RMS memperoleh senjata, hingga pertempuran sengit berlangsung antara 30 September hingga 1 Oktober 1950 untuk kemudian dikuasai oleh APRIS.

Perlawanan gerilyawan RMS turut memperlambat gerakan pasukan APRIS memasuki Ambon . Letkol Slamet Rijadi sempat kecolongan, ketika di pagi hari, ia mengemudikan jeep dari Tulehu menuju Suli.

Seorang anggota RMS mencoba menghentikan jeep-nya sambil menembak dari samping. Nasib baik bagi Slamet Rijadi, karena saat ditembak, dengan gerakan refleks ia memutar badannya. Tetapi lengannya kena dari jarak satu meter. Masih untung lagi, tulangnya tidak kena. Malahan ia sempat menghentikan jeep, melompat keluar untuk mengejar si penembak. Tetapi orang yang menghadang dan menembaknya dengan sigap sudah lari menghilang masuk hutan.

Di awal November datang pasukan tambahan dari Jawa melalui Makassar , yakni pasukan Kapten Poniman dan pasukan Mayor Lukas Kustarjo. Untuk itu rencana penyerbuan kota Ambon disusun. Pasukan Poniman akan mendarat di selatan kota Ambon sementara pasukan Lukas Kustarjo di sebelah utara. Sesudah itu Batalyon 3 Mei akan menduduki daerah pegunungan tenggara kota Ambon . Sementara itu pasukan Mayor Jusmin dan Mayor Soerjo Soebandrio menyerang dari Telaga Kodok menuju ke jurusan Paso dan sebagian ke lapangan terbang. Detasemen Kapten Faah akan mendarat di pantai selatan Teluk Baguala, tidak jauh dari sebelah timur Paso dan dari Waitatiri maju pasukan-pasukan

Tugas Sejarah Ilham Sumarsono 17

Page 18: Republik Maluku Selatan (RMS).doc

Republik Maluku Selatan (RMS)

dari Kapten Claproth, Mayor Worang, Kapten Mahmud Pasha, Mayor Soeradji. Letkol Slamet Rijadi dan Kapten Muskita ikut dengan pasukan yang berangkat ke Waitatiri. Kolonel Kawilarang akan berangkat dengan kapal dari Tulehu, bersama dengan pasukan akan mendarat dekat kota Ambon. Mayor Achmad Wiranatakoesoemah akan memimpin pasukan ini, sementara Letkol Daan akan diperbantukan kepada Kawilarang.

Kekuatan APRIS terdiri dari tiga korvet, yakni, “Patiunus” dengan Mayor Laut Rais, “Banteng” yang membawa Kolonel Kawilarang dan “Rajawali” yang bertugas melindungi pendaratan jika perlu. Perwira liaison ALRI adalah Mayor Alex Langkay. Selain itu masih ada dua bomber B-25 dari AURI dengan pilot Mayor Noordraven dan Letnan Ismail. Pada 2 November, sehari sebelum berangkat dari Tulehu, Kawilarang bertemu dengan Menteri Leimena yang datang dari Jakarta bersama Ir Putuhena dan Dokter Rehatta.

Mereka di utus oleh Pemerintah Jakarta untuk mencoba melakukan misi perdamaian yang ketiga dengan RMS. Mereka juga berharap agar supaya tugas APRIS cepat selesai dan sedapat mungkin dengan sedikit korban. Secara khusus harus dijaga, jangan sampai rakyat Maluku yang sudah banyak menderita dan tidak bersalah, menjadi korban dalam pertempuran di Ambon . Tetapi sayang harapan ini tak dapat terlaksana dan sudah terlambat. Karena perang sudah terjadi sejak 28 September dan pihak RMS tidak akan mau berunding. Lagi pula mereka berada dalam posisi kocar-kacir. Pertempuran dalam kota selalu makan banyak korban jiwa dan juga harta. Sebagian besar rumah akan hancur atau terbakar.

Pada 3 November di pagi hari, pasukan Kapten Poniman mendarat di kota Ambon bagian selatan. Disini Kapten Sumitro gugur. Nasib serupa dialami Letnan Komar, yang kena tembakan dan langsung tersungkur. Musuh waktu itu sempat maju lagi sambil menusuk mati beberapa prajurit APRIS yang ketinggalan dan luka-luka. Rupanya musuh mengira Komar sudah mati. Padahal ia berpura-pura tidak bernafas lagi. Seorang RMS mendekatinya sambil berkata kepada temannya, “Ini orang Ambon . Beta ambil arlojinya saja.”

Letnan Komar baru tertolong sewaktu pasukan APRIS maju lagi dan berhasil menghalau musuh.

Pasukan Mayor Lukas Koestaryo mendarat tepat di benteng Victoria , di sebelah utara pelabuhan. Sebelum pukul 11.00 pasukan Mayor Lukas, Kapten Poniman dan Batalyon 3 Mei sudah menduduki sebagian besar kota Ambon dekat pantai. Mayor Achmad Wirahadikoesoemah dengan stafnya berada di pelabuhan.

Sementara itu pasukan dari Waitatiri sudah sampai di Paso dan bertemu dengan Detasemen Faah dan kemudian juga dengan pasukan yang datang dari Telag Kodok. Letkol Slamet Rijadi dengan pasukan Mayor Worang dan Kapten Claproth hari itu sudah berada dekat Halong. Esok harinya, 4 November 1950, mereka meneruskan gerakan ke kota Ambon dan sampai di utara kota pukul 15.00. Sementara itu, di sekitar Fort Victoria , pada pukul 12.00 siang hari itu, keadaan berubah. Pasukan RMS dengan panser menyerang Fort itu hingga dekat pelabuhan. Waktu itu pasukan APRIS terpisah di sebelah utara kota Ambon , di Batumerah. Untung tak lama kemudian datang pasukan Slamet Rijadi dan mematahkan serangan RMS.

Tugas Sejarah Ilham Sumarsono 18

Page 19: Republik Maluku Selatan (RMS).doc

Republik Maluku Selatan (RMS)

Slamet Rijadi Gugur

iba-tiba saja Panglima Kawilarang menerima kabar yang mengangetkan. APRIS menderita korban yang sangat berarti, Letnan Kolonel Slamet Rijadi kena tembak.T

Alex Kawilarang mengisahkan: “Saya tidak melihat sendiri bagaimana Slamet Rijadi waktu kena tembak itu. Tetapi saya dengar, bahwa ia sempat dibawa ke kapal (rumah sakit) ‘Waibalong’ di Tulehu. Kemudian saya mendapat keterangan, bahwa ia belum bisa di operasi, karena masih kena shock. … Laporan kemudian menceritakan adegan sebelumnya, yakni pada 4 November 1950 itu, Letkol Slamet Rijadi bergerak dari Galala ke Batumerah, di tepi kota Ambon . Tindakan ini diambil oleh Slamet Rijadi karena suasana dan keadaan dalam kota masih menunjukkan adanya oertempuran antara pihak RMS dengan pasukan Mayor Achmad Wiranatakoesoemah. Slamet Rijadi berhasil memasuki kota dan segera terlibat dalam pertempuran yang sengit… Letkol Slamet Rijadi berada di depan duduk di atas tank. Kemudian, nasib menentukan, serentetan tembakan bern dari seorang RMS mengenai perutnya dengan parah. Peluru kena di metal dari belt-nya (ikat pinggang) dank arena itu jadi dum-dum. Lukanya besar. Akibat luka-luka yang amat parah itu akhirnya Letkol Slamet Rijadi gugur. … Dokter Abdullah, yang turut serta dalam serangan ke Maluku Selatan ini, meninggalkan sebuah laporan berbentuk sajak mengenai gugurnya Slamet Rijadi ini: Tanggal 4 November/ Jam 21 seperempat/ Overste Slamet/ telah mangkat/ Terkabullah kehendaknya/ Oleh Tuhan Yang Maha Esa/ Ia ingin mati muda. … Semoga Tuhan/ Menerima arwahnya/ Sebagai umat/ Yang teguh beriman/ Amin.

Jenasah Letkol Slamet Rijadi di makamkan di pekuburan Pasir Putih di Tulehi. Sepuluh tahun kemudian jenasahnya dipindahkan ke makam pahlawan Kapaha, yang letaknya sekitar 3 km sebelah timur kota Ambon

Joop Warouw menggantikan posisi Slamet Rijadi membebaskan Ambon

Pada 7 November 1950, tiga hari setelah Letkol Slamet Rijadi gugur, Kolonel Kawilarang mengirim kabar ke Manado dan Makassar, dan meminta supaya Letkol Joop Warouw segera datang ke Ambon untuk mengisi posisi Slamet Rijadi sebagai Komandan Pasukan Maluku.

Pada 8 November, Kawilarang sebagai Panglima keliling kota Ambon sebelah utara dan timur laut untuk menemui Kapten John Somba dan Letnan Wim Tenges. Kedua mereka ini dari Batalyon Mayor Hein “Kimby” Worang.

Kepada mereka Kawilarang menugaskan untuk menyerang di sore hari dan mengembalikan hubungan dengan pasukan APRIS di pelabuhan, dan harus berhasil! Dari Kapten Jusuf, Kawilarang mendapat keterangan mengenai ucapan Somba yang mengatakan: “Tidak perlu panglima bicara dengan kami dan memberi semangat. Perintah saja sudah cukup. Kami laksanakan.”

Pada hari itu juga, di sore hari, Batalyon 3 Mei yang juga di dukung Batalyon Worang berhasil menguasai seluruh kota dan pinggirannya, sesudah kompani Kapten Somba merebut Fort Victoria dan sambil berlarian maju terus, mengembalikan hubungan dengan pasukan APRIS di pelabuhan. Kompani Letnan Tenges, lebih ke sebelah timur kota , dapat

Tugas Sejarah Ilham Sumarsono 19

Page 20: Republik Maluku Selatan (RMS).doc

Republik Maluku Selatan (RMS)

berhubungan dengan pasukan 3 Mei dan dengan pasukan yang baru tiba via pelabuhan di bawah pimpinan Mayor Soetarno.

Pada 9 November, Panglima Kawilarang memeriksa kota yang sebagian besar kota hancur. Ternyata pada hari itu juga Letkol Warouw sudah berada di Ambon . Sejak itu pun ia memegang komandan pasukan Maluku dan Mayor Herman Pieters sebagai Kepala Staf.

Warouw datang dengan kapal terbang ke Buru, dan dari sana ia naik kapal laut ke Ambon .

Pasukan musuhpun terdesak dan menjauhi kota Ambon dan memindahkan kekuatan di Seram.

Pada 16 November 1950 bandar udara Laha berhasil di kuasai oleh pasukan APRIS.

Musuh kebanyakan lari ke Soya diatas, untuk terus ke Seram. Pihak RMS berusaha bergerilya di Haruku dan Saparua, tetapi dapat di duduki oleh APRIS tanpa ada korban.

Pada 25 November 1950, Kolonel Kawilarang tiba di Ambon setelah lebih dari dua minggu berada di Makassar . Ketika berada di Ambon, suasana sudah lain, lebih ramai orang di jalan-jalan dan kota sudah bersih, walau sebagian besar rumah-rumah rusak. Kawilarang bertemu dengan Dokter J B Sitanala, ayah dari Mayor Sitanala, komandan APRIS di Bali. Kalau berbicara ia selalu berterus terang dan kepada Kawilarang ia mengatakan: “Tahun 1942 Jepang datang di Ambon selama dua hari mengambil barang milik rakyat. Tahun 1945 pasukan Australia datang dan selama tujuh hari mengambil barang rakyat. Tahun 1950 TNI datanf dan setelah selama 14 hari mengambil barang rakyat, baru ada tindakan.” Kawilarang tak dapat berkomentar karena masih banyak advonturier dalam tubuh TNI. Mengenai para pelaku RMS, banyak yang kocar-kacir. Beberapa menteri seperti Gasperz dan Tom Pattiradjawane menyerahkan diri.

Presiden Manuhutu dan beberapa menteri lainnya bersama beberapa perwira APRMS lainnya melarikan diri ke pulau Seram melalui Rutung dan Hutumuri untuk melanjutkan perlawanan. Juga terdapat Wairizal, Soumokil, Manusama, Ohorella, Pesuwarissa, Henk Pieter dll.

Di Seram dibentuk pemerintah perjuangan dengan susunan: Presiden Manuhutu, PM Wairizal merangkap Menteri Dalam Negeri, Mr. Dr. Soumokil (Menteri Luar Negeri merangkap Menteri Kehakiman), Manusama (menteri pertahanan), Ohorella (Menteri Sandang-pangan) , G H Apituley (Menteri Keuangan), M A Tetelepta (Menteri Pendidikan, Z Pesuwarissa (Menteri penerangan dan sosial), dokter M Haulussy (Menteri kesehatan) dan Henk Pieter (Menteri Lalu-lintas dan pengairan).

Pucuk pimpinan APRMS yang tersisa membentuk kekuatan organisasi militer gerilya. Organisasi bersenjata ini di pimpin oleh Kolonel Tahapary sebagai Panglima, Kolonel W F Sopacua sebagai Kepala Staf, sementara Kolonel Nussy dan Kolonel Sopamena menjabat sebagai staf. Selain Staf juga mengangkat Penasehat, yakni Letkol I J Tamaela.

Tetapi perang gerilya RMS justru menjadi kemahiran Panglima Kawilarang dan perwira-perwira TNI lainnya waktu melawan pasukan Belanda di Jawa dan Sumatra . Para gerilyawan

Tugas Sejarah Ilham Sumarsono 20

Page 21: Republik Maluku Selatan (RMS).doc

Republik Maluku Selatan (RMS)

RMS di Seram tidak diberi peluang untuk istirahat dan digempur terus. Akibatnya banyak dari RMS menjadi korban, terutama di kalangan pasukan dan pucuk pimpinan APRMS. Juga banyak menteri terbunuh. Sementara Manusama dan Wairizal melarikan diri ke Papua.

Kekuatan RMS berhasil dipadamkan

atuhnya Fort Victoria pada 8 November 1950 secara definitif telah menghancurkan kelanjutan RMS. Padahal banyak di antara elit-elit politik yang membentuk ataupun mendukung RMS tidak sadar mereka ini adalah korban verdeel-en-heerst- politiek (politik

adu domba) yang di terapkan oleh kolonial Belanda untuk saling membunuh di antara anak-anak bangsa penghuni gugusan nusantara ini.

JBagi RMS untuk membentuk suatu negara juga waktunya sangat singkat, dan tanpa melalui suatu proses yang memerlukan waktu pendalaman yang cukup lama untuk membentuk suatu bangsa. Lagi pula pengadaan RMS hanya melalui emosi sentimen, dan hanya menjadi korban impulsif dari kalangan yang tidak meraih kepentingannya.

Sementara itu komandan pasukan Maluku di pertengahan 1951 dari Letkol Joop F Warouw diganti oleh Kolonel Soeprapto Sokowati, sementara Warouw kembali ke Manado melanjutkan posisinya sebagai Komandan KOPASUMU.

Kawilarang memeriksa Batalyon Matalatta dan Batalyon Rivai di Seram. Ia perhatikan cara mereka bergerak sebagai pasukan anti-gerilya.

Kawilarangpun bertanya siapa yang memberi latihan? Merekapun menjawab: “Kapten Muskita.” Sebab, Vuursdiscipline- nya (disiplin menembak) juga hebat, Mereka terus mobil, dan tidak memberikan kesempatan pada musuh untuk beristirahat. Kawilarangpun teringat pada ilmu itu yang pernah dipelajarinya, “Beter meer zweet dan bloed.” (Lebih baik banyak keringat dari pada darah). Begitulah cara perang anti-gerilya.

Yang tidak mengetahui ilmu itu, kadang-kadang mereka mau mengambil jalan pintas, supaya cepat. Padahal di lapangan yang terbuka, seringkali itu berbahaya. Sebab itu lebih baik mengambil jalan berkeliling tetapi aman, dan bisa menyerang mendadak daripada mengambil jalan pintas tetapi terbuka dan gampang ditembak dan disergap musuh.

Pulau Seram luas sekali dan hutannya lebat. Anti-gerilya setengah mati mencari gerilya di sana , dan ini tentu memakan waktu lama. Pada permulaan November 1951 Kawilarang di pindahkan ke Jawa Barat untuk menjabat sebagai Panglima TT-III Siliwangi. Sebenarnya tugas belum selesai dan masih berada di Seram, dan gemobng RMS, Mr Soumokil masih bertahan dan menyembunyikan diri dari kejaran TNI.

Baru pada 12 Desember 1963, Soumokil tertangkap di dekat Wahai, Seram Utara bagian tengah oleh prajurit-prajurit dari Batalyon Endjo, Siliwangi.

Tugas Sejarah Ilham Sumarsono 21

Page 22: Republik Maluku Selatan (RMS).doc

Republik Maluku Selatan (RMS)

Gambar 2 Eksekusi Hukuman Mati Dr Soumokil

Tugas Sejarah Ilham Sumarsono 22

Page 23: Republik Maluku Selatan (RMS).doc

Republik Maluku Selatan (RMS)

Riwayat petualangan gembong RMS, Mr Dr. Soumokil yang menjadi penyebab pemberontakan Andi Azis di Makassar dan pemerontakan RMS berakhir dengan di jatuhi hukuman mati oleh Mahkmah Militer Luar Biasa di Jakarta pada 22 April 1964.

Kesimpulanepublik Maluku Selatan (RMS) adalah daerah yang diproklamasikan merdeka pada 25 April 1950 dengan maksud untuk memisahkan diri dari Negara Indonesia Timur (saat itu Indonesia masih berupa Republik Indonesia Serikat). Namun oleh Pemerintah Pusat, RMS dianggap sebagai pemberontakan dan setelah misi damai

gagal, maka RMS ditumpas tuntas pada November 1950 lewat kekuatan senjata.R

Pada 14 Juli 1950 Pasukan ekspedisi APRIS/TNI mulai menumpas pos-pos penting RMS. Sementara, RMS yang memusatkan kekuatannya di Pulau Seram dan Ambon, juga menguasai perairan laut Maluku Tengah, memblokade dan menghancurkan kapal-kapal pemerintah.

Pemberontakan ini berhasil digagalkan secara tuntas pada bulan November 1950, sementara para pemimpin RMS mengasingkan diri ke Belanda adalah Prof. Johan Manusama. Komunikasi antara Pemerintah RMS di Belanda dengan para Menteri dan para Birokrat di Ambon berjalan lancar membuat pemerintahan Sukarnosehingga mengeluarkan perintah untuk menangkap seluruh pimpinan dengan semua jajarannya, sehingga pada akhirnya dinyatakanlah bahwa Pemerintah RMS yang berada di Belanda sebagai Pemerintah RMS dalam pengasingan Dengan bekal dokumentasi dan bukti perjuangan RMS

Tugas Sejarah Ilham Sumarsono 23

Page 24: Republik Maluku Selatan (RMS).doc

Republik Maluku Selatan (RMS)

DAFTAR PUSTAKA

http://wikipedia.com http://wimaneapdekmanews.blogspot.com/2012/03/sejarah-terbentuknya-republik-

maluku.html http://www.indonesiamedia.com/2010/10/07/sejarah-maluku-hingga-rms-chapter-1/ http://www.republikmalukuselatan.nl/in/content/home.html

Tugas Sejarah Ilham Sumarsono 24