REPRODUKSI TERJEMAHAN KITAB KARYA ABDUL KADIR AL-JUFRI (Metode...
Transcript of REPRODUKSI TERJEMAHAN KITAB KARYA ABDUL KADIR AL-JUFRI (Metode...
REPRODUKSI TERJEMAHAN KITAB TA’LIM MUTA’ALIM KARYA ABDUL KADIR
AL-JUFRI
(Metode Komunikatif)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)
Oleh
Achmad Fauzi
NIM: 11150240000019
PROGRAM STUDI TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2019 M
i
i
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Mahasiswa : Achmad Fauzi
N I M : 11150240000019
Program Studi : Tarjamah (Bahasa Arab)
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang
merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan
merupakan replikasi maupun saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang lain.
Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat atau replikasi maka skripsi dianggap
gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan
kelulusan serta gelarnya dibatalkan.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul dikemudian hari
menjadi tanggungjawab saya.
Jakarta, 27 Juni 2019
Achmad Fauzi
ii
ii
REPRODUKSI TERJEMAHAN KITAB TA’LIM MUTA’ALIM KARYA
ABDUL KADIR AL-JUFRI
(Metode Komunikatif)
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora
(S. Hum)
Oleh
Achmad Fauzi
NIM: 11150240000019
Pembimbing,
Drs. Ikhwan Azizi, M.A.
NIP: 19570816 199403 1 001
PROGRAM STUDI TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
iii
iii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
Skripsi yang berudul “Reproduksi Teremahan Kita Ta’lim Muta’alim Karya Abdul
Kadir Al-Jufri (Metode Komunikatif)” diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosah,
pada tanggal 22 Maret 2018 di hadapan Dewan Penguji. Karana itu, penulis erhak
memperoleh gelar sarjana S1 (S.Hum) pada Jurusan Taramah.
Jakarta 26 Agustus 2019
Panitia Ujian Munaqosah Tanggal Tanda Tangan
Ketua Sidang (Ketua Jurusan)
Dr. Darsita S, M.Hum
NIP. 196110871993032001
Sekertaris Sidang
Ulil Abshar, S.S., M.Hum
NIP. 198204042009011018
Penguji I
Dr. Moch Syarif Hidayatullah, M.Hum
NIP. 197912292005011004
Penguji II
Dr. Zamzam Nurhuda, S.S., MA.Hum
iv
iv
ABSTRAK
Achmad Fauzi, 11150240000019. “Reproduksi Terjemahan Kitab Ta’lim
Muta’alim Karya Abdul Kadir Al-Jufri”. Skripsi, Prodi Tarjamah (Bahasa
Arab), Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019.
Penelitian ini bertujuan untuk mereproduksi penerjemahan kitab Ta’lim
Muta’alim karya Abdul Kadir Al-Jufri. Kemudian menjelaskan pertanggungjawaban
dari Bsu yaitu Bahasa Arab ke Bsa yaitu Bahasa Indonesia dengan menggunakan
strategi penerjemahan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif-deskriptif. Setelah menerjemahkan objek data, analisis dengan
mendeskripsikan metode komunikati dan penerapan strategi penerjemahan yang
dilakukan saat menerjemahkan dengan strategi mengedepankan dan mengakhirkan
(Taqdim dan Takhir), menambahkan (Ziyadah), memuang (Hadzf) dan mengganti
(Tadil). Hasil dari penelitian ini yaitu bahasa strategi penerjemahan Arab-Indonesia
dalam kitab Ta’lim Muta’alim sangat berpengaruh besar untuk digunakan dalam
menerjemahkan dengan hasil yang baik.
Kata kunci: Penerjemahan, Ta’lim Muta’alim, Metode Komunikatif Strategi
Penerjemahan Arab-Indonesia.
v
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabil’alamin. Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah
SWT karena berkat karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan empat tahun masa
perkuliahan dan Penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang berjudul
“REPRODUKSI TERJEMAHAN KITAB TA’LIM MUTA’ALIM KARYA
ABDUL KADIR AL-JUFRI (METODE KOMUNIKATIF”, sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora di Fakultas Adab dan Humaniora
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menghaturkan rasa terimakasih kepada orangtua tercinta, yang selalu
menyemangati, mendoakan dan memberi dukungan penuh selama Penulis menjalani
masa perkuliahan sampai penulisan tugas akhir ini. Mengingat keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman penulis, shingga dalam pembuatan skripsi ini tidak
sedikit bantuan, petunjuk, saran-saran maupun arahan dari berbagai pihak, oleh karena
itu dengan kerendahan hati dan rasa hormat Penulis Mengucapkan terimakasih yang
tak terhingga kepada :
1. Saiful Umam, M.A., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Darsita S, M.Hum dan Ulil Abshar S.S, M.Hum. selaku ketua dan
sekertaris program studi Tarjamah (Bahasa Arab) Fakultas Adab dan
Humaniora.
3. Dr. Moch Syarif Hidayatullah, M.Hum dan Dr. Zamzam Nurhuda, MA,
M.Hum, selaku penguji I dan II sidang skripsi Penulis.
4. Drs. Ikhwan Azizi M.A., selaku dosen pembimbing skripsi Penulis.
Akhir kata penulis, mohon maaf apabila terdapat kekurangan dalam penulisan
skripsi ini. Hal tersebut disebabkan keterbatasan pengetahuan serta pengalaman
penulis. Semoga segala keterbatasan dan kekurangan Penulis dapat disempurnakan di
masa yang akan datang. Proses penulisan skripsi ini memberikan pelajaran yang
berharga.
Jakarta, 27 Juni 2019
Penulis
Achmad Fauzi
vi
vi
DAFTAR ISI
Surat Pernyataan ................................................................................................ i
Lembar Pengesahan ............................................................................................ ii
Lembar Pengesahan Penguji .............................................................................. iii
Abstrak ................................................................................................................. iv
Kata Pengantar ................................................................................................... v
Daftar isi ............................................................................................................... vi
Pedoman Transliterasi ........................................................................................ viii
Daftar Singkatan ................................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ..................................................... 4
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 5
E. Penelitian Terdahulu ............................................................................... 6
F. Kerangka Teori ........................................................................................ 6
G. Metodologi Penelitian ............................................................................. 7
H. Sistematika Penulisan ............................................................................. 9
BAB II SISTEMATIKA PENULISAN
A. Teori Reproduksi .................................................................................... 11
B. Strategi Penerjemahan ............................................................................ 12
C. Metode Komunikatif ............................................................................... 19
vii
vii
BAB III SEKILAS TENTANG SYEKH AZ-ZARNUJI DAN KITAB TA’LIM
MUTA’ALIM
A. Biografi Syekh Az-Zarnuji ..................................................................... 21
B. Hasil Karya Syekh Az-Zarnuji ................................................................ 23
C. Sekilas Tentang Kitab Ta’lim Muta’alim................................................ 23
BAB IV TERJEMAHAN KITAB TA’LIM MUTA’ALIM
A. Temuan Permasalahan dan Pertanggung Jawaban Metode Penerjemahan 27
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 59
B. Saran........................................................................................................ 59
Daftar Pustaka
Lampiran
viii
viii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi adalah mengalihaksarakan suatu tulisan ke dalam aksara lain.
Misalnya, dari aksara Arab ke aksara Latin. Peneliti menggunakan pedoman
transliterasi berdasarkan pada Keputusan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Nomor: 507 Tahun 2017 Tentang “Pedoman Penelitian Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis,
dan Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”. Berikut daftar aksara Arab dan
padanannya dalam aksara Latin:
A. Konsonan
Huruf
Arab
Huruf
Latin Keterangan
ا Tidak dilambangkan
بB Be
تT Te
ثTs te dan es
جJ Je
حH h dengan garis bawah
خKh ka dan ha
دD De
ذDz de dan zet
رR Er
ix
ix
زZ Zet
سS Es
شSy es dan ye
صS es dengan garis di bawah
ضD de dengan garis di bawah
طT te dengan garis di bawah
ظZ zet dengan garis bawah
ع‘ koma terbalik di atas hadap kanan
غGh ge dan ha
فF Ef
قQ Ki
كK Ka
لL El
مM Em
نN En
وW We
هH Ha
x
x
ء` Apostrof
يY Ye
B. Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari
vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkaP atau diftong. Untuk vokal
tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin Keterangan
A Fathah
I Kasrah
U Dammah
Adapun vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin Keterangan
ي ai a dan i
و au a dan u
C. Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (mad), yang dalam bahasa Arab
dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:
Tanda Vokal Tanda Vokal Keterangan
xi
xi
Arab Latin
ا â a dengan topi di atas
ي Î i dengan topi di atas
و Û u dengan topi di atas
D. Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan
huruf, yaitu ال, dialihaksarakan menjadi huruf /I/, baik diikuti huruf syamsiyyah
maupun huruf qamariyyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-dîwân bukan ad-
dîwân.
E. Syaddah (Tasydȋd)
Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan
dengan tanda ( ), dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan
menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak
berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang
yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya kata "الضرورة" tidak ditulis
ad-darûrahmelaikan al-darûrah. Demikian seterusnya.
F. Ta Marbȗtah
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbȗtahterdapat pada
kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/
(lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbȗtahtersebut
diikuti oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta
xii
xii
marbȗtahtersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan
menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).
Contoh:
No. Kata Arab Alih Aksara
1 Tarîqah طريقة
2 al-jâmi’ah al-islâmiyyah الجامعة الالجامعة الإسلامية
3 Wahdat al-wujûd وحدة الوجود
G. Huruf Kapital
Meskipun dalam tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam alih
aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan yang
berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara lain
untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal, nama tempat, nama bulan, nama
diri, dan lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama diri didahului oleh kata
sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri
tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. (Contoh: Abû Hâmid al-Ghazâlî
bukan Al-Ghazâlî, al-Kindi bukan Al-Kindi)
Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga dapat diterapkan
dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic) atau
cetak tebal (bold). Jika menurut EYD, judul buku itu ditulis dengan cetak miring,
maka demikian halnya dalam alih aksaranya. Demikian seterusnya.
Berkaitan dengan penelitian nama, untuk nama-nama tokoh yang
berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun
akar katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis Abdussamad al-
Palimbani, tidak ‘Abd al-Samad al-Palimbâni; Nuruddin al-Raniri, tidak Nûr al-
Dîn al-Rânîrî.
xiii
xiii
H. Cara Penulisan Kata
Setiap kata, baik kata kerja (fi’il), kata benda (ism), maupun huruf (harf) ditulis
secara terpisah. Berikutnya adalah beberapa contoh alih aksara atas kalimat-
kalimat dalam bahasa Arab, dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan di atas:
Kata Arab Alih Aksara
ذهب الأستاذdzahaba al-ustâdzu
ثبت الأجرtsabata al-ajru
الحركة العصرية al-harakah al-‘asriyyah
اشهد ان لا إله إلا اللهasyhadu an lâ ilâha illâ Allâh
مولانا ملك الصالح Maulânâ Malik al-Sâlih
يعث ركم اللهyu’atstsirukum Allâh
المظاهر العقلي ةal-mazâhir al-‘aqliyyah
xiv
xiv
DAFTAR SINGKATAN
Berikut dibawah ini merupakan daftar singkatan dalam penulisan skripsi ini :
1. Bsa: Bahasa Sasaran
2. Bsu: Bahasa Sumber
3. EYD: Ejaan Yang Disempurnakan
4. KBBI: Kamus Besar Bahasa Indonesia
5. Tsa: Teks Sasaran
6. Tsu: Teks Sumber
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dilingkungan pesantren satu-satunya pengajaran formal yang diberikan adalah
kitab Ta’lim Muta’alim. Metode dimulai dengan terjemah syarah dan penyimpulan
yang bersifat deduktif.
Penerjemahan kitab Ta’lim Muta’alim yang digunakan para Santri dan Kiai di
Pesantren dengan metode kata demi kata secara literal, mengakibatkan kurangnya
kemampuan para santri dalam menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan
benar. Karena penerjemahan yang dilakukan bukanlah mengalihkan ide tau pesan
bahasa sumber ke bahasa sasaran, hal ini menjadikan para santri sedikit banyak
melupakan dan kurang perhatiannya terhadap struktur atau susunan kata dalam
suatu kalimat.1
Hasil terjemahan yang baik adalah terjemahan yang seluruh makna di dalam
teks sumber seolah-olah teralihkan secara sempurna ke dalam bahasa sasaran.
Kalimat terjemahan benar-benar mudah dipahami ketika dibaca atau didengar
1Akmaliyah, “Model dan Teknik Penerjemahan Kalimat Bahasa Arab ke Dalam Bahasa
Indonesia”, (Al-Tsaqafa: Jurnal Ilmiah Peradaban Islam, 2016) h. 126.
2
pembaca teks sasaran, senyaman apabila teks sumber membaca atau mendengar
naskah aslinya.2
Hal itu berarti keberhasilan seorang penerjemah dalam menjalankan fungsinya
sebagai jembatan komunikasi antara dua pihak yang tidak berbahasa sama.3 Namun
sebagai hasil karya terjemahan kita perlu menganalisis apakah terjemahan itu sudah
benar sesuai dengan kaidah penerjemahan.4
Kitab Ta’lim Muta’alim, yang telah di syarahi oleh Syekh Az-Zarnuji banyak
disukai di kalangan pelajar maupun guru. Kitab ini menjadi penting, menjadi
bacaan di pondok pesantren. Kitab Ta’lim Muta’alim murupakan kitab yang banyak
dipelajari dan dikaji disebagian besar pesantren yang ada di tanah air Indonesia ini.
Kitab Ta’lim Muta’alim mudah untuk dibaca tetapi sulit ketika akan dipahami.
Penelitian ini terjadi dari permasalahan mengenai karya terjemahan yaitu
terjemahan kitab Ta’lim Muta’alim karya Syekh Az-Zarnuji yang diterjemahkan
oleh Abdul Kadir Al-Jufri.
Pada penerjemahan kita Ta’lim Muta’alim Karya Abdul Kadir Al-Jufri peneliti
menemukan permasalahan yaitu masih ada terjemahan yang mana maknanya
belum tersampaikan, salah satu yang harus dikuasai oleh seorang penerjemah ialah
2Ibnu Burdah, Menjadi Penerjemah, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2004) h. 48-49. 3Moch Syarif Hidayatullah, Seluk Beluk Penerjemahan Arab-Indonesia Kontemporer,
(Tanggerang Selatan: Al-Kitabah, 2014) h. 16. 4Rochayah Machali, Pedoman Bagi Penerjemah, (Bandung: Kaifa, 2009) h. 13.
3
selain menguasai bahasa sumber (Bsu) juga harus menguasai bahasa sasaran (Bsa)
yaitu bahasa Indonesia, karena untuk menghasilkan terjemahan yang baik dan
mudah dipahami oleh pembaca yaitu salah satunya dari pemilihan dan penggunaan
diksi yang tepat. Esensi penerjemahan sesungguhnya adalah menyampaikan
amanat dari bahasa sumber kedalam bahasa sasaran.5
Peneliti termotivasi untuk memberikan kontribusi terhadap kegiatan
penerjemahan yaitu dengan cara mereproduksi terjemahan Ta’lim Muta’alim yang
mana peneliti temukan masih ada terjemahan yang belum jelas dan tidak dipahami
oleh pembaca.
Mereproduksi terjemahan masih jarang dilakukan, karena tidak banyak orang
yang mengkaji karya terjemahan yang sudah ada. Peneliti menuangkan gagasan
dengan mempertanggungjawabkan permasalahan-permasalahan penelitian.
Bagi seorang penerjemah ketidakjelasan arti kata, ide dan makna merupakan
kendala yang sering dihadapi ketika melakukan kegiatan penerjemahan. Apalagi
bila satu kata memiliki arti lebih dari satu kata akan memberikan dampak pada
pemahaman pembaca.
Sebelum menyampaikan pesan, penerjemah terlebih dahulu harus mengkaji
konteks budaya teks sumber. Pesan ini kemudian direkontruksikan kedalam bahasa
target dengan memakai konteks budaya bahasa target. Proses ini, memakai dua fase
5Moch Syarif Hidayatullah, Cakrawala Linguistik Arab, (Jakarta: AlKitabah, 2012) h. 154.
4
(1) telaah materi teks sumber, (2) pengalihan isi yang terkandung dalam teks
sepadan bahasa target dengan menggunakan metode komunikatif.6
Dilihat dari buku terjemahan Ta’lim Muta’alim karya Abdul Kadir Al-Jufri
masih banyak pesan dalam Bsu tidak tersampaikan kedalam Bsa. Sehingga pesan
dalam Bsu tidak tersampaikan kedalam Bsa. Serta keakuratannya. Keakuratan
berarti sejauh mana pesan dalam Tsu. Disampaikan dengan benar dalam Tsa.7
Dalam penerjemahan kitab Ta’lim Muta’alim karya Abdul Kadir Al-Jufri
peneliti akan melakukan mengenai ketepatan makna terhadap terjemahan kitab
Ta’lim Muta’alim karya Abdul Kadir Al-Jufri.8
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Sedangkan pembatasan dan perumusannya dinyatakan dalam bentuk
pernyataan sebagai
berikut:
1. Bagaimana metode penerjemahan kitab Talim’Muta’alim karya Abdul
Kadir Al-Jufri memakai metode komunikatif?
2. Bagaimana reproduksi penerjemahan kitab Talim Muta’alim karya Abdul
Kadir Al-Jufri memakai strategi penerjemahan?
6M. zaka Al Farsi, Pedoman Penerjemahan Arab-Indonesia, (Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 2011) h. 4. 7Moch Syarif Hidayatullah, Tarjim Al-An, (Tanggerang Selatan: Dikara, 2010) h. 71. 8Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009) h. 12.
5
C. Tujuan Penelitian
penelitian ini bertujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui penerjemahan kita Ta’lim Muta’alim karya Abdul Kadir
Al-Jufri dengan menggunakan metode komunikatif.
2. Untuk mengetahui reproduksi penerjemahan kita Ta’lim Muta’alim karya
Adul Kadir Al-Jufri dengan menggunakan strategi penerjemahan.
D. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini dapat diperoleh manfaat sebagai berikut:
1. Teoretis
Manfaat dari penelitian ini dapat menjadi landasan dalam pembelajaran
kitab Ta’lim Muta’alim dalam menerjemahkan yang baik dan benar, selain
itu juga menjadi sebuah nilai tambah pengetahuan dalam menerjemahkan
yang baik dan benar dalam bidang penerjemahan di Indonesia, khususnya
untuk para pelajar atau santri.
2. Praktis
Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat bagi santri atau siswa yaitu
dapat meningkatkan dalam pembelajaran penerjemahan kitab Ta’lim
Muta’alim karya Syekh Az-Zarnuji sesuai dengan pesan yang ingin
disampaikan dalam kitab Ta’lim Muta’alim karya Syekh Az-Zarnuji.
Penggunaan pendekatan pembelajaran yang dapat memberikan
pembelajaran bermakna dalam menerjemahkan kitab Ta’lim Muta’alim.
6
Selain itu kesulitan yang dialami oleh para santri atau siswa dalam
memahami kitab Ta’lim Muta’alim.
E. Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian yang mengambil studi kasus reproduksi terjemahan sudah ada
yang membahas yaitu:
Penelitian Faisal Abdurrahman, Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, Jurusan Tarjamah, Tahun 2016 dengan judul “Reproduksi
Terjemahan A. Hassan Dalam Kitab Bulughul Maram” karya Ibnu Hajaar Al-
Asqalam. Dalam penelitian Faisal Abdurrahman ada kesamaan yaitu dengan
menggunakan kamus cetak dan menggunakan ketepatan kata pada Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), namun perbedaan peneliti hanya menggunakan kamus
cetak Arab-Indonesia dan tidak menggunakan kamus online.
F. Kerangka Teori
Teori yang digunakan adalah teori penerjemahan komunikatif. Menurut New
Mark, penerjemahan komunikatif sebagai suatu alat untuk menyampaikan atau
mengungkap suatu gagasan atau perasaan terhadap orang lain.9 Sehingga pembaca
mampu memperdalam saat membaca dan memperdalam pengetahuan terjemahan
kitab Talim Muta’alim. Strategi yang digunakan dalam proses menerjemahkan
kitab Ta’lim Muta’alim adalah strategi leksikal. Penelitian ini menggunakan
9M. Rudolf Nababan, Teori Menerjemahkan Bahasa Inggris, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2008) h. 40
7
strategi penerjemahan menurut Dr. Moch Syarif Hidayatullah M.Hum yang mana
strategi terdiri dari mengedepankan dan mengakhirkan (Taqdim dan Takhir),
menambah (Ziyadah), membuang (Hadzf), mengganti (Tabdil).10
G. Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan adalah kualitatif dan deskriptif, kualitatif
yaitu penyesuaian metode kualitatif lebih mudah dibandingkan dengan kenyataan
yang kompleks, menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti
dengan objek dan lebih peka dapat menyesuaikan diri dengan penajaman-
penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi,11 sedangkan
deskriptif yaitu metode penelitian yang menganalisis data-data dalam bentuk
skripsi dan gejala-gejala yang diamati kemudian mendeskripsikan ke dalam hasil
penelitian.
Ada beberapa netode untuk penelitian, antara lain:
1. Metode Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan cara
mengumpulkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.12
2. Sumber Data
10Moch Syarif Hidayatullah, h. 54. 11Hj. T. Fatimah Djajasudarma, Metode Linguistik Ancangan Metode Penelitian dan Kajian,
(Bandung: PT Refika Aditama, 1993) h. 14. 12Muhammad, Metode Penelitian Bahasa, (Jogjakart” Ar-Ruz Media, 2011) h. 165.
8
Sumber data penelitian ini adalah kitab Ta’lim Muta’alim karya Syekh
Az-Zarnuji yang diterjemahkan oleh Abdul Kadir Al-Jufri dari penerbit
Mutiara Ilmu Surabaya tahun terbit 2009 yang peneliti temukan sempel
yang bermasalah. Buku terjemahan Ta’lim Muta’alim memang sudah
banyak minat pembacanya, peneliti tertarik untuk membahas penelitian
dengan kitab ini karena peneliti ingin mengetahui bagaimana cara
penerjemahnya dalam menerjemahkan buku ini sebab menerjemahkan
bukan hanya memindahkan kata tetapi juga harus bisa mempertahankan apa
maksud dari bahasa sumber hingga sampailah maknanya ke dalam bahasa
sasaran tanpa mengurangi amanat dari penulis kitab Ta’lim Muta’alim.
3. Teknik Pengumupulan data
Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara teknis yang dilakukan
oleh peneliti dalam mengumpulkan data-data penelitian. Beberapa tahapan
yang peneliti lakukan adalah:
a. Mencari buku-buku terjemahan hingga akhirnya peneliti menemukan
buku terjemahan Ta’lim Muta’alim.
b. Membaca buku terjemahan Ta’lim Muta’alim untuk mengetahui
terjemahan apa saja yang akan peneliti reproduksi.
c. Menganalisis dan mereproduksi serta mempertanggung jawabkan teks
terjemahan Ta’lim Muta’alim sesuai dengan ketepatan makna.
d. Membaca buku Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan.
9
e. Mencari buku-buku linguistik, komunikatif fan teori-teori
penerjemahan.
4. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan cara-cara teknis yang dilakukan oleh
peneliti, untuk menganalisis dan mengembangkan data-data yang telah
terkumpul, seperti beberapa tahapan yang telah peneliti lakukan, yaitu:
a. Peneliti membuka kamus untuk menerjemahkan buku terjemahan
Ta’lim Muta’alim karya Abdul Kadir Al-Jufri agar dapat
mengembangkan analisi yang peneliti lakukan.
b. Mengemukakan kata-kata yang peneliti pilih untuk dianalisa dengan
apa adanya, sesuai dengan sumber yang peneliti peroleh.
c. Peneliti menggunakan konsep teori dari Moch Syarif Hidayatullah
yaitu penempatan suatu informasi dalam konteks agar maknanya
jelas bagi penerima informasi.
d. Menguraikan penjelasan seadanya sesuai dengan memilih ketepatan
terjemahan dari buku terjemahan Ta’lim Muta’alim karya Abdul
Kadir Al-Jufri.
H. Sistematika Penulisan
Bab I adalah pendahuluan, bab ini terdiri dari latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penulisan,
penelitian terdahulu, kerangka teori, metedologi penelitian dan sistematika
penulisan.
10
Bab II berisikan kerangka teori yang terdiri dari teori reproduksi, strategi
penerjemahan Arab-Indonesia, serta teori komunikatif.
Bab III adalah tentang biografi, karya dan sejarah penulis kitab Ta’lim
Muta’alim yaitu karya Syekh Az-Zarnuji.
Bab IV terdiri dari pertanggungjawaban terjemahan kitab Ta’lim Muta’alim
karya Abdul Kadir Al-Jufri.
Bab V adalah penutup, yang berisikan kesimpulan dan saran.
11
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Teori Reproduksi
Kata reproduksi berasal dari bahasa Inggris yaitu reproduction. Kata
reproduction terdiri dari dua suku kata, yaitu re- yang bermakna “kembali”,
sedangkan production yang bermakna “pembuatan, hasil, produksi”. Dengan
demikian makna reproduction secara keseluruhan berarti sesuatu yang disalin atau
barang tiruan.13 Kata reproduksi sudah menjadi kata serapan bahasa Indonesia.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) reproduksi adalah
pengembangbiakan, tiruan, hasil ulang dan kata mereproduksi adalah melakukan
(membuat) reproduksi, menghasilkan (memproduksi) ulang, menghasilkan
(mengeluarkan) kembali.14
Dibidang penerjemahan, kata reproduksi (reproduction) dikenal dengan istilah
retranslation, di dalam kamus Oxford Dictionary of English retranslation atau
retranslate yang mempunyai istilah “terjemahan ulang”.15 Sebagaimana dikutip
dalam encyclopedia of translation istilah ‘penerjemahan ulang’ merupakan
13Jhon M. Echols, Hasan Shadily, An English Indonesia Dictionary, (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2010) h. 479. 14https://kbbi.web.id./reproduksi.html, diakses pada tanggal 16 Januari 2019 pukul 07.36. 15Angus Stevenson, Oxford Dictionary of English, (Oxford University Press, 2010) h. 1518.
12
tindakan menerjemahkan sebuah karya yang sebelumnya telah diterjemahkan ke
dalam bahasa yang sama.16
B. Strategi Penerjemahan
Ada beberapa strategi yang bisa dimanfaatkan oleh seorang penerjemah dalam
menghadapi Tsu. Strategi ini diperlukan saat seorang penerjemah menghadapi
perbedaan konstruksi dan pemaknaan antar Tsu dan Tsa. Beberapa strategi yang
dapat dimanfaatkan oleh seorang penerjemah:
1. Mengedepankan dan mengakhirkan (Taqdim dan Takhir)
Strategi ini mengedepankan kata dalam Bsu yang diakhirkan dalam
Bsa dan mengakhirkan kata dalam Bsu yang dikedepankan dalam
Bsa. Contoh:
يحكم القران الاالمؤمنو
Alquraan merupakan hukum orang mukmin
Pada contoh tersebut, kata dalam Tsu yang semula يحكم القران
الاالمؤمنو
Yang mempunyai arti “merupakan hukum Al-quraan seorang
mukmin”, saat diterjemahkan urutannya berubah menjadi ”Al-
16Mona Baker, Gabriela Saldanha “Retranslation” Knowlage Encyclopedia of Translation
Studies, (New York, Knowlage, 2009) h.233.
13
quraan merupakan hukum seorang mukmin”. Dengan demikian ada
kata yang didahulukan dalam Tsu, kemudian dalam Tsa kata
tersebut diakhirkan. Ini terkait kaidah dalam kalimat Tsu dan Tsa
yang berbeda. Dalam Tsu, kalimat dengan urutan dari
penerjemahannya “merupakan hukum Al-quraan seorang
mukmin”, sementara dalam Tsa tidak dimungkinkan urutanya
menerjemahkannya sama seperti itu.
2. Menambahkan (Ziyadah)
Strategi ini untuk menambahkan kata dalam Bsu yang disebut
dalam Bsa. Contoh:
فهم القرأ ن أ مر مهم
Memahami Alquran merupakan hal (yang) penting
Pada contoh tersebut, kata dalam Tsu diterjemahkan dengan
secara harfiah “memahami Alquraan hal penting”, sementara dalam
Tsa terjadinya penambahan kata “memahami Alquraan merupakan
hal yang penting”. Tambahan merupakan konsekuensi dari
perbedaan struktur dalam Bsu dan Bsa.
3. Membuang (Hadzf)
Strategi ini untuk membuang kata dalam Bsa yang di sebut
dalam Bsu. Contoh:
14
في يوم من ال يام ذهب أ حمد لصيد السمك
Suatu hari, Ahmad (Pergi) memancing
Pada contoh tersebut, kata Tsu yang semula jika di terjemahkan
“di suatu hari dari hari pergi Ahmad menangkap ikan, ketika
diterjemahkan menyusut menjadi “suatu hari, ahmad (pergi)
memancing”. Ada beberapa yang tidak diterjemahkan, karena kata-
kata itu tidak diperlukan pengalihan dalam Tsu ke Tsa, namun pesan
dari teks bahasa sumbernya tidak menyimpang. Bahkan, apabila
kata-kata itu dimunculkan dan tidak dibuang, maka mungkin
pesannya menjadi menyimpang.
4. Mengganti (Tabdil)
Strategi ini mengharuskan seorang penerjemah untuk mengganti
struktur kata dalam Bsu dengan memperhatikan makna dalam Bsa.
Contoh:
يوزع مجانا ولايباع
Gratis atau Tidak diperjualbelikan
15
Pada contoh tersebut, kata dalam Tsu yang berjumlah 5 kata,
cukup diterjemahkan dengan satu kata atau dua kata saja. Ini terkait
dengan kelaziman penggunaan struktur Tsa. Kapan diterjemahkan
menjadi “gratis” dan kapan diterjemahkan menjadi “tidak
diperjualbelikan”, sepenuhnya dikaitkan dengan konteks yang
melingkupinya.17
Secara garis besar strategi penerjemahan dibagi dua yaitu, strategi struktural
dan strategi semantis. Strategi structural berkenaan dengan struktur kata atau
kalimat yang meliputi dari peneliti yang sudah di sebutkan yaitu, penambahan,
pengurangan, transposisi.
Sedangkan strategi semantis atau strategi yang dilakukan karena pertimbangan
makna meliputi:18
1. Peminjaman (Borrowing)
Pungutan ini merupakan strategi penerjemahan yang membawa
kata Bsu ke dalam Bsa. Penerjemah sekedar menerjemahkan
penerjemahan yang ada, karena strategi ini dinamakan peminjaman
kata. Salah satu alasan mengapa strategi ini digunakan adalah untuk
17Moch Syarif Hidayatullah, h. 54-56. 18Suryawinata, Zuchridin dan Sugeng Hariyanto, Translation: Bahasa Teori dan Penuntun
Praktis Menerjemahkan, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2003) h. 67-76.
16
menunjukan penghargaan terhadap kata-kata tersebut. Alasan lain,
karena belum ditemukannya padanan di dalam Bsa.
Peminjaman kata ini terjadi dari mencakup transliterasi atau
naturalisasi. Transliterasi adalah strategi penerjemahan yang
mempertahankan kata-kata Bsu tersebut secara utuh, baik bunyi
maupun tulisannya ke dalam Bsa. Sedangkan naturlisasi sudah
terjadi adaptasi atau penyesuaian kata dari Bsu ke Bsa, sebagaimana
contoh :
Bsu : “Shari’ah” namun dalam Bsa di terjemahkan “Syariat”
Strategi peminjaman ini biasa digunakan untu kata atau fase
yang berhubungan dengan nama orang, nama tempat, nama majalah,
nama jurnal, nama lembaga, gelar dan istilah-istilah pengetahuan
yang belum ada pada kosakata Bsa.
2. Padanan budaya (Cultural Equivalent)
Strategi ini mengganti kata-kata khas dalam Bsu ke dalam kata-
kata khas Bsa. Karena budaya antara Bsu dan Bsa mungkin berbeda,
maka kemungkinan strategi ini tidak bisa menjaga ketepatan makna.
Walaupun demikian strategi ini bisa membuat kalmiat dalam Bsa
menjadi mulus dan enak dibaca. Contohnya, istilah “Jaksa Agung”
dalam Bsa diterjemahkan menjadi “Attorney General” dan bukan
“Great Attorney”. Hal tersebut karena dalam budaya Bsa, istilah
“Jaksa Agung” memang dikenal dengan “Attorney General”.
17
3. Padanan Deskriptif (Deskriptive Equivalent) dan analisis
komponensial (Komponential Analysis)
Strategi ini berusaha mendeskripsikan makna atau fungsi dari
kata Bsu. Menurut Newmark, strategi ini dilakukan karena kata Bsu
sangat terkait dengan budaya khas Bsu dan penggunaan padanan
budaya dirasa tidak bisa memberikan derajat ketepatan yang
dihendaki. Sebagai contoh, kata “samurai” dalam bahasa jepang
tidak bisa diterjemahkan dengan kaum bangsawan saja bila teks
yang bersangkutan adalah teks menerangkan budaya jepang.
Sedangkan analisis komponensial digunakan untuk menerjemahkan
kata-kata umum, contohnya:
Bsu: Gadis itu menari dengan luwesnya.
Bsa: The girl is dancing with great fluidity and grace
Melalui strategi ini, kata “luwes” dalam Bsu bisa diterjemahkan
menjadi “bergerak dengan halus dan anggun” atau “move eith great
fluidity and grace” di dalam Bsa.
4. Sinonim (Synonymy)
Dalam menerjemahkan, penerjemah bisa menggunakan kata
Bsa yang kurang lebih sama maknanya untuk kata Bsu yang bersifat
umum apabila penerjemah enggan menggunakan analisis
komponensial dirasa mengganggu alur kalimat Bsa.
18
Contoh:
Bsu: What a cute baby you’ve got!
Bsa: Alangkah lucunya bayi anda!
Pada contoh di atas “cute” diterjemahkan “lucu”, padahal kedua
kata tersebut hanyalah bersinonim. ”cute” sendiri mengindikasikan
ukuran kecil, ketampanan atau kecantikan dan daya tarik untuk
diajak bermain.
Sementara , “lucu” hanya menunjukan bahwa anak tersebut
menarik hati diajak untuk bermain saja.
5. Terjemahan resmi
Strategi ini merupakan terjemahan resmi telah dibakukan.
Penerjemahan yang mengerjakan naskah dari bahasa asing ke dalam
bahasa Indonesia perlu memiliki pedoman yang dikeluarkan oleh
Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Depdikbud RI.
Dengan menggunakan strategi ini, penerjemah bisa menghemat
waktu dalam menerjemah. Sebagai contoh, “read-only memory”
diterjemahkan menjadi “memori simpan tetap”.
6. Modulasi (Modulation)
Strategi ini digunakan untuk menerjemahkan frase, klausa atau
kalimat. Penerjemah memandang pesan dalam kalimat Bsu dari
sudut yang berbeda atau cara pikir yang berbeda. Menurut
Newmark, strategi ini digunakan jika penerjemahan kata-kata
19
dengan makna literal tidak menghasilkan terjemahan yang wajar
atau luwes. Contoh:
Bsu: I broke my leg
Bsa: Kakiku patah.
C. Metode Komunikatif
Metode penerjemahan komunikatif merupakan metode penerjamahan yang
berorientasi pada bahasa sasaran. Metode penerjemahan komunikatif ini
mengupayakan reproduksi makna kontekstual teks bahasa sumber sedemikian rupa
ke dalam teks bahasa sasaran, baik aspek kebahasaan maupun aspek isinya yag
langsung dimengerti oleh pembaca dan bahasa sasarannya langsung bisa diterima
dan dipahami ataupun dimengerti.19 Metode komunikatif dapat memberikan variasi
penerjemahan yang disesuaikan dengan prinsip-prinsip komunikasi.20
Metode penerjemahan komunikatif dilakukan dengan pemahaman berbahasa
pembaca dan pesan yang disampaikan. Penerjemahan metode komunikatif di atas
dapat direncanakan melalui tahapan-tahapan dalam proses penerjemahannya,
yaitu:21
Tahap I : Membaca
pada tahap ini, penerjemah diharuskan untuk membaca agar bisa mendapatkan
informasi atau pesan yang disampaikan oleh bahasa sumber.
19Frans Sayogie, Teori dan Praktik Penerjemahan, (Tanggerang Selatan: Transpustaka) h. 74. 20Moch Syarif Hidayatullah, h. 63-64. 21Frans Sayogie, h. 75-76.
20
Tahap II: Analisis
Pada tahap ini, penerjemahn menganalisis kalimat-kalimat teks sumber.
Tahap III: Pengalihan
Dalam tahap ini, penerjemah melakukan pengalihan dengan tujuan
mempertahankan informasi atau pesan yang sudah disederhanakan bahasanya
tanpa mengurangi maksud penulis teks bahasa sumber.
Tahap IV: Penyeserasian
Dalam proses sebelumnya yaitu proses pengalihan, penerjemah diharapkan
untuk mengabaikan kesepadanaan bentuk dan bila dianggap perlu diajukan
untuk mengubah susunan kalimat untuk mendapatkan pesan yang utuh. Namun
dalam tahap penyeserasian ini, penerjemah membandingkan teks bahasa
sumber dan teks hasil terjemahan untuk melihat penggunaan ragam yang sesuai
dan gaya bahasa yang wajar. Penyeserasian ini dilakukan secara berulang untuk
mendapatkan terejmahan yang sesuai dan dipahami oleh pembaca.
21
BAB III
SEKILAS TENTANG SYEKH AZ-ZARNUJI DAN KITAB TALIM
MUTAALIM
A. Biografi Syekh Az-Zarnuji
1. Riwayat Hidup Serta Kepribadiannya
Syekh Az-Zarnuji diyakini sebagai salah satunya pengarang kitab
Ta’lim Muta’alim. Akan tetapi namanya tidak setenar kitabnya. Az-Zarnuji
mempunyai nama lengkap Burhanuddin al-Islam Az-Zarnuji.22 Tanggal
lahirnya tidak diketahui secara pasti, namun tanggal wafatnya terdapat
beberapa pendapat. Ada yang mengatakan bahwa Az-Zarnuji wafat sekitar
tahun 620 H.23 Ada juga yang mengatakan bahwa Az-Zarnuji wafat sekitar
tahun 620 H.24
Sebagaimana dikutip oleh Maemonah dalam tesisnya, Az-Zarnuji
merupakan ahli hukum dari sekolah Imam Hanafi yang ada di Khurasan dan
22Awaludin Pimay, Konsep Pendidik Islam (Studi Komparasi Pandangan Al-Ghozali dan Az-
Zarnuji), Tesisi IAIN Walisongo Semarang (Semarang: Perpustakaan Pasca Sarjana IAIN Walisongo,
1999) h. 29-30. 23Abudin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam Seri Kajian Filsafat), (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2001) h.41. 24Imam Ghazali , Ta’limul Muta’alim Thariqat Ta’allun, (Surbaya: Diyantama, 1997) h. 9.
22
Transoxiana.25 Tidak ada keterangan yang pasti mengenai tempat
kelahirannya, namun melihat dari nisbahnya Syekh Az-Zarnuji dari Zurnuj,
suatu daerah yang dikenal dengan nama Afghanistan.26 Ada yang
mengatakan Zurnuj salah satu daerah di Turki, Zurnuj termasuk dalam
wilayah Ma Wara al-Nahar (Transoxiania).27 Pada zaman beliau terlihat
perkembangan pendidikan Islam berpusat pada kota Bukhara dan
Samarkan, pusat bergulirnya proses pendidikan, waktu itu masih memakai
masjid-masjid sebagai institusi pendidikan.28
Zaman keemasan dalam pendidikan terdapat didua pusat, yaitu kerajaan
Abbasiyah yang berpusat di Baghdad (750-1258 M) dan kerajaan Umayyah
di Spanyol (711-1492 M).29Dalam masalah riwayat hidup penulis kitab
Ta’lim ini juga terjadi ketidakjelasan, sehingga pengetahuan kita mengenai
Az-Zarnuji sementara ini berdasar dalam Encyclopedia Of Islam.30
Kitab Ta’lim Muta’alim lebih dikenal dengan kitab Ta’lim al-Muta’alim
Tariq al-Ta’allum tersebut merupakan yang ditulis oleh Az-Zarnuji dalam
25Maemonah, Reward And Punishment Sebagai Metode Pendidikan Anak Menurut Ulama’
Klasik (Study Pemikiran Ibnu Maskawaih al-Ghazali dan Az-Zarnuji), (Semarang: Tesis Program Pasca
Sarjana IAIN Walisongo, 2009) h. 52. 26Burhanuddin dan Esa Nur Wahyunim Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2010) h.50. 27M.N. Ary B, Uraian Terhadap Buku Ta’lim Muta’alim, (http://garisvawahku.wordpress.com
di akses 23 Februari 2019) 28Zuharini, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992) h.7. 29Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan: Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan,
(Jakarta: Pustaka Utama, 1989) h. 13. 30M. Plessner, Az-Zarnuji Dalam First Encyclopedia of Islan Voll. VIII, (London: New York:
E. J. Brill’s, 1987) h. 1218
23
bidang pendidikan. Kitab Ta’lim Muta’alim satu-satunya kitab karangan
Az-Zarnuji yang tersisa, masih banyak karangan Az-Zarnuji yang hilang
atau lenyap, akibat serangan tentara mongol.31
B. Hasil karya Az-Zarnuji
Kitab Ta’lim Muta’alim merupakan karya Az-Zarnuji yang masih ada
sampai sekarang. Kitab Ta’lim Muta’alim pertama kali ditebitkan di Musid
pada tahun 1265 M.32 hampir setiap lembaga pendidikan Islam mengkaji dan
mempelajari kitab Ta’lim Muta’alim, terutama pondok pesantren tradisional
bahkan modern. Karena pada dasarnya konsep pendidikan Az-Zarnuji sangat
berpengaruh dikalangan pelajar, yakni:
a. Motivasi yang besar terhadap ilmu pengetahuan
b. Konsep terhadap ilmu pengetahuan
c. Pendekatan-pendakatan pendayagunaan pola pikir yang baik.
C. Sekilas Tentang Kitab Ta’lim Muta’alim
1. Hal Terpenting Kitab Ta’lim Muta’alim
Kitab Ta’lim Muta’alim sangat terkenal, kitab ini diakui sebagai kitab
yang diperhitungkan keberadaanya. Kitab ini juga dijadikan bahan
31Elok Tsuroyyah Imron, Analisis Komparasi Konsep Belajar dan Pembelajaran Menurut al-
Ghozali dan Az-Zarnuji, (etheses.uin-malang.ac.id diakses tanggal 23 Februari 2019) h. 364.
32Abu Muhammad Iqbal, Pemikir Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pusat Pelajar, 2015), cet ke-
1 h.365.
24
penelitian dan rujukan dalam karya ilmiah. Keistimewaan kitab Ta’lim
Muta’alim terdapat pada materi yang dikandungnya. Dengan judul yang
membahas metode belajar, prinsip-prinsip dan strategi belajar.
Dari pembahasan kitab Ta’lim Muta’alim ada 13 pasal yang
dikemukakan oleh Az-Zarnuji mengenai konsep Pendidikan diantaranya
terdapat dalam tabel erikut ini:
Pasal I Tentang Hkikat Ilmu, Fiqih dan
Keutamaannya.
Pasal II Niat Dalam Mencari Ilmu.
Pasal III Memilih Ilmu, Guru, Teman Belajar dan
Tekun dalam Menimba Ilmu.
Pasal IV Penghormatan Terhadap Ilmu dan Orang
Lain.
Pasal V Tentang Kesungguhan Dalam Belajar,
Ketekunana dan Cita-Cita.
Pasal VI Mulai Mengaji, Ukuran dan Urutannya.
Pasal VII Tawakal.
Pasal VIII Waktu-Waktu Dalam Belajar.
Pasal IX Kasih Sayang dan Nasihat.
Pasal X Mencari Tambahan Ilmu.
25
Pasal XI Sikap Wara’ Dalam Menuntut Ilmu.
Pasal XII Hal-Hal Yang Dapat Memperkuat dan
Melemahkannya.
Pasal XIII Hal-Hal Yang Dapat Mendatangkan Rezeki
dan Yang Menghalanginy, dan Yang
Menambah Umur dan Yang Menguranginya.
2. Pengaruh Kitab Ta’lim Muta’alim
Kitab Ta’lim Muta’alim merupakan kitab yang terkenal di pesantren.
Kitab Ta’lim Muta’alim sangat berpengaruh pada pembentukan akhlak para
santri, karena di dalamnya penuh dengan etika-etika menuntut ilmu
pengetahuan. Para santri diwajibkan mempelajari dan menetapkan kitab
Ta’lim Muta’alim sebagai acuan untuk mendasari sikap dan akhlak santri
atau siswa dalam pendidikan islam dalam rangka menuntut ilmu
pengetahuan.
Dalam kitab Ta’lim Muta’alim menggambarkan pandangan Az-Zarnuji
merujuk pada kewajiban zuhud dengan pengertian mencegah dari perkara
26
syubhat dan makruh dalam setiap kehidupan. Sikap zuhud termasuk dalam
kategori kebutuhan premier menyangkut hati nurani.33
Menurutnya ilmu pengetahuan sangat penting untuk menumbuhkan
akhlak yang terpuji sehingga bisa menghindar dari akhlak yang tercela.
Kemudian mengaplikasikannya secara tepat, merupakan kewajiban bagi
setiap muslim.34
33Ghozali, Kiat Sukses Dalam Menuntut Ilmu ”Terjemahan Kitab Ta’lim Muta’alim, (Jakarta:
Rika Grafika, 1994) h. 9. 34Ma’ruf Asrori, Etika Belajar Bagi Penuntut Ilmu “Terjemahn Ta’lim Muta’alim, (Surabaya:
al-Mifta, 1996) h. 8.
27
BAB IV
TERJEMAHAN KITAB TA’LIM MUTA’ALIM
A. Temuan Masalah dan Pertanggungjawaban Metode Penerjemahan
Pada bagian ini peneliti akan melakukan analisis data dari tabel temuan yang
sebelumnya telah dipaparkan. Berikut ini analisis dari masing-masing
permasalahan peneliti temui dalam kitab Ta’lim Muta’alim karya Az-Zarnuji.
Pasal I: Hakikat Ilmu, Fikih dan Keutamaannya35
Terjemahan Buku Terjemahan Peneliti Arab
Perlu diketahui bahwa,
kewajiban menunutut
ilmu bagi muslim laki-
laki dan perempuan ini
tidak untuk sembarang
ilmu, tetapi terbatas pada
ilmu agama, dan ilmu
yang menerangkan cara
bertingkah laku atau
bermuamalah dengan
Perlu diketahu bahwa,
semua muslim tidak
diwajibkan untuk
menuntut semua ilmu
pengetahuan.
Namun, diwajibkan
menuntut ilmu
pengetahuan yang sesuai
dengan keadaan. Seperti
halnya diungkapkan,
اض عالى كل ه لاا يفتا ا علا بأن
ال , ب لاب عل ة طا مسلما مسل وا
لاب عل الحال اض عالايه طا يفتا
لا العل عل اقاال: أفضا ا ي كما
ل حفظ ما ل العا اافضا الحال وا
الحال .
35Abdul Kadir Aljufri, Terjemahan Kitab Ta’lim Muta’alim, (Surabaya: Mutiara Ilmu, 2009) h.
4.
28
sesama manusia.
sehingga ada yang
berkata, “ilmu yang
paling utama ialah ilmu
hal. Dan perbuatan yang
paling mulia adalah
menjaga prilaku.” Yang
dimaksud ilmu hal ialah
ilmu agama Islam. Salat
misalnya.
“ilmu pengetahuan yang
palin utama ialah ilmu
hal (keadaan). Perbuatan
yang paling mulia adalah
menjaga sifat”
Pertanggung jawaban:
1. Pada kata اعلا diterjemahan kitab Ta’lim Muta’alim mempunyai arti “ilmu”,
namun disini peneliti tidak hanya menerjemahkan ilmu saja, akan tetapi
menerjemahkannya dengan “ilmu pengetahuan”36
2. Pada kata كل di dalam kitab terjemahan, penerjemah menerjemahkan dengann
kata “bagi”, namun disini peneliti menerjemaahkannya dengan kata “semua”.37
36Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, (Surabaya:
Penerbit Pustaka Progressif, 1997) h. 966.. 37Atabik Ali Ahmad Zuhdi Nuhdlor, Kamus Al-Asri Arab-Indonesia, (Yogyakarta: Multi Karya
Grafika) h.1513
29
3. Pada kata ة مسلما dalam terjemahan kitab diterjemahkan “muslim laki-laki مسل وا
dan perempuan”, akan tetapi disini peneliti menerjemahkan dengan terjemahan
“muslim” saja.38 Peneliti tidak menyebutkan menganai laki-laki dan
perempuan. Karena dalam konteks sebelumnya peneliti menerjemahkan kata
menjadi semua. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata muslim كل
sendiri “penganut agama islam” yang mana sudah mencakup antara laki-laki
dan perempuan.39
4. Pada kata الحال peneliti menerjemahkan “keadaan”40 di dalam kitab terjemahan
Ta’lim Muta’alim karya Abdul Kadir AlJufri menerjemahkan dengan
penjelasan “ilmu yang menerangkan cara bertingkah laku atau bermuamalah
dengan sesama manusia”.
5. Dalam kalimat sebelumnya kata الحال diterjemahkan dengan arti “keadaan”
namun disini peneliti menerjemahkan dengan kata “sifat” agar sesuai konteks.
Kata keadaan sendiri dalam KBBI mempunyai art “ sifat dan suasana”.41
Kemudian peneliti mencari agar sepadan dengan konteks seseorang yang
38Atabik Ali Ahmad Zuhdi Nuhdlor, h. 1722. 39Kbbi.kemendikbud.go.id/entri/Muslim.06/08/2019.13.17. 40Atabik Ali Ahmad Zuhdi Nuhdlor, h. 726. 41Kbbi.kemendikbud.go.id/entri/Keadaan.06/08/2019.13.50.
30
sedang berkata, peneliti mencari kata dari arti sifat itu sendiri “dasar atau
watak”.42
6. Dalam menerjemahkannya peneliti melakukan strategi penerjemahan
mengedepankan dan mengakhirkam, membuang dan mengganti.43
Pasal II: Niat Dalam Mencari Ilmu44
Terjemahan Buku Terjemahan Peneliti Arab
Para ulama harus
menjaga diri dari hal-hal
yang dapat merendahkan
martabatnya. Harus
tawadhu’. Dan tidak
tamak pada harta dunia
Orang yang berilmu
pengetahuan itu jangan
membuat dirinya sendiri
menjadi hina lantaran
serakah terhadap
sesuatu yang tidak
semestinya dan menjaga
diri nya dari hal-hal
yang membuat turun
drajatnya.
انباغ لااهل العل اان لاا يذل ي وا
طما عا ع في غاي الما ما افسه بلط ن
ل العل ذا ا فيه ما زا عا ر اتاحا ي وا
اضعا ياكونا متاوا ااهل وا وا
لا ذا الما ايا التكاب وا اضع ب التوا وا
لا في ف ذا العفة كاذلا بعرا وا
ق. كتااب الااخلا
42Kbbi.kemendikbud.go.id/entri/Sifat.06/08/2019.13.53. 43Moch Syarif Hidayatullah, h. 54-56. 44Abdul Kadir Aljufri, h. 16.
31
Pertanggung jawaban:
1. Dalam terjemahan kitab Ta’lim Muta’alim karya Abdul Kadir Aljufri kalimat
diterjemahkan sebagai para ulama namun peneliti menerjemahkan لااهل العل
dengan terjemahan orang yang berilmu pengetahuan.45 Peneliti mengganti46
menjadi orang yang berilmu dari pada pakar ulama karena dalam budaya di
Indonesia pakar ulama lebih kepada orang atau ahli dalam permasalahan
agama.
2. Pada kata طمع dan مذل dalam terjemahan Abdul Kadir Aljufri tidak di
terjemahkan. Namum, peneliti menerjemahkannya serakah47 dan hina.48
3. Pada penerjemahan di sini peneliti banyak mengunakan strategi penerjemahan
hadzf. Dengan alasan penerjemahan tersebut sudah tersampaikan pesannya.49
Pasal III: Memilih Ilmu, Guru, Teman Belajar dan Tekun Dalam
Menimba Ilmu50
Terjemahan Buku Terjemahan Peneliti Arab
45Atabik Ali Ahmad Zuhdi Nuhdlor, h. 271. 46Moch Syarif Hidayatullah, h. 56. 47www.almaany.com/id/dict/ar-id/ 07/08/2019.05.49.طعم. 48www.almaany.com/id/dict/ar-id/ 07/08/2019.05.50.مذلة.\ 49Moch Syarif Hidayatullah, h. 56. 50Abdul Kadir Aljufri, h. 23.
32
Ada yang berkata,
bahwa keberanian
adalah kesabaran
menghadapi kesulitan
dan penderitaan. Oleh
karena itu, seorang
santri harus berani
bertahan dan bersabar
dalam mengaji kepada
seorang guru dan dalam
membaca sebuah kitab.
Tidak meninggalkan
sebelum tamat atau
selesai. Tidak pindah-
pindah dari satu guru ke
guru yang lain. Dari
satu ilmu ke ilmu yang
lain. Padahal ilmu yang
dipelajari belum ia
kuasai, juga tidak
pindah-pindah dari satu
Ada yang berkata: “yang
namanya pemberani itu
adalah mampu sabar
terhadap waktu.” Maka
sebaiknya pelajar sabar
ketika belajar kepada
sang guru dan dalam
mempelajari suatu kitab
jangan sampai
ditinggalkan sebelum
sempurna dipelajari.
Kemudian dalam tempat
belajar jangan berpindah
kelain daerah kecuali
darurat. Kalau hal ini
dilanggar, dapat membuat
urusan jadi kacau , hati
bermasalah, waktu yang
sia-sia dan menyakiti hati
sang guru.
اعاة ب سا اعاةا صا جا : االش قيلا
الب العل أن فايانباغى لطا
اص ي اثبتا وا تااذ ي با عالى أس
كه ات ي تل لاا عالى كتااب حا وا
تاغلا اش ي تل لاا عالى فانل حا ا وا اابتا
لا بفانل ا×ارا قابلا اان يتقنا الااو
انتاقلا الى تل لاا ي حا عالى بالا وا
ة فاان ورا را من غاي ضا اخا بالا
ق الامورا ذلا كه يفارل
ع يل يضا يشغل القالبا وا وا
ز للما يؤذى المعا الااوقااتا وا
33
daerah ke daerah lain,
supaya waktumu tidak
terbuang sia-sia.
Pertanggung jawaban:
1. Pada kata اعاةا جا .peneliti menerjemahkan “pemberani” dari pada keberanian االش
Mengenai makna dari kata pemberani dan keberanian sendiri bersifat hamper
sama. Keberanian sendiri mempunyai arti “keadaan berani dan kegagahan”.51
Namun pemberani sendiri mempunyai arti “orang yang sangat berani dan yang
mempunyai sifat berani”.52
2. Pada kalimat اعاة ب سا .”peneliti menerjemahkan “sabar53 terhadap waktu54 صا
Sesuai dengan konteks sacara keseluruhan seorang pelajar yang harus bersabar
ketika belajar.
3. Kata الب sendiri di dalam kitab terjemahan Ta’lim Mutaalim penerjemah لطا
menggunakan kata “santri”. Tetapi, penelisi disini menggunakan kata
“pelajar”.55 Dalam KBBI sendiri santri dan pelajar. Santri mempunyai arti
51Kbbi.kemendikbud.go.id/entri/keberanian.07/08/2019.09.30. 52Kbbi.kemendikbud.go.id/entri/keberanian.07/08/2019.09.31. 53Atabik Ali Ahmad Zuhdi Nuhdlor, h. 1165. 54Atabik Ali Ahmad Zuhdi Nuhdlor, h. 1035. 55www.almaany.com/id/dict/ar-id/ 07/08/2019.09.48.طالب.
34
“orang yang mendalami agama islam dan orang yang beribadat bersungguh-
sungguh”56 dan “pelajar mempunyai arti yang sepadan dengan konteks yakni
“anak sekolah (terutama pada sekolah dasar dan sekolah lanjutan)”.57
4. Dalam penerjemahan kitab Ta’lim Muta’alim karya Abdul Kadir Aljufri
terdapat penambahan kata pada terjemahan “mengaji”. Peneliti juga
menggunakan penambahan kata namun bukan mengikuti Terjemahan Abdul
Kadir AlJufri. Akan tetapi, menggunakan kata “belajar” .58 sesuai dengan
konteks pada paragraf sebelumnya.59 Dalam kata mengaji dan belajar tidak
berbeda jauh. Mengaji sendiri mempunyai arti “mendaras (membaca)
Alquraan, belajar membaca tulisan arab, belajar”.60 Sedangkan belajar itu
sendiri “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah
laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman”.61
5. Kata ق peneliti menerjemahkan “kacau” karena arti dalam kamus Qomusika يفارل
“memisah-misahkan,memecah belah”.62 Namun jika dilihat dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online memisah-misahkan adalah memecah-
belah menjadikah terpisah-pisah.63 Akan tetapi peneliti mencari yang sesuai
56Kbbi.kemendikbud.go.id/entri/santri.07/08/2019.09.54. 57Kbbi.kemendikbud.go.id/entri/pelajat.07/08/2019.09.54. 58Moch Syarif Hidayatullah, h. 55. 59Abdul Kadir Aljufri, h. 22. 60Kbbi.kemendikbud.go.id/entri/mengaji.07/08/2019.10.09. 61Kbbi.kemendikbud.go.id/entri/belajar.07/08/2019.10.11. 62Muhammad Masnur Hamzah, Kamus Arab-Indonesia-Inggris Kamus Klasik Kontemporer,
(Kairo,2012)., h. 990 63Kbbi.kemdikbud.go.id/entri/memisah-misahkan.10/05/2019.09.16
35
dengan konteks terkait dan tidak keluar dari makna konteks bahasa sumber
sebelumnya. Didalam KBBI sendiri kacau balau itu “sangat kacau”.64 Dalam
kitab terjemahan Talim Mutaalim konteks sebelumnya yaitu pelajar harus
sabar ketika menuntut ilmu pengetahuan dengan memahami satu pelajaran
terlebih dahulu dan jangan ke pelajaran lain.65 Kemudian peneliti
menerjemahkan yang belum di terjemahkan oleh syekh Abdul Kadir Al-Jufri
yaitu kalimat berikutnya dengan terjemahan “Kalau hal ini dilanggar, dapat
membuat urusan menjadi kacau balau”. Sesuai dengan konteks sebelumnya.
6. Kata المور sendiri peneliti menerjemahkan “urusan” sesuai dengan kamus
online Almaany yaituالمور- أمور artinya “urusan”.66
7. Pada kalimat يشغل القالبا peneliti menerjemahkan “hati bermasalah”. Kata وا
;itu sendiri dalam kamus hans wehr artinya “sagala a to occupy, busy يشغل
preoccupy, keep, busy, give, trouble”.67 Sedangkan القالبا “hati,lubuk
hati,jantung”.68
64Kbbi.kemdikbud.go.id/entri/kacau balau.10/05/2019.09.15 65Syekh Az-Zarnuji, diterjemahkan oleh Abdul kadih Al-Jufri, Terjemahan Kitab Talim
Mutaalim (Surabaya: Mutiara Ilmu Surabaya, 2009)., h.23 66 www.almaany.com/id/dict/ar-id/ 10/05/2019.08.39.مذلة 67Hans Wehr and J. Milton Cowan, A Dictionary O Modern Written Arabic, (London:Harrap,
1976)., 10/05/2019.15.27., h.476 68 Muhammad Masnur Hamzah, h.1048
36
8. Pada kalimat ع ال ضوقاات يل يضا ”peneliti menerjemahkan “menyia-nyiakan waktu وا
arti daari kata ع يل itu sendiri berarti ”menghilangkan, salah يضا
letak/menaruh,menyia-nyiakan, boros, menghamburkan”.69 Sedangkan kata
waktu,masa,periode”.70“ ال ضوقاات
Pasal IV: Penghormatan Terhadap Ilmu dan Orang Alim71
Terjemahan Buku Terjemahan Peneliti Arab
Seharusnya tidak
memakai tinta merah
dalam menulis kitab,
karena hal itu kebiasaan
para filsuf, bukan
kebiasaan ulama salaf.
Bahkan guru kami ada
yang tidak mau
memakai kendaraan
berwarna merah
Sebaiknya jangan ada tinta
yang berwarna merah di
dalam kitab karena hal itu
merupakan perbuatan
kaum filsuf bukan ulama
salaf. Lebih dari itu ada
diantara guru-guru kita
yang tidak suka memakai
kendaraan yang berwarna
merah.
انباغ اان لاا ياكونا في الكتااب ي وا
نيع اا صا ة فاان ء منا الحمرا شا
لاف. ال نيع الس سفاة لاا صا فالا
ن كارها ناا ما اي شا من ما وا
كب الااحمار. الا المرا تعما اس
69Muhammad Masnur Hamzah, h.852 70www.almaany.com/id/dict/ar-id/ 11/05/2019.11.00.الوقت 71Abdul Kadir Aljufri, h. 35.
37
Pertanggung jawaban:
1. Pada terjemahan kali ini peneliti menerjemahkan hamper mseperti buku
terjemahan Ta’lin Nuta’alim karya Abdul Kadir Al-Jufri. Pada penerjemahan
ini peneliti mengganti padanaan kata yang tepat agar dipahami oleh pembaca.
Dalam kalmiat terjemahan “seharusnya” peneliti menerjemahkan menjadi
“sebaiknya”. Dalam kata seharusnya yangmanadari kata se-harus-nya memang
harus diwajibkan “patut, wajib”.72 Sedangkan sebaiknya berarti se-baik-nya
“elok, mujur, berguna, tidak jahat (tentang kelakuan, budi pekerti, keturunan
dan sebagainya), sembuh, selamat, selayaknya, ya (untuk menyatakan setuju
dan kebaikan”.73
Pasal V: Tentang Kesungguhan Dalam Belajar, Ketekunan dan Cita-
Cita74
Terjemahan Buku Terjemahan Peneliti Arab
Dengan kadar
sengsaramu dalam
berusaha kamu akan
mendapat apa yang kamu
dambakan. Dikatakan
bahwa belajar dan
Sekadar jeri payahmu, kamu
akan mencapai cita-citamu.
Dikatakan bahwa dalam
kesuksesan mempelajari ilmu
fiqih itu diperuntukan
kesungguhan tiga pihak.
ا تاتاعان تاناال قيلا بقادر ما وا
تااج لفى ا تاتامنل قيلا يحا ما
التفا وا لم التعا قه الى جدل
72Kbbi.kemendikbud.go.id/entri/harus.07/08/2019.14.42. 73Kbbi.kemendikbud.go.id/entri/baik.07/08/2019.14.42. 74Abdul Kadir Aljufri, h. 40.
38
memperdalam ilmu fiqih
itu dibutuhkan adanya
kesungguhan dari tiga
orang, kesungguhan
murid, guru dan ayah bila
masih hidup.
Yaitu pelajar, guru dan wali
murid (ayah) jika masih ada.
تااذ الاس وا لل ثاة المتاعا الثالا
نا ف ب ان كا الاا وا
الااجيااء.
Pertanggung jawaban:
1. Pada terejmahan kata بقادر mempunyai arti kata dengan “kadar”.75 Namun disini
peneliti menerjemahkannya menjadi sekedar agar pembaca memahami apa
maksud dari teks tersebut. Dalam arti kata kadar itu sendiri “kekuasaan,
ketentuan, untung malang, kodrat, ukuran untuk menentukan suatu norma, isi,
nilai, lebih kurang, kadah”.76 Sedangkan peneliti menerjemahkan sekadar
karena kata sekadar sendiri sudah mencakup pada kata kadar77 tersebut.
2. Pada kata terjemahan تاناال di dalam kitab terjemahan Ta’lim Muta’alim
memiliki arti mendapatkan namun peneliti menerjemahkannya sebagai
“mencapai”.78
75Atabik Ali Ahmad Zuhdi Nuhdlor, h. 1436. 76Kbbi.kemendikbud.go.id/entri/kadar.08/08/2019.03.44. 77Kbbi.kemendikbud.go.id/entri/sekadar.08/08/2019.03.46. 78www.almaany.com/id/dict/ar-id/ 08/08/2019.04.02 .تنال.
39
3. Pada kata تاتامنل penerjemah menerjemahkan “yang kamu dambakan” namun
peneliti menemukan arti dari kata تاتامنل yaitu “berangan-angan”.79 Ketika
peneliti menerjemahkan kata berangan-angan dalam kontes kurang dipahami.
Kemudian peneliti mencari kata angan-angan dalam KBBI “pikiran, cita-cita,
maksud, gambaran dalam ingatan, proses berfikir yang dipengaruhi oleh
harapan-harapan terhadap kenyataan yang logis”.80
4. Pada penerjemahan tersebut peneliti menggunakan strategi tabdil atau
mengganti, agar konteks dalam penerjemahan dapat dipahami dan mudah di
baca.81
Pasal VI: Mulai Mengaji, Ukuran dan Urutannya.82
Terjemahan Buku Terjemahan Peneliti Arab
Seorang ahli fiqih
berkata, “Berfikir
sebelum berkata itu
sangat penting. Oleh
karena itu, para ahli ilmu
fiqih harus berfikir dulu
Ulama fiqih berkata,
“Berfikir sebelum berkata
itu sangat penting. Oleh
karena itu, para ahli ilmu
fiqih harus berfikir dulu
sebelum bicara.”
قاالا في اضول الفقه: هذا وا
هوا اان ياكونا اا صل كابي وا
ل. م الفاقيه المنااظر بلتأم ا كلا
79www.almaany.com/id/dict/ar-id/ 14/08/2019.06.01 .تتمني. 80Kbbi.kemendikbud.go.id/entri/angan-angan.14/08/2019.06.04. 81Dr. Moch Syarif Hidayatullah, M.Hum, h. 56. 82Abdul Kadir Aljufri, h. 63.
40
sebelum bicara.” Jika
kamu menaati orang yang
menasihati dan yang
mengasihimu, maka
jangan kamu lupakan
waktu iya berbicara,
ukurannya, dan
tempatnya.
Pesanku untukmu, ada
lima hal untuk menata
ucapan ** jikalau kau
mematuhi sang mushi
(orang yang berwasiat)
yang penuh belas kasih.
Sungguh janganlah engkau
melupakan sebab
pembicaraan dan waktunya
** serta kadar dan
tempatnya
قل أس العا : را اان ياكونا قيلا
ل. التأمم م بلاتثابت وا ا الكلا
قاالا قائل:
م ا اظم الكلا أوصيكا في ن
ة ** ان كنتا بامسا
فيق مطيعا. للموص الش
م ا بابا الكلا تاغفالان سا لاا
نا كا الما الكما قتاه ** وا وا وا
يعا جا
Pertanggung jawaban:
1. Pada kalimat أوصيكا peneliti menerjemahkan menjadi “pesanku untukmu”.
Kalimat tersebut berasal darai kata أوصا yang berarti “mewasiatkan,
41
mewariskan dengan wasiat”.83 Kata wasiat itu sendiri dalam KBBI “pesan
terakhir yang disampaikan oleh orang yang akan meninggal”.84 Peneliti
disalam penerjemahan lebih memilih pesan. Ketika peneliti mencari kata
pesan itu sendiri dalam, KBBI “(1) Perintah, nasihat, permintaan, amanat
disampaikan lewat oeang lain. (2) Perkataan (Nasihat,wasiat) yang
terakhir (dari orang yang akan meninggal dunia). (3) Pesanan”.85
2. Pada kata اظم dalam ن ظم peneliti menerjemahkan “menata”. Arti dari kata ن
kamus “mengatur, memberi bertali mutiara”.86 Peneliti lebih memilih kata
”menata” daripada “mengatur”. Dalam KBBI kata mengatur itu sendiri
berarti “(1) Membuat (menyusun) sesuatu menjadi teratur (rapi); menata,
(2) Mengurus, (3) Menyusun (tentang bunga); merangkai”.87 Sedangkan
kata menata itu sendiri dalam KBBI “(1)Mengatur, menyusun membenahi,
(2) Mengarang (bunga)”.88
3. Pada kata م ا ة dan الكلا مسا sendiri berarti “Perkataan atau ucapan”.89 با
Sedangkan ة berarti “lima”.90 بامسا
83Muhammad Masnur Hamzah, h. 224. 84Kbbi.kemdikbud.go.id/entri/Wasiat.13/05/2019.08.50 85Kbbi.kemdikbud.go.id/entri/Pesan.13/05/2019.08.56 86Syarif Al-Qusyairi, Kamus Al Akmal Arab Indonesia, (Surabaya: Penerbit Karya Harapan).,
h. 567 87Kbbi.kemdikbud.go.id/entri/Mengatur.13/05/2019.09.17 88Kbbi.kemdikbud.go.id/entri/Menata.13/05/2019.09.20 89Ahmad Warson Munawwir, h. 1227 90Ahmad Warson Munawwir, h. 368
42
4. Pada kata للموص dalam kamus cetak mempunyai arti “pewasiat, pemberi
wasiat, yang meninggalkan wasiat”.91 Namun peneliti disini tetap
menerjemahkan “mushi” karena dalam syair lebih mementingkan
keindahan dalam membacanya. Syair sendiri merupakan kata-kata yang
berirama.92
5. Pada kata فيق peneliti menerjemahkan “belas Kasih”. Dalam kamus الش
cetak kata فيق berarti “belas kasih, rasa simpat”.93 الش
6. Pada kata مطيعا peneliti menerjemahkan “mematuhi”. Dalam kamus
Almaany online kata tersebut mempunyai arti “ditaati”.94
7. Pada kata تاغفالان peneliti menerjemahkan “melupakan”. Namun arti kata
,sendiri mempunyai arti “membuat lupa, menyebabkan lalai تاغفالان
menjadikan diabaikan”.95 Peneliti menerjemahkan melupakan agar kalimat
didalam syair menjadi indah ketika diucapkan dan makna dari kata tersebut
tidak jauh dari konteks bahasa sumber itu sendiri.
91Muhammad Masnur Hamzah, h.1348 92Akhmad Muzakki, Kesusastraan Arab Pengantar Teori Dan Terapan, (Jogjakarta: Ar-Ruz
Media, 2006)., h. 42 93Muhammad Masnur Hamzah, h.797 94www.almaany.com/id/dict/ar-id/ 13/05/2019.11.45.مطاع 95Muhammad Masnur Hamzah, h.964.
43
8. Pada kata بابا ,sendiri mempunyai arti “sebab. Penyebab, akibat سا
alasan”.96
9. Pada kalimat قتاه وا م وا ا peneliti menerjemahkan “pembicaraan97 dan الكلا
waktu”.98
10. Pada kalimat يعا نا جا كا الما الكما peneliti menerjemahkan “serta kadar dan وا
tempatnya”. Dalam terjemahan م berasal dari kata الكما ,yang artinya “kadar كا
banyaknya, kuantiti”.99 Sedangkan نا كا ,itu mempunyai arti “tempat الما
lokasi, lokal, ruang, kamar, tempat, tinggal, sebidang tanah, lahan”.100
Kemudian arti kata يع itu “semua, total, seluruhnya”.101 Namun di جا
penerjemahan dalam kalimat ini, peneliti menggunakan strategi
penerjemahan hadzf atau membuang. Peneliti tidak menerjemahkan dari
kata يع itu sendiri, agar syair tersebut tetap menjadi indah ketika جا
diucapkan oleh pembaca.102
96Muhammad Masnur Hamzah, h.728. 97Ahmad Warson Munawwir, h. 368. 98www.almaany.com/id/dict/ar-id/ 13/05/2019.12.43.الوقت. 99Muhammad Masnur Hamzah, h.1086 100www.almaany.com/id/dict/ar-id/ 13/05/2019.13.31.مكان. 101Muhammad Masnur Hamzah, h.480. 102Moch. Syarif Hidayatullah, h. 56.
44
11. Pada penerjemahan karya sastra berupa syair yang di terjemahkan oleh
peneliti lebih ke segi bahasa dengan tekanan pada aspek kebahasaannya
dalam bentuk dan pemakaian bahasa.103
Pasal VII: Tawakal104
Terjemahan Buku Terjemahan Peneliti Arab
Nabi bersabda,
“Sesungguhnya
diantara dosa-dosa itu
ada dosa yang tidak
dapat terhapus kecuali
dengan prihatin soal
mencari nafkah.”
Maksud sabda itu ialah
prihatin yang tidak
melalaikan amal-amal
baik, dan tidak
melalaikan hati dari
mengingat Allah pada
waktu salat. Boleh
memikirkan soal rezeki
Nabi Bersabda,
“Sesungguhnya ada di
antara dosa yang tidak
akan bisa terhapus kecuali
dengan memperhatikan
cara gaya hidup”.
ة لا ا قاول عالايه الص اام وا
نوب م: ان منا الذم لا الس وا
م ا الا ها اوب لاا يكافلرها ذن
اد منه قادر ة . فاالمرا عيشا الما
ي ال الخا لم بأعا ل لاا ي ها
لاا يشغلا القالبا شغل وا
ار القالب ف لم بأ حضا ي
ة, فاان ذلا القادرا لا الص
103Akhmad Muzakki, h.121. 104Abdul Kadir Aljufri, h. 74.
45
asal tidak sampai lupa
kepada Allah ketika
salat, maka yang
demikian itu tergolong
amal akhirat.
ال القاصد من ااعا وا منا الهامل
ة. الاخرا
Pertanggung jawaban :
1. Pada kalimat يش ة ع penerjemah menerjehamkannya dengan “soal mencari الم
nafkah”. Namun, peneliti menerjemahkan “cara gaya hidup”.105
2. Pada kalimat selanjutnya peneliti tidak melakukan penerjemahan dikarenakan
dari sabda nabi sudah jelas apa yang di maksud dengan mengubah sikap.
Kemudian peneliti juga mengganti kata soal mencari nafkah dengan cara gaya
hidup.106
Pasal VIII : Waktu-Waktu Belajar Ilmu107
Terjemahan Buku Terjemahan Peneliti Arab
Menuntut ilmu itu
mulai dari ayunan
sampai ke liang kubur.
Masa belajar itu sejak
manusia berada dibuaian
hingga ke liang kubur.
هد الىا اللحد منا الما لم قت التعا قيلا وا
هوا د ف التفاقمه وا ن بن زياا سا لا حا خا دا
105Atabik Ali Ahmad Zuhdi Nuhdlor, h. 1771. 106Moch. Syarif Hidayatullah, h. 56. 107Abdul Kadir Aljufri, h. 80.
46
Hasan bin Ziyad tetap
belajar ketika berusia
80 tahun. Dia tak
pernah nyenyak tidur
selama 40 tahun.
Setelah itu dia
berfatwa selama 40
tahun
Imam Hasan bin Ziyad
ketika berumur 80 tahun
baru mendalami ilmu
Fiqih, dia tidak pernah
tidur nyenyak selama 40
tahun, lalu 40 tahun
berikutnya beliau menjadi
mufti.
اش لام يابت عالىا الفرا ناة وا انيا س ا ابن ثاما
اعيا لا اارب اعدا ذا ناة فااافت ب اعيا س ا أرب
ناة س ا
Pertanggung jawaban:
1. Pada kata هد penerjemah menerjemahkan “ayunan”. Namun peneliti الما
menerjemahkan “buaian”.108
2. Pada kata التفاقمه penerjemah tidak menerjemahkan nya hanya saja peneliti tetap
menerjemahkannya dengan terjemahan “ilmu fiqih”109 sesuai dengan yang
dimaksud dengan bahasa sumber.
3. Pada kata فااافت penerjemah menerjemahkan “berfatwa” tetapi peneliti
menggunakan kata “mufti”110 dari pada “berfatwa”. Dikarenakan arti kata mufti
108www.almaany.com/id/dict/ar-id/ 19/08/2019.08.07.مهد. 109Ahmad Warson Munawwir, h. 1068. 110www.almaany.com/id/dict/ar-id/ 21/08/2019.06.15.مفت.
47
sendiri “pemberi fatwa untuk memutuskan masalah yang berhubungan dengan
hukum islam”111 jika kata fatwa sendiri mempunyai arti “jawab (keputusan dan
pendapat) yang diberikan oleh mufti tentang suatu masalah, nasihat orang
alim”.112 Dalam kalimat tersebut jika diterjemahkan “berfatwa” tidak terlalu
dipahami oleh pembaca maksud dari kalimat tersebut. Namun jika
diterjemahkan “mufti” maksud dari bahasa sumber bisa dipahami jikalau Imam
Hasan bin Ziyad menjadi mufti.
4. Pada kalimat ناة اعيا س ا لا اارب اعدا ذا peneliti menerjemahkan menggunakan فااافت ب
strategi penerjemahan mengedepankan dan mengakhirkan (Taqdim dan
Takhir).113
Pasal IX : Kasih Sayang dan Nasihat114
Terjemahan Buku Terjemahan Peneliti Arab
Kedua anak tersebut
berkata, “sesungguhnya
kami tidak punya
semangat mengaji pada
waktu yang ditentukan
oleh ayah kami.”
Kedua putranyapun
berkata: “sungguh kami
lelah belajar”, kemudian
ayah merekapun berkata
“sesungguhnya orang-
orang asing dan anak-
تاناا تاكم بيعا ن : ان طا اقلا ناا ي فاكا
قت فاقاالا تاملم ف ذلا الوا وا
دا ااولاا ء وا اابوهاا: ان الغاربا
111Kbbi.kemdikbud.go.id/entri/Mufti.21/08/2019.06.17. 112Kbbi.kemdikbud.go.id/entri/Fatwa.21/08/2019.06.17. 113Moch. Syarif Hidayatullah, h. 54. 114Abdul Kadir Aljufri, h. 82.
48
Kemudian ayahnya
berkata, “sesungguhnya
orang-orang jauh datang
mengaji kepadaku. Merka
adalah anak-anaknya
orang besar dan
terpandang dari berbagai
daerah. Maka aku harus
mendahulukan mengajar
mereka.” Tapi berkat
kasih sayangnya, kedua
putranya tadi dapat
menandingi para ahli
fiqih.”
anak orang terpandang
datang belajar kepadaku.
Karena itu mereka harus
ku dahului”. Berkah
kasih sayang sang ayah,
dua orang putra beliau
menjadi ahli fiqih yang
melebihi sebagian ulama
fiqih yang hidup pada
masa itu.
اأ اء ي ا ار الكبا ان من ااقطا تون
ما بد من اان اقادل الاارض فالا
فاقاته فااقا كاة شا بااقاهم. فابي ااس
فقاهااء أهل ابنااه عال ى أكثا
الاارض ف ذلا العاص في
الفقه,
Pertanggung jawaban :
1. Pada kalimat ناا ن فاكا اقلا ي penerjemah menerjemahkan “kedua anak tersebut”.
Namun peneliti menerjemahkan “kedua putranya pun berkata”. Peneliti melihat
konteks sebelumnya sang putra berdialog dengan sang ayah.115
115Abdul Kadir Aljufri, h. 81.
49
2. Pada kalimat تاملم peneliti hanya menerjemahkan “lelah” saja. Karena arti تاكم وا
kata تاكم “lelah, lesu, letih, jemu, lemah”.116 Kemudian terjemahan تاملم
“menjadi bosan, lelah, jemu, jenuh”.117
3. Pada kata ء penerjemah menerjemahkan “orang-orang jauh” akan tetapi الغاربا
peneliti menerjemahkan nya menjadi “orang-orang asing”.118
4. Pada kata كاة penerjemah menerjemahkan dengan kata “berkat”. Sedangkan فابي
peneliti menerjemahkan dengan kata “berkah”. 119
5. Pada penerjemahan tersebut peneliti menggunakan strategi penerjemahan
hadzf.120
Pasal X : Mencari Tambahan Ilmu121
Terjemahan Buku Terjemahan Peneliti Arab
Para penuntut ilmu harus
tahan menanggung
penderitaan dan kehinaan
ketika mencari ilmu.
Pelajar harus sanggup
menanggung kesulitan
selama menuntut ilmu.
Mencari muka itu tidak
الب العل من بد لطا لاا وا
ل ف ذا الما قة وا شا ل الما امم تا
116www.almaany.com/id/dict/ar-id/ 21/08/2019.07.24.تكل. 117 www.almaany.com/id/dict/ar-id/ 21/08/2019.07.24.تمل. 118www.almaany.com/id/dict/ar-ar/ 21/08/2019.07.32.الغرباء. 119Atabik Ali Ahmad Zuhdi Nuhdlor, h. 318. 120Moch. Syarif Hidayatullah, h. 56. 121Abdul Kadir Aljufri, h. 90.
50
Tamalluq (mencilat atau
mencari muka) itu tercela
kecuali dalam urusan
menuntut ilmu, karena
menuntut ilmu itu tidak
bisa terpisah dari guru,
teman-teman belajar, dan
sebagainya.
baik terkecuali dalam
menuntut ilmu, karena
bagi seorang pelajar
haruslah mencintai sang
guru, serta teman-
temannya.
وم ذما لمق ما التما . وا لاب العل طا
لاب العل لاابد لا الا ف طا
تااذ لمق للس منا التما
س ه لل غاي ء وا كا ا الشم ة وا تفاادا
منم
.
Pertanggung jawaban:
1. Kalimat الب العل penerjemah menerjemahkan “para penuntut ilmu” namun لطا
peneliti menerjemahkannya menjadi “pelajar” karena kalimat الب العل sendiri لطا
sudah mempunyai arti “pelajar, mahasiswa”.122
122Ahmad Warson Munawwir, h. 858.
51
2. Pada kalimat ل ذا الما قة وا شا penerjemah menerjemahkan “penderitaan dan الما
kehinaan” namun peneliti disini melakukan Hadzf pada kata ل ذا الما yang mana وا
tidak peneliti terjemahkan.123 Kemudian peneliti menerjemahkan قة شا dengan الما
terjemahan “kesulitan”. Akan tetapi asal kata مشقة mempunyai arti
“penderitaan, kesukaran, gangguan, tidak menyenangkan”.124 Peneliti
mengambil kata “kesulitan” dari terjemahan “kesukaran” agar pembaca bisa
mengerti apa yang di maksud bahasa sumber. Dalam KBBI arti dari kata
kesukaran itu sendiri mempunyai arti “hal (keadaan dan sebagainya) sukar,
menderita susah”125, kemudian arti kata kesulitan sendiri “ keadaan yang sulit,
kesukaran”.126
Pasal XI : Sikap Wara’ dalam menuntut ilmu127
Terjemahan Buku Terjemahan Peneliti Arab
Seorang pelajar harus
selalu membawa buku
setiap waktu, untuk di
telaah. Dikatakan,
Pelajar itu hendaknya
membawa buku untuk
dipelajari.
Dikatakan,”barang siapa
ا فتا تاصحبا دا اس انباغى اان ي ي وا
: قيلا ه وا العا ال ليطا عالى كل حا
123Moch. Syarif Hidayatullah, h. 56. 124www.almaany.com/id/dict/ar-ar/ 21/08/2019.10.56.مشفة. 125Kbbi.kemdikbud.go.id/entri/kesukaran.21/08/2019.11.00. 126Kbbi.kemdikbud.go.id/entri/kesulitan.21/08/2019.11.00. 127Abdul Kadir Aljufri, h. 96.
52
“Barangsiapa yang tidak
ada buku disakunya,
maka tidaklah melekat
hikmah dalam hatinya.”
Pelajar harus mencatat
di bukunya apa yang
didengar dari gurunya.
disakunya tidak ada buku
maka tidak ada hikmah di
dalam hatinya”, lalu buku
itu hendaknya berwarna
putih dan juga selalu
membawa pena dan tinta
agar bisa mencatat segala
pengetahuan yang di
dengar.
ف كله لام فتا ن لام ياكن الد ما
انباغ ى ي تاثبت الحكاة ف قالبه. وا
ايااض ب فتا اان ياكونا ف الد
ةا لياكتبا ا تاصحبا المحبا اس ي وا
ديثا كارناا حا قاد ذا عا وا ا سا ما
ار. اسا ل بن ي هلا
Pertanggung jawaban:
1. Pada kata انباغي peneliti menerjemahkan “hendaknya”. Dalam kamus ي
Almaany online kata انباغي ,mempunyai arti “seyogyanya, hendaknya ي
seharusnya, semestinya”.128
128www.almaany.com/id/dict/ar-id/ 13/05/2019.14.45.ي نب غ
53
2. Pada kata فتا peneliti menerjemahkan “buku tulis”. Dalam kamus online الد
almaany kata فتا berarti “buku, buku catatan, buku tulis, buklet”.129 الد
3. Kemudian kata ايااض peneliti menerjemahkan “berwarna putih”, karena ب
dalam kamus kata tersebut nerarti “warna putih, sifat putih, keputihan”.130
4. Kada kata ةا ا peneliti menggunakan terjemahan “tinta”131 namun المحبا
penerjemah tidak menerjemahkannya.
5. Kemudian pada terjemahan kalimat di atas peneliti menggunakan strategi
penerjemahan taqdim dan takhir.132
Pasal XII : Hal-Hal Yang Dapat Mmperkuat dan Melemahkan
Hafalannya133
Terjemahan Buku Terjemahan Peneliti Arab
Dan setiap sehabis salat
fardhu hendaknya
berdoa, “aku beriman
kepada Allah Yang
Dan setiap selesai
menulis berdoa : “aku
beriman kepada Allah
Yang MahaTunggal,
اة : كتوب اعدا كل ما اقول ب ي وا
د احد الاا حا نت بلله الوا اما
129www.almaany.com/id/dict/ar-id/ 13/05/2019.14.53.الدفتر 130Muhammad Masnur Hamzah, h.281. 131Atabik Ali Ahmad Zuhdi Nuhdlor, h. 1641. 132Moch. Syarif Hidayatullah, h. 54. 133Abdul Kadir Aljufri, h. 98.
54
MahaTunggal, Maha
Esa, Allah Yang Hak
tiada sekutu baginya
dan aku percaya
kepada Tuhan selain
Allah.” Santri harus
banyak membaca
salawat atas Nabi
Muhammad karena
beliau adalah sebagai
pembawa rahmat
kepada alam semesta.
Maha Esa, Allah Yang
Hak tiada sekutu
baginya dan aku
percaya kepada Tuhan
selain Allah.”,
kemudian pelajar
banyak membaca
salawat Nabi SAW.
Karena salawatlah yang
menjadi zikir seluruh
alam
يكا لا ه لاا شا حدا قم وا الحا
يكث اه. وا ا سوا كافارت بما وا
ةا علىا النبل عالايه لا الص
ه ذكر م فاان لا الس ة وا لا الص
. الاميا للعا
Pertanggung jawaban:
1. Pada kata اة كتوب penerjemah menerjemahkan “salat fardhu” namun disini ما
peneliti menerjemahkannya menjadi “menulis”.134 Yang mana konteks jika di
terjemahkan menjadi salat fardu tidak nyambung dan berkaitan dengan
terjemahan sebelumnya “santri kalau mengangkat kitab hendaknya membaca
doa, “dengan menyebut nama Allah, Maha Suci Allah, segala puji hanya bagi
134Atabik Ali Ahmad Zuhdi Nuhdlor, h. 1493.
55
Allah. Allah Maha Besar. Tiada daya dan upaya melainkan dengan
pertolongan dari Allah Yang Maha lLuhur dan Agung, Maha Perkasa, Maha
Mulia. Sebanyak jumlah huruf yang ditulis dan yang akan ditulis sepanjang
masa”.135
2. Pada kata ذكر peneliti tetap menerjemahkan “zikir”136 karena zikir juga sudah
masuk kedalam KBBI “puji-pujian kepada Allah yang diucapkan berulang-
ulang, doa atau puji-pujian berlagu, perbuatan mengucapkan zikir”.137
Pasal XIII :Hal-Hal Yang Mendatangkan Rezeki dan Yang
Menghalanginya. Dan Yang Menambah Umur dan Yang Menguranginya
Terjemahan Buku Terjemahan Peneliti Arab
Setiap manusia
membutuhkan makanan,
maka para santri harus
mengetahui hal-hal yang
dapat mendatangkan rezeki
juga harus mengetahui apa
yang dapat menambah dan
mengurangi umur serta hal-
hal yang menyehatkan
Setiap pelajar
membutuhkan makanan.
Maka pelajar harus
mengetahui hal-hal yang
dapat mendatangkan
rezeki. Kemudian harus
mengetahui apa yang
dapat menambah dan
mengurangi umur serta
لب العل منا بد لطا ث لاا
ا يازيد فيه عرفاة ما ما القوت وا
حة الصل ا يازيد ف العمر وا ما وا
ف كل لاب العلا وا لياتافراغا لطا
دت نفوا كتبا فاااورا ذلا صا
135Abdul Kadir Aljufri, h. 97. 136Atabik Ali Ahmad Zuhdi Nuhdlor, h. 933. 137Kbbi.kemdikbud.go.id/entri/zikir.22/08/2019.06.50.
56
badan agar leluasa dalam
menuntut ilmu. Para ulama
telah menyusun beberapa
kitab yang berkaitan
dengan masalah-masalah
tersebut. Oleh karena itu
kami akan membahasnya
secara ringkas
sehatnya badan supaya
mampu mendedikasikan
diri secara maksimal.
بيل هاا هناا عالى سا اعضا ب
ار. الاختصا
Pertanggung jawaban:
1. Pada kata لياتافراغا peneliti menerjemahkan “mendedikasikan”138 dari pada
“leluasa”.
2. Pada penerjemahan diatas peneliti tidak menerjemahkan keterangan-
keterangan dalam sebuah penjelasan seperti kalimat دت نفوا كتبا فاااورا ف كل ذلا صا وا
ار. بيل الاختصا هاا هناا عالى سا اعضا karena dalam kalimat yang peneliti jelaskan sudah .ب
tersampaikan maknanya kepada pembaca atau pelajar.139
138Atabik Ali Ahmad Zuhdi Nuhdlor, h. 933. 139Moch. Syarif Hidayatullah, h. 56.
59
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsi dan mempertanggung jawabkan
hasil terjemahan Abdul Kadir Al-Jufri yang peneliti reproduksi dengan
menggunakan metode komunikatif dan strategi penerjemahan.
Setelah menerjemahkan bacaan tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa
penerapan metode penerjemahan komunikatif dalam bacaan Abdul Kadir Al-Jufri
membantu peneliti menghasilkan terjemahan yang baik, mudah dipahami dan
sedekat mungkin sesuai dengan makna Tsu. Walau dengan begitu, peneliti tetap
berusaha mempertahankan gagasan penulis dengan dibantu refrensi maupun buku-
buku metode penerjemahan sekaligus kamus cetak dan online serta Kamus Besar
Bahasa Indonesia dalam penerjemahan tersebut.
B. Saran
Setelah mereproduksi terjemahan dan menemukan berbagai macam
kemudahan serta kesulitan dalam menerjemahkan. Peneliti menyarankan dalam
penerjemahan teks keagamaan menggunakan metode komunikatif. Selain itu
peneliti juga menyarankan agar dalam menerjemahkan teks keagamaan sebaiknya
menggunakan strategi penerjemahan agar dapat membantu dalam menggunakan
kaidah serta norma dalam bahasa sasaran.
Daftar Pustaka
Akmaliyah. “Model dan Teknik Penerjemahan Kalimat Bahasa Arab ke Dalam
Bahasa Indonesia, Al-Tsaqafa: Jurnal Ilmiah Peradaban Islam, 2016.
Al-Farisi, M. Zaka. Pedoman Penerjemahan Arab-Indonesia, Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2011.
Asrori, Ma’ruf. Etika Belajar Bagi Penuntut Ilmu “Terjemahan Ta’lim Muta’alim,
Surabaya: Al-Mifta, 1996.
Al-Jufri, Abdul Kadir. Terjemahan Kitab Ta’lim Muta’alim, Surabaya: Mutiara Ilmu,
2009.
Al-Qusyairi, Syarif. Kamus Al-Akmal Arab-Indonesia, Surabaya: Penerbit Karya
Harapan.
Baker, Mona, Gibriela Saldanha. Retranslation Knowlage Encyclopedia Of
Translation Studies, New York Knowlage, 2009.
B, M.N. Ary. Uraian Terhadap Buku Ta’lim Muta’alim
(http://garisbawahku.wordpress.com)
Burdah, Ibnu. Menjadi Penerjemah, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2014.
Burhannudiin dan Esa Nur Wahyuni. Teori Belajar dan Pembelajaran, Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media, 2010.
Chaer, Abdul. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 2011.
Djajasudarma, T. Fatimah, Metode Linguistik Ancangan Metode Peneliti dan Kajian,
Bandung: Refika Aditama, 1993.
Echols, Jhon M, Hasan Shadily. An English Indonesia Dictionary, Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2010.
Ghazali, Imam. Ta’limul Muta’alim Thariqat Ta’allum, Surabaya: Diyantama, 1997.
Ghozali. Kiat Sukses Dalam Menuntut Ilmu “Terjemahan Kitab Ta’lim Muta’alim”,
Jakarta: Rika Grafika, 1994.
Hamza, Muhammad Masnur. Kamus Arab-Indonesia-Inggris Qomusika Kamus Klasik
Kontemporer, Kairo, 2012.
Hidayatullah, Moch Syarif. Cakrawala Linguistik Arab, Jakarta: Al-Kitabah, 2012.
Hidayatullah, Moch Syarif. Seluk Beluk Penerjemahan Arab-Indonesia Kontemporer,
Tanggerang Selatan: Al-Kitabah, 2014.
Hidayatullah, Moch Syarif. Tarjim Al-An, Tanggerang Selatan: Dikara, 2010.
http://kbbi.web.id.
Imron, Elok Tsuroyyah. Analisis Komparasi Konsep Belajar dan Pembelajaran
Menururt Al-Ghazali dan Az-Zarnuji, etheses.uin-malang.ac.id
Iqbal, Muhammad Abu. Pemikir Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pusat Pelajar, 2015.
Kbbi.kemendikbud.go.id.
Langgulung, Hasan. Manusia dan Pendidikan: Suatu Analisa Psikologi dan
Pendidikan, Jakarta: Pustaka Utama, 1989.
Machali, Rochaya. Pedoman Bagi Penerjemah, Bandung: Kaifa, 2009.
Maemonah. Reward and Punishment Sebagai Metode Pendidikan Anak Menururt
Ulama’ Klasik (Study Pemikiran Ibnu Maskawaih Al-Ghazali dan Az-Zarnuji),
Semarang: Tesis Program Pasca Sarjana IAIN Walisongo, 2009.
Muhammad, Metode Penelitian Bahasa, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.
Munawwir, Ahmad Warson. Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap,
Surabaya: Penerbit Pustaka Progressif, 1997.
Muzakki, Akhmad. Kesusastraan Arab Pengantar Teori dan Terapan, Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media, 2006.
Nababan, M.Rudolf. Teori Menerjemahkan Bahasa Inggris, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2008.
Nata, Abudin. Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam Seri Kajian Filsafat, Jakarta:
Raja Persada, 2001.
Nudhdlor, Atabik Ali Ahmad. Kamus Al-Asri Arab-Indonesia, Yogyakarta: Multi
Karya Grafika, 1998.
Pimay, Awaludin. Konsep Pendidik Islam (Studi Komparasi Pandangan Al-Ghozali
dan Az-Zarnuji), tesis IAIN Walisongo Semarang, Semarang: Perpustakaan Pasca
Sarjana IAIN Walisongo, 1999.
Plessner, M. Az-Zarnuji. Dalam First Encyclopedia Of Islam Voll-VIII, London: New
York: E.J.Brill’s.
Sayogie, Frans. Teori dan Praktik Penerjemahan, Tanggerang Selatan: Transpustaka,
2014.
Stevenson, Angus. Oxford Dictionary Of English, Oxford University Press, 2010.
Suryawinata, Zuchridin dan Sugeng Harianto. Translation: Bhasa Teori dan Penuntun
Praktis Menerjemahkan, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2003.
Wehr, Hans and J.Milton Cowan. A Dictionary Of Modern Writtern Arabic, London:
Harrap, 1976.
www.almaany.com
Zuharini. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1992.