Representasi Pengetahuan Secara Visual

6
REPRESENTASI PENGETAHUAN SECARA VISUAL Persepektif Historis Ada tiga era historis pada sejarah perumpamaan mental: 1. Era fisiologis yaitu bayangan mental itu dipandang sebagai bahan baku utama dalam pembentukan pikiran dan dipercaya sebagai elemen-elemen pemikiran. 2. Era pengukuran perumpaan mental yakni resposden terhadap objek 3. Era kognitif Teori-teori representasi pengetahuan secara visual Studi terhadap representasi pengetahuan secara visual dapat memunculkan pertanyaan mengenai informasi visual disimpan dan diambil dari memori. Artinya informasi visual disandikan sebagai suatu gambar internal yang dapat diaktifkan kembali dengan memanggil gambar tersebut, seperti ketika mengamati sebuah album foto. Sampai pada saat ini masih timbul

Transcript of Representasi Pengetahuan Secara Visual

Page 1: Representasi Pengetahuan Secara Visual

REPRESENTASI PENGETAHUAN SECARA VISUAL

                    

Persepektif Historis

            Ada tiga era historis pada sejarah perumpamaan mental:

1.      Era fisiologis yaitu bayangan mental itu dipandang sebagai bahan baku utama dalam

pembentukan pikiran dan dipercaya sebagai elemen-elemen pemikiran.

2.      Era pengukuran perumpaan mental yakni resposden terhadap objek

3.      Era kognitif

Teori-teori representasi pengetahuan secara visual

            Studi terhadap representasi pengetahuan secara visual dapat memunculkan pertanyaan

mengenai informasi visual disimpan dan diambil dari memori. Artinya informasi visual

disandikan sebagai suatu gambar internal yang dapat diaktifkan kembali dengan memanggil

gambar tersebut, seperti ketika mengamati sebuah album foto. Sampai pada saat ini masih

timbul perdebatan mengenai perempumaan visual apakah sungguh bersifat visual ataukah

dikendalikan oleh proses-proses kognitif yang bertujuan umum.

            Teori-teori terkini mengenai perumpamaan mental berfokus pada tiga hipotesis

sentral:

1.      Hipotesis penyandian ganda( dual-coding hypothesis), yakni hipotesis mengenai

keberadaan dua sandi dan dua system penyimpanan-sandi dan siitem penyimpanan pertama

bersifat khayalan (imaginal) dan yang lainnya bersifat verbal. Hipotesis ini menyatakan

bahwa informasi dapt disandikan dan disimpan secara imajinal dan verbal atau keduanya,

dalam karya Paivo.

Page 2: Representasi Pengetahuan Secara Visual

2.      Hipotesis proposional-konseptual (conceptual-propositional hypotesis), yakni informasi

visual dan verbal direpresentasikan dalam bentuk proposisi-proposisi abstrak mengenai

onjek-objek beserta hubungannya. Di dapat dalam karya Anderson,  Bower dan pylyshyn.

3.      Hipotesis ekuvalensi-fungsional ( functional-equivalency hypothesis), yakni mengajukan

gagasan bahwa imagery dan persepsi mengakibatkan proses-proses yang serupa. Dan didapati

dalam karya Shepad dan Kosslyn.

Akhirnya pada tahun 1968 Shepard dan Chipman pada tahun 1970 mengenalkan istilah

isomorfisme urutan kedua (second-order isomorphism) untuk mempresentasikan

hubungan antara objek-objek eksternal dan representasi internal dari objek-objek yang tidak

termasuk jenis isomorfik (isomorfisme adalah konsep psikologi Gestalt yang menyatakan

bahwa bentuk atau wujud stimuli akan menimbulkan peta gambaran yang serupa dengan

stimuli aslinya di medan rangsangan korteks tapi peta itu lebih merupakan representasi

simbolik dan bukan merupakan salinan yang sama persis dengan stimuli aslinya).

Dukungan Neurosain Kognitif

            Dalam ekperimen shepard, sejumlah peneliti menyajikan bukti neurologis yang

mendukung rotasi mental. Seperti penelitian pada hewan kera yang bertujuan menyelidiki

proses yang terjadi di korteks, yang diinterprestasikan para peneliti sebagai rotasi mental.

Akhirnya berdasarkan penillitian shepard dkk serta berdasarkan penemuan neurosains kgnitif

terbentuklah sebuah asumsi kuat yang mendukung keberadaan bayangan atau gambaran

dalam pikiran yang secara fungsional idektik dengan dunia nyata.

            Sedangkan Kosslyn berpendapat bahwa sebuah gambar mental memiliki kemiripan

dengan persepsi suatu objek yang riil yang asumsinya sebuah gambaran memliki karakteristik

spasial yang dapat dipindai dan sitem kognitif memerlukan waktu yang lama utuk jarak yang

jauh dibandingkan jarak yang dekat.

            Jika ekperimen-eksperimen Kosslyn dan Shepard disatukan kesimpulannya adalah

mengidentifikasikan bahwa bayangan visual mencerminkan representasi internal yang

bekerja secara isomorfik terhadap fungsi persepsi objek fisik. Dan dapat di simpulkan bahwa

perumpamaan mental dan persepsi stimulus riil memiliki banyak kesamaan.

PETA KOGNITIF

Kemampuan manusia untuk membentuk imagery adalah sebuah karakteristik kuat

memori, kemampuan tersebut juga penting dalam kehidupan kita sehari – hari, saat kita

bekerja dan bergerak dalam lingkungan kita. Manusia menempati lingkungan tiga dimensi

yang juga dialami makhluk – makhluk bumi lainnya (kecuali, dalam batas batas tertentu,

burung dan ikan) sehingga demi kelangsungan hidupnya, manusia harus mampu

Page 3: Representasi Pengetahuan Secara Visual

menggunakan imagery untuk menjelajahi dunia spasialnya dan menghindari bahaya. Tolman

telah memunculkan konsep peta kognitif (cognitif map), yang mengacu pada pengetahuan

spasial umumyang ditunjukkan oleh tikus – tikus dalam labirin.

            Sebuah eksperimen yang dilakukan thorndyke dan hayes – roth (1982) menghasilkan

kesimpulan bahwa manusia menggunakan dua jenis pengetahuan spasial, pengetahuan rute

(rute knowledge) dan pengetahuan survei (survey knowledge)- dalam upayanya mempelajari

dunia fisik. Pengetahuan rute berhubungan dengan jalur – jalur spesifik yang digunakan

untuk berpindah dari sutu lokasi ke lokasi lain. Sedangkan pengetahuan survey berkaitan

dengan hubungan  - hubungan global antara petunjuk – petunjuk dari lingkungan. Sebuah

cara lain yang lebih mudah untuk membentuk pengetahuan survey adalah debgan

mempelajari peta.

            Dalam study yang memiliki kaitan dengan studi thorndyke dan hayes-roth, tversky

(1981 ; taylor & tversky, 1992) menguji distorsi memory terkait lokasi – lokasi geografis.

Dalam karyanya yang menarik tersebut, tversky mengajukan gagasan bahwa distorsi terjadi

karena orang – orang menggunakan strategi konseptual untuk mengingat informasi geografis,

orang – orang cenderung membentuk prototipe – prototipe saat diminta membayangkan

bentuk bentuk geometrik sederhana, dan tampaknya bentuk – bentuk informasi abstrak  yang

semakin kompleks juga merupakan bagian dari proses pemetaan kognitif pada manusia.

            Dengan menggunakan asumsi diatas, ndapat dinyatakan bahwa informasi geografis

terstruktur dalam memori secara “umum-abstrak” (abstrac generalizations) alih – alih berupa

gambar – gambar atau citra – citra spesifik. Pernyataan tersebut akan menyingkirkan

pertanyaan sulit mengenai bagaimana  bagaimana kita menyimpan sedemikian banyak

informasi dalam memori visual, sebab penyimpanan  (storage) dipadatkan menjadi unit – unit

yang lebih besar.

 TAJUK UTAMA NEUROSAINS KOGNITIF

Peta kognitif

Jeffrey Zack, John Mires, barbara tversky, eliot hazeltine, john gabrieli memusatkan

penelitian pada dua aspek yang berbeda dari peta kognitif, aspek pertama adalah transformasi

spasial yang brpusat pada obyek – obyek, yakni pada saat anda merotasi suatu obyek atau

lokasi dalam benak anda, aspek kedua adalah transformasi prespektif egosentris, yang terjadi

saat anda merotasi atau menyelaraskan titik pandang anda. Zack dkk. Menemukan bahwa

terdapat lokasi – lokasi yang berbeda di otak, yang digunakan untuk memproses kedua jenis

rotasi.

SINESTESIA : Suara Yang Dihasilkan Warna

Page 4: Representasi Pengetahuan Secara Visual

            Sinestesia adalah suatu kondisi ketika sensasi – sensasi dari sebuah modalitas

perseptual misalnya penglihatan dialami juga dalam modalitas yang lain seperti pendengaran.

Orang dapat mengecap bentuk, meraba bunyi, atau melihat angka atau huruf dalam warna

Sinestasia tampaknya dikendalikan oleh peraturan (rule governed), tidak terjadi secara

acak, sebagai contoh, terdapat hubungan positif antara peningkatan pola titik nada (picth)

suatu suara dan peningkatan kecemerlangan.

Terdapat data – data yang meyakinkan yang mengindikasikan bahwa banyak orang

mengalami sinestesia yang didalamnya citra – citra visual, suara – suara dan pengalaman

sensorik lainnya saling jalin menjalin, lebih lanjut lagi, sinestesia dapat diukur  dan

pernyataan – pernyataan yang shohih dapat dibuat berdasarkan pengukuran – pengukuran

tersebut. Terdapat pula data – data yang menunjukkan bahwa beberapa orang memiliki

sinestesia yang tidak wajar.

Seiring semakin canggihnya tehnologi pendeteksian aktivitas – aktivitas otak, studi –

studi mengenai sinestesia akan mampu mengindentifikasi sumber dan isu hakikat sinestesia.

Vilayanur Ramachandran dari brain and perception laboratory (UC San Diego), mengatakan

“ otak manusia normal “disetel” (secara genetis) sedemikian rupa sehingga konsep – konsep,

persepsi – persepsi dan nama – nama obyek secara rutin saling terhubung satu sama lain,

sehingga memunculkan metafora – metafora yang digunakan bersama secara luas.