REPRESENTASI KARAKTER NUSSA PENYANDANG DISABILITAS …
Transcript of REPRESENTASI KARAKTER NUSSA PENYANDANG DISABILITAS …
REPRESENTASI KARAKTER NUSSA
PENYANDANG DISABILITAS PADA SERIAL
KARTUN NUSSA DAN RARA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Sosial (S.Sos)
Disusun Oleh:
Putri Nur Yana
NIM 11160510000081
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
1442 H/2020 M
i
REPRESENTASI KARAKTER NUSSA
PENYANDANG DISABILITAS PADA SERIAL
KARTUN NUSSA DAN RARA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Sosial (S.Sos)
Disusun Oleh:
Putri Nur Yana
NIM 11160510000081
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
1442 H/2020 M
ii
PERNYATAAN
Yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Putri Nur Yana
NIM : 11160510000081
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul
REPRESENTASI KARAKTER NUSSA PENYANDANG
DISABILITAS PADA SERIAL KARTUN NUSSA DAN RARA
adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan
tindakan plagiat dalam penyusunannya. Adapun kutipan yang ada
dalam penyusunan karya ini telah saya cantumkan sumber
kutipannya dalam skripsi. Saya bersedia melakukan proses yang
semestinya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku
jika ternyata skripsi ini sebagian atau keseluruhan merupakan
plagiat dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.
Jakarta, 09 September 2020
Putri Nur Yana
NIM 11160510000081
iii
LEMBAR PENGESAIIAN
Skripsi berjudul "REPRESENTASI KARAKTER NUSSA
PENYANDANG DISABILITAS PADA SERIAL KARTUN NUSSA
DAN RARA" yang disusun oleh Putri Nur Yana 11160510000081 telah
diujikan dalam sidang Munaqosyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakartadan telah dinyatakan lulus pada
tanggal 24 September 2020 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis
berhak memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) dalam bidang Komunikasi
dan Penyiaran Islam.
Tim Penguji Munaqosyah
KetuaDr. Armawati Arbi" M.SiNIP . 19650207 rggl 03 2002
Sekretaris
Dr. H. EdiAmin. MAI{IP . 797 60909200901 1 01 0
Jakart a, 24 September 2020
24 Septemb er 2020
Penguji 1
Dr. Dudun Ubaedullah. M.Ag 24 September 2O2oNIP . 197 50509200901 1 012
Penguji 2
Kalsum Minangsih. MA 24 September 2020NIP . 197704242007 102002
Tanggal
24 Septemb er 2020
Tanda Tangap
Mengetahuiekan,
NIP . 197 | 30 199803 1 004
iv
ABSTRAK Putri Nur Yana 11160510000081
Representasi Karakter Nussa Penyandang Disabilitas Pada
Serial Kartun Nussa dan Rara
Serial Kartun Nussa dan Rara merupakan kartun edukasi
Indonesia berceritakan tentang bagaimana kehidupan sehari-hari
yang dialami oleh dua saudara kandung bernama Nussa dan Rara.
Animasi ini mengambil tema agama Islam yang dipadu yang
memberikan nilai positif pada setiap episodenya dengan judul
yang berbeda-beda. Namun Karakter Nussa digambarkan sebagai
penyandang disabilitas. Terlihat pada kaki kiri Nussa yang
menggunakan kaki palsu.
Berdasarkan konteks diatas, maka penulis tertarik untuk
mengetahui Bagaimanakah Nussa penyandang disabilitas
direpresentasikan pada Serial Kartun Nussa dan Rara?
Bagaimana tanda ikon, indeks, dan simbol yang terkandung
dalam Serial Kartun Nussa dan Rara?. Pendekatan pada
penelitian ini adalah kualitatif. Adapun dari segi teknik
pengumpulan data yang dilakukan penulis, menggunakan teknik
wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Pada penelitian ini, penulis menggunakan teori semiotika
Charles Sanders Peirce. Adapun teori tersebut seperti ikon (tanda
yang serupa dengan objek aslinya berdasarkan pengalaman),
indeks (tanda yang terkait dengan objek yang dituju berdasarkan
pengetahuan), serta simbol (tanda yang mewakili objek
berdasarkan konvensi masyarakat).
Representasi penyandang disabilitas karakter Nussa pada
Serial Kartun Nussa dan Rara mengarah kepada representasi yang
positif. Tokoh Nussa digambarkan sebagai penyandang
disabilitas tunadaksa (kelainan tubuh) dan direpresentasikan
sebagai kaka yang baik untuk adiknya, seorang pemimpin untuk
keluarganya, patut dijadikan panutan, pandai ilmu agama, dan
dapat diandalkan. Bermakna bahwa seorang penyandang
disabilitas dapat melakukan kegiatan sehari-hari seperti manusia
normal yang berhak memiliki sebuah mimpi dan ketidak
sempurnaan tidak menjadi penghalang seseorang untuk dapat
mewujudkannya.
Kata Kunci: Representasi, Nussa, Penyandang Disabilitas,
Serial Kartun Nussa dan Rara
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah
SWT, atas semua rahmat dan karunia-Nya. Shalawat serta salam
semoga selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad
SAW, beserta keluarga, sahabat dan kita para pengikutnya hingga
akhir zaman. Alhamdulillah berkat izin Allah SWT dan usaha
yang dilakukan, akhirnya penulis mampu menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Representasi Karakter Nussa Penyandang
Disabilitas Pada Serial Kartun Nussa dan Rara”.
Terselesaikannya salah satu syarat untuk mengikuti
sidang, yaitu tugas akhir skripsi ini adalah suatu hal yang
membuat penulis merasa sangat beryukur atas proses yang telah
dilalui. Penulis menyadari bahwa tidak mungkin ia mampu untuk
melewati setiap proses yang dimulai dari awal perkuliahan hingga
terselesaikannya skripsi ini. Oleh sebab itu, penulis ingin
mengucapkan rasa terima kasih kepada:
1. Suprato, M.Ed, Ph,D, selaku Dekan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Siti Napsiyah,
selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr.
Sihabudin Noor, M.Ag, selaku Wakil Dekan II Bidang
Administrasi Umum, Cecep Castrawijaya, M.A,
selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan.
2. Dr. Armawati Arbi, M.Si, selaku Ketua Jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam (KPI), Dr. Edi Amin,
M.A, selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi Penyiaran
Penyiaran Islam (KPI).
vi
3. Fita Fathurokhmah, M.Si selaku Dosen Pembimbing
Skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu untuk
memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis
dalam penyusunan skripsi ini.
4. Drs. Jumroni, M.Si, selaku Dosen Penasihat
Akademik KPI B yang telah bersedia menuntun dan
memperhatikan penulis dalam proses perkuliahan dari
awal hingga tugas akhir ini.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi (FIDIKOM), serta segenap pimpinan dan
karyawan Perpustakaan Utama (PU) dan Perpustakaan
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
yang telah melayani secara baik kepada penulis dari
awal perkuliahan hingga penulisan skripsi ini.
6. Kepada kedua orang tua yang sangat penulis sayangi.
Penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih untuk
ayah dan ibu atas doa dan dukungan kepada penulis
yang tidak mungkin dapat dibalas dengan apapun.
Semoga ayah dan ibu selalu diberikan kesehatan dan
umur yang panjang agar selalu dapat menemani
penulis sampai sukses nanti. Semoga penulis bisa
selalu membahagiakan ayah, ibu, kakak, aa, om dan
keluarga semuanya. Aamiin. Saat menulis ini penulis
merasa terharu karena sdah sampai tahap ini sekaligus
sedih, karena setelah ini perjalanan penulis masih
sangat panjang untuk membahagiakan kalian. Selalu
vii
doakan penulis ya ayah ibu, semoga bisa secepatnya
membahagiakan kalian dan keluarga. Tak hanya itu
penulis juga ingin mengucapkan banyak terima kasih
untuk kaka, aa, dan om yang telah mendoakan penulis
dan meberikan dukungan serta arahan dan juga
menjadi penghibur saat penulis sedang cape, sedih,
stress. Intinya penulis tidak bakal sampai tahap ini jika
bukan karena doa kalian.
7. Kepada The Little Giantz, khusus untuk mba Yuni
Lestari selaku sekretaris TLG. Penulis ucapkan
banyak terima kasih atas izin untuk melakukan
penelitian. Semoga visi dan misi TLG untuk tahap
internasional segera tercapai, Aamiin.
8. Kepada teman-teman KPI 2016 dan KPI B, terima
kasih atas waktu yang telah kita lalui baik suka
maupun duka. Semoga penulis dan kalian, bisa
mewujudkan cita-citanya dengan cara dan jalannya
masing-masing, Aamiin.
9. Kepada Seoul-anga yang beranggotakan Mute, Ncay,
Qoray, Hael, Nabila, Dewi, Riza dan Dillah, penulis
ingin mengucapkan banyak terima kasih atas waktu
yang telah kita lewati bersama. Begitu banyak
moment yang kita lalui, mulai dari moment yang
menyenangkan, menyedihkan, sampai moment kesal
satu sama lain. Semoga kita bisa sukses dengan
jalannya masing-masing, Aamiin. Bakal kangen
viii
banget Uti sama kalian. Sehat-sehat ya, biar kita bisa
ketemu lagiii.
10. Kepada kelompok KKN 74 Oksigen, makasih banyak
atas apa yang telah kita lewati bersama baik suka dan
duka dang a akan dilupain moment KKN samapai
kapanpun. Khusus untuk Prima dan Rere makasih atas
dukungan kalian sampai tahap ini. Jangan lupa sama
Putri yaa
Jakarta, 09 September 2020
Putri Nur Yana
NIM 11160510000081
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ........................................................................... v
DAFTAR ISI ......................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................... xiii
BAB 1 .................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................... 9
C. Batasan Masalah ...................................................................... 10
D. Rumusan Masalah .................................................................... 10
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 10
F. Tinjauan Kajian Terdahulu ...................................................... 11
G. Metodologi Penelitian .............................................................. 14
H. Sistematika Penulisan .............................................................. 22
BAB II .................................................................................................. 24
KAJIAN PUSTAKA ............................................................................ 24
A. Landasan Teori ......................................................................... 24
a. Semiotika Charles Sanders Pierce ........................................ 24
b. Representasi Stuart Hall ....................................................... 34
c. Tinjauan Penyandang Disabilitas ......................................... 39
B. Kerangka Berpikir .................................................................... 45
BAB III ................................................................................................ 46
GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN .................................. 46
A. Serial Kartun Nussa dan Rara .................................................. 46
x
B. Profil The Little Giantz ............................................................ 49
C. Karakter Serial Kartun Nussa dan Rara ................................... 54
D. Sinopsis Serial Kartun Nussa dan Rara .................................... 56
BAB IV ................................................................................................ 59
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN .............................................. 59
Adegan-adegan dan Dialog-dialog Penelitian .................................. 64
Hasil Wawancara ............................................................................. 71
BAB V ................................................................................................. 75
PEMBAHASAN .................................................................................. 75
1. Representasi Karakter Nussa Penyandang Disabilitas Dalam
Serial Kartun Nussa dan Rara .......................................................... 76
2. Makna ikon, indeks dan simbol dalam scene-scene pada episode
belajar ikhlas dan Nussa bisa ........................................................... 81
BAB VI ................................................................................................ 97
Kesimpulan, Implikasi, Saran .............................................................. 97
A. Kesimpulan .............................................................................. 97
B. Implikasi .................................................................................. 98
C. Saran ........................................................................................ 99
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 102
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................ 107
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Struktur Kerabat Kerja The Little Giantz……………53
Tabel 4.1 Adegan-adegan dan Dialog-dialog Penelitian………65
Tabel 5.1 Makna Ikon, Indeks dan Simbol Scene Dua Eipsode
Belajar Ikhlas…………………………………………………..82
Tabel 5.2 Makna Ikon, Indeks dan Simbol Scene Dua Eipsode
Nussa Bisa……………………………………………………...84
Tabel 5.3 Makna Ikon, Indeks dan Simbol Scene Tiga Eipsode
Nussa Bisa……………………………………………………...86
Tabel 5.4 Makna Ikon, Indeks dan Simbol Scene Empat Eipsode
Nussa Bisa……………………………………………………...88
Tabel 5.5 Makna Ikon, Indeks dan Simbol Scene Lima Eipsode
Nussa Bisa……………………………………………………...89
Tabel 5.6 Makna Ikon, Indeks dan Simbol Scene Tujuh Eipsode
Nussa Bisa……………………………………………………...90
Tabel 5.7 Makna Ikon, Indeks dan Simbol Scene Delapan Nussa
Bisa……………………………………………………………..91
Tabel 5.8 Makna Ikon, Indeks dan Simbol Scene Sembilan
Eipsode Nussa Bisa……………………………………………..92
xii
Tabel 5.9 Makna Ikon, Indeks dan Simbol Scene Sepuluh
Eipsode Nussa Bisa……………………………………………..93
Tabel 5.10 Makna Ikon, Indeks dan Simbol Scene Dua Belas
Eipsode Nussa Bisa……………………………………………..94
Tabel 5.11 Makna Ikon, Indeks dan Simbol Scene Tiga Belas
Eipsode Nussa Bisa……………………………………………..95
Tabel 5.12 Makna Ikon, Indeks dan Simbol Scene Empat Belas
Eipsode Nussa Bisa……………………………………………..96
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Teori Semiotika Charles Sanders Peirce…………28
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir……………………..…………46
Gambar 3.1 Tokoh Nussa………………………………………56
Gambar 3.2 Tokoh Rara…………………………….………….58
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peran film sangat besar karena merupakan media
yang menggambarkan kehidupan di masyarakat. Film
menjadi sebuah sarana baru yang digunakan untuk
hiburan yang sudah menjadi kebiasaan, serta menyajikan
cerita, peristiwa, musik, drama dan sajian lainnya kepada
khalayak.1 Film mampu menciptakan representasi atau
penggambaran baru dari suatu fenomena yang ada di
masyarakat. Film merekam realitas yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat dan kemudian
memproyeksikannya ke atas layar.2
Film kartun adalah gambar-gambar yang dilukis
dan disusun secara berangkai sehingga menimbulkan citra
hidup dan membentuk sebuah cerita yang dibuat dengan
menggambar setiap frame sehingga menimbulkan kesan
bergerak.3 Film bukan saja untuk hiburan, tapi juga
sebagai wadah pembelajaran. Kini banyak film digunakan
sebagai alat pembantu untuk memberikan penjelasan
1 Dennis McQuail, Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, (Jakarta:
Erlangga, 2003), h 13. 2 Budi Irawanto, Film, Ideologi dan Militer (Yogyakarta: Media Pressindo,
20170 h 15. 3 Onong Uchjana Effendi,Ilmu Teori dan Filsafah Komunikasi,
(Bandung:CitraAditya Bhakti, 2000), h 215-217.
2
mengenai sesuatu.4 Bersifat audio visual yaitu gambar dan
suara yang dapat menarik penonton seakan-akan
menembus ruang dan dapat mempengaruhi penonton.
Serial kartun Nussa dan Rara inilah merupakan
kartun edukasi Indonesia berceritakan tentang kehidupan
sehari-hari dua saudara kandung bernama Nussa dan Rara.
Animasi ini mengambil tema agama Islam yang
memberikan nilai positif. Saat ini banyak anak-anak yang
gemar menonton tayangan ini dan para orang tua senang
memberikan tayangan positif tersebut termasuk ustad
Abdul Somad dan ustad Felix merekomendasikan
tayangan Nussa dan Rara agar diberikan kepada anak-
anak.5 Kartun Nussa dan Rara dikemas dengan gaya
kekinian tetapi tidak melupakan unsur-unsur Islami serta
mengingatkan dalam hal-hal kebaikan pada setiap
episodenya dengan judul yang berbeda-beda.
Karakter Nussa sebagai penyandang disabilitas
terlihat pada kaki kiri Nussa yang menggunakan kaki
palsu. Lewat ketidaksempurnaannya, ingin memberikan
harapan bagi orangtua dan anak dengan situasi serupa
agar tetap semangat dalam menjalankan kehidupan.
Bukan empati yang ditampilkan di serial kartun ini,
namun sama dengan manusia normal lainnya bahwa yang
4Onong Uchjana Effendi,Ilmu Teori dan Filsafah Komunikasi,
(Bandung:CitraAditya Bhakti, 2000), h 206. 5 https://www.muslimahdaily.com/entertainment/film/item/2009-mengintip-
dapur-%E2%80%9Cnussa-dan-rara%E2%80%9D,-film-animasi-anak-muslim-
yang-tengah-naik-daun.html diakses pada 06 April 2020
3
memiliki keterbatasan pun bisa melakukan kegiatan
sehari-hari secara normal. Nussa mengajarkan
keterbatasan bukan halangan meraih mimpi.
Dalam kaitannya dengan keberadaan mereka di
masyarakat, para penyandang disabilitas mengalami
kesulitan untuk mendapatkan pengakuan sebagai manusia
yang mampu melakukan banyak hal positif sama seperti
manusia normal. Hal ini dipertegas oleh International
Federation Anti Leprocy Association6, bahwa masyarakat
cenderung berpandangan tertentu kepada orang-orang
yang berbeda dengan memberinya label sehingga
memunculkan stigmatisasi dan diskriminasi. Stigma
tersebut juga tidak hanya dilihat dari penilaian masyarakat
saja juga penilaian orang yang terstigmakan atau penilaian
terhadap diri sendiri yang berkaitan dengan persepsi
maupun respon atas stigma tersebut. Hal ini jelas
menghambat terciptanya komunikasi yang efektif,
Penelitian mengenai representasi kekurangsempurnaan
tubuh dan kecacatan muncul perlahan pada akhir tahun
1980an khususnya di Amerika Serikat.
Hal ini mengacu pada stereotype kultural negative
terhadap mereka yang memiliki kekurangsempuranaan
tubuh. Masyarakat penyandang cacat digambarkan
6 Karuniasih, Wahyu dan Gede K, Tinjauan Fenomologi Atas Stigmatisasi
Penyandang Disabilitas Tunarungu. (Bali: Universitas Udayana, 2017), Vol.1
No.1
4
‘sebagai sosok pasif’ dan menjadi ‘korban’ atau
‘penderita’.7
Stereotype kultural yang paling sering
didokumentasikan mempresentasikan mereka sebagai
sosok yang perlu dikasihani, objek kekerasan, mahluk
aneh, orang kerdil, bahan tertawaan, musuh terburuk,
beban, kelompok yang tidak mampu berpatisipasi secara
penuh dalam kehidupan komunitas dan sebagai kelompok
‘normal’.8
Fenomena tersebut tidak terlepas dari peran media.
Baik media massa maupun new media dalam
memberitakan keberadaan penyandang disabilitas
digambarkan sebagai orang yang pantas dikasihani,
memalukan, memiliki kerusakan, tidak sempurna, nilai
dan mutunya kurang baik9. Salah satu media yang ambil
bagian dalam menciptakan stereotip tersebut adalah film.
Maka dari itu tidak lepas dari peran komunikasi
massa. Karena media massa maupun internet adalah alat-
alat dalam komunikasi yang dapat menyebarkan pesan
secara serempak dan cepat kepada khalayak secara luas
dan bersifat heterogen.10 Dengan adanya media massa
untuk memenuhi kebutuhan kita akan informasi baik dari
7 Colin Barnes, Geof Mercer, Disabilitas, (Jakarta: IAIN Indonesia Social
Equity Project, 2006) h 144. 8 Colin Barnes, Geof Mercer, Disabilitas, (Jakarta: IAIN Indonesia Social
Equity Project, 2006) h 147. 9 Niyu, Representasi Disabilitas dalam Iklan We’re The Superhumans
(Tangerang: Universitas Pelita Harapan, 2017), Vol. 4 No. 1, h 50. 10 Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2011), h 9.
5
televisi, radio, koran dan juga internet. Dengan fenomena
diatas, representasi yang salah tersebut dapat menciptakan
“krisis identitas” bagi penyandang disabilitas serta
membuat aspirasi mereka semakin rendah dalam
masyarakat.11 Sehingga mempengaruhi pikiran dan
perilaku seseorang terhadap penyandang disabilitas.
Dengan demikian, media merupakan faktor penentu
kehidupan manusia. Padahal kenyatannya saat ini banyak
penyandang disabilitas yang memiliki prestasi luar biasa
seperti Tegar sebagai tulang punggung keluarga, Anki
Yudistia sebagai staff presiden, Luthfi lulusan S1 dan S2
cumlaude, Anjas Pramono telah membuat lima aplikasi
untuk penyandang disabilitas dan masih banyak lagi.
Mereka membuktikan bahwa penyandang disabilitas juga
mampu berkarya, menginspirasi dan bermanfaat bagi
orang banyak. Representasi sendiri berasal dari bahasa
Inggris (representation) yang berarti perwakilan,
gambaran, atau penggambaran. Secara sederhana,
representasi dapat diartikan sebagai gambaran mengenai
suatu hal yang terdapat dalam kehidupan yang
digambarkan melalui media.12
Representasi penyandang disabilitas dari media
yang dipaparkan di atas adalah melalui Serial Kartun
Nussa dan Rara. Nussa dan Rara merupakan nama tokoh
11 Niyu, Representasi Disabilitas dalam Iklan We’re The Superhumans
(Tangerang: Universitas Pelita Harapan, 2017), Vol. 4 No. 1, h 53. 12 Nawiroh Vera, Semiotika dalam Riset Komunikasi, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2015), cet. Ke-2, h 96.
6
utama dalam serial tersebut. Dimana Nussa merupakan
kakak dari Rara sekaligus seorang penyandang disabilitas
pada bagian kaki kirinya. Nussa digambarkan sebagai
sosok yang memiliki sifat pemimpin, panutan, berilmu,
dapat diandalkan, dan berbagai sifat lainnya yang bertolak
belakang dengan stereotip penyandang disabilitas dalam
media dan film pada umumnya. Selain itu, dibeberapa
episode Nussa bahkan digambarkan seperti sosok sama
dengan manusia normal lainnya akan keterbatasan kaki
kirinya. Contohnya pada episode Nussa Bisa. Nussa tak
pernah malu dengan kaki palsunya. Sejak kecil, Nussa
sangat suka bermain sepak bola. Hingga saaat sekolah, ia
ingin masuk tim bola di sekolahnya. Awalnnya Umma
ibunya Nussa dan Rara khawatir dengan kondisi fisiknya.
Ia berlatih dengan gigih agar bisa masuk tim bola. Tak
hanya itu, ia pun bisa membuktikan bahwa ia tidak sadar
bisa mengangkat ummanya yang terjatuh di kamar. Sejak
itu, umma mengizinkan Nussa masuk tim bola dan bisa
membuktikan bahwa Nussa bisa. Kemudian pada episode
Belajar Ihlas, dengan kondisi fisiknya yang kurang
sempurna. Nussa bisa nerima dengan ihlas takdir yang
diberikan oleh Allah untuknya.
Dengan serial kartun ini membuktikan bahwa
keterbatasan bukan halangan untuk tetap taat kepada
Allah. Dengan kondisi keterbatasan ini adalah cara
dimana Allah untuk selalu mengingatkan hambaNya
7
untuk selalu bersyukur dan mengingat Allah bahwa
ketaatanlah yang melengkapi dirinya.
Manusia yang beragam sesungguhnya setara
dihadapan Allah SWT yang membedakan mereka adalah
ketaqwaannya. Kemuliaan manusia di sisi Allah
berbanding lurus dengan level ketaqwaan mereka. Sesuai
dengan QS Al Hujurat ayat 13, sebagai berikut:
أيها ع وبا و لناس ٱي م ش ك ن ذكر وأ نثى وجعلن ك م مبائل ق إنا خلقن
م عند ا إن أكرمك ٱلتعارف و م إن لل ك ٱأتقى ير عليم خب لل Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di
antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal”
Jadikan ketakwaan sebagai pelengkap atas
keterbatasan yang dimiliki. Kadang keterbatasan
merupakan modal amal salih dari Allah. Bila Allah
memberikan kekurangan fisik pada kita. Namun kita
masih ingin taat, Disitu nilai lebih yang Allah hitung
sebagai balasan bagi yang berusaha lebih keras. Lagi
pula, pemenang itu bukanlah mereka yang banyak
alasan dengan keterbatasan, tapi pemenang adalah
mereka yang terbatas namun bisa menyingkirkan alasan.
Kekurangan sebenernya ketika kita tidak bersyukur,
8
karena takkan ada kecukupan bagi yang tidak
bersyukur. Tapi mereka yang bersyukur akan selalu
merasa tercukupi meski yang lain melihat mereka
terbatas. Berdasarkan pemaparan di atas, penulis
bermaksud untuk mengetahui bagaimana penyandang
disabilitas direpresentasikan pada dalam serial kartun
tersebut dengan menggunakan analisis semiotika
Charles Sanders Peirce.
Alasan penulis memilih semiotika Peirce dalam
penelitian ini dikarenakan ingin mengetahui makna-
makna yang berkaitan dengan disabilitas yang ada dalam
Serial Kartun Nussa dan Rara. Semiotika Peirce
merupakan pengetahuan tentang tanda yang disebut
dengan model triadik yakni segitiga tanda yang saling
berhubungan satu sama lain, yang terdiri dari tiga
tingkatan yakni representamen (tanda yang dialami
melalui panca indera, pemikiran, dan perasaan).
Selajutnya objek (acuan dari tanda-tanda yang dipaparkan
dikaitkan dengan pengetahuan, pengalaman, dan kognisi
masyarakat). Terakhir adalah interpretan (penafsiran atau
makna yang ditangkap melalui pancaindera sesuai dengan
konvensi masyarakat). Selain itu juga terdapat tiga model
utama tanda yakni ikon (tanda yang serupa dengan objek
aslinya berdasarkan pengalaman), indeks (tanda yang
terkait dengan objek yang dituju berdasarkan
pengetahuan), serta simbol (tanda yang mewakili objek
berdasarkan konvensi masyarakat).
9
Dengan penyajian beberapa episode Serial Kartun
Nussa dan Rara yang didalamnya terdapat tanda-tanda
yang telah dipaparkan di atas mengenai penyandang
disabilitas pada karakter Nussa dengan kaki kiri palsunya
berdasarkan pengetahuan dan kognisi masyarakat. Maka
penulis memilih analisis semiotika Charles Sansers Peirce
karena cocok dengan apa yang ingin diteliti. Oleh karena
itu, berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis
tertarik mengambil judul penelitian “Representasi
Karakter Nussa Penyandang Disabilitas Pada Serial
Kartun Nussa dan Rara”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah
diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa
permasalahan sebagai baerikut:
1. Serial kartun Nussa dan Rara melalui karakter Nussa
memberi edukasi yang baru mengenai disabilitas
bahwa keterbatasan tidak menghalangi mimpi
seseorang.
2. Bukan empati yang ditimbulkan dalam serial kartun
Nussa dan Rara namun motivasi bagi penyandang
disabilitas.
3. Tidak lepas dari peran komunikasi massa karna media
pada umumnya merepresentasikan penyandang
disabilitas kepada stereotip negetif yang
10
mempengaruhi pikiran khalayak terhadap penyandang
disabilitas.
4. Tanda-tanda yang dipaparkan mengenai penyandang
disabilitas pada karakter Nussa dengan kaki kiri
palsunya dalam Serial Kartun Nussa dan Rara.
C. Batasan Masalah
Untuk membatasi penelitian ini agar tidak melebar
luas, maka pembatasan permasalahan yang diambil dari
penelitian ini adalah representasi karakter Nussa
penyandang disabilitas hanya dalam episode “Nussa Bisa”
dan “Belajar Ihklas” karena kedua episode tersebut
merepresentasikan penyandang disabilitas pada cuplikan-
cuplikan serta dialognya.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka
penulis merumuskan masalah seperti berikut:
1. Bagaimanakah Nussa penyandang disabilitas
direpresentasikan pada Serial Kartun Nussa dan
Rara?
2. Bagaimana tanda ikon, indeks, dan simbol yang
terkandung dalam Serial Kartun Nussa dan Rara?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui seperti apa dan bagaimana
representasi karater Nussa penyandang disabilitas
pada serial kartun Nussa dan Rara.
11
b. Bagaimana tanda ikon, indeks, dan simbol dalam
Serial Kartun Nussa dan Rara.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pada penelitian khususnya pada kajian
analisis semiotika Charles Sanders Pierce
mengenai tanda ikon, indeks, dan simbol tentang
penyandang disabilitas dalam Serial Kartun Nussa
dan Rara.
b. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan
dapat menjadi motivasi bagi penyandang
disabilitas yang menonton Serial Kartun Nussa
dan Rara bahwasannya keterbatasan fisik tidak
mengahalangi seseorang dalam menggapai mimpi
mereka serta memberikan edukasi tentang
disabilitas bagi anak-anak bahwa penyandang
disabilitas pun juga dapat melakukan kegiatan
yang sama seperti manusia normal lainnya.
Selain itu, agar serial kartun lainnya dapat
menyeimbangkan antara unsur hiburan dan juga
edukasi serta menciptakan inovasi dalam
berdakwah.
F. Tinjauan Kajian Terdahulu
Dirancangnya sebuah penelitian, tidak terlepas
adanya referensi dari penelitian sebelumnya. Adapun
12
referensi penelitian sebelumnya yang memiliki relavansi
dengan penelitian ini, dijelaskan sebagai berikut:
1. Penelitian pertama dilakukan oleh Lutfi Icke
Anggraini (2019), dari Institut Agama Islam Negeri
Purwokerto dengan judul “Nilai-Nilai Islam dalam
Serial Animasi Nussa (Analisis Narasi Tzvetan
Todorov). Penelitian ini menggunakan analisis narasai
Tzvetan Todorov yang meliputi keseimbangan,
gangguan dan keseimbangan. Nilai-nilai Islam yang
terkandung dalam serial animasi Nussa yaitu nilai
akidah yang yang terkandung dalam serial animasi
Nussa yaitu percaya dan yakin bahwa Allah
mengabulkan doa yang mereka panjatkan serta mereka
yang meyakini bahwa akan mendapatkan
perlindungan dan keberkahan dari Allah SWT. Nilai
akhlak yang terkandung dalam serial animasi Nussa
adalah kesopanan, kesabaran, keramah-tamahan, dan
gotong royong. Nilai syariah yang terkadung dalam
serial animasi Nussa adalah membaca basmallah,
berdoa sebelum melakukan aktifitas, kebersihan,
bersedekah, menyambung silaturahmi, ihlas, tabah,
tidak mubadzir, rendah hati, meredam amarah, dan
berbakti kepada kedua orang tua. Persamaannya
adalah menganalisis Serial Kartun Nussa dan Rara.
Perbedannya tidak merepresentasikan penyandang
disabilitas dan tidak menggunakan analisis semiotika
Charles Sanders Peirce.
13
2. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Elsa Mutiara
Sandra (2019), dari Universitas Negeri Padang dengan
judul “Pesan Moral Pada Film Animasi Nussa Episode
Tidur Sendiri, Gak Takut!”. Penelitian ini
menggunakan analisis semiotika Rolland Barthers
yang meliputi konotasi, denotasi, dan mitos. Pesan
moral yang disampaikan oleh tokoh baik verbal
maupun non verbal dan visualnya berdasarkan adegan
yang terjadi dalam epiosode. Persamaannya yang
dianalisis adalah film Kartun Nussa dan Rara.
Perbedaaanya tidak menganalisis representasi
penyandang disabilitas dan menggunakan tidak
menggunakan teori semiotika Charles Sanders Pierce.
3. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Sutarman
(2006) dari Universitas Airlangga dengan judul
“Representasi Tokoh Cacat Fisik dalam Film Animasi
(Studi Semiotik tentang Representasi Tokoh Nemo
dalam Film Finding Nemo)”. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa tokoh Nemo yang cacat
direpresentasikan sebagai sosok yang lemah, harus
selalu dilindungi dan selalu dipenuhi dengan
ketidakberuntungan. Manfaat yang penulis dapatkan
dari penelitian bergenre petualangan tersebut adalah
sebagai rujukan untuk tinjauan teoritis. Adapun
persamaannya merepresentasikan disabilitas dan
dalam film kartun serta menggunakan teori Charles
Sanders Pierce. Perbedaannya dengan penelitian
14
penulis adalah pada genre film yang dipilih yakni
religi, kemudian berfokus pada satu jenis disabilitas
saja yakni tunadaksa bagian kaki.
G. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan paradigma
kontruktivis. Paradigma ini memandang bahwa
individu menginterpretasikan serta bereaksi sesuai
dengan konseptual dan pemikiran.13 Pada penelitian
ini, paradigma konstruktivitas digunakan untuk
melihat fenomena Serial Kartun Nussa dan Rara
melalui youtube sebagai media dakwah untuk
mensosialisasikan bahwa penyandang disabilitas juga
dapat melakukan kegiatan seperti manusia normal dan
juga bukan sebagai penghalang untuk meraih mimpi
melalui pesan-pesan yang disampaikan dalam video
tersebut.
Penulis menggunakan paradigma konstruktivisme
untuk membantu menemukan realitas dari berbagai
arah dengan melakukan wawancara dan mengamati
review, buku, jurnal, artikel, website yang dari
berbagai media dalam penelitian ini. Karena menurut
penulis penelitian ini termasuk penelitian yang harus
dikaji secara mendalam bukan dilihat dari satu sisi
saja dan meneliti realitas yang dikontruksi
13 Elvaniaro Ardianto & Bambang Q-Anees, Filsafat Ilmu
Komunikasi(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2009), h 151.
15
berdasarkan pikiran personal. Penulis menggunakan
paradigma konstruktivis karena peneliti ingin
menggali bagaimana karakter Nussa sebagai
penyandang disabilitas dalam Serial Kartun Nussa dan
Rara. Maka dari itu paradigma ini dianggap cocok
oleh penulis dengan penelitiannya.
2. Pendekatan Penelitian
Pada penelitian ini peneliti menggunakan
pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif yaitu
penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang
bukan menggunakan prosedur analisis statistik atau
cara kuantifikasi lainnya. Penelitian kualitatif
didasarkan pada upaya membangun pandangan
mereka yang ditetliti secara rinci, dibentuk dengan
kata-kata, gambaran holistik dan rumit. Penelitian
kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud untuk
memahami suatu fenomena tentang apa yang dialami
oleh subjek penelitian, seperti perilaku, persepsi, dan
tindakan.14 Penelitian menggunakan jenis pendekatan
ini karena dalam proses penelitian ini diperlukan
wawancara dan pengamatan secara langsung.
Penelitian dilakukan melalui observasi partisipan dan
non partisipan baik dengan terjun langsung ke rumah
produksi The Little Gaintz untuk melakukan
wawancara ke narasumber dan melihat video Serial
14 Lexy, J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya), h 6.
16
Kartun Nussa dan Rara, mengamati media sosial,
vidio-video di youtube, penelitian terdahulu, jurnal,
artikel, dan buku serta web yang berkaitan dengan
penelitian ini. Sehingga mudah menelaah presentasi
karakter Nussa penyandang disabilitas pada serial
katun Nussa dan Rara.
Selain itu pendekatan ini pun juga untuk
mendapatkan pemahaman yang mendalam dan
mempermudah dalam melakukan penelitian karena
penulis sendiri ingin meneliti lebih dalam mengenai
representasi karakter Nussa penyandang disabilitas
yang disampaikan oleh kartun tersebut. Pendekatan ini
juga bertujuan untuk mengembangkan teori dan hasil
akhir atau temuan peneliti masih bersifat openended,
artinya peneliti masih terbuka untuk menerima kritik
atau revisi.
3. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah semiotika Charles Sanders
Peirce, merupakan ilmu atau metode yang
mempelajari tentang tanda. Peirce menawarkan
model triadik dalam mengurai tanda. Proses ini
meliputi representamen (tanda). Tokoh-tokoh lain
menyebutnya Symbol (Langer), atau signifier
(Saussure). Objek sebagai sesuatu yang
direpresentasikan oleh tanda. Berikutnya adalah
17
interpretan, istilah yang digunakan Peirce untuk
makna sebuah tanda.15
Melalui metode ini, penelitian menjelaskan
tanda menjadi tiga model utama yaitu, ikon, indeks,
dan simbol. Pertama, ikon dalam beberapa hal tanda
menyerupai objeknya, tanda itu kelihatan atau
kedengerannya menyerupai objeknya. Kedua, indeks
ada hubungan langsung antara tanda dan objeknya.
Keduanya benar-benar terkait. Ketiga simbol
dikomunikasikan hanya karena manusia sepakat
bahwa simbol itu menunjukkan sesuatu.16
4. Subjek dan Objek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek
penelitian adalah Serial Kartun Nussa dan Rara, dan
yang menjadi objek penelitian adalah Representasi
karakter Nussa penyandang disabilitas.
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara
Wawancara adalah suatu kegiatan atau proses
interaksi antara pewawancara (interviewer) dan
15 M. Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi
(Yogyakarta: Gitanyali,2004) cet.1, h 43. 16 John Fiske, Cultural and Communication Studies Sebuah Pengantar Paling
Komprehensif (Yogyakarta: Jalasutra, 2014) h 70-71.
18
sumber informasi atau orang yang diwawancarai
(interview) melalui komunikasi langsung.17
Dalam penelitian ini wawancara dilakukan
dengan Yuni Lestari selaku sekretaris The Little
Giantz guna mengetahui secara mendalam
mengenai representasi karakter Nussa penyandang
disabilitas dalam Serial Kartun Nussa dan Rara.
b. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah metode
pengumpulan data yang digunakan untuk
menghimpun data penelitian melalui pengamatan
dan penginderaan.18 Observasi ditujukan untuk
mendapatkan hasil riset yang komprehensif dan
mendalam. Observasi pada penelitian ini adalah
observasi partisipan dan non partisipan.
Maksudnya penulis bukan hanya melakukan
wawancara secara langsung ke narasumber.
Namun juga melakukan observasi dengan cara
mengamati secara mendalam adegan-adegan atau
cuplikan-cuplikan dan dialog-dialog dari Serial
Kartun Nussa dan Rara secara teliti. Kemudian
peneliti mencatat dan memilih beberapa adegan
atau scene penting yang merupakan inti dari
17 Prof. Dr. A. Muri Yusuf, M.Pd, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif
dan penelitian gabungan (Jakarta: Kencana, 2014) h 391. 18 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik, dan Ilmu Sosial, (Jakarta: Prenada Media Group, 2009), h 115.
19
permasalahan yang telah difokuskan dan dianalisis
menggunakan teori dan metode yang telah
ditentukan.
c. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa
yang sudah berlalu. Dokumen dapat berbentuk
tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang.19 Dokumen merupakan pelengkap dari
penggunaan metode observasi dalam penelitian
kulaitatif. Pada dasarnya, dokumen digunakan
untuk memperkuat penelitian kualitatif agar dapat
dipercaya. Adapun data-data penelitian yang
dikumpulkan dengan teknik ini menjadi dua:
1. Data Primer
Data primer pada penelitian ini adalah
data-data yang dikumpulkan peneliti dari sumber
utama yang diperlukan adalah hasil wawancara
narasumber dengan Yuni Lestari selaku sekretaris
The Little Giantz, Ismail selaku penonton Serial
Nussa dan Rara, Tutik Ariyanti selaku orang tua
Rayhan Arya Mahardika (disabilitas) dan data
berupa video episode Nussa Bisa dan Belajar
Ihklas dalam Serial Kartun Nusa dan Rara
.
19 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011), h 330.
20
2. Data Sekunder
Data sekunder pada penelitian ini berupa
data-data yang besrifat sebagai penunjang data
primer yaitu review, buku, jurnal, artikel, website
yang berasal dari berbagai media yang mendukung
atau sebagai pelengkap dalam penelitian ini.
6. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah sebuah rangkaian
kegiatan penelaahan, pengelompokkan, penafsiran,
dan verifikasi data agar suatu fenomena memiliki
nilai sosial, akademis, dan ilmiah, tidak ada yang
baku (seragam) dalam melakukan penelitian
kualitatif.20 Analisis dalam penelitian ini dimulai
dengan mengklasifikasikan adegan-adegan dalam
episode Nussa Bisa dan Belajar Ihklas yang sesuai
dengan fokus penelitian. Kemudian, dianalisis
menggunakan teori segitiga tanda (Triadik),
Semiotika Charles Sanders Pierce yang terdiri dari
tiga tingkatan, yaitu tanda (representamen), acuan
tanda (objek), dan penafsiran dari tanda yang
dipaparkan terhadap objek tertentu (interpretan)
dengan mencari seperti apa unsur ikon, indeks,
dan simbol.
20 Deddy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu sosial lainnya, (Bandung: PT. Remaja Rodaskarya,
2004), h 180.
21
Kemudian setelah data yang dibutuhkan
telah terkumpul, langkah berikutnya menganalisa
data sesuai dengan fokus dan tujuan penelitian.
Penulis menggunakan analisis semiotik yang
merupakan salah satu alternative teknik penelitian
untuk memperoleh representasi penyandang
disabilitas yang terkandung dalam Serial Kartun
Nussa dan Rara.
7. Keabsahan Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan
triangulasi untuk dapat menguji apakah data yang
diperoleh dalam penelitian adalah sah dan benar.
Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan
keabsahan data dan digunakan sebagai proses
memantapkan atau memperbaiki derajat
kepercayaan (kredibilitas atau validitas) dan
konsistensi data, serta bermanfaat juga sebagai alat
bantu analisis data di lapangan. Triangulasi bukan
bertujuan mencari kebenaran, tetapi meningkatkan
pemahaman penulis terhadap data dan fakta yang
dimilikinya.21 Dalam penelitian ini, penulis
menggunakan Triangulasi data dengan cara
mengumpulkan data dari berbagai sumber primer
yaitu dengan wawancara dan memilih scene-scene
21Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2013), h 218-219.
22
dan dialog-dialog dan sumber sekunder dengan
mengumpulkan dokumen dariintagram, youtube,
dan media lainnya. Lalu dilakukan validasi data
dengan cara memeriksa data yang telah terkumpul.
8. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian yang digunakan untuk
penelitian yaitu di The Little Giantz Animation
Studio Jl. MPR X No.12, RT 01/11, Cilandak
Barat, Jakarta Selatan pada 06 Agustus 2020.
Tempat penelitian ini dipilih karena untuk lebih
memperdalam mengetahui mengenai representasi
karakter Nussa pada serial kartun Nussa dan Rara
dari pihak The Little Giantz yakni yang
memproduksi serial kartun yang diteliti dan agar
lebih objektif dalam melaksanakan penelitian.
H. Sistematika Penulisan
BAB I: PENDAHULUAN
Pendahuluan terdiri dari latar belakang, identifikasi,
batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, tinjauan kajian terdahulu, metodologi
penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II: KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan menjelaskan landasan teori mengenai
analisis semiotika Charles Sanders Peirce, tinjauan teori
representasi Stuart Hall serta tinjauan mengenai
penyandang disabilitas serta kerangka berpikir.
23
BAB III: GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN
Menjelaskan tentang gambaran umum serial kartun Nussa
dan Rara, profil The Little Giantz, kerabat kerja, dan
profil para pemeran Serial Kartun Nussa dan Rara serta
sinopsis episode Nussa Bisa dan Belajar Ihklas.
BAB IV: DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Dalam bab ini difokuskan untuk penguraian penyajian
data penelitian pada adegan (scene) dan dialog dalam
episode Nussa Bisa dan Belajar Ihklas dan temuan
penelitian serta hasil wawancara.
BAB V: PEMBAHASAN
Bagian ini berisi uraian teori yang digunakan serta
menganalisis adegan atau scene pada episode Nussa bisa
dan belajar ikhlas menggunakan teori. Merepresentasikan
menggunakan teori Stuart Hall dan mencari adegan dan
dialog yang termasuk dalam unsur ikon, indeks, dan
simbol serta merepresentasikan karakter Nussa pada
eiposode Nussa bisa dan belajar Ikhlas.
BAB VI: SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
Berisi tentang kesimpulan penelitian serta implikasi dan
saran.
24
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Semiotika Charles Sanders Pierce
Indiwan Seto Wahyu Wibowo mengemukakan
secara etimologis, istilah semiotika berasal dar
kata Yunani Semion, yang artinya tanda. Tanda itu
sendiri dapat diartikan sebagai suatu yang atas
dasar konvesi sosial yang terbangun sebelumnya
dapat mewakili sesuatu yang lain. Tanda pada
awalnya dimaknai sebagai suatu hal yang
menunjukkan pada adanya hal lain. Contohnya
asap menandai adanya api, sirene mobil yang
keras meraung raung menandai adanya kebakaran
disudut kota.22 Menurut Alex Sobur yang
dikemukakan dalam bukunya, mendefinisikan
semiotika merupakan ilmu atau metode yang
mempelajari tentang tanda. Tanda-tanda
merupakan perangkat yang kita pakai dalam upaya
berusaha mencari jalan di dunia ini, ditengah-
tengah manusia dan bersama-sama manusia.
22 Indira Seto Wahyu Wibowo. Semiotika Komunikasi – Aplikasi Praktis Bagi
Penelitian dan Skripsi Komunikasi, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h 7.
25
Semiotika ingin mempelajari bagaimana
kemanusiaan (humanity) dalam menggunakan hal-
hal (things).23 Sedangkan menurut Puji Santosa
semiotika merupakan ilmu yang sistematis
mempelajari tanda-tanda, lambang-lambang,
sistem-sistemnya, dan prosesnya.24
Pada hakikatnya, analisis semiotika memang
merupakan daya untuk merasakan sesuatu yang
tidak normal atau aneh, sesuatu yang perlu
ditanyakan lebih lanjut bagaimana cara kita dalam
membaca narasi atau wacana atau teks tertentu.
Analisisme bersifat paradigmatik yang artinya
adalah usaha untuk menemukan makna termasuk
dari hal-hal yang tersembunyi seperti dibalik
sebuah teks. Maka banyak orang kerap
mengatakan semiotika merupakan usaha untuk
menemukan makna ‘berita dibalik berita’.
Charles Sanders Pierce adalah seorang
filsuf Amerika, ahli logika, matematikawan, dan
ilmuwan yang dikenal sebagai “Bapak
Pragmatisme”.25 Peirce lahir pada tahun 1839 ia
berkembang pesat dalam pendidikannya di
23 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009) h
15. 24 Puji Santosa, Ancangan Semiotika dan Pengkajian Susastra, (Bandung:
Angkasa, 1931), h 3. 25 Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai
Semiotika dan Teori Komunikasi (Yogyakarta: Jalasutra, 2012) h 32.
26
Universitas Harvard. Sebuah tanda atau
representamen menurut Peirce adalah sesuatu bagi
seseorang yang mewakili sesuatu yang lain dalam
beberapa hal. Kemudian mengacu pada pada objek
tertentu. Antara reresentamen dan objek memiliki
makna yang disebut interpretan. Dengan demikian,
Peirce menawarkan model triadik dalam mengurai
tanda. Proses ini meliputi representamen. Tokoh-
tokoh lain menyebutnya Symbol (Langer), atau
signifier (Saussure). Objek sebagai sesuatu yang
direpresentasikan oleh tanda. Berikutnya adalah
interpretan, istilah yang digunakan Peirce untuk
makna sebuah tanda.26
Peirce menggolongkan tanda menjadi tiga
titik dalam segitiga yang disebut juga sebagai
signifikasi. Dengan demikian sebuah tanda atau
representamen memiliki relasi triadik dengan
interpretan dan objeknya.27 Pemaknaan tanda
melalui kaitan antara representamen dan objek
yang didasari oleh pemikiran bahwa objek tidak
selalu sama dengan realitas yang diberikan
representamen. Objek timbul karena pengalaman
makna tanda.
26 M. Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi
(Yogyakarta: Gitanyali,2004) cet.1, h 43. 27 Indira Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi – Aplikasi Praktis Bagi
Penelitian dan Skripsi Komunikasi, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h
18.
27
Gambar 2.1
Teori Semiotika Charles Sanders Peirce
komunikasiana.wordpress.com
Peirce membagi tiga tahapan tanda,
dimulai dari penyerapan aspek tanda atau
representamen melalui panca indera. Tahap kedua,
mengaitkan secara representamen dengan
pengalaman dalam kognisi manusia yang disebut
objek. Tahap ketiga menafsirkan objek sesuai
dengan keinginannya yang disebut interpretan.28
Peirce mengatakan sesuatu bisa disebut
representamen jika memenuhi dua syarat, yakni
dapat dipersepsi menggunkan pancaindera,
pikiran, perasaan dan berfungsi mewakili sesuatu.
Sedangkan objek adalah sesuatu yang dirujuk
tanda, bisa materi yang tertangkap indera atau bisa
bersifat imajiner. Objek juga dapat berupa
representasi mental (sesuatu yang ada dalam
pikiran). Bisa juga sesuatu yang nyata di luar
28 Alex Sobur, Analisis Teks Media (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012) h
115.
28
tanda. Kemudian tahap ketiga yaitu interpretan
lebih merujuk pada makna dari tanda. Sesuatu
yang terdapat dalam benak seseorang tentang
sesuatu objek yang dirujuk oleh sebuah tanda.29
Model segitiga Peirce memperlihatkan
masing-masing titik dihubungkan oleh garis
dengan dua arah, yang artinya setiap istilah dapat
dipahami hanya dalam hubungan satu dengan yang
lainnya. Peirce menggunakan istilah yang berbeda
untuk menjelaskan fungsi tanda, baginya adalah
proses konseptual, terus berlangsung dan tidak
terbatas. Hai ini yang disebutnya semiosis tak
terbatas. Apabila ketiga elemen itu berinteraksi
dalam benak seseorang. Maka munculah makna
tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut.
Jadi, penulis menyimpulkan representamen
(tanda) merupakan sesuatu yang ditangkap
pancaindera. Proses saat melihat, mendengar
mengingatkan kita pada hal lain yang serupa
maupun berkaitan. Kemudian sesuatu hal itu
diingat dalam pengetahuan dan pengalaman kita
disebut sebagai objek tanda. Tahap terakhir adalah
penafsiran suatu hal yang ditangkap pancaindera
sesuai dengan pengalaman sendiri maupun sesuai
dengan konvensi masyarakat.
29 Nawiroh Vera, Semiotika Dalam Riset Komunikasi (Bogor, Ghalia
Indonesia, 2014) h 21.
29
Model triadik yang ditawarkan Peirce
membentuk segitiga yang masing-masing
terhubung oleh garis lurus. Artinya ketiga
komponen tanda itu terus terhubung tanpa
terputus. Diawali dengan representamen, objek,
dan interpretan. Kemudian interpretan itu dapat
berulang menjadi representamen yang tiada akhir.
Hal ini disebut semiosis Peirce. Peirce membagi
tanda menjadi tiga model utama yaitu, ikon,
indeks, dan simbol. Ketiganya merupakan tanda
yang menjadi dasar Peirce untuk menguraikan
makna tanda-tanda. Untuk membedakan ketiga
tanda tersebut penulis memberikan contoh untuk
masing-masing tanda sebagai berikut.
Pertama, ikon dalam beberapa hal tanda
menyerupai objeknya, tanda itu kelihatan atau
kedengerannya menyerupai objeknya.30 Dalam
buku Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya
dikatakan ikon adalah kategori tanda yang
representamennya memiliki keserupaan identitas
dengan objek yang ada dalam kognisi manusia
yang bersangkutan. Foto kerbau adalah ikon
kerbau yang ada dalam pikiran orang tersebut.31
Jadi penulis menyimpulkan ikon adalah sebuah
30 John Fiske, Cultural and Communication Studies Sebuah Pengantar Paling
Komprehensif (Yogyakarta: Jalasutra, 2014) h 70-71. 31 Benny H. Hoed, Semiotik Dinamika dan Sosial Budaya (Depok: Komunitas
Bambu, 2014) h 10.
30
tanda yang serupa atau mirip denganm objek
aslinya berdasarkan pengalaman manusia yang
melihatnya. Kedua, indeks ada hubungan langsung
antara tanda dan objeknya. Keduanya benar-benar
terkait.32 Selain itu indeks merupakan tanda tidak
sama dengan objek yang ditunjuknya tetapi hanya
megidentifikasi atau menunjukkan keberadaan
benda tersebut.33 Kemudian indeks juga diartikan
sebagai tanda yang berhubungan dengan objeknya
bersifat kausal atau kontinyu. Contohnya apabila
sesorang merogoh kantong untuk mencari kunci
(sign) lalu ia meraba-raba dan langsung mengenali
bentuk kunci tanpa melihatnya. Maka pengenalan
tanda itu bersifat kontinguitas.34 Indeks juga
berarti memiliki keterkaitan fenomenal atau
eksistensial antara tanda dan objeknya.
Hubungannya bersifat kongkret, aktual atau
kausal.35
Penulis menyimpulkan bahwa indeks
adalah tanda yang memiliki keterkaitan dengan
objek yang dituju. Keterkaitan itu dapat berupa
32 John Fiske, Cultural and Communication Studies Sebuah Pengantar Paling
Komprehensif (Yogyakarta: Jalasutra, 2014) h 70-71. 33 Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media, (Yogyakarta:
Jalasutra, 2010) h 48. 34 Benny H. Hoed, Semiotik Dinamika dan Sosial Budaya (Depok: Komunitas
Bambu, 2014) h 10. 35 Indira Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi – Aplikasi Praktis Bagi
Penelitian dan Skripsi Komunikasi, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h
18.
31
hubungan saling mempengaruhi, sebab-akibat,
maupun hubungan kelanjutan atau kesinambungan
yang sering kali mengaitkan dengan pengetahuan
yang dimiliki oleh seseorang. Ketiga simbol
dikomunikasikan hanya karena manusia sepakat
bahwa simbol itu menunjukkan sesuatu.36 Simbol
adalah tanda yang mewakili sesuatu yang proses
penentuannya simbol itu tidak mengikuti aturan
tertentu.37 Artinya penentuannya berdasarkan
kesepakatan masyarakat. Selain itu, simbol berarti
tanda yang maknanya diberikan berdasarkan
konvensi masyarakat.38 Simbol merupakan jenis
tanda yang bersifat arbiter dan konvensi sesuai
kesepakatan sejumlah orang atau masyarakat.39
Jadi penulis menyimpulkan bahwa simbol adalah
tanda yang mewakili objeknya tetapi berdasarkan
konvensi masyarakat atau kelompok tertentu.
Konvensi masyarakat umum dapat berasal dari
agama, adat istiadat, atau kebuadayaan yang telah
disepakati.
36 John Fiske, Cultural and Communication Studies Sebuah Pengantar Paling
Komprehensif (Yogyakarta: Jalasutra, 2014) h 71. 37 Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media, (Yogyakarta:
Jalasutra, 2010) h 48. 38 Benny H. Hoed, Semiotik Dinamika dan Sosial Budaya (Depok: Komunitas
Bambu, 2014) h 10. 39 Indira Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi – Aplikasi Praktis Bagi
Penelitian dan Skripsi Komunikasi, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h
18.
32
Selain ketiga model utama diatas, selanjutnya
Peirce melebarkan konsep semiotika menjadi
sembilan tanda yang dikelompokkan menjadi
trikotomi. Pada tingkatan trikotomi pertama
terdapat qualisign, legisign, dan sinsign. Ditahap
selanjutnya ada trikotomi kedua terdapat ikon,
indeks, dan simbol. Pada trikotomi kedua ini
memiliki pengertian dan fungsi yang sama dengan
model tanda utama (ikon, indeks, dan simbol)
telah dijelaskan di atas. Selanjutnya trikotomi
ketiga terdapat rhema, decisign, dan argumen.
Masing-masing tanda memiliki fungsi yang
memungkinkan adanya persamaan dalam
memaknai suatu tanda. Sebagai contoh semua
tanda yang masuk dalam kategori lesign dapat
pula menjadi simbol.
Beberapa klasifikasi tanda yang telah
disebutkan yang paling komprehensif adalah
taksonomi yang dikembangkan oleh Chales
Sanders Pierce mengenai ketiga jenis tanda yang
menjadi fokus utama yaitu ikon, indeks, simbol.
Ketiga model tanda tersebut merupakan klasifikasi
yang memiliki relasi antara representamen dengan
objeknya. Ketiga tanda itu sangat berguna dalam
33
telaah tentang berbagai gejala budaya, seperti
produk-produk media.40
Pemikiran penulis untuk memfokuskan
terhadap tiga tanda saja didukung dengan
penjelasan di dalam buku John Fiske. Dalam
bukunya disebutkan bahwa Peirce membagi
menjadi tiga tipe tanda yang menurutnya
merupakan model yang sangat bermanfaat dan
fundamental mengenai sifat tanda. Peirce menulis
dalam buku itu:
“Setiap tanda ditentukan oleh objeknya, pertama-
tama dengan mengambil bagian dalam karakter
objek, saya menyebut sebagai ikon. Kedua dengan
menjadi nyata dan dalam eksistensi individualnya
terkait dengan objek individualnya disebutnya
indeks. Ketiga dengan kurang lebih mendekati
kepastian bahwa tanda itu akan ditafsirkan
sebagai mendenotasikan objek sebagai
konsekuensi dari kebiasaan, saya menyebutnya
simbol”41
Berdasarkan penjelasan mengenai konsep
semiotika Charles Sanders Peirce, penulis
memutuskan untuk menganalisis tanda hanya
40 Indira Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi – Aplikasi Praktis Bagi
Penelitian dan Skripsi Komunikasi, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h
19. 41 John Fiske, Cultural and Communication Studies Sebuah Pengantar Paling
Komprehensif (Yogyakarta: Jalasutra, 2014) h 69.
34
menggunakan tiga tipe tanda yaitu ikon, indeks,
dan simbol. Hal ini dikarenakan dengan
menggunakan ketiga tipe tersebut sudah mampu
untuk mengurai makna yang terkandung dalam
film (sign) dengan objeknya. Selain itu,
menguraikan penyandang disabilitas dalam film
dengan adanya relasi tanda dan objeknya
mempermudah penulis dalam menganalisis.
Ketiga tanda itu juga menjadi model dari
keseluruhan konsep semiotika yang ditawarkan
Peirce.
2. Representasi Stuart Hall
Representasi berasal dari bahasa Inggris,
representation yang berarti perwakilan, gambaran,
atau penggambaran. Secara sederhana representasi
dapat diartikan sebagai gambaran mengenai suatu
hal yang terdapat dalam kehidupan yang
digambarkan melalui suatu media.42 Menurut John
Fiske, representasi adalah proses menyampaikan
realitas dalam komunikasi, via kata-kata, bunyi,
citra yang sudah ada, atau kombinasi.43
Representasi yaitu sebuah konsep yang
menghubungkan antara makna dan bahasa.
Representasi juga dapat berarti menggunakan
42 Nawiroh Vera, Semiotika dalam Riset Komunikasi, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2015), cet. Ke-2, h 96. 43 John Fiske, Pengantar Ilmu Komunikasi, h 124.
35
bahasa untuk mengatakan sesuatu yang penuh arti
atau menggambarkan dunia yang penuh arti
kepada orang lain.44
Stuart Hall mendefinisikan representasi
diartikan sebagai sebuah pikiran seseorang
terhadap objek, peristiwa, dan simbol-simbol.
Representasi bukan hanya untuk menyajikan (to
present), untuk membanyangkan atau imajinasi (to
image), atau untuk melukiskan (to depict) namun
lebih dari itu representasi mengacu pada
bagaimana cara kita memaknai objek atau peritiwa
yang tergambarkan. Chris Barker menyatakan
bahwa representasi merupakan kajian utama dari
Cultural Studies, yang bermaksud representasi
berhubungan dengan budaya dan media massa.
Dalam hal ini, Barker mengungkapkan bahwa
representasi adalah kajian tentang bagaimana
dunia dikontruksikan secara sosial kemudian
disajikan kepada khalayak dan dimaknai oleh diri
kita sendiri.
Representasi merujuk kepada kontruksi
segala bentuk media terutama media massa
tehadap segala aspek realitas atau kenyataan yang
terjadi. Representasi dapat berbentuk kata-kata
atau tulisan bahkan juga dapat dilihat dalam
44 Stuart Hall, Culture, the Media and the Ideological Effect, (London: Mass
Communication & Society, 1997) h 15.
36
bentuk gambar bergerak atau visual. Representasi
merupakan sebuah sistem yang memiliki proses.
Stuart Hall membagi representasi ke dalam dua
bagian, antara lain:
a. Representasi mental, adalah konsep-konsep
atau ide yang berada dalam kepala kita melalui
alat inderawi kita, seperti objek yang kita lihat,
sesuatu yang kita dengar, dan sesuatu yang kita
rasakan.
b. Representasi bahasa, adalah konsep-konsep
atau ide yang dipahami melalui alat inderawi
dan dituangkan dalam bentuk kata-kata untuk
mendapatkan makna tentang sesuatu. Konsep
abstrak yang ada dalam kepala kita harus
dituangkan dalam bahasa sehari-hari, agar
dapat menghubungkan ide-ide kita tentang
sesuatu dengan tanda atau simbol tertentu.
Representasi merupakan kegunaan dari tanda.
Dalam hal ini, Stuart Hall menjelaskan bahwa
budaya merupakan sebuah cara dimana seseorang
dapat memahami dan memberikan makna pada
dunia. Bahwasannya konsep budaya memiliki
peran yang penting dalam proses representasi.
Budaya merupakan “pengalaman berbagi” dimana
seseorang dapat berbagi pengalaman, membagi
simbol kebudayaan, mengenal bahasa, hingga kita
37
dapat mendapatkan konsep yang tentang budaya
yang dimaknai secara bersama.
Salah satu unsur budaya yang berpengaruh
dalam mempresentasikan sebuah objek, peristiwa,
atau simbol ialah bahasa. Bahasa adalah sebuah
alat yang menjadi perantara dalam memaknai
sesuatu, memproduksi, dan mengubah makna.
Melalui bahasa (simbol, kata tertulis, kata lisan,
atau gambar atau visual) seseorang dapat
mengungkapkan pikiran, konsep, dan ide-ide
mengenai sesuatu. Makna sesuatu hal tergantung
dari bagaimana cara kita mempresentasikannya.
Representasi merekatkan semua tanda-tanda
menjadi makna dan makna sendiri bersifat
subjektif, tidak pernah tetap (berubah-ubah). Ada
tiga pendekatan yang dikemukakan Stuart Hall
mengenai representasi makna dan bahasa, antara
lain:
1) Pendekatan reflektif, adalah bahasa dimaknai
sebagai refleksi dari realitas atau kenyataan.
2) Pendekatan intensional, adalah bahasa
dimaknai sebagai kehendak penulis (autor)
38
3) Pendekatan kontruksionis, adalah bahasa
merupakan serangkaian kata-kata yang
ditafsirkan hingga menjadi sebuah makna.45
Dalam kasus film sebagai representasi budaya,
film tidak hanya mengkontruksikan nilai-nilai
budaya tertentu namun juga tentang bagaimana
nilai-nilai diproduksi dan bagaimana nilai itu
dikonsumsi oleh masyarakat yang menyaksikan
film tersebut. Film sebagaimana halnya produk
budaya, yang memegang peran yang penting
dalam mepresentasikan siapa seseorang atau
identitas seseorang.
Menurut Stuart Hall, representasi harus
dipahami dari peran aktif dan kreatif orang
memaknai dunia. Representasi adalah jalan
dimana makna diberikan kepada hal-hal yang
tergambar melalui citra atau bentuk lainnya pada
layar atau pada kata-kata.
Representasi adalah peristiwa kebahasaan.
Bagaimana seseorang ditampilkan, dapat
dijelaskan dengan menggunakan sebuah bahasa.46
Stuart Hall juga berpendapat bahwa ada beberapa
45 Stuarh Hall, Representation: Culutural Representation and Sygnifying
Practices (London: 1997) h 25. 46 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta:
Lkis, 2001),h 113.
39
prinsip representasi sebagai sebuah proses
produksi makna melalui bahasa, yaitu:
Representasi untuk mengartikan sesuatu,
maksudnya adalah representasi menjelaskan dan
menggambarkan dalam pikiran dengan sebuah
gambaran imajinasi untuk menempatkan
persamaan sebelumnya dalam pikiran atau
perasaan kita dan representasi diugunakan sebagai
alat untuk menjelaskan atau mengkontruksi makna
dalam sebuah simbol.
Pengertian diatas menggambarkan bahwa
representasi merupakan sebuah cara memaknai
sesuatu apa yang diberikan pada benda yang
digambarkan.47
3. Tinjauan Penyandang Disabilitas
a. Pengertian Disabilitas
Pada abad kedua puluh, hampir di semua
masyarakat Barat, disabilitas telah dihubungkan
dengan kekurangan pikiran dan tubuh, yaitu
meliputi orang pincang, duduk di kursi roda,
menjadu korban keadaan seperti kebutaan,
kekurangan pendengaran, sakit jiwa, dan
47 Stuarh Hall, Representation: Culutural Representation and Sygnifying
Practices (London: 1997) h 16.
40
gangguan jiwa.48 Menurut Undang-undang nomor
8 tahun 2016 tentang penyandang disabilitas
bahwa penyandang disabilitas adalah orang yang
mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental
atau sensorik dalam berinteraksi dengan
lingkungan yang mengalami hambatan untuk
berpartisipasi secara efektif dengan masyarakat
berdasarkan kesamaan hak.49 Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa penyandang disabilitas
adalah orang yang memiliki keterbatasan baik fisik
atau mental sehingga tidak bisa beraktivitas seperti
biasa. Dalam kaitannya dengan keberadaan
mereka di masyarakat, para penyandang disabilitas
mengalami kesulitan untuk mendapatkan
pengakuan sebagai manusia yang mampu
melakukan banyak hal positif sama seperti orang
normal. Hal ini dipertegas oleh International
Federation Anti Leprocy Association50, bahwa
masyarakat cenderung berprasangka dengan
pandangan tertentu kepada orang-orang yang
berbeda dengan memberinya label sehingga
memunculkan stigmatisasi dan diskriminasi.
48 Colin Barnes, Geof Mercer, Disabilitas, (Jakarta: IAIN Indonesia Social
Equity Project, 2006) h 1. 49 Undang-undang Republik Indonesia, Nomor 8 Tahun 2016, tentang
Penyandang Disabilitas 50 Karuniasih, Wahyu dan Gede K, Tinjauan Fenomologi Atas Stigmatisasi
Penyandang Disabilitas Tunarungu, (Bali: Universitas Udayana, 2017) Vol. 1
No. 1.
41
Stigma tersebut juga tidak hanya dilihat dari
penilaian masyarakat saja tetapi juga penilaian
orang yang terstigmakan atau penilaian terhadap
diri sendiri yang berkaitan dengan persepsi
maupun respon atas stigma tersebut. Hal ini jelas
menghambat terciptanya komunikasi yang efektif,
keserasian dan keselarasan di masyarakat serta
menyalahi kodrat manusia sebagai makhluk
bermasyarakat.
Fenomena tersebut tidak terlepas dari
peran media, baik media massa maupun media
baru dalam memberitakan keberadaan penyandang
disabilitas yang cenderung mengarah kepada hal-
hal yang negatif. Mereka digambarkan sebagai
orang yang pantas dikasihani, memalukan,
memiliki kerusakan, tidak sempurna, nilai dan
mutunya kurang baik.51 Penelitian mengenai
representasi kekurang sempurnaan tubuh dan
kecacatan muncul perlahan pada akhir tahun
1980an khususnya di Amerika Serikat. Hal ini
mengacu pada stereotype kultural negative
terhadap mereka yang memiliki kekurang
sempuranaan tubuh. Masyarakat penyandang cacat
digambarkan ‘sebagai sosok pasif’ dan menjadi
51 Niyu, Representasi Disabilitas dalam Iklan We’re The Superhumans,
(Tangerang: Universitas Pelita Harapan, 2017), Vol. 4 No. 1, h 50.
42
‘korban’ atau ‘penderita’.52 Stereotype kultural
yang paling sering didokumentasikan
mempresentasikan mereka sebagai sosok yang
perlu dikasihani, sebagai objek kekerasan, sebagai
ancaman, sebagai mahluk aneh, sebagai orang
kerdil, sebagai bahan tertawaan, sebagai musuh
terburuk, sebagai beban, sebagai kelompok yang
tidak mampu berpatisipasi secara penuh dalam
kehidupan komunitas dan sebagai kelompok
‘normal’.53
b. Jenis-jenis penyandang disabilitas:54
Terdapat beberapa jenis orang dengan
kebutuhan khusus atau disabilitas. Maksudnya
bahwa penyandang disabilitas memiliki defenisi
yang mana memerlukan bantuan untuk tumbuh
dan berkembang.
1) Disabilitas Mental terdiri dari:
- Mental Tinggi: Sering dikenal dengan
orang berbakat intelektual, di mana selain
memiliki kemampuan intelektual di atas
52 Colin Barnes, Geof Mercer, Disabilitas, (Jakarta: IAIN Indonesia Social
Equity Project, 2006) h 144. 53 Colin Barnes, Geof Mercer, Disabilitas, (Jakarta: IAIN Indonesia Social
Equity Project, 2006) h 147. 54 Pengelompokan penyandang cacat pada Undang-Undang Nomor 4 Tahun
1997 tentang Penyandang Cacat dibagi menjadi penyandang cacat mental,
penyandang cacat fisik dan penyandang cacat mental dan fisik, Pasal 1 ayat
(1).
43
rata-rata dia juga memiliki kreativitas dan
tanggung jawab terhadap tugas.
- Mental Rendah: Maksudnya memiliki
kapasitas intelektual atau yang disebut
dengan IQ (Intelligence Quotient) di
bawah rata-rata dapat dibagi menjadi dua
kelompok yakni anak lamban belajar (slow
learnes) adalah anak yang mempunyai IQ
70-90. Sedangkan anak yang memiliki IQ
di bawah 70 termasuk anak berkebutuhan
khusus.
- Berkesulitan Belajar Spesifik: Maksudnya
seseorang yang mengalami kesulitan
belajar berkaitan dengan prestasi belajar
yang diperoleh.
2) Disabilitas Fisik. Kelainan ini meliputi
beberapa macam, yaitu55:
- Kelainan Tubuh (Tuna Daksa). Tunadaksa
yaitu seseorang yang mengalami gangguan
gerak yang disebabkan karena kelainan
struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit,
akibat kecelakaan, serta lumpuh.
- Kelainan Indera Penglihatan (Tuna Netra).
Tunanetra adalah individu yang memiliki
hambatan dalam penglihatan. Tunanetra
55 Nur Kholis Reefani, Panduan Anak Berkebutuhan Khusus,
(Yogyakarta:Imperium.2013), h 17.
44
dibagi kedalam dua golongan yakni buta
total (blind) dan low vision.
- Kelainan Pendengaran (Tunarungu)
Tunarungu yaitu seseorang yang mengalami
kesulitan pada pendengaran baik bersifat
permanen ataupun tidak. Karena mengalami
kesulitan pada pendengaran seorang tunarungu
juga mengalami kesulitan saat berbicara
sehingga bisa disebut tunawicara.
- Kelainan Bicara (Tunawicara)
Yakni seseorang memiliki hambatan saat
mengungkapkan pikiran melalui bahasa
sehingga sulit dimengerti oleh orang lain.
Kelainan bicara ini dapat dimengerti oleh
orang lain. Kelainan bicara ini disebabkan
adanya ketidaksempurnaan organ bicara atau
karena terdapat gangguan dalam organ motorik
yang berkaitan dengan bicara.
3) Tunaganda (disabilitas ganda) yakni
seseorang yang memiliki kecacatan lebih
dari satu (cacat fisik dan mental)
45
4) Kerangka Berpikir
Gambar 2.2
Kerangka Berpikir
Serial Katun Nussa dan Rara
Semiotika Charles Sanders
Pierce
Ikon (tanda serupa
dengan objek
berdasarkan pengalaman)
Indeks (tanda yang
terkait dengan objek
yang dituju dengan
pengetahuan
Simbol (tanda yang
mewakili objek
berdasarkan konvensi
masyarakat)
Representasi Karakter Nussa Penyandang Disabilitas Pada Serial
Kartun Nussa dan Rara
46
BAB III
GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN
A. Serial Kartun Nussa dan Rara
Serial Kartun Nussa dan Rara merupakan animasi
karya anak bangsa yang diproduksi oleh The Little Giantz
yang di gagas oleh Mario Irwinsyah dengan kolaborasi
bersama 4 Stripe Production. Mendapat sambutan baik
dari masyarakat Indonesia. Menampilkan kisah sehari-hari
dua bersaudara yang berbasis Islam dengan Nussa dalam
balutan gamis, peci, serta Rara yang menggunakan hijab.
Nussa dan Rara adalah tokoh animasi yang ramai ditonton
di channel youtube.
Menariknya tokoh Nussa di tampilkan sebagai
penyandang disabilitas. Hal ini bisa dilihat dengan kaki
kiri Nussa yang menggunakan kaki palsu untuk dapat
melakukan aktivitasnya sehari-hari.
Alih-alih digambarkan sebagai sosok yang lemah
tak berdaya seperti seperti pada kebanyakan film dengan
tema penyandang disabilitas pada umumnya, Nussa justru
digambarkan sebagai sosok panutan, pemimpin, memiliki
ilmu agama yang cukup, serta mampu membimbing Rara,
adiknya, menjadi muslim yang lebih baik lagi.
Dalam serial kartun ini, nilai-nilai Islam dikemas
dengan cara menarik terutama bagi anak-anak. Serial
Kartun Nussa dan Rara dihadirkan sebagai sarana edukasi
47
Islam untuk keluarga. Pada 22 November 2018 bertepatan
pada Maulid Nabi Muhammad SAW, episode pertama
yang berjudul, Nussa: tidur sendiri, gak takut! dirilis dan
langsung jadi trending youtube. Setiap Jum’at subuh
upload episode Nussa dan Rara yang baru. Menggunakan
tema-tema yang ringan yang dibutuhkan dalam kehidupan
sehari-hari. Bahkan dari lingkungan kita sendiri seperti
keluarga.
Lewat akun Youtube TV Alfatih pada acara Good
Morning (CNN Indonesia) yang dipublikasikan tgl 1
Desember 2018, Executive Producers The Little Giantz,
Aditya Triantoro dan Creative Director Bony Wirasmono
hadir dan mengungkapkan ide awal membuat karakter
Nussa sebagai berikut:
Melalui diskusi yang panjang setelah lebaran Idul
Fitri ini, kita mulai serius riset karakter secara mendalam,
benar-benar menentukan cukup satu atau dua karakter dan
karakter-karakter lain. Engga cepet prosesnya karena
kepala Nussa aja dibuat bisa berminggu-minggu untuk
menentuka oke atau cocok disandingkan dengan Rara.
kita juga pas ingin membuat Nussa melakukan riset baik
youtube dan media sosial lainnya. Animasi Indonesia
memang belum banyak dieksplor. Kebetulan karena The
Little Giantz adalah rumah produksi film animasi, kita
mau mencoba mengeksplor animasi Indonesia dengan
cara segmen utamanya adalah untuk anak-anak. Tema
yang kita mau untuk anak-anak yang berbasis
edutainment, yaitu education and entertainment.
Sebenernya animasi adalah bahasa global untuk semua
kalangan baik untuk anak-anak sampai orang tua.
Karakter Nussa dan Rara kental dengan simbol
agama yaang menggunakan peci putih, menggunakan
hijab dan tujuan edukasinya kepada nilai-nilai agama.
48
Kebetulan karena kita sebagai kreator juga beragama
Islam dan berdasarkan riset, kalau kita lihat anak-anak
Indonesia butuh yang bersifat edukasi. Melihat saat ini
banyak orang tua yang memberikan gadget kepada anak-
anaknya. Nah dengan kejadian itu, orang tua juga
khawatir nanti takutnya anaknya browsing atau melihat
hal-hal yang tidak sesuai umurnya. Namun jika tidak
dikasih juga karena saat ini internet juga sebagai sumber
ilmu pengetahuan. Makanya kita mengisi kekosongan itu
dengan sebuah content edukasi agama Islam. Jadi orang
tua bisa tenang memberikan gadget pada anak-anaknya.
Jadi orang tua bisa memilih content yang lebih baik.
Motivasi awal karakter Nussa kita sebagai desain
karakter gimana caranya kita ingin membuat karakter
proses ini anak how to be come perfect. Jadi kita mikirnya
bukan tiba-tiba gitu aja karakternya namun bagaimana
anak-anak dengan kondisi seperti ini perlu kita dekatkan
secara emosional bagi anak-anak yang melihat it’s ok im
perfect. Dengan cerita Nussa ini kita berharap kedepannya
bisa menjadi suatu kesempurnaan. Jadi fisik it’s just fisik
namum semangat yang kuat yang perlu. Dan di cerita ini
ia menjadi sosok kaka yang menjadi contoh untuk adiknya
Rara dengan berbagai macam kekurangannya.56
Lewat akun Youtube Cinta Qur’an TV yang
dipublikasikan tgl 18 November 2019, salah satu kerabat
kerja The Little Giantz, hadir dan mengungkapkan filosofi
nama-nama karakter pada Serial Kartun Nussa dan Rara
sebagai berikut:
Nama Nussa itu otentik dengan Indonesia yaitu
nusantara tokoh utamanya Nussa adiknya Rara dan ia
memiliki kucing kecil yang bernama anta yang jika
digabung menjadi Nusantara.57
56 Dikutip dari TV Alfatih diakses pada 06 April 2020 57 Dikutip dari Cinta Quran TV diakses pada 06 April 2020
49
B. Profil The Little Giantz
History The Little Giantz (TLG) didirikan untuk
menjawab tantangan dan permintaan proyek layanan
animasi berkualitas tinggi dari dunia internasional. TLG
didirikan pada tahun 2016 di Jakarta didirikan oleh tim
berbakat gabungan dari seniman berpengalaman
internasional dan lebih dari 15 tahun berpengalaman
membuat IP, serial TV dan juga fitur panjang dilatih
untuk memahami dan menyampaikan kebutuhan produksi
dan permintaan berkualitas tinggi Di tahun ketiga kami
dalam bisnis ini, dengan pengalaman yang telah kami
kumpulkan, kami sekarang telah menciptakan Kekayaan
Intelektual (IP) kami sendiri yaitu “NUSSA” dan telah
terbukti menjadi fenomena pasar lokal dan internasional,
menunjukkan nilai-nilai inti kami dalam membangun
sumber daya manusia berkualitas tinggi yang
menghasilkan konten animasi berkualitas tinggi. Visi
kami “Menjadi pelopor dalam Bisnis di Asia yang kreatif-
inovatif. Sedangkan misi kami yaitu “Menghasilkan
kualitas sumber daya manusia yang terbaik, Membangun
struktur organisasi yang kuat dan berkelanjutan serta
Menciptakan Kekayaan Intelektual TLG sendiri”.58
Lewat wawancara penelitian di The Little Giantz
Animation Studio pada 06 Agustus 2020, Sekretaris The
Little Giantz, Yuni Lestari mengungkapkan sekilas profil
The Little Giantz sebagai berikut: The Little Giantz berdiri
tahun 2016 adalah studio 3D animation fokusnya untuk
saat ini IP Development itu adalah pengembangan
intelektual properti jadi bukan hanya membuat animasi.
Namun dari animasi itu jadinya apa aja, kalau sekarang IP
development IT nya itu pertama web seris di youtube,
merchandise, dan yang keempat yang insyaallah lagi
diproduksi dan lagi proses adalah film Nussa. The little
giantz sudah punya Sister Company. Sebenarnya awaktu
itu pas awal kita ada yang namanya 4 Stripes itu
memindanginya adalah agensinya The Little Giantz
memang jadi garda depan yang jualan IPnya ini, tapi
58 Dikutip dari Company Profile The Little Giantz Animation Studio pada 10
Agustus 2020
50
untuk saat ini kita ada juga namanya Nussa Official Store
atau Astara. Jadi Nussa Official Store adalah nama
tokonya, kalau Astara PTnya. Nah 4 Stripes ini digantikan
dengan Astara masih dua anak Sister company. Astara ini
perusahaan yang mengerjakan IT Developmentnya yang
memikirkan bagaimana caranya Nussa bisa memiliki unit-
unit bisnis lagi.59
Visi The Little Giantz adalah jadi pioneer animasi
seasia. Pioneer itu adalah industri animasi. Tujuannya
ingin membuat peta animasi di Indonesia. Karena kan di
Indonesia masih jarang banget untuk animasi. Misinya
The Little Giantz kita selalu memberikan kualitas dengan
standar international. Jadi bisa dilihat perbandingan antara
Nussa produksi The Little Giantz sama animasi-animasi
lokal
Melalui akun Youtube Hijab Alila berdasarkan
hasil wawancara dengan Aditya Triantoro selaku
Executive Producers The Little Giantz, pada “Eksklusif
Kisah Hijrah diBalik Nussa pada acara yang
dipublikasikan tgl 24 November 2018, Arti dari nama The
Little Giantz sendiri adalah karena mereka lahir dari tim
yang kecil, tetapi memiliki mimpi yang besar terutama
untuk industri animasi Indonesia. Awal mula berdirinya
The Little Giantz ini sendiri dimulai ketika seorang Aditya
Triantoro yang setelah bekerja selama delapan tahun
sebagai pembuat konten animasi di perusahaan animasi di
Singapura, memutuskan untuk kembali ke Indonesia
sebagai tempat kelahirannya pada tahun 2014. Bersama
keempat sahabatnya, dengan berbekal pengalaman
tersebut, Aditya lalu memutuskan untuk membuka usaha
59 Wawancara Sekretaris The Little Giantz, Yuni Lestari pada 06 Agustus 2020
pukul 14.00 WIB di The Little Giantz Animation Studio
51
studio animasi sendiri di Jakarta dengan jumlah pekerja
yang masih minim yakni sekitar 11 orang saja.60
Berikut ini adalah daftar kerabat kerja yang tergabung
dalam proses pembuatan Serial kartun Nussa dan Rara :
Tabel 3.1
Struktur Kerabat Kerja TLG
Struktur Kerabat Kerja The Little Giantz
Executive Producers: Aditya Triantoro
Producer: Ricky MZC Manoppo
Secretary of TLG: Yuni Lestari
Creative Director: Bony Wirasmono
Director: Chrisnawan Martantio, Muhammad Rafif,
Bintang Rizky Utama
Voice Director: Chrisnawan Martantio
Voice Talent: Nussa (Muzakki Ramdhan) dan Rara
(Aysha Razana Ocean Fajar)
Script Writer: Johanna DK
Song Illustration: Nuki Nares
Head of Productions: Iman “Menyenx” MSC Manoppo
Technical Director: Gemilang Rahmandhika
Prod. Coordinator: Dita Meilani, Rifa Anggita, Dimas
Ganang Pamungkas, Ine Rifka
Anggraini, Amanda Lubis, Tiffany
Heny Yang
Production Assistant: Heru “uchil” Nugroho
60 Dikutip dari Hijab Alila diakses pada 26 April 2020
52
Editor & Motion: Nuraeni (Nura)
Videographer: Aznoor Maar
Audio Post: Muhamad Ilham, Nuki Nares & Armanto
Kostadi
Character Design: Aditya Triantoro
Asset Creation Supervisor: Dimas Wyasa
Asset Creation: Dawai Fathul Wally, Raden Givari
Alfarisi, Muhammad Hardi
Art Director & Matte Artist: Agus Suherman
Head of Animation: Aditya Sarwi Aji
Animation Supervisor: Bilal Abu Askar & Ryan Ismail
Soeharto
Animation Leads: Fandi Lisdianto
Animation Team: Rendi Setyawan, Isa Maulana, Mega
Winda Trinigrum, Kirana Noor
Maulidia, Rahmad Tri Hidayatullah,
Ahmad Siro Juddin, Alfriza Heidy
Wardhani, Veddo Panji Prasetyo, Ulfa
Fauziah Ivtianti, Zelda Ocariana
Kadang, Tri Damayanti, Muhammad
Heriadi Satrio
Lighting & Compositing Supervisor: Garry J. Liwang
Lighting & Compositing Lead: Hartopo Pujo Trianto
Compositing & VFX Team: Rendra Herdiansyah, Rezky
Dwi Chyntia, Adrianne
Jessica Liemchiu, Haqsa
53
Azhardy
Head of Social Media: Arlingga Tohir
Social Media: Rian Afianto & Dewangga Ardia Rizki
Graphic Design: Luthfi Aryansyah
Public Relation: Sagita Ajeng Daniari
HRD: Roza Cyntia
Social Media Specialist: Nur Anjani
Warehouse Team: Khadirin, Yandi, Wahyu Sutejo61
61 Dikutip dari Company Profile The Little Giantz Animation Studio pada 10
Agustus 2020
54
C. Karakter Serial Kartun Nussa dan Rara
a. Nussa
Gambar 3.1
Tokoh Nussa
Karakter Nussa disajikan sebagai penyandang
disabilitas anak laki-laki yang berpakaian gamis
berwarna hijau dengan menggunakan kopiah putih.
Hal ini terlihat pada kaki kiri Nussa yang
menggunakan kaki palsu.
Yuni Lestari, Sekretaris The Little Giantz berkata
dengan adanya tokoh Nussa penyandang disabilitas
karena kita juga melihat ada temen-temen dan ada
juga kelompok yang engga sempurna juga. Bukan
cuman masalah kaki, mungkin ada organ badan
lainnya dan terus keterbatasan itu bukan cuman ketika
orang lain kehilangan anggota tubuhnya. Nah si Nussa
ini menggambarkan ada sesuatu yang kurang, namun
bukan itu yang haru kita lihat. Bukan hanya
55
kekurangannya, tapi usahanya dan kesempatannya.
Jadi kenapa digambarkan Nussa disabilitas karena kita
ingin merangkul semua dan kita ingin teman-teman
semua merasa bahwa Nussa bisa buat semuanya.62
Ricky Manoppo, Direktur Operasional The Little
Giantz dan produser Serial Kartun Nussa dan Rara
mencetuskan ide untuk “menghapus” kaki Nussa.
Lewat ketidaksempurnaan tersebut, mereka ingin
memberikan harapan bagi orangtua dan anak dengan
situasi serupa agar tetap memiliki semangat dalam
menjalankan hidup. Mengangkat konsep edutainment,
yaitu education and entertainment. Nussa ingin
menjadi media untuk mendukung orang tua dan anak
dalam pengembangan moral, khususnya dengan
prinsip-prinsip islam. Tak hanya terhibur, penonton
Nussa juga diajak untuk belajar memecahkan masalah
di kehidupan sehari-hari.63
62 Wawancara Sekretaris The Little Giantz, Yuni Lestari pada 06 Agustus 2020
pukul 14.00 WIB di The Little Giantz Animation Studio 63 https://radarmalang.id/5-fakta-tentang-nussa-seri-animasi-karya-anak-
bangsa/ diakses pada 06 April 2020
56
b. Rara
Gambar 3.2
Tokoh Rara
Karakter Rara, digambarkan sebagai adik Nussa
yang berusia lima tahun dengan menggunakan gamis
berwarna kuning dan hijab berwarna merah serta
tampak sangat ceria.
D. Sinopsis Serial Kartun Nussa dan Rara
a. Episode Belajar Ihklas
Tokoh dalam episode Belajar Ikhlas yaitu Nussa
dan Rarra yang berdurasi 04:07 menit. Episode ini
menampilkan tentang sikap ikhlas, bagaimana kita
membantu orang lain walaupun tidak mendapatkan
imbalan apapun dan ikhlas menerima segala keadaan
atau kondisi yang sudah ditakdirkan pada kita.
Pada episode ini, saat Nussa sedang belajar
matematika di kamarnya. Datanglah Rara dengan
wajah yang kesal karena telah membantu temannya
untuk membuat tugas saat di kelas dan hasilnya lebih
bagus daripada punya Rara, dan temannya tidak
57
mengucapkan terimakasih kepada Rara. Rara berharap
temannya mengucapkan terimakasih. Setelah
mendengar cerita Rara, Nussa mencoba
menasehatinya dan memberikan contoh yang baik
kepada Rara dengan menerima kondisi fisiknya yang
kurang sempurna, Nussa saja bisa nerima dengan
ihklas takdir yang diberikan oleh Allah untuknya.
Pesan yang dapat diambil dari episode ini yaitu
lakukan semuanya hanya karena Allah, maka segala
hal akan jadi lebih indah.
b. Episode Nussa Bisa
Tokoh dalam episode Nussa Bisa yaitu Nussa,
Umma dan Rara yang berdurasi 11:34 menit. Episode
ini menampilkan Nussa tak pernah malu dengan kaki
palsunya. Sejak kecil, Nussa sangat suka bermain
sepak bola. Hingga saaat sekolah, ia ingin masuk tim
bola di sekolahnya. Awalnnya Umma khawatir
dengan kondisi fisiknya. Ia berlatih dengan gigih agar
bisa masuk tim bola. Tak hanya itu Nussa bisa
membuktikan bahwa ia bisa mengangkat ummanya
yang terjatuh di kamar ke atas kasur dengan
menggunakan kaki palsunya. Sejak itu umma
mengizinkan Nussa masuk tim bola dan bisa
membuktikan bahwa Nussa bisa.
Pesannya bahwa walaupun jika kita memiliki
keterbatasan secara fisik namun tidak ada yang tidak
mungkin jika kita memiliki semangat yang kuat dan
58
terus bersyukur kepada Alllah SWT. Makna dan nilai
yang terkandung dalam episode ini adalah “Nussa
percaya keterbatasan itu bukan halangan dan selama
Nussa berusaha Nussa Bisa”.64
Tak hanya itu, Serial Kartun Nussa dan Rara
bukan hanya memberikan hiburan dan edukasi tentang
Islam saja namun, Serial Kartun Nussa dan Rara
merangkul para penyandang difabel agar tak pernah
putus semangat dan selalu bersyukur. Melalui akun
intagram Nussaofficial Serial Kartun Nussa juga
mengajak para dermawan untuk berdonasi guna
membantu para penyandang difabel yang dapat
memberikan sumbangannya melalui kitabisa.com.
dengan membelikan kaki palsu kepada anak-anak
difabel yang membutuhkan.
64 Wawancara Sekretaris The Little Giantz, Yuni Lestari pada 06 Agustus 2020
pukul 14.00 WIB di The Little Giantz Animation Studio
59
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Pada bab ini, penulis menguraikan data baik scene, dialog,
hasil wawancara dan temuan penelitian mengenai representasi
karakter Nussa pada Serial Kartun Nussa dan Rara. Data yang
diolah berupa scene atau adegan serta dialog atau percakapan
yang ada dalam tayangan serial katun tersebut yang mengandung
representasi penyandang disabilitas.
Serial kartun Nussa dan Rara merupakan kartun edukasi
Indonesia yang bercerita tentang bagaimana kehidupan sehari-
hari yang dialami oleh dua saudara kandung bernama Nussa dan
Rara. Nussa dan Rara merupakan tokoh utama dalam serial
tersebut, di mana Nussa merupakan kakak dari Rara sekaligus
seorang penyandang disabilitas pada bagian kaki kirinya.
Tidak terlepas dari peran media, media massa maupun
media baru dalam menggambarkan penyandang disabilitas
sebagai orang yang pantas dikasihani, memalukan, memiliki
kerusakan, tidak sempurna, mutunya kurang baik65. Salah satu
media yang ambil bagian dalam menciptakan stereotip tersebut
adalah film. Maka dari itu peran komunikasi massa sangat
berpengaruh karena dengan fenomena representasi yang salah
65 Niyu, Representasi Disabilitas dalam Iklan We’re The Superhumans
(Tangerang: Universitas Pelita Harapan, 2017), Vol. 4 No. 1, h 50.
60
tersebut dapat menciptakan “krisis identitas” bagi penyandang
disabilitas serta membuat aspirasi mereka semakin rendah dalam
masyarakat.66 Serta mempengaruhi pikiran dan perilaku
seseorang terhadap penyandang disabilitas. Dengan demikian
media merupakan faktor penentu kehidupan manusia. Padahal,
kenyatannya saat ini banyak penyandang disabilitas yang
memiliki prestasi luar biasa seperti orang lain seperti Tegar, Anki
Yudistia, Luthfi, Anjas Pramono dan masih banyak lagi. Mereka
membuktikan bahwa penyandang disabilitas juga mampu
berkarya, menginspirasi dan bermanfaat bagi orang banyak.
Di dalam Serial Kartun Nussa dan Rara, Nussa
digambarkan sebagai sosok yang memiliki sifat pemimpin,
panutan, berilmu, dapat diandalkan, yang bertolak belakang
dengan stereotip penyandang disabilitas dalam media dan film
pada umumnya. Selain itu, di beberapa episode Nussa bahkan
digambarkan seperti sosok yang sama seperti manusia normal
lainnya.
Contohnya pada episode, Nussa Bisa, Nussa tak pernah
malu dengan kaki palsunya. Sejak kecil, Nussa sangat suka
bermain sepak bola. Hingga saaat sekolah, ia ingin masuk tim
bola di sekolahnya. Pada awalnnya Umma khawatir dengan
kondisi fisiknya. Namun Nusasa terus berlatih dengan gigih agar
bisa masuk tim bola. Tak hanya itu ia pun bisa membuktikan
bahwa ia bisa mengangkat ummanya yang terjatuh di kamar.
66 Niyu, Representasi Disabilitas dalam Iklan We’re The Superhumans
(Tangerang: Universitas Pelita Harapan, 2017), Vol. 4 No. 1, h 53.
61
Sejak itu umma mengizinkan Nussa masuk tim bola dan bisa
membuktikan bahwa Nussa bisa. Maka dari itu, walaupun kita
memiliki keterbatasan secara fisik namun tidak ada yang tidak
mungkin jika kita memiliki semangat yang kuat dan terus
bersyukur kepada Alllah SWT. Kemudian pada episode Belajar
Ikhlas, dengan kondisi fisiknya yang kurang sempurna, Nussa
bisa nerima dengan ihlas takdir yang diberikan oleh Allah
untuknya.
Menariknya tokoh Nussa di tampilkan sebagai
penyandang disabilitas. Hal ini bisa dilihat dengan kaki kiri
Nussa yang menggunakan kaki palsu. Alih-alih digambarkan
sebagai sosok yang lemah tak berdaya seperti pada kebanyakan
film dengan tema penyandang disabilitas pada umumnya, namun
Nussa justru digambarkan sebagai sosok panutan, pemimpin,
memiliki ilmu agama yang cukup, serta mampu membimbing
Rara, adiknya, menjadi muslim yang lebih baik lagi. Bukan
empati yang ditampilkan dalam serial kartun ini namun motivasi
bagi penyandang disabilitas bahwa orang yang memiliki
keterbatasan pun bisa melakukan kegiatan sehari-hari secara
normal. Nussa mengajarkan kita keterbatasan bukan halangan
meraih mimpi.
Keterbatasan hanya secara fisik namun tidak mengalahkan
semangatnya yang kuat. Lewat ketidaksempurnaannya ingin
memberikan harapan bagi orangtua dan anak dengan situasi
serupa agar tetap memiliki semangat dalam menjalankan
kehidupan.
62
Dengan serial kartun ini membuktikan bahwa
keterbatasan bukan halangan untuk tetap taat kepada Allah.
Dengan kondisi keterbatasan ini adalah cara dimana Allah untuk
selalu mengingatkan hambaNya untuk selalu bersyukur, dan
mengingat Allah, bahwa ketaatanlah yang melengkapi dirinya. Di
mata Allah semua manusia sama, karena yang terpenting bukan
fisik yang sempurna namun akhlak yang baik. Kadang
keterbatasan merupakan modal amal salih dari Allah. Bila Allah
memberikan kekurangan fisik pada kita, namun kita masih ingin
taat, Disitu nilai lebih yang Allah hitung sebagai balasan bagi
yang berusaha lebih keras. Kekurangan sebenarnya ketika kita
tidak bersyukur, karena takkan ada kecukupan bagi yang tidak
bersyukur, meski dia berlimpah. Tapi mereka yang bersyukur,
akan selalu merasa tercukupi meski yang lain melihat mereka
terbatas. Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW, sebagai berikut:
ل ليك ون له القال رس ول الله صل ج درجة ى الله عليه وسلم: أن الر
عند الله ل يبل غ ها بعمل حت ي بتل ببلء في جسمه فيبل غه ل ا ب
د ( )رواه أب و داو
Artinya: “Rasulullah SAW bersabda, ‘Sungguh
seseorang niscaya punya suatu derajat di sisi Allah
yang tidak akan dicapainya dengan amal, sampai ia
diuji dengan cobaan di badannya, lalu dengan ujian itu
ia mencapai derajat tersebut.’(HR Abu Dawud).67
67 https://islam.nu.or.id/post/read/83401/pandangan-islam-terhadap-
penyandang-disabilitas diakses pada 06 April 2020
63
Hadis di atas memberi pemahaman bahwa di balik
keterbatasan fisik (disabilitas) seseorang terdapat derajat yang
mulia di sisi Allah. Karena Islam tidak mengajarkan umatnya
untuk menjadikan keterbatasan tersebut kekurangan, tapi justru
sebagai tangga bagi tercapainya derajat yang tinggi.
Ucap Ricky Manoppo, Direktur Operasional The Little
Giantz bahwa mengangkat konsep edutainment, yaitu education
and entertainment. Nussa ingin menjadi media untuk mendukung
orang tua dan anak dalam pengembangan moral, khususnya
dengan prinsip-prinsip islam. Jadi bukan hanya terhibur,
penonton Nussa juga diajak untuk belajar memecahkan masalah
di kehidupan sehari-hari.68 Serial Kartun Nussa dan Rara
dihadirkan sebagai sarana edukasi Islam untuk keluarga. Setiap
episodenya memiliki tema yang berbeda-beda. Menggunakan
tema-tema yang ringan yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-
hari.
Representasi karakter Nussa penyandang disabilitas hanya
dalam episode “Nussa Bisa” dan “Belajar Ihklas” karena kedua
episode tersebut merepresentasikan penyandang disabilitas pada
scene-scene serta dialognya. Scene dan dialog yang mengandung
representasi penyandang disabilitas dalam episode Belajar Ikhlas
dan Nussa Bisa, sebagai berikut:
68 https://radarmalang.id/5-fakta-tentang-nussa-seri-animasi-karya-anak-
bangsa/ diakses pada 06 April 2020
64
Tabel 4.1
Adegan-adegan dan Dialog-dialog Penelitian
Scene/Adegan Dialog
No. 1
Episode: Belajar Ikhlas
(Tayang pada 18 Januari 2019)
Saat Nussa sedang menasehati Rara
bagaimana caranya ikhlas
Scene 2
Durasi: 02:16 – 03:09
Rara: Nussa, belajar bisa ikhlas
darimana?
Nussa: Dari Umma,
Rara: Kapan belajarnya?
Nussa: Pas Nussa nangis dan
kecewa kalo Nussa harus pakai ini
(menunjuk kaki palsunya)
Rara: Terus sekarang udah ikhlas?
Kok bisa?
Nussa: Iya dong soalnya Umma
aja ga pernah protes sama Allah,
Umma aja bisa terima kalo kaki
Nussa harus kaya gini
Rara: Ohhh…
Nussa: Makanya kalo Umma aja
bisa nerima Nussa dengan ikhlas,
berarti Nussa juga harus terima
takdir Allah
Rara: Wahhh hebat Nussa,
harusnya Rara lebih bersyukur ya,
makasih Nussa udah ngajarin Rara
belajar ikhlas
(Nussa mengajarkan Rara untuk
65
bisa belajar ikhlas dengan apapun
yang kita berikan atau tolong
kepada orang untuk tidak
mengharapkan imbalan maupun
dengan menerima dengan ikhlas
apa yang diberikan Allah kepada
kita, karena Nussa pun
mencontohkan bahwa ia bisa
menerima dengan kekurangan
fisiknya yang sudah diberikan
Allah terhadapnya)
No. 2
Episode: Nussa Bisa
(Tayang pada 22 Maret 2019)
a. Saat Umma sedang membantu
Nussa mengingat semua
keperluan Nussa untuk
mengikuti kompetisi sepak bola.
Umma: Nussa handuk sama baju
gantinya jangan lupa dibawa ya,
oiya obat merah sama plester
sudah belum?, oiya Umma ambil
botol minumnya ya? Masih belum
kan?,
Nussa: Umma kenapa si Anta?
Kok kayanya khawatir banget..
(Umma merasa khawatir dengan
kondisi Nussa yang menggunakan
kaki palsu pada kaki kirinya
walapun Nussa sendiri terlihat
sehat dan seperti anak pada
umumnya)
66
Scene 2:
Durasi: 01:02 – 01:32
b. Saat Nussa pamitan kepada
Umma
Scene 3
Durasi: 01:34 – 01:45
c. Saat Umma mengingat kembali
saat setelah melahirkan Nussa
dan menangis melihat Nussa di
rumah sakit
Nussa: Nussa berangkat dulu ya
Umma
Umma: Nussa… (menarik tangan
Nussa)
(Umma sangat khawatir Nussa
mengikuti kompetisi sepak bola
karena dengan kondisi fisiknya
yakni menggunakan kaki palsu
yang membuat Umma takut hal
yang tidak diingikan terjadi pada
Nussa)
Umma sedih saat setelah
melahirkan Nussa dengan melihat
kondisi fisik yang tidak sempurna
yang terjadi pada anak laki-
lakinya.
67
Scene 4
Durasi: 01:47 – 02:05
d. Saat Umma menidurkan Nussa
Scene 5
Durasi: 02:08 – 02:52
e. Saat Umma memakaikan kaki
palsu pada kaki kiri Nussa sejak
kecil
Umma: Yaallahhh (menangis
melihat kondisi kaki kiri Nussa)
(Umma tak bisa menahan sedih
karena saat menidurkan Nussa tak
sengaja, Nussa membalikkan
badan dan Umma melihat kondisi
kaki kiri Nussa dan berlinang air
matanya)
Nussa: Wahhh… (menatap kaki
kiri palsunya)
(Nussa sangat senang dipakaikan
kaki palsu pada kaki kirinya dan ia
pun langsung beranjak dari tepat
tidur dan mencoba berjalan.
Umma sangat senang melihat
Nussa bahagia, namun tetap umma
merasa khawatir dengan kondisi
Nussa)
68
Scene 7
Durasi: 03:08 – 03: 24
f. Saat Nussa sejak kecil hingga
besar hobbi bermain sepak bola
Scene 8
Durasi: 03:26 – 03:46
g. Saat Nussa memberi formulir
pendaftaran tim sepak bola SD
Nussa sejak kecil senang bermain
bola hingga besar ia ingin masuk
tim sepak bola disekolahnya dan
ingin mengikuti kompetisi bola.
Nussa ingin sekali masuk tim
sepak bola, dan akhirnya ia
memberikan formulir kepada
Umma agar bisa daftar. Namun
Umma tidak mengizinkan karena
melihat kondisi kaki kiri Nussa
yang takut terjadi hal yang tidak
diinginkan kepada Nussa.
Nussa: Hahahaha (melihat Anta
pusing karena masuk tong
69
Scene 9
Durasi: 03:52 – 04:22
h. Saat Nussa sedang bermain bola
dengan Anta
Scene 10
Durasi: 04:23 -04:52
i. Saat Nussa berlatih sepak bola
bersama Rara dan Anta dan
terjatuh di halaman belakang
rumahnya
sampah)
(Walaupun Nussa belum mendapat
izin dari Umma untuk masuk tim
sepak bola di sekolahnya, namun
ia tetap semangat bermain bola)
Nussa terus berlatih sepak bola
tidak pantang menyerah sampai ia
jatuh dan kaki palsunya terlepas.
Sehingga Umma yang sedang di
dapur mendengar Nussa jatuh
langsung menghampirinya. Namun
Nussa hanya tertawa dan
memasang kembali kaki palsunya.
70
Scene 12
Durasi: 05:23 – 06:01
j. Saat Nussa sedang sedih dan
Umma terjatuh di kamarnya
dengan luka dikeningnya
Scene 13
Durasi: 06:41 – 07:31
k. Saat Nussa pamit pergi untuk
ikut kompetisi sepak bola.
Nussa sedih karena sudah
beberapa kali belum diizinkan oleh
Umma untuk masuk tim sepak
bola. Tak lama Umma terjatuh di
kamarnya. Nussa pun membantu
Umma dengan mengangkat dan
mengobati Umma.
Umma: Gapapa sayang, Umma
Cuma mau bilang kalo Nussa anak
hebat. Umma akan selalu percaya
kalo Nussa bisa!
Nussa: Hmm, makasih Umma
Assalamualaikum
Umma dan Rara:Waalaikumsalam
Rara: Semangat kak Nussa….!!!
Semangattt!!!
Nussa: Hmm,
Bismillahirrahmanirrahim..
71
Scene 15
Durasi: 08:17 – 09:02
(Akhirnya Umma memberikan izin
kepada Nussa untuk masuk tim
sepak bola dan mengikuti
kompetisi karena Umma yakin
Nussa anak yang hebat sama
seperti anak lainnya dan percaya
bahwa Nussa bisa)
Berikut data dan hasil wawancara dengan Mba Yuni
sebagai sekretasris The Little Giantz. Berdasarkan data yang
diperoleh dari kegiatan penelitian yang dilaksanakan pada 06
Agustus 2020. Wawancara terhadap Mba Yuni Lestari dilakukan
untuk mengetahui lebih dalam dari pihak yang ingin diteliti oleh
penulis dan memahami representasi Nussa sebagai penyandang
disabilitas sesuai dengan yang diteliti penulis. Adapun hasilnya
adalah sebagai berikut:
Hasil Wawancara
Selama penulis melakukan penelitian mengalami kendala
wawancara yaitu merubah narasumber utama yang seharusnya
sebelumnya mewawancarai CEO The Little Giantz. Namun dari
pihak subjek penelitian tidak menyanggupi pemintaan penulis
dan digantikan oleh sekretaris The Little Giantz yakni Yuni
Lestari. Dari hasil wawancara yang telah dilakukan dengan Yuni
Lestari menyatakan bahwa kesuksesan representasi karakter
72
Nussa penyandang disabilitas pada serial kartun Nussa dan Rara
sangat ditentukan oleh semakin berkembangnya teknologi sesuai
penjelasan awal Yuni yakni semakin berkembang pesat teknologi
dan informasi namun tidak seimbang dengan tontonan atau
konten-konten yang positif khususnya bagi anak karena mudah
menanamkan apapun yang dilihat tanpa disaring terlebih dahulu
dan berpengaruh pada kehidupan sehari-hari, serta menyajikan
serial kartun ini dengan tema edutament yaitu menghibur dan
juga mengedukasi penonton dengan cerita yang mudah diserap
karena kehidupan sehari-hari kakak dan adik. Sedangkan untuk
karakter Nussa penyandang disabilitas melalui inderawi dalam
adegan dan dialog maknanya dibuat karena melihat di luar sana
ada juga yang seperti Nussa dan ingin merangkul semuanya yang
memiliki kekurangan dan ingin memperlihatkan bahwa
penyandang disabilitas tidak menghalangi semangat dan usaha
seseorang dalam mengejar impiannya. Karena “Nussa itu percaya
kalau misalkan keterbatasan itu bukan halangan dan selama
Nussa berusaha Nussa Bisa”.
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan dengan Ismail
dan Tutik Ariyanti menyatakan bahwa sangat meyukai karakter
Nussa sebagai penyandang disabilitas yang memiliki semangat
yang luar biasa. Selain menjadi sosok dengan sikap yang positif
namun ia juga bisa bersikap postif dengan orang disekitarnya.
Nussa digambarkan sebagai sosok yang aktif dan positif.
Sehingga tidak memperlihatkan kekurangannya justru kelebihan
yang ditonjolkan tidak seperti kenyataan yang masih banyak
73
diskriminasi terhadap disabilitas serta meotivasi para penonton
untuk menjalani hidup dan menggapai cita-cita. Dari data ini
menunjukkan bahwa media massa dan new media salah satu
faktor yang mempengaruhi penilaian masyarakat terhadap
penyandang disabilitas sehingga tidak bisa dipungkiri akibat dari
hal itu terjadilah stereotype seperti disabilitas orang-orang yang
lemah dsb. Tapi, perlu diinget bahwa media hanya salah satu
faktornya karena masih ada faktor-faktor lain diluar media serta
untuk representasi Nussa melalui inderawi dalam adegan dan
dialog adalah anak yang meskipun terlahir kurang sempurna
namun tetap menjadi anak yang ceria, semangat, tidak mudah
menyerah, berusaha keras dan selalu menebarkan kebaikan.
Sejalan dengan teori representasi Stuart Hall yang digunakan
penulis bahwasannya Stuart Hall mengatakan bahwa pemahaman
representasi bukan hanya untuk menyajikan (to present), untuk
membanyangkan atau imajinasi (to image), atau untuk
melukiskan (to depict) namun lebih dari itu representasi mengacu
pada bagaimana cara kita memaknai objek atau peritiwa yang
tergambarkan. Menurut Stuart Hall konsep-konsep atau ide yang
telah kita pahami melalui alat inderawi dan dituangkan dalam
bentuk kata-kata untuk mendapatkan makna tentang sesuatu.69
Pemaknaan dan penggambaran pada suatu hal menjadi sesuatu
yang memiliki makna tertentu dan disepakati secara universal.
Pemaknaan bisa disamakan bila kita memiliki pengalaman yang
sama dan pengalaman berkaitan dengan budaya yang ada.
69 Stuarh Hall, Representation: Culutural Representation and Sygnifying
Practices (London: 1997) h 25.
74
Hasil wawancara dikaitkan dengan scene dan dialog yang
telah dipaparkan diatas yang mengandung representasi
penyandang disabilitas pada episode belajar ikhlas dan Nussa
bisa. Hal ini bisa dilihat dengan dari segi visual dan dialog yamg
terdapat dalam episode yang diteliti walaupun kaki kiri Nussa
menggunakan kaki palsu. Namun Nussa justru digambarkan
sebagai sosok panutan, pemimpin, memiliki ilmu agama yang
cukup, serta mampu membimbing Rara. Bukan empati yang
ditampilkan oleh karakter Nussa namun motivasi bagi
penyandang disabilitas bahwa orang yang memiliki keterbatasan
pun bisa melakukan kegiatan sehari-hari secara normal.
75
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini, penulis menguraikan representasi karakter
Nussa penyandang disabilitas pada Serial Kartun Nussa dan Rara
dan menjabarkan adegan atau scene dan dialog yang termasuk
dalam unsur ikon, indeks, dan simbol yang akan diolah
menggunakan semiotika Sanders Peirce pada dasarnya
merupakan pengetahuan tentang tanda yang disebut dengan
model triadik yakni segitiga tanda yang saling berhubungan satu
sama lain, yang terdiri dari tiga tingkatan yakni representamen,
tanda yang dialami melalui panca indera, pemikiran, dan
perasaan, Selajutnya objek yakni acuan dari tanda-tanda yang
dipaparkan dikaitkan dengan pengetahuan, pengalaman, dan
kognisi masyarakat. Terakhir adalah interpretan yakni penafsiran
atau makna yang ditangkap melalui pancaindera sesuai dengan
konvensi masyarakat. Dengan semiotika Sanders Peirce ini,
penulis menjabarkan scene dan dialog menjadi tiga model utama
yaitu, ikon, indeks, dan simbol. Pertama, ikon yaitu beberapa hal
tanda menyerupai objeknya, tanda itu kelihatan atau kedengeran
menyerupai objeknya. Kedua, indeks adalah hubungan langsung
antara tanda dan objeknya. Keduanya benar-benar terkait. Ketiga
76
simbol yakni dikomunikasikan hanya karena manusia sepakat
bahwa simbol itu menunjukkan sesuatu.70
1. Representasi Karakter Nussa Penyandang Disabilitas
Dalam Serial Kartun Nussa dan Rara
Berdasarakan teori representasi Stuart Hall yang
digunakan penulis representasi bukan hanya untuk menyajikan
(to present), untuk membanyangkan atau imajinasi (to image),
atau untuk melukiskan (to depict) namun lebih dari itu
representasi mengacu pada bagaimana cara memaknai objek
atau peritiwa yang tergambarkan. Menurut Stuart Hall konsep-
konsep atau ide yang telah dipahami melalui alat inderawi dan
dituangkan dalam bentuk kata-kata untuk mendapatkan makna
tentang sesuatu. Konsep abstrak yang ada dalam kepala harus
dituangkan dalam bahasa sehari-hari, agar dapat
menghubungkan ide-ide tentang sesuatu dengan tanda atau
simbol tertentu.71 Pemaknaan dan penggambaran pada suatu
hal menjadi sesuatu yang memiliki makna tertentu dan
disepakati secara universal. Pemaknaan bisa disamakan bila
kita memiliki pengalaman yang sama dan pengalaman
berkaitan dengan budaya yang ada. Serial Kartun Nussa dan
Rara merupakan animasi The Little Giantz. Serial kartun ini
termasuk gendre edutement yakni entertainment dan juga
mengedukasi ajaran Islam dimana terdapat dialog-dialog dan
adegan-adegan mengenai ajaran agama Islam. Representasi
70 John Fiske, Cultural and Communication Studies Sebuah Pengantar Paling
Komprehensif (Yogyakarta: Jalasutra, 2014) h 70-71. 71 Stuarh Hall, Representation: Culutural Representation and Sygnifying
Practices (London: 1997) h 25.
77
karakter Nussa penyandang disabilitas melalui inderawi dalam
adegan dan dialog serta maknanya hanya dalam episode
“Belajar Ihklas” dan “Nussa Bisa” sebagai berikut:
a. Ikhlas
Pada episode ini dengan menggunakan teori Stuart
Hall mempresentasikan makna bahwa sebagai seorang
muslim kita harus bisa menerima segala keadaan atau
kondisi yang Allah berikan atau takdir dengan ikhlas.
Dalam scene dua melalui inderawi terlihat bahwa saat
Nussa sedang menasehati Rara bagaimana caranya ikhlas.
Baik dari segi dialog dan visualnya seperti “saat Nussa
nangis dan kecewa harus memakai ini” sambil
meperlihatkan kaki palsu pada kaki kirinya. “Umma aja
ga protes sama Allah dan bisa menerima kaki Nussa.
Makannya kalau Umma aja bisa menerima dengan ikhlas
Nussa juga harus bisa menerima takdir Allah”. Maka dari
itu kita sebagai muslim harus senantiasa ikhlas dengan
apa yag telah kita punya sesuai anjuran untuk senantiasa
ikhlas tertuang dalam surat An-Nisa ayat 125:
ن أسلم وجهه م وهو محسن و ۥومن أحسن دينا م بع ٱلل تهيم حنيفا و خذ ٱملة إبر ٱ ت
هيم خليل لل إبر
Artinya: “Dan siapakah yang lebih baik
agamanya dari pada orang yang ikhlas
menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang
diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti
agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil
78
Ibrahim menjadi kesayangan-Nya”. (Q.S An-Nisa
: 125)
Ayat diatas menjelaskan siapakah yang lebih baik
agamanya daripada orang yang bisa ikhlas, tunduk, patuh,
dan berserah diri kepada Allah dan mengerjakan kebaikan
sesuai dengan tuntunan Allah dan rasul-Nya dan
mengikuti Ibrahim secara lurus dan Allah telah memilih
Ibrahim menjadi kesayangan-Nya. Maka dari itu sebagai
muslim yang baik kita harus tunduk dan patuh
mengerjakan tuntunan Allah SWT dan senantiasa
bersyukur serta ikhlas dengan apa yang Allah berikan
pada kita.
b. Pantang Menyerah
Pada episode ini dengan menggunakan teori Stuart
Hall mempresentasikan makna bahwa rasa semangat yang
kuat dan pantang menyerah. Dalam Islam Allah tidak
suka dengan orang mudah putus asa sama halnya dengan
tidak percaya pada kasih sayang Allah. Sebagai seorang
muslim harus bersifat optimis dalam menjalankan hidup
yang disenangi oleh Allah dan menganugerahi hamba-
Nya kebahagiaan di dunia maupun di akhirat nanti.
Makna dan nilai yang terkandung dalam episode ini
adalah “Nussa percaya keterbatasan itu bukan halangan
dan selama Nussa berusaha Nussa Bisa”.72
72 Wawancara Sekretaris The Little Giantz, Yuni Lestari pada 06 Agustus 2020
pukul 14.00 WIB di The Little Giantz Animation Studio
79
Dalam episode ini melalui inderawi terlihat adegan
dominan visualisasi non verbal yakni berupa adegan-
adegan atau scene-scene yang memperlihatkan kondisi
Nussa menggunakan kaki palsu pada kaki kirinya namun
itu bukan sebagai penghalang baginya. Ada beberapa
scene seperti scene tujuh terlihat saat Nussa memakaikan
kaki palsu pada kaki kiri Nussa pertama kali dan Nussa
sangat senang dan semangat belajar berjalan. Kemudian
scene delapan terlihat saat Nussa mulai bermain sepak
bola sejak kecil dan ingin masuk tim sepak bola serta ikut
kompetisi tingkat SD di sekolahnya. Namun, Umma tidak
mengizinkan karena khawatir meihat kondisi kaki Nussa.
Pada scene sepuluh terlihat walau Nussa belum mendapat
izin Umma, tapi ia tetap berlatih sepak bola dengan gigih
dan semangat, pentang menyerah. Terlihat pada scene
empat belas terlihat akhirnya Nussa mendapatkan izin
Umma dan saat ia pamit pergi untuk mengikuti kompetisi
sepak bola. Umma berkata “gapapa sayang, Umma cuman
mau bilang kalau Nussa anak hebat. Umma akan selalu
percaya bahwa Nussa bisa”.
Maka dari itu yang terlihat melalui inderawi dalam
adegan dan dialog maknanya Nussa ditanamkan memang
sosok yang ceria, yang baik, semangat dan mau terus
berusaha,73 tidak pernah mengeluh ataupun protes dengan
kondisinya, walaupun jika kita memiliki keterbatasan
73 Wawancara Sekretaris The Little Giantz, Yuni Lestari pada 06 Agustus 2020
pukul 14.00 WIB di The Little Giantz Animation Studio
80
secara fisik namun tidak ada yang tidak ada yang tidak
mungkin jika kita memiliki semangat yang kuat dan
pantang menyerah dalam meraih mimpi dan terus
bersyukur kepada Alllah SWT. Nilai-nilai islam yang
terkandung dalam “Nussa Bisa” yaitu besabar, pantang
menyerah, ikhlas atas takdir Allah dan percaya bahwa
Allah tidak akan menguji hambanya melebihi batas
kemampuanya sesuai dalam Qur’an surat Yusuf ayat 87,
sebagai berikut:
إنه ۥ ل ياي ـس من وح ٱلل إل ول تاي ـس وا من ر وح ٱلل ر
ون ٱلقوم فر ٱلك
Artinya: “Dan jangan kamu berputus asa dari
rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari
rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir”.74
Ayat diatas menjelaskan, jika Allah tidak suka dengan
orang yang berputus asa. Putus asa sama halnya dengan
tidak percaya pada kasih sayang Allah. Dalam
menjalankan hidup harus bersifat optimis yang nantinya
disenangi oleh Allah. Jika Allah sudah senang dengan
hambaNya maka Allah menganugerahi hamba-Nya
kesenangan, kepuasan serta kebahagiaan di dunia maupun
di akhirat nanti.
Karena itu manusia tidak perlu putus asa hanya
karena dihadapkan dengan masalah. Karena masalah itu
74 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya: Juz 1-30 (Jakarta:
PT. Kumudasmoro Grafindo Semarang, 1994) h 246.
81
sendiri sebenarnya bisa dijadikan sebagai sarana bagi
hambaNya untuk dekat dengan Allah. Lewat masalah
yang telah Allah berikan maka Allah akan mengangkat
derajat manusia. Allah juga tidak memberikan cobaan
melebihi batas kemampuan hambaNya.75
2. Makna ikon, indeks dan simbol dalam scene-scene
pada episode belajar ikhlas dan Nussa bisa
a. Belajar Ikhlas
Scene dua:
Tabel 5.1
Makna Ikon, Indeks dan Simbol pada Scene Dua Epiosode Belajar Ikhlas
Makna Ikon, Indeks dan
Simbol
Scene/Adegan
Ikon: berupa gambar Nussa
yang duduk di kamarnya.
Pada kamar Nussa terlihat
meja belajar, buku PR yang
sedang dikerjakan oleh
Nussa dan disebelahnya
terdapat gelas air minum
yang kosong. Pada gambar
tersebut juga terlihat Nussa
menunjukkan kaki palsunya
kepada Rara menggunakan
pensil.
75Mazayasyah, Mendulang Hikmah dalam Setiap Keadaan dan Waktu (Darul
Hikmah, 2016) h. 248
82
Indeks: kaki palsu adalah
tanda ketidaksempurnaan
fisik Nussa sebagai
tunadaksa (kelainan tubuh).
Kelainan indera penglihatan
(tuna netra), kelainan
pendengaran (tunarungu),
kelainan bicara (tunawicara),
dan tuna ganda termasuk
dalam kategori penyandang
disabilitas secara fisik.
Simbol: dari ikon dan tanda
verbal yang ada terkandung
pesan simbolik dari kaki
palsu Nussa tersebut bahwa
Nussa bisa ikhlas dan
menerima dengan kondisi
dan takdir yang Allah
berikan yang terjadi pada
kaki kirinya tanpa pernah
protes kepada Allah.
b. Nussa Bisa
Scene dua:
Tabel 5.2
Makna Ikon, Indeks dan Simbol Pada Scene Dua Episode Nussa Bisa
83
Makna Ikon, Indeks dan
Simbol
Scene/Adegan
Ikon: berupa gambar Nussa
yang berdiri dan Anta duduk
di kasur Nussa diatas selimut
yang bermotif bintang. Pada
kamar Nussa terlihat tas yang
sudah berisi barang-barang
perlengkapan untuk
mengikuti kompetisi bola
serta terlihat pada dinding
kamar Nussa gambar planet,
bintang dan lainnya yang
berkaitan dengan luar
angkasa. Pada gambar
tersebut Nussa menanyakan
soal Umma kepada Anta
dengan raut wajah yang
kebingungan.
Indeks: tas adalah barang mati
yang dapat membawa barang-
barang yang kita perlukan
sesuai dengan ukuran tasnya
karena besar tas Nussa maka
kapasitas barang yang dibawa
semakin banyak. Penuh
84
dengan perlengakapan Nussa
untuk mengikuti kompetisi
sepak bola. Diibaratkan tas
dengan perlengkapan Nussa
itu Umma karena Umma
selalu berusaha menjaga
Nussa sejak kecil dengan
selalu mengawasi Nussa
bermain kapanpun. Namun
karena Nussa ingin pergi ikut
kompetisi sepak bola dan
Umma tidak bisa dekat
menjaga Nussa, maka dari itu
Umma mengingatkan dan
menyiapkan semua
perlengkapan untuk dibawa
oleh Nussa seperti tas dalam
gambar tersebut.
Simbol: Dari ikon dan verbal
yang ada terkandung pesan
simbolik dari adegan tersebut
bahwa tas tersebut
menandakan Umma sangat
khawatir dengan Nussa
karena mengikuti kompetisi
sepak bola dengan kondisi
85
fisik Nussa dan Nussa sangat
bingung dengan sikap Umma
yang sangat khawatir
kepadanya.
Scene tiga:
Tabel 5.3
Makna Ikon, Indeks dan Simbol Pada Scene Tiga Episode Nussa Bisa
Makna Ikon, Indeks dan
Simbol
Scene/Adegan
Ikon: pada gambar tersebut
terlihat Umma yang
menarik tangan kanan
Nussa dengan raut wajah
yang cemas dan Nussa
yang ingin pergi untuk
mengikuti kompetisi sepak
bola dengan wajah yang
senang. Terlihat di gambar
tersebut terdapat lukisan
yang menggantung di
dinding, meja yang
diatasnya terdapat bunga,
kipas angin, dan pintu
86
kamar yang tertutup.
Indeks: Umma yang
menarik tangan Nussa
seperti tidak boleh pergi
karena Umma sangat
merasa cemas dengan
kondisi fisik Nussa takut
terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan.
Simbol: dalam ikon dan
tanda verbal yang ada
terkandung pesan simbolik
dari adegan tersebut bahwa
kekurangan fisik tidak bisa
mengahalangi mimpi
seseorang.
Scene empat:
Tabel 5.4
Makna Ikon, Indeks dan Simbol Pada Scene Empat Episode Nuss Bisa
Makna Ikon, Indeks dan
Simbol
Scene/Adegan
87
Ikon: pada gambar
tersebut terlihat Umma
yang sedang menangis
dipelukan abba karena
melihat kondisi fisik Nussa
yang memiliki satu kaki
sejak kecil.
Indeks: Umma sangat
merasa sedih dan menangis
melihat kodisi Nussa yang
berusaha ditenangkan oleh
abba.
Simbol: dari ikon dan
pesan non verbal yang ada
terkandung pesan simbolik
pada gambar tersebut
bahwa Umma sangat sedih
dan terpuruk saat
melahirkan Nussa.
88
Scene lima:
Tabel 5.5
Makna Ikon, Indeks dan Simbol Pada Scene Lima Episode Nussa Bisa
Makna Ikon, Indeks dan
Simbol
Scene/Adegan
Ikon: pada gambar tersebut
terlihat Nussa yang sedang
tertidur lelap dan dijagai oleh
Umma.
Indeks: saat Umma menidurkan
Nussa tak sengaja Nussa
membalikkan badan dan terlihat
kaki kirinya yang tidak ada
Simbol: dari ikon dan tanda
verbal yang ada terkandung
pesan simbolik bahwa Nussa
adalah penyandang disabilitas
dan Umma tidak bisa menahan
air mata karena melihat kaki kiri
Nussa.
89
Scene tujuh:
Tabel 5.6
Makna Ikon, Indeks dan Simbol Pada Scene Tujuh Episode Nussa Bisa
Makna Ikon, Indeks dan
Simbol
Scene/Adegan
Ikon: pada gambar tersebut
terlihat Nussa yang sedang
belajar berjalan di kamarnya
karena baru dipakaikan kaki
palsu pada kirinya dengan raut
wajah yang sangat senang dan
Umma yang mendampingin
dengan raut wajah cemas.
Indeks: Nussa sangat senang
dan semangat belajar berjalan.
Simbol: dari ikon dan tanda
verbal yang ada terkandung
pesan simbolik bahwa orang
yang memiliki keterbatasan
pun dapat melakukan kegiatan
seperti manusia normal lainnya
90
Scene delapan:
Tabel 5.7
Makna Ikon, Indeks dan Simbol Pada Scene Delapan Episode Nussa Bisa
Makna Ikon, Indeks dan
Simbol
Scene/Adegan
Ikon: pada gambar tersebut
terlihat Nussa sangat senang
yang sedang bermain sepak
bola di dalam rumahnya. Pada
gambar tersebut juga terdapat
kipas angin dan mainan Nussa
di dalam kardus.
Indeks: Nussa hobbi sekali
bermain sepak bola sejak kecil.
Simbol: dari ikon dan tanda non
verbal yang ada terkandung
pesan simbolik bahwa seorang
penyandang disabilitas juga
dapat melakukan apapun yang
ia inginkan.
91
Scene sembilan:
Tabel 5.8
Makna Ikon, Indeks dan Simbol Pada Scene Sembilan Epiosode Nussa Bisa
Makna Ikon, Indeks dan
Simbol
Scene/Adegan
Ikon: pada gambar tersebut
terlihat Umma yang
memegang formulir
pendaftaran tim sepak bola
punya Nussa dan Umma
melihat kepada kaki kiri
Nussa.
Indeks: Umma tidak
mengizinkan Nussa karena
tidak setuju melihat kondisi
kaki kiri Nussa.
Simbol: dari ikon dan tanda
non verbal yang ada
terkandung pesan simbolik
bahwa kekurangan fisik dapat
membuat seseorang ragu dan
khawatir.
92
Scene sepuluh:
Tabel 5.9
Makna Ikon, Indeks dan Simbol Pada Scene Sepuluh Episode Nussa Bisa
Makna Ikon, Indeks dan
Simbol
Scene/Adegan
Ikon: pada gambar tersebut
terlihat Nussa bermain sepak
bola di halaman belakang
rumahnya dengan Anta.
Indeks: sepak bola ada salah
satu olahraga yang mengunakan
bola yang ditendang
menggunakan kaki.
Simbol: dari ikon dan tanda
verbal yang ada bahwa dengan
keterbatasan fisik tidak
menghalangi kegigihan
seseorang atau membuat putus
asa dalam menggapai mimpi.
93
Scene dua belas:
Tabel 5.10
Makna Ikon, Indeks dan Simbol Pada Scene Dua Belas Episode Nussa Bisa
Makna Ikon, Indeks dan
Simbol
Scene/Adegan
Ikon: pada gambar tersebut
terlihat Rara, Anta dan Umma
dengan raut wajah yang cemas
karena melihat Nussa yang
terjatuh sampai kaki palsunya
lepas dan Nussa pun
memasangkannya kembali.
Indeks: Umma, Rara dan Anta
melihat kaki palsu Nussa lepas
karena terjatuh
Simbol: dari ikon dan tanda
verbal yang ada terkandung
bahwa Nussa tidak apa-apa
karena terjatuh sampai kaki
palsunya lepas. Setelah itu ia
melanjutkan latihan sepak bola
karena memiliki sikap yang
pantang menyerah.
94
Scene tiga belas:
Tabel 5.11
Makna Ikon, Indeks dan Simbol Pada Scene Tiga Belas Episode Nussa Bisa
Makna Ikon, Indeks dan
Simbol
Scene/Adegan
Ikon: pada gambar tersebut
terlihat raut wajah Nussa yang
sedang berusaha
membangunkan Umma dan
memindahkan ke tempat tidur.
Karena Umma terjatuh di
kamarnya.
Indeks: ekspresi Nussa
mewakili bahwa Nussa anak
yang pantang menyerah
walapun dengan keterbatasn
fisik yang ia punya.
Simbol: pada ikon dan tanda
non verbal yang ada terkadung
pesan simbolik bahwa orang
yang memiliki keterbatasan
fisik juga dapat membuktikan
bahwa ia bisa membantu orang
seperti manusia normal lainnya.
95
Scene empat belas:
Tabel 5.12
Makna Ikon, Indeks dan Simbol Pada Scene Empat Belas Episode Nussa
Bisa
Makna Ikon, Indeks dan
Simbol
Scene/Adegan
Ikon: pada gambar tersebut
terlihat Umma yang memberi
dukungan kepada Nussa yang
ingin ikut kompetisi sepak bola
di sekolahnya. Pada gambar
tersebut juga terlihat payung di
dalam tempatnya, meja yang di
atasnya terdapat bunga berwarna
merah, dan terdapat lukisan yang
menggantung di dinding.
Indeks: dukungan yang Umma
berikan pada Nussa berarti
bahwa Umma telah setuju dan
percaya bahwa Nussa bisa
Simbol: dari ikon dan pesan
verbal yang ada terkandung
pesan simbolik bawa
penyandang disabilitas pun dapat
menggapai impiannya. Jika
96
Allah berkehendak, dengan
usaha dan doa yang tidak
mungkin akan menjadi mungkin.
97
BAB VI
Kesimpulan, Implikasi, Saran
A. Kesimpulan
a. Berdasarkan pembahasan dan hasil penelitian yang
telah dilakukan, maka menarik kesimpulan bahwa
representasi penyandang disabilitas karakter Nussa
dalam Serial Kartun Nussa dan Rara mengarah kepada
representasi yang positif. Tokoh Nussa digambarkan
sebagai penyandang disabilitas tunadaksa (kelainan
tubuh) karena memakai kaki palsu pada kaki kirinya
sejak kecil, tak hanya itu Nussa direpresentasikan
sebagai kaka yang baik untuk adiknya, seorang
pemimpin untuk keluarganya, patut dijadikan panutan,
pandai ilmu agama, dan dapat diandalkan, representasi
tersebut berbanding terbalik dengan representasi
penyandang disabilitas dalam media dan film pada
umumnya cenderung mengarah pada stereotip negatif.
b. Berbagai tanda yang terdapat pada Serial Kartun
Nussa dan Rara mulai dari ikon, indeks, dan simbol
baik secara verbal maupun non verbal merupakan
rangkaian tanda yang bermakna bahwa seorang
penyandang disabilitas dapat melakukan kegiatan
sehari-hari seperti manusia normal yang berhak
memiliki sebuah mimpi dan ketidak sempurnaan tidak
menjadi penghalang seseorang untuk dapat
98
mewujudkannya. Pada Serial Kartun Nussa dan Rara
tiga macam tanda yaitu ikon, indeks dan simbol
sebagai berikut:
a. Ikon pada serial kartun ini adalah visualisasi (non
verbal) pada setiap adegan atau scenenya,
terutama setiap adegan yang ada tokoh Nussa,
Rara dan Umma.
b. Percakapan yang dilakukan Nussa, Rara dan
Umma, serta keberadaan Nussa, Rara dan Umma
yang selalu terlihat pada setiap scene atau adegan
menjadi indeks bahwa mereka saling menyayangi,
peduli dan mendukung satu sama lain. Dialog-
dialog dan scenenya memunculkan simbolisasi
tertentu.
c. Karakter Nussa dengan kaki kiri palsunya menjadi
simbol tidak ada yang tidak mungkin bagi
seseorang penyandang disabilitas sekalipun jika ia
berusaha dan pantang menyerah niscaya semua
impian akan terwujud.
B. Implikasi
Serial Kartun Nussa dan Rara mengandung makna
nilai human interest karena serial ini diangkat dari cerita
kehidupan sehari-hari seorang adik kakak yang dimana
kakanya adalah Nussa sebagai penyandang disabilitas
tunadaksa (kelainan pada tubuh). Dibalik Serial kartun ini,
penonton dapat memperoleh berbagai pesan positif
representasi makna nilai-nilai dakwah islam di dalamnya
99
baik secara eksplisit maupun secara implisit/tersirat.
Sebagai pembelajaran tentang belajar ikhlas, selalu
bersyukur dengan apa yang diberikan Allah, pantang
menyerah, tak mudah putus asa, dan memiliki semangat
yang kuat karena kekurangan secara fisik atau apapun
tidak menghalangi mimpi seseorang selagi gigih dan
berdoa pasti akan tercapai. berdasarkan hasil penelitian
ini, penulis menilai bahwa Serial Kartun Nussa dan Rara
dapat menjadi sebuah tuntunan bagi penonton terutama
bagi anak-anak dan penyandang disabilitas di luar sana
yang mengudukasi bahwasannya penyandang disabilitas
juga sama seperti manusia lainnya dan memotivasi
penyandang disabilitas agar tetap semangat dalam
menjalankan hidup serta meraih keinginannya.
Penelitian ini menggunakan Semiotika Sanders Pierce.
Maka pendekatan ini menggunakan unsur ikon, indeks
dan simbol. Sehingga penelitian ini sangat rentan dengan
subyektifitas penulis. Sebagai upaya meminimalisir
keterbatasan penulis dalam menganalisa, maka penulis
menggunakan wawancara narasumber kepada pihak yamg
ingin diteliti agar obyektifitas.
C. Saran
Berikut ini adalah beberapa masukan yang harus
diperhatikan mengenai representasi penyandang
disabilitas pada Serial Kartun Nussa dan Rara sebagai
berikut:
100
a. Diharapkan Serial Kartun Nussa dan Rara dapat
mempertahankan memberikan nilai-nilai positif
kepada penontonnya dan serial kartun karya anak
bangsa ini menjadi tolak ukur agar serial kartun
lainnya bukan hanya menghibur tapi juga
mengedukasi penontonnya serta menggunakan bahasa
isyarat dalam tayangannya agar penyandang
tunarungu dapat memahaminya.
b. Skripsi ini masih terdapat banyak kesalahan. Maka
dari iti penulis menghimbau kepada mahasiswa yang
berminat meneliti sebuah film dan memakai teori
semiotik hendaknya lebih memahami dua konsep
tersebut sehingga dalam menganalisa data dapat
menghasilkan data yang akurat.
c. Kepada penonton diharapkan menjadikan serial kartun
ini bukan hanya sekedar tontonan tapi juga tuntunan
sebagai rujukan untuk menyamakan dan tidak
memandang sebelah mata serta memperlakukan
penyandang disabilitas dengan baik.
d. Untuk para penikmat serial kartun, dapat memilah
serial kartun yang patut untuk ditonton. Karena saat
ini banyak serial kartun yang bertema beragam dan
tidak memberikan nilai positif. Cobalah untuk
melestarikan menonton karya anak bangsa karena
banyak yang bagus dan dapat mengambil hal positif
dari film tersebut. Salah satunya adalah Serial Kartun
Nussa dan Rara.
101
e. Tokoh Nussa dalam serial kartun ini dapat menjadi
motivasi penyandang disabilitas yang kuat dan
pantang menyerah dalam menjalankan hidup.
102
DAFTAR PUSTAKA
Amrullah, Abdul Malik bin Abdul Karim. 1983. “Tafsir Al-Azhar
juzu‟ xvii. Surabaya: Pustaka Islam.
Arbi, Armawati. 2019. Komunikasi Intrapribadi. Jakarta:
Kencana.
Bambang Q-Anees, Elvaniaro Ardianto. 2009. Filsafat Ilmu
Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Birowo, M. Antonius. 2004. Metode Penelitian Komunikasi:
Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Gitanyali. cet.1.
Bungin, Burhan. 2009.Penelitian Kualitatif, Komunikasi,
Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial. Jakarta:
Prenada Media Group.
Danesi, Marcel. 2010. Pengantar Memahami Semiotika Media.
Yogyakarta: Jalasutra.
Danesi, Marcel. 2012. Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks
Dasar Mengenai Semiotika dan Teori Komunikasi.
Yogyakarta: Jalasutra.
Departemen Agama RI. 1994. Al-Qur’an dan Terjemahannya:
Juz 1-30. Jakarta: PT. Kumudasmoro Grafindo Semarang.
Effendi, Onong Uchjana. 2000. Ilmu Teori dan Filsafah
Komunikasi. Bandung: CitraAditya Bhakti.
103
Eriyanto. 2001.Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media.
Yogyakarta: Lkis
Fiske, John. 2014. Cultural and Communication Studies Sebuah
Pengantar Paling Komprehensif. Yogyakarta: Jalasutra.
Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan
Praktik. Jakarta: Bumi Aksara.
Gede K, Karuniasih Wahyu. 2017. Tinjauan Fenomologi Atas
Stigmatisasi Penyandang Disabilitas Tunarungu. Bali:
Universitas Udayana. Vol. 1 No. 1.
Geof Mercer, Colin Barnes. 2006. Disabilitas. Jakarta: IAIN
Indonesia Social Equity Project.
Hall, Stuart. 1997. Culture, the Media and the Ideological Effect.
London: Mass Communication & Society.
Hall, Stuart. 1997. Representation: Culutural Representation and
Sygnifying Practices. London: Mass Communication &
Society.
Hoed, Benny H. 2014. Semiotik Dinamika dan Sosial Budaya.
Depok: Komunitas Bambu.
Irawanto, Budi. 2017. Film, Ideologi dan Militer. Yogyakarta:
Media Pressindo.
J Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
104
McQuail, Dennis. 2003. Teori Komunikasi Massa: Suatu
Pengantar. Jakarta: Erlangga.
Mazayasyah. 2016. Mendulang Hikmah dalam Setiap Keadaan
dan Waktu. Darul Hikmah.
Mulyana, Deddy. 2004. Metode Penelitian Kualitatif: Paradigma
Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu sosial lainnya. Bandung:
PT. Remaja Rodaskarya.
Niyu. 2017. Representasi Disabilitas dalam Iklan We’re The
Superhumans. Tangerang: Universitas Pelita Harapan.
Vol. 4 No. 1
Nurudin. 2011. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Pengelompokan penyandang cacat pada Undang-Undang Nomor
4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat dibagi menjadi
penyandang cacat mental, penyandang cacat fisik dan
penyandang cacat mental dan fisik, Pasal 1 ayat (1).
Reefani, Nur Kholis. 2013. Panduan Anak Berkebutuhan Khusus.
Yogyakarta: Imperium.
Santosa, Puji. 1931. Ancangan Semiotika dan Pengkajian
Susastra. Bandung: Angkasa.
Sobur, Alex. 2012. Analisis Teks Media. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
105
Sobur, Alex. 2009. Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Undang-undang Republik Indonesia. Nomor 8 Tahun 2016.
tentang Penyandang Disabilitas
Vera, Nawiroh. 2015. Semiotika dalam Riset Komunikasi. Bogor:
Ghalia Indonesia.cet. Ke-2.
Wibowo, Indira Seto Wahyu. 2013. Semiotika Komunikasi –
Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi.
Jakarta: Mitra Wacana Media.
Yusuf, A. Muri. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif
dan penelitian gabungan. Jakarta: Kencana.
Skripsi
Lionda, M. Risha Glamora. 2019. Analisis Semiotika
Representasi Citra Islam Dalam Film Dokumenter Salam
Neighbor.
Subari, Nurrahmatul Amaliyah. 2019. Disabilitas Dalam Konsep
Al-Qur’an.
http://digilib.unila.ac.id/59088/10/3.%20SKRIPSI%20FULL%20
TANPA%20BAB%20PEMBAHASAN.pdf
Internet
106
Cinta Quran TV diakses pada 06 April 2020
Hijab Alila diakses pada 26 April 2020
https://radarmalang.id/5-fakta-tentang-nussa-seri-animasi-karya-
anak-bangsa/ diakses pada 06 April 2020
https://www.liputan6.com/showbiz/read/4085453/kisah-
inspiratif-animasi-nussa-di-indosiar-setiap-pagi
https://www.boombastis.com/animasi-nussa-dan-rara/191498
TV Alfatih diakses pada 06 April 2020
https://www.muslimahdaily.com/entertainment/film/item/2009
mengintip-dapur-%E2%80%9Cnussa-dan
rara%E2%80%9D,-film-animasi-anak-muslim-yang
tengah-naik-daun.html diakses pada 06 April 2020
https://islam.nu.or.id/post/read/83401/pandangan-islam-terhadap-
penyandang-disabilitas diakses pada 06 April 2020
107
LAMPIRAN-LAMPIRAN
108
TRANKIP WAWANCARA PENELITIAN
Nama Narasumber: Yuni Lestari
Jabatan: Sekretaris The Little Giantz
Lokasi Wawancara: The Little Giantz Animation Studio
(Jl. MPR X, No.12, RT.1/RW.11, Cilandak Barat, Kota Jakarta
Selatan)
Hari/Tanggal Wawancara: Kamis, 06 Agustus 2020
Waktu Wawancara: 14:00-14:30 WIB
1. Apa alasan yang melatarbelakangi pembuatan Serial
Kartun Nussa dan Rara?
Jadi kalau secara keseluruhan atau globalnya itu
memang kan The Little Giantz sendiri berdiri dari tahun
2016, 2016 itu The Little Giantz ngerjain projek-projek
animasinya tapi dari client namanya kita sebut services
jadi kalau ditanya TLG itu apa adalah studio 3D
animation yang memang saat sebelum buat Nussa kita
ngerjainnya services gitu, cuman setelah berjalannya
beberapa projek, kan projeknya juga dari luar negeri kaya
lego Star Wars, Rabbit itu kan kita ada kontribusinya.
Nah cuman ko dilihat kita kontribusinya buat luar negeri
terus dan buat bangsa ini tuh apa? Kaya gitu, dan akhirnya
109
kita coba pikir yu kita buat karya buat masyarakat lokal.
Jadi kita buat memang untuk lokal. Nah, terus poinnya
yang kedua adalah ada kecemasan sih setelah kita riset,
kita lihat, ada kecemasan bahwasannya ko kayanya
hiburan untuk anak-anak ini makin minim, untuk koten
yang positifnya belum banyak. Sementara arus informasi,
arus teknologi itu kan berkembang cepat, new media aja
nambah terus. Nah, tapi perkembangan teknologi dan
informasinya tidak sejalan lurus dengan konten-konten
positif gitu. Apalagi untuk anak-anak kan kita tau ya, dari
kecil ketika mereka nonton apa, itu yang mereka serap
dan itu yang mereka lihat kan tertanam ke otak dan itu
bisa berpengaruh ke sikap mereka. Jadi kita lihat karena
ada kecemasan juga bahwasannya konten positifnya
minim, terus memang juga kan tim kita kebanyakan udah
punya anak ya, nah jadi kecemasan pribadi juga nih orang
tua gimana sih caranya biar kita ngasih tontonan anak-
anak tapi ga perlu kita kaya ditungguin banget. Karena
kan sekartun-kartunnya kartun pasti ada sesuatu yang ini
mereka kaya gini karena ini loh, tetap harus dibimbing.
Makanya kita buat Nussa Rara karena itu.
2. Tema apa yang ingin disampaikan dalam Serial Kartun
Nussa dan Rara?
Oke, kalau temanya sebenarnya simple si, kita
mau ada cerita keseharian adik dan kaka. Makanya kalau
kalian tonton kan bahasanya sehari-hari banget, terus
ceritanya juga cerita yang sering kejadian di rumah. Nah,
110
jadi temanya itu keseharian adik dan kakak aja, tapi kalau
secara garis besarnya kita mau ngasih sesuatu konten itu
bukan hanya menghibur tapi juga mendidik gitu. Maka
dari itu kenapa Nussa disebut edutement series. Jadi
bukan hanya nentertaiment tapi juga mengedukasi.
3. Mengapa Nussa digambarkan sebagai penyandang
disabilitas?
Sebelumnya Nussa itu digambarkan sempurna.
Waktu pertama kali digambar itu sempurna. Pernah ada
kakinya dua, tangan dan normal pada umumnya. Nah,
terus kata tim gimana nih gambarnya. Kebetulan yang
menggambar pak Adit sendiri. Wah keren dan segala
macem pujian dari tim. Lucu, gemes dan segala macem,
terus akhirnya pak Adit tiba-tiba kok kayanya pujiannya
ada sesuatu yang kurang ya gitu, kok ngerasa kaya pujian
doang gitu yang kita kasih ke orang itu apa? Akhirnya
secara mendadak pak Adit hapus kakinya. Terus nanya
gimana kalu kakinya dihapus kaya gini? Sempet kaget kan
tim, kok dihapus si udah bagus, udah lucu tinggal
dinaikin. Ternyata kita juga melihat ada temen-temen dan
ada juga kelompok yang engga sempurna juga. Bukan
cuman masalah kaki, mungkin ada organ badan lainnya
dan terus keterbatasan itu bukan cuman ketika orang lain
kehilangan anggota tubuhnya. Namun juga ada
keterbatasan ekonomi dan keterbatasan segala macam.
Nah si Nussa ini menggambarkan ada sesuatu yang
kurang, namun bukan itu yang haru kita lihat. Bukan
111
hanya kekurangannya, tapi usahanya dan kesempatannya.
Jadi kenapa digambarkan Nussa disabilitas karena kita
ingin merangkul semua dan kita ingin teman-teman semua
merasa bahwa Nussa bisa buat semuanya.
4. Bagaimana proses selama menciptakan tokoh Nussa?
Jadi kalau buat animasi satu episode durasi tiga
menit bikinnya tiga bulan. Kenapa? Karena kalau
dianimasi itu ada yang namanya praproductionnya aja ada
banyak kan, mulai dari sinopsis, script, dibikinlah
scatchnya, terus dijadiin animatik di story board gambar
masih kasar tapi udah ada detiknya, terus masuk ke
animasi, dan dianimasi juga masih banyak lighting itu
pencahayaan. Jadi kalau misalnya ditanya proses dan
berapa lama satu episode durasi tiga menit waktunya tiga
bulan. Tapi memang animasi terkenal lama prosesnya.
5. Dari yang saya lihat banyak media yang menampilkan
penyandang disabilitas sebagai orang yang memiliki
kekurangan. Namun mengapa karakter Nussa ini berbeda
pada media umumnya?
Tujuan si Nussa ini kita karena ingin
menyampaikan pesan kebaikan. Maksudnya ingin
menanamkan pesan-pesan kebaikan. Sebenarnya ada di
episode Nussa bisa di episod tersebut dia kan merasa
kecewa, dia marah, dia masih nunjukin manusia pada
umumnya. Cuman untuk dimasukan ke episode ini
konfliknya itu terlalu luas kalau misalkan kita harus
masukin rebut dulu, berantem,marah dan segala macem
112
itu durasinya ga bakal dapet. Kita ada namanya research
and development bahwa anak-anak bisa menonton itu
rata-rata bisa bertahan tiga menit, lebih dari tigak menit
dia udah kabur-kaburan. Nah jadi si Nussa ditanamkan
memang sosok yang ceria, yang baik, semangat dan mau
terus berusaha.
6. Apa makna dan nilai-nilai yang terkandung pada episode
Nussa bisa dan belajar Ikhlas?
Ini kalau biasanya aku nulis “Nussa itu percaya
kalau misalkan keterbatasan itu bukan halangan dan
selama Nussa berusaha Nussa Bisa”
7. Apa pesan yang ingin disampaikan kepada penonton dan
penyandang disabilitas di luar sana dengan adanya tokoh
Nussa?
Harapannya biar bisa memberikan pesan-pesan
kebaikan. Jadi orang-orang bisa melakukan kebaikan
dengan cara mudah.
8. Bahwasannya tidak lepas dari peran komunikasi massa
maupun new media karena media pada umumnya
mempresentasikan penyandang disabilitas kepada
stereotip negatif seperti digambarkan sebagai orang yang
pantas dikasihani yang mempengaruhi pikiran khalayak
terhadap penyandang disabilitas. Dengan demikian media
mempengaruhi dan faktor penentu kehidupan di
masyarakat. Maka dari itu bagaimana tanggapan mba
Yuni mengenai fenomena ini?
113
Aku setuju bahwa media salah satu faktor yang
mempengaruhi penilaian masyarakat terhadap
penyandang disabilitas sehingga tidak bisa dipungkiri
akibat dari hal itu terjadilah stereotype seperti disabilitas
orang-orang yang lemah dsb. Tapi, perlu diinget bahwa
media hanya salah satu faktornya karena masih ada
faktor-faktor lain diluar media.
9. Dan bagaimana representasi Nussa sebagai penyandang
disabilitas dengan melihat fenomena di atas?
Untuk representasi Nussa sendiri menanggapi hal
tersebut, kita tetap pada tujuan bahwa Nussa adalah anak
yang meskipun terlahir kurang sempurna namun tetap
menjadi anak yang semangat, tdk mudah menyerah, dan
menebarkan kebaikan.
114
TRANKIP WAWANCARA PENELITIAN
Nama Narasumber: Ismail
Jabatan: Penonton Serial Kartun Nussa dan Rara (Penyandang
Disabilitas)
Lokasi Wawancara: Via DM Instagram
Hari/Tanggal Wawancara: Selasa, 29 September 2020
Waktu Wawancara: 08:12-09:53 WIB
1. Siapa nama lengkap mas?
Ismail
2. Darimana daerah asal mas?
Asal dari Pemalang Sekarang domisili Bekasi kota
3. Apakah mas suka menonton serial kartun Nussa dan
Rara?
Aku awal tau nonton Serial Kartun Nussa akhir 2018
kalau tidak salah di youtube. Saat di bawakan oleh Mario.
Tapi, saat itu belum tau kalo Nusa itu disabilitas
4. sejak kapan mas tau kalo Nussa penyandang disabilitas?
Apakah dari episode Nussa bisa? Dan bagaimana
tanggapan mas tentang karakter Nussa yang menggunakan
kaki palsu?
Sejak dari episode Nussa bisa. Tanggapan aku tentang
karakter Nussa, Nussa itu kalau digambarkan dalam
bentuk manusia itu, sosok yang aktif, positif, tidak
minder, mudah bergaul dan membawa hal yang positif
115
pula terhadap teman nya.. Di sosok Nussa ini , Nussa
tidak melihat kan kekurangan nya justru Nussa
menunjukkan kelebihan nya. Dari maen bola.. walaupun
hanya memiliki kaki satu tapi Nussa menunjukkan ke
teman dan Uma nya kalau Nussa bisa, Nusa kuat dan
terbukti Nussa menunjukkan kelebihan nya.. Kalau di
dunia nyata kan banyak orang tua yang memiliki anak
keterbatasan fisik / mental tapi justru kebalikannya,
banyak yang disembunyikan, tidak boleh bergaul tidak
boleh rutinitas, karena kalau di dunia nyata orang seperti
kami disabilitas di anggap tidak berguna, masih banyak
lah diskriminasi terhadap kaum disability
5. Mohon maaf mas sekarang ingin menanyakan lebih dalam
mengenai masnya, kalau boleh tau mas disabilitas apa ya?
Sejak kapan? Dan kerena apa? Apakah sejak lahir atau
karena mengalami musibah sebelumnya?
Kalau aku disabilitas dari lahir mba, kami dua bersaudara
aku anak terakhir. Kalau kakak saya Alhamdulillah fisik
nya normal non difable. Kalau diceritain semua kayanya
bakal 100 episode hehehe.. Aku lahir pada tahun 93 bulan
Juli tepat nya. Selasa pagi, saat aku lahir semua nya biasa
aja termasuk kedua orang tua dan mbah saya.. saat mau di
mandikan lah disitu mulai rame dan tersebar ke seluruh
kampung bahwa ibu saya melahirkan anak laki laki tapi
tidak memiliki tangan kiri.. waktu itu setelah dimandikan,
bapak saya berunding untuk membuang saya karena orang
tua saya malu memiliki anak cacat, tapi Alhamdulillah
116
mbah saya bapak dari ibu saya membela di manapun itu
anak kandung mu, Allah yg memberi nya nyawa..
insyaallah kelak jadi orang hebat berguna bagi agama dan
bangsa. Alhamdulillah akhirnya hati bapak luluh.
Menurut cerita dari mbah saat ibu saya mengandung saya
dua bulan bapak saya memotong tangan laba-laba untuk
mainan kakak perempuan saya. Kebetulan saya lahir di
kaki gunung Slamet desa Pling ujung di kabupaten
Pemalang. Kata mbah juga orang tua saya menikah
sedarah, jadi posisi ibu bapak saya sepupuan.. dimana
kalo punya anak kalau nggk yang pertama pasti yang ke
dua akan cacat.
117
TRANKIP WAWANCARA PENELITIAN
Nama Narasumber: Tutik Ariyanti
Jabatan: Penonton Serial Kartun Nussa dan Rara (Orangtua dari
anak Disabilitas)
Lokasi Wawancara: Via DM Instagram
Hari/Tanggal Wawancara: Selasa, 29 September 2020
Waktu Wawancara: 08:17-10:35 WIB
1. Siapa nama lengkap ibu dan anak ibu yang disabilitas?
Nama saya Tutik ariyanti, anak saya bernama Rayhan
Arya Mahardika.
2. Dimana daerah asal ibu?
Jakarta
3. Sejak kapan ibu memberikan tontonan serial kartun Nussa
kepada anak ibu?
Sudah lama sejak kapannya saya lupa
4. Apa alasan ibu memberikan tontonan serial kartun Nussa
kepada anak ibu?
Alasanya.. sangat mendidik dan sangat memberi motifasi
tapi sayang tidak disertai bahasa isyarat.. jadi anak saya
cuma bisa lihat dari gerakannya saja sembari saya jelasin.
5. Bagaimana tanggapan ibu sebagai orang tua yang
memiliki anak difabel dengan melihat karakter nussa yang
menggunakan kaki palsu dan sikap positif pada serial
kartun tersebut?
118
Tanggapan saya serial Nusa dan Rara sangat bagus karena
tentang kehidupan sehari-hari anak dirumah dan di
lingkungan.. sangat memberi motifasi dan semangat utk
anak-anak.
6. Maaf kalo boleh tau anak ibu disabilitas apa ya? Sejak
kapan dan karena apa?
Anak saya tunarunggu dari lahir. Sekarang umur sembilan
tahun kelas tiga SD. Sejak lahir karena apanya mungkin
karena virus rubella. Karena saya tau anak saya
tunarunggu pas usia kurang lebih 15 bulan.. karna pas usia
awal-awal anak saya biasa aja seperti kakaknya
perkembanganya.. pas usia 15 bulan baru saya periksa ke
RS dan tes BERRA disitu baru ketauan kalau anak saya
tunarunggu. Mungkin kena virusnya pas anak saya masih
dalam kandungan karena dulu dokter sempet mau
mengugurkan kandungan saya karena janin dalam
perutnya tidak mau berkembang. Tapi saya tidak mau
saya tetap mempertahankan janin saya.
119
120
121
122
DOKUMENTASI
123
124
125
126
127