Repli Kasi
-
date post
11-Jan-2016 -
Category
Documents
-
view
4 -
download
0
description
Transcript of Repli Kasi
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme
biologis. Virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi
dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan
selular untuk bereproduksi sendiri. Dalam sel inang, virus merupakan parasit obligat
dan di luar inangnya menjadi tak berdaya. Biasanya virus mengandung sejumlah
kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang
diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein,
atau kombinasi ketiganya. Genom virus menyandi baik protein yang digunakan
untuk memuat bahan genetik maupun protein yang dibutuhkan dalam daur hidupnya.
Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-sel
eukariota (organisme multisel dan banyak jenis organisme sel tunggal), sementara
istilah bakteriofag atau fag digunakan untuk jenis yang menyerang jenis-jenis sel
prokariota (bakteri dan organisme lain yang tidak berinti sel).
Virus sering diperdebatkan statusnya sebagai makhluk hidup karena ia tidak
dapat menjalankan fungsi biologisnya secara bebas. Karena karakteristik khasnya ini
virus selalu terasosiasi dengan penyakit tertentu, baik pada manusia (misalnya virus
influenza dan HIV), hewan (misalnya virus flu burung), atau tanaman (misalnya
virus mosaik tembakau/TMV).
Penelitian mengenai virus dimulai dengan penelitian mengenai penyakit
mosaik yang menghambat pertumbuhan tanaman tembakau dan membuat daun
tanaman tersebut memiliki bercak-bercak. Pada tahun 1883, Adolf Mayer, seorang
ilmuwan Jerman, menemukan bahwa penyakit tersebut dapat menular ketika
tanaman yang ia teliti menjadi sakit setelah disemprot dengan getah tanaman yang
sakit. Karena tidak berhasil menemukan mikroba di getah tanaman tersebut, Mayer
menyimpulkan bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh bakteri yang lebih kecil dari
biasanya dan tidak dapat dilihat dengan mikroskop.
Pada tahun 1892, Dimitri Ivanowsky dari Rusia menemukan bahwa getah
daun tembakau yang sudah disaring dengan penyaring bakteri masih dapat
menimbulkan penyakit mosaik. Ivanowsky lalu menyimpulkan dua kemungkinan,
yaitu bahwa bakteri penyebab penyakit tersebut berbentuk sangat kecil sehingga
masih dapat melewati saringan, atau bakteri tersebut mengeluarkan toksin yang dapat
menembus saringan. Kemungkinan kedua ini dibuang pada tahun 1897 setelah
Martinus Beijerinck dari Belanda menemukan bahwa agen infeksi di dalam getah
yang sudah disaring tersebut dapat bereproduksi karena kemampuannya
menimbulkan penyakit tidak berkurang setelah beberapa kali ditransfer
antartanaman.Patogen mosaik tembakau disimpulkan sebagai bukan bakteri,
melainkan merupakan contagium vivum fluidum, yaitu sejenis cairan hidup
pembawa penyakit.
Setelah itu, pada tahun 1898, Loeffler dan Frosch melaporkan bahwa
penyebab penyakit mulut dan kaki sapi dapat melewati filter yang tidak dapat
dilewati bakteri. Namun demikian, mereka menyimpulkan bahwa patogennya adalah
bakteri yang sangat kecil. Pendapat Beijerinck baru terbukti pada tahun 1935, setelah
Wendell Meredith Stanley dari Amerika Serikat berhasil mengkristalkan partikel
penyebab penyakit mosaik yang kini dikenal sebagai virus mosaik tembakau. Virus
ini juga merupakan virus yang pertama kali divisualisasikan dengan mikroskop
elektron pada tahun 1939 oleh ilmuwan Jerman G.A. Kausche, E. Pfankuch, dan H.
Ruska.
Seperti halnya makhluk hidup virus juga melakukan reproduksi. Reproduksi
virus disebut dengan replikasi terjadi dengan cara menggandalkan materi genetik
inang. Virus hanya bisa bereproduksi di dalam sel/jaringan yang hidup. Virus
membutuhkan bahan-bahan dari sel makhluk lain untuk bereplikasi (bereproduksi).
Replikasi virus secara umum terbagi menjadi 2 yaitu siklus litik dan siklus lisogenik.
Hal inilah yang kemudian menarik untuk diketahui tentang bagaimana proses
replikasi virus. Oleh karena itu penulis berusaha untuk memberikan pemahaman
tentang pertanyaan tersebut dalam makalah ini. Semoga makalah ini dapat menjadi
jawaban dan memberikan pemahaman terkait pertanyaan yang dikaji.
I.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat diambil rumusan permasalahan yaitu
a) Apakah pengertian virus, struktur dan anatominya?
b) Bagaimana proses replikasi pada siklus litik?
c) Bagaimana proses replikasi pada siklus lisogenik?
I.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini
yaitu :
a) Untuk mengetahui pengertian virus, struktur dan anatominya.
b) Untuk mengetahui proses replikasi pada siklus litik.
c) Untuk mengetahui proses replikasi pada siklus lisogenik.
I.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu :
a) Dapat dijadikan sebagai sumber informasi terkait pemahaman mengenai
proses replikasi pada virus mencakup siklus litik dan lisogenik
b) Dapat dijadikan sebagai proses pembelajaran di dalam penulisan makalah
BAB II
PEMBAHASAN
II. 1 Pengertian Virus, Struktur dan Anatominya
II.1.1 Pengertian Virus
Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme
biologis. Virus bersifat parasit obligat, hal tersebut disebabkan karena virus hanya
dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan
menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena
virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk
bereproduksi sendiri. Biasanya virus mengandung
sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi
tidak kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam
bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid,
glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom virus
akan diekspresikan menjadi baik protein yang digunakan
untuk memuat bahan genetik maupun protein yang dibutuhkan dalam daur hidupnya.
Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-sel
eukariota (organisme multisel dan banyak jenis organisme sel tunggal), sementara
istilah bakteriofage atau fage digunakan untuk jenis yang menyerang jenis-jenis sel
prokariota (bakteri dan organisme lain yang tidak berinti sel).
Virus sering diperdebatkan statusnya sebagai makhluk hidup karena ia tidak
dapat menjalankan fungsi biologisnya secara bebas jika tidak berada dalam sel inang.
Karena karakteristik khasnya ini virus selalu terasosiasi dengan penyakit tertentu,
baik pada manusia (misalnya virus influenza dan HIV), hewan (misalnya virus flu
burung), atau tanaman (misalnya virus mosaik tembakau/TMV).
Virus merupakan organisme subselular yang karena ukurannya sangat kecil,
hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron. Ukurannya lebih kecil
daripada bakteri sehingga virus tidak dapat disaring dengan penyaring bakteri. Virus
terkecil berdiameter hanya 20 nm (lebih kecil daripada ribosom), sedangkan virus
terbesar sekalipun sukar dilihat dengan mikroskop cahaya.
II.1.2 Struktur dan Anatomi Virus
Asam nukleat genom virus dapat berupa DNA ataupun RNA. Genom virus
dapat terdiri dari DNA untai ganda, DNA untai tunggal, RNA untai ganda, atau RNA
untai tunggal. Selain itu, asam nukleat genom virus dapat berbentuk linear tunggal
atau sirkuler. Jumlah gen virus bervariasi dari empat untuk yang terkecil sampai
dengan beberapa ratus untuk yang terbesar. Bahan genetik kebanyakan virus hewan
dan manusia berupa DNA, dan pada virus tumbuhan kebanyakan adalah RNA yang
beruntai tunggal.
Bahan genetik virus diselubungi oleh suatu lapisan pelindung. Protein yang
menjadi lapisan pelindung tersebut disebut kapsid. Bergantung pada tipe virusnya,
kapsid bisa berbentuk bulat (sferik), heliks, polihedral, atau bentuk yang lebih
kompleks dan terdiri atas protein yang disandikan oleh genom virus. Kapsid
terbentuk dari banyak subunit protein yang disebut kapsomer.
Untuk virus berbentuk heliks, protein kapsid (biasanya disebut protein
nukleokapsid) terikat langsung dengan genom virus. Misalnya, pada virus campak,
setiap protein nukleokapsid terhubung dengan enam basa RNA membentuk heliks
sepanjang sekitar 1,3 mikrometer. Komposisi kompleks protein dan asam nukleat ini
disebut nukleokapsid. Pada virus campak, nukleokapsid ini diselubungi oleh lapisan
lipid yang didapatkan dari sel inang, dan glikoprotein yang disandikan oleh virus
melekat pada selubung lipid tersebut. Bagian-bagian ini berfungsi dalam pengikatan
pada dan pemasukan ke sel inang pada awal infeksi.
Kapsid virus sferik menyelubungi genom virus secara keseluruhan dan tidak
terlalu berikatan dengan asam nukleat seperti virus heliks. Struktur ini bisa bervariasi
dari ukuran 20 nanometer hingga 400 nanometer dan terdiri atas protein virus yang
tersusun dalam bentuk simetri ikosahedral. Jumlah protein yang dibutuhkan untuk
membentuk kapsid virus sferik ditentukan dengan koefisien T, yaitu sekitar 60t
protein. Sebagai contoh, virus hepatitis B memiliki angka T=4, butuh 240 protein
untuk membentuk kapsid. Seperti virus bentuk heliks, kapsid sebagian jenis virus
sferik dapat diselubungi lapisan lipid, namun biasanya protein kapsid sendiri
langsung terlibat dalam penginfeksian sel.
Seperti yang telah dijelaskan pada virus campak, beberapa jenis virus
memiliki unsur tambahan yang membantunya menginfeksi inang. Virus pada hewan
memiliki selubung virus, yaitu membran menyelubungi kapsid. Selubung ini
mengandung fosfolipid dan protein dari sel inang, tetapi juga mengandung protein
dan glikoprotein yang berasal dari virus. Selain protein selubung dan protein kapsid,
virus juga membawa beberapa molekul enzim di dalam kapsidnya. Ada pula
beberapa jenis bakteriofag yang memiliki ekor protein yang melekat pada “kepala”
kapsid. Serabut-serabut ekor tersebut digunakan oleh fag untuk menempel pada suatu
bakteri.
Partikel lengkap virus disebut virion. Virion berfungsi sebagai alat
transportasi gen, sedangkan komponen selubung dan kapsid bertanggung jawab
dalam mekanisme penginfeksian sel inang.
II.2 Proses Replikasi Virus pada Siklus Litik
Untuk berkembangbiak, virus memerlukan lingkungan sel yang hidup. Virus
hanya dapat berkembang biak (bereplikasi) pada medium yang hidup (embrio,
jaringan hewan, jaringan tumbuhan). Karena virus tidak memiliki sistem enzim dan
tidak dapat bermetabolisme, maka virus tidak dapat melakukan reproduksi sendiri.
Untuk berkembangbiak mereka harus menginfeksi sel inang. Ada dua macam cara
menginfeksi virus yaitu fase litik dan fase lisogenetik. Berikut akan diuraikan kedua
macam daur hidup virus terutama penginfeksi bakteri dan fage. Daur litik, virus akan
menghancurkan sel hospes setelah berhasil melakukan replikasi. Adapun tahapanya
sebagai berikut:
1) Fase adsorbsi/ attachment/ pelekatan
Pelekatan virus merupakan proses interaksi awal antara partikel virus dengan
molekul reseptor pada permukaan sel inang. Pada tahap ini, terjadi ikatan spesifik
antara molekul reseptor seluler dengan antireseptor pada virus. Beberapa jenis virus
memerlukan molekul lainnya untuk proses pelekatan yaitu koreseptor.
Molekul reseptor yang target pada permukaan sel dapat berbentuk protein
(biasanya glikoprotein) atau residu karbohidrat yang terdapat pada glikoprotein atau
glikolipid. Beberapa virus kompleks seperti poxvirus dan herpesvirus memiliki lebih
dari satu reseptor sehingga mempunyai beberapa rute untuk berikatan dengan sel.
Reseptor virus mempunyai beberapa kelas yang berbeda :
molekul immunoglobulin-like superfamily
reseptor terkait membran
saluran dan transporter transmembran
Beberapa contoh virus beserta reseptor yang dimiliki :
Human Rhinovirus (HRV)
Human Rhinovirus memiliki reseptor ICAM-1(Intracelluler adhesion
molecule-1). Molekul tersebut merupakan molekul adhesi yang fungsi
normalnya adalah untuk mengikatkan sel kepada substratnya. struktur ICAM-
Attachment. The T4 phage usesits tail fibers to bind to specificreceptor sites on the outer surface of an E. coli cell.
Entry of phage DNA and degradation of host DNA.The sheath of the tail contracts,injecting the phage DNA intothe cell and leaving an emptycapsid outside. The cell’sDNA is hydrolyzed.
Synthesis of viral genomes and proteins. The phage DNAdirects production of phageproteins and copies of the phagegenome by host enzymes, usingcomponents within the cell.
Assembly. Three separate sets of proteinsself-assemble to form phage heads, tails,and tail fibers. The phage genome ispackaged inside the capsid as the head forms.
Release. The phage directs productionof an enzyme that damages the bacterialcell wall, allowing fluid to enter. The cellswells and finally bursts, releasing 100 to 200 phage particles.
1 2
4 3
5
Phage assembly
HeadTailsTail fibers
1 mirip dengan molekul imunoglobulin dengan domain C dan V sehingga
digolongkan sebagai protein supefamily immunoglobulin
Struktur ICAM-1 memiliki lima Ig-like domain untuk berikatan dengan Lfa-1
(Leukocite function antigen-1), Mac-1 (Macrofage antigen-1), Rhinovirus
(HRV), fibrinogen, dan PFIE (malaria infected erythocytes).
10 serotipe dari HRV menggunakan ICAM-1 sebagai reseptor, sepuluh
serotipe lainnya menggunakan protein yang beruhubungan dengan LDL
reseptor.
Poliovirus
mempunyai reseptor virus berupa protein membran integral yang juga
anggota dari molekul superfamily immunoglobulin. Reseptor ini memiliki tiga
domain yaitu satu berupa variabel dan dua konstan.
Virus influenza
Virus ini mempunyai dua tipe spike glikoprotein pada permukaan partikel
virus yaitu hemagglutinin (HA) dan neuraminidase. HA akan berikatan
dengan reseptor virus influenza yang berupa asam sialat (N-asetil neuraminic
acid).
virus ini berikatan dengan muatan negatif dari moieties asam sialat yang ada
pada rantai oligosakarida yang secara kovalen berikatan dengan glikoprotein
pada permukaan sel.
adanya asam sialat pada hampir semua jenis sel menyebabkan virus influenza
bisa berikatan dengan banyak tipe sel.
2) Fase injeksi/ penetration
Setelah terbentuk lubang, kapsid virus berkontraksi untuk memompa asam
nukleatnya (DNA dan RNA) masuk kedalam sel. Jadi, kapsid virus tetap berada
diluar sel bakteri. Jika telah kosong, kapsid lepas dan tidak berfungsi lagi. Penetrasi
terjadi pada waktu yang sangat singkat setelah pelekatan virus pada reseptor di
membran sel. Proses ini memerlukan energi Tiga mekanisme yang terlibat:
Translokasi partikel virus
Proses translokasi relatif jarang terjadi di antara virus dan mekanisme belom
sepenuhnya dipahami benar, kemungkinan diperantarai oleh protein di dalam
virus kapsid dan reseptor membran spesifik.
Endositosis virus ke dalam vakuola intraseluler
proses endositosis merupakan mekanisme yang sangat umum sebagai jalan
masuk virus ke dalam sel. Tidak diperlukan protein virus spesifik selain yang
telah digunakan untuk pengikatan reseptor.
fusi dari envelope dengan membran sel (untuk virus yang berenvelope)
Proses fusi virus berenvelop dengan membran sel baik secara langsung
maupun dengan permukaan sel maupun mengikuti endositosis dalam
sitoplasma. Diperlukan adanya protein fusi spesifik dalam envelop virus,
misalnya : HA influenza dan glikoprotein transmembran (TM) Rhinovirus.
3) Fase sintesis
Virus tidak memiliki “mesin” biosintetik sendiri. Virus akan menggunakan
mesin biosintetik inang (misalnya bakteri) untuk melakukan kehidupanya. Karena
itu, pengendali biosintetik bakteri yakni DNA bakteri, harus dihancur-hancurkan.
Untuk itu DNA virus memproduksi enzim penghancur. Enzim penghancur akan
menghancurkan DNA bakteri tapi tidak menghancurkan DNA virus. Dengan
demikian bakteri tidak mampu mengendalikan mesin biosintetik sendiri.
DNA viruslah sangat berperan, DNA virus mengambil alih kendali
kehidupan. DNA virus mereplikasikan diri berulangkali dengan jalan menkopi diri
membentuk DNA virus dengan jumlah banyak. Selanjutnya DNA virus tersebut
melakuakn sintesis protein virus yang akan dijadikan kapsid dengan menggunakn
ribosom bakteri dan enzim-enzim bakteri. Jelasnya, didalam sel bakteri yang tidak
berdaya itu disintesis DNA virus dan protein yang akan dijadikan sebagai kapsid
virus, dalam kendali DNA virus.
4) Fase perakitan/assembly
Kapsid yang disintesis mula-mula terpisah-pisah antara bagian kepala, ekor,
dan serabut ekor. Bagian-bagian kapsid itu dirakit menjadi menjadi kapsid virus yang
utuh, kemudian DNA virus masuk didalamnya. Kini terbentuklah tubuh virus yang
utuh. Jumlah virus yang tebentuk 100-200 buah.
Perakitan merupakan proses pengumpulan komponen-komponen virion pada
bagian khusus di dalam sel. Selama proses ini, terjadi pembentukan struktur partikel
virus. Proses ini tergantung kepada proses replikasi di dalam sel dan tempat di mana
virus melepaskan diri dari sel. mekanisme perakitan bervariasi untuk virus yang
berbeda-beda. Contoh : proses perakitan Picornavirus, Poxvirus, dan Reovirus terjadi
di sitoplasma, sementara itu proses perakitan Adenovirus , Poliovirus, dan Parvovirus
terjadi di nukleus.
5) Fase Pematangan
Pematangan merupakan tahap dari siklus hidup virus dimana virus bersifat
infeksius. pada tahap ini terjadi perubahan struktur dalam partikel virus yang
kemungkinan dihasilkan oleh pemecahan spesifik protein kapsid untuk menghasilkan
produk yang matang. protease virus dan enzim seluler lainnya biasanya terlibat
dalam proses ini.
6) Fase litik/release
Ketika perakitan virus selesai, virus telah memproduksi enzim lisozim lagi,
yakni enzim penghancur yang akan menghancurkan dinding sel bakteri. Dinding sel
bakteri hancur, dinding sel bakterimengalami lisis (pecah), dan virus-virus baru akan
keluar untuk mencari inang yang lain. Fase ini merupakan fase lisisnya sel bakteri
namun bagi virus merupakan fase penghamburan virus.
Penelitian pada fag yang menyerang bakteri Esherichia coli menunjukkan
bahwa ada virus yang mengakibatkan bakteri mengalami lisis dan ada yang tidak.
Virus T4 mengakibatkan bakteri mengalami lisis dan karenanya daur hidup virus
tersebut disebut sebagai daur litik. Semua virus kecuali virus tanaman melepaskan
diri dari sel inang melalui dua mekanisme :
untuk virus litik (semua virus non-selubung), pelepasan merupakan proses
yang sederhana, dimana sel yang terinfeksi terbuka dan virus keluar.
untuk virus berselubung, diperlukan membran lipid ketika virus keluar dari
sel melewati membran , proses ini dikenal sebagai budding.
Proses pelepasan partikel virus kemungkinan bisa merusak
sel(Paramyxovirus, Rhabdovirus, dan Togavirus) , dan kemungkinan sebagian lagi
tidak merusak sel (Retrovirus).
II.3 Proses Replikasi Virus pada Siklus Lisogenik
Daur lisogenik merupakan fase replikasi dimana virus tidak menghancurkan
sel bakteri. Pada siklus ini sel inangnya tidak hancur tetapi disisipi oleh asam nukleat
dari virus. Tahap penyisipan tersebut kemudian membentuk provirus. Adapun
tahapanya sebagai berikut:
1) Fase adsorbsi
Fase adsorbsi ditandai dengan melekatnya ekor virus pada dinding sel bakteri.
Virus menempel hanya pada tempat-tempat khusus, yakni pada permukaan dinding
sel bakteri yang memiliki protein khusus yang dapat ditempeli protein virus.
Menempelnya virus pada protein diding sel bakteri itu sangat khas, mirip kunci dan
gembok. Virus dapat menempel pada sel-sel tertentu yang diinginkan karena
memiliki reseptor pada ujung-ujung serabut ekor. Setelah menempel, virus
mengeluarkan enzim lisozim (enzim penghancur) sehingga terbentuk lubang pada
dinding bakteri dan sel inang.
2) Fase injeksi/penetration
Setelah terbentuk lubang, kapsid virus berkontraksi untuk memompa asam
nukleatnya (DNA dan RNA) masuk kedalam sel. Jadi, kapsid virus tetap berada
diluar sel bakteri. Jika telah kosong, kapsid lepas dan tidak berfungsi lagi.
3) Fase penggabungan
Ketika memasuki fase injeksi, DNA virus masuk kedalam tubuh bakteri.
Many cell divisions produce a large population of bacteria infected with the prophage.
The bacterium reproducesnormally, copying the prophageand transmitting it to daughter cells.
Phage DNA integrates into the bacterial chromosome,becoming a prophage (provirus).
New phage DNA and proteins are synthesized and assembled into phages.
Occasionally, a prophage exits the bacterial chromosome, initiating a lytic cycle.
Certain factorsdetermine whether
The phage attaches to ahost cell and injects its DNA.
Phage DNAcircularizes
The cell lyses, releasing phages. Lytic cycleis induced
Lysogenic cycleis entered
Lysogenic cycleLytic cycle
or Prophage/Provirus
Bacterialchromosome
Phage
PhageDNA
Selanjutnya, DNA bakteri atau melakukan penggabungan. DNA bakteri berbentuk
silkuler, yakni seperti kalung yang tidak berujung dan berpangkal. DNA tersebut
berupa benang ganda yang terpilin. Mula-mula DNA bakteri putus, kemudian DNA
virus menggabungkan diri diantara benang yang putus tersebut, dan akhirnya
membentuk DNA sikuler baru yang telah disisipi DNA virus. Dengan kata lain,
didalam DNA bakteri terknadung DNA genetik Virus.
4) Fase pembelahan
Dalam keadaan tersebut itu, DNA virus tidak aktif, yang dikenal sebagai
profag. Karena DNA virus menjadi satu dengan DNA bakteri, maka jika DNA
bakteri melakukan replikasi, profag juga ikut melakukan replikasi. Misalnya saja jika
bakteri akan membelah diri, DNA menhkopi diri dengan proses replikasi. Dengan
proses replikasi. Dengan demikian profag juga ikut terkopi. Terbentuklah dua sel
bakteri sebagai hasil pembelahan dan didalm setiap sel anak bakteri tekandung
profag yang identik. Demikian seterusnya hingga proses pembelahan bakteri
berlangsung berulangkali sehingga setiap sel bakteri yang terbentuk didalam
terkadung profag. Dengan demikian jumlah profag mengikuti jumlah sel bakteri yang
ditumpanginya.
5) Fase sintesis
karena radiasi atau pengaruh zat kimia tertentu profag taktif. Profag tersebut
memisahkan diri dari DNA bakteri, kemudian menghanacurkan DNA bakteri.
Selanjutnya, DNA virus mengadakan sintesis yakni mensintesis protein untuk
digunakan sebagi kapsid bagi virus-virus baru dan juga melakukan replikasi DNA
sehingga DNA virus menjadi banyak.
6) Fase perakitan
Kapsid-kapsid dirakit menjadi kapsid virus yang utuh, yang berfungsi sebagai
selubang virus. Kapsid yang terbentuk mencapai 100-200 kapsid baru. Selanjutnya
DNA hasil replikasi masuk ke dalamnya guna membentuk virus yang baru.
Setelah terbetuk virus-virus baru terjadilah lisis sel bakteri (uraian sama
dengan daur litik). Virus-virus yang terbentuk berhamburan keluar sel bakteri guna
menyerang bakteri baru. Dalam daur selanjutnya virus dapat mengalami daur litik
atau daur lisogenik.
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan diatas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu:
a) Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme
biologis. Virus bersifat parasit obligat, hal tersebut disebabkan karena virus hanya
dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan
memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan
selular untuk bereproduksi sendiri.
b) Adapun fase litik pada proses replikasi virus dimulai pada tahap adsorbsi/
pelekatan, kemudian injeksi atau penyuntikan, sintesis protein baru, perakitan,
dan dikahiri dengan proses pelepasan/ release
c) Sedangkan fase lisogenik terdiri atas fase adsorbs, injeksi, kemudian fase
penggabungan, pembelahan, fase sintesis protein baru dan kemudian fase
perakitan.
III.2 Saran
Adapun Saran penulis sehubungan dengan bahasan makalah ini, kepada rekan-
rekan mahasiswa agar lebih meningkatkan, menggali dan mengkaji lebih dalam
tentang proses replikasi pada virus mencakup siklus litik dan lisogenik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012.Virus. http://id.wikipedia.org/wiki/Virus. Diakses pada tanggal 22 April 2013 pukul 02.00 wita
Arif, P 2011. Biologi virus. Yudistira : Jakarta
Lia. 2010. Replikasi virus. http://liadina.wordpress.com/. Diakses pada tanggal 22 April 2013 pukul 02.00 wita
Nilawati. Makalah Mikrobiologi Virus. http://pikardaisuke.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 22 April 2013 pukul 02.00 wita
Purnama, S. 2010. Proses Replikasi Virus. Purnama-sari.wordpress.com. Diakses pada tanggal 22 April 2013 pukul 02.00 wita
Rahman, Nur. 2009. Siklus Litik Vs Lisogenik. www.nur-biology.blogspot.com Diakses pada tanggal 22 April 2013 pukul 02.00 wita
Zulfaidah. 2012. Beda Fase Litik dan Lisogenik. http://biologigonz.blogspot.com. Diakses pada tanggal 22 April 2013 pukul 02.00 wita
MAKALAH MIKROBIOLOGI HEWAN
REPLIKASI VIRUS
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 8
Armin Tomy Saputra i111 12 016
Megawati i111 12 040
Veby Ramadhani i111 12 066
Agus Maulana i111 12 266
M. Asfar Syafar i111 12 286
Vina Nur Isra i111 12 306
Suprapto i111 12 326
Fatimah Samosir i111 12 906
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat dan nikmat yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Replikasi Virus”
Terselesainya makalah ini tidak lepas dari dukungan beberapa pihak
yang telah memberikan kepada penulis berupa motivasi, baik materi maupun
moril. Oleh karena itu, penulis bermaksud mengucapkan banyak terima kasih
kepada seluruh pihak yang tak dapat saya sebutkan satu persatu, semua
yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini belum mencapai
kesempurnaan, sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan dari berbagai pihak demi kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Makassar, 22 April 2013
Kelompok 8