Repli Kasi

24
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis. Virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri. Dalam sel inang, virus merupakan parasit obligat dan di luar inangnya menjadi tak berdaya. Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom virus menyandi baik protein yang digunakan untuk memuat bahan genetik maupun protein yang dibutuhkan dalam daur hidupnya. Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-sel eukariota (organisme multisel dan banyak jenis organisme sel tunggal), sementara istilah bakteriofag atau fag digunakan untuk jenis yang menyerang jenis-jenis sel prokariota (bakteri dan organisme lain yang tidak berinti sel). Virus sering diperdebatkan statusnya sebagai makhluk hidup karena ia tidak dapat menjalankan fungsi biologisnya secara bebas. Karena karakteristik khasnya
  • date post

    11-Jan-2016
  • Category

    Documents

  • view

    4
  • download

    0

description

replikasi

Transcript of Repli Kasi

Page 1: Repli Kasi

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme

biologis. Virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi

dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan

selular untuk bereproduksi sendiri. Dalam sel inang, virus merupakan parasit obligat

dan di luar inangnya menjadi tak berdaya. Biasanya virus mengandung sejumlah

kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang

diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein,

atau kombinasi ketiganya. Genom virus menyandi baik protein yang digunakan

untuk memuat bahan genetik maupun protein yang dibutuhkan dalam daur hidupnya.

Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-sel

eukariota (organisme multisel dan banyak jenis organisme sel tunggal), sementara

istilah bakteriofag atau fag digunakan untuk jenis yang menyerang jenis-jenis sel

prokariota (bakteri dan organisme lain yang tidak berinti sel).

Virus sering diperdebatkan statusnya sebagai makhluk hidup karena ia tidak

dapat menjalankan fungsi biologisnya secara bebas. Karena karakteristik khasnya ini

virus selalu terasosiasi dengan penyakit tertentu, baik pada manusia (misalnya virus

influenza dan HIV), hewan (misalnya virus flu burung), atau tanaman (misalnya

virus mosaik tembakau/TMV).

Penelitian mengenai virus dimulai dengan penelitian mengenai penyakit

mosaik yang menghambat pertumbuhan tanaman tembakau dan membuat daun

tanaman tersebut memiliki bercak-bercak. Pada tahun 1883, Adolf Mayer, seorang

ilmuwan Jerman, menemukan bahwa penyakit tersebut dapat menular ketika

tanaman yang ia teliti menjadi sakit setelah disemprot dengan getah tanaman yang

sakit. Karena tidak berhasil menemukan mikroba di getah tanaman tersebut, Mayer

menyimpulkan bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh bakteri yang lebih kecil dari

biasanya dan tidak dapat dilihat dengan mikroskop.

Pada tahun 1892, Dimitri Ivanowsky dari Rusia menemukan bahwa getah

daun tembakau yang sudah disaring dengan penyaring bakteri masih dapat

Page 2: Repli Kasi

menimbulkan penyakit mosaik. Ivanowsky lalu menyimpulkan dua kemungkinan,

yaitu bahwa bakteri penyebab penyakit tersebut berbentuk sangat kecil sehingga

masih dapat melewati saringan, atau bakteri tersebut mengeluarkan toksin yang dapat

menembus saringan. Kemungkinan kedua ini dibuang pada tahun 1897 setelah

Martinus Beijerinck dari Belanda menemukan bahwa agen infeksi di dalam getah

yang sudah disaring tersebut dapat bereproduksi karena kemampuannya

menimbulkan penyakit tidak berkurang setelah beberapa kali ditransfer

antartanaman.Patogen mosaik tembakau disimpulkan sebagai bukan bakteri,

melainkan merupakan contagium vivum fluidum, yaitu sejenis cairan hidup

pembawa penyakit.

Setelah itu, pada tahun 1898, Loeffler dan Frosch melaporkan bahwa

penyebab penyakit mulut dan kaki sapi dapat melewati filter yang tidak dapat

dilewati bakteri. Namun demikian, mereka menyimpulkan bahwa patogennya adalah

bakteri yang sangat kecil. Pendapat Beijerinck baru terbukti pada tahun 1935, setelah

Wendell Meredith Stanley dari Amerika Serikat berhasil mengkristalkan partikel

penyebab penyakit mosaik yang kini dikenal sebagai virus mosaik tembakau. Virus

ini juga merupakan virus yang pertama kali divisualisasikan dengan mikroskop

elektron pada tahun 1939 oleh ilmuwan Jerman G.A. Kausche, E. Pfankuch, dan H.

Ruska.

Seperti halnya makhluk hidup virus juga melakukan reproduksi. Reproduksi

virus disebut dengan replikasi terjadi dengan cara menggandalkan materi genetik

inang. Virus hanya bisa bereproduksi di dalam sel/jaringan yang hidup. Virus

membutuhkan bahan-bahan dari sel makhluk lain untuk bereplikasi (bereproduksi).

Replikasi virus secara umum terbagi menjadi 2 yaitu siklus litik dan siklus lisogenik.

Hal inilah yang kemudian menarik untuk diketahui tentang bagaimana proses

replikasi virus. Oleh karena itu penulis berusaha untuk memberikan pemahaman

tentang pertanyaan tersebut dalam makalah ini. Semoga makalah ini dapat menjadi

jawaban dan memberikan pemahaman terkait pertanyaan yang dikaji.

Page 3: Repli Kasi

I.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dapat diambil rumusan permasalahan yaitu

a) Apakah pengertian virus, struktur dan anatominya?

b) Bagaimana proses replikasi pada siklus litik?

c) Bagaimana proses replikasi pada siklus lisogenik?

I.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini

yaitu :

a) Untuk mengetahui pengertian virus, struktur dan anatominya.

b) Untuk mengetahui proses replikasi pada siklus litik.

c) Untuk mengetahui proses replikasi pada siklus lisogenik.

I.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu :

a) Dapat dijadikan sebagai sumber informasi terkait pemahaman mengenai

proses replikasi pada virus mencakup siklus litik dan lisogenik

b) Dapat dijadikan sebagai proses pembelajaran di dalam penulisan makalah

Page 4: Repli Kasi

BAB II

PEMBAHASAN

II. 1 Pengertian Virus, Struktur dan Anatominya

II.1.1 Pengertian Virus

Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme

biologis. Virus bersifat parasit obligat, hal tersebut disebabkan karena virus hanya

dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan

menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena

virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk

bereproduksi sendiri. Biasanya virus mengandung

sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi

tidak kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam

bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid,

glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom virus

akan diekspresikan menjadi baik protein yang digunakan

untuk memuat bahan genetik maupun protein yang dibutuhkan dalam daur hidupnya.

Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-sel

eukariota (organisme multisel dan banyak jenis organisme sel tunggal), sementara

istilah bakteriofage atau fage digunakan untuk jenis yang menyerang jenis-jenis sel

prokariota (bakteri dan organisme lain yang tidak berinti sel).

Virus sering diperdebatkan statusnya sebagai makhluk hidup karena ia tidak

dapat menjalankan fungsi biologisnya secara bebas jika tidak berada dalam sel inang.

Karena karakteristik khasnya ini virus selalu terasosiasi dengan penyakit tertentu,

baik pada manusia (misalnya virus influenza dan HIV), hewan (misalnya virus flu

burung), atau tanaman (misalnya virus mosaik tembakau/TMV).

Virus merupakan organisme subselular yang karena ukurannya sangat kecil,

hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron. Ukurannya lebih kecil

daripada bakteri sehingga virus tidak dapat disaring dengan penyaring bakteri. Virus

terkecil berdiameter hanya 20 nm (lebih kecil daripada ribosom), sedangkan virus

terbesar sekalipun sukar dilihat dengan mikroskop cahaya.

Page 5: Repli Kasi

II.1.2 Struktur dan Anatomi Virus

Asam nukleat genom virus dapat berupa DNA ataupun RNA. Genom virus

dapat terdiri dari DNA untai ganda, DNA untai tunggal, RNA untai ganda, atau RNA

untai tunggal. Selain itu, asam nukleat genom virus dapat berbentuk linear tunggal

atau sirkuler. Jumlah gen virus bervariasi dari empat untuk yang terkecil sampai

dengan beberapa ratus untuk yang terbesar. Bahan genetik kebanyakan virus hewan

dan manusia berupa DNA, dan pada virus tumbuhan kebanyakan adalah RNA yang

beruntai tunggal.

Bahan genetik virus diselubungi oleh suatu lapisan pelindung. Protein yang

menjadi lapisan pelindung tersebut disebut kapsid. Bergantung pada tipe virusnya,

kapsid bisa berbentuk bulat (sferik), heliks, polihedral, atau bentuk yang lebih

kompleks dan terdiri atas protein yang disandikan oleh genom virus. Kapsid

terbentuk dari banyak subunit protein yang disebut kapsomer.

Untuk virus berbentuk heliks, protein kapsid (biasanya disebut protein

nukleokapsid) terikat langsung dengan genom virus. Misalnya, pada virus campak,

setiap protein nukleokapsid terhubung dengan enam basa RNA membentuk heliks

sepanjang sekitar 1,3 mikrometer. Komposisi kompleks protein dan asam nukleat ini

disebut nukleokapsid. Pada virus campak, nukleokapsid ini diselubungi oleh lapisan

lipid yang didapatkan dari sel inang, dan glikoprotein yang disandikan oleh virus

melekat pada selubung lipid tersebut. Bagian-bagian ini berfungsi dalam pengikatan

pada dan pemasukan ke sel inang pada awal infeksi.

Kapsid virus sferik menyelubungi genom virus secara keseluruhan dan tidak

terlalu berikatan dengan asam nukleat seperti virus heliks. Struktur ini bisa bervariasi

dari ukuran 20 nanometer hingga 400 nanometer dan terdiri atas protein virus yang

tersusun dalam bentuk simetri ikosahedral. Jumlah protein yang dibutuhkan untuk

membentuk kapsid virus sferik ditentukan dengan koefisien T, yaitu sekitar 60t

protein. Sebagai contoh, virus hepatitis B memiliki angka T=4, butuh 240 protein

untuk membentuk kapsid. Seperti virus bentuk heliks, kapsid sebagian jenis virus

sferik dapat diselubungi lapisan lipid, namun biasanya protein kapsid sendiri

langsung terlibat dalam penginfeksian sel.

Seperti yang telah dijelaskan pada virus campak, beberapa jenis virus

memiliki unsur tambahan yang membantunya menginfeksi inang. Virus pada hewan

Page 6: Repli Kasi

memiliki selubung virus, yaitu membran menyelubungi kapsid. Selubung ini

mengandung fosfolipid dan protein dari sel inang, tetapi juga mengandung protein

dan glikoprotein yang berasal dari virus. Selain protein selubung dan protein kapsid,

virus juga membawa beberapa molekul enzim di dalam kapsidnya. Ada pula

beberapa jenis bakteriofag yang memiliki ekor protein yang melekat pada “kepala”

kapsid. Serabut-serabut ekor tersebut digunakan oleh fag untuk menempel pada suatu

bakteri.

Partikel lengkap virus disebut virion. Virion berfungsi sebagai alat

transportasi gen, sedangkan komponen selubung dan kapsid bertanggung jawab

dalam mekanisme penginfeksian sel inang.

II.2 Proses Replikasi Virus pada Siklus Litik

Untuk berkembangbiak, virus memerlukan lingkungan sel yang hidup. Virus

hanya dapat berkembang biak (bereplikasi) pada medium yang hidup (embrio,

jaringan hewan, jaringan tumbuhan). Karena virus tidak memiliki sistem enzim dan

tidak dapat bermetabolisme, maka virus tidak dapat melakukan reproduksi sendiri.

Untuk berkembangbiak mereka harus menginfeksi sel inang. Ada dua macam cara

menginfeksi virus yaitu fase litik dan fase lisogenetik. Berikut akan diuraikan kedua

macam daur hidup virus terutama penginfeksi bakteri dan fage. Daur litik, virus akan

menghancurkan sel hospes setelah berhasil melakukan replikasi. Adapun tahapanya

sebagai berikut:

Page 7: Repli Kasi

1) Fase adsorbsi/ attachment/ pelekatan

Pelekatan virus merupakan proses interaksi awal antara partikel virus dengan

molekul reseptor pada permukaan sel inang. Pada tahap ini, terjadi ikatan spesifik

antara molekul reseptor seluler dengan antireseptor pada virus. Beberapa jenis virus

memerlukan molekul lainnya untuk proses pelekatan yaitu koreseptor.

Molekul reseptor yang target pada permukaan sel dapat berbentuk protein

(biasanya glikoprotein) atau residu karbohidrat yang terdapat pada glikoprotein atau

glikolipid. Beberapa virus kompleks seperti poxvirus dan herpesvirus memiliki lebih

dari satu reseptor sehingga mempunyai beberapa rute untuk berikatan dengan sel.

Reseptor virus mempunyai beberapa kelas yang berbeda :

molekul immunoglobulin-like superfamily

reseptor terkait membran

saluran dan transporter transmembran

Beberapa contoh virus beserta reseptor yang dimiliki :

Human Rhinovirus (HRV)

Human Rhinovirus memiliki reseptor ICAM-1(Intracelluler adhesion

molecule-1). Molekul tersebut merupakan molekul adhesi yang fungsi

normalnya adalah untuk mengikatkan sel kepada substratnya. struktur ICAM-

Attachment. The T4 phage usesits tail fibers to bind to specificreceptor sites on the outer surface of an E. coli cell.

Entry of phage DNA and degradation of host DNA.The sheath of the tail contracts,injecting the phage DNA intothe cell and leaving an emptycapsid outside. The cell’sDNA is hydrolyzed.

Synthesis of viral genomes and proteins. The phage DNAdirects production of phageproteins and copies of the phagegenome by host enzymes, usingcomponents within the cell.

Assembly. Three separate sets of proteinsself-assemble to form phage heads, tails,and tail fibers. The phage genome ispackaged inside the capsid as the head forms.

Release. The phage directs productionof an enzyme that damages the bacterialcell wall, allowing fluid to enter. The cellswells and finally bursts, releasing 100 to 200 phage particles.

1 2

4 3

5

Phage assembly

HeadTailsTail fibers

Page 8: Repli Kasi

1 mirip dengan molekul imunoglobulin dengan domain C dan V sehingga

digolongkan sebagai protein supefamily immunoglobulin

Struktur ICAM-1 memiliki lima Ig-like domain untuk berikatan dengan Lfa-1

(Leukocite function antigen-1), Mac-1 (Macrofage antigen-1), Rhinovirus

(HRV), fibrinogen, dan PFIE (malaria infected erythocytes).

10 serotipe dari HRV menggunakan ICAM-1 sebagai reseptor, sepuluh

serotipe lainnya menggunakan protein yang beruhubungan dengan LDL

reseptor.

Poliovirus

mempunyai reseptor virus berupa protein membran integral yang juga

anggota dari molekul superfamily immunoglobulin. Reseptor ini memiliki tiga

domain yaitu satu berupa variabel dan dua konstan.

Virus influenza

Virus ini mempunyai dua tipe spike glikoprotein pada permukaan partikel

virus yaitu hemagglutinin (HA) dan neuraminidase. HA akan berikatan

dengan reseptor virus influenza yang berupa asam sialat (N-asetil neuraminic

acid).

virus ini berikatan dengan muatan negatif dari moieties asam sialat yang ada

pada rantai oligosakarida yang secara kovalen berikatan dengan glikoprotein

pada permukaan sel.

adanya asam sialat pada hampir semua jenis sel menyebabkan virus influenza

bisa berikatan dengan banyak tipe sel.

2) Fase injeksi/ penetration

Setelah terbentuk lubang, kapsid virus berkontraksi untuk memompa asam

nukleatnya (DNA dan RNA) masuk kedalam sel. Jadi, kapsid virus tetap berada

diluar sel bakteri. Jika telah kosong, kapsid lepas dan tidak berfungsi lagi. Penetrasi

terjadi pada waktu yang sangat singkat setelah pelekatan virus pada reseptor di

membran sel. Proses ini memerlukan energi Tiga mekanisme yang terlibat:

Translokasi partikel virus

Page 9: Repli Kasi

Proses translokasi relatif jarang terjadi di antara virus dan mekanisme belom

sepenuhnya dipahami benar, kemungkinan diperantarai oleh protein di dalam

virus kapsid dan reseptor membran spesifik.

Endositosis virus ke dalam vakuola intraseluler

proses endositosis merupakan mekanisme yang sangat umum sebagai jalan

masuk virus ke dalam sel. Tidak diperlukan protein virus spesifik selain yang

telah digunakan untuk pengikatan reseptor.

fusi dari envelope dengan membran sel (untuk virus yang berenvelope)

Proses fusi virus berenvelop dengan membran sel baik secara langsung

maupun dengan permukaan sel maupun mengikuti endositosis dalam

sitoplasma. Diperlukan adanya protein fusi spesifik dalam envelop virus,

misalnya : HA influenza dan glikoprotein transmembran (TM) Rhinovirus.

3) Fase sintesis

Virus tidak memiliki “mesin” biosintetik sendiri. Virus akan menggunakan

mesin biosintetik inang (misalnya bakteri) untuk melakukan kehidupanya. Karena

itu, pengendali biosintetik bakteri yakni DNA bakteri, harus dihancur-hancurkan.

Untuk itu DNA virus memproduksi enzim penghancur. Enzim penghancur akan

menghancurkan DNA bakteri tapi tidak menghancurkan DNA virus. Dengan

demikian bakteri tidak mampu mengendalikan mesin biosintetik sendiri.

DNA viruslah sangat berperan, DNA virus mengambil alih kendali

kehidupan. DNA virus mereplikasikan diri berulangkali dengan jalan menkopi diri

membentuk DNA virus dengan jumlah banyak. Selanjutnya DNA virus tersebut

melakuakn sintesis protein virus yang akan dijadikan kapsid dengan menggunakn

ribosom bakteri dan enzim-enzim bakteri. Jelasnya, didalam sel bakteri yang tidak

berdaya itu disintesis DNA virus dan protein yang akan dijadikan sebagai kapsid

virus, dalam kendali DNA virus.

4) Fase perakitan/assembly

Kapsid yang disintesis mula-mula terpisah-pisah antara bagian kepala, ekor,

dan serabut ekor. Bagian-bagian kapsid itu dirakit menjadi menjadi kapsid virus yang

Page 10: Repli Kasi

utuh, kemudian DNA virus masuk didalamnya. Kini terbentuklah tubuh virus yang

utuh. Jumlah virus yang tebentuk 100-200 buah.

Perakitan merupakan proses pengumpulan komponen-komponen virion pada

bagian khusus di dalam sel. Selama proses ini, terjadi pembentukan struktur partikel

virus. Proses ini tergantung kepada proses replikasi di dalam sel dan tempat di mana

virus melepaskan diri dari sel. mekanisme perakitan bervariasi untuk virus yang

berbeda-beda. Contoh : proses perakitan Picornavirus, Poxvirus, dan Reovirus terjadi

di sitoplasma, sementara itu proses perakitan Adenovirus , Poliovirus, dan Parvovirus

terjadi di nukleus.

5) Fase Pematangan

Pematangan merupakan tahap dari siklus hidup virus dimana virus bersifat

infeksius. pada tahap ini terjadi perubahan struktur dalam partikel virus yang

kemungkinan dihasilkan oleh pemecahan spesifik protein kapsid untuk menghasilkan

produk yang matang. protease virus dan enzim seluler lainnya biasanya terlibat

dalam proses ini.

6) Fase litik/release

Ketika perakitan virus selesai, virus telah memproduksi enzim lisozim lagi,

yakni enzim penghancur yang akan menghancurkan dinding sel bakteri. Dinding sel

bakteri hancur, dinding sel bakterimengalami lisis (pecah), dan virus-virus baru akan

keluar untuk mencari inang yang lain. Fase ini merupakan fase lisisnya sel bakteri

namun bagi virus merupakan fase penghamburan virus.

Penelitian pada fag yang menyerang bakteri Esherichia coli menunjukkan

bahwa ada virus yang mengakibatkan bakteri mengalami lisis dan ada yang tidak.

Virus T4 mengakibatkan bakteri mengalami lisis dan karenanya daur hidup virus

tersebut disebut sebagai daur litik. Semua virus kecuali virus tanaman melepaskan

diri dari sel inang melalui dua mekanisme :

untuk virus litik (semua virus non-selubung), pelepasan merupakan proses

yang sederhana, dimana sel yang terinfeksi terbuka dan virus keluar.

untuk virus berselubung, diperlukan membran lipid ketika virus keluar dari

sel melewati membran , proses ini dikenal sebagai budding.

Page 11: Repli Kasi

Proses pelepasan partikel virus kemungkinan bisa merusak

sel(Paramyxovirus, Rhabdovirus, dan Togavirus) , dan kemungkinan sebagian lagi

tidak merusak sel (Retrovirus).

II.3 Proses Replikasi Virus pada Siklus Lisogenik

Daur lisogenik merupakan fase replikasi dimana virus tidak menghancurkan

sel bakteri. Pada siklus ini sel inangnya tidak hancur tetapi disisipi oleh asam nukleat

dari virus. Tahap penyisipan tersebut kemudian membentuk provirus. Adapun

tahapanya sebagai berikut:

1) Fase adsorbsi

Fase adsorbsi ditandai dengan melekatnya ekor virus pada dinding sel bakteri.

Virus menempel hanya pada tempat-tempat khusus, yakni pada permukaan dinding

sel bakteri yang memiliki protein khusus yang dapat ditempeli protein virus.

Menempelnya virus pada protein diding sel bakteri itu sangat khas, mirip kunci dan

gembok. Virus dapat menempel pada sel-sel tertentu yang diinginkan karena

memiliki reseptor pada ujung-ujung serabut ekor. Setelah menempel, virus

mengeluarkan enzim lisozim (enzim penghancur) sehingga terbentuk lubang pada

dinding bakteri dan sel inang.

2) Fase injeksi/penetration

Setelah terbentuk lubang, kapsid virus berkontraksi untuk memompa asam

nukleatnya (DNA dan RNA) masuk kedalam sel. Jadi, kapsid virus tetap berada

diluar sel bakteri. Jika telah kosong, kapsid lepas dan tidak berfungsi lagi.

3) Fase penggabungan

Ketika memasuki fase injeksi, DNA virus masuk kedalam tubuh bakteri.

Many cell divisions produce a large population of bacteria infected with the prophage.

The bacterium reproducesnormally, copying the prophageand transmitting it to daughter cells.

Phage DNA integrates into the bacterial chromosome,becoming a prophage (provirus).

New phage DNA and proteins are synthesized and assembled into phages.

Occasionally, a prophage exits the bacterial chromosome, initiating a lytic cycle.

Certain factorsdetermine whether

The phage attaches to ahost cell and injects its DNA.

Phage DNAcircularizes

The cell lyses, releasing phages. Lytic cycleis induced

Lysogenic cycleis entered

Lysogenic cycleLytic cycle

or Prophage/Provirus

Bacterialchromosome

Phage

PhageDNA

Page 12: Repli Kasi

Selanjutnya, DNA bakteri atau melakukan penggabungan. DNA bakteri berbentuk

silkuler, yakni seperti kalung yang tidak berujung dan berpangkal. DNA tersebut

berupa benang ganda yang terpilin. Mula-mula DNA bakteri putus, kemudian DNA

virus menggabungkan diri diantara benang yang putus tersebut, dan akhirnya

membentuk DNA sikuler baru yang telah disisipi DNA virus. Dengan kata lain,

didalam DNA bakteri terknadung DNA genetik Virus.

4) Fase pembelahan

Dalam keadaan tersebut itu, DNA virus tidak aktif, yang dikenal sebagai

profag. Karena DNA virus menjadi satu dengan DNA bakteri, maka jika DNA

bakteri melakukan replikasi, profag juga ikut melakukan replikasi. Misalnya saja jika

bakteri akan membelah diri, DNA menhkopi diri dengan proses replikasi. Dengan

proses replikasi. Dengan demikian profag juga ikut terkopi. Terbentuklah dua sel

bakteri sebagai hasil pembelahan dan didalm setiap sel anak bakteri tekandung

profag yang identik. Demikian seterusnya hingga proses pembelahan bakteri

berlangsung berulangkali sehingga setiap sel bakteri yang terbentuk didalam

terkadung profag. Dengan demikian jumlah profag mengikuti jumlah sel bakteri yang

ditumpanginya.

5) Fase sintesis

karena radiasi atau pengaruh zat kimia tertentu profag taktif. Profag tersebut

memisahkan diri dari DNA bakteri, kemudian menghanacurkan DNA bakteri.

Selanjutnya, DNA virus mengadakan sintesis yakni mensintesis protein untuk

digunakan sebagi kapsid bagi virus-virus baru dan juga melakukan replikasi DNA

sehingga DNA virus menjadi banyak.

6) Fase perakitan

Kapsid-kapsid dirakit menjadi kapsid virus yang utuh, yang berfungsi sebagai

selubang virus. Kapsid yang terbentuk mencapai 100-200 kapsid baru. Selanjutnya

DNA hasil replikasi masuk ke dalamnya guna membentuk virus yang baru.

Setelah terbetuk virus-virus baru terjadilah lisis sel bakteri (uraian sama

dengan daur litik). Virus-virus yang terbentuk berhamburan keluar sel bakteri guna

menyerang bakteri baru. Dalam daur selanjutnya virus dapat mengalami daur litik

atau daur lisogenik.

Page 13: Repli Kasi

BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan diatas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu:

a) Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme

biologis. Virus bersifat parasit obligat, hal tersebut disebabkan karena virus hanya

dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan

memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan

selular untuk bereproduksi sendiri.

b) Adapun fase litik pada proses replikasi virus dimulai pada tahap adsorbsi/

pelekatan, kemudian injeksi atau penyuntikan, sintesis protein baru, perakitan,

dan dikahiri dengan proses pelepasan/ release

c) Sedangkan fase lisogenik terdiri atas fase adsorbs, injeksi, kemudian fase

penggabungan, pembelahan, fase sintesis protein baru dan kemudian fase

Page 14: Repli Kasi

perakitan.

III.2 Saran

Adapun Saran penulis sehubungan dengan bahasan makalah ini, kepada rekan-

rekan mahasiswa agar lebih meningkatkan, menggali dan mengkaji lebih dalam

tentang proses replikasi pada virus mencakup siklus litik dan lisogenik.

 

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012.Virus. http://id.wikipedia.org/wiki/Virus. Diakses pada tanggal 22 April 2013 pukul 02.00 wita

Arif, P 2011. Biologi virus. Yudistira : Jakarta

Lia. 2010. Replikasi virus. http://liadina.wordpress.com/. Diakses pada tanggal 22 April 2013 pukul 02.00 wita

Nilawati. Makalah Mikrobiologi Virus. http://pikardaisuke.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 22 April 2013 pukul 02.00 wita

Purnama, S. 2010. Proses Replikasi Virus. Purnama-sari.wordpress.com. Diakses pada tanggal 22 April 2013 pukul 02.00 wita

Rahman, Nur. 2009. Siklus Litik Vs Lisogenik. www.nur-biology.blogspot.com Diakses pada tanggal 22 April 2013 pukul 02.00 wita

Page 15: Repli Kasi

Zulfaidah. 2012. Beda Fase Litik dan Lisogenik. http://biologigonz.blogspot.com. Diakses pada tanggal 22 April 2013 pukul 02.00 wita

MAKALAH MIKROBIOLOGI HEWAN

REPLIKASI VIRUS

Page 16: Repli Kasi

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 8

Armin Tomy Saputra i111 12 016

Megawati i111 12 040

Veby Ramadhani i111 12 066

Agus Maulana i111 12 266

M. Asfar Syafar i111 12 286

Vina Nur Isra i111 12 306

Suprapto i111 12 326

Fatimah Samosir i111 12 906

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

atas rahmat dan nikmat yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga

penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Replikasi Virus”

Terselesainya makalah ini tidak lepas dari dukungan beberapa pihak

yang telah memberikan kepada penulis berupa motivasi, baik materi maupun

moril. Oleh karena itu, penulis bermaksud mengucapkan banyak terima kasih

kepada seluruh pihak yang tak dapat saya sebutkan satu persatu, semua

yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.

Page 17: Repli Kasi

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini belum mencapai

kesempurnaan, sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat

penulis harapkan dari berbagai pihak demi kesempurnaan makalah ini.

Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita

semua.

Makassar, 22 April 2013

Kelompok 8