Renungan ttg ibu kartini;

22
1 (NASKAH) JUDUL KUMPULAN RENUNGAN, PERINGATAN IBU KITA KARTINI, SUMBANGAN PEMIKIRAN, TENTANG KEHIDUPAN DAN PERHATIAN TERHADAP PERMASALAHAN SOSIAL Disusun Sebagai Upaya Untuk Memperingati Hari Ibu Kita Kartini, Memberikan Sumbangan Pemikiran, Renungan tentang Kehidupan, dan Pemerhati masalah-masalah Sosial H. DADANG DJOKO KARYANTO, AMd Mar, SH, SIP, MH. Jambi, April 2015

Transcript of Renungan ttg ibu kartini;

1

(NASKAH)

JU DU L

KUMPULAN RENUNGAN, PERINGATAN IBU KITA

KARTINI, SUMBANGAN PEMIKIRAN, TENTANG

KEHIDUPAN DAN PERHATIAN TERHADAP

PERMASALAHAN SOSIAL

Disusun Sebagai Upaya Untuk Memperingati Hari Ibu Kita Kartini, Memberikan

Sumbangan Pemikiran, Renungan tentang Kehidupan, dan Pemerhati

masalah-masalah Sosial

H. DADANG DJOKO KARYANTO, AMd Mar, SH, SIP, MH.

Jambi, April 2015

2

IBU KITA KARTINI SUMBER INSPIRASI

Oleh (DADANG DJOKO KARYANTO,AMd Mar, SH,SIP,MH)

Inspira dan Emansipasi

Kepahlawanan merupakan perjuangan melawan: Ketidak adilan, diskriminasi,

pembodohan, keterbelakangan, pembantaian atau pemusnahan. Melawan

bukan saja dengan cara-cara fisik, berperang, namun juga dapat dilakukan

dengan diplomasi, menginspirasi, memotivasi, mencerahkan, menyadarkan,

memberdayakan, dan banyak lainnya. Ibu Kartini, adalah tokoh emansipasi

wanita yang menjadi inspirasi segenap lapisan masyarakat Indonesia.

Kesadaran akan pentingnya edukasi bagi kaum wanita khususnya dalam

memberikan kekuatan untuk bermimpi memiliki pendidikan tinggi. Pada masa

itu adalah hal yang sangat aneh dan tabu apabila mendapati perempuan

sedang sekolah. Aturan-aturan adat yang begitu ketat menjadi belenggu

kemerdekaan berfikir, berkarier membuat wanita hanya sebatas konco

wingking saja.

Kartini dengan mimpi-mimpinya yang visioner berupaya melawan, walau

dengan segala keterbatasannya. Pendidikan formalnya tidaklah tinggi, namun

spiritualitasnya sangat luar biasa. Kita hingga kini dapat melihat karya

monumentalnya yang berupa surat-surat, karya lukis dan batiknya yang

menunjukkan kemampuan prima dengan cita rasa yang tinggi. Kemudian

kemampuan berbahasa Belanda dalam lisan maupun tulisan telah

menginspirasi keluarga Abendanon untuk menerbitkan surat-suratnya

menjadi sebuah buku “ HABIS GELAP TERBITLAH TERANG” yang membuka

mata kita semua . Keluarga Abendanon peka dan peduli sehingga mampu

menunjukkan Kartini kepada dunia luas yang akhirnya menyadarkan kita

semua bahwa Kartini adalah PAHLAWAN INSPIRASI.

Pemikiran-pemikirannya mampu menjadi oase dalam padang pasir yang kering

akan inspirasi edukasi bagi para wanita. Banyak Kartini-kartini muda dan hebat

serta luar biasa yang terpendam dalam lumpur kecurangan, kemunafikan,

keserakahan, kebodohan para punggawa dan penguasa.

3

Kartini bagai telur Rajawali yang dierami oleh Ayam Kampung kemudian

menetas dan hidup bagai ayam kampong, manun keluarga Abendanon

berusaha menyadarkan membuat Kartini hidup dalam keabadian karya dan

perjuangannya. Sekarang menjadi buah dari perjuangan Ibu Kita Kartini yang

sudah bias kita lihat hasilnya pada saat ini, namun kita masih sangat

memerlukan pemimpin-pemimpin yang mampu menemukan dan

menyadarkan bagi anak-anak Rajawali yang masih dierami oleh Ayam

Kampung yang hanya bias mengais tanah tanpa mampu terbang tinggi

diangkasa.

4

PEMBAHARUAN

Oleh (DADANG DJOKO KARYANTO,AMd Mar, SH,SIP,MH)

Pembaharuan dapat dimaknai dengan istilah memperbaiki yang rusak dan

menjadikan sesuatu menjadi baru. Apa yang diperbaharui ? Segala bidang

dalam tata kehidupan sosial bisa diperbaharui. Pembaharuan ini

menunjukkan ada dinamika berani keluar dari zona nyaman. Jujur mengakui

kelemahan dan kesalahan. Memperbaiki yang rusak untuk kembali ke sesuatu

yang semestinya. Pembaharuan dimulai dari satu orang (tidak andal-andalan)

/tidak saling menunggu. Berani menjadi inspirator, motivator. Dari yang satu

orang ini menjadi pelopor yang akan mengirim signal ke titik-titik penyebaran.

Signal-signal tersebut ditangkap dan diikuti untuk menjadi koalisi perubahan

yang akan terus membawa dampak partisipatif. Tatkala bola salju sudah

menggelinding dan menjadi besar atau banyak diperlukan pemimpin yang baik.

Pemimpin yang baik yitu yang mampu memberikan harapan (Perubahan kecil

berdampak besar dan dapat dilakukan dalam waktu singkat).

Pembaharuan menjadikan adanya kesadaran, dan niat dengan spirit:

1.Berani: Berani untuk berkorban dan kehilangan previlage dalam melakukan

perubahan menuju kearah yang lebih baik dan selalu meningkatkan kualitasnya

(pembelajaran);

2.Bersih: Bersih dalam konteks ini adalah tulus ikhlas dalam melaksanakan

tugasnya tanpa pamrih untuk kepentingan pribadi maupun kelompok (tidak

melakukan KKN dan gratifikasi). Tidak membangun klik atau dinasti untuk

menguasai birokrasi;

3, Jujur: Obyektif, transparan berbasis pada fakta, kebenaran dan dapat

dipertanggungjawabkan secara hokum, secara administrasi bahkan secara

moral;

4. Adil : Dalam konteks ini adalah keadilan social yaitu mendudukkan atau

menerapkan setiap warga masyarakat sama di muka hokum yang mempunyai

hak dan peluang yang sama. Menghormati, memberi jaminan dan

perlindungan HAM;

5. Profesional: Dalam konteks penyelenggaraan Negara adalah berbasis

kompetensi yang visioner, unggul, kreatif dan inovatif.

5

Berani, bersih, jujur, adil dan professional adalah core value atau menjadi hal

yang menyenangkan dan membanggakan, yang merupakan inti dari nilai-nilai

budaya dan yang dapat dijabarkan dalam berbagai pendekatan atau sudut

pandang (kepemimpinan, administrasi, operasional maupun capacity building).

6

KERJA ADALAH CINTA YANG MENGEJAWANTAH

Oleh (DADANG DJOKO KARYANTO,AMd Mar, SH,SIP,MH)

Kerja adalah Cinta yang mengejawantah

Kerja adalah Cinta yang mengejawantah (Kahlil Gibran)

Bekerja atau melakukan sesuatu, ketika tanpa cinta maka ia semacam robot

saja, atau mesin yang sudah di setel sistimnya. Kerja tanpa cinta atau

mencintai apa-apa yang dikerjakannya, hasilnya tidak akan sempurna atau

tidak membuahkan hasil yang bermanfaat. Bekerja dengan keterpaksaan, atau

karena tugas maka akan menjadi beban, bahkan bisa membebani orang lain.

Bekerja sebagai apa saja, merupakan cinta yang mengejawantah dalam hidup

dan kehidupan manusia untuk dapat menghasilkan produktifitas yang

diperlukan untuk mempertahankan, menumbuh kembangkan hidup dan

kehidupannya.

Bekerja pada pekerjaan yang tidak kontra produktif merupakan bagian dari

memanusiakan “NGUWONGKE” , menempatkan manusia sebagai mana

layaknya manusia sebagai makhluk hidup yang berakal budi yang bias

menjadikan hidup makin hidup. Sebaliknya bekerja pada pekerjaan yang

kontra produktif bias merusak, menghambat, bahkan mematikan kehidupan.

Di dalam penyelenggaraan berbagai pekerjaan ada potensi-potensi konflik,

ada peluang-peluang terjadinya hal-hal yang kontra produktif, KKN,

penyuapan, pemerasan cara-cara yang illegal atau diluar dari kesepakatan-

kesepakatan yang telah diatur dalam hukum atau etika atau moral yang

berlaku.

Di sinilah peran para aparatur penyelenggara Negara untuk mampu

membangun sistim dan menanamkan nilai-nilai budaya keteraturan social

untuk masyarakat dapat bekerja sebagaimana yang seharusnya dan diterima

oleh semua pihak.

7

Etika public yang menjadi rel bagi para penyelenggara Negara dengan segala

kewenangan, kekuasaan dan fasilitasnya dapat menjauhkan dari niat jahat dan

meminimalisir kesempatan untuk berbuat jahat. Menjauhkan dari niat ini

bermakna menyadarkan dengan ketulusan hati untuk dapat berperan serta

mewujudkan dan memelihara keteraturan. Sedangkan meminimalisir

kesempatan bermakna bahwa kebijakan-kebijakannya, sistem-sistem yang

dibangun , untuk mampu membimbing masyarakat agar menjadi beradab

atau setidaknya menjadi bekerja dengan professional, cerdas, bermoral dan

modern.

Passion para aparatur penyelenggara Negara adalah manusia, kemanusiaan

yang senantiasa berupaya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Itulah pengejawantahan cinta dalam pekerjaannya.

8

IN LIGHT OF ROBIN WILIAMS’ DEAD:

“RENUNGAN”

Oleh (DADANG DJOKO KARYANTO,AMd Mar, SH,SIP,MH)

Jika kekayaan itu bisa membuat orang menjadi bahagia, tentunya Adolf

Merckle, orang terkaya di Jerman, tidaklah menabrakkan badannya ke kereta

api.

Jika ketenaran bisa membuat orang bahagia, tentunya Michael Jackson,

penyanyi terkenal dunia, tidak minum obat tidur hingga overdosis.

Jika kekuasaan bisa membuat orang bahagia, tentunya G. Vargas, Presiden

Brazil, tidak menembak jantungnya.

Jika kecantikan bisa membuat orang bahagia tentunya Marilyn Monroe, artis

cantik sepanjang masa, tidak minum alcohol dan obat depresi hingga

overdosis.

Jika kesehatan bisa membuat orang bahagia, tentunya Thierry Costa, dokter

terkenal dari Perancis, tidak bunuh diri, akibat sebuah acara di televise.

Ternyata, bahagia atau tidaknya hidup seseorang (termasuk kita, sahabatku),

bukan ditentukan oleh seberapa kayanya, tenarnya, cantiknya, kuasanya,

sehatnya, atau sesukses apapun hidupnya.

Tapi yang bisa membuat seseorang itu bahagia adalah dirinya sendiri.

Mampukah ia mau mensyukuri semua yang sudah dimilikinya dalam segala hal.

“Kalau kebahagiaan itu bisa dibeli, pasti orang-orang kaya akan membeli

kebahagiaan itu, dan kita akan sulit mendapatkan kebahagiaan karena sudah

diborong habis oleh mereka”.

“Kalau kebahagiaan itu ada di suatu tempat, pasti belahan lain di bumi ini akan

kosong karena semua orang akan ke sana, berkumpul di mana kebahagiaan itu

berada”.

Untungnya kebahgiaan itu berada di dalam hati setiap manusia. Jadi kita tidak

perlu membeli atau pergi mencari kebahagiaan itu.

9

“Yang kita perlukan adalah HATI yang BERSIH dan IKHLAS serta PIKIRAN yang

JERNIH, maka kita bisa menciptakan rasa BAHAGIA itu kapanpun, dimanapun,

dan dengan kondisi apapun”.

Intinya yang perlu menjadi perhatian kita bersama adalah bahwa

“KEBAHAGIAAN ITU MILIK SETIAP INSAN MANUSIA YANG PANDAI

BERSYUKUR”. “JIKA KITA TIDAK MEMILIKI APA YANG KITA SUKAI, MAKA

SUKAILAH APA YANG KITA MILIKI SAAT INI.”

10

MENCINTAI PEKERJAAN ATAU MENCINTAI

JABATAN??????????

Oleh (DADANG DJOKO KARYANTO,AMd Mar, SH,SIP,MH)

Mencintai Pekerjaan Atau Mencintai Jabatan? ,”Jabatan adalah amanah yang

bisa menjadi berkah, namun tatkala dikuasai dengan cara yang salah maka

akan menjadi musibah”.

Jabatan merupakan tugas tanggung jawab dan bagi pejabatnya diberi

kewenangan dan kekuasaan untuk mengelola tugas dan tanggung jawabnya

untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat atau setidaknya menjadi

institusi yang dipimpinnya ada suatu perubahan, kemajuan atau mendapatkan

citra dan kepercayaan dari masyarakat yang dilayaninya. Jabatan merupakan

potensi sumber daya yang diperebutkan oleh banyak orang yang mampu dan

yang merasa mampu. Bagi orang-orang yang mampu pendekatannya adalah

impersonal atau basisnya pada kompetensi, sehingga professional dalam

mengelola kekuasaan dan kewenangannya yang akan membawa berkah bagi

banyak orang.

Sedangkan bagi orang-orang yang merasa mampu basisnya adalah

pendekatan-pendekatan yang bersifat personal, kekerabatan, jaringan-

jaringan patron klien yang kadang mengabaikan atau memandang sebelah

mata pada kompetensi. Bisa diprediksi penguasa dengan cara-cara pendekatan

personal akan membawa dampak pada penyalahgunaan wewenang yang akan

menambah beban bagi masyarakat yang dilayaninya, parahnya lagi bisa

mendatangkan musibah akibat ketidak profesionalannya atau akibat dari

pendekatan-pendekatan yang bertentangan dengan upaya-upaya untuk

meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Salah satu ciri orang yang professional adalah bangga dan mencintai

pekerjaannya. Mengapa demikian? Karena dirinya sadar dan menguasai

bidang tugasnya untuk memajukan dan meningkatkan kualitas hidup

masyarakat. Namun sebaliknya salah satu contoh ketidak profesionalan

11

adalah mencintai jabatannya. Tentunya jabatan yang dianalogikan sebagai

jabatan-jabatan basah. Maka para pecinta jabatan ini akan melanggengkan

atau menyuburkan premanisme birokrasi. Kelompok-kelompok pecinta

jabatan akan mati-matian membangun kerajaan atau jaringan dalam birokrasi

untuk menguasai jabatan-jabatan yang dianggap basah. Standar kompetensi

menjadi suatu cara untuk memangkas premanisme birokrasi.

Standar kompetensi dapat dikategorikan dalam bidang: kepemimpinan,

administrasi, operasional dan capacity building

12

E POLICING 1

Pada era globalisasi, sistim-sistim online merupakan kebutuhan untuk

memberikan pelayanan prima, sebagai program inisiatif anti korupsi,

reformasi birokrasi dan terobosan kreatif. Pemerintah akan membangun e

government, perbankan membangun e banking. Bagi kepolisian membangun

model atau pola pemolisiannya melalui e policing.

E Policing adalah pemolisian secara elektronik yang dapat diartikan sebagai

pemolisian secara on line, sehingga hubungan antara polisi dengan

masyarakat bisa terjalin dalam 24 jam sehari dan 7 jam dalam seminggu

tanpa batas ruang dan waktu untuk selalu dapat berinteraksi dan saling

berbagi informasi serta melakukan komunikasi. Hal tersebut bisa juga difahami

dengan membawa community policing pada sistim on line. Dengan demikian

e policing ini merupakan model pemolisian di era digital yang berupaya

menerobos sekat-sekat ruang dan waktu sehingga pelayanan-pelayanan

kepolisian dapat terselenggara dengan cepat, tepat, akurat, transparan,

akuntabel informasi, dan mudah diakses. E policing bisa menjadi strategi

inisiatif anti korupsi, reformasi birokrasi dan creative break through.

Dikatakan sebagai inisiatif antikorupsi karena meminimalisir bertemunya

person to person dalam pelayanan-pelayanan kepolisian di bidang administrasi

karena sudah dapat digantikan secara on line melalui e banking, atau melalui

ERI (electronic Registration Identification) dan sebagai reformasi birokrasi

karena dapat menerobos sekat-sekat birokrasi yang rumit, yang mampu

menembus ruang dan waktu misalnya tentang pelayanan informasi dan

komunikasi melalui internet, dan hubungan tata cara kerja dalam birokrasi

dapat diselenggarakan secara langsung dengan SMK (Standar Manajemen

Kinerja) yang dibuat melalui intranet/internet juga sehingga menjadi less

paper dan sebagainya.

Dikatakan sebagai bagian creative break through, melalui e policing banyak

program dan berbagai inovasi dan kreasi dalam pemolisian yang dapat

dikembangkan masanya pada sistim-sistim pelayanan SIM, Samsat, atau juga

dalam TMC baik melalui media elektronik, cetak maupun media social bahkan

secara langsung sekaligus.

13

POLICING MEMANGKAS FEODALISME DALAM

BIROKRASI

Oleh (DADANG DJOKO KARYANTO,AMd Mar, SH,SIP,MH)

E Policing memangkas Feodalisme dalam Birokrasi; Salah satu penyakit dalam birokrasi

adalah feodalisme yang merupakan suatu system yang tidak tersurat namun tersirat

sebagai bentuk nilai-nilai yang harus diikuti oleh anggota birokrasi secara berjenjang

dan bisa bervariasi antara satu dengan yang lain. Bentuk-bentuk feodalisme dalam

birokrasi memang tidak akan nampak dalam aturan atau sistim-sistim yang normative

namun ada dalam implementasinya, yang sebenarnya merupakan diskresi birokrasi

yaitu adanya kebijakan-kebijakan yang tidak tertulis dan dijadikan pedoman bagi

anggotanya dan dijabarkan dalam bentuk kesepakatan-kesepakatan diantara mereka.

Feodalisme dalam birokrasi dapat ditunjukkan antara lain adalah sebagai berikut:

1. Bos can’t do no wrong, kalaupun salah tetapi dianggap sebagai

kebenaran, protesnya sebatas grundelan-grudelan saja;

2. Sistem Pola Patron Klien, klik, dinasti, group-groupan yang berbasis

pada kedekatan-kedekatan yang sifatnya personal;

3. Anggota birokrasi terobsesi dan berorientasi pada jabatan basah atau

strategis yang diisi oleh orang-orang kepercayaan yang dianggap sebagai

tanaman keras;

4. Rasa hutang budi atas pemberian jabatan, sehingga secara tidak

eksplisit adanya semacam kewajiban untuk memberi buluh bekti

glondong pangareng-areng (upeti atau tanda terima kasih atau tanda

titip diri);

5. Pengkategorian atau pemetaan wilayah dan posisi-posisi jabatan dalam

binaan atau bawaan kelompok-kelompok tertentu;

6. Rasa tidak percaya diri kalau tidak ada yang membawa atau tidak ada

cantolan atau tidak ada backingnya;

7. Titip jabatan, titip nama, titip nomor test, dan sebagainya.

Poin-poin diatas sebenarnya sebagian kecil saja dari feodalisme birokrasi yang

berdampak pada kinerja yang tidak sehat, penuh dengan kepentingan-

kepentingan kelompok tertentu dan menjadi potensi tumbuh dan

14

berkembangnya KKN. Kalau dibiarkan kondisi tersebut akan terus tumbuh dan

berkembang dan dampaknya yang sangat luar biasa berbahaya, mahal yang

harus dibayarkan antara lain adalah dalam wujud ketidakpercayaan, image

atau citra buruk. Melalui E policing akan memangkas jalur-jalur KKN, peluang –

peluang untuk penyalahgunaan wewenang, kesempatan-kesempatan untuk

membangun klik atau dinasti atau kelompok-kelompok dengan pendekatan

personal. Mengapa E policing menjadi harapan? Karena dengan menerapkan

E policing akan mendorong anggota menjadi professional, transparan,

akuntable, dalam kinerja birokrasi.

E Policing dalam bidang SDM

Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan bagian penting sebagai asset utama

dari institusi tersebut, pembinaan SDM yang baik adalah yang menghasilkan

atau menumbuhkembangkan SDM yang berkarakter. SDM yang berkarakter

adalah pembinaan SDM yang berbasis pada kompetensi, membangun disiplin

atas dasar kesadaran dan tanggung jawab serta mampu menanamkan nilai-

nilai budaya organisasi (core value) kepada setiap anggotanya dan

mempunyai komitmen dalam mencapai tujuan organisasi.

Pembinaan SDM secara elektronik dibangun untuk mengkikis atau

meminimalisir penyimpangan dan potensi-potensinya diharapkan mampu:

1. Membangun sistim data base bagi setiap anggota Polri di semua lini dan

tingkatan sesuai kompetensi dan spesifikasi sebagai track recordnya;

2. Membangun standar-standar kualifikasi atau standar kompetensi untuk

penempatan, promosi, mutasi dan demosi;

3. Memberikan akuntabilitas untuk mengikis KKN dan menuju “The Right

People in The Right Place”;

4. Membangun sistim jejaring atau networking;

5. Membangun dasar-dasar dalam memberikan penilaian kinerja dan

remunerasi juga reward and punishment;

6. Penyaluran kerja atau penggunaan SDM secara fungsional di dalam

maupun diluar struktur Polri;

7. Membangun kaderisasi bagi pemimpin dimasa datang;

8. Menunjukkan adanya transparansi, akuntabilitas dan memberikan

harapan bagi anggota Polri berkarier atau mengambil keputusan;

15

Pembinaan SDM yang berbasis elektronik diperlukan adanya SOP (standart

Operational Procedure) yang berisi:

1. Job Discription and Job Analysis;

2. Standarisasi keberhasilan tugas (yang dijabarkan berjenjang yang

mencakup antara lain kepemimpinan, administrasi, operasional, dan

capacity building);

3. Sistim penilaian kinerja yang mencakup kepemimpinan, administrasi,

operasional and capacity building;

4. Sistem Reward and Punishment;

5. Etika kerja (apa yang harus dilakukan atau apa yang tidak boleh

dilakukan dan produk apa yang harus dihasilkan. Ini juga dijabarkan

berjenjang dan variatif (Do and Don’t)

16

MATEMATIKA KEHIDUPAN

SUKSES DALAM ATTITUDE ATAU SIKAP, TERNYATA

MENENTUKAN DAN MENJADIKAN HIDUP KITA AKAN LEBIH

SUKSES

JIKA :

A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26

MAKA:

H+A+R+D+W+O+R+K/ KERJA KERAS

8+1+18+4+23+15+18+11= 98%

K+N+O+W+L+E+D+G+E/ PENGETAHUAN:

11+14+15+23+12+5+4+7+5 = 96%

L+O+V+E / CINTA:

12+15+22+5 =54%

L+U+C+K /KEBERUNTUNGAN :

12+21+3+11 = 47 %

TIDAK ADA YANG MEMBUATNYA JADI 100%

LALU APA YANG MEMBUATNYA 100%...?????

APAKAH MONEY …..? NO…!!!!!

M+O+N+E+Y =

13+15+14+5+25 = 72%

LEADERSHIP….?? NO…!!!!!

17

L+E+A+D+E+R+S+H+I+P =

12+5+1+4+5+18+19+8+9+16 = 97%

TERNYATA YANG BISA MEMBUATNYA MENJADI 100% ADALAH “

ATTITUDE”/SIKAP:

A+T+T+I+T+U+D+E =

1+20+20+9+20+21+4+5 =100%

INTINYA ATTITUDE ATAU SIKAP ITULAH YANG PALING PENTING DAN UTAMA

DALAM PERGAULAN KEHIDUPAN BERMASYARAKAT, BILA KITA INGIN

MENJADI BANGSA YANG BERMARTABAT MAKA TEKANKANLAH DIDALAM

PEMBINAAN ANAK BANGSA, PARA GENERASI MUDA SEBAGAI PENERUS KITA

SEMUA, JADIKANLAH INDONESIA BERMARTABAT DAN DISEGANI OLEH

PERGAULAN BANGSA DIDUNIA

18

KESADARAN

Kesadaran merupakan suatu kalimat yang penuh dengan makna yang tidak

dapat diwujudkan dengan mengucapkan dan mengulang kata-kata itu,

melainkan dibangun dan dilakukan atas dasar kemauan yang keras dan

semangat mencapai apa yang menjadi tujuan hidup dan kehidupannya.

Kesadaran merupakan bagian dari jalan hidup. Tatkala ada kesadaran maka

tanggung jawab akan tumbuh dan diikuti dengan disiplin.

Pendidikan, infrastruktur, sistim-sistim dan penegakkan hukum adalah untuk

membangun kesadaran. Tatkala kesadaran belum dicapai, maka sebenarnya

hanyalah kesia-siaan belaka, penuh kepura-puraan, seremonial dan tentu saja

tiada ketulusan. Takala kesadaran tidak ada, maka tanggung jawab dan disiplin

akan semu belaka. Semua demi sesuatu dan lagi-lagi tipu menipu, kemunafikan

akan menjadi bagian dari core valuenya.

Kesadaran dibangun dari pemahaman dan pengalaman sehingga apa yang

dirasakan, apa yang dilihat, didengarnya, menjadi suatu spirit bagi dirinya

untuk bangga akan peran dan fungsinya dalam hidup dan kehidupan. Bagi

orang yang telah memiliki kesadaran ia bias membantu untuk menyadarkan,

kemampuan menyadarkan adalah mentransformasi dan memberi kehidupan.

Telur rajawali yang dierami oleh ayam kampung setelah menetas ia akan

menjadi ayam kampung, jika tidak ada yang menyadarkan ia sampai mati

sebagai ayam kampung dan tak akan pernah terbang. Tatkala ia disadarkan

oleh sesuatu atau disadarkan oleh orang lain bahwa dirinya yang sebenarnya

adalah burung Rajawali, maka ia akan berusaha terbang, dan menjadi terbang

jauh mengangkasa menembus cakrawala, untuk menggapai langit biru.

19

PRESTASI

Apa Prestasinya…..?

Prestasi pemimpin dapat dilihat dari keberhasilan tugas dan tanggung

jawabnya untuk memperbaiki, menyiapkan, membangun, mencegah yang

jahat dan keliru, memberdayakan, mencerdaskan, menang dalam persaingan

bahkan untuk mendapatkan kepercayaan dari dalam atau luar. Semua itu

diperlukan kemampuan untuk mengemas, memaknai dan memasarkan.

Sehingga mampu untuk : a. membungkus, b. memprogram, c. menyajikan, d.

menata, f. memperindah, sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas yang

lebih baik atau lebih indah dari aslinya. Kata plesetan dapat memaknai kata

mengemas sebagai upaya menjadi emas. Maknanya adalah menjadikan

sesuatu memiliki berharga.

Kompetensi sebagai standar-standar kemampuan untuk menjadikan sesuatu

lebih baik dan bermakna semestinya dimiliki setiap pemimpin disemua lini.

Untuk menjadikan sesuatu yang biasa-biasa saja menjadi sesuatu yang luar

biasa. Tatkala tidak mampu mengemas maka barang bagus yang bermutu

sekalipun bias rusak bahkan menjadi lebih hancur. Sebagai contoh makanan-

makanan tradisional yang mempunyai rasa sedap dikemas secara rendah dan

biasa saja. Lain halnya dikemas dengan bahan-bahan yang lebih kuat, lebih

menarik dan diberi logo kemudian dijual di Mall-mall kota besar, maka

harganya bias berlipat-lipat tanpa dikomplain oleh masyarakat. Demikian

halnya Negara tatkala dikemas dengan baik dan benar maka akan lebih maju,

dan mendapat kepercayaan dan dukungan dari mana-mana. Namun

sebaliknay tatkala tidak mampu atau gagal, jangankan maju, mempertahankan

hidup saja sudah setengah mati.

Mencapai prestasi bagi pemimpin diperlukan kemampuan antara lain :

1. Memimpin, Kepemimpinan yang berprestasi adalah mampu mengemas,

memaknai dan memasarkan sehingga mampu mengangkat harkat

martabat dan derajad yang dipimpinnya;

2. Ilmu pengetahuan dan teknologi, dengan ilmu pengetahuan dan

teknologi mampu menjadikan dan menunjukkan sesuatu dengan cara-

cara modern;

20

3. Seni, seni membuat sesuatu menjadi lebih indah, lebih menarik,

memiliki karakter dan menunjukkan suatu cita rasa yang tinggi.

Pemimpin yang tidak memenuhi standar kompetensi dan seni untuk

mengemas dan memaknai serta memasarkan maka sebenarnya hanya

penunggu waktu untuk diganti, mungkin juga bisa menjadi benalu.

21

KIASAN

NEK WANI OJO WEDI-WEDI, NEK WEDI OJO

WANI-WANI

(KALAU BERANI JANGAN TAKUT-TAKUT, KALAU

TAKUT JANGAN BERANI-BERANI)

Makna dari “ Nek wani ojo wedi-wedi, nek wedi ojo wani-wani”, secara singkat

jangan ragu-ragu. Kalimat-kalimat motivasi di sekolah militer dikatakan “ Ragu-

ragu lebih baik mundur”. Tatkala akan melakukan perbuatan baik, dan benar

belum tentu jalannya lancer atau mendapat dukungan dari semua pihak. Yang

menjadi sahabat, teman seperjuangan, pendukung loyal sekalipun bias

membuat ragu-ragu. Dalam bahasa jawa dikenal mringgang-mringging. Dalam

pementasan theater gandrik yang berjudul tangis ada contoh sikap mringgang-

mringging tadi. Den baguse ngarso (susilo) yang memerankan orang gila yang

menimbang-nimbang sebuah benda, “ Iki telek opo roti (ini kotoran ayam atau

roti)”, ini diucapkan berkali-kali dan akhirnya dipegang dan di baui sambil

berteriak,”ow…telek”.

Seorang pemimpin yang ragu-ragu atau tidak tegas bias menjadi masalah,

tatkala mengambil keputusan bukan lagi menemukan solusi, akan tetapi malah

menemukan telek (analogi bagi musibah untuk banyak orang). Kalau sudah

dipikirkan dengan matang, dengan tekat yang bulat ,” what ever will be, do it”.

Ketegasan akan membawa dampak bagi banyak orang. Terutama dalam

memberantas KKN. Semakin ragu-ragu akan semakin telek yang kita pegang.

Memang membuat tidak ragu-ragu bukanlah hal yang mudah, karena

diperlukan adanya berbagai persyaratan baik akademis, sosiologis, politis,

ekonomis, dan banyak hal. Namun tatkala sudah diputuskan segera saja

dilaksanakan yakin kalau yang dipegang adalah roti bukannya telek lagi….

Semoga………………………………………………………………………………………………………..

22

EMPATI

Hati manusia memang tidak menentu, namun menentukan.Dinamakan tidak

menentukan karena bisa berubah-ubah dan bisa cepat berubah. Dari kondisi

yang baik tiba-tiba menjadi marah. Dari yang lembut tiba-tiba menjadi sangat

keras. Hati dikatakan menentukan, karena suasana hati sangat

mempengaruhi dalam berbagai aspek kehidupan. Berkomunikasi misalnya

tatkala hati sedang enak kondisi normal, bisa menjadi lembut penuh dengan

kata-kata yang mengenakkan dan menyejukkan. Sebaliknya tatkala hati

sedang menghadapi guncangan , entah tertekan atau bergeser dari posisinya,

apa yang dikatakan bisa saja berdampak melukai dan menimbulkan suasana

hati yang tidak nyaman.

Hati bagi manusia tidaklah nampak, namun sebagai wujud tanda hidup yang

menjadikan sesuatu menjadi lebih hidup. Memberikan makna disamping

logika, karena makna tidak hanya logika saja tetapi juga rasa.

Hati yang dipenuhi dengan rasa negative maka akan bermunculan ungkapan-

ungkapan emosi dan disharmoni. Dampaknya menjadi egois, arogan, konflik

bahkan kebencian. Sebaliknya hati yang positif akan memunculkan ungkapan-

ungkapan bahkan perilaku yang humanis, memahami, memaafkan bahkan

romantic yang membuat suasana nyaman, sejuk dan penuh dengan

kedamaian.

Empati merupakan produk dari hati yang positif, hati yang sehat, terkendali

dan tidak terluka batinnya. Tahan uji, kuat mental, tidak hancur saat dipuji-

puji. Kesehatan jiwa juga dimulai dari empati. Karena empati inilah akan

menunjukkan pikiran, perkataan dan perbuatan yang menyejukkan,

mengenakkan, dan memberi harapan. Empati merupakan taburan hati yang

sarat dengan kasih untuk memberi yang terbaik.