RENSTRA 2017-2022dishutbun.jogjaprov.go.id/assets/artikel/renstra_dishutbun_2017-2022.pdfRencana...
Transcript of RENSTRA 2017-2022dishutbun.jogjaprov.go.id/assets/artikel/renstra_dishutbun_2017-2022.pdfRencana...
RENSTRA 2017-2022
“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” i
KATA PENGANTAR
Rencana Strategis (Renstra) Satuan Organisasi Perangkat Daerah merupakan dokumen
perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun yaitu tahun 2017-2022 dari SKPD, yang memuat
tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, dan indikator kinerja yang disusun sesuai dengan tugas dan
fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah serta berpedoman pada RPJM Daerah dan bersifat
indikatif.
Indikator yang ditetapkan secara keseluruhan merupakan Indikator Kinerja Utama yang
digunakan untuk mengukur kinerja SKPD dalam melaksanakan pembangunan di bidang
kehutanan dan perkebunan.
Dengan Renstra ini diharapkan dapat (1) memudahkan Dinas dan Unit Pelaksana Teknis pada
Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY dalam menyusun rencana kegiatan dan program tahunan
secara terpadu, terarah dan terukur sesuai dengan kondisi riil; (2) menyediakan acuan resmi
bagi Dinas dan Unit Pelaksana Teknis pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY dalam
menentukan prioritas program dan kegiatan tahunan Daerah yang dibiayai dari APBD; (3)
memudahkan dalam memahami dan menilai visi. misi, tujuan, sasaran, arah kebijakan, strategi
dan program-program operasional tahunan dalam rentang periode tahun 2017-2022 serta (4)
sebagai tolok ukur bagi evaluasi dan penilaian kinerja Dinas dan Unit Pelaksana Teknis Daerah.
Disadari bahwa untuk mencapai target program dan kegiatan selama 5 (lima) tahun tidaklah
mudah namun dengan tekad dan kerja keras dari para pemangku kepentingan kita optimis
bahwa terget tersebut dapat dicapai. Kerjasama dari para pemangku kepentingan sangat
dibutuhkan karena pembangunan kehutanan dan perkebunan merupakan masalah kompleks,
hingga membutuhkan penanganan dari berbagai fungsi dan kebijakan. Akhirnya dengan
menyadari kekurangan yang ada, kiranya sumbangan pikiran yang berupa saran dan masukan
sangat kami harapkan agar dalam penyusunan RENSTRA ini dikemudian hari dapat terlaksana
dengan lebih baik. Semoga RENSTRA ini dapat digunakan sebagai dasar bahan pertimbangan
dalam menentukan kegiatan pembangunan kehutanan dan perkebunan pada tahun berikutnya.
Yogyakarta, 15 April 2018
Kepala
Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Ir. R. Sutarto, M.P.
NIP. 19601001 198503 1 008
RENSTRA 2017-2022
“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................................ i
DAFTAR ISI ......................................................................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL................................................................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1-1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................. 1-1
1.2 Landasan Hukum ........................................................................................................................ 1-2
1.3 Maksud dan Tujuan .................................................................................................................... 1-3
1.4 Sistematika Penulisan ............................................................................................................... 1-4
BAB 2 GAMBARAN PELAYANAN PERANGKAT DAERAH .............................................. 2-1
2.1 Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi Perangkat Daerah ....................................... 2-1
2.2 Sumber Daya Perangkat Daerah ........................................................................................... 2-3
2.3 Kinerja Pelayanan Perangkat Daerah ................................................................................. 2-4
2.4 Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Perangkat Daerah ............ 2-10
BAB 3 PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS PERANGKAT DAERAH ............ 3-1
3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan
Perangkat Daerah ....................................................................................................................... 3-1
3.2 Telaah Visi, Misi, dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
Terpilih ............................................................................................................................................ 3-2
3.3 Telaahan Renstra K/L dan Renstra Kabupaten Kota ................................................... 3-6
3.4 Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup
Strategis .......................................................................................................................................... 3-8
3.5 Penentuan Isu-Isu Strategis ................................................................................................. 3-12
BAB 4 TUJUAN DAN SASARAN ............................................................................................... 4-1
4.1 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Perangkat Daerah ........................................ 4-1
BAB 5 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN ......................................................................... 5-1
BAB 6 RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN SERTA PENDANAAN .......................... 6-1
BAB 7 KINERJA PENYELENGGARAAN BIDANG URUSAN .............................................. 7-1
BAB 8 PENUTUP ......................................................................................................................... 8-1
RENSTRA 2017-2022
“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” iii
DAFTAR TABEL
Tabel 2-1 Pencapaian Kinerja Pelayanan Perangkat Daerah Dinas Kehutanan dan
Perkebunan Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta .......................................... 2-5
Tabel 2-2 Anggaran dan Realisasi Pendanaan Pelayanan Perangkat Daerah Dinas
Kehutanan dan Perkebunan Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta .......... 2-8
Tabel 4-1 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Pelayanan Perangkat Daerah ............................... 4-1
Tabel 5-1 Tujuan, Sasaran, Strategi, dan Kebijakan ....................................................................................... 5-4
Tabel 6-1 Rencana Program, Kegiatan, dan Pendanaan Perangkat Daerah…………….
Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta .................................................................... 6-1
Tabel 7-1 Indikator Kinerja Perangkat Daerah yang Mengacu pada Tujuan dan Sasaran
RPJMD ........................................................................................................................................................... 7-1
RENSTRA 2017-2022
“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Perangkat Daerah ...............................................................................................
RENSTRA 2017-2022
“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 1-1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Rencana Strategis (Renstra) Perangkat Daerah merupakan dokumen perencanaan
Perangkat Daerah untuk periode 5 (lima) tahun yang memuat tujuan, sasaran, program,
dan kegiatan pembangunan dalam rangka pelaksanaan Urusan Pemerintahan Wajib
dan/atau Urusan Pemerintahan Pilihan sesuai dengan tugas dan fungsi setiap Perangkat
Daerah yang disusun sesuai dengan tugas dan fungsinya untuk mencapai tujuan dan
sasaran jangka menengah Perangkat Daerah yang selaras dengan strategi dan kebijakan
daerah sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD).
Secara umum Renstra Perangkat Daerah menjawab 3 pertanyaan dasar yakni: Ke mana
pelayanan SKPD akan di arahkan pengembanga nnya dan apa yang hendak dicapaidalam
lima tahun mendatang; Bagaimana mencapainya; Serta langkah-langkah strategis apa
yang perlu dilakukan agar tujuan tercapai. Secara terperinci, penyusunan Renstra
Perangkat Daerah berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun
2017 tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah,
Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, serta Tata Cara
Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah.
Renstra Dinas Kehutanan dan Perkebunan Daerah Istimewa Yogyakarta ini secara umum
memiliki tujuan memberikan arah, pedoman yang terencana dalam mengarahkan seluruh
potensi sumber daya manusia dan potensi lain yang dimiliki dalam rangka mewujudkan
tujuan dan sasaran perangkat daerah untuk mampu menjawab kemajuan, perkembangan
dan tantangan jaman. Sedangkan secara khusus dirumuskan untuk memberikan
gambaran potensi riil yang dimiliki, peluang dan tantangan, dan untuk menetapkan
program dan sasaran kerja yang terarah, terukur yang akan dijadikan pedoman pada masa
lima tahun mendatang; memprediksi hambatan-hambatan yang terjadi dan sekaligus
mencari jalan keluar (solusi); serta memberikan arah dalam upaya menjalin hubungan
yang baik dengan berbagai pihak.
Sebagai dokumen perencanaan pembangunan kehutanan dan perkebunan untuk jangka
2017-2022 Renstra Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY memuat telaah atas rencana
strategis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Kementerian Pertanian
sebagai rujukan atas kebijakan nasional dalam pembangunan kehutanan dan perkebunan
di DIY serta telaah atas rencana tata ruang, dan Rencana Kehutanan Tingkat Provinsi
sebagai rujukan penggunaan ruang wilayah dan rencana pengelolaan hutan di tingkat
provinsi. Renstra Dinas Kehutanan dan Perkebunan selanjutnya menjadi pedoman
pembangunan kehutanan dan perkebunan di DIY dan menjadi rujukan pedoman dalam
penyusunan Rencana Kerja SPKD setiap tahunnya.
RENSTRA 2017-2022
“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 1-2
1.2 Landasan Hukum Dasar hukum penyusunan Rencana Strategis Dinas Kehutanan dan Perkebunan tahun
2017-2022 sebagai berikut :
1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa
Jogjakarta (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 3) sebagaimana
telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1955 tentang
Perubahan Undang-Undang Nomor 3 jo. Nomor 19 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah Istimewa Jogjakarta (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1955 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor
827);
2) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4286);
3) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66,
TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
4) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 104, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
5) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 33, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
6) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 200 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara
Republik IndonesiaNomor 4725);
7) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa
Yogyakarta (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 170,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5339);
8) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244);
9) Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);
10) Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional 2015-2019 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 3);
11) Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 Tentang Pelaksanaan Pencapaian
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
12) Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2007
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
13) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tata Cara
Perencanaan, Pengendalian Dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara
Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah Dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Serta Tata
RENSTRA 2017-2022
“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 1-3
Cara Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1312);
14) Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 5 Tahun 2005
tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah dan Pelaksanaan
Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah (Lembaran Daerah Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2005 Nomor 3 Seri E), sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 3
Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta Nomor 5 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana
Pembangunan Daerah dan Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan
Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2009
Nomor 3);
15) Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2009
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2005-2025
(Lembaran Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2009 Nomor 2).
16) Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 3 Tahun 2015 tentang
Kelembagaan Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta.
17) Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 3 Tahun 2018 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2017 – 20122.
18) Peraturan Gubernur Nomor 65 Tahun 2015 Tentang Rincian Tugas dan Fungsi
Dinas Kehutanan dan Perkebunan.
1.3 Maksud dan Tujuan Penyusunan Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Kehutanan dan Perkebunan Daerah
Istimewa Yogyakarta Tahun 2017-2022 dimaksudkan untuk mensinergikan dinamika dan
aspirasi yang berkembang di masyarakat dengan Program Strategis Nasional Kementrian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Kementerian Pertanian, Program dan Kegiatan
SKPD dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) dan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta,
untuk menghasilkan rumusan strategi, arah kebijakan dan program pembangunan yang
terarah, efektif, efisien dan terpadu yang dapat mendorong terwujudnya tujuan dan
sasaran pembangunan yang telah ditetapkan.
Selanjutnya Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Kehutanan dan Perkebunan Daerah
Istimewa Yogyakarta Tahun 2017-2022 dimaksudkan juga untuk menjadi acuan dan
pedoman dalam penyusunan Rencana Kerja SKPD dan pembangunan kehutanan dan
perkebunan di Daerah Istimewa Yogyakarta sampai dengan tahun 2022.
Tujuan penyusunan Rencana Strategis SKPD (RENSTRA SKPD) Dinas Kehutanan dan
Perkebunan Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2017-2018 adalah sebagai berikut :
RENSTRA 2017-2022
“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 1-4
1. Menjabarkan tujuan, sasaran dan agenda pembangunan dan program Dinas
Kehutanan dan Perkebunan Daerah Istimewa Yogyakarta ke dalam arah
kebijakan dan program pembangunan yang rinci, terarah, terukur dan dapat
dilaksanakan dari Tahun 2017 sampai dengan Tahun 2022 untuk mewujudkan
tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan daerah di bidang kehutanan dan
perkebunan di Daerah Istimewa Yogyakarta
2. Menyediakan satu acuan resmi bagi seluruh bagian unit kerja dilingkup Dinas
Kehutanan dan Perkebunan Daerah Istimewa Yogyakarta dalam menentukan
prioritas program dan kegiatan pembangunan di bidang Kehutanan dan
Perkebunan
3. Mendorong terwujudnya koordinasi, integrasi, sinergi dan sinkronisasi
pembangunan baik antar unit kerja dalam SKPD, antar SKPD, antara Pemerintah
Kabupaten, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat;
4. Menyediakan tolak ukur untuk mengukur kinerja dan evaluasi kinerja dilingkup
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Daerah Istimewa Yogyakarta;
5. Sebagai bahan acuan dalam penyusunan Rencana Kerja Tahunan Dinas Kehutanan
dan Perkebunan Daerah Istimewa Yogyakarta dalam kurun waktu tahun 2017
sampai dengan tahun 2022.
1.4 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam dokumen Rencana Strategis Dinas Kehutanan dan
Perkebunan DIY Tahun 2017-2022 adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
I.1 Latar Belakang
I.2 Landasan Hukum
I.3 Maksud dan Tujuan
I.4 Sistematika Penulisan
Bab II Gambaran Pelayanan Perangkat Daerah
II.1 Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi Perangkat Daerah
II.2 Sumber Daya Perangkat Daerah
II.3 Kinerja Pelayanan Perangkat Daerah
II.4 Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Perangkat Daerah
Bab III Isu-Isu Strategis Berdasarkan Tugas dan Fungsi
III.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Perangkat
Daerah
III.2 Telaahan Visi, Misi, dan Program Kepala daerah dan wakil kepala daerah
III.3 Telaahan Renstra K/L dan Renstra Kabupaten/Kota
III.4 Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis
III.5 Penentuan Isu-isu Strategis
Bab IV Tujuan dan Sasaran
IV.1 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Perangkat Daerah
Bab V Strategi dan Arah Kebijakan
RENSTRA 2017-2022
“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 1-5
Bab VI Rencana Program dan Kegiatan Serta Pendanaan
Bab VII Kinerja Penyelenggaraan Bidang Urusan
Bab VIII Penutup
RENSTRA 2017-2022
“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 2-1
BAB 2 GAMBARAN PELAYANAN PERANGKAT DAERAH
2.1 Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi Perangkat Daerah Berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 65 Tahun 2015 Tentang Rincian Tugas dan
Fungsi Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Daerah
Istimewa Yogyakarta mempunyai tugas “Melaksanakan urusan Pemerintahan Daerah di
Bidang Kehutanan dan Perkebunan serta kewenangan dekonsentrasi dan tugas
pembantuan yang diberikan oleh pemerintah”.
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY
mempunyai fungsi :
1. Penyusunan Program dan Pengendalian di Bidang Kehutanan dan Perkebunan.
2. Perumusan Kebijakan teknis di bidang Kehutanan dan Perkebunan.
3. Pelaksanaan Penataan dan Perlindungan Hutan.
4. Pelaksanaan Rehabilitasi dan Produksi hutan serta pemasarannya.
5. Pelaksanaan Pengembangan, Perlindungan, Pengolahan dan Pemasaran hasil
Perkebunan.
6. Pelaksanaan Koordinasi perijinan dibidang kehutanan dan Perkebunan.
7. Pelaksanaan Pelayanan umum sesuai dengan kewenangannya.
8. Penyelenggaraan kegiatan kehutanan dan Perkebunan Lintas Kabupaten/Kota.
9. Pemberian fasilitas penyelenggaraan bidang kehutanan dan Perkebunan
Kabupaten/Kota.
10. Pemberdayaan sumberdaya dan mitra kerja di bidang Kehutanan dan Perkebunan
Kabupaten/Kota.
11. Pelaksanaan kegiatan Ketatausahaan.
12. Pelaksanaan Tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan fungsi dan
tugasnya.
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Daerah Istimewa Yogyakarta dibentuk berdasarkan
Peraturan Daerah Istimewa Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 3 Tahun 2015 tentang
Kelembagaan Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta, yang merupakan unsur
pelaksana penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan susunan organisasi sebagai
berikut :
1. Kepala
2. Sekretariat
• Sub Bagian Umum
• Sub Bagian Keuangan
• Sub Bagian Program dan Informasi
RENSTRA 2017-2022
“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 2-2
3. Bidang Penataan dan Perlindungan Hutan
• Seksi Penataan Hutan
• Seksi Pengamanan Hutan
• Seksi Konservasi dan Perlindungan Hutan
4. Bidang Rehabilitasi dan Produksi Hutan
• Seksi Rehabilitasi dan Pembibitan Hutan
• Seksi Produksi dan Pemasaran Hasil hutan
• Seksi Penatausahaan Hasil Hutan
5. Bidang Pengembangan Tanaman Perkebunan
• Seksi Pengembangan Tanaman Tahunan
• Seksi Pengembangan Tanaman Semusim
• Seksi Perlindungan dan Perbenihan
6. Bidang Kelembagaan, Pengolahan dan Sarana Prasarana Perkebunan
• Seksi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan
• Seksi Penyuluhan dan Kelembagaan Perkebunan
• Seksi Sarana Prasarana Perkebunan
7. Kelompok Jabatan Fungsional
8. UPT
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Perangkat Daerah
RENSTRA 2017-2022
“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 2-3
Dalam melaksanakan pembangunan kehutanan dan perkebunan, juga dibentuk Unit
Pelaksana Teknis di lingkungan Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY dibentuk
berdasarkan Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor : 96 Tahun 2015
tentang Pembentukan, Susunan Organisasi, Uraian Tugas dan Fungsi serta Tatakerja Unit
Pelaksana Teknis pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan, yang meliputi :
1. Balai Pengembangan Perbenihan dan Percontohan Kehutanan dan Perkebunan
2. Balai Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Yogyakarta
3. Balai Sertifikasi, Pengawasan Mutu Benih dan Proteksi Tanaman Kehutanan dan
Perkebunan
4. Balai Pengelolaan Taman Hutan Raya Bunder
Pengelolaan kawasan hutan negara yang terdiri atas hutan produksi dan hutan lindung
secara teknis dilaksanakan oleh Balai Kesatuan Pengelolaan Hutan Yogyakarta yang dalam
pelaksanaannya dibentuk satuan pengelolaan dari yang terkecil berupa Petak/Blok Hutan,
Resort Pemangkuan Hutan (RPH) dan Bagian Daerah Hutan (BDH). Unit kesatuan
pengelolaan hutan tersebut terbagi menjadi 6 BDH yaitu BDH Playen, BDH Paliyan, BDH
Panggang, BDH Karangmojo, BDH Yogyakarta dan BDH Kulon Progo. Sedangkan
pengelolaan kawasan hutan konservasi Taman Hutan Raya (Tahura Bunder) dilaksanakan
oleh Balai Pengelolaan Tahura Bunder
2.2 Sumber Daya Perangkat Daerah Jumlah personil pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi D.I. Yogyakarta termasuk
4 UPTD sampai dengan posisi Desember 2017 sebanyak 354 orang. Sampai dengan akhir
Desember 2017, kondisi SDM Dinas maupun UPTD menurut kualifikasi pendidikan
seperti dan menurut golongan/pangkat seperti seperti yang disajikan pada tabel berikut :
Tabel 2.1. Kondisi kepegawaian Dinas dan UPTD Tahun 2017
Kualifikasi Golongan / Pangkat
Jumlah Personil (org) Jumlah Dinas BKPH BSPMBPTKP BP3KP Tahura
I a / Juru Muda - - - - - 1
I b / Juru Muda Tk. I - 1 - - - 6
I c / Juru - 8 - 1 - 3
I d / Juru Tk I - - - - - 13
II a / Pengatur Muda 1 18 - 2 1 14
II b / Pengatur Muda Tk.I - 1 1 - - 24
II c / Pengatur 4 40 1 9 6 46
II d / Pengatur Tk.I 1 6 - - - 8
III a / Penata Muda 12 9 1 2 - 26
III b / Penata Muda Tk.I 34 27 9 3 3 91
III c / Penata 34 11 3 2 1 32
III d / Penata Tk.I 45 14 10 3 4 44
IV a / Pembina 10 1 - 2 1 9
IV b / Pembina Tk.I 7 - - 1 - 4
IV c / Pembina Utama Muda 3 - - - - 1
IV d / Pembina Utama 1 - - - - 1
Total 152 136 25 25 16 327
RENSTRA 2017-2022
“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 2-4
Tabel 2.2. Klasifikasi pegawai menurut kualifikasi pendidikan Tahun 2017
Kualifikasi Pendidikan Jumlah Personil (org)
Jumlah Dinas BKPH BSPMBPTKP BP3KP Tahura
SD - 10 - - - 10
SLTP 1 23 1 1 2 28
SLTA 43 75 9 14 9 150
D III / D II 5 3 3 - - 11
S1/DIV 84 24 12 7 4 131
S2 19 1 - 3 1 24
Total 152 136 25 25 16 354
Secara umum kuantitas dan Kualitas SDM telah memenuhi kebutuhan walaupun pada
beberapa posisi jabatan memerlukan penataan ulang disesuaikan dengan kompetensi
SDM. Tenaga lapangan pada UPT Balai Kesatuan Pengelolaan Hutan Yogyakarta semakin
lama semakin berkurang karena batas usia pensiun sedangkan penambahan pegawai
dengan status PNS dibatasi. Kondisi tersebut memerlukan perhatin khusus untuk
kelancaran upaya pengelolaan hutan secara lestari.
Untuk mendukung pelaksanaan pembangunan kehutanan dan perkebunan di DIY Dinas
Kehutanan dan Perkebunan dilengkapi dengan berbagai Sarana dan Prasarana yang
terdiri dari Gedung Dinas Maupun UPTD yang tersebar di 5 Kabupaten/Kota, Pabrik
Minyak Kayu Putih, Kantor RPH, BDH, serta laboratorium, tanah, kebun, jalan hutan, alat-
alat besar, kendaraan Roda 2,4,6, alat-alat bengkel, alat-alat pertanian, alat-alat kantor dan
rumah tangga serta alat-alat studio dan komunikasi.
Secara umum kuantitas dan kondisi akan sarana dan prasarana telah memenuhi
kebutuhan walaupun masih ada beberapa sarpras yang memerlukan perawatan dan
perbaikan namun tidak terlalu mengganggu pelaksanaan pekerjaan secara signifikan.
2.3 Kinerja Pelayanan Perangkat Daerah Secara umum dalam pelaksanaan rencana strategis pada tahun 2012 – 2017 Dinas
Kehutanan dan Perkebunan secara umum telah mampu memenuhi target sasaran yang
ditetapkan, dimana rata-rata pencapaian target sasaran dapat dicapai dengan rasio
capaian lebih besar dari 100%. Walaupun demikian masih ada target sasaran yang tidak
mencapai 100%. Gambaran pencapaian kinerja SKPD pada pelaksanaan rencana strategis
dapat dilihat pada tabel berikut :
RENSTRA 2017-2022
“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 2-5
Tabel 2.3. Pencapaian Kinerja Pelayanan Perangkat Daerah Dinas Kehutanan dan Perkebunan Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta
No Indikator Kinerja Target
SPM
Target
IKK
Target
Indikator
Lainnya
Target Renstra SKPD Tahun Realisasi Capaian tahun Rasio Capaian pada Tahun
2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20)
1 Luas lahan kritis (Ha)
*
28.000 27.000 n/a n/a n/a 27.291 25.789 n/a n/a n/a 102,53 104,48 n/a n/a n/a
2 Persentase Jumlah
Industri Primer Hasil
Hutan Kayu yang
telah dibina (%)*
70 75 n/a n/a n/a 70 90 n/a n/a n/a 100 120 n/a n/a n/a
3 Persentase kerusakan
hutan (%)* 34,54 31,84 n/a n/a n/a 9,97 8,56 n/a n/a n/a 171,13 173,12 n/a n/a n/a
4 NTP sektor
perkebunan (%)** 124,23 125,86 128 116** n/a 127,75 141,28 139,75 124,08 n/a 102,83 112,25 109,2 106,97 n/a
5 Produksi Komoditas
perkebunan (ton)**
84.600 86.300 88.000 80.125** n/a 78.619 80.084 82.379 73.755 n/a 92,93 92,80 93,61 92,05 n/a
6 Peningkatan
produksi Hasil Hutan
(%)
3,52 4,70 5,59 6,48 n/a 4,53 5,51 5,29 6,08 n/a 128,69 117,23 94,63 93,83 n/a
7 Persentase Luas
Hutan (%)
27,34 27,5 27,63 27,77 n/a 29,45 29,73 29,9 30,45 n/a 107,72 108,11 108,4 109,65 n/a
8 Peningkatan
pemanfaatan
sumberdaya hutan
(%)***
n/a n/a n/a n/a 35,24 n/a n/a n/a n/a 36,09 n/a n/a n/a n/a 102,41
9 Peningkatan luas
hutan (%)***
n/a n/a n/a n/a 0,16 n/a n/a n/a n/a 0,53 n/a n/a n/a n/a 331,25
10 PDRB DIY sub sektor
perkebunan (juta
rupiah)***
n/a n/a n/a n/a 270.000 n/a n/a n/a n/a 210.219 n/a n/a n/a n/a 77,86
Keterangan : *) Indikator kinerja tidak lagi dimasukkan dalam perencanaan strategis sesuai perubahan (review) renstra pertama pada tahun 2014 **)
1. Penghitungan NTP pada tahun 2013 – 2014 menggunakan angka dasar tahun 2007, sedangkan untuk tahun 2016 dan 2017 menggunakan angka dasar tahun 2012 sehingga ada penyesuaian target kinerja untuk tahun 2016 dan 2017.
2. Target Produksi Perkebunan untuk tahun 2016 dan 2017 disesuaikan dengan kondisi riil di lapangan dimana produksi perkebunan mengalami tren menurun dari tahun ke tahun dan tindakan yanvg dilakukan untuk mengatasi hal tersebut masih belum mampu mengatasi tren penurunan tersebut dan hanya mampu menghambat laju penurunan produksi karena dipengaruhi faktor di luar kendali SKPD
***) Merupakan indikator kinerja baru yang ditetapkan pada perubahan(review) renstra ke dua pada tahun 2016
RENSTRA 2017-2022
“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 2-1
Rencana Strategis Dinas Kehutanan dan Perkebunan periode 2012-2017 mengalami dua
kali perubahan (review) mengikuti adanya perubahan arah kebijakan pada perubahan
(review) RPJMD DIY tahun 2012-2017. Review rencana strategis meliputi perumusan
kembali visi, misi, tujuan, sasaran, dan indikator sasaran strategis sehingga seperti yang
dapat dilihat pada tabel II.1, terdapat indikator kinerja yang tidak tersedia data target dan
capaian kinerja untuk tahun tertentu. Review pertama dilakukan pada tahun 2015 yang
meliputi penyederhanaan indikator kinerja strategis dinas mulai tahun 2015 dari semula
sejumlah 7 indikator menjadi 4 indikator sasaran strategis. Review kedua dilakukan pada
tahun 2016 dimana dilakukan perumusan kembali visi, misi, tujuan sasaran dan indikator
sasaran strategis untuk pelaksanaan tahun 2017 sebagai tahun akhir periode pelaksanaan
renstra 2012-2017. Indikator sasaran strategis sesuai dengan review ke dua merupakan
indikator baru khusus untuk pelaksanaan renstra pada tahun 2017.
Pada tabel II.1 dapat dilihat pencapaian kinerja pelayanan Dinas Kehutanan dan
Perkebunan DIY selama rentang waktu 2013-2017 dimana secara umum pencapaian
target sasaran strategis dapat dikatakan telah memenuhi target yang telah ditetapkan.
Dari 10 Indikator sasaran strategis yang ditetapkan hanya terdapat satu indikator yang
tidak mencapai target yang ditetapkan selama pelaksanaan renstra 2012-2017 yaitu
Produksi Komoditas Perkebunan dimana selama pelaksanaan renstra 2012-2017 hanya
memiliki rata-rata pencapaian kinerja sebesar 92,84%.
2.3.1. Luas Lahan Kritis
Lahan kritis menurut Departemen Kehutanan (2009) yaitu suatu lahan baik yang
berada di dalam maupun di luar kawasan hutan yang telah mengalami kerusakan,
sehingga kehilangan atau berkurang fungsinya sampai pada batas yang ditentukan
atau yang diharapkan. Adanya lahan kritis akan mempengaruhi keseimbangan
fungsi ekologi suatu kawasan seperti berkurangnya fungsi penyerapan air,
berkurangnya kesuburan tanah yang akan mengakibatkan terganggunya fungsi
ekonomi dan fungsi sosial suatu kawasan serta dapat menjadi ancaman bencana
seperti banjir dan tanah longsor. Oleh karena itu penanganan atau rehabilitasi lahan
kritis merupakan suatu hal yang penting dilaksanakan untuk menjaga kestabilan
fungsi ekologi, ekonomi dan fungsi sosial suatu kawasan baik hutan maupun non
hutan.
Pada tahun 2013 luas lahan kritis di DIY, baik di dalam maupun di luar kawasan
hutan tercatat sebesar 27.291,87 ha atau mencapai 8,56% dari luas DIY. Hal
tersebut menunjukkan hasil positif dimana luasan lahan kritis yang terealisasi lebih
kecil dibandingkan target sebesar 28.000 ha dengan persentase realisasi sebesar
102,59%.
Sedangkan pada 2014 luas lahan kritis tercatat sebesar 25.789,75 ha atau sebesar
8,72% dari luas wilayah DIY. Hal tersebut menunjukkan hasil positif dimana luasan
lahan kritis yang terealisasi lebih kecil dibandingkan target sebesar 27.000 ha
dengan persentase realisasi sebesar 104,48%. Mulai tahun 2015 indikator kinerja
ini tidak dimasukkan dalam indikator sasaran strategis dan dijadikan indikator
capaian program Rehabilitasi Hutan dan Lahan.
RENSTRA 2017-2022
“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 2-2
Gambar 2.2. Luas Lahan Kritis 2012 - 2014
Penurunan luas lahan kritis merupakan implikasi dari bertambahnya luas hutan di
DIY terutama bertambahnya luas hutan rakyat. Dengan demikian upaya-upaya
rehabilitasi lahan mampu memberikan hasil positif dalam menurunkan luasan
lahan kritis di DIY. Rehabilitasi lahan kritis tidak serta merta dapat dilihat hasil nya
pada tahun berjalan maupun tahun berikutnya, namun baru dapat dilihat hasilnya
setelah tahun ke 2 ( n+2 ) dari pelaksanaan penanaman karena keberhasilan
tumbuh tanaman yang ditanam diperoleh setelah dilakukan pemeliharaan sampai
dengan tahun ke dua.
Upaya rehabilitasi lahan dilakukan baik di dalam kawasan hutan maupun di luar
kawasan hutan. Upaya yang dilakukan di dalam kawasan hutan adalah dengan
penanaman pada kawasan hutan yang bertumbuhan kurang, kawasan hutan dengan
kriteria kritis dan pada tanah kosong atau kawasan hutan yang tidak terdapat
tanaman. Sedangkan upaya yang dilakukan dalam rangka menurunkan luas lahan
kritis di luar kawasan hutan adalah meningkatkan usaha penanaman hutan rakyat
serta peningkatan kesadaran dan peran serta masyarakat dalam upaya rehabilitasi
hutan dan lahan melaui sosialisasi, gerakan tanam dan pembinaan petani sekitar
hutan.
2.3.2. Persentase Jumlah Industri Primer Hasil Hutan yang Telah Dibina
Sampai dengan tahun 2014 terdapat 35 unit usaha atau industri primer hasil hutan
di DIY. Dari jumlah tersebut, 32 diantaranya masih aktif dan 3 lainnya tidak aktif.
Dari 32 industri primer hasil hutan (kapasitas 2.000 m3 s/d 6.000 m3) yang ada di
DIY, sampai dengan tahun 2014, 29 atau 90% diantaranya sudah dibina dan
didampingi serta memiliki Ijin Usaha Industri. Pembinaan dan pendampingan masih
terus dilakukan pada tiga unit industri lainnya agar segera memiliki izin usaha.
Data ini menunjukkan bahwa target kinerja untuk tahun 2014 telah dapat dipenuhi
dengan persentase realisasi sebesar 120%. Jumlah industri yang dibina pada 2013
sejumlah 19 perusahaan, sedangkan pada 2014 sejumlah 29 perusahaan. Dari segi
jumlah, terdapat kenaikan sebanyak 10 perusahaan atau meningkat sebesar
52,63%. Mulai tahun 2015 indikator kinerja ini sudah tidak lagi dijadikan indikator
sasaran strategis, sesuai dengan perubahan/review pertama atas Rencana Strategis
Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY Tahun 2012-2017.
33,088.34
27,291.87 25,789.75
Luas Lahan Kritis (ha)
2012 2013 2014
RENSTRA 2017-2022
“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 2-3
Gambar 2.3. Persentase Industri Primer Hasil Hutan yang telah dibina 2012 - 2014
Permasalahan yang dihadapi dalam upaya pengawasan dan pengendalian tata
usaha hasil hutan adalah masih kurangnya laporan pengangkutan kayu dari petugas
penerbit Surat Keterangan Asal Usul (SKAU)kayu sehingga menghambat
pengawasan peredaran kayu di DIY. Selain hal tersebut, lalu lintas kayu antar
daerah atau kayu yang keluar dari DIY atau masuk ke DIY kurang termonitor.
Kejelasan asal-usul kayu/bahan baku merupakan salah satu syarat utama dalam
penerbitan dan pengawasan industri primer hasil hutan. Untuk mengatasi hal
tersebut perlu dilakukan koordinasi lebih lanjut bersama petugas penerbit SKAU
dan dinas pengampu pengelolaan kehutanan disekitar DIY agar asal-usul dan lalu
lintas kayu dapat terdokumentasikan dengan baik.
II.3.3. Persentase Kerusakan Hutan
Persentase kerusakan hutan pada tahun 2014 tercatat sebesar 8,56% dari total luas
kawasan hutan, atau dari 18.715,06 ha terdapat 1.602 ha hutan yang mengalami
kerusakan. Dalam perencanaan strategis,kerusakan hutan pada tahun 2014
ditargetkan sebesar 31,84%, dengan demikian persentase realisasi target
kerusakan hutan mencapai 173,12% dari angka target kerusakan hutan yang telah
ditetapkan.
Gambar II.3. Kerusakan Hutan di DIY 2012 - 2014
6070
90
Persentase Industri Hasil Hutan yang telah dibina (%)
2012 2013 2014
37.24
9.97 8.56
Kerusakan Hutan (%)
2012 2013 2014
RENSTRA 2017-2022
“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 2-4
Kerusakan hutan pada tahun 2014sebagian besar diakibatkan karena adanya lahan
kritis di dalam kawasan hutan. Kondisi lahan kritis di dalam kawasan hutan
sebagian besar karena adanya tanah kosong dan petak bertumbuhan kurang.
Kerusakan akibat adanya lahan kritis tersebut tercatat sebesar 1.518,03 ha atau
94,73% dari total kerusakan hutan pada tahun 2014. Penyebab lain dari kerusakan
hutan adalah adanya gangguan keamanan hutan serta adanya bencana alam.
Kerusakan karena pencurian maupun becana mencapai angka 84,37 ha atau
sebesar 5,27% dari total kerusakan hutan pada tahun 2014.Pada 2014, kerusakan
hutan karena kebakaran mengalami peningkatan dari18,2 ha pada 2013 menjadi
83,76 ha pada 2014. Hal ini dipicu adanya anomali cuaca, yaitu terjadinya musim
kemarau yang lebih panjang pada 2014, yang berdampak pada semakin mudahnya
kebakaran lahan terjadi.
Tantangan utama dalam menjaga kelestarian sumberdaya alam hayati terutama
sumberdaya hutan adalah tingginya kebutuhan lahan oleh masyarakat sekitar hutan
yang memunculkan penyerobotan lahan hutan atau penggunaan kawasan hutan
untuk kepentingan lain serta kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar hutan yang
relatif rendah sehingga memunculkan gangguan hutan terutama pencurian kayu.
Tindakan yang perlu dilakukan adalah meningkatkan kesadaran masyarakat sekitar
hutan akan arti penting kelestarian hutan berkaitan dengan kelestarian sumberdaya
alam hayati dan ekosistemnya, serta meningkatkan upaya perlindungan kawasan
hutan dengan melibatkan masyarakat sekitar hutan.
II.3.4. Meningkatnya pemanfaatan potensi sumberdaya hutan
Pada tahun 2017 pemanfaatan sumberdaya hutan tercatat sebesar 36,09%.
Pencapaian tersebut melebihi target yang ditetapkan sebesar 35,24% atau dapat
direalisasikan sebesar 102,41%. Pemanfaatan sumberdaya hutan pada tahun 2017
berupa pemanfaatan hutan untuk produksi minyak kayu putih dan produksi kayu.
Dari luas total hutan sebesar 18.715 ha sebesar 6.753,76 Ha atau sebesar 36,09%
dimanfaatan secara optimal untuk produksi minyak kayu putih dan produksi kayu.
Pemanfaatan tersebut hanya dilakukan di area hutan produksi yang memang
diperuntukkan untuk produksi minyak kayu putih dan produksi kayu.
Pada tahun 2017 luas pemanfaatan hutan secara optimal untuk produksi minyak
kayu putih tercatat seluas 3.771,26 Ha dan untuk produksi kayu seluas 2.985,50 Ha.
Luas pemanfaatan optimal untuk produksi minyak kayu putih dihitung pada area
tanaman dengan kondisi normal dan bertumbuhan kurang. Sedangkan pada
produksi kayu luas pemanfaatan secara optimal dihitung pada kondisi tegakan
dengan tumbuhan normal.
Secara umum, pemanfaatan hutan untuk produksi minyak kayu putih dan produksi
kayu dapat dilakukan pada area seluas 10.117 Ha atau sebesar 54,06% dari luas
hutan keseluruhan dengan catatan kondisi tanaman seluruhnya pada kondisi
normal dan produktif. Namun pada kenyataannya keadaan tanaman dengan kondisi
normal hanya tercatat seluas 3.087,20 ha yang terdiri atas tegakan jati dan rimba
seluas 2.985,50 dan tegakan kayu putih seluas 104,70 Ha. Pada tegakan kayu putih
dengan kondisi bertumbuhan kurang juga dilakukan pungutan daun untuk produksi
RENSTRA 2017-2022
“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 2-5
minyak kayu putih seluas 3.666,56 Ha. Hal ini dilakukan untuk memenuhi target
produksi minyak kayu putih.
Tantangan besar dalam pencapaian sasaran strategis Meningkatnya pemanfaatan
potensi sumberdaya hutan adalah kondisi tegakan yang mayoritas berupa tegakan
bertumbuhan kurang sehingga pemanfaatan sumberdaya hutan dalam hal ini untuk
produksi kayu dan minyak kayu putih tidak bisa dilakukan secara optimal. Selain itu
masih terdapat kawasan hutan yang dimanfaatkan untuk kepentingan lain diluar
kepentingan kehutanan sehingga menghambat upaya pemanfaatan sumberdaya
hutan secara optimal.
II.3.5. Meningkatnya daya dukung hutan untuk keseimbangan lingkungan
Secara teoritis luasan hutan yang mampu memberikan daya dukung lingkungan
adalah sebesar 30% dari luas wilayah, dan hutan tersebut mampu berfungsi baik
secara ekologis, ekonomis maupun untuk sosial budaya masyarakat. Kondisi di DIY
sampai dengan tahun 2016, luasan hutan negara tercatat hanya sebesasr 5,87% dari
luas wilayah DIY atau sebesar 18.715,06 hektar. Untuk memenuhi 30% dari luas
wilayah DIY maka diupayakan adanya penambahan luasan dari hutan rakyat atau
hutan masyarakat diatas lahan hak milik.
Luas hutan di Daerah Istimewa Yogyakarta, pada tahun 2017 tercatat sebesar
97.534,22 hektar yang terdiri atas hutan negara seluas 19.133,95 Ha dan hutan
rakyat seluas 78.400,27 Ha. Luas hutan pada tahun 2017 meningkat sebesar 0,53%
dibandingkan dengan luas hutan pada tahun 2016 yang tercatat seluas 97.018,26
Ha. Target yang ditetapkan untuk sasaran ini sebesar 0,16%, dengan demikian
capaian realisasi kinerja untuk sasaran ini mencapai 331,25%.
Pada tahun 2016 luas hutan negara sebesar 18.715 Ha dan pada tahun 2017
menjadi sebesar 19.133,95 Ha atau meningkat sebesar 2,24%. Peningkatan luas
hutan negara pada tahun 2017 dikarenakan adanya perubahan luas kawasn hutan
pada kawasan Taman Nasional Gunung Merapi setelah dilakukan pengukuran ulang
oleh Balai Pengukuhan Kawasan Hutan Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan. Luas hutan rakyat pada tahun 2017 tercatat seluas 78.400,27 Ha atau
meningkat sebesar 0,12% dari tahun 2016 seluas 78.303,20 Ha. Sebaran hutan di
DIY pada tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2-4 Sebaran Hutan di DIY Tahun 2017
Kabupaten Hutan Negara
(Ha) Hutan Rakyat
(Ha) Total Hutan
(Ha) Persentase
Gunungkidul 15,001.15 44,110.87 59,112.02 60.61
Bantul 1,035.18 8,595.50 9,630.68 9.87
Sleman 2,051.13 4,898.30 6,949.43 7.13
KulonProgo 1,046.49 20,795.60 21,842.09 22.39
Hutan di DIY 19,133.95 78,400.27 97,534.22 100.00
Sumber : Dishutbun DIY 2017
RENSTRA 2017-2022
“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 2-6
Hutan rakyat sebagaimana layaknya hutan hak yang dimiliki oleh masyarakat maka
pengelolaannya sepenuhnya berada di tangan pemilik. Hal ini berarti bahwa
pemilik/ masyarakat berhak sepenuhnya untuk mengambil tindakan terhadap
hutan itu, dalam artian apabila diperlukan maka hutan rakyat bisa
dipanen/ditebang atau fungsi lahannya dialihkan untuk keperluan lain. Kondisi
inilah yang menyebabkan luasan hutan rakyat relatif kurang stabil apabila
dibandingkan dengan luasan hutan negara. Diperlukan usaha-usaha untuk menjaga
kestabilan luasnya agar luas hutan di DIY dapat terjaga pada angka yang stabil
bahkan meningkat. Salah satu alternatif cara pengelolaannya adalah dengan
pengaturan daur tanam selain pola pengelolaan terpadu antara tanaman kehutanan
dan tanaman lain yang bernilai ekonomis sehingga keberadaan hutan rakyat bisa
dipertahankan.
Hutan negara bisa dikatakan lebih stabil luasannya karena tidak mengalami
perubahan. Walaupun begitu, diperlukan upaya peningkatan pengelolaan hutan
agar fungsi hutan baik secara ekonomi, sosial dan ekologis dapat berjalan. Hak dan
wewenang yang dimiliki Dinas Kehutanan dan Perkebunan dalam pengelolaan di
hutan negara tentunya merupakan kekuatan utama untuk menjadikan hutan negara
sebagai kawasan hutan utama yang mampu berfungsi baik secara sosial, ekonomi
maupun ekologis.
II.3.6. Terwujudnya agribisnis perkebunan yang produktif, bernilai tambah, dan
berdaya saing
Terwujudnya agribisnis perkebunan yang produktif, bernilai tambah, dan berdaya
saing merupakan sasaran yang ditetapkan untuk mencapai tujuan strategis Nilai
Tambah dan Daya Saing Produk Perkebunan. Sasaran tersebut tercermin pada nilai
Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) subsektor perkebunan dimana angka
PDRB mampu menggambarkan keberhasilan pembangunan ekonomi di sektor
perkebunan.
Pada tahun 2017 angka nilai PDRB DIY pada Subsektor Perkebunan mencapai
210.219 juta rupiah, lebih rendah dari target yang telah ditetapkan sebesar 270.000
juta rupiah dengan capaian realisasi sebesar 77,86%. Walaupun capaian kinerja di
tahun 2017 tidak mencapai 100% namun bila dibandingkan dengan tahun 2016,
nilai PDRB DIY Subsektor perkebunan mengalami peningkatan dari 201.486 juta
rupiah menjadi 210.219 juta rupiah atau meningkat sebesar 4,33%.
Tabel 2-5 PDRB DIY Subsektor Perkebunan (ADHK) Tahun 2016 dan 2017
2016 2017*) Pertumbuhan
(%) Nilai (juta Rp)
Kontribusi (%)
Nilai (juta Rp)
Kontribusi (%)
Semusim 38.481 0,04 47.160 0,04 4,58
Tahunan 163.005 0,19 190.176 0,18 4,28
Total Perkebunan 201.486 0,23 210.219 0,23 4,33
PDRB DIY 87.687.926 92.300.660 5.26 *) Angka Sementara
RENSTRA 2017-2022
“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 2-7
Pertumbuhan di subsektor perkebunan dari 2016 ke 2017 tercatat sebesar 4,33%
yang menandakan keberhasilan pembangunan ekonomi di bidang perkebunan pada
tahun 2017. Dilihat dari sisi struktur ekonomi, subsektor pekebunan menyumbang
kontribusi sebesar 0,23% terhadap nilai PDRB DIY di tahun 2017, relatif tetap
dibandingkan tahun 2016 dimana kontribusi subsektor perkebunan terhadap PDRB
DIY juga tercatat sebesar 0,23%. Dalam hal ini sub sektor pekebunan mampu
mengikuti pertumbuhan ekonomi DIY secara stabil, dibuktikan dengan relatif
stabilnya pertumbuhan ekonomi di subsektor perkebunan.
Pada tahun 2016 perkebunan tanaman semusim berkontribusi sebesar 0,04%
terhadap angka PDRB DIY dengan angka rupiah sebesar 38.481 juta rupiah
sedangkan perkebunan tanaman tahunan memiliki kontribusi sebesar 0,19%
dengan nilai rupiah sebesar 163.005 juta rupiah. Pada tahun 2017 perkebunan
tanaman semusim berkontribusi sebesar 0,04% terhadap angka PDRB DIY dengan
angka rupiah sebesar 40.244 juta rupiah sedangkan perkebunan tanaman tahunan
memiliki kontribusi sebesar 0,18% dengan nilai rupiah sebesar 169.975 juta rupiah.
Dari keterangan diatas dapat dilihat bahwa perkebunan tanaman Tahunan baik
pada tahun 2016 maupun 2017 memberikan kontribusi lebih tinggi dibandingkan
dengan perkebunan tanaman semusim. Namun apabila dilihat dari sisi
pertumbuhan ekonominya, perkebunan tanaman semusim pada tahun 2017
memiliki pertumbuhan lebih tinggi dibanding perkebunan tanaman tahunan
dimana pertumbuhan di perkebunan tanaman semusim mencapai 22,55%
sedangkan pertumbuhan pada perkebunan tanaman tahunan tercatat sebesar
16,67%.
Pengelolaan tanaman perkebunan diarahkan untuk mampu menjawab tantangan
berupa upaya meningkatkan kontribusinya dalam nilai PDRB DIY dengan
pertumbuhan yang stabil dan seimbang antara tanaman semusim dan tahunan.
Tantangan utama dalam upaya pembangunan perkebunan adalah peningkatan
produksi komoditas perkebunan yang trennya semakin menurun. Salah satu upaya
yang dapat dilakukan untuk menghadapi tantangan tersebut adalah dengan
meningkatkan produksi tanaman terutama pada jenis jenis dengan nilai ekonomis
tinggi sehingga mampu mendorong peningkatan perolehan pendapatan pada
pengusahaan tanaman perkebunan. Pengelolaan tanaman perkebunan dalam
rangka meningkatan produksi diupayakan dengan pemilihan penggunaan varietas
unggul, pola pengelolaan tanaman yang baik (GAP) dan pengendalian hama serta
dukungan sarana dan prasarana yang memadai. Selain hal tersebut perlu pula
adanya upaya untuk mengatasi anomali iklim yang menjadi faktor penghambat yang
mempengaruhi jumlah produksi tanaman perkebunan. Hal lain yang menjadi
tantangan adalah besarnya alih fungsi lahan perkebunan menjadi lahan dengan
peruntukan lain yang berakibat pada penurunan luas tanaman perkebunan.
RENSTRA 2017-2022
“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 2-8
Tabel 2-6 Anggaran dan Realisasi Pendanaan Pelayanan Perangkat Daerah Dinas Kehutanan dan Perkebunan Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta
Uraian Anggaran (juta) pada Tahun ke- Realisasi Anggaran (juta) pada Tahun ke-
Rasio antara Realisasi dan Anggaran Tahun ke-
Rata-rata Pertumbuhan
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 Anggaran Realisasi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18)
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 1,431 1,613 1,870 2,263 2,861 1,323 1,465 1,727 1,908 2,448 92.43 90.78 92.34 84.29 85.57 19.01 -1.82
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur 6,730 4,880 4,598 9,942 4,721 6,358 4,629 4,401 9,620 4,273 94.48 94.86 95.72 96.76 90.50 7.61 -1.02
Program Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Aparatur 14 17 15 10 48 11 17 15 10 48 78.41 99.83 99.07 100 99.72 84.12 6.80
Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan
237 294 281 375 337 227 291 278 341 334 96.00 98.88 99.19 90.94 99.02 10.78 0.97
Program Pengembangan Agribisnis Perkebunan 1,805 1,134 507 622 2,166 1,682 1,044 465 521 2,047 93.15 92.04 91.76 83.80 94.48 44.65 0.64
Peningkatan Produksi Perkebunan - 1,315 1,349 1,617 - - 1,220 1,318 1,493 - - 92.77 97.74 92.30 - -19.39 -0.05
Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan 4,107 4,471 4,800 4,711 - 3,765 4,140 4,317 3,555 - 91.67 92.60 89.95 75.45 - -21.41 -4.49
Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan
7,645 7,087 4,758 2,423 1,020 6,399 6,535 4,311 2,068 993 83.70 92.20 90.61 85.34 97.33 -36.78 4.17
Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan 872 1,992 1,909 2,014 3,045 819 1,798 1,823 1,916 2,928 93.97 90.26 95.52 95.14 96.15 45.26 0.64
Program Pembinaan dan Penertiban Industri Hasil Hutan 95 120 170 106 - 93 114 159 86 - 98.29 95.11 93.36 81.56 - -17.26 -4.43
Program Penataan Kawasan Hutan - 1,283 1,703 1,493 - - 1,177 1,558 1,377 - - 91.75 91.47 92.17 - -19.88 0.11
Program Optimalisasi Pemanfaatan Potensi Sumberdaya Hutan - - - - 6,673 - - - - 6,089 - - - - 91.25 - -
JUMLAH 22,936 24,206 21,959 25,577 20,871 20,677 22,428 20,373 22,894 19,159 90.15 92.66 92.78 89.51 91.80 -1.42 2.55
RENSTRA 2017-2022
“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 2-9
Secara umum realisasi anggaran pada pelaksanaan renstra periode 2012 – 2017 dapat
dikatakan baik, dimana rerata penyerapan dalam kurun waktu lima tahun mencapai
91,33%. Realisasi anggaran tertinggi terjadi pada tahun ke-3 pelaksanaan renstra (2015)
dimana realisasi anggaran mencapai 92,78%. Sedangkan realisasi anggaran terendah
terjadi pada tahun ke-4 pelaksanaan renstra (2016) dimana realisasi anggaran hanya
mencapai 89,51%. Pada tahun 2016 dari pelaksanaan 11 program, anggaran pada 5
program hanya dapat direalisasikan dibawah 90%. Kondisi ini terjadi karena pada tahun
2016 terdapat mekanisme self-blocking pada pelaksanaan anggaran untuk meningkatkan
efisiensi. Selain hal tersebut banyak terdapat penghematan (efisiensi dan rasionalisasi)
anggaran yang dibelanjakan seperti rasionalisasi pada perjalanan dinas, orientasi
lapangan, dan efisiensi/sisa pengadaan barang dan jasa.
Pengelolaan anggaran pada pelaksanaan renstra periode 2012 – 2017 didukung oleh
ketersediaan SDM pengelola yang memadai, aturan-aturan yang menunjang kelancaran
realisasi anggaran, dan perencanaan dan pelaksanaan program kegiatan yang baik.
Tantangan utama dalam pengelolaan anggaran adalah sinkronisasi antara perencanaan
dan pelaksanaan dimana perencanaan yang baik tanpa didukung pelaksanaan yang baik
tidak akan mewujudkan realisasi anggaran yang tinggi. Selain itu perencanaan kebutuhan
anggaran memerlukan ketelitian dan ketepatan dalam upaya mencapai keluaran dan hasil
yang diharapkan dapat berbanding lurus dengan efektifitas penggunaan anggaran. Dinas
Kehutanan dan Perkebunan DIY selalu berupaya agar perencanaan anggaran untuk
pelaksanaan program pembangunan kehutanan dan perkebunan mampu memberikan
hasil maksimal dalam sisi efektifitas, efisiensi dan pertanggungjawaban penggunaan
anggaran. Hal ini kemudian didukung pula dengan proses evaluasi dan monitoring
pelaksanaan anggaran agar mampu memberikan gambaran mengenai kesesuaian proses
penggunaan anggaran dengan perencanaan anggaran.
Dalam pelaksanaan renstra periode 2012 – 2017, rerata pertumbuhan anggaran berada
pada angka negatif dimana dapat diartikan bahwa anggaran untuk pelaksanaan renstra
periode 2012 – 2017 cenderung menurun. Secara riil, pendanaan untuk pembangunan
bidang kehutanan dan perkebunan telah mencukupi walaupun pada beberapa poin masih
memerlukan adanya tambahan pembiayaan seperti pada kegiatan terkait pengutuhan tata
batas dan penanganan konflik tenurial, kegiatan pengamanan hutan, dan perlindungan
hutan. Rerata pertumbuhan realisasi selama periode 2012 – 2017 mampu memberikan
angka positif sebesar 2,55% dimana dapat diartikan bahwa realisasi anggaran mengalami
perbaikan atau meningkat realisasinya.
RENSTRA 2017-2022
“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 2-10
2.4 Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan
Perangkat Daerah
Tantangan dalam pembangunan kehutanan di D.I Yogyakarta adalah masih kurangnya
persentase luas hutan dibandingkan dengan luas wilayah dimana saat ini luas hutan di D.I
Yogyakarta masih sebesar 29,94%, lebih kecil dari persyaratan minimal sebesar 30%. Dari
kondisi tersebut perlu adanya upaya untuk meningkatkan pengusahaan hutan rakyat
untuk mencapai persyaratan persentase luas hutan minimal sebesar 30% karena
penambahan luas hutan negara memiliki peluang yang sangat kecil.
Potensi sumberdaya hutan kayu dan bukan kayu masih belum sepenuhnya dikelola secara
optimal dimana masih banyaknya tanaman kehutanan yang didominasi tanaman muda
dengan jumlah batang per hektar masih belum mencukupi jumlah normal/optimal, usia
tanaman pinus dan kayu putih yang sudah tua serta sarana prasarana penunjang produksi
yang kurang mendukung operasional. Kondisi tersebut berpengaruh pada produksi hasil
hutan yang kurang maksimal.
Sampai saat ini masih ada lahan marginal dalam kondisi kritis yang belum tertangani.
Kondisi tersebut dijumpai pada lahan dengan kualitas tanah yang minimal sehingga hanya
dapat ditumbuhi oleh tanaman dengan jenis tertentu. Tantangan terbesar dalam upaya
rehabilitasi lahan kritis di DIY adalah banyaknya lahan marginal atau lahan dengan tingkat
kesuburan yang rendah berupa karst dengan lapisan tanah (solum) yang dangkal. Selain
itu kondisi lapisan tanah yang dangkal dan berada pada kelerengan rawan terhadap
kerusakan berupa longsor lahan dan tergerus erosi. Untuk mencagah kerusakan lahan
akibat bencana atau erosi dapat diupayakan tindakan teknis pengelolaan lahan berupa
pembuatan teras atau penanaman sejajar kontur untuk menghindari hilangnya tanah
karena aliran air terutama air hujan. Selain penanaman vegetasi, pada lahan kritis di luar
kawasan hutan perlu diupayakan modifikasi minor berupa bangunan sipil teknis untuk
mengurangi resiko terjadinya erosi yang dapat mengakibatkan bencana longsor serta
mengurangi resiko terjadinya banjir.
Tantangan utama dalam menjaga kelestarian sumberdaya alam hayati terutama
sumberdaya hutan adalah tingginya kebutuhan lahan oleh masyarakat sekitar hutan yang
memunculkan penyerobotan lahan hutan atau penggunaan kawasan hutan untuk
kepentingan lain serta kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar hutan yang relatif
rendah sehingga memunculkan gangguan hutan disamping faktor kebakaran hutan dan
pencurian kayu yang juga merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan hutan.
Pada sektor perkebunan tantangan terbesar adalah kepemilikan lahan petani yang rendah
sehingga menyebabkan terbatasnya pemanfaatan lahan untuk pengembangan
perkebunan. Selain itu pola pengelolaan kebun yang masih bersifat konvensional
menyebabkan produksi komoditas perkebunan masih rendah. Selain itu penanganan dari
panen,pasca panen, pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan masih belum mampu
memberikan nilai tambah bagi produk-produk perkebunan. Pada sisi kelembagaan,
lembaga petani masih belum solid dan eksistensi kelompok yang sudah terbentuuk masih
kurang dapat berjalan.
RENSTRA 2017-2022
“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 2-11
Peluang dalam pembangunan kehutanan dan perkebunan di D.I Yogyakarta masih terbuka
lebar untuk mewujudkan kehutanan dan perkebunan yang bermanfaat secara
berkelanjutan. Sumberdaya hutan sampai saat ini masih belum sepenuhnya dimanfaatkan
secara optimal. Potensi sumberdaya hutan yang tersedia memberikan peluang besar bagi
pemanfaatannya yang apabila dikelola dengan baik akan memberikan hasil yang
bermanfaat bagi masyarakat khususnya di D.I Yogyakarta. Pengembangan pemanfaatan
hutan untuk pariwisata merupakan sebuah peluang yang akan membuka lapangan
pekerjaan bagi masyarakat sekitar hutan dan memberikan peluang keterlibatan
masyarakat sehingga mampu memberikan peningkatan penghasilan. Selain hal tersebut
dukungan hutan dalam menjaga keseimbangan ekosistem memberikan posisi tawar yang
tinggi sehingga menjadi sebuah prioritas dalam pembangunan daerah.
Pengembangan agribisnis perkebunan merupakan sebuah peluang untuk meningkatkan
pendapatan masyarakat petani kebun dengan tersedianya komoditas unggulan daerah
yang ditunjang dengan terbukanya pangsa pasar yang luas. Komoditas unggulan kakao
merupakan sebuah modal yang harus dikembangkan lebih lanjut dan diikuti
pengembangan komoditas-komoditas lainnya seperti mete, tembakau, kopi turgo, kelapa
bojong.
Adanya tantangan dan peluang tersebut memerlukan tindak lanjut agar pembangunan
kehutanan dan perkebunan di D.I Yogyakarta dapat berjalan dan memberikan manfaat
optimal. Dari lingkup internal, pemberdayaan sumberdaya manusia terutama personel
pengamanan hutan perlu ditingkatkan dan perlu adanya upaya-upaya tindakan
pengamanan lebih lanjut untuk mengatasi ancaman gangguan hutan. Sarana prasarana
yang dimiliki digunakan secara optimal untuk memanfaatkan dan mengembangkan
pemanfaatan potensi sumberdaya hutan dan kebun. Secara garis besar pembangunan
kehutanan dan perkebunan di D.I Yogyakarta diarahkan untuk memanfaatkan peluang-
peluang yang ada dan mengatasi tantangan dengan sumberdaya yang dimiliki.
Penanganan lahan kritis dan pengkayaan tanaman merupakan prioritas yang harus
dilaksanakan agar potensi sumberdaya hutan dapat dimanfaatkan secara optimal. Selain
menjadi ancaman, masyarakat sekitar hutan bisa menjadi peluang yang besar dalam
pembangunan kehutanan dengan pelibatan dan peran serta masyarakat dalam
pengelolaan hutan sehingga masyarakat ikut mempunyai rasa memiliki kepentingan
terhadap hutan. Dengan adanya rasa ikut memiliki masyarakat akan ikut menjaga dan
melestarikan hutan demi kepentingan masyarakat itu sendiri. Selain pengoptimalan
pemanfaatan potensi sumberdaya hutan yang sudah ada perlu adanya upaya pemanfaatan
peluang yang dapat dikembangkan lebih lanjut seperti pemanfaatan hutan untuk hasil non
kayu dan jasa lingkungan agar hutan mampu memberikan nilai lebih dan mampu
meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar hutan.
Dari sektor perkebunan,pengembangan agribisnis perkebunan dilaksanakan dari
budidaya tanaman, penanganan pascapanen, pengolahan dan pemasaran agar keunggulan
komoditas yang dimiliki mampu memberikan nilai tambah dan daya saing bagi produk
perkebunan D.I Yogyakarta. Selain itu kelembagaan petani perlu ditumbuhkan dan
dikembangkan lebih lanjut agar mampu memberikan dukungan dalam pengembangan
agribisnis perkebunan.
RENSTRA 2017-2022
“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 2-12
Pengembangan sentra kawasan perkebunan dengan basis komoditas tertentu merupakan
peluang besar dimana pengusahaan perkebunan pada suatu kawasan difokuskan pada
ssalah satu komoditas unggulan mulai dari proses on-farm sampai dengan off-farm. Proses
on-farm yang dilakukan meliputi intensifikasi lahan, pengkayaan dan rehabilitasi tanaman
dan pengendalian hama pengganggu serta kegiatan lain yang ditujukan untuk
meningkatakan produktivitas dan produksi tanaman perkebunan. Sedangkan proses off-
farm yang dilakukan ditujukan untuk meningkatkan kualitas hasil pasca pemanenan baik
untuk produk intermediet maupun produk olahan jadi sehingga memiliki daya saing di
pasaran disertai dengan pengingkatan kualitas dan kapasitas petani melalui
pemberdayaan kelompok dan pendampingan lembaga petani.
Branding hasil komoditas perkebunan unggulan merupakan peluang besar dimana DIY
memiliki produk komoditas perkebunan unggul yang memiliki nilai jual menjanjikan.
Pengembangan komoditas unggulan yang diikuti dengan branding akan meningkatkan
daya saing dan nilai jual produk tersebut. Komoditas unggulan yang dimiliki oleh DIY
sampai dengan saat ini diantaranya adalah kelapa bojong bulat, mete meteor, kopi merapi,
teh menoreh dan beberapa produk unggulan lainnya.
RENSTRA 2017-2022
“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 3-1
BAB 3 PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS PERANGKAT DAERAH
3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi
Pelayanan Perangkat Daerah Pembangunan kehutanan tetap memprioritaskan peningkatan fungsi hutan melalui
penambahan luas hutan rakyat dan peningkatan kualitas hutan, baik hutan negara
maupun hutan rakyat. Sesuai fungsi hutan, baik secara langsung maupun tidak langsung
hutan berperan sebagai penyangga kehidupan bagi masyarakat, ditinjau dari aspek sosial
memberikan dukungan perilaku sosial masyarakat, ditinjau dari aspek ekonomi
memberikan nilai tambah/pendapatan masyarakat dan dari aspek ekologis bermanfaat
sebagai pengendali ekosistem wilayah. Oleh sebab itu, pelestarian dan pengembangan
kawasan hutan terus diupayakan peningkatannya sehingga fungsi sosial, ekonomi dan
ekologis hutan dapat berperan secara optimal, dengan cara pengembangan luas hutan
rakyat terus dilakukan sehingga dapat mendukung keberadaan fungsi hutan dengan luas
minimal 30 %.
Dari sisi pembangunan ekonomi, sektor kehutanan diharapkan dapat memberikan
kontribusi dalam penyediaan lapangan kerja, kesempatan berusaha, pendapatan negara,
dan perolehan devisa secara nyata. Dari sisi pembangunan lingkungan, sektor kehutanan
baik langsung maupun tidak langsung, dituntut dapat memberikan dukungan untuk
terselenggaranya pembangunan sektor lain secara berkelanjutan melalui penyediaan
produk dan jasa ekologi termasuk di dalamnya stabilitas tata lingkungan, perlindungan
keanekaragaman hayati, pelestarian dan pemanfaatan plasma nutfah dan pengaturan tata
air dan udara. Dalam konteks sisi pembangunan lingkungan ini, peran kehutanan sangat
nyata dalam lingkup regional/lokal, nasional dan global terkait dengan mitigasi dan
adaptasi perubahan iklim.
Agribisnis perkebunan yang berdaya saing dan berkelanjutan, akan dapat diwujudkan
apabila tercapai peningkatan produksi, produktifitas dan mutu produk yang dihasilkan,
pengolahan dan pemasaran hasil yang memadai serta tingkat efisiensi usahatani dapat
tercapai. Penerapan agribisnis ini dapat diciptakan apabila kegiatan yang dilaksanakan
oleh petani dapat memenuhi tingkat intensifikasi usaha tani yang lebih produktif,
memanfaatkan teknologi tepat guna serta tingkat kemampuan petani dan kelembagaan
petaninya di dalam mengakses pemenuhan kebutuhan agribisnis juga memadai. Di sisi
lain efisiensi usahatani akan dapat tercapai apabila produksi yang tinggi tersebut dapat
diimbangi dengan biaya produksi yang sekecil mungkin dengan peluang pasar yang baik
serta dicapai tingkatan dengan harga yang wajar. Prioritasnya di D.I.Yogyakarta dengan
berbagai keterbatasan terkait potensi sumberdaya alam, maka langkah strategis yang
harus diupayakan adalah mendorong tercapainya peningkatan produktifitas dan mutu
produk yang memadai sehingga daya saing produk memenuhi permintaan pasar.
RENSTRA 2017-2022
“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 3-2
Permasalahan dan hambatan yang dihadapi dalam melaksanakan pembangunan
kehutanan dan perkebunan, antara lain :
1. Perlindungan dan pengamanan hutan belum optimal
2. Perbaikan ekosistem melalui upaya konservasi, rehabilitasi, dan pengkayaan
sumberdaya hutan dalam pemenuhan keseimbangan lingkungan masih perlu
ditingkatkan
3. Pemanfaatan fungsi hutan untuk pemberdayaan ekonomi, sosial, budaya, pariwisata,
dan pendidikan belum optimal.
4. Pengembangan potensi hutan rakyat masih belum optimal
5. Produksi , produktivitas dan mutu produk perkebunan dalam berkontribusi
pencapaian swasembada nasional belum mengalami peningkatan yang signifikan.
6. Rendahnya nilai tambah dan daya saing pengolahan hasil perkebunan.
3.2 Telaah Visi, Misi, dan Program Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah Terpilih Visi adalah suatu kondisi ideal yang diharapkan terwujud di masa mendatang. Visi
pembangunan untuk periode 2017-2022 sesungguhnya merupakan bagian dari kerangka
pembangunan jangka panjang dan kelanjutan dari pembangunan lima tahun sebelumnya
yang meletakan konsep “Renaisans Yogyakarta” sebagai paradigma pembangunan.
Konsep “Renaisans Yogyakarta” merupakan sintesa dari trilogi filosofi Keistimewaan
Yogyakarta (Hamemayu Hayuning Bawana, Sangkan Paraning Dumadi, dan Manunggaling
Kawula Gusti), ideologi Negara Kesatuan Republik Indonesia: Pancasila, dan etos aseli
(Golong-Gilig, Sawiji, Greget, Sengguh, Ora Mingkuh) dalam melahirkan kembali masa
keemasan budaya klasik Yogyakarta. “Renaisans Yogyakarta” diwujudkan dengan
semangat kolektif Jogja Gumregah untuk bergerak bersama membawa kebudayaan
Yogyakarta ke tingkat yang lebih unggul. Semangat Jogja Gumregah tersebut dapat
menjadi wahana penggerak masyarakat menuju ke peningkatan dimensi nilai,
pencarian nilai-nilai kebenaran, dimensi ekonomi terkait nilai kegunaan, dimensi estetis
pada keindahan, dimensi sosial pada nilai "trust", dimensi politik pada nilai kuasa,
dimensi keagamaan, dan nilai ketuhanan yang berkebudayaan. Dalam lima tahun ke
depan, spirit dari konsep "Renaisans Yogyakarta" secara konsisten tetap akan dipelihara,
namun substansi dan penekanananya akan disesuaikan dengan perkembangan jaman dan
prediksi atas kondisi-kondisi yang sekiranya akan terjadi dalam kurun lima tahun ke
depan. Visi Gubernur DIY pada periode 2017-2022 mengambil Tema :
“Menyongsong Abad Samudera Hindia untuk Kemuliaan Martabat Manusia Jogja”.
Abad Samudera Hindia ialah momentum yang perlu dimanfaatkan segenap pemangku
kepentingan DIY untuk memanfaatkan potensi kelautan di sisi selatan DIY sebagai upaya
untuk meningkatkan kesejahteraan warga serta mengurangi angka kemiskinan.
Menyongsong Abad Samudera Hindia yang dimaksud dalam tema visi dilandasi pada
aspek kesejahteraan, fenomena-fenomena Indian Ocean Rim Association (IORA), Kra-
Canal/ Thai Canal Project serta Kemiskinan di Kawasan Jogja Selatan.
Harapan akan potensi dan tantangan masa depan dari Abad Samudra Hindia tentunya
berada di Selatan DIY. Kabupaten-kabupaten yang berada di selatan DIY memiliki
kesenjangan relatif tinggi dibanding wilayah utara dengan melihat dari angka kemiskinan.
RENSTRA 2017-2022
“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 3-3
Angka kemiskinan menunjukkan Kabupaten di Selatan DIY memiliki angka kemiskinan
Gunungkidul (20,83 %), Kulon Progo(20,64 %) dan Bantul (15,89 %) yang relatif tinggi
dibanding wilayah utara seperti Sleman (9,50 %) dan Yogyakarta (8,67 %). Secara umum
angka kemiskinan DIY 13,02% (Maret 2017) lebih tinggi dari Nasional (10,96%) atau
sekitar 488 ribu jiwa (BPS DIY, 2017). Sebagian besar penduduk miskin berada di wilayah
perdesaan (16.11 %) daripada jumlah warga miskin di wilayah perkotaan (11.72 %).
Sebagian besar Warga miskin di wilayah perdesaan masih terjerat pada persoalan
penyediaan pangan berupa pengeluaran untuk pembelian beras (sebesar 33,08 %),
sedangkan di wilayah perkotaan hanya menunjukkan angka sebesar 27,31 %. Selanjutnya
dapat digambarkan kesenjangan antar kelompok pendapatan (Index Gini) di DIY tertinggi
di Indonesia (0,432; tahun 2016), dimana kesenjangan di perkotaan lebih tinggi (0,435)
dibanding perdesaan (0,340).
Fenomena kemiskinan dan kesenjangan di Kawasan Selatan DIY ini memberikan latar
belakang penting lima tahun ke depan untuk memberikan fokus dan perhatian terhadap
pembangunan Wilayah Bagian Selatan Yogyakarta. Hal ini selaras dengan Tema Visi untuk
menyongsong "Abad Samudera Hindia" juga untuk meningkatkan "Harkat dan Martabat
Warga Miskin di Wilayah Bagian Selatan Yogyakarta khususnya, dan di seluruh Wilayah
Yogyakarta pada umumnya". Dengan demikian, potensi Kawasan Selatan Yogyakarta perlu
dioptimalkan untuk meningkatkan kesejahteraan warganya, agar lebih memiliki harkat
dan martabat mulia.
Kemuliaan martabat manusia Jogja dalam visi Gubernur DIY digambarkan dalam “Lima
Kemuliaan” atau “Panca Mulia” yakni:
1. terwujudnya peningkatan kualitas hidup-kehidupan-penghidupan masyarakat yang
berkeadilan dan berkeadaban, melalui peningkatan kemampuan dan peningkatan
ketrampilan sumberdaya manusia Jogja yang berdaya saing,
2. terwujudnya peningkatan kualitas dan keragaman kegiatan perekonomian
masyarakat, serta penguatan ekonomi yang berbasis pada sumberdaya lokal
(keunikan teritori ekonomi) untuk pertumbuhan pendapatan masyarakat sekaligus
pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan,
3. terwujudnya peningkatan harmoni kehidupan bersama baik pada lingkup masyarakat
maupun pada lingkup birokrasi atas dasar toleransi, tenggang rasa, kesantunan, dan
kebersamaan,
4. terwujudnya tata dan perilaku penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis, dan
5. terwujudnya perilaku bermartabat dari para aparatur sipil penyelenggara
pemerintahan atas dasar tegaknya nilai-nilai integritas yang menjunjung tinggi
kejujuran, nurani rasa malu, nurani rasa bersalah dan berdosa apabila melakukan
penyimpangan-penyimpangan yang berupa korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Sesuai dengan “Panca Mulia” tersebut di atas, manusia Jogja yang bermartabat mulia
digambarkan sebagai manusia sejahtera paripurna baik dari segi hidup-kehidupan-
penghidupan sebagai individu, terlibat dan memperoleh manfaat dari ekonomi yang
tumbuh dan berkeadilan, hidup dalam harmoni kolektif dan terlindungi oleh
penyelenggaraan pemerintahan demokratis yang dijalankan oleh aparatur yang
berintegritas. Manusia Jogja yang bermartabat mulia merupakan subtansi penting dari visi
Gubernur DIY 2017-2022 yang mengambarkan adanya tujuan peningkatan harkat dan
RENSTRA 2017-2022
“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 3-4
martabat manusia Jogja. Peningkatan harkat dan martabat manusia Jogja mencakup
pengertian peningkatan kualitas hidup masyarakat yang berkeadilan sosial dan beradab.
Untuk itu strategi kebudayaan untuk meningkatkan harmoni kehidupan bersama
masyarakat Yogyakarta serta mengatasi kesenjangan dan kemiskinan di wilayah
Yogyakarta dalam kerangka meningkatkan harkat dan martabat manusia Jogja sangat
perlu dikedepankan. Pembangunan ekonomi di wilayah Yogyakarta yang ditopang dengan
pembangunan infrastruktur wilayah diarahkan tidak hanya untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, tetapi juga harus mampu meningkatkan pendapatan masyarakat
terutama masyarakat berpenghasilan rendah dan masyarakat yang kurang beruntung.
Upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia Jogja meniscayakan perlunya
kemantapan tatakelola pemerintahan yang demokratis dan sumber daya manusia
aparatur sipil negara yang memiliki etos, etika dan kualitas sebagai “Trilogi SDM-DIY”.
Etos menyandang pesan perubahan persepsi (mind set) dari tugas birokrasi sebagai
pekerjaan kantoran, menjadi tugas birokrasi sebagai "karya peradaban", yang
menyandang arti bahwa semua karya pelayanan birokrasi adalah "karya peradaban".
Etika, menyandang pesan "kemuliaan" dalam pengertian bersatunya "pikiran mulia, niat
mulia, dan tindakan mulia", dalam rangka menciptakan SDM yang "berintegritas" yang
menjunjung tinggi budaya malu dan budaya merasa bersalah apabila melakukan
penyimpangan-penyimpangan. Kualitas, menyandang pesan adanya pergeseran mind set,
bahwa karya birokrasi bukanlah dipersepsikan hanya sebagai "karya proyek berbasis
kinerja penyerapan anggaran", melainkan menuju pada pembentukan "sikap" bahwa
karya birokrasi DIY adalah "karya yang dapat menjadi rujukan" bagi birokrasi-birokrasi
dan lembaga-lembaga lain di luar DIY (nasional maupun internasional). Ketika karya
tersebut menjadi "rujukan", maka karya tersebut merupakan karya yang berkualitas, yang
merupakan hasil dari karya yang "diniati" untuk menjadi "karya berkualitas tinggi".
Berangkat dari uraian diatas Tema Visi “Menyongsong Abad Samudera Hindia untuk
Kemuliaan Martabat Manusia Jogja” dapat dirumuskan bahwa Abad Samudera Hindia
menjadi arah dari pembangunan Daerah Istimewa Yogyakarta dalam lima tahun ke depan
untuk mengangkat potensi Selatan Yogyakarta khususnya dan Daerah istimewa
Yogyakarta pada umumnya dengan visi:
“Terwujudnya Peningkatan Kemuliaan Martabat Manusia Jogja”
Kemuliaan martabat manusia Jogja yang meningkat sebagai pernyataan tujuan dari Visi
Gubernur DIY telah tergambarkan dalam rumusan Panca Mulia yang telah dijelaskan
sebelumnya. Visi politis tersebut kemudian diselaraskan dengan data-data maupun
analisa teknokratik untuk dapat dicapai melalui upaya-upaya yang tergambarkan dalam
misi. Misi sebagai rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk
mewujudkan visi diharapkan dapat membantu memperjelas penggambaran visi yang
ingin dicapai dan menguraikan upaya-upaya apa yang harus dilakukan.
Rumusan misi Gubernur DIY dalam RPJMD dikembangkan dengan memperhatikan faktor-
faktor lingkungan strategis, baik eksternal dan internal yang mempengaruhi serta
kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang ada dalam pembangunan daerah di
DIY. Rumusan misi Gubernur DIY diupayakan memenuhi substansi tujuan dan sasaran
dalam rangka:
RENSTRA 2017-2022
“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 3-5
1. meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
2. memajukan daerah;
3. meningkatkan pelayanan kepada masyarakat;
4. menyelesaikan persoalan daerah;
5. menyerasikan pelaksanaan pembangunan daerah kabupaten/kota dan
6. provinsi dengan nasional; dan
7. memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia dan kebangsaan
Sehingga Panca Mulia dari Visi Gubernur DIY dapat dirumuskan kedalam misi
pembangunan DIY tahun 2017–2022 sebagai berikut:
1) Meningkatkan Kualitas Hidup, Kehidupan Dan Penghidupan Masyarakat Yang
Berkeadilan dan Berkeadaban
Rumusan misi ini mengakomodir substansi Panca Mulia 1,2 dan 3.
2) Mewujudkan Tata Pemerintahan yang Demokratis;
Rumusan misi ini mengaomodir substansi Panca Mulia 4, dan 5.
Dari telaah visi dan misi kepala daerah diatas, sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD Dinas
Kehutanan dan perkebunan DIY maka pembangunan kehutanan dan perkebunan dalam
kurun waktu 2017 – 2022 diarahkan untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan
penghidupan masyarakat yang berkeadilan dan berkeadaban. Dalam hal ini pembangunan
kehutanan dan perkebunan harus mampu memberikan pengidupan yang adil dan beradab
bagi masyarakat dan harus pula mampu menjamin keberlanjutan kualitas lingkungan
hidup.
Dalam upaya pembangunan kehutanan dan perkebunan pelayanan SKPD memiliki
peluang atau faktor pendorong sebagai modal utama SKPD diantaranya :
1. Tersedianya perangkat Struktural Dinas, UPTD dan Pejabat Fungsional yang
menangani potensi sumberdaya hutan dan kebun
2. Terdapatnya mekanisme kerja yang baik diantara unit kerja lingkup kehutanan dan
perkebunan.
3. Tersedianya sarana dan prasarana.
4. Tersedianya sumberdaya manusia dan potensi sumber daya alam.
5. Pengurusan dan pengelolaan kawasan hutan negara dilakukan oleh Dinas
Sementara itu hambatan yang ditemui pada upaya pembangunan kehutanan dan
perkebunan antara lain :
1. Kualitas dan sebaran SDM belum memadai.
2. Ketersediaan dana, sarana dan prasarana yang tersedia belum memadai
3. Belum mantapnya status kawasan hutan
4. Belum optimalnya pembangunan dan pengelolaan hutan dan kebun
5. Adanya lahan kritis/marginal yang belum sepenuhnya tertangani
6. Penanganan pasca panen maupun pengolahan hasil perkebunan masih belum
memenuhi baku teknis, sehingga daya saing produk primer maupun hasil olahannya
masih rendah.
7. Sistem informasi data dan informasi kehutanan dan perkebunan masih lemah
8. Pemanfaatan sumberdaya hutan masih kurang optimal
RENSTRA 2017-2022
“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 3-6
3.3 Telaahan Renstra K/L dan Renstra Kabupaten Kota Tujuan pembangunan lilngkungan hidup dan kehutanan pada periode 2015 – 2019 adalah
memastikan kondisi lingkungan berada pada toleransi yang dibutuhkan untuk kehidupan
manusia dan sumberdaya berada rentang populasi yang aman, serta secara paralel
meningkatkan kemampuan sumberdaya alam untuk memberikan sumbangan bagi
perekonomian nasional.
Berdasarkan tujuan pembangunan ini, peran utama Kementerian tahun 2015-2019 yang
akan diusung, adalah : (1) Menjaga kualitas LH yang memberikan daya dukung,
pengendalian pencemaran, pengelolaan DAS, keanekaragaman hayati serta pengendalian
perubahan iklim; (2) Menjaga luasan dan fungsi hutan untuk menopang kehidupan,
menyediakan hutan untuk kegiatan sosial, ekonomi rakyat, dan menjaga jumlah dan jenis
flora dan fauna serta endangered species; (3) memelihara kualitas lingkungan hidup,
menjaga hutan, dan merawat keseimbangan ekosistem dan keberadaan sumberdaya.
Dalam konteks pembangunan kehutanan di DIY terutama pada tahun 2017 – 2022,
kebijakan pembagunan kehutanan di tingkat nasional menjadi salah satu pedoman yang
harus diikuti dan disesuaikan dengan karakteristik atau kekhasan wilayah yang dimiliki
oleh DIY. Dalam konteks pembangunan kehutanan untuk diperoleh manfaata yang optimal
baik dari sisi perekonomian, sosial dan ekologi maka upaya pengendalian, pelestarian dan
pengembangan kawasan hutan terus diupayakan peningkatannya sehingga fungsi sosial,
ekonomi dan ekologis hutan diharapkan dapat berperan secara optimal.
Peran hutan rakyat sebagai salah satu bagian dari pembangunan kehutanan memerlukan
pendekatan yang berbeda dengan kawasan hutan negara. Untuk peningkatan peran
ekonomi perlu dikembangkan pemberdayaan bagi petani dan kelembagaannya, sehingga
hutan rakyat menjadi lebih produktif, yang selanjutnyanya petani memperoleh nilai
tambah/pendapatan dari usaha lain non kayu maupun hasil dari tanaman pokok hutan.
Oleh sebab itu, pemberdayaan petani hutan diarahkan agar petani dapat meningkatkan
produksi kayu yang berkualitas dan menghasilkan produk hutan non kayu yang lebih
memadai, sehingga dapat meningkatkan pendapatannya. Peran sosial dan ekologi dari
hutan rakyat merupakan bagian penting dalam upaya pengkondisian kualitas lingkungan
hidup yang layak dan menjamin keberlangsungan kelestarian sumberdaya alam.
Pada tahun 2015 – 2019, sub sektor perkebunan masih menjadi sub sektor penting dalam
peningkatan perekonomian nasional. Peran strategsi sub sektor perkebunan baik secara
ekonomis, ekologis maupun sosial budaya digambarkan dalam kontribusinya dalam
penyumbang PDB, nilai investasi yang tinggi dalam pembangunan perekonomian nasional,
sumber utama pendapatan masyarakat perdesaan, pengentasan kemiskinan, penyediaan
bahan pangan, pengurangan emisi gas rumah kaca dan pelestarian sumberadaya alam dan
lingkungan hidup. Sejalan dengan kondisi tersebut maka segala bentuk usaha budidaya
perkebunan harus mengedepankan keseimbangan pengelolaan sumberdaya alam,
sumberdaya manusia dan sumberdaya sarana prasarana melalui penyelenggaraan
kegiatan perkebunan yang memenuhi kaidah pelestarian lingkungan hidup.
Sesuai dengan Undang-undang nomor 39 tahun 2014 tentang perkebunan,
penyelenggaraan perkebunan ditujukan untuk : (1) meningkatkan kesejahteraan dan
RENSTRA 2017-2022
“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 3-7
kemakmuran rakyat; (2) meningkatkan sumber devisa negara; (3) menyediakan lapangan
kerja dankesempatan usaha; (4) meningkatkan produksi, produktivitas, kualitas, nilai
tambah, daya saing, dan pangsa pasar; (5) meningkatkan dan memenuhi kebutuhan
konsumsi serta bahan baku industri dalam negeri; (6) memberikan perlindungan pada
pelaku usaha perkebunan dan masyarakat; (7) mengelola dan mengembangkan
sumberdaya perkebunan secara optimal, bertanggungjawab dan lestari; dan (8)
meningkatkan pemanfaatan jasa perkebunan.
Sasaran pokok dalam pembangunan perkebunan adalah peningkatan produksi pada
komoditas pekebunan andalan dan prodpektif dan peningkatan kedaulatan pangan.
Pemerintah daerah didorong untuk memfasilitasi dan melakukan pembinaan komoditas
spesifik dan potensial di wilayahnya masing-masing. Strategi pengembangan komoditas
unggulan perlu ditekankan, diintensifkan dan difokuskan pada peningkatan kualitas
komoditas unggulan baik pada penerapan teknologi produksi, teknologi pasca panen,
efisiensi biaya produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, pemberdayaan petani
perkebunan dengan fokus pembinaan, pendampingan dan pelatihan kelompok tani dalam
optimalisasi komoditas unggulan daerah perlu dilakukan secara berjenjang dan
berkelanjutan agar terwujud komoditas unggulan nasional yang berkualitas, tangguh dan
mampu bersaing. Selain itu aspek penyuluhan akan memegang peranan penting dalam
peningkatan kapasitas pengetauan dan inovasi petani perkebunan.
Dalam mewujudkannya, untuk sub sektor perkebunan ditempuh dengan mengembangkan
agribisnis perkebunan. Tantangan dalam pembangunan perkebunan antara lain sebagai
berikut :
1. Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu produk perkebunan,
2. Peningkatan nilai tambah produk perkebunan di beberapa sentra produksi dengan
menciptakan sistem pertanian yang ramah lingkungan.
3. Kelembagaan usaha ekonomi produkif yang kokoh di perdesaan
Dilain pihak, upaya-upaya untuk mendorong kelangsungan agribisnis perkebunan yang
utuh, berdaya saing dan berkelanjutan adalah dengan memperkuat di hulu dan
mendorong pengembangan di hilir, sehingga kegiatan on-farm maupun off-farm terus
berkembang. Dengan agribisnis perkebunan, dapat menumbuhkembangkan sentra-sentra
produksi perkebunan yang selanjutnya dikembangkan melalui penanaman (peremajaan,
intensifikasi dan rehabilitasi) sesuai skala ekonomis usaha di tingkat lokasi.
Operasionalisasinya dengan pelaksanaan pemberdayaan petani dan kelembagaan
petaninya terus ditumbuhkembangkan dalam rangka meningkatkan nilai
tambah/pendapatan bagi petani yang bersangkutan, antara lain melalui penumbuhan dan
pengembangan koperasi petani, asosiasi petani serta kelompok usaha bersama (KUB).
Selain pembangunan kehutanan dan perkebunan yang memanfaatkan sumberdaya hutan
dan kebun di wilayah D.I. Yogyakarta, juga dilakukan upaya pemanfaatan lahan kritis yang
penanganannya belum optimal. Untuk penanganannya dengan kegiatan konservasi,
rehabilitasi hutan dan lahan yang terus dilaksanakan secara bertahap dan berkelanjutan,
terutama pada kawasan konservasi pantai dan kawasan daerah aliran sungai. Pendekatan
yang dilaksanakan meliputi pengembangan pemanfaatan untuk kepentingan masyarakat
dalam jangka pendek dan pengembangan populasi tanaman untuk kepentingan jangka
RENSTRA 2017-2022
“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 3-11
Isu strategis pembangunan berkelanjutan DIY sejalan dengan muatan Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (TPB). Beberapa poin Tujuan Pembangunan Berkelanjutan,
secara implisit dapat terlingkupi dalam isu-isu strategis pembangunan berkelanjutan.
Isu pencemaran, kerusakan lingkungan hidup dan risiko bencana melingkupi beberapa
tema tujuan pembangunan berkelanjutan yaitu air bersih dan sanitasi (tujuan ke-6),
penyediaan permukiman (tujuan ke-11), perubahan iklim (tujuan ke-13), pengelolaan
ekosistem laut dan pengelolaan ekosistem daratan (tujuan ke-15), Isu pencemaran
lingkungan sangat erat kaitannya dengan tujuan TPB ke-6 yaitu “menjamin ketersediaan
serta pengelolaan air bersih dan sanitasi yang berkelanjutan untuk semua”. Hal ini
disebabkan salah satu jenis pencemaran yaitu pencemaran air dapat diminimasi dengan
beberapa sasaran dalam tujuan TPB ke 6 terutama dengan penyediaan air baku,
pencegahan pencemaran air yang dilakukan melalui pembangunan infrastruktur pengolah
air limbah, peningkatan kualitas air sungai, dan pengendalian penggunaan air tanah. Isu
pencemaran lingkungan dan risiko bencana juga memiliki keterkaitan dengan tujuan TPB
ke-11 yaitu “Menjadikan kota dan pemukiman manusia inklusif, aman, berketahanan dan
berkelanjutan “. Sasaran tujuan TPB ke-11 yang tercakup dalam isu pencemaran
lingkungan yaitu penanganan sampah dan limbah perkotaan, sedangkan sasaran yang
tercakup dalam isu risiko bencana yaitu penurunan indeks risiko bencana, peningkatan
kapasitas masyarakat terhadap perubahan iklim dan bencana, dan penyediaan sistem
peringatan dini. Isu risiko bencana memiliki keterkaitan dengan tujuan TPB ke-13 yaitu
“mengambil tindakan segera untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya”, sasaran
TPB terkait yaitu menurunnya indeks risiko bencana melalui strategi pengurangan risiko
bencana. Isu pencemaran dan kerusakan lingkungan juga berkaitan erat dengan tujuan ke-
14 terkait pengelolaan ekosistem perairan dan tujuan ke-15 terkait pengelolaan ekosistem
darat. Dalam tujuan ke-14, sasaran yang terlingkup dalam isu ini yaitu peningkatan
wilayah konservasi perairan. Untuk tujuan ke-15, sasaran-sasaran TPB bidang
pengelolaan ekosistem darat yang terkait dengan isu pencemaran dan kerusakan
lingkungan yaitu peningkatan kualias lingkungan hidup melalui peningkatan tutupan
lahan, pengurangan luasan lahan kritis melalui rehabilitasi
Isu belum optimalnya pengendalian pemanfaatan ruang dan tingginya alih fungsi lahan
pertanian juga melingkupi beberapa tujuan TPB. Isu ini berkaitan dengan tujuan TPB ke-
11 dan ke-2. Belum optimalnya pengendalian pemanfaatan ruang melingkupi sasaran
dalam tujuan TPB ke-11 terkait upaya menjadikan kota dan permukiman inklusif, aman,
tangguh, dan berkelanjutan. Sasaran yang dilingkupi adalah perwujudan kota dan
kawasan permukiman yang layak huni melalui pengembangan kota pusaka berbasis
karakter sosial budaya. Tingginya alih fungsi lahan pertanian melingkupi sasaran tujuan
TPB ke-2 terkait menghilangkan kelaparan, mencapai ketahanan pangan, dan gizi yang
baik serta meningkatkan pertanian berkelanjutan. Sasaran pembangunan berkelanjutan
yang terkait yaitu penetapan kawasan pertanian pangan berkelanjutan.
Isu ketimpangan wilayah melingkupi sasaran pada tujuan TPB ke-8 terkait “meningkatkan
pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, kesempatan kerja yang produktif
dan menyeluruh serta pekerjaan yang layak untuk semua. Sasaran tujuan TPB yang
berkaitan dengan isu ketimpangan wilayah yaitu peningkatan PDRB. Isu ketimpangan juga
terkait dengan tujuan TPB ke-10 yaitu mengurangi kesenjangan intra dan antarnegara,
RENSTRA 2017-2022
“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 3-12
sasaran yang terlingkupi yaitu penurunan jumlah desa tertinggal dan peningkatan jumlah
desa mandiri.
Isu masih tingginya angka kemiskinan melingkupi dua tujuan TPB yaitu tujuan ke-1,
mengakhiri segala bentuk kemiskinan di manapun, dan tujuan ke-10, mengurangi
kesenjangan intra dan antar negara. Sasaran dalam tujuan ke-1 yang tercakup dalam isu
kemiskinan yaitu penurunan tingkat kemiskinan, penurunan persentase penyandang
disabilitas miskin dan rentan yang menerima bantuan pemenuhan kebutuhan dasar, dan
penurunan jumlah keluarga sangat miskin yang mendapat bantuan tunai bersyarat.
Sasaran dalam tujuan ke-10 yang terkait dengan isu ini yaitu penurunan persentase
penduduk miskin terutama di daerah tertinggal.
3.5 Penentuan Isu-Isu Strategis Dari permasalahan dan telaah tersebut diatas, pada perencanaan strategis pembangunan
kehutanan dan perkebunan periode 2017-2022 dipilih isu-isu trategis yang akan dijadikan
prioritas dalam rangka pembangunan kehutanan dan perkebunan di D.I.Yogyakarta.
Penentuan isu strategis dilakukan dengan melihat pada kondisi nyata di lapangan yang
kemudian ditentukan prioritas berdasarkan faktor-faktor pendukung, penghambat baik
dari lingkungan internal maupun lingkungan eksternal. Faktor-faktor ini bersifat
subyektif, oleh sebab itu penentuannya harus didasarkan analisis yang tidak memihak dan
atas dasar kesepakatan bersama dari anggota kelompok analisis.
Asumsi adalah konklusi atau kesimpulan yang dihasilkan dalam analisis tentang faktor-
faktor lingkungan serta dampaknya terhadap masa depan organisasi, yang selanjutnya
akan berpengaruh terhadap hubungan internal dinas. Asumsi-asumsi tersebut merupakan
dasar-dasar untuk menetapkan dan menyusun perencanaan strategis. Berdasarkan
analisis dan asumsi tersebut maka isu strategis yang akan dihadapi pada pelaksanaan
pembangunan kehutanan dan perkebunan selama lima tahun mendatang adalah :
1. Pengelolaan hutan lestari (aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi) yang mencakup
kelola kawasan, kelola usaha dan kelola kelembagaan.
2. Rehabilitasi hutan dan lahan untuk peningkatan daya dukung ekosistem di dalam
maupun diluar kawasan hutan negara.
3. Peningkatan produksi komoditas perkebunan terutama pada komoditas tebu, kakao,
kelapa, kopi, mete, teh, tembakau, dan cengkeh.
4. Rendahnya nilai tambah dan daya saing produk perkebunan.
5. Pengembangan agrowisata teh, kopi dan kakao sebagai usaha pengintegrasian sektor
perkebunan dengan sektor pariwisata untuk mendapatkan nilai tambah pada usaha
perkebunan.
RENSTRA 2017-2022
“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 4-1
BAB 4 TUJUAN DAN SASARAN
4.1 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Perangkat Daerah
Tujuan adalah sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu satu sampai
lima tahun. Tujuan ditetapkan dengan mengacu kepada pernyataan visi dan misi serta
didasarkan pada isu-isu analisis strategis. Berdasarkan visi, misi dan isu-isu strategis yang
ada, maka ditetapkan tujuan yang hendak dicapai dalam kurun waktu 5 tahun adalah,
sebagai berikut.
1. Pengelolaan hutan lestari
2. Pengembangan Agribisnis Perkebunan Berkelanjutan
Dengan mengacu kepada tujuan yang telah ditetapkan diatas, maka sasaran yang hendak
dicapai dalam kurun waktu 5 tahun adalah sebagai berikut :
1. Meningkatnya Nilai Produksi Kehutanan
2. Terwujudnya Tata Kelola Lingkungan Hidup yang Berkualitas
3. Meningkatnya produksi tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan
Masing masing tujuan dan sasaran memiliki indikator kinerja sasaran untuk melihat
keberhasilan pencapaian sasaran dengan besar target yang akan dicapai dalam waktu 5
tahun. Formulasi Indikator dan target capaian hingga akhir periode renstra dari masing-
masing tujuan dan sasaran dapat dilihat pada tabel berikut,
Tabel 4-1Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Pelayanan Perangkat Daerah
NO TUJUAN SASARAN INDIKATOR TUJUAN/SASARAN
TARGET KINERJA TUJUAN/SASARAN PADA TAHUN KE-
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Pengelolaan hutan lestari
Pengelolaan hutan sesuai dengan fungsinya
91.11 n/a n/a n/a n/a
Meningkatnya Nilai Produksi Kehutanan
Nilai subsektor kehutanan dalam PDRB DIY
734.713 juta rupiah
n/a n/a n/a n/a
Terwujudnya Tata Kelola Lingkungan Hidup yang Berkualitas
Persentase Ketercapaian Sasaran Pembangunan Bidang Lingkungan Hidup
88.56% n/a n/a n/a n/a
Pengembangan Agribisnis Perkebunan Berkelanjutan
Peningkatan jumlah klaster komoditas perkebunan
6 klaster n/a n/a n/a n/a
Meningkatnya produksi tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan
Nilai sub sektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan dalam PDRB
7.041.831 juta rupiah
n/a n/a n/a n/a
RENSTRA 2017-2022
“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 5-1
BAB 5 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
Pembangunan kehutanan dan perkebunan pada periode 2017 – 2022 diarahkan pada
pencapaian tujuan yaitu pengelolaan hutan lestari dan pengembangan agribisnis perkebunan
berkelanjutan. Perumusan strategi dan arah kebijakan pembangunan kehutanan dan
perkebunan dilakukan berdasar analisis pola pemanfaatan ruang (analisis spasial) di DIY
dengan membagi wilayah dalam kawasan-kawasan dengan arah pemanfaatan dan kriteria
tertentu. Arahan ruang pemanfaatan kehutanan dibagi menjadi 5 kawasan pemanfaatan yaitu :
1. Kawasan untuk konservasi dan perlindungan
Terdiri atas seluruh kawasan konservasi dan usulan konservasi seperti Taman Nasional,
Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Tahura dan juga kawasan hutan yang memiliki fungsi
lindung. Pola pemanfaatan ruang diarahkan untuk konservasi sumberdaya hutan yang
dalam pengelolaannya berprinsip pada perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan
secara lestari dan mempertimbangkan aspek sosial, lingkungan, dan ekonomi.
Secara umum orientasi pengelolaan konservasi ditujukan untuk konservasi sumberdaya
hutan dalam pengelolaan berprinsip pada perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan
secara lestari dan mempertimbangkan aspek sosial, lingkungan dan ekonomi. Produk
jasa yang dikembangkan dalam kawasan konservasi diarahkan dari jasa lingkungan
hutan dan wisata alam serta produk hasil hutan bukan kayu untuk menjadi unggulan
sektor kehutanan di masa depan. Nilai jasa lingkungan hutan berbasis perlindungan dan
pengawetan di kawasan konservasi ke depan sebagai bagian dalam mencegah kerusakan
sistem penyangga kehidupan.
2. Kawasan prioritas rehabilitasi
Terdiri atas kawasan hutan dengan penutupan non hutan dalam wilayah sasaran RHL,
lahan kritis, belum dibebani ijin pemanfaatan bukan area perhutanan sosial serta areal
pertambangan dan bekas pertambangan di dalam kawasan hutan. Pola pemanfaatan
ruang diarahkan untuk percepatan rehabilitasi karena kondisinya berada dalam wilayah
DAS kritis dan usaha reklamasi, revegetasi maupun sipil teknis konservasi tanah dan air.
Apabila proses rehabilitasi telah selesai dapat dilakukan pemanfaatan sesuai fungsi dan
arahan pemanfaatannya. Kawasan ini merupakan lahan kritis yang perlu dilakukan
percepatan rehabilitasi yang tersebar di 4 (empat) kabupaten
3. Kawasan hutan untuk pemanfaatan hutan berbasis korporasi
Terdiri atas kawasan hutan yang dibebani ijin pemanfaatan HT/RE dengan penutupan
hutan sekunder, hutan tanaman, semak belukar dengan jarak lebih dari 5 km dari
pemukiman. Pola pemanfaatan ruang diarahkan untuk pemanfaatan hutan dengan
berbagai skema, antara lain IUPHHK HT/RE serta kemitraan dengan masyarakat sekitar.
4. Kawasan untuk pemanfaatan hutan berbasis masyarakat
Terdiri atas Kawasan hutan yang dibebani ijin pemanfataan HTR/HKm/HD, areal
indikatif perhutanan sosial, hutan lindung dan hutan produksi yang tidak dibebani ijin
RENSTRA 2017-2022
“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 5-2
dengan penutupan hutan dan non hutan dengan jarak kurang dari 5 km dari pemukiman.
Pola pemanfaatan ruang diarahkan untuk pemanfaatan hutan berbasis masyarakat
dengan berbagai skema antara lain HTR, HKm, HD. Pada kawasan ini diharapkan peran
serta dan akses masyarakat terhadap hutan tertata.
5. Kawasan untuk non kehutanan
Terdiri atas kawasan hutan yang terindikasi adanya penguasaan masyarakat atau
infrastruktur umum serta pemenuhan kebutuhan sektor lain yang berbasis lahan serta
pengembangan infrastruktur daerah. Kawasan ini merupakan kawasan yang disiapkan
untuk pemenuhan lahan bagi masyarakat dan untuk memenuhi sektor non kehutanan.
Prosesnya tetap melalui prosedur yang berlaku.
Dari analisis pemanfaatan ruang di atas, strategi pembangunan kehutanan dititikberatkan pada
pembangunan hutan berbasis fungsi hutan yaitu fungsi ekologi, fungsi ekonomi dan fungsi
sosial.
Pada pembangunan perkebunan, analisis pemanfaatan ruang dilakukan berdasarkan
pemanfaatan ruang untuk pengusahaan komoditas perkebunan unggulan yang tersebar di
wilayah DIY. Dari analisis pemanfaatan ruang diperoleh kawasan kawasan yang kemudian
dijadikan sentra pengembangan komoditas yang ada di wilayahnya. Analisis pemanfaatan ruang
komoditas perkebunan unggulan membagi pemanfaatan ruang menjadi klaster berdasar
komoditas yaitu :
1. Klaster kopi di kecamatan Samigaluh, Girimulyo, Pakem dan Cangkringan.
2. Klaster teh di kecamatan Samigaluh dan Girimulyo.
3. Klaster kelapa di kecamatan Temon, Wates, Panjatan, Galur, Kokap, Minggir, Moyudan,
Srandakan, Sanden, Kretek, Karangmojo, Patuk, Playen, Nglipar, Semanu, Purwosari,
Saptosari, Tanjungsari, Tepus, Girisubo, dan Rongkop.
4. Klaster cengkeh di kecamatan Samigaluh dan Girimulyo.
5. Klaster kakao di kecamatan Kalibawang, Prambanan, Cangkringan, Pakem, Dlingo,
Piyungan, Karangmojo, Patuk, Playen, Ponjong dan Nglipar.
6. Klaster Mete di kecamatan Imogiri, Karangmojo, Semanu, Semin dan Ngawen.
Sesuai dengan pemanfaatan ruang dan sasaran SKPD yang telah ditetapkan maka strategi
pembangunan kehutanan dan perkebunan dirumuskan sebanyak 3, yaitu :
Strategi 1. Pembangunan hutan berbasis fungsi ekonomi dan sosial.
Strategi ini menjawab hasil analisis pemanfaatan ruang terkait dengan kawasan
pemanfaatan hutan berbasis korporasi dan kawasan pemanfaatan hutan berbasis
masyarakat, serta pemanfaatan pada kawasan untuk non kehutanan. Hal tersebut
diartikan bahwa setiap pemanfaatan hutan harus mampu memberikan manfaat secara
ekonomi maupun secara sosial tanpa meninggalkan kelestarian fungsi ekologis hutan.
Strategi 2. Pembangunan hutan berbasis fungsi ekologi.
Strategi ini menjawab hasil analisis pemanfaatan ruang terkit dengan pemanfaatan
untuk kawasan konservasi dan perlindungan dan kawasan prioritas rehabilitasi dimana
pembangunan kehutanan pada kawasan pemanfaatan ini diutamakan pada penjaminan
berjalannya fungsi hutan secara eklogis, diikuti dengan rehabilitasi lahan, pencegahan
RENSTRA 2017-2022
“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 5-3
kerusakan hutan, pencegahan bencana seperti banjir dan tanah longsor serta jaminan
keberlangsungan sistem penyangga kehidupan yang ada di dalam hutan.
Strategi 3. Pembangunan perkebunan berbasis klaster.
Strategi ini menjawab hasil analisis pemanfaatan ruang untuk pengusahaan perkebunan
sesuai dengan persebaran komoditasnya dimana pembangunan perkebunan dilakukan
berdasar kesesuaian wilayah untuk pengembangan perkebunan dari hulu sampai hilir
agar nilai manfaat yang diperoleh oleh masyarakat lebih maksimal melalui pengelolaan
agribisnis perkebunan terpadu dalam satu wilayah/klaster.
Dari strategi yang telah dirumuskan kemudian ditetapkan arah kebijakan untuk masing masing
strategi yaitu :
Arah kebijakan strategi 1. Pembangunan hutan berbasis fungsi ekonomi dan sosial
1. Pembaharuan Sistem Tata Kelola Kehutanan.
2. Mempertahankan keberadaan kawasan hutan
3. Pemantapan Kawasan Hutan
4. Perencanaan Kehutanan yang Komprehensif dan berkesinambungan
5. Peningkatan produktifitas dan nilai tambah sumberdaya hutan dan fungsinya
6. Optimalisasi Pengelolaan dan pemanfaatan Sumberdaya Hutan
7. Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Hutan yang Berkelanjutan
8. Peningkatan akses masyarakat dalam pengelolaan hutan
9. Penguatan Kelembagaan dan SDM Kehutanan
10. Peningkatan Kapasitas Masyarakat dalam Pengelolaan Hutan
11. Peningkatan Kontribusi Kehutanan bagi Keberlanjutan Sektor Perekonomian lainnya
Arah kebijakan strategi 2. Pembangunan hutan berbasis fungsi ekologi
1. Konservasi Keanekaragaman Hayati
2. Peningkatan Manfaat Jasa Ekosistem
3. Peningkatan Peran Hutan dalam Pemulihan Daya Dukung DAS
4. Rehabilitasi lahan dan pencegahan bencana alam.
5. Optimalisasi dan Distribusi Fungsi dan Peruntukan Kawasan Hutan
Arah kebijakan strategi 3. Pembangunan perkebunan berbasis klaster
1. Pembinaan produksi komoditas perkebunan unggulan daerah
2. Pembangunan agrowisata sesuai potensi daerah setempat
3. Pembangunan perkebunan terintegrasi dengan sektor yang lain.
4. Penguatan dan pemberdayaan kelembagaan masyarakat dalam manajemen kelompok.
5. Penguatan pembangunan agrowisata teh, kopi dan kakao di Kulonprogo.
6. Pembangunan pengolahan hasil perkebunan sebagai pendukung destinasi agrowisata
Rumusan pernyataan strategi dan arah kebijakan Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY dalam
lima tahun mendatang yang disajikan dalam tabel berikut:
RENSTRA 2017-2022
“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 5-4
Tabel 5-1Tujuan, Sasaran, Strategi, dan Kebijakan
VISI : Terwujudnya Peningkatan Kemuliaan Martabat Manusia Jogja MISI I : Meningkatkan Kualitas Hidup, Kehidupan dan Penghidupan Masyarakat Yang Berkeadilan dan Berkeadaban Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Pengelolaan hutan lestari 1. Meningkatnya Nilai
Produksi Kehutanan 1. Pembangunan hutan
berbasis fungsi ekonomi dan sosial
1. Pembaharuan Sistem Tata Kelola Kehutanan.
2. Mempertahankan keberadaan kawasan hutan
3. Pemantapan Kawasan Hutan
4. Perencanaan Kehutanan yang Komprehensif dan berkesinambungan
5. Peningkatan produktifitas dan nilai tambah sumberdaya hutan dan fungsinya
6. Optimalisasi Pengelolaan dan pemanfaatan Sumberdaya Hutan
7. Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Hutan yang Berkelanjutan
8. Peningkatan akses masyarakat dalam pengelolaan hutan
9. Penguatan Kelembagaan dan SDM Kehutanan
10. Peningkatan Kapasitas Masyarakat dalam Pengelolaan Hutan
11. Peningkatan Kontribusi Kehutanan bagi Keberlanjutan Sektor Perekonomian lainnya
2. Terwujudnya Tata Kelola Lingkungan Hidup yang Berkualitas
1. Pembangunan hutan berbasis fungsi ekologi
1. Konservasi Keanekaragaman Hayati
2. Peningkatan Manfaat Jasa Ekosistem
3. Peningkatan Peran Hutan dalam Pemulihan Daya Dukung DAS
4. Rehabilitasi lahan dan pencegahan bencana alam.
5. Optimalisasi dan Distribusi Fungsi dan Peruntukan Kawasan Hutan
Pengembangan Agribisnis Perkebunan Berkelanjutan
1. Meningkatnya produksi tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan
1. Pembangunan perkebunan berbasis klaster
1. Pembinaan produksi komoditas perkebunan unggulan daerah
2. Pembangunan agrowisata sesuai potensi daerah setempat
3. Pembangunan perkebunan terintegrasi dengan sektor yang lain.
4. Penguatan dan pemberdayaan kelembagaan masyarakat dalam manajemen kelompok.
5. Penguatan pembangunan agrowisata teh, kopi dan kakao di Kulonprogo.
6. Pembangunan pengolahan hasil perkebunan sebagai pendukung destinasi agrowisata
RENSTRA 2017-2022
“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 6-1
BAB 6 RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN SERTA PENDANAAN
Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang
dilaksanakan oleh instansi pemerintah/lembaga untuk mencapai sasaran dan tujuan
serta memperoleh alokasi anggaran, atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh
pemerintah.
Dalam mewujudkan capaian keberhasilan pembangunan kehutanan dan perkebunan di
D.I Yogyakarta maka Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY menetapkan rangkaian
program untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Sejalan dengan
perumusan rancangan program dan kegiatan dalam RPJMD DIY periode 2017- 2022,
maka program dan kegiatan pembangunan kehutanan dan perkebunan di DIY khusunya
untuk tahun 2018 - 2022 disusun dengan mengacu rancangan dalam RPJMD.
Program dan kegiatan pembangunan kehutanan mencakup pembangunan, pemeliharaan,
pemanfaatan, rehabilitasi, perlindungan dan konservasi sumberdaya hutan di dalam dan
di luar kawasan hutan dan pemberdayaan masyarakat kehutanan dan masyarakat umum
terutama yang berada di sekitar kawasan hutan. Sedangkan program dan kegiatan
pembangunan perkebunan menyasar pada pemberdayaan petani perkebunan, pelaku
usaha agribisnis perkebunan dan masyarakat perkebunan melalui pengolahan kebun
secara intensif, pengembangan pengolahan dan pemasaran, dan penguatan fungsi dan
kemampuan kelembagaan perkebunan untuk menghasilkan produk perkebunan
unggulan yang berdaya saing dalam pengelolaan perkebunan yang berkelanjutan.
Rencana program dan kegiatan dengan misi pembangunan kehutanan dan perkebunan
sebagaimana telah ditetapkan diatas dapat dilihat pada tabel berikut.
RENSTRA 2017-2022
“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 6-1
Tabel 6-1Rencana Program, Kegiatan, dan Pendanaan Dinas Kehutanan dan Perkebunn Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta
Tujuan Sasara
n Kode
Program dan
Kegiatan
Indikator
Kenerja Tujuan, Sasaran, Program (outcom
e) dan Kegiatan (output)
Data
Capaian
pada
Tahun
Awal
Perencanaan
Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Unit Kerja
Perangkat
Daerah
Penanggung-jawab
Lokasi
Tahun-1 Tahun-2 Tahun-3 Tahun-4 Tahun-5
Kondisi Kinerja pada akhir
periode Renstra Perangkat
Daerah
target
Rp targe
t Rp
target
Rp targe
t Rp
target
Rp targe
t Rp
(1) (2) (3)
(4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20
) Pengelolaan Hutan Lestari
Pengelolaan hutan sesuai dengan fungsinya
90.73%
Meningkatnya Nilai Produksi Kehutanan
Nilai subsektor kehutanan dalam PDRB DIY
720.236 juta rupiah
Program Pemanfaatan Potensi Sumberdaya Hutan
Rasio pemanfaatan sumber daya hutan
86.57 rasio
86.60 rasio
280,000,000
n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a
Penataan Hutan
Penataan Kawasan Hutan
3 kegiatan
3 kegiatan
100,000,000
n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a
RENSTRA 2017-2022
“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 6-2
Tujuan Sasara
n Kode
Program dan
Kegiatan
Indikator
Kenerja Tujuan, Sasaran, Program (outcom
e) dan Kegiatan (output)
Data
Capaian
pada
Tahun
Awal
Perencanaan
Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Unit Kerja
Perangkat
Daerah
Penanggung-jawab
Lokasi
Tahun-1 Tahun-2 Tahun-3 Tahun-4 Tahun-5
Kondisi Kinerja pada akhir
periode Renstra Perangkat
Daerah
target
Rp targe
t Rp
target
Rp targe
t Rp
target
Rp targe
t Rp
(1) (2) (3)
(4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20
) Penatausa
haan Produksi Hasil Hutan
Pengawasan tata usaha kayu dan peredaran hasil hutan
12 bulan
12 bulan
100,000,000
n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a
Pengelolaan Perhutanan Sosial
Pengelolaan hutan rakyat dan perhutanan sosial
4 kabupaten
4 kabupaten
80,000,000
n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a
Program Peningkatan Produksi Hasil Hutan
Persentase peningkatan produksi hasil hutan (%)
0.02%
0.10%
5,453,670,000
n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a
Pengelolaan Sumber Daya Hutan
Produk Hasil Hutan
2 Komoditas
2 Komoditas
5,453,670,000
n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a
RENSTRA 2017-2022
“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 6-3
Tujuan Sasara
n Kode
Program dan
Kegiatan
Indikator
Kenerja Tujuan, Sasaran, Program (outcom
e) dan Kegiatan (output)
Data
Capaian
pada
Tahun
Awal
Perencanaan
Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Unit Kerja
Perangkat
Daerah
Penanggung-jawab
Lokasi
Tahun-1 Tahun-2 Tahun-3 Tahun-4 Tahun-5
Kondisi Kinerja pada akhir
periode Renstra Perangkat
Daerah
target
Rp targe
t Rp
target
Rp targe
t Rp
target
Rp targe
t Rp
(1) (2) (3)
(4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20
) Program
Administrasi Perkantoran
Prosentase Pelayanan Administrasi Perkantoran
100%
100%
2,116,174,000
100%
3,146,565,000
100%
3,461,222,000
100%
3,807,344,000
100%
4,188,079,000
100%
4,188,079,000
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
Prosentase penyediaan dan pemeliharaan sarana prasarana aparatur
100%
100%
1,571,408,900
100%
4,826,811,000
100%
5,309,492,000
100%
5,840,441,000
100%
6,424,485,000
100%
6,424,485,000
Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja Dan Pelaporan
Peningkatan kapasitas sumberdaya apatur
100%
100%
210,350,000
100%
423,244,000
100%
465,568,000
100%
512,125,000
100%
5,633,380,000
100%
5,633,380,000
RENSTRA 2017-2022
“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 6-4
Tujuan Sasara
n Kode
Program dan
Kegiatan
Indikator
Kenerja Tujuan, Sasaran, Program (outcom
e) dan Kegiatan (output)
Data
Capaian
pada
Tahun
Awal
Perencanaan
Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Unit Kerja
Perangkat
Daerah
Penanggung-jawab
Lokasi
Tahun-1 Tahun-2 Tahun-3 Tahun-4 Tahun-5
Kondisi Kinerja pada akhir
periode Renstra Perangkat
Daerah
target
Rp targe
t Rp
target
Rp targe
t Rp
target
Rp targe
t Rp
(1) (2) (3)
(4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20
) Keuangan
Terwujudnya Tata Kelola Lingkungan Hidup yang Berkualitas
Persentase Ketercapaian Sasaran Pembangunan Bidang Lingkungan Hidup
85.64%
88.56%
2,336,241,100
91.47%
-
94.39%
-
97.02%
-
100%
-
-
-
Program Konservasi Dan Perlindungan Hutan
Persentase Penurunan kerusakan hutan
0.10%
0.10%
2,336,241,100
n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a
Pengembangan Perbenihan Tanaman Kehutanan
bibit/benih tanaman kehutanan untuk kegiatan rehabilita
315.000 batang
325.000 batang
586,241,100
n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a
RENSTRA 2017-2022
“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 6-5
Tujuan Sasara
n Kode
Program dan
Kegiatan
Indikator
Kenerja Tujuan, Sasaran, Program (outcom
e) dan Kegiatan (output)
Data
Capaian
pada
Tahun
Awal
Perencanaan
Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Unit Kerja
Perangkat
Daerah
Penanggung-jawab
Lokasi
Tahun-1 Tahun-2 Tahun-3 Tahun-4 Tahun-5
Kondisi Kinerja pada akhir
periode Renstra Perangkat
Daerah
target
Rp targe
t Rp
target
Rp targe
t Rp
target
Rp targe
t Rp
(1) (2) (3)
(4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20
) si kawasan hutan
Perlindungan Hutan
Perlindungan Hutan Terjamin
12 bulan
12 bulan
1,100,000,000
n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a
Pengamanan Hutan
Keamanan Hutan Terjamin
12 bulan
12 bulan
200,000,000
n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a
Konservasi Sumberdaya Hutan
Pembinaan dan Pengendalian Konservasi Sumberdaya Hutan
2 kegiatan
2 kegiatan
350,000,000
n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai/DAS
Pengelolaan DAS Prioritas
1 Tahun
1 Tahun
100,000,000
n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a
RENSTRA 2017-2022
“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 6-6
Tujuan Sasara
n Kode
Program dan
Kegiatan
Indikator
Kenerja Tujuan, Sasaran, Program (outcom
e) dan Kegiatan (output)
Data
Capaian
pada
Tahun
Awal
Perencanaan
Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Unit Kerja
Perangkat
Daerah
Penanggung-jawab
Lokasi
Tahun-1 Tahun-2 Tahun-3 Tahun-4 Tahun-5
Kondisi Kinerja pada akhir
periode Renstra Perangkat
Daerah
target
Rp targe
t Rp
target
Rp targe
t Rp
target
Rp targe
t Rp
(1) (2) (3)
(4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20
) Pengembangan Agribisnis Perkebunan Berkelanjutan
Peningkatan jumlah klaster komoditas perkebunan
5 klaster
6 klaster
2,605,490,000
n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a
Meningkatnya produksi tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan
Nilai sub sektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan dalam PDRB
6.903.079 juta rupiah
7.041.831 juta rupiah
2,605,490,000
n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a
Program Peningkatan Produksi Perkebunan
produksi perkebunan
68.602 ton
68.740 ton
2,605,490,000
n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a
RENSTRA 2017-2022
“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 6-7
Tujuan Sasara
n Kode
Program dan
Kegiatan
Indikator
Kenerja Tujuan, Sasaran, Program (outcom
e) dan Kegiatan (output)
Data
Capaian
pada
Tahun
Awal
Perencanaan
Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Unit Kerja
Perangkat
Daerah
Penanggung-jawab
Lokasi
Tahun-1 Tahun-2 Tahun-3 Tahun-4 Tahun-5
Kondisi Kinerja pada akhir
periode Renstra Perangkat
Daerah
target
Rp targe
t Rp
target
Rp targe
t Rp
target
Rp targe
t Rp
(1) (2) (3)
(4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20
) Pengelolaa
n Tanaman Perkebunan
Budidaya tanaman perkebunan sesuai SOP
4 komoditas
4 komoditas
1,323,250,000
n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a
Pembinaan Kelembagaan, Penyuluhan dan Pengolahan Pasca Panen
Peningkatan nilai tambah produksi perkebunan dan pembinaan kelembagaan perkebunan
5 komoditas
5 komoditas
882,240,000
n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a
Pengelolaan Tanaman Tembakau (Cukai)
Budidaya tanaman tembakau sesuai SOP
3 kegiatan
4 kegiatan
300,000,000
n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a
Pembinaan Kelembagaan Petani Tembakau (Cukai)
Pendampingan kelembagaan tembakau
4 kabupaten
4 kabupaten
100,000,000
n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a
RENSTRA 2017-2022
“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 7-1
BAB 7 KINERJA PENYELENGGARAAN BIDANG URUSAN
Indikator Kinerja Utama (Key Performance Indikators) merupakan ukuran keberhasilan dari
suatu tujuan dan sasaran strategis instansi pemerintah dalam penyelenggaraan bidang urusan
yang ditangani. Dengan Indikator Kinerja Utama dapat diketahui keberhasilan penyelenggaraan
bidang urusan untuk perbaikan kinerja dan peningkatan akuntabilitas kinerja secara kuantitatif
dari Satuan Kerja Perangkat Daerah. Indikator Kinerja SKPD disusun untuk mendukung
pencapaian tujuan dan sasaran dalam RPJMD.
Indikator Kinerja urusan kehutanan dan perkebunan untuk mengukur keberhasilan
pembangunan kehutanan dan perkebunan di D.I Yogyakarta beserta target capaian setiap tahun
dalam kurun waktu 2017-2022 adalah sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 7-1Indikator Kinerja Perangkat Daerah yang Mengacu pada Tujuan dan Sasaran RPJMD
No Indikator Kondisi Kinerja pada Awal periode RPJMD
Target Capaian Setiap Tahun Kondisi Kinerja pada akhir periode RPJMD
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun5
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 Nilai subsektor
kehutanan dalam PDRB DIY
720.236 juta rupiah
734.713 juta rupiah
n/a n/a n/a n/a 76.,545 juta rupiah
2 Persentase Ketercapaian Sasaran Pembangunan Bidang Lingkungan Hidup
85.64% 88.56% n/a n/a n/a n/a 100%
3 Nilai sub sektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan dalam PDRB
6.903.079 juta rupiah
7.041.831 juta rupiah
n/a n/a n/a n/a 7.327.757 juta rupiah
RENSTRA 2017-2022
“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 8-1
BAB 8 PENUTUP
Hasil utama pembangunan kehutanan dan perkebunan harus diyakini tidak hanya terbatas pada
pemenuhan kinerja secara numerik, namun demikian perbaikan kondisi aktual di
masyarakatlah yang memberikan gambaran sesungguhnya keberhasilan pembangunan
kehutanan dan perkebunan di DIY. Pencapaian tujuan dan sasaran secara nyata dan mampu
memberikan manfaat bagi masyarakat merupakan indikator keberhasilan pembaungunan
bidang kehutanan dan perkebunan.
Keberhasilan pelaksanaan program dan kegiatan untuk mencapai sasaran strategis yang telah
ditetapkan dalam Renstra Dinas Kehutanan dan Perkebunan Tahun 2017- 2022, akan sangat
ditentukan oleh kapasitas dan kualitas kinerja pimpinan serta jajaran pelaksana pada seluruh
unit-unit kerja. Selain itu keterlibatan pihak-pihak terkait dalam upaya pembangunan kehutanan
dan perkebunan merupakan faktor penting dalam upaya mewujudkan tujan dan sasaran yang
telah ditetapkan secara nyata di masyarakat. Untuk mengukur tingkat keberhasilan pencapaian
dalam pelaksanaan rencana kerja tersebut, maka secara berkala akan dilakukan monitoring dan
evaluasi, serta pengawasan dan pengendalian yang dituangkan dalam dokumen pelaporan
termasuk pelaporan hasil audit kinerja
Penyusunan Rencana Strategis ini dilaksanakan berdasarkan pada kemampuan dan potensi
yang dimiliki Dinas Kehutanan dan Perkebunan Daerah Istimewa Yogyakarta di dalam
mewujudkan kelestarian dan manfaat hutan serta agribisnis perkebunan yang berdaya saing.
Dengan terlaksananya kelestarian dan manfaat hutan serta agribisnis perkebunan yang berdaya
saing, kiranya dukungan terhadap pemenuhan kebutuhan dan peningkatan pendapatan
masyarakat dapat tercapai sehingga kesejahteraan masyarakat dapat terpenuhi. Dengan
terlaksananya pelestarian potensi sumberdaya alam, khususnya hutan, maka fungsi sosial
budaya, ekonomi dan ekologi akan semakin memberikan perlindungan bagi kehidupan.
Dengan adanya Rencana Strategis Dinas Kehutanan dan Perkebunan periode 2017 – 2022 ini
diharapkan arah pembangunan kehutanan dan perkebunan di Daerah Istimewa Yogyakarta
dapat lebih terarah, lebih mengena sasaran dan lebih sesuai dengan dinamika aktual yang terjadi
di masyarakat serta memberikan manfaat yang nyata pada proses pembangunan di Daerah
istimewa Yogyakarta.
Pada akhirnya, semoga Allah, SWT, memberikan petunjuk dan karunia-NYA kepada kita semua,
sehingga seluruh harapan yang diletakkan pada pembangunan kehutanan dan perkebunan ini
dapat dipenuhi dan membawa kemaslahatan untuk masyarakat DIY.