RENSTRA 2017-2022dishutbun.jogjaprov.go.id/assets/artikel/renstra_dishutbun_2017-2022.pdfRencana...

54

Transcript of RENSTRA 2017-2022dishutbun.jogjaprov.go.id/assets/artikel/renstra_dishutbun_2017-2022.pdfRencana...

Page 1: RENSTRA 2017-2022dishutbun.jogjaprov.go.id/assets/artikel/renstra_dishutbun_2017-2022.pdfRencana Strategis ... Satuan Organisasi Perangkat Daerah merupakan dokumen perencanaan untuk
Page 2: RENSTRA 2017-2022dishutbun.jogjaprov.go.id/assets/artikel/renstra_dishutbun_2017-2022.pdfRencana Strategis ... Satuan Organisasi Perangkat Daerah merupakan dokumen perencanaan untuk

RENSTRA 2017-2022

“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” i

KATA PENGANTAR

Rencana Strategis (Renstra) Satuan Organisasi Perangkat Daerah merupakan dokumen

perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun yaitu tahun 2017-2022 dari SKPD, yang memuat

tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, dan indikator kinerja yang disusun sesuai dengan tugas dan

fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah serta berpedoman pada RPJM Daerah dan bersifat

indikatif.

Indikator yang ditetapkan secara keseluruhan merupakan Indikator Kinerja Utama yang

digunakan untuk mengukur kinerja SKPD dalam melaksanakan pembangunan di bidang

kehutanan dan perkebunan.

Dengan Renstra ini diharapkan dapat (1) memudahkan Dinas dan Unit Pelaksana Teknis pada

Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY dalam menyusun rencana kegiatan dan program tahunan

secara terpadu, terarah dan terukur sesuai dengan kondisi riil; (2) menyediakan acuan resmi

bagi Dinas dan Unit Pelaksana Teknis pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY dalam

menentukan prioritas program dan kegiatan tahunan Daerah yang dibiayai dari APBD; (3)

memudahkan dalam memahami dan menilai visi. misi, tujuan, sasaran, arah kebijakan, strategi

dan program-program operasional tahunan dalam rentang periode tahun 2017-2022 serta (4)

sebagai tolok ukur bagi evaluasi dan penilaian kinerja Dinas dan Unit Pelaksana Teknis Daerah.

Disadari bahwa untuk mencapai target program dan kegiatan selama 5 (lima) tahun tidaklah

mudah namun dengan tekad dan kerja keras dari para pemangku kepentingan kita optimis

bahwa terget tersebut dapat dicapai. Kerjasama dari para pemangku kepentingan sangat

dibutuhkan karena pembangunan kehutanan dan perkebunan merupakan masalah kompleks,

hingga membutuhkan penanganan dari berbagai fungsi dan kebijakan. Akhirnya dengan

menyadari kekurangan yang ada, kiranya sumbangan pikiran yang berupa saran dan masukan

sangat kami harapkan agar dalam penyusunan RENSTRA ini dikemudian hari dapat terlaksana

dengan lebih baik. Semoga RENSTRA ini dapat digunakan sebagai dasar bahan pertimbangan

dalam menentukan kegiatan pembangunan kehutanan dan perkebunan pada tahun berikutnya.

Yogyakarta, 15 April 2018

Kepala

Dinas Kehutanan dan Perkebunan

Ir. R. Sutarto, M.P.

NIP. 19601001 198503 1 008

Page 3: RENSTRA 2017-2022dishutbun.jogjaprov.go.id/assets/artikel/renstra_dishutbun_2017-2022.pdfRencana Strategis ... Satuan Organisasi Perangkat Daerah merupakan dokumen perencanaan untuk

RENSTRA 2017-2022

“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................................ i

DAFTAR ISI ......................................................................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL................................................................................................................................................ iii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................................................... iv

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1-1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................. 1-1

1.2 Landasan Hukum ........................................................................................................................ 1-2

1.3 Maksud dan Tujuan .................................................................................................................... 1-3

1.4 Sistematika Penulisan ............................................................................................................... 1-4

BAB 2 GAMBARAN PELAYANAN PERANGKAT DAERAH .............................................. 2-1

2.1 Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi Perangkat Daerah ....................................... 2-1

2.2 Sumber Daya Perangkat Daerah ........................................................................................... 2-3

2.3 Kinerja Pelayanan Perangkat Daerah ................................................................................. 2-4

2.4 Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Perangkat Daerah ............ 2-10

BAB 3 PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS PERANGKAT DAERAH ............ 3-1

3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan

Perangkat Daerah ....................................................................................................................... 3-1

3.2 Telaah Visi, Misi, dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

Terpilih ............................................................................................................................................ 3-2

3.3 Telaahan Renstra K/L dan Renstra Kabupaten Kota ................................................... 3-6

3.4 Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup

Strategis .......................................................................................................................................... 3-8

3.5 Penentuan Isu-Isu Strategis ................................................................................................. 3-12

BAB 4 TUJUAN DAN SASARAN ............................................................................................... 4-1

4.1 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Perangkat Daerah ........................................ 4-1

BAB 5 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN ......................................................................... 5-1

BAB 6 RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN SERTA PENDANAAN .......................... 6-1

BAB 7 KINERJA PENYELENGGARAAN BIDANG URUSAN .............................................. 7-1

BAB 8 PENUTUP ......................................................................................................................... 8-1

Page 4: RENSTRA 2017-2022dishutbun.jogjaprov.go.id/assets/artikel/renstra_dishutbun_2017-2022.pdfRencana Strategis ... Satuan Organisasi Perangkat Daerah merupakan dokumen perencanaan untuk

RENSTRA 2017-2022

“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” iii

DAFTAR TABEL

Tabel 2-1 Pencapaian Kinerja Pelayanan Perangkat Daerah Dinas Kehutanan dan

Perkebunan Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta .......................................... 2-5

Tabel 2-2 Anggaran dan Realisasi Pendanaan Pelayanan Perangkat Daerah Dinas

Kehutanan dan Perkebunan Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta .......... 2-8

Tabel 4-1 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Pelayanan Perangkat Daerah ............................... 4-1

Tabel 5-1 Tujuan, Sasaran, Strategi, dan Kebijakan ....................................................................................... 5-4

Tabel 6-1 Rencana Program, Kegiatan, dan Pendanaan Perangkat Daerah…………….

Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta .................................................................... 6-1

Tabel 7-1 Indikator Kinerja Perangkat Daerah yang Mengacu pada Tujuan dan Sasaran

RPJMD ........................................................................................................................................................... 7-1

Page 5: RENSTRA 2017-2022dishutbun.jogjaprov.go.id/assets/artikel/renstra_dishutbun_2017-2022.pdfRencana Strategis ... Satuan Organisasi Perangkat Daerah merupakan dokumen perencanaan untuk

RENSTRA 2017-2022

“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Perangkat Daerah ...............................................................................................

Page 6: RENSTRA 2017-2022dishutbun.jogjaprov.go.id/assets/artikel/renstra_dishutbun_2017-2022.pdfRencana Strategis ... Satuan Organisasi Perangkat Daerah merupakan dokumen perencanaan untuk

RENSTRA 2017-2022

“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Rencana Strategis (Renstra) Perangkat Daerah merupakan dokumen perencanaan

Perangkat Daerah untuk periode 5 (lima) tahun yang memuat tujuan, sasaran, program,

dan kegiatan pembangunan dalam rangka pelaksanaan Urusan Pemerintahan Wajib

dan/atau Urusan Pemerintahan Pilihan sesuai dengan tugas dan fungsi setiap Perangkat

Daerah yang disusun sesuai dengan tugas dan fungsinya untuk mencapai tujuan dan

sasaran jangka menengah Perangkat Daerah yang selaras dengan strategi dan kebijakan

daerah sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

(RPJMD).

Secara umum Renstra Perangkat Daerah menjawab 3 pertanyaan dasar yakni: Ke mana

pelayanan SKPD akan di arahkan pengembanga nnya dan apa yang hendak dicapaidalam

lima tahun mendatang; Bagaimana mencapainya; Serta langkah-langkah strategis apa

yang perlu dilakukan agar tujuan tercapai. Secara terperinci, penyusunan Renstra

Perangkat Daerah berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun

2017 tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah,

Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, serta Tata Cara

Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah.

Renstra Dinas Kehutanan dan Perkebunan Daerah Istimewa Yogyakarta ini secara umum

memiliki tujuan memberikan arah, pedoman yang terencana dalam mengarahkan seluruh

potensi sumber daya manusia dan potensi lain yang dimiliki dalam rangka mewujudkan

tujuan dan sasaran perangkat daerah untuk mampu menjawab kemajuan, perkembangan

dan tantangan jaman. Sedangkan secara khusus dirumuskan untuk memberikan

gambaran potensi riil yang dimiliki, peluang dan tantangan, dan untuk menetapkan

program dan sasaran kerja yang terarah, terukur yang akan dijadikan pedoman pada masa

lima tahun mendatang; memprediksi hambatan-hambatan yang terjadi dan sekaligus

mencari jalan keluar (solusi); serta memberikan arah dalam upaya menjalin hubungan

yang baik dengan berbagai pihak.

Sebagai dokumen perencanaan pembangunan kehutanan dan perkebunan untuk jangka

2017-2022 Renstra Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY memuat telaah atas rencana

strategis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Kementerian Pertanian

sebagai rujukan atas kebijakan nasional dalam pembangunan kehutanan dan perkebunan

di DIY serta telaah atas rencana tata ruang, dan Rencana Kehutanan Tingkat Provinsi

sebagai rujukan penggunaan ruang wilayah dan rencana pengelolaan hutan di tingkat

provinsi. Renstra Dinas Kehutanan dan Perkebunan selanjutnya menjadi pedoman

pembangunan kehutanan dan perkebunan di DIY dan menjadi rujukan pedoman dalam

penyusunan Rencana Kerja SPKD setiap tahunnya.

Page 7: RENSTRA 2017-2022dishutbun.jogjaprov.go.id/assets/artikel/renstra_dishutbun_2017-2022.pdfRencana Strategis ... Satuan Organisasi Perangkat Daerah merupakan dokumen perencanaan untuk

RENSTRA 2017-2022

“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 1-2

1.2 Landasan Hukum Dasar hukum penyusunan Rencana Strategis Dinas Kehutanan dan Perkebunan tahun

2017-2022 sebagai berikut :

1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa

Jogjakarta (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 3) sebagaimana

telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1955 tentang

Perubahan Undang-Undang Nomor 3 jo. Nomor 19 Tahun 1950 tentang

Pembentukan Daerah Istimewa Jogjakarta (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1955 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor

827);

2) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,Tambahan Lembaran Negara

Nomor 4286);

3) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Keuangan

Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66,

TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

4) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional (SPPN) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2004 Nomor 104, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

5) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2007 Nomor 33, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

6) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 200 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara

Republik IndonesiaNomor 4725);

7) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa

Yogyakarta (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 170,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5339);

8) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244);

9) Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan

Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);

10) Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional 2015-2019 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2015 Nomor 3);

11) Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 Tentang Pelaksanaan Pencapaian

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

12) Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2007

tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006

tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

13) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tata Cara

Perencanaan, Pengendalian Dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara

Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Daerah Dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Serta Tata

Page 8: RENSTRA 2017-2022dishutbun.jogjaprov.go.id/assets/artikel/renstra_dishutbun_2017-2022.pdfRencana Strategis ... Satuan Organisasi Perangkat Daerah merupakan dokumen perencanaan untuk

RENSTRA 2017-2022

“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 1-3

Cara Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah

(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1312);

14) Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 5 Tahun 2005

tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah dan Pelaksanaan

Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah (Lembaran Daerah Provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2005 Nomor 3 Seri E), sebagaimana telah

diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 3

Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta Nomor 5 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana

Pembangunan Daerah dan Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan

Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2009

Nomor 3);

15) Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2009

tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2005-2025

(Lembaran Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2009 Nomor 2).

16) Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 3 Tahun 2015 tentang

Kelembagaan Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta.

17) Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 3 Tahun 2018 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta

Tahun 2017 – 20122.

18) Peraturan Gubernur Nomor 65 Tahun 2015 Tentang Rincian Tugas dan Fungsi

Dinas Kehutanan dan Perkebunan.

1.3 Maksud dan Tujuan Penyusunan Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Kehutanan dan Perkebunan Daerah

Istimewa Yogyakarta Tahun 2017-2022 dimaksudkan untuk mensinergikan dinamika dan

aspirasi yang berkembang di masyarakat dengan Program Strategis Nasional Kementrian

Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Kementerian Pertanian, Program dan Kegiatan

SKPD dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) dan Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta,

untuk menghasilkan rumusan strategi, arah kebijakan dan program pembangunan yang

terarah, efektif, efisien dan terpadu yang dapat mendorong terwujudnya tujuan dan

sasaran pembangunan yang telah ditetapkan.

Selanjutnya Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Kehutanan dan Perkebunan Daerah

Istimewa Yogyakarta Tahun 2017-2022 dimaksudkan juga untuk menjadi acuan dan

pedoman dalam penyusunan Rencana Kerja SKPD dan pembangunan kehutanan dan

perkebunan di Daerah Istimewa Yogyakarta sampai dengan tahun 2022.

Tujuan penyusunan Rencana Strategis SKPD (RENSTRA SKPD) Dinas Kehutanan dan

Perkebunan Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2017-2018 adalah sebagai berikut :

Page 9: RENSTRA 2017-2022dishutbun.jogjaprov.go.id/assets/artikel/renstra_dishutbun_2017-2022.pdfRencana Strategis ... Satuan Organisasi Perangkat Daerah merupakan dokumen perencanaan untuk

RENSTRA 2017-2022

“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 1-4

1. Menjabarkan tujuan, sasaran dan agenda pembangunan dan program Dinas

Kehutanan dan Perkebunan Daerah Istimewa Yogyakarta ke dalam arah

kebijakan dan program pembangunan yang rinci, terarah, terukur dan dapat

dilaksanakan dari Tahun 2017 sampai dengan Tahun 2022 untuk mewujudkan

tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan daerah di bidang kehutanan dan

perkebunan di Daerah Istimewa Yogyakarta

2. Menyediakan satu acuan resmi bagi seluruh bagian unit kerja dilingkup Dinas

Kehutanan dan Perkebunan Daerah Istimewa Yogyakarta dalam menentukan

prioritas program dan kegiatan pembangunan di bidang Kehutanan dan

Perkebunan

3. Mendorong terwujudnya koordinasi, integrasi, sinergi dan sinkronisasi

pembangunan baik antar unit kerja dalam SKPD, antar SKPD, antara Pemerintah

Kabupaten, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat;

4. Menyediakan tolak ukur untuk mengukur kinerja dan evaluasi kinerja dilingkup

Dinas Kehutanan dan Perkebunan Daerah Istimewa Yogyakarta;

5. Sebagai bahan acuan dalam penyusunan Rencana Kerja Tahunan Dinas Kehutanan

dan Perkebunan Daerah Istimewa Yogyakarta dalam kurun waktu tahun 2017

sampai dengan tahun 2022.

1.4 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam dokumen Rencana Strategis Dinas Kehutanan dan

Perkebunan DIY Tahun 2017-2022 adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

I.1 Latar Belakang

I.2 Landasan Hukum

I.3 Maksud dan Tujuan

I.4 Sistematika Penulisan

Bab II Gambaran Pelayanan Perangkat Daerah

II.1 Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi Perangkat Daerah

II.2 Sumber Daya Perangkat Daerah

II.3 Kinerja Pelayanan Perangkat Daerah

II.4 Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Perangkat Daerah

Bab III Isu-Isu Strategis Berdasarkan Tugas dan Fungsi

III.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Perangkat

Daerah

III.2 Telaahan Visi, Misi, dan Program Kepala daerah dan wakil kepala daerah

III.3 Telaahan Renstra K/L dan Renstra Kabupaten/Kota

III.4 Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis

III.5 Penentuan Isu-isu Strategis

Bab IV Tujuan dan Sasaran

IV.1 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Perangkat Daerah

Bab V Strategi dan Arah Kebijakan

Page 10: RENSTRA 2017-2022dishutbun.jogjaprov.go.id/assets/artikel/renstra_dishutbun_2017-2022.pdfRencana Strategis ... Satuan Organisasi Perangkat Daerah merupakan dokumen perencanaan untuk

RENSTRA 2017-2022

“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 1-5

Bab VI Rencana Program dan Kegiatan Serta Pendanaan

Bab VII Kinerja Penyelenggaraan Bidang Urusan

Bab VIII Penutup

Page 11: RENSTRA 2017-2022dishutbun.jogjaprov.go.id/assets/artikel/renstra_dishutbun_2017-2022.pdfRencana Strategis ... Satuan Organisasi Perangkat Daerah merupakan dokumen perencanaan untuk

RENSTRA 2017-2022

“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 2-1

BAB 2 GAMBARAN PELAYANAN PERANGKAT DAERAH

2.1 Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi Perangkat Daerah Berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 65 Tahun 2015 Tentang Rincian Tugas dan

Fungsi Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Daerah

Istimewa Yogyakarta mempunyai tugas “Melaksanakan urusan Pemerintahan Daerah di

Bidang Kehutanan dan Perkebunan serta kewenangan dekonsentrasi dan tugas

pembantuan yang diberikan oleh pemerintah”.

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY

mempunyai fungsi :

1. Penyusunan Program dan Pengendalian di Bidang Kehutanan dan Perkebunan.

2. Perumusan Kebijakan teknis di bidang Kehutanan dan Perkebunan.

3. Pelaksanaan Penataan dan Perlindungan Hutan.

4. Pelaksanaan Rehabilitasi dan Produksi hutan serta pemasarannya.

5. Pelaksanaan Pengembangan, Perlindungan, Pengolahan dan Pemasaran hasil

Perkebunan.

6. Pelaksanaan Koordinasi perijinan dibidang kehutanan dan Perkebunan.

7. Pelaksanaan Pelayanan umum sesuai dengan kewenangannya.

8. Penyelenggaraan kegiatan kehutanan dan Perkebunan Lintas Kabupaten/Kota.

9. Pemberian fasilitas penyelenggaraan bidang kehutanan dan Perkebunan

Kabupaten/Kota.

10. Pemberdayaan sumberdaya dan mitra kerja di bidang Kehutanan dan Perkebunan

Kabupaten/Kota.

11. Pelaksanaan kegiatan Ketatausahaan.

12. Pelaksanaan Tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan fungsi dan

tugasnya.

Dinas Kehutanan dan Perkebunan Daerah Istimewa Yogyakarta dibentuk berdasarkan

Peraturan Daerah Istimewa Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 3 Tahun 2015 tentang

Kelembagaan Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta, yang merupakan unsur

pelaksana penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan susunan organisasi sebagai

berikut :

1. Kepala

2. Sekretariat

• Sub Bagian Umum

• Sub Bagian Keuangan

• Sub Bagian Program dan Informasi

Page 12: RENSTRA 2017-2022dishutbun.jogjaprov.go.id/assets/artikel/renstra_dishutbun_2017-2022.pdfRencana Strategis ... Satuan Organisasi Perangkat Daerah merupakan dokumen perencanaan untuk

RENSTRA 2017-2022

“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 2-2

3. Bidang Penataan dan Perlindungan Hutan

• Seksi Penataan Hutan

• Seksi Pengamanan Hutan

• Seksi Konservasi dan Perlindungan Hutan

4. Bidang Rehabilitasi dan Produksi Hutan

• Seksi Rehabilitasi dan Pembibitan Hutan

• Seksi Produksi dan Pemasaran Hasil hutan

• Seksi Penatausahaan Hasil Hutan

5. Bidang Pengembangan Tanaman Perkebunan

• Seksi Pengembangan Tanaman Tahunan

• Seksi Pengembangan Tanaman Semusim

• Seksi Perlindungan dan Perbenihan

6. Bidang Kelembagaan, Pengolahan dan Sarana Prasarana Perkebunan

• Seksi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan

• Seksi Penyuluhan dan Kelembagaan Perkebunan

• Seksi Sarana Prasarana Perkebunan

7. Kelompok Jabatan Fungsional

8. UPT

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Perangkat Daerah

Page 13: RENSTRA 2017-2022dishutbun.jogjaprov.go.id/assets/artikel/renstra_dishutbun_2017-2022.pdfRencana Strategis ... Satuan Organisasi Perangkat Daerah merupakan dokumen perencanaan untuk

RENSTRA 2017-2022

“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 2-3

Dalam melaksanakan pembangunan kehutanan dan perkebunan, juga dibentuk Unit

Pelaksana Teknis di lingkungan Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY dibentuk

berdasarkan Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor : 96 Tahun 2015

tentang Pembentukan, Susunan Organisasi, Uraian Tugas dan Fungsi serta Tatakerja Unit

Pelaksana Teknis pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan, yang meliputi :

1. Balai Pengembangan Perbenihan dan Percontohan Kehutanan dan Perkebunan

2. Balai Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Yogyakarta

3. Balai Sertifikasi, Pengawasan Mutu Benih dan Proteksi Tanaman Kehutanan dan

Perkebunan

4. Balai Pengelolaan Taman Hutan Raya Bunder

Pengelolaan kawasan hutan negara yang terdiri atas hutan produksi dan hutan lindung

secara teknis dilaksanakan oleh Balai Kesatuan Pengelolaan Hutan Yogyakarta yang dalam

pelaksanaannya dibentuk satuan pengelolaan dari yang terkecil berupa Petak/Blok Hutan,

Resort Pemangkuan Hutan (RPH) dan Bagian Daerah Hutan (BDH). Unit kesatuan

pengelolaan hutan tersebut terbagi menjadi 6 BDH yaitu BDH Playen, BDH Paliyan, BDH

Panggang, BDH Karangmojo, BDH Yogyakarta dan BDH Kulon Progo. Sedangkan

pengelolaan kawasan hutan konservasi Taman Hutan Raya (Tahura Bunder) dilaksanakan

oleh Balai Pengelolaan Tahura Bunder

2.2 Sumber Daya Perangkat Daerah Jumlah personil pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi D.I. Yogyakarta termasuk

4 UPTD sampai dengan posisi Desember 2017 sebanyak 354 orang. Sampai dengan akhir

Desember 2017, kondisi SDM Dinas maupun UPTD menurut kualifikasi pendidikan

seperti dan menurut golongan/pangkat seperti seperti yang disajikan pada tabel berikut :

Tabel 2.1. Kondisi kepegawaian Dinas dan UPTD Tahun 2017

Kualifikasi Golongan / Pangkat

Jumlah Personil (org) Jumlah Dinas BKPH BSPMBPTKP BP3KP Tahura

I a / Juru Muda - - - - - 1

I b / Juru Muda Tk. I - 1 - - - 6

I c / Juru - 8 - 1 - 3

I d / Juru Tk I - - - - - 13

II a / Pengatur Muda 1 18 - 2 1 14

II b / Pengatur Muda Tk.I - 1 1 - - 24

II c / Pengatur 4 40 1 9 6 46

II d / Pengatur Tk.I 1 6 - - - 8

III a / Penata Muda 12 9 1 2 - 26

III b / Penata Muda Tk.I 34 27 9 3 3 91

III c / Penata 34 11 3 2 1 32

III d / Penata Tk.I 45 14 10 3 4 44

IV a / Pembina 10 1 - 2 1 9

IV b / Pembina Tk.I 7 - - 1 - 4

IV c / Pembina Utama Muda 3 - - - - 1

IV d / Pembina Utama 1 - - - - 1

Total 152 136 25 25 16 327

Page 14: RENSTRA 2017-2022dishutbun.jogjaprov.go.id/assets/artikel/renstra_dishutbun_2017-2022.pdfRencana Strategis ... Satuan Organisasi Perangkat Daerah merupakan dokumen perencanaan untuk

RENSTRA 2017-2022

“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 2-4

Tabel 2.2. Klasifikasi pegawai menurut kualifikasi pendidikan Tahun 2017

Kualifikasi Pendidikan Jumlah Personil (org)

Jumlah Dinas BKPH BSPMBPTKP BP3KP Tahura

SD - 10 - - - 10

SLTP 1 23 1 1 2 28

SLTA 43 75 9 14 9 150

D III / D II 5 3 3 - - 11

S1/DIV 84 24 12 7 4 131

S2 19 1 - 3 1 24

Total 152 136 25 25 16 354

Secara umum kuantitas dan Kualitas SDM telah memenuhi kebutuhan walaupun pada

beberapa posisi jabatan memerlukan penataan ulang disesuaikan dengan kompetensi

SDM. Tenaga lapangan pada UPT Balai Kesatuan Pengelolaan Hutan Yogyakarta semakin

lama semakin berkurang karena batas usia pensiun sedangkan penambahan pegawai

dengan status PNS dibatasi. Kondisi tersebut memerlukan perhatin khusus untuk

kelancaran upaya pengelolaan hutan secara lestari.

Untuk mendukung pelaksanaan pembangunan kehutanan dan perkebunan di DIY Dinas

Kehutanan dan Perkebunan dilengkapi dengan berbagai Sarana dan Prasarana yang

terdiri dari Gedung Dinas Maupun UPTD yang tersebar di 5 Kabupaten/Kota, Pabrik

Minyak Kayu Putih, Kantor RPH, BDH, serta laboratorium, tanah, kebun, jalan hutan, alat-

alat besar, kendaraan Roda 2,4,6, alat-alat bengkel, alat-alat pertanian, alat-alat kantor dan

rumah tangga serta alat-alat studio dan komunikasi.

Secara umum kuantitas dan kondisi akan sarana dan prasarana telah memenuhi

kebutuhan walaupun masih ada beberapa sarpras yang memerlukan perawatan dan

perbaikan namun tidak terlalu mengganggu pelaksanaan pekerjaan secara signifikan.

2.3 Kinerja Pelayanan Perangkat Daerah Secara umum dalam pelaksanaan rencana strategis pada tahun 2012 – 2017 Dinas

Kehutanan dan Perkebunan secara umum telah mampu memenuhi target sasaran yang

ditetapkan, dimana rata-rata pencapaian target sasaran dapat dicapai dengan rasio

capaian lebih besar dari 100%. Walaupun demikian masih ada target sasaran yang tidak

mencapai 100%. Gambaran pencapaian kinerja SKPD pada pelaksanaan rencana strategis

dapat dilihat pada tabel berikut :

Page 15: RENSTRA 2017-2022dishutbun.jogjaprov.go.id/assets/artikel/renstra_dishutbun_2017-2022.pdfRencana Strategis ... Satuan Organisasi Perangkat Daerah merupakan dokumen perencanaan untuk

RENSTRA 2017-2022

“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 2-5

Tabel 2.3. Pencapaian Kinerja Pelayanan Perangkat Daerah Dinas Kehutanan dan Perkebunan Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta

No Indikator Kinerja Target

SPM

Target

IKK

Target

Indikator

Lainnya

Target Renstra SKPD Tahun Realisasi Capaian tahun Rasio Capaian pada Tahun

2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20)

1 Luas lahan kritis (Ha)

*

28.000 27.000 n/a n/a n/a 27.291 25.789 n/a n/a n/a 102,53 104,48 n/a n/a n/a

2 Persentase Jumlah

Industri Primer Hasil

Hutan Kayu yang

telah dibina (%)*

70 75 n/a n/a n/a 70 90 n/a n/a n/a 100 120 n/a n/a n/a

3 Persentase kerusakan

hutan (%)* 34,54 31,84 n/a n/a n/a 9,97 8,56 n/a n/a n/a 171,13 173,12 n/a n/a n/a

4 NTP sektor

perkebunan (%)** 124,23 125,86 128 116** n/a 127,75 141,28 139,75 124,08 n/a 102,83 112,25 109,2 106,97 n/a

5 Produksi Komoditas

perkebunan (ton)**

84.600 86.300 88.000 80.125** n/a 78.619 80.084 82.379 73.755 n/a 92,93 92,80 93,61 92,05 n/a

6 Peningkatan

produksi Hasil Hutan

(%)

3,52 4,70 5,59 6,48 n/a 4,53 5,51 5,29 6,08 n/a 128,69 117,23 94,63 93,83 n/a

7 Persentase Luas

Hutan (%)

27,34 27,5 27,63 27,77 n/a 29,45 29,73 29,9 30,45 n/a 107,72 108,11 108,4 109,65 n/a

8 Peningkatan

pemanfaatan

sumberdaya hutan

(%)***

n/a n/a n/a n/a 35,24 n/a n/a n/a n/a 36,09 n/a n/a n/a n/a 102,41

9 Peningkatan luas

hutan (%)***

n/a n/a n/a n/a 0,16 n/a n/a n/a n/a 0,53 n/a n/a n/a n/a 331,25

10 PDRB DIY sub sektor

perkebunan (juta

rupiah)***

n/a n/a n/a n/a 270.000 n/a n/a n/a n/a 210.219 n/a n/a n/a n/a 77,86

Keterangan : *) Indikator kinerja tidak lagi dimasukkan dalam perencanaan strategis sesuai perubahan (review) renstra pertama pada tahun 2014 **)

1. Penghitungan NTP pada tahun 2013 – 2014 menggunakan angka dasar tahun 2007, sedangkan untuk tahun 2016 dan 2017 menggunakan angka dasar tahun 2012 sehingga ada penyesuaian target kinerja untuk tahun 2016 dan 2017.

2. Target Produksi Perkebunan untuk tahun 2016 dan 2017 disesuaikan dengan kondisi riil di lapangan dimana produksi perkebunan mengalami tren menurun dari tahun ke tahun dan tindakan yanvg dilakukan untuk mengatasi hal tersebut masih belum mampu mengatasi tren penurunan tersebut dan hanya mampu menghambat laju penurunan produksi karena dipengaruhi faktor di luar kendali SKPD

***) Merupakan indikator kinerja baru yang ditetapkan pada perubahan(review) renstra ke dua pada tahun 2016

Page 16: RENSTRA 2017-2022dishutbun.jogjaprov.go.id/assets/artikel/renstra_dishutbun_2017-2022.pdfRencana Strategis ... Satuan Organisasi Perangkat Daerah merupakan dokumen perencanaan untuk

RENSTRA 2017-2022

“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 2-1

Rencana Strategis Dinas Kehutanan dan Perkebunan periode 2012-2017 mengalami dua

kali perubahan (review) mengikuti adanya perubahan arah kebijakan pada perubahan

(review) RPJMD DIY tahun 2012-2017. Review rencana strategis meliputi perumusan

kembali visi, misi, tujuan, sasaran, dan indikator sasaran strategis sehingga seperti yang

dapat dilihat pada tabel II.1, terdapat indikator kinerja yang tidak tersedia data target dan

capaian kinerja untuk tahun tertentu. Review pertama dilakukan pada tahun 2015 yang

meliputi penyederhanaan indikator kinerja strategis dinas mulai tahun 2015 dari semula

sejumlah 7 indikator menjadi 4 indikator sasaran strategis. Review kedua dilakukan pada

tahun 2016 dimana dilakukan perumusan kembali visi, misi, tujuan sasaran dan indikator

sasaran strategis untuk pelaksanaan tahun 2017 sebagai tahun akhir periode pelaksanaan

renstra 2012-2017. Indikator sasaran strategis sesuai dengan review ke dua merupakan

indikator baru khusus untuk pelaksanaan renstra pada tahun 2017.

Pada tabel II.1 dapat dilihat pencapaian kinerja pelayanan Dinas Kehutanan dan

Perkebunan DIY selama rentang waktu 2013-2017 dimana secara umum pencapaian

target sasaran strategis dapat dikatakan telah memenuhi target yang telah ditetapkan.

Dari 10 Indikator sasaran strategis yang ditetapkan hanya terdapat satu indikator yang

tidak mencapai target yang ditetapkan selama pelaksanaan renstra 2012-2017 yaitu

Produksi Komoditas Perkebunan dimana selama pelaksanaan renstra 2012-2017 hanya

memiliki rata-rata pencapaian kinerja sebesar 92,84%.

2.3.1. Luas Lahan Kritis

Lahan kritis menurut Departemen Kehutanan (2009) yaitu suatu lahan baik yang

berada di dalam maupun di luar kawasan hutan yang telah mengalami kerusakan,

sehingga kehilangan atau berkurang fungsinya sampai pada batas yang ditentukan

atau yang diharapkan. Adanya lahan kritis akan mempengaruhi keseimbangan

fungsi ekologi suatu kawasan seperti berkurangnya fungsi penyerapan air,

berkurangnya kesuburan tanah yang akan mengakibatkan terganggunya fungsi

ekonomi dan fungsi sosial suatu kawasan serta dapat menjadi ancaman bencana

seperti banjir dan tanah longsor. Oleh karena itu penanganan atau rehabilitasi lahan

kritis merupakan suatu hal yang penting dilaksanakan untuk menjaga kestabilan

fungsi ekologi, ekonomi dan fungsi sosial suatu kawasan baik hutan maupun non

hutan.

Pada tahun 2013 luas lahan kritis di DIY, baik di dalam maupun di luar kawasan

hutan tercatat sebesar 27.291,87 ha atau mencapai 8,56% dari luas DIY. Hal

tersebut menunjukkan hasil positif dimana luasan lahan kritis yang terealisasi lebih

kecil dibandingkan target sebesar 28.000 ha dengan persentase realisasi sebesar

102,59%.

Sedangkan pada 2014 luas lahan kritis tercatat sebesar 25.789,75 ha atau sebesar

8,72% dari luas wilayah DIY. Hal tersebut menunjukkan hasil positif dimana luasan

lahan kritis yang terealisasi lebih kecil dibandingkan target sebesar 27.000 ha

dengan persentase realisasi sebesar 104,48%. Mulai tahun 2015 indikator kinerja

ini tidak dimasukkan dalam indikator sasaran strategis dan dijadikan indikator

capaian program Rehabilitasi Hutan dan Lahan.

Page 17: RENSTRA 2017-2022dishutbun.jogjaprov.go.id/assets/artikel/renstra_dishutbun_2017-2022.pdfRencana Strategis ... Satuan Organisasi Perangkat Daerah merupakan dokumen perencanaan untuk

RENSTRA 2017-2022

“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 2-2

Gambar 2.2. Luas Lahan Kritis 2012 - 2014

Penurunan luas lahan kritis merupakan implikasi dari bertambahnya luas hutan di

DIY terutama bertambahnya luas hutan rakyat. Dengan demikian upaya-upaya

rehabilitasi lahan mampu memberikan hasil positif dalam menurunkan luasan

lahan kritis di DIY. Rehabilitasi lahan kritis tidak serta merta dapat dilihat hasil nya

pada tahun berjalan maupun tahun berikutnya, namun baru dapat dilihat hasilnya

setelah tahun ke 2 ( n+2 ) dari pelaksanaan penanaman karena keberhasilan

tumbuh tanaman yang ditanam diperoleh setelah dilakukan pemeliharaan sampai

dengan tahun ke dua.

Upaya rehabilitasi lahan dilakukan baik di dalam kawasan hutan maupun di luar

kawasan hutan. Upaya yang dilakukan di dalam kawasan hutan adalah dengan

penanaman pada kawasan hutan yang bertumbuhan kurang, kawasan hutan dengan

kriteria kritis dan pada tanah kosong atau kawasan hutan yang tidak terdapat

tanaman. Sedangkan upaya yang dilakukan dalam rangka menurunkan luas lahan

kritis di luar kawasan hutan adalah meningkatkan usaha penanaman hutan rakyat

serta peningkatan kesadaran dan peran serta masyarakat dalam upaya rehabilitasi

hutan dan lahan melaui sosialisasi, gerakan tanam dan pembinaan petani sekitar

hutan.

2.3.2. Persentase Jumlah Industri Primer Hasil Hutan yang Telah Dibina

Sampai dengan tahun 2014 terdapat 35 unit usaha atau industri primer hasil hutan

di DIY. Dari jumlah tersebut, 32 diantaranya masih aktif dan 3 lainnya tidak aktif.

Dari 32 industri primer hasil hutan (kapasitas 2.000 m3 s/d 6.000 m3) yang ada di

DIY, sampai dengan tahun 2014, 29 atau 90% diantaranya sudah dibina dan

didampingi serta memiliki Ijin Usaha Industri. Pembinaan dan pendampingan masih

terus dilakukan pada tiga unit industri lainnya agar segera memiliki izin usaha.

Data ini menunjukkan bahwa target kinerja untuk tahun 2014 telah dapat dipenuhi

dengan persentase realisasi sebesar 120%. Jumlah industri yang dibina pada 2013

sejumlah 19 perusahaan, sedangkan pada 2014 sejumlah 29 perusahaan. Dari segi

jumlah, terdapat kenaikan sebanyak 10 perusahaan atau meningkat sebesar

52,63%. Mulai tahun 2015 indikator kinerja ini sudah tidak lagi dijadikan indikator

sasaran strategis, sesuai dengan perubahan/review pertama atas Rencana Strategis

Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY Tahun 2012-2017.

33,088.34

27,291.87 25,789.75

Luas Lahan Kritis (ha)

2012 2013 2014

Page 18: RENSTRA 2017-2022dishutbun.jogjaprov.go.id/assets/artikel/renstra_dishutbun_2017-2022.pdfRencana Strategis ... Satuan Organisasi Perangkat Daerah merupakan dokumen perencanaan untuk

RENSTRA 2017-2022

“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 2-3

Gambar 2.3. Persentase Industri Primer Hasil Hutan yang telah dibina 2012 - 2014

Permasalahan yang dihadapi dalam upaya pengawasan dan pengendalian tata

usaha hasil hutan adalah masih kurangnya laporan pengangkutan kayu dari petugas

penerbit Surat Keterangan Asal Usul (SKAU)kayu sehingga menghambat

pengawasan peredaran kayu di DIY. Selain hal tersebut, lalu lintas kayu antar

daerah atau kayu yang keluar dari DIY atau masuk ke DIY kurang termonitor.

Kejelasan asal-usul kayu/bahan baku merupakan salah satu syarat utama dalam

penerbitan dan pengawasan industri primer hasil hutan. Untuk mengatasi hal

tersebut perlu dilakukan koordinasi lebih lanjut bersama petugas penerbit SKAU

dan dinas pengampu pengelolaan kehutanan disekitar DIY agar asal-usul dan lalu

lintas kayu dapat terdokumentasikan dengan baik.

II.3.3. Persentase Kerusakan Hutan

Persentase kerusakan hutan pada tahun 2014 tercatat sebesar 8,56% dari total luas

kawasan hutan, atau dari 18.715,06 ha terdapat 1.602 ha hutan yang mengalami

kerusakan. Dalam perencanaan strategis,kerusakan hutan pada tahun 2014

ditargetkan sebesar 31,84%, dengan demikian persentase realisasi target

kerusakan hutan mencapai 173,12% dari angka target kerusakan hutan yang telah

ditetapkan.

Gambar II.3. Kerusakan Hutan di DIY 2012 - 2014

6070

90

Persentase Industri Hasil Hutan yang telah dibina (%)

2012 2013 2014

37.24

9.97 8.56

Kerusakan Hutan (%)

2012 2013 2014

Page 19: RENSTRA 2017-2022dishutbun.jogjaprov.go.id/assets/artikel/renstra_dishutbun_2017-2022.pdfRencana Strategis ... Satuan Organisasi Perangkat Daerah merupakan dokumen perencanaan untuk

RENSTRA 2017-2022

“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 2-4

Kerusakan hutan pada tahun 2014sebagian besar diakibatkan karena adanya lahan

kritis di dalam kawasan hutan. Kondisi lahan kritis di dalam kawasan hutan

sebagian besar karena adanya tanah kosong dan petak bertumbuhan kurang.

Kerusakan akibat adanya lahan kritis tersebut tercatat sebesar 1.518,03 ha atau

94,73% dari total kerusakan hutan pada tahun 2014. Penyebab lain dari kerusakan

hutan adalah adanya gangguan keamanan hutan serta adanya bencana alam.

Kerusakan karena pencurian maupun becana mencapai angka 84,37 ha atau

sebesar 5,27% dari total kerusakan hutan pada tahun 2014.Pada 2014, kerusakan

hutan karena kebakaran mengalami peningkatan dari18,2 ha pada 2013 menjadi

83,76 ha pada 2014. Hal ini dipicu adanya anomali cuaca, yaitu terjadinya musim

kemarau yang lebih panjang pada 2014, yang berdampak pada semakin mudahnya

kebakaran lahan terjadi.

Tantangan utama dalam menjaga kelestarian sumberdaya alam hayati terutama

sumberdaya hutan adalah tingginya kebutuhan lahan oleh masyarakat sekitar hutan

yang memunculkan penyerobotan lahan hutan atau penggunaan kawasan hutan

untuk kepentingan lain serta kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar hutan yang

relatif rendah sehingga memunculkan gangguan hutan terutama pencurian kayu.

Tindakan yang perlu dilakukan adalah meningkatkan kesadaran masyarakat sekitar

hutan akan arti penting kelestarian hutan berkaitan dengan kelestarian sumberdaya

alam hayati dan ekosistemnya, serta meningkatkan upaya perlindungan kawasan

hutan dengan melibatkan masyarakat sekitar hutan.

II.3.4. Meningkatnya pemanfaatan potensi sumberdaya hutan

Pada tahun 2017 pemanfaatan sumberdaya hutan tercatat sebesar 36,09%.

Pencapaian tersebut melebihi target yang ditetapkan sebesar 35,24% atau dapat

direalisasikan sebesar 102,41%. Pemanfaatan sumberdaya hutan pada tahun 2017

berupa pemanfaatan hutan untuk produksi minyak kayu putih dan produksi kayu.

Dari luas total hutan sebesar 18.715 ha sebesar 6.753,76 Ha atau sebesar 36,09%

dimanfaatan secara optimal untuk produksi minyak kayu putih dan produksi kayu.

Pemanfaatan tersebut hanya dilakukan di area hutan produksi yang memang

diperuntukkan untuk produksi minyak kayu putih dan produksi kayu.

Pada tahun 2017 luas pemanfaatan hutan secara optimal untuk produksi minyak

kayu putih tercatat seluas 3.771,26 Ha dan untuk produksi kayu seluas 2.985,50 Ha.

Luas pemanfaatan optimal untuk produksi minyak kayu putih dihitung pada area

tanaman dengan kondisi normal dan bertumbuhan kurang. Sedangkan pada

produksi kayu luas pemanfaatan secara optimal dihitung pada kondisi tegakan

dengan tumbuhan normal.

Secara umum, pemanfaatan hutan untuk produksi minyak kayu putih dan produksi

kayu dapat dilakukan pada area seluas 10.117 Ha atau sebesar 54,06% dari luas

hutan keseluruhan dengan catatan kondisi tanaman seluruhnya pada kondisi

normal dan produktif. Namun pada kenyataannya keadaan tanaman dengan kondisi

normal hanya tercatat seluas 3.087,20 ha yang terdiri atas tegakan jati dan rimba

seluas 2.985,50 dan tegakan kayu putih seluas 104,70 Ha. Pada tegakan kayu putih

dengan kondisi bertumbuhan kurang juga dilakukan pungutan daun untuk produksi

Page 20: RENSTRA 2017-2022dishutbun.jogjaprov.go.id/assets/artikel/renstra_dishutbun_2017-2022.pdfRencana Strategis ... Satuan Organisasi Perangkat Daerah merupakan dokumen perencanaan untuk

RENSTRA 2017-2022

“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 2-5

minyak kayu putih seluas 3.666,56 Ha. Hal ini dilakukan untuk memenuhi target

produksi minyak kayu putih.

Tantangan besar dalam pencapaian sasaran strategis Meningkatnya pemanfaatan

potensi sumberdaya hutan adalah kondisi tegakan yang mayoritas berupa tegakan

bertumbuhan kurang sehingga pemanfaatan sumberdaya hutan dalam hal ini untuk

produksi kayu dan minyak kayu putih tidak bisa dilakukan secara optimal. Selain itu

masih terdapat kawasan hutan yang dimanfaatkan untuk kepentingan lain diluar

kepentingan kehutanan sehingga menghambat upaya pemanfaatan sumberdaya

hutan secara optimal.

II.3.5. Meningkatnya daya dukung hutan untuk keseimbangan lingkungan

Secara teoritis luasan hutan yang mampu memberikan daya dukung lingkungan

adalah sebesar 30% dari luas wilayah, dan hutan tersebut mampu berfungsi baik

secara ekologis, ekonomis maupun untuk sosial budaya masyarakat. Kondisi di DIY

sampai dengan tahun 2016, luasan hutan negara tercatat hanya sebesasr 5,87% dari

luas wilayah DIY atau sebesar 18.715,06 hektar. Untuk memenuhi 30% dari luas

wilayah DIY maka diupayakan adanya penambahan luasan dari hutan rakyat atau

hutan masyarakat diatas lahan hak milik.

Luas hutan di Daerah Istimewa Yogyakarta, pada tahun 2017 tercatat sebesar

97.534,22 hektar yang terdiri atas hutan negara seluas 19.133,95 Ha dan hutan

rakyat seluas 78.400,27 Ha. Luas hutan pada tahun 2017 meningkat sebesar 0,53%

dibandingkan dengan luas hutan pada tahun 2016 yang tercatat seluas 97.018,26

Ha. Target yang ditetapkan untuk sasaran ini sebesar 0,16%, dengan demikian

capaian realisasi kinerja untuk sasaran ini mencapai 331,25%.

Pada tahun 2016 luas hutan negara sebesar 18.715 Ha dan pada tahun 2017

menjadi sebesar 19.133,95 Ha atau meningkat sebesar 2,24%. Peningkatan luas

hutan negara pada tahun 2017 dikarenakan adanya perubahan luas kawasn hutan

pada kawasan Taman Nasional Gunung Merapi setelah dilakukan pengukuran ulang

oleh Balai Pengukuhan Kawasan Hutan Kementerian Lingkungan Hidup dan

Kehutanan. Luas hutan rakyat pada tahun 2017 tercatat seluas 78.400,27 Ha atau

meningkat sebesar 0,12% dari tahun 2016 seluas 78.303,20 Ha. Sebaran hutan di

DIY pada tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2-4 Sebaran Hutan di DIY Tahun 2017

Kabupaten Hutan Negara

(Ha) Hutan Rakyat

(Ha) Total Hutan

(Ha) Persentase

Gunungkidul 15,001.15 44,110.87 59,112.02 60.61

Bantul 1,035.18 8,595.50 9,630.68 9.87

Sleman 2,051.13 4,898.30 6,949.43 7.13

KulonProgo 1,046.49 20,795.60 21,842.09 22.39

Hutan di DIY 19,133.95 78,400.27 97,534.22 100.00

Sumber : Dishutbun DIY 2017

Page 21: RENSTRA 2017-2022dishutbun.jogjaprov.go.id/assets/artikel/renstra_dishutbun_2017-2022.pdfRencana Strategis ... Satuan Organisasi Perangkat Daerah merupakan dokumen perencanaan untuk

RENSTRA 2017-2022

“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 2-6

Hutan rakyat sebagaimana layaknya hutan hak yang dimiliki oleh masyarakat maka

pengelolaannya sepenuhnya berada di tangan pemilik. Hal ini berarti bahwa

pemilik/ masyarakat berhak sepenuhnya untuk mengambil tindakan terhadap

hutan itu, dalam artian apabila diperlukan maka hutan rakyat bisa

dipanen/ditebang atau fungsi lahannya dialihkan untuk keperluan lain. Kondisi

inilah yang menyebabkan luasan hutan rakyat relatif kurang stabil apabila

dibandingkan dengan luasan hutan negara. Diperlukan usaha-usaha untuk menjaga

kestabilan luasnya agar luas hutan di DIY dapat terjaga pada angka yang stabil

bahkan meningkat. Salah satu alternatif cara pengelolaannya adalah dengan

pengaturan daur tanam selain pola pengelolaan terpadu antara tanaman kehutanan

dan tanaman lain yang bernilai ekonomis sehingga keberadaan hutan rakyat bisa

dipertahankan.

Hutan negara bisa dikatakan lebih stabil luasannya karena tidak mengalami

perubahan. Walaupun begitu, diperlukan upaya peningkatan pengelolaan hutan

agar fungsi hutan baik secara ekonomi, sosial dan ekologis dapat berjalan. Hak dan

wewenang yang dimiliki Dinas Kehutanan dan Perkebunan dalam pengelolaan di

hutan negara tentunya merupakan kekuatan utama untuk menjadikan hutan negara

sebagai kawasan hutan utama yang mampu berfungsi baik secara sosial, ekonomi

maupun ekologis.

II.3.6. Terwujudnya agribisnis perkebunan yang produktif, bernilai tambah, dan

berdaya saing

Terwujudnya agribisnis perkebunan yang produktif, bernilai tambah, dan berdaya

saing merupakan sasaran yang ditetapkan untuk mencapai tujuan strategis Nilai

Tambah dan Daya Saing Produk Perkebunan. Sasaran tersebut tercermin pada nilai

Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) subsektor perkebunan dimana angka

PDRB mampu menggambarkan keberhasilan pembangunan ekonomi di sektor

perkebunan.

Pada tahun 2017 angka nilai PDRB DIY pada Subsektor Perkebunan mencapai

210.219 juta rupiah, lebih rendah dari target yang telah ditetapkan sebesar 270.000

juta rupiah dengan capaian realisasi sebesar 77,86%. Walaupun capaian kinerja di

tahun 2017 tidak mencapai 100% namun bila dibandingkan dengan tahun 2016,

nilai PDRB DIY Subsektor perkebunan mengalami peningkatan dari 201.486 juta

rupiah menjadi 210.219 juta rupiah atau meningkat sebesar 4,33%.

Tabel 2-5 PDRB DIY Subsektor Perkebunan (ADHK) Tahun 2016 dan 2017

2016 2017*) Pertumbuhan

(%) Nilai (juta Rp)

Kontribusi (%)

Nilai (juta Rp)

Kontribusi (%)

Semusim 38.481 0,04 47.160 0,04 4,58

Tahunan 163.005 0,19 190.176 0,18 4,28

Total Perkebunan 201.486 0,23 210.219 0,23 4,33

PDRB DIY 87.687.926 92.300.660 5.26 *) Angka Sementara

Page 22: RENSTRA 2017-2022dishutbun.jogjaprov.go.id/assets/artikel/renstra_dishutbun_2017-2022.pdfRencana Strategis ... Satuan Organisasi Perangkat Daerah merupakan dokumen perencanaan untuk

RENSTRA 2017-2022

“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 2-7

Pertumbuhan di subsektor perkebunan dari 2016 ke 2017 tercatat sebesar 4,33%

yang menandakan keberhasilan pembangunan ekonomi di bidang perkebunan pada

tahun 2017. Dilihat dari sisi struktur ekonomi, subsektor pekebunan menyumbang

kontribusi sebesar 0,23% terhadap nilai PDRB DIY di tahun 2017, relatif tetap

dibandingkan tahun 2016 dimana kontribusi subsektor perkebunan terhadap PDRB

DIY juga tercatat sebesar 0,23%. Dalam hal ini sub sektor pekebunan mampu

mengikuti pertumbuhan ekonomi DIY secara stabil, dibuktikan dengan relatif

stabilnya pertumbuhan ekonomi di subsektor perkebunan.

Pada tahun 2016 perkebunan tanaman semusim berkontribusi sebesar 0,04%

terhadap angka PDRB DIY dengan angka rupiah sebesar 38.481 juta rupiah

sedangkan perkebunan tanaman tahunan memiliki kontribusi sebesar 0,19%

dengan nilai rupiah sebesar 163.005 juta rupiah. Pada tahun 2017 perkebunan

tanaman semusim berkontribusi sebesar 0,04% terhadap angka PDRB DIY dengan

angka rupiah sebesar 40.244 juta rupiah sedangkan perkebunan tanaman tahunan

memiliki kontribusi sebesar 0,18% dengan nilai rupiah sebesar 169.975 juta rupiah.

Dari keterangan diatas dapat dilihat bahwa perkebunan tanaman Tahunan baik

pada tahun 2016 maupun 2017 memberikan kontribusi lebih tinggi dibandingkan

dengan perkebunan tanaman semusim. Namun apabila dilihat dari sisi

pertumbuhan ekonominya, perkebunan tanaman semusim pada tahun 2017

memiliki pertumbuhan lebih tinggi dibanding perkebunan tanaman tahunan

dimana pertumbuhan di perkebunan tanaman semusim mencapai 22,55%

sedangkan pertumbuhan pada perkebunan tanaman tahunan tercatat sebesar

16,67%.

Pengelolaan tanaman perkebunan diarahkan untuk mampu menjawab tantangan

berupa upaya meningkatkan kontribusinya dalam nilai PDRB DIY dengan

pertumbuhan yang stabil dan seimbang antara tanaman semusim dan tahunan.

Tantangan utama dalam upaya pembangunan perkebunan adalah peningkatan

produksi komoditas perkebunan yang trennya semakin menurun. Salah satu upaya

yang dapat dilakukan untuk menghadapi tantangan tersebut adalah dengan

meningkatkan produksi tanaman terutama pada jenis jenis dengan nilai ekonomis

tinggi sehingga mampu mendorong peningkatan perolehan pendapatan pada

pengusahaan tanaman perkebunan. Pengelolaan tanaman perkebunan dalam

rangka meningkatan produksi diupayakan dengan pemilihan penggunaan varietas

unggul, pola pengelolaan tanaman yang baik (GAP) dan pengendalian hama serta

dukungan sarana dan prasarana yang memadai. Selain hal tersebut perlu pula

adanya upaya untuk mengatasi anomali iklim yang menjadi faktor penghambat yang

mempengaruhi jumlah produksi tanaman perkebunan. Hal lain yang menjadi

tantangan adalah besarnya alih fungsi lahan perkebunan menjadi lahan dengan

peruntukan lain yang berakibat pada penurunan luas tanaman perkebunan.

Page 23: RENSTRA 2017-2022dishutbun.jogjaprov.go.id/assets/artikel/renstra_dishutbun_2017-2022.pdfRencana Strategis ... Satuan Organisasi Perangkat Daerah merupakan dokumen perencanaan untuk

RENSTRA 2017-2022

“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 2-8

Tabel 2-6 Anggaran dan Realisasi Pendanaan Pelayanan Perangkat Daerah Dinas Kehutanan dan Perkebunan Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta

Uraian Anggaran (juta) pada Tahun ke- Realisasi Anggaran (juta) pada Tahun ke-

Rasio antara Realisasi dan Anggaran Tahun ke-

Rata-rata Pertumbuhan

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 Anggaran Realisasi

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18)

Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 1,431 1,613 1,870 2,263 2,861 1,323 1,465 1,727 1,908 2,448 92.43 90.78 92.34 84.29 85.57 19.01 -1.82

Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur 6,730 4,880 4,598 9,942 4,721 6,358 4,629 4,401 9,620 4,273 94.48 94.86 95.72 96.76 90.50 7.61 -1.02

Program Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Aparatur 14 17 15 10 48 11 17 15 10 48 78.41 99.83 99.07 100 99.72 84.12 6.80

Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan

237 294 281 375 337 227 291 278 341 334 96.00 98.88 99.19 90.94 99.02 10.78 0.97

Program Pengembangan Agribisnis Perkebunan 1,805 1,134 507 622 2,166 1,682 1,044 465 521 2,047 93.15 92.04 91.76 83.80 94.48 44.65 0.64

Peningkatan Produksi Perkebunan - 1,315 1,349 1,617 - - 1,220 1,318 1,493 - - 92.77 97.74 92.30 - -19.39 -0.05

Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan 4,107 4,471 4,800 4,711 - 3,765 4,140 4,317 3,555 - 91.67 92.60 89.95 75.45 - -21.41 -4.49

Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan

7,645 7,087 4,758 2,423 1,020 6,399 6,535 4,311 2,068 993 83.70 92.20 90.61 85.34 97.33 -36.78 4.17

Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan 872 1,992 1,909 2,014 3,045 819 1,798 1,823 1,916 2,928 93.97 90.26 95.52 95.14 96.15 45.26 0.64

Program Pembinaan dan Penertiban Industri Hasil Hutan 95 120 170 106 - 93 114 159 86 - 98.29 95.11 93.36 81.56 - -17.26 -4.43

Program Penataan Kawasan Hutan - 1,283 1,703 1,493 - - 1,177 1,558 1,377 - - 91.75 91.47 92.17 - -19.88 0.11

Program Optimalisasi Pemanfaatan Potensi Sumberdaya Hutan - - - - 6,673 - - - - 6,089 - - - - 91.25 - -

JUMLAH 22,936 24,206 21,959 25,577 20,871 20,677 22,428 20,373 22,894 19,159 90.15 92.66 92.78 89.51 91.80 -1.42 2.55

Page 24: RENSTRA 2017-2022dishutbun.jogjaprov.go.id/assets/artikel/renstra_dishutbun_2017-2022.pdfRencana Strategis ... Satuan Organisasi Perangkat Daerah merupakan dokumen perencanaan untuk

RENSTRA 2017-2022

“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 2-9

Secara umum realisasi anggaran pada pelaksanaan renstra periode 2012 – 2017 dapat

dikatakan baik, dimana rerata penyerapan dalam kurun waktu lima tahun mencapai

91,33%. Realisasi anggaran tertinggi terjadi pada tahun ke-3 pelaksanaan renstra (2015)

dimana realisasi anggaran mencapai 92,78%. Sedangkan realisasi anggaran terendah

terjadi pada tahun ke-4 pelaksanaan renstra (2016) dimana realisasi anggaran hanya

mencapai 89,51%. Pada tahun 2016 dari pelaksanaan 11 program, anggaran pada 5

program hanya dapat direalisasikan dibawah 90%. Kondisi ini terjadi karena pada tahun

2016 terdapat mekanisme self-blocking pada pelaksanaan anggaran untuk meningkatkan

efisiensi. Selain hal tersebut banyak terdapat penghematan (efisiensi dan rasionalisasi)

anggaran yang dibelanjakan seperti rasionalisasi pada perjalanan dinas, orientasi

lapangan, dan efisiensi/sisa pengadaan barang dan jasa.

Pengelolaan anggaran pada pelaksanaan renstra periode 2012 – 2017 didukung oleh

ketersediaan SDM pengelola yang memadai, aturan-aturan yang menunjang kelancaran

realisasi anggaran, dan perencanaan dan pelaksanaan program kegiatan yang baik.

Tantangan utama dalam pengelolaan anggaran adalah sinkronisasi antara perencanaan

dan pelaksanaan dimana perencanaan yang baik tanpa didukung pelaksanaan yang baik

tidak akan mewujudkan realisasi anggaran yang tinggi. Selain itu perencanaan kebutuhan

anggaran memerlukan ketelitian dan ketepatan dalam upaya mencapai keluaran dan hasil

yang diharapkan dapat berbanding lurus dengan efektifitas penggunaan anggaran. Dinas

Kehutanan dan Perkebunan DIY selalu berupaya agar perencanaan anggaran untuk

pelaksanaan program pembangunan kehutanan dan perkebunan mampu memberikan

hasil maksimal dalam sisi efektifitas, efisiensi dan pertanggungjawaban penggunaan

anggaran. Hal ini kemudian didukung pula dengan proses evaluasi dan monitoring

pelaksanaan anggaran agar mampu memberikan gambaran mengenai kesesuaian proses

penggunaan anggaran dengan perencanaan anggaran.

Dalam pelaksanaan renstra periode 2012 – 2017, rerata pertumbuhan anggaran berada

pada angka negatif dimana dapat diartikan bahwa anggaran untuk pelaksanaan renstra

periode 2012 – 2017 cenderung menurun. Secara riil, pendanaan untuk pembangunan

bidang kehutanan dan perkebunan telah mencukupi walaupun pada beberapa poin masih

memerlukan adanya tambahan pembiayaan seperti pada kegiatan terkait pengutuhan tata

batas dan penanganan konflik tenurial, kegiatan pengamanan hutan, dan perlindungan

hutan. Rerata pertumbuhan realisasi selama periode 2012 – 2017 mampu memberikan

angka positif sebesar 2,55% dimana dapat diartikan bahwa realisasi anggaran mengalami

perbaikan atau meningkat realisasinya.

Page 25: RENSTRA 2017-2022dishutbun.jogjaprov.go.id/assets/artikel/renstra_dishutbun_2017-2022.pdfRencana Strategis ... Satuan Organisasi Perangkat Daerah merupakan dokumen perencanaan untuk

RENSTRA 2017-2022

“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 2-10

2.4 Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan

Perangkat Daerah

Tantangan dalam pembangunan kehutanan di D.I Yogyakarta adalah masih kurangnya

persentase luas hutan dibandingkan dengan luas wilayah dimana saat ini luas hutan di D.I

Yogyakarta masih sebesar 29,94%, lebih kecil dari persyaratan minimal sebesar 30%. Dari

kondisi tersebut perlu adanya upaya untuk meningkatkan pengusahaan hutan rakyat

untuk mencapai persyaratan persentase luas hutan minimal sebesar 30% karena

penambahan luas hutan negara memiliki peluang yang sangat kecil.

Potensi sumberdaya hutan kayu dan bukan kayu masih belum sepenuhnya dikelola secara

optimal dimana masih banyaknya tanaman kehutanan yang didominasi tanaman muda

dengan jumlah batang per hektar masih belum mencukupi jumlah normal/optimal, usia

tanaman pinus dan kayu putih yang sudah tua serta sarana prasarana penunjang produksi

yang kurang mendukung operasional. Kondisi tersebut berpengaruh pada produksi hasil

hutan yang kurang maksimal.

Sampai saat ini masih ada lahan marginal dalam kondisi kritis yang belum tertangani.

Kondisi tersebut dijumpai pada lahan dengan kualitas tanah yang minimal sehingga hanya

dapat ditumbuhi oleh tanaman dengan jenis tertentu. Tantangan terbesar dalam upaya

rehabilitasi lahan kritis di DIY adalah banyaknya lahan marginal atau lahan dengan tingkat

kesuburan yang rendah berupa karst dengan lapisan tanah (solum) yang dangkal. Selain

itu kondisi lapisan tanah yang dangkal dan berada pada kelerengan rawan terhadap

kerusakan berupa longsor lahan dan tergerus erosi. Untuk mencagah kerusakan lahan

akibat bencana atau erosi dapat diupayakan tindakan teknis pengelolaan lahan berupa

pembuatan teras atau penanaman sejajar kontur untuk menghindari hilangnya tanah

karena aliran air terutama air hujan. Selain penanaman vegetasi, pada lahan kritis di luar

kawasan hutan perlu diupayakan modifikasi minor berupa bangunan sipil teknis untuk

mengurangi resiko terjadinya erosi yang dapat mengakibatkan bencana longsor serta

mengurangi resiko terjadinya banjir.

Tantangan utama dalam menjaga kelestarian sumberdaya alam hayati terutama

sumberdaya hutan adalah tingginya kebutuhan lahan oleh masyarakat sekitar hutan yang

memunculkan penyerobotan lahan hutan atau penggunaan kawasan hutan untuk

kepentingan lain serta kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar hutan yang relatif

rendah sehingga memunculkan gangguan hutan disamping faktor kebakaran hutan dan

pencurian kayu yang juga merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan hutan.

Pada sektor perkebunan tantangan terbesar adalah kepemilikan lahan petani yang rendah

sehingga menyebabkan terbatasnya pemanfaatan lahan untuk pengembangan

perkebunan. Selain itu pola pengelolaan kebun yang masih bersifat konvensional

menyebabkan produksi komoditas perkebunan masih rendah. Selain itu penanganan dari

panen,pasca panen, pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan masih belum mampu

memberikan nilai tambah bagi produk-produk perkebunan. Pada sisi kelembagaan,

lembaga petani masih belum solid dan eksistensi kelompok yang sudah terbentuuk masih

kurang dapat berjalan.

Page 26: RENSTRA 2017-2022dishutbun.jogjaprov.go.id/assets/artikel/renstra_dishutbun_2017-2022.pdfRencana Strategis ... Satuan Organisasi Perangkat Daerah merupakan dokumen perencanaan untuk

RENSTRA 2017-2022

“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 2-11

Peluang dalam pembangunan kehutanan dan perkebunan di D.I Yogyakarta masih terbuka

lebar untuk mewujudkan kehutanan dan perkebunan yang bermanfaat secara

berkelanjutan. Sumberdaya hutan sampai saat ini masih belum sepenuhnya dimanfaatkan

secara optimal. Potensi sumberdaya hutan yang tersedia memberikan peluang besar bagi

pemanfaatannya yang apabila dikelola dengan baik akan memberikan hasil yang

bermanfaat bagi masyarakat khususnya di D.I Yogyakarta. Pengembangan pemanfaatan

hutan untuk pariwisata merupakan sebuah peluang yang akan membuka lapangan

pekerjaan bagi masyarakat sekitar hutan dan memberikan peluang keterlibatan

masyarakat sehingga mampu memberikan peningkatan penghasilan. Selain hal tersebut

dukungan hutan dalam menjaga keseimbangan ekosistem memberikan posisi tawar yang

tinggi sehingga menjadi sebuah prioritas dalam pembangunan daerah.

Pengembangan agribisnis perkebunan merupakan sebuah peluang untuk meningkatkan

pendapatan masyarakat petani kebun dengan tersedianya komoditas unggulan daerah

yang ditunjang dengan terbukanya pangsa pasar yang luas. Komoditas unggulan kakao

merupakan sebuah modal yang harus dikembangkan lebih lanjut dan diikuti

pengembangan komoditas-komoditas lainnya seperti mete, tembakau, kopi turgo, kelapa

bojong.

Adanya tantangan dan peluang tersebut memerlukan tindak lanjut agar pembangunan

kehutanan dan perkebunan di D.I Yogyakarta dapat berjalan dan memberikan manfaat

optimal. Dari lingkup internal, pemberdayaan sumberdaya manusia terutama personel

pengamanan hutan perlu ditingkatkan dan perlu adanya upaya-upaya tindakan

pengamanan lebih lanjut untuk mengatasi ancaman gangguan hutan. Sarana prasarana

yang dimiliki digunakan secara optimal untuk memanfaatkan dan mengembangkan

pemanfaatan potensi sumberdaya hutan dan kebun. Secara garis besar pembangunan

kehutanan dan perkebunan di D.I Yogyakarta diarahkan untuk memanfaatkan peluang-

peluang yang ada dan mengatasi tantangan dengan sumberdaya yang dimiliki.

Penanganan lahan kritis dan pengkayaan tanaman merupakan prioritas yang harus

dilaksanakan agar potensi sumberdaya hutan dapat dimanfaatkan secara optimal. Selain

menjadi ancaman, masyarakat sekitar hutan bisa menjadi peluang yang besar dalam

pembangunan kehutanan dengan pelibatan dan peran serta masyarakat dalam

pengelolaan hutan sehingga masyarakat ikut mempunyai rasa memiliki kepentingan

terhadap hutan. Dengan adanya rasa ikut memiliki masyarakat akan ikut menjaga dan

melestarikan hutan demi kepentingan masyarakat itu sendiri. Selain pengoptimalan

pemanfaatan potensi sumberdaya hutan yang sudah ada perlu adanya upaya pemanfaatan

peluang yang dapat dikembangkan lebih lanjut seperti pemanfaatan hutan untuk hasil non

kayu dan jasa lingkungan agar hutan mampu memberikan nilai lebih dan mampu

meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar hutan.

Dari sektor perkebunan,pengembangan agribisnis perkebunan dilaksanakan dari

budidaya tanaman, penanganan pascapanen, pengolahan dan pemasaran agar keunggulan

komoditas yang dimiliki mampu memberikan nilai tambah dan daya saing bagi produk

perkebunan D.I Yogyakarta. Selain itu kelembagaan petani perlu ditumbuhkan dan

dikembangkan lebih lanjut agar mampu memberikan dukungan dalam pengembangan

agribisnis perkebunan.

Page 27: RENSTRA 2017-2022dishutbun.jogjaprov.go.id/assets/artikel/renstra_dishutbun_2017-2022.pdfRencana Strategis ... Satuan Organisasi Perangkat Daerah merupakan dokumen perencanaan untuk

RENSTRA 2017-2022

“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 2-12

Pengembangan sentra kawasan perkebunan dengan basis komoditas tertentu merupakan

peluang besar dimana pengusahaan perkebunan pada suatu kawasan difokuskan pada

ssalah satu komoditas unggulan mulai dari proses on-farm sampai dengan off-farm. Proses

on-farm yang dilakukan meliputi intensifikasi lahan, pengkayaan dan rehabilitasi tanaman

dan pengendalian hama pengganggu serta kegiatan lain yang ditujukan untuk

meningkatakan produktivitas dan produksi tanaman perkebunan. Sedangkan proses off-

farm yang dilakukan ditujukan untuk meningkatkan kualitas hasil pasca pemanenan baik

untuk produk intermediet maupun produk olahan jadi sehingga memiliki daya saing di

pasaran disertai dengan pengingkatan kualitas dan kapasitas petani melalui

pemberdayaan kelompok dan pendampingan lembaga petani.

Branding hasil komoditas perkebunan unggulan merupakan peluang besar dimana DIY

memiliki produk komoditas perkebunan unggul yang memiliki nilai jual menjanjikan.

Pengembangan komoditas unggulan yang diikuti dengan branding akan meningkatkan

daya saing dan nilai jual produk tersebut. Komoditas unggulan yang dimiliki oleh DIY

sampai dengan saat ini diantaranya adalah kelapa bojong bulat, mete meteor, kopi merapi,

teh menoreh dan beberapa produk unggulan lainnya.

Page 28: RENSTRA 2017-2022dishutbun.jogjaprov.go.id/assets/artikel/renstra_dishutbun_2017-2022.pdfRencana Strategis ... Satuan Organisasi Perangkat Daerah merupakan dokumen perencanaan untuk

RENSTRA 2017-2022

“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 3-1

BAB 3 PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS PERANGKAT DAERAH

3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi

Pelayanan Perangkat Daerah Pembangunan kehutanan tetap memprioritaskan peningkatan fungsi hutan melalui

penambahan luas hutan rakyat dan peningkatan kualitas hutan, baik hutan negara

maupun hutan rakyat. Sesuai fungsi hutan, baik secara langsung maupun tidak langsung

hutan berperan sebagai penyangga kehidupan bagi masyarakat, ditinjau dari aspek sosial

memberikan dukungan perilaku sosial masyarakat, ditinjau dari aspek ekonomi

memberikan nilai tambah/pendapatan masyarakat dan dari aspek ekologis bermanfaat

sebagai pengendali ekosistem wilayah. Oleh sebab itu, pelestarian dan pengembangan

kawasan hutan terus diupayakan peningkatannya sehingga fungsi sosial, ekonomi dan

ekologis hutan dapat berperan secara optimal, dengan cara pengembangan luas hutan

rakyat terus dilakukan sehingga dapat mendukung keberadaan fungsi hutan dengan luas

minimal 30 %.

Dari sisi pembangunan ekonomi, sektor kehutanan diharapkan dapat memberikan

kontribusi dalam penyediaan lapangan kerja, kesempatan berusaha, pendapatan negara,

dan perolehan devisa secara nyata. Dari sisi pembangunan lingkungan, sektor kehutanan

baik langsung maupun tidak langsung, dituntut dapat memberikan dukungan untuk

terselenggaranya pembangunan sektor lain secara berkelanjutan melalui penyediaan

produk dan jasa ekologi termasuk di dalamnya stabilitas tata lingkungan, perlindungan

keanekaragaman hayati, pelestarian dan pemanfaatan plasma nutfah dan pengaturan tata

air dan udara. Dalam konteks sisi pembangunan lingkungan ini, peran kehutanan sangat

nyata dalam lingkup regional/lokal, nasional dan global terkait dengan mitigasi dan

adaptasi perubahan iklim.

Agribisnis perkebunan yang berdaya saing dan berkelanjutan, akan dapat diwujudkan

apabila tercapai peningkatan produksi, produktifitas dan mutu produk yang dihasilkan,

pengolahan dan pemasaran hasil yang memadai serta tingkat efisiensi usahatani dapat

tercapai. Penerapan agribisnis ini dapat diciptakan apabila kegiatan yang dilaksanakan

oleh petani dapat memenuhi tingkat intensifikasi usaha tani yang lebih produktif,

memanfaatkan teknologi tepat guna serta tingkat kemampuan petani dan kelembagaan

petaninya di dalam mengakses pemenuhan kebutuhan agribisnis juga memadai. Di sisi

lain efisiensi usahatani akan dapat tercapai apabila produksi yang tinggi tersebut dapat

diimbangi dengan biaya produksi yang sekecil mungkin dengan peluang pasar yang baik

serta dicapai tingkatan dengan harga yang wajar. Prioritasnya di D.I.Yogyakarta dengan

berbagai keterbatasan terkait potensi sumberdaya alam, maka langkah strategis yang

harus diupayakan adalah mendorong tercapainya peningkatan produktifitas dan mutu

produk yang memadai sehingga daya saing produk memenuhi permintaan pasar.

Page 29: RENSTRA 2017-2022dishutbun.jogjaprov.go.id/assets/artikel/renstra_dishutbun_2017-2022.pdfRencana Strategis ... Satuan Organisasi Perangkat Daerah merupakan dokumen perencanaan untuk

RENSTRA 2017-2022

“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 3-2

Permasalahan dan hambatan yang dihadapi dalam melaksanakan pembangunan

kehutanan dan perkebunan, antara lain :

1. Perlindungan dan pengamanan hutan belum optimal

2. Perbaikan ekosistem melalui upaya konservasi, rehabilitasi, dan pengkayaan

sumberdaya hutan dalam pemenuhan keseimbangan lingkungan masih perlu

ditingkatkan

3. Pemanfaatan fungsi hutan untuk pemberdayaan ekonomi, sosial, budaya, pariwisata,

dan pendidikan belum optimal.

4. Pengembangan potensi hutan rakyat masih belum optimal

5. Produksi , produktivitas dan mutu produk perkebunan dalam berkontribusi

pencapaian swasembada nasional belum mengalami peningkatan yang signifikan.

6. Rendahnya nilai tambah dan daya saing pengolahan hasil perkebunan.

3.2 Telaah Visi, Misi, dan Program Kepala Daerah dan Wakil

Kepala Daerah Terpilih Visi adalah suatu kondisi ideal yang diharapkan terwujud di masa mendatang. Visi

pembangunan untuk periode 2017-2022 sesungguhnya merupakan bagian dari kerangka

pembangunan jangka panjang dan kelanjutan dari pembangunan lima tahun sebelumnya

yang meletakan konsep “Renaisans Yogyakarta” sebagai paradigma pembangunan.

Konsep “Renaisans Yogyakarta” merupakan sintesa dari trilogi filosofi Keistimewaan

Yogyakarta (Hamemayu Hayuning Bawana, Sangkan Paraning Dumadi, dan Manunggaling

Kawula Gusti), ideologi Negara Kesatuan Republik Indonesia: Pancasila, dan etos aseli

(Golong-Gilig, Sawiji, Greget, Sengguh, Ora Mingkuh) dalam melahirkan kembali masa

keemasan budaya klasik Yogyakarta. “Renaisans Yogyakarta” diwujudkan dengan

semangat kolektif Jogja Gumregah untuk bergerak bersama membawa kebudayaan

Yogyakarta ke tingkat yang lebih unggul. Semangat Jogja Gumregah tersebut dapat

menjadi wahana penggerak masyarakat menuju ke peningkatan dimensi nilai,

pencarian nilai-nilai kebenaran, dimensi ekonomi terkait nilai kegunaan, dimensi estetis

pada keindahan, dimensi sosial pada nilai "trust", dimensi politik pada nilai kuasa,

dimensi keagamaan, dan nilai ketuhanan yang berkebudayaan. Dalam lima tahun ke

depan, spirit dari konsep "Renaisans Yogyakarta" secara konsisten tetap akan dipelihara,

namun substansi dan penekanananya akan disesuaikan dengan perkembangan jaman dan

prediksi atas kondisi-kondisi yang sekiranya akan terjadi dalam kurun lima tahun ke

depan. Visi Gubernur DIY pada periode 2017-2022 mengambil Tema :

“Menyongsong Abad Samudera Hindia untuk Kemuliaan Martabat Manusia Jogja”.

Abad Samudera Hindia ialah momentum yang perlu dimanfaatkan segenap pemangku

kepentingan DIY untuk memanfaatkan potensi kelautan di sisi selatan DIY sebagai upaya

untuk meningkatkan kesejahteraan warga serta mengurangi angka kemiskinan.

Menyongsong Abad Samudera Hindia yang dimaksud dalam tema visi dilandasi pada

aspek kesejahteraan, fenomena-fenomena Indian Ocean Rim Association (IORA), Kra-

Canal/ Thai Canal Project serta Kemiskinan di Kawasan Jogja Selatan.

Harapan akan potensi dan tantangan masa depan dari Abad Samudra Hindia tentunya

berada di Selatan DIY. Kabupaten-kabupaten yang berada di selatan DIY memiliki

kesenjangan relatif tinggi dibanding wilayah utara dengan melihat dari angka kemiskinan.

Page 30: RENSTRA 2017-2022dishutbun.jogjaprov.go.id/assets/artikel/renstra_dishutbun_2017-2022.pdfRencana Strategis ... Satuan Organisasi Perangkat Daerah merupakan dokumen perencanaan untuk

RENSTRA 2017-2022

“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 3-3

Angka kemiskinan menunjukkan Kabupaten di Selatan DIY memiliki angka kemiskinan

Gunungkidul (20,83 %), Kulon Progo(20,64 %) dan Bantul (15,89 %) yang relatif tinggi

dibanding wilayah utara seperti Sleman (9,50 %) dan Yogyakarta (8,67 %). Secara umum

angka kemiskinan DIY 13,02% (Maret 2017) lebih tinggi dari Nasional (10,96%) atau

sekitar 488 ribu jiwa (BPS DIY, 2017). Sebagian besar penduduk miskin berada di wilayah

perdesaan (16.11 %) daripada jumlah warga miskin di wilayah perkotaan (11.72 %).

Sebagian besar Warga miskin di wilayah perdesaan masih terjerat pada persoalan

penyediaan pangan berupa pengeluaran untuk pembelian beras (sebesar 33,08 %),

sedangkan di wilayah perkotaan hanya menunjukkan angka sebesar 27,31 %. Selanjutnya

dapat digambarkan kesenjangan antar kelompok pendapatan (Index Gini) di DIY tertinggi

di Indonesia (0,432; tahun 2016), dimana kesenjangan di perkotaan lebih tinggi (0,435)

dibanding perdesaan (0,340).

Fenomena kemiskinan dan kesenjangan di Kawasan Selatan DIY ini memberikan latar

belakang penting lima tahun ke depan untuk memberikan fokus dan perhatian terhadap

pembangunan Wilayah Bagian Selatan Yogyakarta. Hal ini selaras dengan Tema Visi untuk

menyongsong "Abad Samudera Hindia" juga untuk meningkatkan "Harkat dan Martabat

Warga Miskin di Wilayah Bagian Selatan Yogyakarta khususnya, dan di seluruh Wilayah

Yogyakarta pada umumnya". Dengan demikian, potensi Kawasan Selatan Yogyakarta perlu

dioptimalkan untuk meningkatkan kesejahteraan warganya, agar lebih memiliki harkat

dan martabat mulia.

Kemuliaan martabat manusia Jogja dalam visi Gubernur DIY digambarkan dalam “Lima

Kemuliaan” atau “Panca Mulia” yakni:

1. terwujudnya peningkatan kualitas hidup-kehidupan-penghidupan masyarakat yang

berkeadilan dan berkeadaban, melalui peningkatan kemampuan dan peningkatan

ketrampilan sumberdaya manusia Jogja yang berdaya saing,

2. terwujudnya peningkatan kualitas dan keragaman kegiatan perekonomian

masyarakat, serta penguatan ekonomi yang berbasis pada sumberdaya lokal

(keunikan teritori ekonomi) untuk pertumbuhan pendapatan masyarakat sekaligus

pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan,

3. terwujudnya peningkatan harmoni kehidupan bersama baik pada lingkup masyarakat

maupun pada lingkup birokrasi atas dasar toleransi, tenggang rasa, kesantunan, dan

kebersamaan,

4. terwujudnya tata dan perilaku penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis, dan

5. terwujudnya perilaku bermartabat dari para aparatur sipil penyelenggara

pemerintahan atas dasar tegaknya nilai-nilai integritas yang menjunjung tinggi

kejujuran, nurani rasa malu, nurani rasa bersalah dan berdosa apabila melakukan

penyimpangan-penyimpangan yang berupa korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Sesuai dengan “Panca Mulia” tersebut di atas, manusia Jogja yang bermartabat mulia

digambarkan sebagai manusia sejahtera paripurna baik dari segi hidup-kehidupan-

penghidupan sebagai individu, terlibat dan memperoleh manfaat dari ekonomi yang

tumbuh dan berkeadilan, hidup dalam harmoni kolektif dan terlindungi oleh

penyelenggaraan pemerintahan demokratis yang dijalankan oleh aparatur yang

berintegritas. Manusia Jogja yang bermartabat mulia merupakan subtansi penting dari visi

Gubernur DIY 2017-2022 yang mengambarkan adanya tujuan peningkatan harkat dan

Page 31: RENSTRA 2017-2022dishutbun.jogjaprov.go.id/assets/artikel/renstra_dishutbun_2017-2022.pdfRencana Strategis ... Satuan Organisasi Perangkat Daerah merupakan dokumen perencanaan untuk

RENSTRA 2017-2022

“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 3-4

martabat manusia Jogja. Peningkatan harkat dan martabat manusia Jogja mencakup

pengertian peningkatan kualitas hidup masyarakat yang berkeadilan sosial dan beradab.

Untuk itu strategi kebudayaan untuk meningkatkan harmoni kehidupan bersama

masyarakat Yogyakarta serta mengatasi kesenjangan dan kemiskinan di wilayah

Yogyakarta dalam kerangka meningkatkan harkat dan martabat manusia Jogja sangat

perlu dikedepankan. Pembangunan ekonomi di wilayah Yogyakarta yang ditopang dengan

pembangunan infrastruktur wilayah diarahkan tidak hanya untuk meningkatkan

pertumbuhan ekonomi, tetapi juga harus mampu meningkatkan pendapatan masyarakat

terutama masyarakat berpenghasilan rendah dan masyarakat yang kurang beruntung.

Upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia Jogja meniscayakan perlunya

kemantapan tatakelola pemerintahan yang demokratis dan sumber daya manusia

aparatur sipil negara yang memiliki etos, etika dan kualitas sebagai “Trilogi SDM-DIY”.

Etos menyandang pesan perubahan persepsi (mind set) dari tugas birokrasi sebagai

pekerjaan kantoran, menjadi tugas birokrasi sebagai "karya peradaban", yang

menyandang arti bahwa semua karya pelayanan birokrasi adalah "karya peradaban".

Etika, menyandang pesan "kemuliaan" dalam pengertian bersatunya "pikiran mulia, niat

mulia, dan tindakan mulia", dalam rangka menciptakan SDM yang "berintegritas" yang

menjunjung tinggi budaya malu dan budaya merasa bersalah apabila melakukan

penyimpangan-penyimpangan. Kualitas, menyandang pesan adanya pergeseran mind set,

bahwa karya birokrasi bukanlah dipersepsikan hanya sebagai "karya proyek berbasis

kinerja penyerapan anggaran", melainkan menuju pada pembentukan "sikap" bahwa

karya birokrasi DIY adalah "karya yang dapat menjadi rujukan" bagi birokrasi-birokrasi

dan lembaga-lembaga lain di luar DIY (nasional maupun internasional). Ketika karya

tersebut menjadi "rujukan", maka karya tersebut merupakan karya yang berkualitas, yang

merupakan hasil dari karya yang "diniati" untuk menjadi "karya berkualitas tinggi".

Berangkat dari uraian diatas Tema Visi “Menyongsong Abad Samudera Hindia untuk

Kemuliaan Martabat Manusia Jogja” dapat dirumuskan bahwa Abad Samudera Hindia

menjadi arah dari pembangunan Daerah Istimewa Yogyakarta dalam lima tahun ke depan

untuk mengangkat potensi Selatan Yogyakarta khususnya dan Daerah istimewa

Yogyakarta pada umumnya dengan visi:

“Terwujudnya Peningkatan Kemuliaan Martabat Manusia Jogja”

Kemuliaan martabat manusia Jogja yang meningkat sebagai pernyataan tujuan dari Visi

Gubernur DIY telah tergambarkan dalam rumusan Panca Mulia yang telah dijelaskan

sebelumnya. Visi politis tersebut kemudian diselaraskan dengan data-data maupun

analisa teknokratik untuk dapat dicapai melalui upaya-upaya yang tergambarkan dalam

misi. Misi sebagai rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk

mewujudkan visi diharapkan dapat membantu memperjelas penggambaran visi yang

ingin dicapai dan menguraikan upaya-upaya apa yang harus dilakukan.

Rumusan misi Gubernur DIY dalam RPJMD dikembangkan dengan memperhatikan faktor-

faktor lingkungan strategis, baik eksternal dan internal yang mempengaruhi serta

kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang ada dalam pembangunan daerah di

DIY. Rumusan misi Gubernur DIY diupayakan memenuhi substansi tujuan dan sasaran

dalam rangka:

Page 32: RENSTRA 2017-2022dishutbun.jogjaprov.go.id/assets/artikel/renstra_dishutbun_2017-2022.pdfRencana Strategis ... Satuan Organisasi Perangkat Daerah merupakan dokumen perencanaan untuk

RENSTRA 2017-2022

“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 3-5

1. meningkatkan kesejahteraan masyarakat;

2. memajukan daerah;

3. meningkatkan pelayanan kepada masyarakat;

4. menyelesaikan persoalan daerah;

5. menyerasikan pelaksanaan pembangunan daerah kabupaten/kota dan

6. provinsi dengan nasional; dan

7. memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia dan kebangsaan

Sehingga Panca Mulia dari Visi Gubernur DIY dapat dirumuskan kedalam misi

pembangunan DIY tahun 2017–2022 sebagai berikut:

1) Meningkatkan Kualitas Hidup, Kehidupan Dan Penghidupan Masyarakat Yang

Berkeadilan dan Berkeadaban

Rumusan misi ini mengakomodir substansi Panca Mulia 1,2 dan 3.

2) Mewujudkan Tata Pemerintahan yang Demokratis;

Rumusan misi ini mengaomodir substansi Panca Mulia 4, dan 5.

Dari telaah visi dan misi kepala daerah diatas, sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD Dinas

Kehutanan dan perkebunan DIY maka pembangunan kehutanan dan perkebunan dalam

kurun waktu 2017 – 2022 diarahkan untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan

penghidupan masyarakat yang berkeadilan dan berkeadaban. Dalam hal ini pembangunan

kehutanan dan perkebunan harus mampu memberikan pengidupan yang adil dan beradab

bagi masyarakat dan harus pula mampu menjamin keberlanjutan kualitas lingkungan

hidup.

Dalam upaya pembangunan kehutanan dan perkebunan pelayanan SKPD memiliki

peluang atau faktor pendorong sebagai modal utama SKPD diantaranya :

1. Tersedianya perangkat Struktural Dinas, UPTD dan Pejabat Fungsional yang

menangani potensi sumberdaya hutan dan kebun

2. Terdapatnya mekanisme kerja yang baik diantara unit kerja lingkup kehutanan dan

perkebunan.

3. Tersedianya sarana dan prasarana.

4. Tersedianya sumberdaya manusia dan potensi sumber daya alam.

5. Pengurusan dan pengelolaan kawasan hutan negara dilakukan oleh Dinas

Sementara itu hambatan yang ditemui pada upaya pembangunan kehutanan dan

perkebunan antara lain :

1. Kualitas dan sebaran SDM belum memadai.

2. Ketersediaan dana, sarana dan prasarana yang tersedia belum memadai

3. Belum mantapnya status kawasan hutan

4. Belum optimalnya pembangunan dan pengelolaan hutan dan kebun

5. Adanya lahan kritis/marginal yang belum sepenuhnya tertangani

6. Penanganan pasca panen maupun pengolahan hasil perkebunan masih belum

memenuhi baku teknis, sehingga daya saing produk primer maupun hasil olahannya

masih rendah.

7. Sistem informasi data dan informasi kehutanan dan perkebunan masih lemah

8. Pemanfaatan sumberdaya hutan masih kurang optimal

Page 33: RENSTRA 2017-2022dishutbun.jogjaprov.go.id/assets/artikel/renstra_dishutbun_2017-2022.pdfRencana Strategis ... Satuan Organisasi Perangkat Daerah merupakan dokumen perencanaan untuk

RENSTRA 2017-2022

“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 3-6

3.3 Telaahan Renstra K/L dan Renstra Kabupaten Kota Tujuan pembangunan lilngkungan hidup dan kehutanan pada periode 2015 – 2019 adalah

memastikan kondisi lingkungan berada pada toleransi yang dibutuhkan untuk kehidupan

manusia dan sumberdaya berada rentang populasi yang aman, serta secara paralel

meningkatkan kemampuan sumberdaya alam untuk memberikan sumbangan bagi

perekonomian nasional.

Berdasarkan tujuan pembangunan ini, peran utama Kementerian tahun 2015-2019 yang

akan diusung, adalah : (1) Menjaga kualitas LH yang memberikan daya dukung,

pengendalian pencemaran, pengelolaan DAS, keanekaragaman hayati serta pengendalian

perubahan iklim; (2) Menjaga luasan dan fungsi hutan untuk menopang kehidupan,

menyediakan hutan untuk kegiatan sosial, ekonomi rakyat, dan menjaga jumlah dan jenis

flora dan fauna serta endangered species; (3) memelihara kualitas lingkungan hidup,

menjaga hutan, dan merawat keseimbangan ekosistem dan keberadaan sumberdaya.

Dalam konteks pembangunan kehutanan di DIY terutama pada tahun 2017 – 2022,

kebijakan pembagunan kehutanan di tingkat nasional menjadi salah satu pedoman yang

harus diikuti dan disesuaikan dengan karakteristik atau kekhasan wilayah yang dimiliki

oleh DIY. Dalam konteks pembangunan kehutanan untuk diperoleh manfaata yang optimal

baik dari sisi perekonomian, sosial dan ekologi maka upaya pengendalian, pelestarian dan

pengembangan kawasan hutan terus diupayakan peningkatannya sehingga fungsi sosial,

ekonomi dan ekologis hutan diharapkan dapat berperan secara optimal.

Peran hutan rakyat sebagai salah satu bagian dari pembangunan kehutanan memerlukan

pendekatan yang berbeda dengan kawasan hutan negara. Untuk peningkatan peran

ekonomi perlu dikembangkan pemberdayaan bagi petani dan kelembagaannya, sehingga

hutan rakyat menjadi lebih produktif, yang selanjutnyanya petani memperoleh nilai

tambah/pendapatan dari usaha lain non kayu maupun hasil dari tanaman pokok hutan.

Oleh sebab itu, pemberdayaan petani hutan diarahkan agar petani dapat meningkatkan

produksi kayu yang berkualitas dan menghasilkan produk hutan non kayu yang lebih

memadai, sehingga dapat meningkatkan pendapatannya. Peran sosial dan ekologi dari

hutan rakyat merupakan bagian penting dalam upaya pengkondisian kualitas lingkungan

hidup yang layak dan menjamin keberlangsungan kelestarian sumberdaya alam.

Pada tahun 2015 – 2019, sub sektor perkebunan masih menjadi sub sektor penting dalam

peningkatan perekonomian nasional. Peran strategsi sub sektor perkebunan baik secara

ekonomis, ekologis maupun sosial budaya digambarkan dalam kontribusinya dalam

penyumbang PDB, nilai investasi yang tinggi dalam pembangunan perekonomian nasional,

sumber utama pendapatan masyarakat perdesaan, pengentasan kemiskinan, penyediaan

bahan pangan, pengurangan emisi gas rumah kaca dan pelestarian sumberadaya alam dan

lingkungan hidup. Sejalan dengan kondisi tersebut maka segala bentuk usaha budidaya

perkebunan harus mengedepankan keseimbangan pengelolaan sumberdaya alam,

sumberdaya manusia dan sumberdaya sarana prasarana melalui penyelenggaraan

kegiatan perkebunan yang memenuhi kaidah pelestarian lingkungan hidup.

Sesuai dengan Undang-undang nomor 39 tahun 2014 tentang perkebunan,

penyelenggaraan perkebunan ditujukan untuk : (1) meningkatkan kesejahteraan dan

Page 34: RENSTRA 2017-2022dishutbun.jogjaprov.go.id/assets/artikel/renstra_dishutbun_2017-2022.pdfRencana Strategis ... Satuan Organisasi Perangkat Daerah merupakan dokumen perencanaan untuk

RENSTRA 2017-2022

“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 3-7

kemakmuran rakyat; (2) meningkatkan sumber devisa negara; (3) menyediakan lapangan

kerja dankesempatan usaha; (4) meningkatkan produksi, produktivitas, kualitas, nilai

tambah, daya saing, dan pangsa pasar; (5) meningkatkan dan memenuhi kebutuhan

konsumsi serta bahan baku industri dalam negeri; (6) memberikan perlindungan pada

pelaku usaha perkebunan dan masyarakat; (7) mengelola dan mengembangkan

sumberdaya perkebunan secara optimal, bertanggungjawab dan lestari; dan (8)

meningkatkan pemanfaatan jasa perkebunan.

Sasaran pokok dalam pembangunan perkebunan adalah peningkatan produksi pada

komoditas pekebunan andalan dan prodpektif dan peningkatan kedaulatan pangan.

Pemerintah daerah didorong untuk memfasilitasi dan melakukan pembinaan komoditas

spesifik dan potensial di wilayahnya masing-masing. Strategi pengembangan komoditas

unggulan perlu ditekankan, diintensifkan dan difokuskan pada peningkatan kualitas

komoditas unggulan baik pada penerapan teknologi produksi, teknologi pasca panen,

efisiensi biaya produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, pemberdayaan petani

perkebunan dengan fokus pembinaan, pendampingan dan pelatihan kelompok tani dalam

optimalisasi komoditas unggulan daerah perlu dilakukan secara berjenjang dan

berkelanjutan agar terwujud komoditas unggulan nasional yang berkualitas, tangguh dan

mampu bersaing. Selain itu aspek penyuluhan akan memegang peranan penting dalam

peningkatan kapasitas pengetauan dan inovasi petani perkebunan.

Dalam mewujudkannya, untuk sub sektor perkebunan ditempuh dengan mengembangkan

agribisnis perkebunan. Tantangan dalam pembangunan perkebunan antara lain sebagai

berikut :

1. Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu produk perkebunan,

2. Peningkatan nilai tambah produk perkebunan di beberapa sentra produksi dengan

menciptakan sistem pertanian yang ramah lingkungan.

3. Kelembagaan usaha ekonomi produkif yang kokoh di perdesaan

Dilain pihak, upaya-upaya untuk mendorong kelangsungan agribisnis perkebunan yang

utuh, berdaya saing dan berkelanjutan adalah dengan memperkuat di hulu dan

mendorong pengembangan di hilir, sehingga kegiatan on-farm maupun off-farm terus

berkembang. Dengan agribisnis perkebunan, dapat menumbuhkembangkan sentra-sentra

produksi perkebunan yang selanjutnya dikembangkan melalui penanaman (peremajaan,

intensifikasi dan rehabilitasi) sesuai skala ekonomis usaha di tingkat lokasi.

Operasionalisasinya dengan pelaksanaan pemberdayaan petani dan kelembagaan

petaninya terus ditumbuhkembangkan dalam rangka meningkatkan nilai

tambah/pendapatan bagi petani yang bersangkutan, antara lain melalui penumbuhan dan

pengembangan koperasi petani, asosiasi petani serta kelompok usaha bersama (KUB).

Selain pembangunan kehutanan dan perkebunan yang memanfaatkan sumberdaya hutan

dan kebun di wilayah D.I. Yogyakarta, juga dilakukan upaya pemanfaatan lahan kritis yang

penanganannya belum optimal. Untuk penanganannya dengan kegiatan konservasi,

rehabilitasi hutan dan lahan yang terus dilaksanakan secara bertahap dan berkelanjutan,

terutama pada kawasan konservasi pantai dan kawasan daerah aliran sungai. Pendekatan

yang dilaksanakan meliputi pengembangan pemanfaatan untuk kepentingan masyarakat

dalam jangka pendek dan pengembangan populasi tanaman untuk kepentingan jangka

Page 35: RENSTRA 2017-2022dishutbun.jogjaprov.go.id/assets/artikel/renstra_dishutbun_2017-2022.pdfRencana Strategis ... Satuan Organisasi Perangkat Daerah merupakan dokumen perencanaan untuk
Page 36: RENSTRA 2017-2022dishutbun.jogjaprov.go.id/assets/artikel/renstra_dishutbun_2017-2022.pdfRencana Strategis ... Satuan Organisasi Perangkat Daerah merupakan dokumen perencanaan untuk
Page 37: RENSTRA 2017-2022dishutbun.jogjaprov.go.id/assets/artikel/renstra_dishutbun_2017-2022.pdfRencana Strategis ... Satuan Organisasi Perangkat Daerah merupakan dokumen perencanaan untuk
Page 38: RENSTRA 2017-2022dishutbun.jogjaprov.go.id/assets/artikel/renstra_dishutbun_2017-2022.pdfRencana Strategis ... Satuan Organisasi Perangkat Daerah merupakan dokumen perencanaan untuk

RENSTRA 2017-2022

“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 3-11

Isu strategis pembangunan berkelanjutan DIY sejalan dengan muatan Tujuan

Pembangunan Berkelanjutan (TPB). Beberapa poin Tujuan Pembangunan Berkelanjutan,

secara implisit dapat terlingkupi dalam isu-isu strategis pembangunan berkelanjutan.

Isu pencemaran, kerusakan lingkungan hidup dan risiko bencana melingkupi beberapa

tema tujuan pembangunan berkelanjutan yaitu air bersih dan sanitasi (tujuan ke-6),

penyediaan permukiman (tujuan ke-11), perubahan iklim (tujuan ke-13), pengelolaan

ekosistem laut dan pengelolaan ekosistem daratan (tujuan ke-15), Isu pencemaran

lingkungan sangat erat kaitannya dengan tujuan TPB ke-6 yaitu “menjamin ketersediaan

serta pengelolaan air bersih dan sanitasi yang berkelanjutan untuk semua”. Hal ini

disebabkan salah satu jenis pencemaran yaitu pencemaran air dapat diminimasi dengan

beberapa sasaran dalam tujuan TPB ke 6 terutama dengan penyediaan air baku,

pencegahan pencemaran air yang dilakukan melalui pembangunan infrastruktur pengolah

air limbah, peningkatan kualitas air sungai, dan pengendalian penggunaan air tanah. Isu

pencemaran lingkungan dan risiko bencana juga memiliki keterkaitan dengan tujuan TPB

ke-11 yaitu “Menjadikan kota dan pemukiman manusia inklusif, aman, berketahanan dan

berkelanjutan “. Sasaran tujuan TPB ke-11 yang tercakup dalam isu pencemaran

lingkungan yaitu penanganan sampah dan limbah perkotaan, sedangkan sasaran yang

tercakup dalam isu risiko bencana yaitu penurunan indeks risiko bencana, peningkatan

kapasitas masyarakat terhadap perubahan iklim dan bencana, dan penyediaan sistem

peringatan dini. Isu risiko bencana memiliki keterkaitan dengan tujuan TPB ke-13 yaitu

“mengambil tindakan segera untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya”, sasaran

TPB terkait yaitu menurunnya indeks risiko bencana melalui strategi pengurangan risiko

bencana. Isu pencemaran dan kerusakan lingkungan juga berkaitan erat dengan tujuan ke-

14 terkait pengelolaan ekosistem perairan dan tujuan ke-15 terkait pengelolaan ekosistem

darat. Dalam tujuan ke-14, sasaran yang terlingkup dalam isu ini yaitu peningkatan

wilayah konservasi perairan. Untuk tujuan ke-15, sasaran-sasaran TPB bidang

pengelolaan ekosistem darat yang terkait dengan isu pencemaran dan kerusakan

lingkungan yaitu peningkatan kualias lingkungan hidup melalui peningkatan tutupan

lahan, pengurangan luasan lahan kritis melalui rehabilitasi

Isu belum optimalnya pengendalian pemanfaatan ruang dan tingginya alih fungsi lahan

pertanian juga melingkupi beberapa tujuan TPB. Isu ini berkaitan dengan tujuan TPB ke-

11 dan ke-2. Belum optimalnya pengendalian pemanfaatan ruang melingkupi sasaran

dalam tujuan TPB ke-11 terkait upaya menjadikan kota dan permukiman inklusif, aman,

tangguh, dan berkelanjutan. Sasaran yang dilingkupi adalah perwujudan kota dan

kawasan permukiman yang layak huni melalui pengembangan kota pusaka berbasis

karakter sosial budaya. Tingginya alih fungsi lahan pertanian melingkupi sasaran tujuan

TPB ke-2 terkait menghilangkan kelaparan, mencapai ketahanan pangan, dan gizi yang

baik serta meningkatkan pertanian berkelanjutan. Sasaran pembangunan berkelanjutan

yang terkait yaitu penetapan kawasan pertanian pangan berkelanjutan.

Isu ketimpangan wilayah melingkupi sasaran pada tujuan TPB ke-8 terkait “meningkatkan

pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, kesempatan kerja yang produktif

dan menyeluruh serta pekerjaan yang layak untuk semua. Sasaran tujuan TPB yang

berkaitan dengan isu ketimpangan wilayah yaitu peningkatan PDRB. Isu ketimpangan juga

terkait dengan tujuan TPB ke-10 yaitu mengurangi kesenjangan intra dan antarnegara,

Page 39: RENSTRA 2017-2022dishutbun.jogjaprov.go.id/assets/artikel/renstra_dishutbun_2017-2022.pdfRencana Strategis ... Satuan Organisasi Perangkat Daerah merupakan dokumen perencanaan untuk

RENSTRA 2017-2022

“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 3-12

sasaran yang terlingkupi yaitu penurunan jumlah desa tertinggal dan peningkatan jumlah

desa mandiri.

Isu masih tingginya angka kemiskinan melingkupi dua tujuan TPB yaitu tujuan ke-1,

mengakhiri segala bentuk kemiskinan di manapun, dan tujuan ke-10, mengurangi

kesenjangan intra dan antar negara. Sasaran dalam tujuan ke-1 yang tercakup dalam isu

kemiskinan yaitu penurunan tingkat kemiskinan, penurunan persentase penyandang

disabilitas miskin dan rentan yang menerima bantuan pemenuhan kebutuhan dasar, dan

penurunan jumlah keluarga sangat miskin yang mendapat bantuan tunai bersyarat.

Sasaran dalam tujuan ke-10 yang terkait dengan isu ini yaitu penurunan persentase

penduduk miskin terutama di daerah tertinggal.

3.5 Penentuan Isu-Isu Strategis Dari permasalahan dan telaah tersebut diatas, pada perencanaan strategis pembangunan

kehutanan dan perkebunan periode 2017-2022 dipilih isu-isu trategis yang akan dijadikan

prioritas dalam rangka pembangunan kehutanan dan perkebunan di D.I.Yogyakarta.

Penentuan isu strategis dilakukan dengan melihat pada kondisi nyata di lapangan yang

kemudian ditentukan prioritas berdasarkan faktor-faktor pendukung, penghambat baik

dari lingkungan internal maupun lingkungan eksternal. Faktor-faktor ini bersifat

subyektif, oleh sebab itu penentuannya harus didasarkan analisis yang tidak memihak dan

atas dasar kesepakatan bersama dari anggota kelompok analisis.

Asumsi adalah konklusi atau kesimpulan yang dihasilkan dalam analisis tentang faktor-

faktor lingkungan serta dampaknya terhadap masa depan organisasi, yang selanjutnya

akan berpengaruh terhadap hubungan internal dinas. Asumsi-asumsi tersebut merupakan

dasar-dasar untuk menetapkan dan menyusun perencanaan strategis. Berdasarkan

analisis dan asumsi tersebut maka isu strategis yang akan dihadapi pada pelaksanaan

pembangunan kehutanan dan perkebunan selama lima tahun mendatang adalah :

1. Pengelolaan hutan lestari (aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi) yang mencakup

kelola kawasan, kelola usaha dan kelola kelembagaan.

2. Rehabilitasi hutan dan lahan untuk peningkatan daya dukung ekosistem di dalam

maupun diluar kawasan hutan negara.

3. Peningkatan produksi komoditas perkebunan terutama pada komoditas tebu, kakao,

kelapa, kopi, mete, teh, tembakau, dan cengkeh.

4. Rendahnya nilai tambah dan daya saing produk perkebunan.

5. Pengembangan agrowisata teh, kopi dan kakao sebagai usaha pengintegrasian sektor

perkebunan dengan sektor pariwisata untuk mendapatkan nilai tambah pada usaha

perkebunan.

Page 40: RENSTRA 2017-2022dishutbun.jogjaprov.go.id/assets/artikel/renstra_dishutbun_2017-2022.pdfRencana Strategis ... Satuan Organisasi Perangkat Daerah merupakan dokumen perencanaan untuk

RENSTRA 2017-2022

“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 4-1

BAB 4 TUJUAN DAN SASARAN

4.1 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Perangkat Daerah

Tujuan adalah sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu satu sampai

lima tahun. Tujuan ditetapkan dengan mengacu kepada pernyataan visi dan misi serta

didasarkan pada isu-isu analisis strategis. Berdasarkan visi, misi dan isu-isu strategis yang

ada, maka ditetapkan tujuan yang hendak dicapai dalam kurun waktu 5 tahun adalah,

sebagai berikut.

1. Pengelolaan hutan lestari

2. Pengembangan Agribisnis Perkebunan Berkelanjutan

Dengan mengacu kepada tujuan yang telah ditetapkan diatas, maka sasaran yang hendak

dicapai dalam kurun waktu 5 tahun adalah sebagai berikut :

1. Meningkatnya Nilai Produksi Kehutanan

2. Terwujudnya Tata Kelola Lingkungan Hidup yang Berkualitas

3. Meningkatnya produksi tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan

Masing masing tujuan dan sasaran memiliki indikator kinerja sasaran untuk melihat

keberhasilan pencapaian sasaran dengan besar target yang akan dicapai dalam waktu 5

tahun. Formulasi Indikator dan target capaian hingga akhir periode renstra dari masing-

masing tujuan dan sasaran dapat dilihat pada tabel berikut,

Tabel 4-1Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Pelayanan Perangkat Daerah

NO TUJUAN SASARAN INDIKATOR TUJUAN/SASARAN

TARGET KINERJA TUJUAN/SASARAN PADA TAHUN KE-

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

Pengelolaan hutan lestari

Pengelolaan hutan sesuai dengan fungsinya

91.11 n/a n/a n/a n/a

Meningkatnya Nilai Produksi Kehutanan

Nilai subsektor kehutanan dalam PDRB DIY

734.713 juta rupiah

n/a n/a n/a n/a

Terwujudnya Tata Kelola Lingkungan Hidup yang Berkualitas

Persentase Ketercapaian Sasaran Pembangunan Bidang Lingkungan Hidup

88.56% n/a n/a n/a n/a

Pengembangan Agribisnis Perkebunan Berkelanjutan

Peningkatan jumlah klaster komoditas perkebunan

6 klaster n/a n/a n/a n/a

Meningkatnya produksi tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan

Nilai sub sektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan dalam PDRB

7.041.831 juta rupiah

n/a n/a n/a n/a

Page 41: RENSTRA 2017-2022dishutbun.jogjaprov.go.id/assets/artikel/renstra_dishutbun_2017-2022.pdfRencana Strategis ... Satuan Organisasi Perangkat Daerah merupakan dokumen perencanaan untuk

RENSTRA 2017-2022

“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 5-1

BAB 5 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

Pembangunan kehutanan dan perkebunan pada periode 2017 – 2022 diarahkan pada

pencapaian tujuan yaitu pengelolaan hutan lestari dan pengembangan agribisnis perkebunan

berkelanjutan. Perumusan strategi dan arah kebijakan pembangunan kehutanan dan

perkebunan dilakukan berdasar analisis pola pemanfaatan ruang (analisis spasial) di DIY

dengan membagi wilayah dalam kawasan-kawasan dengan arah pemanfaatan dan kriteria

tertentu. Arahan ruang pemanfaatan kehutanan dibagi menjadi 5 kawasan pemanfaatan yaitu :

1. Kawasan untuk konservasi dan perlindungan

Terdiri atas seluruh kawasan konservasi dan usulan konservasi seperti Taman Nasional,

Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Tahura dan juga kawasan hutan yang memiliki fungsi

lindung. Pola pemanfaatan ruang diarahkan untuk konservasi sumberdaya hutan yang

dalam pengelolaannya berprinsip pada perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan

secara lestari dan mempertimbangkan aspek sosial, lingkungan, dan ekonomi.

Secara umum orientasi pengelolaan konservasi ditujukan untuk konservasi sumberdaya

hutan dalam pengelolaan berprinsip pada perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan

secara lestari dan mempertimbangkan aspek sosial, lingkungan dan ekonomi. Produk

jasa yang dikembangkan dalam kawasan konservasi diarahkan dari jasa lingkungan

hutan dan wisata alam serta produk hasil hutan bukan kayu untuk menjadi unggulan

sektor kehutanan di masa depan. Nilai jasa lingkungan hutan berbasis perlindungan dan

pengawetan di kawasan konservasi ke depan sebagai bagian dalam mencegah kerusakan

sistem penyangga kehidupan.

2. Kawasan prioritas rehabilitasi

Terdiri atas kawasan hutan dengan penutupan non hutan dalam wilayah sasaran RHL,

lahan kritis, belum dibebani ijin pemanfaatan bukan area perhutanan sosial serta areal

pertambangan dan bekas pertambangan di dalam kawasan hutan. Pola pemanfaatan

ruang diarahkan untuk percepatan rehabilitasi karena kondisinya berada dalam wilayah

DAS kritis dan usaha reklamasi, revegetasi maupun sipil teknis konservasi tanah dan air.

Apabila proses rehabilitasi telah selesai dapat dilakukan pemanfaatan sesuai fungsi dan

arahan pemanfaatannya. Kawasan ini merupakan lahan kritis yang perlu dilakukan

percepatan rehabilitasi yang tersebar di 4 (empat) kabupaten

3. Kawasan hutan untuk pemanfaatan hutan berbasis korporasi

Terdiri atas kawasan hutan yang dibebani ijin pemanfaatan HT/RE dengan penutupan

hutan sekunder, hutan tanaman, semak belukar dengan jarak lebih dari 5 km dari

pemukiman. Pola pemanfaatan ruang diarahkan untuk pemanfaatan hutan dengan

berbagai skema, antara lain IUPHHK HT/RE serta kemitraan dengan masyarakat sekitar.

4. Kawasan untuk pemanfaatan hutan berbasis masyarakat

Terdiri atas Kawasan hutan yang dibebani ijin pemanfataan HTR/HKm/HD, areal

indikatif perhutanan sosial, hutan lindung dan hutan produksi yang tidak dibebani ijin

Page 42: RENSTRA 2017-2022dishutbun.jogjaprov.go.id/assets/artikel/renstra_dishutbun_2017-2022.pdfRencana Strategis ... Satuan Organisasi Perangkat Daerah merupakan dokumen perencanaan untuk

RENSTRA 2017-2022

“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 5-2

dengan penutupan hutan dan non hutan dengan jarak kurang dari 5 km dari pemukiman.

Pola pemanfaatan ruang diarahkan untuk pemanfaatan hutan berbasis masyarakat

dengan berbagai skema antara lain HTR, HKm, HD. Pada kawasan ini diharapkan peran

serta dan akses masyarakat terhadap hutan tertata.

5. Kawasan untuk non kehutanan

Terdiri atas kawasan hutan yang terindikasi adanya penguasaan masyarakat atau

infrastruktur umum serta pemenuhan kebutuhan sektor lain yang berbasis lahan serta

pengembangan infrastruktur daerah. Kawasan ini merupakan kawasan yang disiapkan

untuk pemenuhan lahan bagi masyarakat dan untuk memenuhi sektor non kehutanan.

Prosesnya tetap melalui prosedur yang berlaku.

Dari analisis pemanfaatan ruang di atas, strategi pembangunan kehutanan dititikberatkan pada

pembangunan hutan berbasis fungsi hutan yaitu fungsi ekologi, fungsi ekonomi dan fungsi

sosial.

Pada pembangunan perkebunan, analisis pemanfaatan ruang dilakukan berdasarkan

pemanfaatan ruang untuk pengusahaan komoditas perkebunan unggulan yang tersebar di

wilayah DIY. Dari analisis pemanfaatan ruang diperoleh kawasan kawasan yang kemudian

dijadikan sentra pengembangan komoditas yang ada di wilayahnya. Analisis pemanfaatan ruang

komoditas perkebunan unggulan membagi pemanfaatan ruang menjadi klaster berdasar

komoditas yaitu :

1. Klaster kopi di kecamatan Samigaluh, Girimulyo, Pakem dan Cangkringan.

2. Klaster teh di kecamatan Samigaluh dan Girimulyo.

3. Klaster kelapa di kecamatan Temon, Wates, Panjatan, Galur, Kokap, Minggir, Moyudan,

Srandakan, Sanden, Kretek, Karangmojo, Patuk, Playen, Nglipar, Semanu, Purwosari,

Saptosari, Tanjungsari, Tepus, Girisubo, dan Rongkop.

4. Klaster cengkeh di kecamatan Samigaluh dan Girimulyo.

5. Klaster kakao di kecamatan Kalibawang, Prambanan, Cangkringan, Pakem, Dlingo,

Piyungan, Karangmojo, Patuk, Playen, Ponjong dan Nglipar.

6. Klaster Mete di kecamatan Imogiri, Karangmojo, Semanu, Semin dan Ngawen.

Sesuai dengan pemanfaatan ruang dan sasaran SKPD yang telah ditetapkan maka strategi

pembangunan kehutanan dan perkebunan dirumuskan sebanyak 3, yaitu :

Strategi 1. Pembangunan hutan berbasis fungsi ekonomi dan sosial.

Strategi ini menjawab hasil analisis pemanfaatan ruang terkait dengan kawasan

pemanfaatan hutan berbasis korporasi dan kawasan pemanfaatan hutan berbasis

masyarakat, serta pemanfaatan pada kawasan untuk non kehutanan. Hal tersebut

diartikan bahwa setiap pemanfaatan hutan harus mampu memberikan manfaat secara

ekonomi maupun secara sosial tanpa meninggalkan kelestarian fungsi ekologis hutan.

Strategi 2. Pembangunan hutan berbasis fungsi ekologi.

Strategi ini menjawab hasil analisis pemanfaatan ruang terkit dengan pemanfaatan

untuk kawasan konservasi dan perlindungan dan kawasan prioritas rehabilitasi dimana

pembangunan kehutanan pada kawasan pemanfaatan ini diutamakan pada penjaminan

berjalannya fungsi hutan secara eklogis, diikuti dengan rehabilitasi lahan, pencegahan

Page 43: RENSTRA 2017-2022dishutbun.jogjaprov.go.id/assets/artikel/renstra_dishutbun_2017-2022.pdfRencana Strategis ... Satuan Organisasi Perangkat Daerah merupakan dokumen perencanaan untuk

RENSTRA 2017-2022

“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 5-3

kerusakan hutan, pencegahan bencana seperti banjir dan tanah longsor serta jaminan

keberlangsungan sistem penyangga kehidupan yang ada di dalam hutan.

Strategi 3. Pembangunan perkebunan berbasis klaster.

Strategi ini menjawab hasil analisis pemanfaatan ruang untuk pengusahaan perkebunan

sesuai dengan persebaran komoditasnya dimana pembangunan perkebunan dilakukan

berdasar kesesuaian wilayah untuk pengembangan perkebunan dari hulu sampai hilir

agar nilai manfaat yang diperoleh oleh masyarakat lebih maksimal melalui pengelolaan

agribisnis perkebunan terpadu dalam satu wilayah/klaster.

Dari strategi yang telah dirumuskan kemudian ditetapkan arah kebijakan untuk masing masing

strategi yaitu :

Arah kebijakan strategi 1. Pembangunan hutan berbasis fungsi ekonomi dan sosial

1. Pembaharuan Sistem Tata Kelola Kehutanan.

2. Mempertahankan keberadaan kawasan hutan

3. Pemantapan Kawasan Hutan

4. Perencanaan Kehutanan yang Komprehensif dan berkesinambungan

5. Peningkatan produktifitas dan nilai tambah sumberdaya hutan dan fungsinya

6. Optimalisasi Pengelolaan dan pemanfaatan Sumberdaya Hutan

7. Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Hutan yang Berkelanjutan

8. Peningkatan akses masyarakat dalam pengelolaan hutan

9. Penguatan Kelembagaan dan SDM Kehutanan

10. Peningkatan Kapasitas Masyarakat dalam Pengelolaan Hutan

11. Peningkatan Kontribusi Kehutanan bagi Keberlanjutan Sektor Perekonomian lainnya

Arah kebijakan strategi 2. Pembangunan hutan berbasis fungsi ekologi

1. Konservasi Keanekaragaman Hayati

2. Peningkatan Manfaat Jasa Ekosistem

3. Peningkatan Peran Hutan dalam Pemulihan Daya Dukung DAS

4. Rehabilitasi lahan dan pencegahan bencana alam.

5. Optimalisasi dan Distribusi Fungsi dan Peruntukan Kawasan Hutan

Arah kebijakan strategi 3. Pembangunan perkebunan berbasis klaster

1. Pembinaan produksi komoditas perkebunan unggulan daerah

2. Pembangunan agrowisata sesuai potensi daerah setempat

3. Pembangunan perkebunan terintegrasi dengan sektor yang lain.

4. Penguatan dan pemberdayaan kelembagaan masyarakat dalam manajemen kelompok.

5. Penguatan pembangunan agrowisata teh, kopi dan kakao di Kulonprogo.

6. Pembangunan pengolahan hasil perkebunan sebagai pendukung destinasi agrowisata

Rumusan pernyataan strategi dan arah kebijakan Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY dalam

lima tahun mendatang yang disajikan dalam tabel berikut:

Page 44: RENSTRA 2017-2022dishutbun.jogjaprov.go.id/assets/artikel/renstra_dishutbun_2017-2022.pdfRencana Strategis ... Satuan Organisasi Perangkat Daerah merupakan dokumen perencanaan untuk

RENSTRA 2017-2022

“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 5-4

Tabel 5-1Tujuan, Sasaran, Strategi, dan Kebijakan

VISI : Terwujudnya Peningkatan Kemuliaan Martabat Manusia Jogja MISI I : Meningkatkan Kualitas Hidup, Kehidupan dan Penghidupan Masyarakat Yang Berkeadilan dan Berkeadaban Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Pengelolaan hutan lestari 1. Meningkatnya Nilai

Produksi Kehutanan 1. Pembangunan hutan

berbasis fungsi ekonomi dan sosial

1. Pembaharuan Sistem Tata Kelola Kehutanan.

2. Mempertahankan keberadaan kawasan hutan

3. Pemantapan Kawasan Hutan

4. Perencanaan Kehutanan yang Komprehensif dan berkesinambungan

5. Peningkatan produktifitas dan nilai tambah sumberdaya hutan dan fungsinya

6. Optimalisasi Pengelolaan dan pemanfaatan Sumberdaya Hutan

7. Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Hutan yang Berkelanjutan

8. Peningkatan akses masyarakat dalam pengelolaan hutan

9. Penguatan Kelembagaan dan SDM Kehutanan

10. Peningkatan Kapasitas Masyarakat dalam Pengelolaan Hutan

11. Peningkatan Kontribusi Kehutanan bagi Keberlanjutan Sektor Perekonomian lainnya

2. Terwujudnya Tata Kelola Lingkungan Hidup yang Berkualitas

1. Pembangunan hutan berbasis fungsi ekologi

1. Konservasi Keanekaragaman Hayati

2. Peningkatan Manfaat Jasa Ekosistem

3. Peningkatan Peran Hutan dalam Pemulihan Daya Dukung DAS

4. Rehabilitasi lahan dan pencegahan bencana alam.

5. Optimalisasi dan Distribusi Fungsi dan Peruntukan Kawasan Hutan

Pengembangan Agribisnis Perkebunan Berkelanjutan

1. Meningkatnya produksi tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan

1. Pembangunan perkebunan berbasis klaster

1. Pembinaan produksi komoditas perkebunan unggulan daerah

2. Pembangunan agrowisata sesuai potensi daerah setempat

3. Pembangunan perkebunan terintegrasi dengan sektor yang lain.

4. Penguatan dan pemberdayaan kelembagaan masyarakat dalam manajemen kelompok.

5. Penguatan pembangunan agrowisata teh, kopi dan kakao di Kulonprogo.

6. Pembangunan pengolahan hasil perkebunan sebagai pendukung destinasi agrowisata

Page 45: RENSTRA 2017-2022dishutbun.jogjaprov.go.id/assets/artikel/renstra_dishutbun_2017-2022.pdfRencana Strategis ... Satuan Organisasi Perangkat Daerah merupakan dokumen perencanaan untuk

RENSTRA 2017-2022

“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 6-1

BAB 6 RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN SERTA PENDANAAN

Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang

dilaksanakan oleh instansi pemerintah/lembaga untuk mencapai sasaran dan tujuan

serta memperoleh alokasi anggaran, atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh

pemerintah.

Dalam mewujudkan capaian keberhasilan pembangunan kehutanan dan perkebunan di

D.I Yogyakarta maka Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY menetapkan rangkaian

program untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Sejalan dengan

perumusan rancangan program dan kegiatan dalam RPJMD DIY periode 2017- 2022,

maka program dan kegiatan pembangunan kehutanan dan perkebunan di DIY khusunya

untuk tahun 2018 - 2022 disusun dengan mengacu rancangan dalam RPJMD.

Program dan kegiatan pembangunan kehutanan mencakup pembangunan, pemeliharaan,

pemanfaatan, rehabilitasi, perlindungan dan konservasi sumberdaya hutan di dalam dan

di luar kawasan hutan dan pemberdayaan masyarakat kehutanan dan masyarakat umum

terutama yang berada di sekitar kawasan hutan. Sedangkan program dan kegiatan

pembangunan perkebunan menyasar pada pemberdayaan petani perkebunan, pelaku

usaha agribisnis perkebunan dan masyarakat perkebunan melalui pengolahan kebun

secara intensif, pengembangan pengolahan dan pemasaran, dan penguatan fungsi dan

kemampuan kelembagaan perkebunan untuk menghasilkan produk perkebunan

unggulan yang berdaya saing dalam pengelolaan perkebunan yang berkelanjutan.

Rencana program dan kegiatan dengan misi pembangunan kehutanan dan perkebunan

sebagaimana telah ditetapkan diatas dapat dilihat pada tabel berikut.

Page 46: RENSTRA 2017-2022dishutbun.jogjaprov.go.id/assets/artikel/renstra_dishutbun_2017-2022.pdfRencana Strategis ... Satuan Organisasi Perangkat Daerah merupakan dokumen perencanaan untuk

RENSTRA 2017-2022

“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 6-1

Tabel 6-1Rencana Program, Kegiatan, dan Pendanaan Dinas Kehutanan dan Perkebunn Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta

Tujuan Sasara

n Kode

Program dan

Kegiatan

Indikator

Kenerja Tujuan, Sasaran, Program (outcom

e) dan Kegiatan (output)

Data

Capaian

pada

Tahun

Awal

Perencanaan

Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Unit Kerja

Perangkat

Daerah

Penanggung-jawab

Lokasi

Tahun-1 Tahun-2 Tahun-3 Tahun-4 Tahun-5

Kondisi Kinerja pada akhir

periode Renstra Perangkat

Daerah

target

Rp targe

t Rp

target

Rp targe

t Rp

target

Rp targe

t Rp

(1) (2) (3)

(4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20

) Pengelolaan Hutan Lestari

Pengelolaan hutan sesuai dengan fungsinya

90.73%

Meningkatnya Nilai Produksi Kehutanan

Nilai subsektor kehutanan dalam PDRB DIY

720.236 juta rupiah

Program Pemanfaatan Potensi Sumberdaya Hutan

Rasio pemanfaatan sumber daya hutan

86.57 rasio

86.60 rasio

280,000,000

n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a

Penataan Hutan

Penataan Kawasan Hutan

3 kegiatan

3 kegiatan

100,000,000

n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a

Page 47: RENSTRA 2017-2022dishutbun.jogjaprov.go.id/assets/artikel/renstra_dishutbun_2017-2022.pdfRencana Strategis ... Satuan Organisasi Perangkat Daerah merupakan dokumen perencanaan untuk

RENSTRA 2017-2022

“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 6-2

Tujuan Sasara

n Kode

Program dan

Kegiatan

Indikator

Kenerja Tujuan, Sasaran, Program (outcom

e) dan Kegiatan (output)

Data

Capaian

pada

Tahun

Awal

Perencanaan

Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Unit Kerja

Perangkat

Daerah

Penanggung-jawab

Lokasi

Tahun-1 Tahun-2 Tahun-3 Tahun-4 Tahun-5

Kondisi Kinerja pada akhir

periode Renstra Perangkat

Daerah

target

Rp targe

t Rp

target

Rp targe

t Rp

target

Rp targe

t Rp

(1) (2) (3)

(4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20

) Penatausa

haan Produksi Hasil Hutan

Pengawasan tata usaha kayu dan peredaran hasil hutan

12 bulan

12 bulan

100,000,000

n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a

Pengelolaan Perhutanan Sosial

Pengelolaan hutan rakyat dan perhutanan sosial

4 kabupaten

4 kabupaten

80,000,000

n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a

Program Peningkatan Produksi Hasil Hutan

Persentase peningkatan produksi hasil hutan (%)

0.02%

0.10%

5,453,670,000

n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a

Pengelolaan Sumber Daya Hutan

Produk Hasil Hutan

2 Komoditas

2 Komoditas

5,453,670,000

n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a

Page 48: RENSTRA 2017-2022dishutbun.jogjaprov.go.id/assets/artikel/renstra_dishutbun_2017-2022.pdfRencana Strategis ... Satuan Organisasi Perangkat Daerah merupakan dokumen perencanaan untuk

RENSTRA 2017-2022

“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 6-3

Tujuan Sasara

n Kode

Program dan

Kegiatan

Indikator

Kenerja Tujuan, Sasaran, Program (outcom

e) dan Kegiatan (output)

Data

Capaian

pada

Tahun

Awal

Perencanaan

Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Unit Kerja

Perangkat

Daerah

Penanggung-jawab

Lokasi

Tahun-1 Tahun-2 Tahun-3 Tahun-4 Tahun-5

Kondisi Kinerja pada akhir

periode Renstra Perangkat

Daerah

target

Rp targe

t Rp

target

Rp targe

t Rp

target

Rp targe

t Rp

(1) (2) (3)

(4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20

) Program

Administrasi Perkantoran

Prosentase Pelayanan Administrasi Perkantoran

100%

100%

2,116,174,000

100%

3,146,565,000

100%

3,461,222,000

100%

3,807,344,000

100%

4,188,079,000

100%

4,188,079,000

Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

Prosentase penyediaan dan pemeliharaan sarana prasarana aparatur

100%

100%

1,571,408,900

100%

4,826,811,000

100%

5,309,492,000

100%

5,840,441,000

100%

6,424,485,000

100%

6,424,485,000

Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja Dan Pelaporan

Peningkatan kapasitas sumberdaya apatur

100%

100%

210,350,000

100%

423,244,000

100%

465,568,000

100%

512,125,000

100%

5,633,380,000

100%

5,633,380,000

Page 49: RENSTRA 2017-2022dishutbun.jogjaprov.go.id/assets/artikel/renstra_dishutbun_2017-2022.pdfRencana Strategis ... Satuan Organisasi Perangkat Daerah merupakan dokumen perencanaan untuk

RENSTRA 2017-2022

“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 6-4

Tujuan Sasara

n Kode

Program dan

Kegiatan

Indikator

Kenerja Tujuan, Sasaran, Program (outcom

e) dan Kegiatan (output)

Data

Capaian

pada

Tahun

Awal

Perencanaan

Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Unit Kerja

Perangkat

Daerah

Penanggung-jawab

Lokasi

Tahun-1 Tahun-2 Tahun-3 Tahun-4 Tahun-5

Kondisi Kinerja pada akhir

periode Renstra Perangkat

Daerah

target

Rp targe

t Rp

target

Rp targe

t Rp

target

Rp targe

t Rp

(1) (2) (3)

(4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20

) Keuangan

Terwujudnya Tata Kelola Lingkungan Hidup yang Berkualitas

Persentase Ketercapaian Sasaran Pembangunan Bidang Lingkungan Hidup

85.64%

88.56%

2,336,241,100

91.47%

-

94.39%

-

97.02%

-

100%

-

-

-

Program Konservasi Dan Perlindungan Hutan

Persentase Penurunan kerusakan hutan

0.10%

0.10%

2,336,241,100

n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a

Pengembangan Perbenihan Tanaman Kehutanan

bibit/benih tanaman kehutanan untuk kegiatan rehabilita

315.000 batang

325.000 batang

586,241,100

n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a

Page 50: RENSTRA 2017-2022dishutbun.jogjaprov.go.id/assets/artikel/renstra_dishutbun_2017-2022.pdfRencana Strategis ... Satuan Organisasi Perangkat Daerah merupakan dokumen perencanaan untuk

RENSTRA 2017-2022

“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 6-5

Tujuan Sasara

n Kode

Program dan

Kegiatan

Indikator

Kenerja Tujuan, Sasaran, Program (outcom

e) dan Kegiatan (output)

Data

Capaian

pada

Tahun

Awal

Perencanaan

Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Unit Kerja

Perangkat

Daerah

Penanggung-jawab

Lokasi

Tahun-1 Tahun-2 Tahun-3 Tahun-4 Tahun-5

Kondisi Kinerja pada akhir

periode Renstra Perangkat

Daerah

target

Rp targe

t Rp

target

Rp targe

t Rp

target

Rp targe

t Rp

(1) (2) (3)

(4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20

) si kawasan hutan

Perlindungan Hutan

Perlindungan Hutan Terjamin

12 bulan

12 bulan

1,100,000,000

n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a

Pengamanan Hutan

Keamanan Hutan Terjamin

12 bulan

12 bulan

200,000,000

n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a

Konservasi Sumberdaya Hutan

Pembinaan dan Pengendalian Konservasi Sumberdaya Hutan

2 kegiatan

2 kegiatan

350,000,000

n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai/DAS

Pengelolaan DAS Prioritas

1 Tahun

1 Tahun

100,000,000

n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a

Page 51: RENSTRA 2017-2022dishutbun.jogjaprov.go.id/assets/artikel/renstra_dishutbun_2017-2022.pdfRencana Strategis ... Satuan Organisasi Perangkat Daerah merupakan dokumen perencanaan untuk

RENSTRA 2017-2022

“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 6-6

Tujuan Sasara

n Kode

Program dan

Kegiatan

Indikator

Kenerja Tujuan, Sasaran, Program (outcom

e) dan Kegiatan (output)

Data

Capaian

pada

Tahun

Awal

Perencanaan

Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Unit Kerja

Perangkat

Daerah

Penanggung-jawab

Lokasi

Tahun-1 Tahun-2 Tahun-3 Tahun-4 Tahun-5

Kondisi Kinerja pada akhir

periode Renstra Perangkat

Daerah

target

Rp targe

t Rp

target

Rp targe

t Rp

target

Rp targe

t Rp

(1) (2) (3)

(4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20

) Pengembangan Agribisnis Perkebunan Berkelanjutan

Peningkatan jumlah klaster komoditas perkebunan

5 klaster

6 klaster

2,605,490,000

n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a

Meningkatnya produksi tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan

Nilai sub sektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan dalam PDRB

6.903.079 juta rupiah

7.041.831 juta rupiah

2,605,490,000

n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a

Program Peningkatan Produksi Perkebunan

produksi perkebunan

68.602 ton

68.740 ton

2,605,490,000

n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a

Page 52: RENSTRA 2017-2022dishutbun.jogjaprov.go.id/assets/artikel/renstra_dishutbun_2017-2022.pdfRencana Strategis ... Satuan Organisasi Perangkat Daerah merupakan dokumen perencanaan untuk

RENSTRA 2017-2022

“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 6-7

Tujuan Sasara

n Kode

Program dan

Kegiatan

Indikator

Kenerja Tujuan, Sasaran, Program (outcom

e) dan Kegiatan (output)

Data

Capaian

pada

Tahun

Awal

Perencanaan

Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Unit Kerja

Perangkat

Daerah

Penanggung-jawab

Lokasi

Tahun-1 Tahun-2 Tahun-3 Tahun-4 Tahun-5

Kondisi Kinerja pada akhir

periode Renstra Perangkat

Daerah

target

Rp targe

t Rp

target

Rp targe

t Rp

target

Rp targe

t Rp

(1) (2) (3)

(4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20

) Pengelolaa

n Tanaman Perkebunan

Budidaya tanaman perkebunan sesuai SOP

4 komoditas

4 komoditas

1,323,250,000

n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a

Pembinaan Kelembagaan, Penyuluhan dan Pengolahan Pasca Panen

Peningkatan nilai tambah produksi perkebunan dan pembinaan kelembagaan perkebunan

5 komoditas

5 komoditas

882,240,000

n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a

Pengelolaan Tanaman Tembakau (Cukai)

Budidaya tanaman tembakau sesuai SOP

3 kegiatan

4 kegiatan

300,000,000

n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a

Pembinaan Kelembagaan Petani Tembakau (Cukai)

Pendampingan kelembagaan tembakau

4 kabupaten

4 kabupaten

100,000,000

n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a

Page 53: RENSTRA 2017-2022dishutbun.jogjaprov.go.id/assets/artikel/renstra_dishutbun_2017-2022.pdfRencana Strategis ... Satuan Organisasi Perangkat Daerah merupakan dokumen perencanaan untuk

RENSTRA 2017-2022

“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 7-1

BAB 7 KINERJA PENYELENGGARAAN BIDANG URUSAN

Indikator Kinerja Utama (Key Performance Indikators) merupakan ukuran keberhasilan dari

suatu tujuan dan sasaran strategis instansi pemerintah dalam penyelenggaraan bidang urusan

yang ditangani. Dengan Indikator Kinerja Utama dapat diketahui keberhasilan penyelenggaraan

bidang urusan untuk perbaikan kinerja dan peningkatan akuntabilitas kinerja secara kuantitatif

dari Satuan Kerja Perangkat Daerah. Indikator Kinerja SKPD disusun untuk mendukung

pencapaian tujuan dan sasaran dalam RPJMD.

Indikator Kinerja urusan kehutanan dan perkebunan untuk mengukur keberhasilan

pembangunan kehutanan dan perkebunan di D.I Yogyakarta beserta target capaian setiap tahun

dalam kurun waktu 2017-2022 adalah sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 7-1Indikator Kinerja Perangkat Daerah yang Mengacu pada Tujuan dan Sasaran RPJMD

No Indikator Kondisi Kinerja pada Awal periode RPJMD

Target Capaian Setiap Tahun Kondisi Kinerja pada akhir periode RPJMD

Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun5

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 Nilai subsektor

kehutanan dalam PDRB DIY

720.236 juta rupiah

734.713 juta rupiah

n/a n/a n/a n/a 76.,545 juta rupiah

2 Persentase Ketercapaian Sasaran Pembangunan Bidang Lingkungan Hidup

85.64% 88.56% n/a n/a n/a n/a 100%

3 Nilai sub sektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan dalam PDRB

6.903.079 juta rupiah

7.041.831 juta rupiah

n/a n/a n/a n/a 7.327.757 juta rupiah

Page 54: RENSTRA 2017-2022dishutbun.jogjaprov.go.id/assets/artikel/renstra_dishutbun_2017-2022.pdfRencana Strategis ... Satuan Organisasi Perangkat Daerah merupakan dokumen perencanaan untuk

RENSTRA 2017-2022

“Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY” 8-1

BAB 8 PENUTUP

Hasil utama pembangunan kehutanan dan perkebunan harus diyakini tidak hanya terbatas pada

pemenuhan kinerja secara numerik, namun demikian perbaikan kondisi aktual di

masyarakatlah yang memberikan gambaran sesungguhnya keberhasilan pembangunan

kehutanan dan perkebunan di DIY. Pencapaian tujuan dan sasaran secara nyata dan mampu

memberikan manfaat bagi masyarakat merupakan indikator keberhasilan pembaungunan

bidang kehutanan dan perkebunan.

Keberhasilan pelaksanaan program dan kegiatan untuk mencapai sasaran strategis yang telah

ditetapkan dalam Renstra Dinas Kehutanan dan Perkebunan Tahun 2017- 2022, akan sangat

ditentukan oleh kapasitas dan kualitas kinerja pimpinan serta jajaran pelaksana pada seluruh

unit-unit kerja. Selain itu keterlibatan pihak-pihak terkait dalam upaya pembangunan kehutanan

dan perkebunan merupakan faktor penting dalam upaya mewujudkan tujan dan sasaran yang

telah ditetapkan secara nyata di masyarakat. Untuk mengukur tingkat keberhasilan pencapaian

dalam pelaksanaan rencana kerja tersebut, maka secara berkala akan dilakukan monitoring dan

evaluasi, serta pengawasan dan pengendalian yang dituangkan dalam dokumen pelaporan

termasuk pelaporan hasil audit kinerja

Penyusunan Rencana Strategis ini dilaksanakan berdasarkan pada kemampuan dan potensi

yang dimiliki Dinas Kehutanan dan Perkebunan Daerah Istimewa Yogyakarta di dalam

mewujudkan kelestarian dan manfaat hutan serta agribisnis perkebunan yang berdaya saing.

Dengan terlaksananya kelestarian dan manfaat hutan serta agribisnis perkebunan yang berdaya

saing, kiranya dukungan terhadap pemenuhan kebutuhan dan peningkatan pendapatan

masyarakat dapat tercapai sehingga kesejahteraan masyarakat dapat terpenuhi. Dengan

terlaksananya pelestarian potensi sumberdaya alam, khususnya hutan, maka fungsi sosial

budaya, ekonomi dan ekologi akan semakin memberikan perlindungan bagi kehidupan.

Dengan adanya Rencana Strategis Dinas Kehutanan dan Perkebunan periode 2017 – 2022 ini

diharapkan arah pembangunan kehutanan dan perkebunan di Daerah Istimewa Yogyakarta

dapat lebih terarah, lebih mengena sasaran dan lebih sesuai dengan dinamika aktual yang terjadi

di masyarakat serta memberikan manfaat yang nyata pada proses pembangunan di Daerah

istimewa Yogyakarta.

Pada akhirnya, semoga Allah, SWT, memberikan petunjuk dan karunia-NYA kepada kita semua,

sehingga seluruh harapan yang diletakkan pada pembangunan kehutanan dan perkebunan ini

dapat dipenuhi dan membawa kemaslahatan untuk masyarakat DIY.