Renja 2015 Bab II

64
10 BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI KABUPATEN MAJALENGKA 2.1. Aspek Geografi dan Demografi. 2.1.1.Karakteristik lokasi Dan Wilayah Kabupaten Majalengka merupakan salah satu kabupaten di wilayah Provinsi Jawa Barat, memiliki luas 1.204,24 Km 2 atau 3,25% dari luas wilayah daratan Provinsi Jawa Barat (37.095,28 Km 2 ). Secara Geografis Kabupaten Majalengka berbatasan dengan wilayah sebagai berikut : a. Sebelah Utara, berbatasan dengan Kabupaten Indramayu; b. Sebelah Timur, berbatasan dengan Kabupaten Cirebon dan Kuningan, sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 246 Tahun 2004 tentang Batas Wilayah Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 2009 tentang Batas Daerah Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat; c. Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Tasikmalaya; d. Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Sumedang, sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2008 tentang Batas Daerah Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa Barat. Secara geografis Kabupaten Majalengka berada di bagian Timur Provinsi Jawa Barat, dengan posisi astronomis : Bagian Barat antara 108° 03’-108° 19’ Bujur Timur, bagian Timur antara 108° 12’-108° 25’ Bujur Timur, bagian Utara antara 6° 36’-6° 58’ Lintang Selatan dan bagian Selatan antara 6° 43’-7° 03’ Lintang Selatan. Rencana Kerja Dinkes Tahun 201 5

description

hahaha

Transcript of Renja 2015 Bab II

10

BAB IIGAMBARAN UMUM

KONDISI KABUPATEN MAJALENGKA

2.1. Aspek Geografi dan Demografi.

2.1.1. Karakteristik lokasi Dan Wilayah

Kabupaten Majalengka merupakan salah satu kabupaten di wilayah Provinsi Jawa

Barat, memiliki luas 1.204,24 Km2 atau 3,25% dari luas wilayah daratan Provinsi Jawa Barat

(37.095,28 Km2).

Secara Geografis Kabupaten Majalengka berbatasan dengan wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara, berbatasan dengan Kabupaten Indramayu;

b. Sebelah Timur, berbatasan dengan Kabupaten Cirebon dan Kuningan, sebagaimana yang

telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 246 Tahun 2004

tentang Batas Wilayah Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat, dan Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 2009 tentang Batas Daerah Kabupaten Kuningan Provinsi

Jawa Barat;

c. Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Tasikmalaya;

d. Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Sumedang, sebagaimana yang telah

ditetapkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2008 tentang

Batas Daerah Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa Barat.

Secara geografis Kabupaten Majalengka berada di bagian Timur Provinsi Jawa Barat, dengan

posisi astronomis : Bagian Barat antara 108° 03’-108° 19’ Bujur Timur, bagian Timur antara

108° 12’-108° 25’ Bujur Timur, bagian Utara antara 6° 36’-6° 58’ Lintang Selatan dan bagian

Selatan antara 6° 43’-7° 03’ Lintang Selatan.

Temperatur rata-rata di Kabupaten Majalengka adalah 26,7°C hingga 29,7°C. Suhu

Udara Maksimum terjadi pada bulan Oktober yaitu 35,4°C, sedangkan suhu udara minimum

terjadi pada bulan juni dengan suhu sebesar 22,7°C. Indonesia merupakan negara tropis yang

mempunyai 3 wilayah waktu yaitu WIB (Waktu Indonesia Barat), WITA (Waktu Indonesia

Tengah) dan WIT (Waktu Indonesia Timur), seluruh wilayah Kabupaten Majalengka termasuk

ke dalam zona WIB (Waktu Indonesia Barat). Kelembaban di Kabupaten Majalengka

sepanjang tahun 2013 berkisar antara 66% - 88%.

Secara Geostrategis Kabupaten Majalengka diapit oleh 2 PKN Cirebon Raya dan

Bandung Raya dan berada di perlintasan antara Jawa Barat (Bandung) dan Jawa Tengah

(Semarang) sebagai PKN Gerbang Kertosusila. Kondisi Kabupaten Majalengka yang strategis

di dukung dengan adanya kebijakan pemerintah pusat melalui Masterplan Percepatan dan

Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) dan Bandar Udara Internasional Jawa

Barat yang akan dibangun di Kabupaten Majalengka, diharapkan mampu mengakselerasi

Rencana Kerja Dinkes Tahun 2015

11

perwujudan koridor dan sekaligus mengurangi beban aktivitas ekonomi di Jawa Bagian Barat

melalui PKW Kadipaten guna mendukung kepada Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Cirebon dan

pengembangan Jawa Barat Bagian Timur.

Secara adminstratif, wilayah Kabupaten Majalengka terdiri dari 26 Kecamatan, 13

kelurahan dan 330 desa dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1.Nama Kecamatan dan Jumlah Desa/Kelurahan

di Kabupaten Majalengka Tahun 2013

No. Nama Kecamatan

Jumlah Desa

Jumlah Kelurahan

No. Nama Kecamatan

Jumlah Desa

Jumlah Kelurahan

1. Majalengka 5 9 14. Sindangwangi 10 -

2. Panyingkiran 9 - 15. Sukahaji 13 -

3. Kadipaten 7 - 16. Sindang 7 -

4. Dawuan 11 - 17. Cigasong 6 4

5. Kasokandel 10 - 18. Maja 18 -

6. Kertajati 14 - 19. Argapura 14 -

7. Jatitujuh 15 - 20. Banjaran 13 -

8. Jatiwangi 16 - 21. Talaga 17 -

9. Palasah 13 - 22. Cikijing 15 -

10. Ligung 19 - 23. Cingambul 13 -

11. Sumberjaya 15 - 24. Bantarujeg 13 -

12. Leuwimunding 14 - 25. Lemahsugih 19 -

13. Rajagaluh 13 - 26. Malausma 11 -

JumlahKecamatan 26

Desa 330Kelurahan 13

Sumber : Kabupaten Majalengka Dalam Angka, Tahun 2012.

Topografis Kabupaten Majalengka secara umum dapat dibedakan menjadi 3 (tiga)

bagian yaitu : landai atau dataran rendah (0 – 15 persen), berbukit bergelombang (15 – 40

persen) dan perbukitan terjal (>40 persen). Sebesar 13,21 persen dari luas wilayah

Kabupaten Majalengka berada pada kemiringan lahan di atas 40 persen, 18,53 persen berada

dalam kelas kemiringan lahan 15 - 40 persen, dan 68,26 persen berada pada kelas

kemiringan lahan 0 - 15 persen. Kondisi bentang alam yang melandai ke daerah Barat Laut,

menyebabkan sebagian besar aliran sungai dan mata air mengalir ke arah Utara, sehingga

pada wilayah bagian Utara Kabupaten Majalengka terdapat banyak persawahan. Perbukitan

dengan lereng yang curam terdapat di lereng Gunung Ciremai dan daerah lereng Gunung

Cakrabuana. Kondisi topografis ini sangat berpengaruh terhadap pemanfaatan ruang dan

potensi pengembangan wilayah, juga menyebabkan dampak yang mengakibatkan

Rencana Kerja Dinkes Tahun 2015

12

terdapatnya daerah yang rawan terhadap gerakan tanah yaitu daerah yang mempunyai

kelerengan curam.

Adapun distribusi ketiga topografi yang ada di Kabupaten Majalengka sebagaimana

disebutkan di atas, adalah sebagai berikut :

1. Dataran rendah, mempunyai kemiringan tanah antara 0-15%, meliputi semua

kecamatan yang ada di Kabupaten Majalengka. Kecamatan yang mempunyai kemiringan

0-15% seluruh wilayahnya terdiri atas Kecamatan Cigasong, Jatitujuh, Jatiwangi,

Kadipaten, Kertajati, Ligung, dan Palasah.

2. Berbukit gelombang, kemiringan tanahnya berkisar antara 15%-40%, meliputi

Kecamatan Argapura, Banjaran, Bantarujeg, Malausma, Cikijing, Cingambul, Dawuan,

Kasokandel, Lemahsugih, Maja, Majalengka, Rajagaluh, Sindangwangi, Sukahaji,

Sindang, dan Talaga.

3. Perbukitan terjal, kemiringan tanahnya >40%, meliputi daerah sekitar Gunung Ciremai,

Kecamatan Argapura, Banjaran, Bantarujeg, Malausma, Cikijing, Cingambul,

Lemahsugih, Leuwimunding, Maja, Majalengka, Panyingkiran, Rajagaluh, Sindangwangi,

Sukahaji, Sindang, Sumberjaya, dan Talaga.

Sedangkan berdasarkan ketinggian, wilayah Kabupaten Majalengka diklasifikasikan

dalam 3 klasifikasi utama yaitu dataran rendah (0 - 100 m dpl), dataran sedang (>100 - 500 m

dpl) dan dataran tinggi (> 500 m dpl). Dataran rendah sebesar 42,21 persen dari luas wilayah,

berada di Wilayah Utara Kabupaten Majalengka, dataran sedang sebesar 20,82 persen dari

luas wilayah, umumnya berada di Wilayah Tengah, dan dataran tinggi sebesar 36,97 persen

dari luas wilayah, mendominasi Wilayah Selatan Kabupaten Majalengka, termasuk di

dalamnya wilayah yang berada pada ketinggian di atas 2.000 m dpl yaitu terletak di sekitar

kawasan kaki Gunung Ciremai.

Rencana Kerja Dinkes Tahun 2015

13

Gambar 2.1.

Peta Administrasi Kabupaten Majalengka

Berdasarkan sebaran dan struktur batuannya, kondisi geologis Kabupaten

Majalengka meliputi: Aluvium seluas 17.162 Ha (14,25%), Pleistocene Sedimentary

Facies seluas 13.716 Ha (13,39%), Miocene Sedimentary Facies seluas 23,48 Ha (19,50%),

Undiferentionet Vulcanic Product seluas 51.650 Ha (42,89%), Pliocene Sedimentary Facies,

seluas 3.870 Ha (3,22%), Liparite Dacite seluas 179 Ha (0,15%), Eosene, seluas 78 Ha

(0,006%), Old Quartenary Volkanik Product seluas 10.283 Ha (8,54%). Kondisi geologi

Kabupaten Majalengka juga terdapat formasi Sesar Baribis yang berpotensi menyebabkan

patahan rawan gempa, terutama untuk daerah Selatan dan Timur.

Rencana Kerja Dinkes Tahun 2015

14

Kondisi Hidrologi Kabupaten Majalengka dibagi ke dalam dua bagian yaitu air

permukaan dan air tanah. Air permukaan, dilewati 2 (dua) sungai besar yaitu Sungai Cimanuk

dan Cilutung yang menjadi sumber air baku terutama untuk kegiatan pertanian. Selain itu,

Kabupaten Majalengka mempunyai beberapa potensi air permukaan lainnya berupa

situ/danau yaitu di wilayah Desa Cipadung, Payung, Sangiang, dan Talagaherang. Air Tanah,

berdasarkan kondisi potensi yang ada secara umum Wilayah Utara dan Tengah Kabupaten

Majalengka merupakan daerah yang memiliki potensi Air Bawah Tanah (ABT) yang cukup

baik. Untuk lebih jelasnya gambaran kondisi hidrologi Kabupaten Majalengka dapat dilihat

pada Tabel 2.2. dan Tabel 2.3.

Tabel 2.2.

Potensi Air Permukaan di Kabupaten Majalengka

No. Nama Sungai Bendungan Areal Layanan (Ha)Debit (Liter/detik)

Maksimal Minimal

1. Cilutung Kamun 9.289 50,73 0,41

2. Cideres Tirtanegara, Cigasong

2.741 3,94 0,65

3. Cikeruh Cikeruh, Cibutul 3.354 10,68 0,99

4. Ciherang Ciherang 1.009 1,76 0,3

5. Cikadongdong Cikemangi, Cikondang

2.411 1,47 0,4

6. Ciwaringin Ciwaringin 3.387 6,36 0,44

7. Cilongkrang Ciminggiri Suplai ke Bd Ciawi 0,79 0,29

8. Ciawi Ciawi 151 1,02 0,28

9. Cimanuk Rentang 571 900 500

10. Cihikeu Citeureup 348 1.252 0,26

11. Cihieum Cihieum 556 4.512 0,25

12. Cisampora Cimingking 383 1.439 0,18

JUMLAH 24.230 8.179,75 504,45Sumber : Materi Teknis RTRW Kabupaten Majalengka Tahun 2011 – 2031.

Tabel 2.3.

Potensi Air Bawah Tanah di Kabupaten Majalengka

No. Kisaran Indeks Rata-Rata Kecamatan Kelas Keterangan

1. 1,64 – 2,01 Kertajati – Ligung – Dawuan dan Kasokandel – Jatiwangi

D Kurang Berpotensi

2. 2,01 – 2,31 Palasah – Leuwimunding - Panyingkiran – Majalengka – Cigasong – Sukahaji dan Sindang – Bantarujeg dan Malausma– Talaga – Cingambul

C Potensi Sedang

3. 2,31 – 2,61 Sumberjaya – Rajagaluh – Maja – Lemahsugih – Banjaran

B Berpotensi

4. 2,61 - 3,14 Kadipaten – Sindangwangi – Argapura – Jatitujuh – Cikijing

A Sangat Berpotensi

Sumber : Materi Teknis RTRW Kabupaten Majalengka, Tahun 2011 – 2031.

Rencana Kerja Dinkes Tahun 2015

15

Kondisi klimatologis di Majalengka diantaranya curah hujan dipengaruhi oleh

keadaan iklim, geografis dan perputaran arus udara. Selama periode tahun 2008-2012, curah

hujan tahunan di Kabupaten Majalengka terendah yaitu sebesar 1.953 mm/tahun yang

terjadi pada tahun 2009 dan tertinggi sebesar yaitu sebesar 3.459 mm/tahun pada tahun

2010, dengan rata-rata selama 5 tahun tahun sebesar 2.723 mm/tahun. Kecepatan angin

rata-rata berkisar 3 knot/jam sampai 5 knot/jam dengan kecepatan tertinggi pada bulan

Maret sebesar 28 knot/jam, hal ini menjadikan Kabupaten Majalengka dijuluki Kota Angin.

Gambar 2.2.

Data Perkembangan Curah HujanKabupaten Majalengka Tahun 2008 - 2012

Januari

Februari

Maret

April Mei JuniJuli

Agustu

s

Septem

ber

Oktober

November

Desember

0100200300400500600700800

20082009201020112012da

lam

mm

Sumber : BMG, Jatiwangi Tahun 2013.

Penggunaan Lahan suatu wilayah merupakan perwujudan fisik dari semua kegiatan

sosial ekonomi penduduk. Pengenalan pola penggunaan lahan ini sangat diperlukan, baik

untuk memperoleh gambaran mengenai potensi daerah maupun untuk mengetahui pola

distribusi kegiatan sosial ekonomi serta intensitas penggunaan lahan dan berbagai kegiatan

yang ada.

Tabel 2.4.

Perkembangan Penggunaan Lahan Kabupaten Majalengka Tahun 2007-2011

No. Penggunaan LahanTahun (Ha)

2007 2008 2009 2010 2011

Lahan Sawah

1. Irigasi Teknis 17.462 17.441 17.982 17.982 17.982

Rencana Kerja Dinkes Tahun 2015

16

No. Penggunaan LahanTahun (Ha)

2007 2008 2009 2010 2011

2. Irigasi ½ Teknis 8.008 7.935 7.970 7.970 7.970

3. Irigasi Sederhana Milik PU

6.032 6.224 5.534 5.534 5.533

4. Irigasi Non PU 7.118 6.738 7.901 7.901 7.989

5. Tadah Hujan 12.412 12.660 12.512 12.512 12.422

6. Polder dan sawah lainnya

20 139 - - -

Luas Lahan Sawah 51.052 51.137 51.899 51.899 51.896

Lahan Bukan Sawah

1. Pekarangan/bangunan 12.245 12.273 12.025 12.137 12.243

2. Tegal/Kebun 23.740 23.723 27.275 26.990 26.946

3. Ladang/Huma 463 463 - - -

4. Pengembalaan/Padang Rumput

779 779 693 702 752

5. Sementara tidak diusahakan

93 46 28 28 28

6. Ditanami pohon/Hutan Rakyat

4.544 4.507 4.739 4.747 4.697

7. Hutan Negara 20.140 20.140 17.217 17.217 17.217

8. Perkebunan 214 214 370 370 370

9. Lahan lainnya 6.435 6.383 5.536 6.651 5.591

10. Rawa-rawa 164 164 99 99 99

11. Tambak - - - - -

12. Kolam/empang 555 595 543 584 585

Luas Lahan Bukan Sawah 69.372 69.287 68.525 68.525 68.528

Luas Lahan Keseluruhan 120.424 120.424 120.424 120.424 120.424

Sumber : Data Sektoral Kabupaten Majalengka, Tahun 2011.Berdasarkan data sekunder, penggunaan lahan Kabupaten Majalengka sampai

dengan Tahun 2011 didominasi lahan non sawah, yaitu seluas 68.528 Ha, dengan sub sektor

yang dominan pada penggunaan untuk tegal/kebun seluas 26.946 Ha, serta lahan Hutan

Negara mengingat Kabupaten Majalengka termasuk dalam kawasan TNGC seluas 17.217 Ha.

Penggunaan lahan sawah seluas 51.896 Ha merupakan penggunaan lahan terbesar kedua,

walaupun demikian jika dilihat lebih rinci dari data tersebut di atas menunjukkan dominasi

sektor kerja penduduk Kabupaten Majalengka adalah pada sektor pertanian.

Rencana Kerja Dinkes Tahun 2015

17

2.1.2. Potensi Pengembangan Wilayah.

Potensi pengembangan wilayah terkait dengan kawasan budidaya yang telah

ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 11 Tahun 2011 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Majalengka Tahun 2011 -2031. Berdasarkan

Perda dimaksud kawasan budidaya Kabupaten Majalengka terdiri atas :

a. kawasan peruntukkan hutan produksi;

b. kawasan peruntukkan pertanian;

c. kawasan peruntukkan perikanan;

d. kawasan peruntukkan pertambangan;

e. kawasan peruntukkan industri;

f. kawasan peruntukkan pariwisata;

g. kawasan peruntukkan permukiman; dan

h. kawasan peruntukkan lainnya.

Kawasan peruntukkan hutan produksi. Kawasan peruntukkan hutan produksi terdiri

dari hutan produksi tetap dan hutan produksi terbatas seluas kurang lebih 12.934 hektar.

Kawasan peruntukkan hutan produksi tetap seluas kurang lebih 10.779 Ha, meliputi:

Kecamatan Kertajati; Kecamatan Kadipaten; Kecamatan Sindangwangi; Kecamatan

Rajagaluh; dan Kecamatan Bantarujeg.

Kawasan peruntukkan hutan produksi terbatas seluas kurang lebih 2.135 Ha hektar,

meliputi: Kecamatan Sindangwangi; Kecamatan Leuwimunding; Kecamatan Bantarujeg;

Kecamatan Talaga; Kecamatan Cingambul; dan Kecamatan Lemahsugih.

Kawasan peruntukkan pertanian. Kawasan peruntukkan pertanian seluas 43.946 Ha

terdiri atas :

(1) kawasan peruntukkan pertanian tanaman pangan;

(2) kawasan peruntukkan hortikultura;

(3) kawasan peruntukkan perkebunan;dan

(4) kawasan peruntukkan peternakan.

Kawasan peruntukkan pertanian tanaman pangan terdiri atas: kawasan

peruntukkan pertanian lahan basah dan kawasan peruntukkan pertanian lahan

kering. Kawasan peruntukkan pertanian lahan basah seluas kurang lebih 39.190

hektar berupa lahan pertanian pangan berkelanjutan terdiri atas:

a. sawah irigasi teknis meliputi: Kecamatan Kertajati; Kecamatan Jatitujuh;

Kecamatan Ligung; Kecamatan Sumberjaya; Kecamatan Palasah; Kecamatan

Rencana Kerja Dinkes Tahun 2015

18

Jatiwangi; Kecamatan Dawuan; Kecamatan Kasokandel; Kecamatan Kadipaten;

Kecamatan Panyingkiran; Kecamatan Majalengka; Kecamatan Cigasong;

Kecamatan Maja; Kecamatan Sukahaji; Kecamatan Sindang; Kecamatan

Rajagaluh; Kecamatan Sindangwangi; Kecamatan Leuwimunding; Kecamatan

Bantarujeg;dan Kecamatan Lemahsugih.

b. sawah irigasi setengah teknis meliputi: Kecamatan Kertajati; Kecamatan

Jatitujuh; Kecamatan Ligung; Kecamatan Sumberjaya; Kecamatan Palasah;

Kecamatan Jatiwangi; Kecamatan DawuanKecamatan KasokandelKecamatan

Kadipaten; Kecamatan Panyingkiran; Kecamatan Majalengka; Kecamatan

Cigasong; Kecamatan Maja; Kecamatan Sukahaji; Kecamatan Malausma;

Kecamatan Rajagaluh; Kecamatan Sindangwangi; Kecamatan Leuwimunding; dan

Kecamatan Lemahsugih; Kecamatan Cikijing; Kecamatan Talaga; Kecamatan

Banjaran; Kecamatan Argapura; Kecamatan Bantarujeg.

c. sawah tadah hujan meliputi: Kecamatan Kertajati; Kecamatan Jatitujuh;

Kecamatan Ligung; Kecamatan Sumberjaya; Kecamatan Jatiwangi; Kecamatan

Kasokandel; Kecamatan Kadipaten; Kecamatan Panyingkiran; Kecamatan

Majalengka; Kecamatan Cigasong; Kecamatan Malausma; Kecamatan

Sindangwangi; Kecamatan Leuwimunding; dan Kecamatan Lemahsugih;

Kecamatan Cikijing; Kecamatan Talaga; Kecamatan Banjaran; Kecamatan

Argapura; Kecamatan Bantarujeg; Kecamatan Cingambul.

Kawasan peruntukkan pertanian lahan kering seluas kurang lebih 626 hektar

berada di seluruh kecamatan.

Kawasan peruntukkan hortikultura seluas kurang lebih 1.465 hektar berada di

seluruh kecamatan dan tidak terdapat di Kecamatan Kadipaten;

Kawasan peruntukkan perkebunan seluas 1.881 hektar, meliputi: kawasan

peruntukkan perkebunan rakyat seluas kurang lebih 1.357 hektar berada di seluruh

kecamatan; dan kawasan peruntukkan perkebunan dengan fungsi lindung seluas

kurang lebih 524 hektar berada pada ketinggian lebih dari 500 meter di atas

permukaan laut meliputi: Kecamatan Lemahsugih; Kecamatan Rajagaluh; Kecamatan

Malausma; Kecamatan Argapura; Kecamatan Maja; dan Kecamatan Sindang.

Kawasan peruntukkan peternakan seluas kurang lebih 784 hektar meliputi:

Kecamatan Majalengka; Kecamatan Jatitujuh; Kecamatan Maja; Kecamatan Banjaran;

Kecamatan Lemahsugih; dan Kecamatan Panyingkiran.

Rencana Kerja Dinkes Tahun 2015

19

Kawasan peruntukkan perikanan. Kawasan peruntukkan perikanan seluas 1.717

hektar, terdiri atas:

(1) peruntukkan kawasan perikanan tangkap, sungai sepanjang 536 km meliputi

kecamatan Jatitujuh, Kecamatan Kertajati dan Kecamatan Kadipaten dan situ

dan rawa seluas 266 Ha dengan prioritas pengembangan meliputi Kecamatan

Kertajti dan Kecamatan Jatitujuh;

(2) peruntukkan kawasan perikanan budidaya, meliputi : 1) kolam air tenang seluas

696 hektar dan kolam air deras seluas 35 hektar dengan prioritas

pengembangan di Kecamatan Kecamatan Rajagaluh; Kecamatan Sindangwangi;

dan Kecamatan Jatitujuh; 2) sungai sepanjang kurang lebih 536 kilometer

dengan prioritas pengembangan meliputi: Kecamatan Jatijuh; Kecamatan

Kertajati; dan Kecamatan Kadipaten 3) situ dan rawa dengan luas kurang lebih

266 hektar dengan prioritas pengembangan meliputi: Kecamatan Jatitujuh;

Kecamatan Palasah; dan Kecamatan Rajagaluh dan 4) Sawah atau mina padi

seluas kurang lebih 219 hektar dengan prioritas pengembangan meliputi:

Kecamatan Majalengka; Kecamatan Maja; Kecamatan Palasah; dan Kecamatan

Sindangwangi.

(3) pengembangan pengolahan perikanan.

Kawasan peruntukkan pertambangan. Kawasan peruntukkan pertambangan

seluas kurang lebih 1.724 hektar meliputi:

1. kawasan peruntukkan mineral dan batuan terdiri atas : 1) Logam berupa emas

meliputi: Kecamatan Bantarujeg; Kecamatan Maja; dan Kecamatan Argapura;

2) Non Logam, terdiri atas: a) Batu gamping, meliputi: Kecamatan Dawuan; dan

Kecamatan Cigasong; b) Lempung, meliputi: Kecamatan Jatiwangi; Kecamatan

Sindangwangi; Kecamatan Jatitujuh; Kecamatan Palasah; Kecamatan Ligung;

Kecamatan Sumberjaya; Kecamatan Kertajati; Kecamatan Dawuan; Kecamatan

Majalengka; Kecamatan Cigasong; Kecamatan Sindang; Kecamatan

Maja;Kecamatan Banjaran; Kecamatan Leuwimunding; 3) Batuan, terdiri atas:

a) Batuan beku, meliputi: Kecamatan Argapura;Kecamatan Bantarujeg;

Kecamatan Cikijing; Kecamatan Talaga; Kecamatan Dawuan; Kecamatan

Sindangwangi; Kecamatan Sukahaji; Kecamatan Majalengka; b) Batu pasir,

meliputi: Kecamatan Panyingkiran; Kecamatan Kadipaten; Kecamatan Jatitujuh;

Kecamatan Dawuan; Kecamatan Majalengka;c) Pasir endapan sungai purba,

meliputi: Kecamatan Majalengka; Kecamatan Dawuan; Kecamatan Kecamatan Rencana Kerja Dinkes Tahun 2015

20

Panyingkiran; d) Pasir endapan alluvial meliputi: Kecamatan Kadipaten;

Kecamatan Jatitujuh; Kecamatan Panyingkiran; Kecamatan Ligung; e) Sirtu,

meliputi: Kecamatan Panyingkiran; Kecamatan Majalengka; Kecamatan

Kadipaten; Kecamatan Sukahaji; Kecamatan Kertajati; Kecamatan Kasokandel;

2. kawasan peruntukkan minyak dan gas bumi, meliputi : Desa Bongas berada di

Kecamatan Sumberjaya; Kecamatan Maja; dan Desa Kodasari berada di

Kecamatan Ligung; dan

3. Kawasan peruntukkan panas bumi berada di Kecamatan Cikijing.

Kawasan peruntukkan industri. Kawasan peruntukkan industri seluas kurang

lebih 1.324 hektar terdiri atas:

a. kawasan peruntukkan industri besar, meliputi : Kecamatan Jatitujuh;

Kecamatan Kadipaten; Kecamatan Kertajati; Kecamatan Ligung; Kecamatan

Dawuan; Kecamatan Kasokandel; Kecamatan Jatiwangi; Kecamatan

Sumberjaya; Kecamatan Leuwimunding; dan Kecamatan Palasah ;

b. kawasan peruntukkan industri menengah, meliputi : 1) sebaran lokasi kawasan

peruntukkan industri menengah berada di : Kecamatan Jatitujuh; Kecamatan

Kadipaten; Kecamatan Kertajati; Kecamatan Ligung; Kecamatan Dawuan;

Kecamatan Kasokandel; Kecamatan Jatiwangi; Kecamatan Sumberjaya;

Kecamatan Leuwimunding; dan Kecamatan Palasah; 2)pengembangan klaster

industri kecil menengah (IKM) berupa mebel dan konveksi; dan 3)

pengembangan agroindustri dan

c. kawasan peruntukkan industri kecil dan mikro, berada di seluruh kecamatan

pengembangan klaster Industri dan kerajinan etnik meliputi: wisata industri;

dan pengembangan ekonomi berbasis kerajinan.

d. Rencana Pembangunan Kawasan Industri Terpadu berada di Kecamatan

Kertajati.

Kawasan peruntukkan pariwisata. Kawasan peruntukkan pariwisata terdiri

atas:

a. pariwisata budaya, meliputi : Jatiwangi Festival Budaya Kreatif Tradisional

(Jatiwangi Art Factory) berada di Kecamatan Jatiwangi; Kuliner Nusantara

Kecap Majalengka berada di Kecamatan Majalengka; Petilasan Prabu

Rencana Kerja Dinkes Tahun 2015

21

Siliwangi Lestari berada di Kecamatan Rajagaluh; dan Situ Sangiang Eko-

religi berada di Kecamatan Banjaran;

b. pariwisata alam, meliputi : Bendung Rentang Water Festival berada di

Kecamatan Jatitujuh; Curug Muara Jaya berada di Kecamatan Argapura;

Agrowisata Gedong Gincu Panyingkiran berada di Kecamatan Panyingkiran;

dan Agrowisata Sadarehe berada di Kecamatan Rajagaluh; Eko Wisata Batu

Luhur berada di Kecamatan Sindangwangi; dan Sindangwangi Mina Wisata

berada di Kecamatan Sindangwangi; dan

c. pariwisata buatan, meliputi : Majalengka Spektakuler berada di Kelurahan

Majalengka Wetan Kecamatan Majalengka; Jabar Edu Park berada di

Kecamatan Sindangwangi; Jurassic Park Lemah Putih berada di Kecamatan

Lemahsugih; Gagaraji Internasional Sircuit berada di Kecamatan Jatitujuh;

Galery Bola Majalengka berada di Kecamatan Kadipaten; dan Sang Raja

Child Competition berada di Kecamatan Cigasong.

Kawasan peruntukkan permukiman. Kawasan peruntukkan permukiman seluas

kurang lebih 13.455 hektar terdiri atas:

a. permukiman perkotaan seluas kurang lebih 9.480 hektar meliputi: permukiman

perkotaan PKW; permukiman perkotaan PKL; dan permukiman perkotaan PPK

termasuk Pembangunan Kawasan Permukiman di Kertajati Aerocity; dan

b. permukiman perdesaan seluas kurang lebih 3.975 hektar meliputi :

permukiman perdesaan PPL; dan permukiman desa.

Kawasan peruntukkan lainnya. Kawasan peruntukkan lainnya terdiri atas:

a. kawasan peruntukkan perdagangan dan jasa, meliputi : pengembangan

perdagangan dan jasa pada pusat kegiatan PKW dan PKL; peningkatan sistem

informasi pasar dan penguasaan akses pasar lokal, regional, nasional dan

internasional apabila dikaitkan dengan pembangunan BIJB, Jalan Tol, dan Jalur

Kereta Api; peningkatan sistem distribusi penyediaan kebutuhan pokok

masyarakat yang efektif dan efisien; peningkatan perlindungan konsumen,

pasar tradisional dan kesadaran penggunaan produksi dalam negeri; dan

penguatan akses dan jaringan perdagangan ekspor;

b. kawasan peruntukkan BIJB dan Kertajati Aerocity, meliputi : pengembangan

BIJB seluas kurang lebih 1.800 hektar; dan pengembangan kawasan Kertajati

Aerocity seluas kurang lebih 3.200 hektar; dan

Rencana Kerja Dinkes Tahun 2015

22

c. kawasan peruntukkan pertahanan dan keamanan, meliputi : Batalyon Ifanteri

321 di Kecamatan Cigasong; Komando Distrik Militer (Kodim) 0617 di

Kecamatan Majalengka; Pangkalan Udara S. Sukani di Kecamatan Ligung; dan

Komando Rayon Militer (Koramil) berada di seluruh wilayah Kabupaten.

Secara administrasi Kabupaten Majalengka terbagi dalam 26 kecamatan,

dengan karakteristik wilayah yang berbeda menimbulkan keberagaman; baik potensi

sumberdaya alam, sumberdaya binaan maupun kegiatan sosial ekonomi. Dalam

rangka mengurangi kesenjangan perkembangan tiap wilayah, maka diperlukan

adanya kebijakan yang dapat memberikan fungsi dan peran yang jelas untuk setiap

wilayah sesuai dengan potensi, hambatan, dan tantangannya. Dalam RTRW

Kabupaten Majalengka Tahun 2011-2031 telah ditetapkan rencana struktur ruang

yang akan dikembangkan di Kabupaten Majalengka. Tujuannya untuk

mengoptimalkan masing-masing wilayah, sehingga tercipta pemenuhan kebutuhan

antara wilayah satu terhadap wilayah yang lainnya, dan didasarkan pada tujuan yang

akan dicapai melalui pengembangan suatu pusat kegiatan yang rencana

pengembangan ke depan dalam kurun waktu perencanaan 20 (dua puluh) tahun.

Sistem Pusat Kegiatan Perkotaan dan Perdesaaan di Kabupaten Majalengka

berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 11 Tahun 2011 tentang RTRW

Kabupaten Majalengka Tahun 2011-2031 adalah sebagai berikut :

1. Pusat Kegiatan Perkotaan :

a. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk

melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota. Kondisi ini terjadi

di Perkotaan Kadipaten yang terletak pada simpul perlintasan utama (regional)

yang menghubungkan PKN Bandung dan PKN Cirebon, sehingga merupakan

kawasan perkotaan dan atau pusat kecamatan dengan kemampuan pelayanan dan

kelengkapan fasilitas dan utilitas paling tinggi dibandingkan dengan pusat

kecamatan lainnya. Ruang wilayah yang termasuk dalam PKW Kadipaten adalah

Kecamatan Kadipaten dan Kecamatan Dawuan.

b. Pusat Kegiatan Lokal (PKL), adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk

melayani kegiatan skala Kabupaten/Kota atau beberapa kecamatan. PKL

diharapkan dapat berfungsi sebagai pusat koleksi dan distribusi lokal di setiap

kabupaten dan atau beberapa kecamatan terdekat. Untuk itu, setiap PKL akan

dilengkapi dengan fasilitas minimum yang perlu ada untuk mendorong

berfungsinya PKL. Adapun wilayah yang mempunyai fungsi sebagai PKL adalah

Perkotaan Majalengka, Kertajati, Jatiwangi, Rajagaluh, Cikijing dan Talaga.

Rencana Kerja Dinkes Tahun 2015

23

c. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk

melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa/kelurahan. Adapun wilayah

yang mempunyai fungsi sebagai PPK adalah Perkotaan Kasokandel, Leuwimunding,

Palasah, Jatitujuh, Ligung, Sumberjaya, Sindangwangi, Sukahaji, Lemahsugih,

Bantarujeg, Maja, Argapura dan Banjaran.

2. Pusat Kegiatan Perdesaan :

Pusat Kegiatan Perdesaan meliputi Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) yaitu kawasan

permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antardesa, yang terdiri dari

PPL Sindang, PPL Cingambul, dan PPL Malausma.

Untuk lebih jelas mengenai sistem pusat kegiatan perkotaan dan perdesaaan beserta

fungsinya di Kabupaten Majalengka dapat dilihat pada Tabel 2.5.

Tabel 2.5.

Sistem Pusat Kegiatan Perkotaan dan Perdesaan Kabupaten Majalengka

No. Pusat Kegiatan Kecamatan Fungsi Pelayanan

A. Pusat Kegiatan Perkotaan

1. Pusat Kegiatan Wilayah

a. PKW Kadipaten Kadipaten,

Dawuan

Sebagai simpul transportasi regional, pusat komersial, pusat pelayanan sosial, serta pendukung kegiatan industri.

2. Pusat Kegiatan Lokal

a. Perkotaan Majalengka

Majalengka,

Cigasong, Panyingkiran

Sebagai pusat pemerintahan, pusat pendidikan, pelayanan sosial, komersial, industri, pengembangan perumahan, pariwisata, pertanian, perikanan dan peternakan.

b. Perkotaan Kertajati Kertajati, Jatitujuh, Ligung

Sebagai kawasan komersial dan jasa, kawasan industri terpadu, kawasan BIJB, pengembangan kawasan perkotaan “aerocity”, dan pertanian.

c.Perkotaan Jatiwangi Jatiwangi, Kasokandel, Sumberjaya, Palasah, Leuwimunding

Sebagai kawasan pengembangan industri, kawasan komersial, pelayanan sosial termasuk pengembangan perumahan dan pertanian.

d. Perkotaan Rajagaluh

Rajagaluh, Sukahaji, Sindang, Sindangwangi

Sebagai pusat pelayanan sosial dan umum, pengembangan kawasan perkotaan, komersial, industri, pengembangan pariwisata, terminal regional, pertanian, perikanan dan peternakan.

e. Perkotaan Cikijing Cikijing, Cingambul, Banjaran, Argapura

Sebagai pusat pelayanan sosial dan umum, pengembangan pertanian dan peternakan, komersial, pengembangan pariwisata, pengembangan kawasan perkotaan, terminal regional dan industri kecil.

Rencana Kerja Dinkes Tahun 2015

24

No. Pusat Kegiatan Kecamatan Fungsi Pelayanan

f. Perkotaan Talaga Talaga, Maja, Bantarujeg, Lemahsugih, Malausma

Sebagai pusat pelayanan sosial dan umum, pengembangan pertanian, pengembangan kawasan perkotaan, komersial, industri, pengembangan pariwisata dan terminal regional.

3. Pusat Pelayanan Kawasan

a. Perkotaan Kasokandel

Kasokandel Sebagai kawasan pengembangan perumahan, pelayanan sosial dan jasa, industri dan kawasan perdagangan dan pertanian.

b. Perkotaan Leuwimunding

Leuwimunding Sebagai pusat pelayanan sosial dan umum, pengembangan pertanian, pengembangan kawasan perkotaan, industri dan pendukung kawasan perumahan.

c. Perkotaan Palasah Palasah Sebagai pusat pelayanan sosial dan umum, pengembangan perkotaan, industri, pendukung kawasan perumahan dan pertanian.

c. Perkotaan Jatitujuh Jatitujuh Sebagai kawasan pengembangan perumahan, jasa, industri, pendukung komersial dan pertanian.

e. Perkotaan Ligung Ligung Sebagai kawasan pertahanan keamanan, pengembangan industri, pelayanan sosial dan pertanian.

f. Perkotaan Sumberjaya

Sumberjaya Sebagai kawasan pengembangan industri, kawasan perdagangan, pelayanan sosial dan pertanian.

g. Perkotaan Sindangwangi

Sindangwangi Sebagai pusat pelayanan sosial dan umum, komersial, pengembangan pariwisata dan sarana pendukung pariwisata, pertanian, perikanan dan peternakan.

h. Perkotaan Sukahaji Sukahaji Sebagai pusat pelayanan sosial dan umum, komersial, pendukung kawasan perumahan dan pengembangan pariwisata, serta pertanian, dan peternakan.

i. Perkotaan Lemahsugih

Lemahsugih Sebagai pusat pelayanan sosial dan umum, komersial, pengembangan pertanian (tanaman pangan, perkebunan dan peternakan), serta pengembangan pariwisata.

j. Perkotaan Bantarujeg

Bantarujeg Sebagai pusat pelayanan sosial dan umum, komersial, pengembangan pertanian, dan pengembangan pariwisata.

k. Perkotaan Maja Maja Sebagai pusat pelayanan sosial dan umum, komersial, pengembangan pertanian, perikanan, pengembangan pariwisata dan terminal regional.

l. Perkotaan Argapura

Argapura Sebagai pusat pelayanan sosial dan umum, komersial, pengembangan pertanian (tanaman pangan, perkebunan dan peternakan), dan pengembangan pariwisata.

m. Perkotaan Banjaran

Banjaran Sebagai pusat pelayanan sosial dan umum, komersial, pengembangan pertanian (tanaman pangan, perkebunan dan peternakan), dan pengembangan pariwisata.

Rencana Kerja Dinkes Tahun 2015

25

No. Pusat Kegiatan Kecamatan Fungsi Pelayanan

B. Pusat Kegiatan Perdesaan

1. Pusat Pelayanan Lingkungan

a. PPL Sindang Sindang Sebagai pusat pelayanan sosial dan umum, komersial, pendukung kawasan perumahan dan pengembangan pariwisata, serta pertanian, perikanan dan peternakan.

b. PPL Malausma Malausma Sebagai pusat pelayanan sosial dan umum, komersial, pengembangan pertanian, pengembangan kawasan perbatasan.

c. PPL Cingambul Cingambul Sebagai pusat pelayanan sosial dan umum, komersial, pengembangan pertanian, pariwisata, dan industri kecil.

Sumber : RTRW Kabupaten Majalengka, Tahun 2011 – 2031.

Selain adanya sistem pusat kegiatan perkotaan dan perdesaaan beserta fungsinya

sebagaimana dijelaskan di atas, dalam RTRW Kabupaten Majalengka 2011-2031 juga

direncanakan penetapan Kawasan Strategis, sebagai berikut :

1. Kawasan Strategis Provinsi

Kawasan Strategis Provinsi (KSP) adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan

karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup provinsi terhadap ekonomi,

sosial, budaya, dan atau lingkungan. Penetapan KSP Jawa Barat dilakukan dengan

mempertimbangkan aspek kepentingan, kriteria, dan arahan penanganan di masing-

masing KSP yang ditetapkan. Kawasan Strategis Provinsi di Kabupaten Majalengka

adalah:

a. KSP Bandara Internasional Jawa Barat Dan Kertajati Aerocity

Bandara Internasional Jawa Barat yang didukung dengan Kertajati Aerocity

ditetapkan di Kabupaten Majalengka diharapkan dapat memberikan pengaruh

sangat penting dalam lingkup provinsi terhadap aspek pertahanan keamanan

negara, lingkungan hidup, ekonomi, sosial dan budaya, dan atau pendayagunaan

sumber daya alam dan teknologi. Arahan pemanfatan ruang pada kawasan

bandara meliputi upaya untuk :

1) Mengembangkan kawasan Bandara dengan menganut keserasian antara

prinsip keamanan dan prinsip kesejahteraan masyarakat;

2) Mengembangkan bandara;

3) Mengintegrasikan dengan pengembangan wilayah di sekitarnya;

4) Kerjasama dengan pihak swasta;

5) Mengembangkan dan memberdayakan potensi Bandara.

Rencana Kerja Dinkes Tahun 2015

26

b. KSP Koridor Bandung-Cirebon

Kawasan Koridor Bandung-Cirebon disusun sebagai alat untuk memadukan

pengembangan Wilayah Jawa Barat yang terkait dengan Wilayah Kabupaten

Majalengka. Kawasan koridor Bandung-Cirebon didefinisikan sebagai kawasan yang

membentuk koridor sepanjang jalan Bandung-Cirebon. Kawasan tersebut memiliki

keterkaitan fungsional meliputi keterkaitan fisik secara langsung, dan memiliki

orientasi (ekonomi, pergerakan dan sosial budaya) sangat kuat dari dan ke jalur

jalan tersebut pada kabupaten/kota terkait. Pengembangan kawasan diarahkan

pada pertumbuhan wilayah yang efektif, sumber daya mengalir ke seluruh wilayah

secara efisien dan menstimulasi perkembangan daerah di kawasan koridor. Arahan

pemanfatan ruang pada kawasan pengembangan koridor Bandung-Cirebon

meliputi upaya untuk :

1) Meningkatkan fungsi dan peran strategis sebagai pusat pertumbuhan ekonomi

lokal, regional, nasional;

2) Mendorong peran kawasan-kawasan andalan sebagai penggerak

pengembangan ekonomi;

3) Mengembangkan kawasan budidaya secara berkelanjutan;

4) Menjaga kawasan yang berfungsi lindung dan kawasan kritis;

5) Membangun pusat pengembangan wilayah di kawasan kepadatan rendah

untuk menyeimbangkan distribusi penduduk dan kegiatan;

6) Meningkatkan kerjasama antara instansi pemerintah terkait dalam rangka

pembangunan koridor dan penanganan permasalahan;

7) Memfasilitasi kerjasama antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan

Kota/Kabupaten;

8) Mengembangkan pola-pola kerjasama pembangunan lintas batas dengan

Kabupaten;

9) Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan pada kawasan koridor secara

selektif yang didukung oleh prasarana dan sarana yang memadai;

10) Mengembangkan kawasan agroindustri;

11) Memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan olahan industri yang

dikembangkan.

2. Kawasan Strategis Kabupaten

Kawasan Strategis Kabupaten adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan

karena mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap

ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.

Rencana Kerja Dinkes Tahun 2015

27

Pengembangan kawasan strategis di Kabupaten Majalengka diharapkan dapat

meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat, serta dapat berperan sebagai “motor

penggerak” pembangunan wilayah di sekitarnya demi keseimbangan pembangunan

antara pusat-pusat distrik dengan kawasan perdesaan.

Berdasarkan pengembangan potensi unggulan daerah, serta mendorong terwujudnya

koordinasi, sinkronisasi, keterpaduan dan kerjasama antar-sektor, antar-pemerintah,

dunia usaha, dan masyarakat dalam mendukung peluang usaha dan berinvestasi di

daerah, maka direncanakan beberapa kawasan strategis, yaitu :

a. Kawasan Potensial Tumbuh

Kawasan potensial tumbuh meliputi :

1) Sekitar jalan tembus Majalengka - Lemahsugih meliputi Kecamatan

Majalengka, Maja, Bantarujeg dan Lemahsugih;

2) Sekitar Jalan Lingkar Luar Kota Majalengka meliputi Kecamatan Panyingkiran,

Cigasong dan Majalengka.

b. Kawasan Agropolitan

Kawasan agropolitan adalah kawasan pengembangan agropolitan yang berada

Kecamatan Ligung dan Kecamatan Lemahsugih.

c. Kawasan Wisata Sindangwangi

Kawasan wisata Sindangwangi adalah kawasan wisata terintegrasi yang berada di

wilayah Kecamatan Sindangwangi.

2.1.3. Wilayah Rawan Bencana

Menurut Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana

disebutkan bahwa rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis,

hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu

wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam,

mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya

tertentu. Data Potensi Bencana di Wilayah Kabupaten Majalengka dapat dilihat pada Tabel

2.6. sebagai berikut:

Tabel.2.6.Data Potensi Bencana di Wilayah Kabupaten Majalengka

NO. KECAMATAN DESABENCANA

LONGSOR TEKTONIK VULKANIK1. Argapura Cikaracak Longsor bahan rombakan Potensi terlanda hujan

abu & lontaran batu KRB I

Cibunut Longsor bahan rombakan

Rencana Kerja Dinkes Tahun 2015

28

Gunungwangi Longsor bahan rombakanArgamukti Longsor bahan rombakan Potensi aliran awan

panas,lava,lahar (KRB II dan potensi terlanda hujan abu & lontaran batu KRB 1)

Argalingga Longsor bahan rombakan Potensi aliran awan panas,lava,lahar (KRB II dan potensi terlanda hujan abu & lontaran batu KRB 1)

Haurseah Longsor bahan rombakanMekarwangi Longsor bahan rombakan Potensi aliran awan

panas,lava,lahar (KRB II dan potensi terlanda hujan abu & lontaran batu KRB 1)

Tejamulya Longsor bahan rombakanGunungwangi Nendatan Potensi aliran awan

panas,lava,lahar (KRB II dan potensi terlanda hujan abu & lontaran batu KRB 1)

Sukasari Kidul Longsor bahan rombakan

Sukamanah Potensi terlanda hujan abu & lontaran batu KRB I

Sukadana Longsor bahan rombakan2. Bantarujeg Sukamenak Longsor bahan rombakan3. Banjaran Sangiang Longsor bahan rombakan

Cimeong Longsor bahan rombakan4. Cingambul Sedaraja Longsor bahan rombakan Potensi terlanda hujan

abu & lontaran batu KRB I

Cikondang Longsor bahan rombakanNagara Kembang Longsor bahan rombakanWangkelang Longsor bahan rombakanCintaasih Longsor bahan rombakanRawa Longsor bahan rombakanSukamukti Longsor bahan rombakan

5. Cikijing Cipulus Longsor bahan rombakan6. Lemahsugih Kalapadua Longsor bahan rombakan

Sukajadi Longsor bahan rombakanLemahputih Longsor bahan rombakanSadawangi Longsor bahan rombakan

7. Maja Anggrawati Longsor bahan rombakanCengal Longsor bahan rombakan Retakan

8. Majalengka Cibodas Longsor bahan rombakan RetakanSidamukti Longsor bahan rombakan Retakan

9. Malausma Ciranca Nendatan dan RetakanBuninagara Longsor bahan rombakanCimuncang Longsor bahan rombakan,

nendatan,retakanLebakwangi Nendatan dan Retakan

10. Panyingkiran Panyingkiran Retakan11. Rajagaluh Sindangpano Longsor bahan rombakan,

Retakan12. Sindangwangi Ujungberung Longsor bahan rombakan

Bantaragung Longsor bahan rombakan

Rencana Kerja Dinkes Tahun 2015

29

Lengkong Kulon Longsoran13. Sindang Pasirayu potensi terlanda hujan

abu & lontaran batu KRB I)

14. Talaga Gunungmanik potensi terlanda hujan abu & lontaran batu KRB I)

Sumber : BPBD Kabupaten Majalengka

Untuk data banjir berdasarkan RTRW Kabupaten Majalengka Tahun 2011-2031,

daerah yang rawan terkena bencana banjir, sebarannya adalah di sepanjang tanggul di Desa

Pakubeureum (S. Cimanuk) sampai Bendung Rentang, diantaranya melalui wilayah

Kecamatan Kertajati dan Jatitujuh dikarenakan jebolnya tanggung di Sungai tersebut.

Sedangkan berdasarkan Buku Putih Sanitasi (BPS) PPSP Tahun 2013 Kondisi genangan banjir

di kabupaten Majalengka berada di Sumber Wetan Kec. Jatitujuh, Pangkalanpari Kec.

Jatitujuh, Pilangsari Kec. Jatitujuh, Randegan Wetan Kec. Jatitujuh, Panyingkiran Kec.

Jatitujuh, Biyawak Kec. Jatitujuh, Kertajati Kec. Kertajati, Bantarjati Kec. Kertajati, Pasiripis

Kec. Kertajati.

Tabel 2.7.Kondisi Genangan/Banjir di kab. Majalengka Tahun 2011

No Kecamatan/kelurahan Luas (Ha) Tinggi (m)Lama

Genangan (jam)

Frewensi Genangan

(per tahun)1 Sumber Wetan Kec. Jatitujuh 10 - - -2 Pangkalanpari Kec. Jatitujuh 44 - - -3 Pilangsari Kec. Jatitujuh 1 - - -4 Randegan Wetan Kec.

Jatitujuh - - - -

5 Panyingkiran Kec. Jatitujuh 1 - - -6 Biyawak Kec. Jatitujuh 6 - - -7 Kertajati Kec. Kertajati 20 - - -8 Bantarjati Kec. Kertajati 5 - - -9 Pasiripis Kec. Kertajati - - - -

Jumlah 87Sumber : Dinas BMCK Tahun 2012

2.1.4. Demografi

Sumberdaya manusia atau aspek kependudukan di Kabupaten Majalengka mencakup

data jumlah dan perkembangan penduduk, kepadatan penduduk dan sebarannya,

kecenderungan konsentrasi penduduk, struktur penduduk menurut mata pencaharian serta

tingkat angkatan kerja dan orientasi pergerakan penduduk.

1) Jumlah dan Perkembangan Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Majalengka pada Tahun 2012 mencapai 1.176.117 jiwa

dengan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) 0,4%. Pertumbuhan jumlah penduduk

tersebut tergolong ideal jika dibandingkan dengan target capaian pada RPJPD

Rencana Kerja Dinkes Tahun 2015

30

Kabupaten Majalengka yaitu pada tingkat LPP 0,80%. Untuk lebih jelasnya jumlah

penduduk, LPP, dan Kepadatan penduduk dapat dilihat pada Tabel 2.8., sebagai berikut :

Rencana Kerja Dinkes Tahun 2015

31

Tabel 2.8.

Jumlah Penduduk, LPP, dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Majalengka Tahun 2009-2012

No. Indikator 2008 2009 2010 2011 2012

1. Jumlah Penduduk (Jiwa) 1.160.070 1.163.533 1.166.473 1.171.478 1.176.117

Laki-laki (jiwa) 564.981 600.396 582.892 585.393 587.711

Perempuan (jiwa) 601.830 606.306 583.581 586.085 588.406

2. LPP (%) 0,30 0,40 0,40 0,40

3. Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) 963 966 969 973 977

Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, Tahun 2013.

2) Karateristik Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin

Kesejahteraan penduduk merupakan sasaran utama dari pembangunan. Sasaran ini

tidak mungkin tercapai bila pemerintah tidak dapat memecahkan permasalahannya.

Permasalahan tersebut diantaranya besarnya jumlah penduduk dan tidak meratanya

penyebaran penduduk. Jumlah penduduk Kabupaten Majalengka pada tahun 2012

berdasarkan hasil Estimasi Penduduk 2012 adalah 1.176.117 jiwa terdiri dari 587.711

jiwa laki-laki dan 588.406 jiwa perempuan. Dari data tersebut terlihat bahwa jumlah

penduduk perempuan hamper sama dibandingkan jumlah penduduk laki-laki dengan sex

ratio 99,88.

Tabel 2.9.Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin

di Kabupaten Majalengka Tahun 2012

No Kecamatan Jenis Kelamin Sex RatioLaki-laki Perempuan1 Lemahsugih 28.845 28.855 99,972 Bantarujeg 21.445 21.575 99,403 Malausma 20.215 20.985 96,334 Cikijing 31.129 29.213 106,565 Cingambul 18.177 17.920 101,436 Talaga 22.115 21.499 102,877 Banjaran 11.974 12.093 99,028 Argapura 16.664 17.029 97,869 Maja 24.549 24.364 100,76

10 Majalengka 34.398 35.272 97,5211 Cigasong 17.520 16.957 103,3212 Sukahaji 19.949 20.021 99,6413 Sindang 7.180 7.270 98,7614 Rajagaluh 20.765 20.868 99,5115 Sindangwangi 15.174 15.333 98,9616 Leuwimunding 26.940 28.737 93,7517 Palasah 22.360 23.551 94,94

Rencana Kerja Dinkes Tahun 2015

32

No Kecamatan Jenis Kelamin Sex RatioLaki-laki Perempuan18 Jatiwangi 41.675 41.536 100,3319 Dawuan 22.217 22.820 97,3620 Kasokandel 23.059 23.399 98,5521 Panyingkiran 14.788 15.061 98,1922 Kadipaten 20.025 21.679 101,6023 Kertajati 21.511 20.852 103,1624 Jatitujuh 25.705 25.313 101,5525 Ligung 28.308 28.101 100,7426 Sumberjaya 29.024 28.103 103,28Kabupaten Majalengka 587.711 588.406 99,88

Sumber : Data Sektoral Kabupaten Majalengka 2012, Tahun 2013.

3) Kepadatan dan Distribusi Penduduk

Berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2010 rata-rata tingkat kepadatan penduduk

Kabupaten Majalengka mencapai 969 jiwa/km2, pada tahun 2012 tingkat kepadatan

mencapai 977 jiwa/km2. Kecamatan Jatiwangi merupakan wilayah yang memiliki

kepadatan penduduk tertinggi dengan jumlah kepadatan sebesar 2.071 jiwa/Km2,

sedangkan kecamatan yang paling jarang penduduknya adalah Kecamatan Kertajati

yaitu 306 jiwa/km2.

4) Karakteristik Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Karakteristik penduduk Kabupaten Majalengka dilihat dari struktur penduduk (usia 15

tahun ke atas) menurut mata pencaharian pada tahun 2012 masih dominan bekerja

pada sektor pertanian sebesar 35,71%, dengan kata lain bahwa sektor pertanian masih

menjadi sumber pendapatan utama bagi sebagian penduduk Kabupaten Majalengka.

Persentase penduduk Kabupaten Majalengka berdasarkan mata pencaharian dapat

dilihat pada Tabel 2.10.

Tabel 2.10.

Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Majalengka

Tahun 2009-2012

No. Kegiatan Sektor Usaha Tahun2008 2009 2010 2011 2012

1. Pertanian 37,53 33,85 37,03 31,02 35,712. Pertambangan dan Penggalian 0,42 0,39 0,83 1,43 0,563. Industri Pengolahan 13,90 14,73 15,05 14,78 16,064. Listrik, Gas dan Air Minum 0,24 0,31 0,17 0,24 0,145. Konstruksi 5,50 5,79 5,55 5,33 6,486. Perdagangan 26,65 25,16 23,91 27,77 23,177. Angkutan dan Komunikasi 5,51 6,33 4,57 4,92 3,808. Keuangan 1,25 0,84 0,53 0,54 0,499. Jasa-jasa/Lainnya 9,00 12,60 12,37 13,97 13,59

Jumlah 100 100 100 100 100Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, Tahun 2013.

Rencana Kerja Dinkes Tahun 2015

33

5) Karakteristik Penduduk Berdasarkan Agama

Kehidupan beragama yang diatur dalam UUD 1945 Pasal 29 dan Sila Pertama Falsafah

Negara, yaitu kehidupan beragama dikembangkan dan diarahkan untuk peningkatan akhlak

demi kepentingan bersama untuk membangun masyarakat adil dan makmur. Jumlah tempat

peribadatan umat Islam tahun 2012 sebanyak 7.516, sementara untuk gereja ada 11 dan

vihara sebanyak 2 buah. Jumlah penduduk agama Islam pada tahun 2012 sebanyak

1.243.155, katolik sebanyak 683, Protestan sebanyak 2.170, Hindu sebanyak 117, Budha

sebanyak 142 orang, dan pemeluk agama lainnya sebanyak 40 orang.

Tabel 2.11.Jumlah Penduduk berdasarkan Agama di Kabupaten Majalengka Tahun 2012

No Kecamatan IslamKristen

Hindu Budha JumlahKatolik Protestan1 Lemahsugih 62.617 4 62.6172 Bantarujeg 46.559 46.5593 Malausma 47.332 47.3324 Cikijing 62.055 62.0555 Cingambul 40.763 18 21 40.8026 Talaga 45.657 45.6577 Banjaran 25.562 25.5628 Argapura 34.966 34.9969 Maja 51.149 51.149

10 Majalengka 67.925 163 228 81 21 68.41811 Cigasong 34.570 46 5 7 34.62812 Sukahaji 40.908 61 40.96913 Sindang 17.987 17.98714 Rajagaluh 46.655 23 46.67815 Sindangwangi 32.733 32.73316 Leuwimunding 62.224 62.22417 Palasah 51.378 2 9 2 51.39118 Jatiwangi 87.696 257 190 51 88.19419 Dawuan 45.185 54 293 2 45.53420 Kasokandel 45.784 750 46.53421 Panyingkiran 31.227 6 10 1 31.21122 Kadipaten 43.717 183 387 30 62 44.37923 Kertajati 46.493 46.49324 Jatitujuh 52.776 7 52.78325 Ligung 56.328 9 56.33726 Sumberjaya 62.909 136 63.045

Kab. Majalengka 1.243.155 683 2170 117 145 1.246.270

Sumber : Data Sektoral Kabupaten Majalengka 2012, Tahun 2013.

6) Karateristik Penduduk berdasarkan Pendidikan

Salah satu faktor utama keberhasilan pembangunan disuatu daerah adalah

tersedianya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, maka melalui jalur pendidikan

pemerintah secara konsisten berupaya meningkatkan SDM penduduk melalui berbagai

program. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk melihat keberhasilan bidang

pendidikan adalah tingkat buta huruf, artinya dengan rendahnya tingkat buta huruf

Rencana Kerja Dinkes Tahun 2015

34

menunjukan keberhasilan program pengentasan buta huruf dan untuk mencapai program

tersebut harus didukung oleh sarana pendidikan yang memadai, berikut jumlah penduduk

di Kabupaten Majalengkan berdasarkan tingkat pendidikan pada tahun 2012.

Tabel 2.12.Jumlah Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan

di Kabupaten Majalengka Tahun 2012

No Pendidikan Jenis Kelamin (Orang) JumlahLaki-laki Perempuan1 Lulusan SD 240 2.059 2.2992 Lulusan SMP 740 2.493 3.2333 Lulusan SMA 4.649 3.625 8.2744 Lulusan D1, D2 12 14 265 Lulusan D3 147 471 6186 Lulusan S1 583 609 1.1927 Pasca Sarjana - - 2.299

Jumlah 6.371 9.271 15.642Sumber : Data Sektoral Kabupaten Majalengka 2012, Tahun 2013.

2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

2.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

i. Pertumbuhan PDRB

PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000, selama lima tahun terakhir selalu

mengalami peningkatan, yaitu dari Rp 4,042 triliun pada tahun 2008 menjadi Rp 4,854

triliun pada tahun 2012, atau mengalami peningkatan rata-rata 4,66% per tahun.

Tabel 2.13.

PDRB Kabupaten MajalengkaTahun 2008-2012

Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, Tahun 2013. *) Data sementara

Peningkatan PDRB tersebut menunjukkan meningkatnya secara riil kondisi kegiatan

perekonomian masyarakat di Kabupaten Majalengka. Namun demikian, apabila

dibandingkan dengan target yang tertuang dalam RPJPD kabupaten Majalengka tahun

2008-2025, capaian tersebut masih dibawah angka proyeksi yang telah ditetapkan, yaitu

pada akhir tahap ke 2 (tahun 2009-2013), dproyeksikan PDRB sebesar Rp.5.201 Milyar

dan LPE berkisar 5,34%-6,52%.

Rencana Kerja Dinkes Tahun 2015

No. UraianTahun

2008 2009 2010 2011 2012*

1. PDRB (milyar rupiah) 4.042 4.233 4.427 4.634 4.855

2. Laju PDRB (%) 4,57 4,73 4,59 4,67 4,76

35

Secara sekoral, selama kurun waktu 2008-2012, seluruh sektor perekonomian

mengalami peningkatan. Ini berarti kegiatan seluruh sektor perekonomian daerah telah

tumbuh secara positif. Terdapat 4 sektor yang cukup dominan dalam kegiatan

perekonomian daerah, yaitu sekor pertanian, Industri, perdagangan, dan sektor jasa,

dengan nilai PDRB atas dasar harga konstan, masing masing sebesar Rp.1,113 triliun,

Rp.691 miliar, Rp.797 miliar dan Rp.550 miliar pada tahun 2008, meningkat menjadi

Rp.1,274 triliun, Rp.1,858 triliun, Rp.2,259 triliun dan Rp.641 miliar pada tahun 2012.

Sedangkan berdasarkan harga berlaku, nilai PDRB ke 4 sektor tersebut masing-masing

Rp.2,695 triliun, Rp.1,302 triliun, Rp.1,454 triliun, dan Rp.1,290 triliun pada tahun 2008,

meningkat menjadi Rp.3,893 triliun, Rp.1,858 triliun, Rp.2,259 triliun dan Rp1,837 triliun

pada tahun 2012.

Tabel. 2.14.Nilai Sektor dalam PDRB Tahun 2008 s.d 2012

atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 dan atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Majalengka

No. Sektor 2008 2009 2010 2011 2012

Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb

1.

Pert

ania

n

1.13

3.64

8,71

2.69

5.25

5,45

1.18

4.97

3,86

2.94

7.38

8,50

1.20

5.94

5,49

3.40

5.26

3,87

1.23

3.23

4,80

3.60

9.68

7,29

1.27

4.27

8,82

3.89

3.76

7,65

2.

Pert

amba

ngan

&

peng

galia

n

166.

138,

45

318.

088,

69

169.

783,

58

298.

568,

94

173.

295,

46

322.

287,

54

181.

082,

12

353.

380,

76

188.

075,

13

373.

921,

31

3.

Indu

stri

peng

olah

an

691.

093,

64

1.30

2.86

2,74

724.

330,

61

1.44

6.17

7,64

751.

381,

24

1.58

2.94

2,66

782.

437,

81

1.71

2.65

8,00

817.

284,

31

1.85

8.31

2,20

4.

List

rik, g

as

&

air b

ersih

27.5

40,8

6

42.3

64,9

2

28.8

10,2

7

45.4

79,7

4

31.3

26,9

0

51.0

84,3

3

33.6

89,8

7

56.4

78,2

3

36.3

32,9

4

61.8

50,8

6

5.

Bang

unan

185.

168,

46

324.

344,

11

195.

870,

26

363.

265,

40

214.

226,

78

418.

316,

05

232.

753,

75

477.

145,

18

253.

376,

89

532.

139,

10

Rencana Kerja Dinkes Tahun 2015

36

No. Sektor 2008 2009 2010 2011 2012

Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb

6.

Perd

agan

gan,

ho

tel

& re

stor

an

797.

726,

94

1.45

4.00

6,55

838.

517,

68

1.58

7.59

1,63

913.

194,

72

1.83

1.65

7,26

981.

378,

27

2.03

8.21

3,23

1.04

8.99

2,33

2.25

9.24

1,86

7.

Peng

angk

utan

&

ko

mun

ikas

i

260.

476,

07

514.

932,

97

271.

937,

70

557.

571,

88

287.

521,

17

607.

717,

43

302.

629,

33

644.

646,

98

313.

412,

99

669.

960,

49

8.

Keua

ngan

,

sew

a,

& ja

sa P

erus

ahaa

n

229.

950,

10

354.

955,

15

240.

097,

63

386.

138,

98

252.

674,

74

419.

893,

94

266.

677,

84

450.

896,

01

281.

677,

.1

483.

355,

27

9.

Jasa

-jasa

550.

497,

06

1.29

0.89

2,24

579.

121,

25

1.36

2.24

4,59

598.

318,

62

1.51

8.25

5,93

620.

920,

61

1.65

0.96

0,46

6419

34,1

4

1.83

7.22

1,53

10. PDRB

4.04

2.24

0,29

8.29

7.70

2,82

4.23

3.44

2,84

8.99

4.42

7,30

4.42

7.88

5,12

10.1

57.4

19,0

1

4.63

4.80

4,40

10.9

94.0

66,1

4

4.85

3.36

4,56

11.9

69.7

70,2

7Sumber : BPS Kabupaten Majalengka Tahun 2013

Struktur perekonomian daerah dapat dilihat dari konstribusi setiap sektor usaha

terhadap PDRB. Selama priode 2008-2012, sektor Pertanian yang merupakan penyumbang

terbesar, sektor Perdagangan terbesar kedua, Sektor Indusri terbesar ketiga, dan sektor jasa

terbesar ke empat. Namun kondisi ini selalu dinamis. Selama kurun waktu 2008-2012, terjadi

kecenderungan menurunnya konstribusi sektor pertanian, yang diiringi dengan

meningkatnya konstribusi sektor perdagangan yang cukup signifikan, ini menunjukkan

adanya kecenderungan peralihan kegiatan perekonomian daerah dari sektor pertanian ke

sektor perdagangan, dapat dilihat pada Tabel 2.15. sebagai berikut :

Tabel. 2.15.Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2008 s.d 2012

Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk) Kabupaten Majalengka

No. Sektor2008 2009 2010 2011 2012

Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk% % % % % % % % % %

1. Pertanian

32,4

8

28,0

5

32,7

7

27,9

9

33,5

2

27,2

4

32,8

3

26,6

1

32,5

3

26,2

4

Rencana Kerja Dinkes Tahun 2015

37

2. Pertambangan & penggalian 3,

83

4,11

3,32

4,01

3,17

3,91

3,21

3,91

3,12

3,87

3. Industri pengolahan 15

,70

17,1

0

16,0

8

17,1

1

15,5

8

16,9

7

15,5

8

16,8

8

15,5

3

16,8

3

4. Listrik,gas & air bersih 0,

51

0,68

0,51

0,68

0,50

0,71

0,51

0,73

0,52

0,75

5. Bangunan 3,91

4,58

4,04

4,63

4,12

4,84

4,34

5,02

4,45

5,22

6.Perdagangan, hotel, & restoran 17

,52

19,7

3

17,6

5

19,8

1

18,0

3

20,6

2

18,5

4

21,1

7

18,8

7

21,6

0

7. Pengangkutan & komunikasi 6,

21

6,44

6,20

6,42

5,98

6,49

5,86

6,53

5,66

6,45

8.Keuangan, sewa, & jasaperusahaan

4,28

5,69

4,29

5,67

4,13

5,71

4,10

5,75

4,04

5,80

9. Jasa-jasa

15,5

6

13,6

2

15,1

5

13,6

8

14,9

5

13,5

1

15,0

2

13,4

15,3

5

13,2

2

PDRB

100,

00

100,

00

100,

00

100,

00

100,

00

100,

00

100,

00

100,

00

100,

00

100,

00

Sumber : BPS Kabupaten Majalengka

ii. Laju Inflasi tingkat Provinsi Jawa Barat

Berdasarkan publikasi dari BPS selama kurun waktu tahun 2007-2012, rata-rata inflasi

selama perioe tahun tersebut sebesar 5,45% capaian terendahnya adalah 3,09% pada

tahun 2009 dan inflasi tertinggi adalah 11,11% pada tahun 2008. Terkendalinya inflasi

yang mencapai angka di bawah dua digit, kecuali tahun 2008 tidak lepas dari peran

kolaborasi otoritas moneter dengan pemerintah daerah melalui forum pengendalian

inflasi daerah. Data laju inflasi dari tahun 2007-2012 sebagai berikut:

Tabel 2.16.

Laju Inflasi Jawa Barat Tahun 2007-2012

UraianTahun

2007 2008 2009 2010 2011 2012

Inflasi 5,10 11,11 3,09 6,46 3,10 3,86

Sumber : BPS Jawa Barat, Tahun 2013.*) Data sementara

Rencana Kerja Dinkes Tahun 2015

38

iii. PDRB Per Kapita

Dengan asumsi bahwa, pendapatan faktor produksi dan transfer yang mengalir ke luar

sama dengan pendapatan faktor produksi dan transfer yang masuk, maka nilai

pendapatan regional diasumsikan sama besar dengan nilai PDRB. Angka pendapatan per

kapita diperoleh dengan cara membagi PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan

tahun. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 2.17. sebagai berikut :

Tabel 2.17.PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2012

No. Tahun PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Konstan (Rp)

1. 2008 3.484.480

2. 2009 3.638.438

3. 2010 3.795.960

4. 2011 3.903.266

5. 2012 4.082.914 Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, Tahun 2013.

*) Data sementara

Dari tabel di atas, terlihat pendapatan per kapita atas dasar harga konstan selama

periode tahun 2009-2012 selalu mengalami peningkatan, yaitu pada tahun 2008

pendapatan per kapitanya sebesar Rp 3.484.480 naik menjadi Rp 4.082.914 pada tahun

2012 atau meningkat sebesar 17,16% selama 4 tahun atau sebesar 4,29% per tahun.

Dari sisi pendapatan per kapita tersebut terlihat bahwa tingkat pendapatan masyarakat

Kabupaten Majalengka secara riil selalu meningkat setiap tahunnya. Namun demikian,

apabila dibandingkan dengan proyeksi yang tertuang dalam RPJPD kabupaten

Majalengka tahun 2008-2025, capaian tersebut masih dibawah angka yang telah

ditetapkan, yaitu pada akhir tahap ke 2 (tahun 2009-2013), diproyeksikan pendapatan

per kapita sebesar Rp. 4.172.977,00.

iv. Gini ratio.

Salah satu ukuran keberhasilan pembangunan adalah dengan melihat pemerataan

pendapatan masyarakat. Tingkat pemerataan pendapatan antara lain dihitung dengan

Gini Ratio. Makin besar angkanya, maka makin tidak merata sebaran pendapatan. Data

Gini ratio di kabupaten Majalengka dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Rencana Kerja Dinkes Tahun 2015

39

Gambar 2.3.

Perkembangan Gini RatioKabupaten Majalengka Tahun 2008-2012

Tahun 2008 2009 2010 2011 20120

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

0.3

0.35

0.4

0.45

Gini ratio

Sumber : BPS Kabupaten Majalengka 2013

Dari data terlihat bahwa selama kurun waktu 2008-2012 terjadi kecendurungan

meningkatnya angka gini ratio, yaitu dari 0,289 pada tahun 2008 menjadi 0,41 pada

tahun 2012 artinya pendapatan masyarakat cenderung semakin tidak merata.

v. Kemiskinan.

Selama kurun waktu 2008-2012, angka kemiskinan di Kabupaten Majalengka terus

menurun yaitu 225.720 jiwa atau 18,79 % pada tahun 2008 menjadi 169.800 jiwa atau

14,14 % pada tahun 2012. Angka ini telah melampaui target/proyeksi yang tertuang

dalam RPJPD Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2025, yaitu pada akhir tahap ke 2

(tahun 2009-2013), diproyeksikan jumlah penduduk miskin sebesar 16,06%. Tentunya

program-pogram penanggulangan kemiskinan masih perlu terus dilanjutkan untuk dapat

mengurangi angka kemiskinan dalam rangka meningkatkan kesejateraan masyarakat.

Rencana Kerja Dinkes Tahun 2015

40

Tabel. 2.18.Angka Kemiskinan Kabupaten Majalengka

Tahun 2008-2012

UraianTAHUN Rata-rata

partum-buhan2008 2009 2010 2011 2012

Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa) 225.720 207.154 181.061 178.600 169.800 11.184

Jumlah Penduduk (Jiwa) 1.160.070 1.163.533 1.166.473 1.171.478 1.176.117 3.209Persentase Penduduk Miskin (%) 18,79 17,12 15,52 14,98 14,44 0,87

Sumber : Dinsosnakertrans Kabupaten Majalengka, 2013

Pada tahun 2012 posisi relatif kemiskinan di Kabupaten Majalengka masih berada

di atas presentase penduduk miskin Provinsi Jawa Barat dan nasional. Dalam

kontek antar wilayah, penduduk miskin yang berada di atas provinsi diantaranya

Kabupaten Cianjur, Kabupaten Garut, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Cirebon,

Kabupaten Majalengka, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Subang, Kabupaten

Bandung Barat dan Kota Tasikmalaya. Kondisi persentase penduduk miskin di

Kabupaten Majalengka masih cukup tinggi dibandingkan dengan persentase

tingkat Provinsi Jawa Barat (9,89%) dan Nasional (11,66%). Posisi

relatif/perbandingan antar wilayah ini dapat kami gambarkan dalam gambar

sebagai berikut:

Gambar 2.4.Posisi Relatif Tingkat Kemisinan Kabupaten Majalengka

Di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012

Sumber: BPS tahun 2012

Rencana Kerja Dinkes Tahun 2015

41

Sebagaimana data makro yang telah dipublikasikan BPS bahwa jumlah penduduk

miskin secara nasional pada tahun 2012 sebanyak 28.594.600 jiwa dan penduduk

miskin di Jawa Barat sebanyak 4.421.531 jiwa. Sedangkan khusus di Kabupaten

Majalengka pada tahun yang sama berjumlah 169.800 jiwa. Posisi relatif jumlah

penduduk miskin di Kabupaten Majalengka pada tahun 2012 sebenarnya lebih

rendah dibandingkan dengan 11 kabupaten lainnya di Jawa Barat yaitu;

Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung,

Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Cirebon, Kabupaten

Indramayu, Kabupten Subang, Kabupaten Karawang dan Kabupaten Bandung

Barat. Adapun Kabupaten/Kota yang lebih rendah jumlah penduduk miskinnya

dari Kabupaten Majalengka diantaranya Kabupaten Ciamis, Kabupaten Kuningan,

Kabupaten Sumedang, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Bekasi, Kota Bogor,

Kota Sukabumi, Kota Bandung, Kota Cirebon, Kota Bekasi, Kota Depok, Kota

Cimahi, Kota Tasikmalaya dan Kota Banjar.

Gambar 2.5.Posisi Relatif Jumlah Kemiskinan Penduduk Kabupaten Majalengka

Di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012

Sumber: BPS tahun 2012

Perkembangan jumlah kemiskinan di Kabupaten Majalengka diperbandingkan dengan

Provinsi Jawa Barat dapat diukur dengan menggunakan rumus Indeks Ketimpangan

Williamson (IW). Untuk tahun 2012 dengan jumlah penduduk miskin di Kabupaten

Majalengka sebanyak 169.800 jiwa, kemudian rata-rata laju penurunan jumlah penduduk

Rencana Kerja Dinkes Tahun 2015

42

miskin di Provinsi Jawa Barat selama 5 tahun sebesar 165.568 jiwa. Sementara itu jumlah

penduduk Kabupaten Majalengka berjumlah 1.176.117 jiwa dan penduduk Provinsi Jawa

Barat tahun 2012 sebesar 44.548.432 jiwa, maka Indeks Ketimpangan Williamson khusus

untuk jumlah penduduk miskin sebesar 1,68 poin, artinya jika IW>1 maka dapat dikatakan

tingkat disparitas antara jumlah kemiskinan di Kabupaten Majalengka dan Provinsi Jawa

Barat sangat tinggi.

vi. Angka Kriminalitas

Salah satu ukuran kesejahteraan dan pemerataan ekonomi adalah dengan

memperhatikan angka-angka kriminalitas. Semakin banyak terjadi tindakan

krimininalitas disuatu daerah menunjukkan adanya kesenjangan ekonomi diantara

penduduknya. Data kriminalitas Kabupaten Majalengka dapat dilihat pada Tabel 2.19.

Tabel 2.19.Angka Kriminalitas Kabupaten Majalengka

Tahun 2008-2012

No. Kasus2008 2009 2010 2011 2012

Kj Ttn Kj Ttn Kj Ttn Kj Ttn Kj Ttn1. Pembunuhan 2 2 5 1 2 2 3 1 2 12. Penganiayaan Berat 16 7 19 19 8 4 6 4 15 43. Penculikan - - - - 1 - - - 1 -4. Pencurian dengan Kekerasan 44 19 49 12 28 17 23 15 12 45. Pencurian dengan

Pemberatan 113 79 102 62 104 74 85 55 76 50

6. Pencurian Ranmor 105 17 119 27 78 4 86 20 106 317. Pencurian Kawat Telepon - - - - - - - - - -8. Pemerkosaan 6 3 3 1 - - 2 1 1 09. Pembakaran - - - - 1 - 1 1 1 -

10. Senpi/Handak 4 4 5 4 10 10 - - 6 611. Pemerasan 7 4 2 2 3 1 3 3 1 -12. Penyelundupan /trafficking 2 2 - - 1 - - - 1 113. Kejahatan Terhadap Kepala

Negara - - - - - - - - - -

14. Jumlah 299 137 304 128 236 112 209 100 222 97Ket : Kj=Jumlah Kejadian; Ttn= Kejadian yang ditangani.

Dari tabel, terlihat bahwa selama kurun waktu 2008-2012 angka kriminalitas di Kabupaten

Majalengka cenderung menurun, walaupun penanganan kasusnya masih di bawah jumlah

kasus yang terjadi.

2.2.2. Fokus Kesejahteraan Masyarakat Bidang Kesehatan

a. Angka Kelangsungan Hidup Bayi

Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai

bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian

bayi. Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu Rencana Kerja Dinkes Tahun 2015

43

endogen dan eksogen. Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan

kematian neo-natal adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah

dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak

lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama

kehamilan. Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah kematian

bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang

disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar.

Angka kematian bayi (AKB) menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat

dimana angka kematian itu dihitung. Kegunaan AKB untuk pengembangan

perencanaan berbeda antara kematian neo-natal dan kematian bayi yang lain.

Karena kematian neo-natal disebabkan oleh faktor endogen yang berhubungan

dengan kehamilan maka program-program untuk mengurangi angka kematian neo-

natal adalah yang bersangkutan dengan program pelayanan kesehatan ibu hamil,

misalnya program pemberian pil besi dan suntikan anti tetanus. Sedangkan angka

kematian Post-Neo Natal dan angka kematian anak serta kematian balita dapat

berguna untuk mengembangkan program imunisasi, serta program-program

pencegahan penyakit menular terutama pada anak-anak, program penerangan

tentang gizi dan pemberian makanan sehat untuk anak dibawah usia 5 tahun. Angka

kelangsungan hidup bayi (AKHB) adalah probabilitas bayi hidup sampai dengan usia 1

tahun. Selama periode 2008-2013 AKHB cenderung meningkat artinya derajat

kesehatan masyarakat cenderung membaik.

Tabel 2.20.

Angka Kelangsungan Hidup Bayi (per 1.000 kelahiran)Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2013

No. Tahun Angka Kelangsungan Hidup Bayi /1000 KH

1. 2008 980

2. 2009 981

3. 2010 980

4. 2011 985

5. 2012 986

6. 2013 989Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka Tahun 2009 s.d. 2013 diolah.

b. Angka Harapan Hidup

Tujuan utama pembangunan manusia dalam aspek kesehatan adalah untuk

meningkatkan derajat kesehatan manusia, sehingga dapat hidup sehat dan berumur

panjang. Pengukuran taraf kesehatan tersebut adalah dengan menghitung angka

harapan hidup saat lahir (e0). Angka Harapan Hidup (AHH) merupakan rata-rata

Rencana Kerja Dinkes Tahun 2015

44

perkiraan banyaknya tahun yang akan ditempuh oleh seseorang selama hidup. AHH

dihitung dengan menggunakan metode tidak langsung yaitu banyaknya anak lahir

hidup dan banyaknya anak masih hidup. Perkembangan AHH Kabupaten Majalengka

dapat dilihat pada Tabel 2.22.

Tabel 2.21.

Angka Harapan Hidup (AHH)Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2012

No. Tahun Angka Harapan Hidup (Tahun)

1. 2008 65,82

2. 2009 66,09

3. 2010 66,35

4. 2011 66,62

5. 2012 66,68Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, Tahun 2012.

*) Data sementara

Pada tahun 2008-2012 secara umum AHH penduduk Kabupaten Majalengka terus

meningkat dari 65,82 tahun pada tahun 2008 menjadi 66,68 tahun pada tahun

2012, menunjukkan dalam 5 tahun terjadi peningkatan AHH sebanyak 0,86 tahun.

Peningkatan tersebut relatif kecil dan masih sangat jauh dari kondisi ideal yaitu 85

tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa, peningkatan derajat kesehatan

masyarakat khususnya ibu dan anak masih belum berjalan secara optimal dalam

implementasinya dan harus mendapat perhatian khusus dalam pembangunan

bidang kesehatan.

c. Persentase Balita Gizi Buruk

Persentase balita gizi buruk adalah persentase balita dalam kondisi gizi buruk

terhadap jumlah balita. Keadaan tubuh anak atau bayi dilihat dari berat badan

menurut umur. Klasifikasi status gizi dibuat berdasarkan standar WHO.

WHO (1999) mengelompokkan wilayah yaitu kecamatan untuk kabupaten/kota dan

kabupaten/kota untuk provinsi berdasarkan prevalensi gizi kurang ke dalam 4

kelompok dari seluruh jumlah balita, yaitu :

a. rendah = di bawah 10 %

b. sedang = 10-19 %

c. tinggi = 20-29 %

d. sangat tinggi = 30 %

Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun.

Status gizi balita secara sederhana dapat diketahui dengan membandingkan antara

Rencana Kerja Dinkes Tahun 2015

45

berat badan menurut umur maupun menurut panjang badannya dengan rujukan

(standar) yang telah ditetapkan. Apabila berat badan menurut umur sesuai dengan

standar, anak disebut gizi baik. Kalau sedikit di bawah standar disebut gizi kurang.

Apabila jauh di bawah standar dikatakan gizi buruk. Persentase balita gizi buruk di

Kabupaten Majalengka dari tahun ke tahun mengalami penurunan, data terakhir

tahun 2013 sebesar 0,07%, artinya menurut standar WHO jika lebih kecil dari 10 %

dapat dikatakan rendah. Perkembangan Persentase Gizi Buruk dapat dilihat pada

Tabel 2.23.

Tabel 2.22.Perkembangan Persentase Gizi Buruk

Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2013

No. Tahun Persentase Balita Gizi Buruk

1. 2008 1,16

2. 2009 1,16

3. 2010 1,12

4. 2011 0,14

5. 2012 0,06

6. 2013 0,07

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Majalengka Tahun 2008 s.d. 2013

2.3 Aspek Pelayanan Umum

2.3.1. Fokus Layanan Urusan Wajib Bidang Kesehatan

Posyandu. Pengertian Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam

pelayanan kesehatan masyarakat dan Keluarga Berencana dari masyarakat, oleh

masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis

dari petugas kesehatan dan keluarga berencana yang mempunyai nilai strategis untuk

pengembangan sumber daya manusia sejak dini.

Tujuan penyelenggaraan Posyandu:

1. Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu ( ibu Hamil,

melahirkan dan nifas).

2. Membudayakan NKKBS.

3. Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan

kegiatan kesehatan dan KB serta kegiatan lainnya yang menunjang untuk

tercapainya masyarakat sehat sejahtera.

4. Berfungsi sebagai Wahana Gerakan Reproduksi Keluarga Sejahtera, Gerakan

Ketahanan Keluarga dan Gerakan Ekonomi Keluarga Sejahtera.

Rencana Kerja Dinkes Tahun 2015

46

Pemeliharaan dan perawatan kesejahteraan ibu dan anak-anak sejak usia dini,

merupakan suatu strategi dalam upaya pemenuhan pelayanan dasar yang meliputi

peningkatan derajat kesehatan dan gizi yang baik, lingkungan yang sehat dan aman,

pengembangan psikososial/emosi, kemampuan berbahasa dan pengembangan

kemampuan kognitif (daya pikir dan daya cipta) serta perlindungan anak. Pengalaman

empirik di beberapa tempat menunjukan, bahwa strategi pelayanan kesehatan dasar

masyarakat dengan fokus pada ibu dan anak seperti itu, dapat dilakukan pada Posyandu.

Karena Posyandu merupakan wadah peranserta masyarakat untuk menyampaikan dan

memperoleh pelayanan kesehatan dasarnya, maka diharapkan pula strategi operasional

pemeliharaan dan perawatan kesejahteraan ibu dan anak secara dini, dapat dilakukan di

setiap posyandu.

Terkait dengan hal tersebut di atas perlu dilakukan analisis rasio posyandu terhadap

jumlah balita dalam upaya peningkatan fasilitasi pelayanan pemenuhan kebutuhan

tumbuh kembang anak sejak dalam kandungan, dan agar status gizi maupun derajat

kesehatan ibu dan anak dapat dipertahankan dan atau ditingkatkan.

Pembentukan Posyandu sebaiknya tidak terlalu dekat dengan Puskesmas agar

pendekatan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat lebih tercapai dan idealnya satu

Posyandu melayani 100 balita. Data Rasio posyandu dapat dilihat pada Tabel 2.33.

sebagai berikut :

Tabel 2.22.

Perkembangan Rasio Posyandu di Kabupaten Majalengka Tahun 2008 - 2013

No. Tahun Jumlah Posyandu

Jumlah Balita (Jiwa) Rasio Posyandu Per 1000 Balita

1. 2008 1.440 99.329 14,50*2. 2009 1.440 98.725 14,59*3. 2010 1.418 96.396 14,714. 2011 1.418 125.171 11,335. 2012 1.418 125.672 11,286. 2013 1.439 100.366 14,34Sumber : BPMDPKB Tahun 2010 s.d. 2013

*Profil Kesehatan Kabupaten Majalengka tahun 2008 s.d. 2009

Rumah Sakit. Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009

tentang rumah sakit, yang dimaksud rumah sakit umum adalah rumah sakit yang

memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Rumah sakit

ini memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau kepada masyarakat

dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Tugas rumah sakit umum

adalah melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan

berhasilguna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemeliharaan yang

Rencana Kerja Dinkes Tahun 2015

47

dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan

serta melaksanakan rujukan. Di Kabupaten Majalengka terdapat 2 (dua) Rumah Sakit

Umum Daerah (RSUD) yaitu RSUD Majalengka dan RSUD Cideres.

Tabel 2.23.Distribusi Rumah Sakit, Puskesmas, Poliklinik dan Pustu

Tahun 2013

No. Kecamatan JumlahRumah Sakit Puskesmas Poliklinik Pustu

1 Lemahsugih - 2 - 52 Bantarujeg - 1 - 33 Malausma - 1 - 44 Cikijing - 1 - 25 Cingambul - 1 - 56 Talaga - 1 - 37 Banjaran - 1 - 38 Argapura - 1 - 39 Maja - 1 - 5

10 Majalengka 1 2 1 211 Cigasong - 1 - 112 Sukahaji - 2 - 113 Rajagaluh - 1 - 314 Sindangwangi - 1 - 215 Sindang - 1 - 016 Leuwimunding - 1 - 1417 Palasah - 1 - 918 Jatiwangi - 2 - 919 Dawuan 1 1 2 720 Kasokandel - 1 - 921 Panyingkiran 1 1 - 722 Kadipaten - 1 - 723 Kertajati - 2 - 724 Jatitujuh - 2 - 625 Ligung - 1 - 1326 Sumberjaya - 1 - 9

Jumlah 3 32 3 71Sumber: Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka tahun 2013

Pelayanan kesehatan di Kabupaten Majalengka dapat diukur berdasarkan indikator kinerja

aspek pelayanan umum diantaranya berupa rasio puskesmas, poliklinik, dan pustu per 1.000

penduduk dalam kurun waktu 2008 sebesar 0,0862 poin. Seiring dengan penambahan sarana

kesehatan, sejak tahun 2010 sampai dengan 2013 rasionya meningkat menjadi 0,0893 poin.

Khusus untuk cakupan puskesmas, angkanya relatif lebih tinggi selama 5 tahun sebesar 1,19

persen, sedangkan cakupan puskesmas pembantu dalam kurun waktu 2008-2010 hanya

sebesar 0,22 persen, dan mengalami penurunan antara tahun 2011-2012 menjadi 0,21

persen.

Rencana Kerja Dinkes Tahun 2015

48

Tabel 2.24.Rasio dan Cakupan Puskesmas, Poliklinik dan Pustu

No Aspek Indikator Tahun2008 2009 2010 2011 2012 2013

1.Rasio puskesmas, poliklinik, pustu per 1.000 penduduk

0,0862 0,085

9 0,08

93 0,08

93 0,08

93 0,0893

2. Cakupan puskesmas 1,19 1,19 1,19 1,19 1,191,19

3. Cakupan puskesmas pembantu

0,22 0,22 0,22 0,21 0,210,21

Sumber: Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka tahun 2008 s.d. 2013

Sementara itu, untuk pemenuhan tenaga medik di Kabupaten Majalengka per satuan

penduduk, sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2013 rasionya masih tetap sebesar 0,10

persen. Pemenuhan tenaga medik untuk dokter umum dan dokter gigi di pelayanan primer

sangat berpengaruh pula terhadap pemenuhan SDM kesehatan yang dipersyaratkan oleh

BPJS, sehingga berdampak pada besarnya kapitasi yang diterima oleh setiap puskesmas.

Sedangkan kebutuhan tenaga medik di RSUD Cideres dan RSUD Majalengka lebih terfokus

pada pemenuhan dokter spesialis.

Tabel 2.25.Rasio Dokter

No Aspek IndikatorTahun

2008 2009 2010 2011 2012 2013

1. Rasio dokter per 1.000 penduduk

0,08

0,10

0,11

0,11

0,11 0,11

Sumber: Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka tahun 2008 s.d. 2013

Jumah dokter umum dan dokter gigi yang tersebar di 32 Puskesmas dan 2 RSUD, dapat kami

kemukakan secara rinci pada tabel berikut :

Rencana Kerja Dinkes Tahun 2015

49

Tabel 2.26.Jumlah Dokter Umum dan Dokter Gigi

Menurut Kecamatan Tahun 2013No. Kecamatan Dokter Umum Dokter Gigi

1 Lemahsugih 1 -2 Bantarujeg 1 -3 Malausma 2 -4 Cikijing 2 15 Cingambul 2 -6 Talaga 3 17 Banjaran 1 -8 Argapura 1 -9 Maja 3 1

10 Majalengka 19 311 Cigasong 1 -12 Sukahaji 4 -13 Rajagaluh 3 114 Sindangwangi 1 -15 Sindang 1 -16 Leuwimunding 3 117 Pasalah 2 118 Jatiwangi 4 119 Dawuan 15 220 Kasokandel 1 121 Panyingkiran 1 -22 Kadipaten 2 123 Kertajati 1 -24 Jatitujuh 3 125 Ligung 2 126 Sumberjaya 4 1

Jumlah 83 17Sumber: Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka tahun 2013

Komplikasi Kebidanan yang ditangani. Perhatian khusus Pemerintah Kabupaten Majalengka

untuk menekan kematian ibu dan kematian bayi salah satunya berusaha memperluas

pelayanan cakupan komplikasi kebidanan yang harus ditangani. Kematian Ibu (AKI) berguna

untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup bersih dan sehat, status gizi dan

kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk

ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu ibu melahirkan dan masa nifas. Kaitannya dengan

tingkat pelayanan kesehatan ibu hamil perlu diantisipasi berbagai komplikasi kebidanan yang

harus dapat ditangani sehingga berpengaruh pada tingkat keselamatan ibu dan anak yang

dilahirkan. Berdasarkan data yang diperoleh, cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani

digambarkan pada Tabel 2.39. sebagai berikut :

Tabel 2.27.

Cakupan Komplikasi Kebidanan Yang Ditangani

Rencana Kerja Dinkes Tahun 2015

50

Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2013

No. Tahun Cakupan Komplikasi Kebidanan Yang Ditangani (%)

1. 2008 6,44

2. 2009 76,90

3. 2010 76,80

4. 2011 92,30

5. 2012 117,57

5 2013 122,26Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Majalengka, Tahun 2008 s.d. 2013 diolah.

Kondisi empirik di Kabupaten Majalengka menunjukkan bahwa cakupan komplikasi

kebidanan yang ditangani memperlihatkan trend yang cenderung meningkat, terutama tahun

2011 yang mencapai 92,30% dan tahun 2012 sebesar 117,57% serta tahun 2013 yang

mencapai 122,26%, kondisi ini telah melampaui target standar pelayanan minimal sebesar

80% pada tahun 2015.

Pertolongan Persalinan. Guna meningkatkan IPM, khususnya yang terkait erat dengan

indeks kesehatan yaitu perlu perhatian terhadap pertolongan persalinan oleh tenaga

kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan, capainnya sebagaimana pada Tabel 2.39

berikut :

Tabel 2.28.

Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga KesehatanKabupaten Majalengka Tahun 2008-2013

No. Tahun Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Yang Memiliki Kompetensi Kebidanan (%)

1. 2008 81,182. 2009 94,673. 2010 93,474. 2011 85,665. 2012 91,476. 2013 94,66

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Majalengka, Tahun 2008 s.d. 2013 diolah.

Pelayanan obstetrik dan neonatal darurat serta pertolongan persalinan oleh tenaga

kesehatan terlatih menjadi sangat penting dalam upaya penurunan kematian ibu, untuk

mengantisipasi masalah ini maka diperlukan terobosan dengan meningkatkan peran bidan

sehingga bidan di desa benar-benar merupakan ujung tombak dalam upaya penurunan AKB

(IMR) dan AKI (MMR). Target SPM berkenaan dengan Cakupan Pertolongan Persalinan oleh

tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan sebesar 90% pada tahun 2015

diharapkan dapat tercapai. Menurut data yang ada pada tahun 2009 target yang berkaitan

dengan indikator ini telah dapat terlampaui sebesar 4,67%, namun mengalami penurunan

pada tahun 2010 (86,18%) dan 2011 (85,70%), dan meningkat lagi pada tahun 2012 (91,47%).

Rencana Kerja Dinkes Tahun 2015

51

Cakupan Universal Child Imunization (UCI). Pemerintah Kabupaten Majalengka secara

berkesinambungan terus menggalakan pelaksanaan imunisasi. Kegiatan imunisasi tersebut

bukanlah hal baru dalam dunia kesehatan di Indonesia, namun perlu disadari masih banyak

masyarakat atau orang tua yang belum memahami secara utuh tetang pentingnya imunisasi

bagi bayi dan balita. Kemungkinan penyebabnya dikarenakan masih adanya pandangan di

masyarakat yang menganggap adanya efek kurang baik jika diimunisasi atau mitos lainnya.

Manfaat dari imunisasi bagi bayi untuk mencegah bayi terjangkit penyakit baru yang menular

dan mematikan serta penyakit infeksi masih menjadi masalah di Indonesia.

Tabel 2.29.

Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Imunization (UCI)Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2013

No. Tahun Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Imunization (UCI) (%)

1. 2008 67,662. 2009 60,183. 2010 86,534. 2011 86,315. 2012 91,076. 2013 95,33

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka Tahun 2008 s.d. 2013 di olah.

Di Kabupaten Majalengka Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Imunization (UCI) selama

periode 2008-2012 cenderung meningkat. Hal ini menunjukkan tingkat kesadaran

masyaraakat akan imunisasi semakin meningkat.

Balita Gizi Buruk. Golden age rentang usianya 0-5 tahun sangat membutuhkan asupan gizi

yang baik bagi tumbuh kembangnya anak. Oleh karena itu, deteksi dini bagi kasus gizi buruk

harus dilakukan secara kontinu. Perhatian Pemerintah Kabupaten Majalengka terhadap

penanganan gizi buruk sangat tinggi. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten

Majalengka pada tahun 2010 menemukan 919 (1,12%) balita yang menderita gizi buruk.

Balita yang mengalami gizi buruk itu pertumbuhannya tidak seimbang dengan usia balita

yang wajar. Pertumbuhan mereka lambat, bahkan berat badannya jauh dari berat ideal,

selain itu ciri-ciri dan indikasi lainnya adalah kepala membesar dan perut buncit, badan

terlihat kurus, kering, dan tulangnya kelihatan (starting) yang disebabkan tubuh tidak

menerima asupan gizi seimbang. Cakupan balita gizi buruk yang mendapat perawatan di

Kabupaten Majalengka pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 mencapai 100% sesuai

dengan standar pelayanan minimal yang ditetapkan Pemerintah. Jejak rekam cakupan balita

gizi buruk mendapat perawatan di Kabupaten Majalengka sebagaimana tertuang dalam

Tabel 2.41. berikut :

Tabel 2.30.

Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan

Rencana Kerja Dinkes Tahun 2015

52

Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2013

No. Tahun Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan (%)1. 2008 1,862. 2009 42,973. 2010 4,354. 2011 100,005. 2012 100,006. 2013 100,00

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Majalengka, Tahun 2008 s.d. 2013 diolah.

Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA. Penyakit TBC adalah

merupakan suatu penyakit yang tergolong dalam infeksi yang disebabkan oleh bakteri

Mikobakterium tuberkulosa dimana Penyakit TBC dapat menyerang pada siapa saja tak

terkecuali pria, wanita, tua, muda, kaya dan miskin serta dimana saja. Indonesia menduduki

negara terbesar ketiga di dunia dalam masalah penyakit TBC ini. Sedangkan di Kabupaten

Majalengka tahun 2013 untuk cakupan penemuan baru penderita penyakit TBC sebanyak

1.267 jiwa (96,60%) dan seluruhnya telah mendapat pelayanan kesehatan.

Tabel 2.31.

Cakupan Penemuan dan Pengobatan Penderita Penyakit TBC

No. IndikatorTahun

2009 2010 2011 2012 2013

1. Cakupan penemuan baru (%) 97,90 98,64 80,55 83,25 96,60

2. Pengobatan penderita penyakit TBC (Jiwa) - - 471 1.059 1.267

Kabupaten Majalengka Tahun 2009-2013Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Majalengka, Tahun 2008 s.d. 2013 diolah.

Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit DBD. Penyebab

kematian penduduk dapat diakibatkan karena penyakit demam berdarah (DBD).

Penyebab utama penyakit demam berdarah adalah virus dengue, yang merupakan

virus dari famili Flaviviridae. Terdapat 4 jenis virus dengue yang diketahui dapat

menyebabkan penyakit demam berdarah yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.

Pencegahan demam berdarah dapat dilakukan dengan mengendalikan vektor

nyamuk, antara lain dengan menguras bak mandi/penampungan air sekurang-

kurangnya sekali seminggu, mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum

burung seminggu sekali, menutup dengan rapat tempat penampungan air,

mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah, dan

perbaikan desain rumah. Tingkat pencegahan agar tidak timbulnya penyakit DBD

Rencana Kerja Dinkes Tahun 2015

53

telah banyak dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Majalengka. Adapun data

penanganan penderita DBD di Kabupaten Majalengka tertuang dalam tabel

berikut :

Tabel 2.32.

Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit DBDKabupaten Majalengka Tahun 2008-2013

No. TahunCakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit DBD

(%)

1. 2008 100,00

2. 2009 100,00

3. 2010 100,00

4. 2011 100,00

5. 2012 100,00

6. 2013 100,00Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Majalengka, Tahun 2008 s.d. 2013 diolah Berdasarkan data di atas, cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit

DBD dalam kurun waktu 5 tahun, dari tahun 2008 sampai dengan 2013 mencapai

100%.

Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin. Selain melayani

pasien umum, pelayanan kesehatan rujukan juga menangani pasen dari keluarga

miskin. Selama periode 2008-2013, persentase keluarga miskin yang ditangani

dapat dilihat pada Tabel 2.44. sebagai berikut :

Tabel 2.33.

Persentase Pasen Miskin Yang ditanganiKabupaten Majalengka Tahun 2008-2013

No. Tahun Pesentase Penanganan Pasen Keluarga Miskin Ket.

1. 2008 0,68

2. 2009 0,83

3. 2010 16,82

4. 2011 2,30

5. 2012 5,26

6. 2013 39,13 Data sementara

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Majalengka, Tahun 2008 s.d. 2013 diolah.

Selama periode 2008-2013, penangan pasen miskin selalu mendapat perhatian.

Pada tahun 2008 sebanyak 0,68 % dari jumlah yang berkunjung dan mendapat

penanganan di pelayanan kesehatan rujukan berasal dari keluarga miskin, pada

tahun 2009 angka ini meningkat menjadi 0,83%, meningkat lagi menjadi 16,82 %

pada tahun 2010, kemudian turun menjadi 2,3 % pada tahun 2011, sedangkan

Rencana Kerja Dinkes Tahun 2015

54

tahun 2012 meningkat kembali menjadi 5,26 %, dan tahun 2013 meningkat cukup

signifikan mencapai 39,13%.

Kunjungan Bayi. Kunjungan bayi di Kabupaten Majalengka pada Puskesmas-

puskesmas yang tersebar di 26 kecamatan di Kabupaten Majalengka terjadi

peningkatan dari 60,48% pada tahun 2009 menjadi 101,22% pada tahun 2010 dan

mengalami penurun pada tahun 2011 menjadi 80,83%. Tahun 2010, 2012 dan 2013

telah melebihi standar pelayanan minimal sebagaimana ditetapkan Pemerintah

yang menargetkan 90%. Adapun secara rinci data tersebut dapat kami sampaikan

pada tabel berikut:

Tabel 2.34.

Cakupan Kunjungan BayiKabupaten Majalengka Tahun 2008-2013

No. Tahun Cakupan Kunjungan Bayi (%)

1. 2008 100,00

2. 2009 60,48

3. 2010 101,22

4. 2011 80,83

5. 2012 91,07

6. 2013 93,54

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka Tahun 2008 s.d. 2013 diolah.

Rencana Kerja Dinkes Tahun 2015