RENJA 2009 disnak1

download RENJA 2009 disnak1

of 42

Transcript of RENJA 2009 disnak1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang memiliki peluang yang cukup besar dalam pembangunan ekonomi, Alam yang besar lengkap. lengkap, karena selain memiliki potensi Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya juga ditunjang dengan tersedianya Sarana dan Prasarana informasi dan kelembagaan serta informasi yang relatif Namun walapun mempunyai peluang dan potensi yang didalam perspektif pembangunan ekonomi, terdapat

beberapa indikasi yang menunjukkan bahwa Jawa Barat masih sangat memerlukan upaya-upaya yang signifikan untuk mengakselerasi laju pembangunan dan pertumbuhan ekonominya. Beberapa permasalahan pembangunan ekonomi yang masih dihadapi Jawa Barat pada saat ini direfleksikan oleh fakta yang menunjukkan pembangunan bahwa; manusia (1) masih rendahnya pencapaian Indeks (dengan rendahnya pencapaian

Pembangunan Manusia sebagai indikatornya); (2) tingkat kemiskinan mencapai lebih dari 10 juta jiwa di antara 40 juta jiwa; dan (3) jumlah pengangguran terbuka yang mencapai lebih dari dua juta atau sebesar lebih dari 11 persen dari jumlah angkatan kerja total. Fakta lain menunjukkan bahwa sekitar 40 persen dari jumlah total rumahtangga di Jawa Barat merupakan rumahtangga pertanian yang sangat berkaitan dengan komponen-komponen permasalahan yang dominan. Proporsi rumahtangga yang cukup signifikan tersebut maka diyakini bahwa adanya akselerasi pembangunan di sektor pertanian berpotensi untuk dapat memperkuat fundamental ekonomi Jawa Barat melalui peningkatan kualitas hidup masyarakat pertanian, penciptaan peluang kerja pedesaan dan reduksi tingkat kemiskinan struktural di dalam lingkup regional.Rencana Kerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Tahun 2009

1

Besarnya potensi kontribusi sektor pertanian di Jawa Barat terhadap pembangunan ekonomi tidak terlepas dari posisi subsektor peternakan di dalam struktur perekonomian. Kontribusi pertumbuhan ekonomi sektor peternakan terhadap pertanian dan regional ternyata menunjukkan kecenderungan yang selalu meningkat antar waktu. Pada periode 1990-an kontribusi pembentukan PDB peternakan terhadap pertanian masih berkisar antara tiga dan lima persen; sementara pada periode tahun 2000 hampir mencapai 15 persen dari total PDB pertanian. Meskipun secara relatif pangsa output sektor peternakan terbilang masih cukup rendah, namun laju pertumbuhan ekonomi yang dimiliki merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan subsektor lainnya di dalam sektor pertanian Jawa Barat. Kecenderungan laju pertumbuhan yang selalu meningkat merupakan indikasi yang menunjukkan bahwa sektor peternakan dapat berperan sebagai komponen pengungkit (leverage) yang signifikan bagi pertumbuhan perekonomian Jawa Barat. Tingginya laju pertumbuhan PDB peternakan tersebut,

karena ditunjang oleh peluang dan potensi pengembangan subsektor peternakan yang masih luas, namun dalam implementasinya tidak terlepas dari berbagai permasalahan yang dihadapi oleh subsektor ini. Beberapa permasalahan umum yang menjadi kendala pembangunan subsektor peternakan antara lain : 1. 2. 3. Subsektor peternakan masih didominasi oleh para peternak kecil. Rendahnya penguasaan teknologi dan informasi peternakan. Terbatasnya alokasi permodalan yang murah dan mudah untuk 4. usaha pengembangan peternakan betina dari lembaga tanpa keuangan. Tingginya pemotongan hewan produktif dukungan upaya penyelamatan dan pencegahannya yang belum memadai,

Rencana Kerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Tahun 2009

2

5.

Belum terintegrasinya usaha peternakan dari hulu sampai hilir, sehingga mengakibatkan mata rantai tataniaga peternakan panjang dan kurang efisien.

6. Belum jelasnya wilayah kawasan usaha peternakan Berdasarkan kondisi permasalahan tersebut di atas, dalam rangka terwujudnya produk peternakan yang berdaya saing sekaligus dapat meningkatkan nilai tambah bagi para pelaku usaha peternakan (peternak dan swasta), serta dapat dicapainya kecukupan pangan protein hewani bagi masyarakat Jawa Barat, maka dirasakan masih diperlukan peran aktif pemerintah daerah untuk memfasilitasi para pelaku usaha peternakan. dengan kewenangan Propinsi di bidang Barat pertanian, untuk Sesuai fasilitasi

pembangunan peternakan di Jawa Barat dilaksanakan oleh Dinas Peternakan Adapun Jawa sebagaimana acuan Keputusan pelaksanaan Gubernur Nomor 42 Tahun 2001 jo. Nomor 5 Tahun 2002. dasar hukum yang menjadi pembangunan peternakan di Jawa Barat adalah sebagai berikut : 1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan Tata Cara Penyusunan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah 3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Negeri Perubahan Atas Nomor 13 Tahun Peraturan Menteri 2006 tentang Dalam Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah. 4. Peraturan Menteri Pertanian Nomor ..... Tahun tentang Rencana Kerja Departemen PertanianRencana Kerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Tahun 2009

3

5. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 72 Tahun 2005 tentang Tata Cara Perencanaan Pembangunan Tahunan Daerah. 6. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor ... Tahun 2008 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Jawa Barat 2005 2025; 7. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 72 Tahun 2005 tentang Tata Cara Perencanaan Pembangunan Tahunan Daerah; 8. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor .... Tahun 2008 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009 Dasar hukum tersebut menjadi acuan untuk menuangkan berbagai kebijakan dan program pembangunan peternakan di Jawa Barat. mendasar dalam Sementara permasalahan yang kebijakan dan program penyusunan

pembangunan peternakan adalah terbatasnya sumber daya yang dimiliki pemerintah serta kewenangan propinsi Jawa Barat. Dilain pihak dengan melihat karakteristik pelaku usaha peternakan di Jawa Barat yang sebagian besar adalah para peternak kecil, maka kebijakan dan program yang disusun harus mampu menjadi pelindung bagi peternak kecil tersebut dan memberikan akses yang sebesar-besarnya bagi para peternak yang berkeinginan untuk maju dan berkembang, serta mampu menciptakan iklim usaha yang kondusif dalam memotivasi dunia usaha dan investasi. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan fasilitasi dan regulasi dari pemerintah yang terintegrasi dan berkesinambungan namun harus dapat dipertanggungjawabkan secara akuntabel sesuai dengan Keputusan Presiden RI Nomor 7 Tahun 1999. Begitu kompleksnya berbagai permasalahan yang dihadapi subsektor peternakan, dan terbatas sumber daya serta kewenangan provinsi serta tidak terprediksikan berbagai faktorRencana Kerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Tahun 2009

4

luar yang yang menjadi penghambat pembangunan peternakan, maka perlu disusun Rencana Kerja (Renja) Pembangunan di bidang peternakan yang dapat digunakan dalam menghadapi berbagai tantangan peternakan agar mampu mengakomodasikan kebutuhan masyarakat dalam menunjang pencapaian target dan sasaran Jawa Barat. sesuai dengan sumber daya yang tersedia. 1.2. Maksud, Tujuan dan Sasaran 1.2.1. Maksud Penyusunan pedoman bagi :a. Dinas Peternakan/yang mebidangi fungsi peternakan

Program yang

diluncurkan harus dapat diukur secara kualitatif dan kuantitatif

Rencana

Kerja

Dinas

Peternakan

Provinsi Jawa Barat Tahun 2009 dimaksudkan sebagai

Kabupaten/kota se Jawa Barat;b. Penyusunan usulan fasilitasi pembangunan peternakan

pada Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2009.c. Penyusunan usulan fasilitasi pembangunan peternakan

pada Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (RAPBN) alokasi Anggaran Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Departemen Pertanian Tahun 2009.

1.2.2. Tujuan Penyusunan Rencana Kerja Provinsi sinergitas antar Jawa Barat antara (Renja) Dinas Peternakan mewujudkan dan dan

bertujuan

untuk

perencanaan,

penganggaran Provinsi

pelaksanaan pembangunan peternakan antarwilayah dan tingkat pemerintahan (Pusat,

Rencana Kerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Tahun 2009

5

Kabupaten/Kota)

serta

mewujudkan

efisiensi

alokasi

sumber daya dalam pembangunan regional dan nasional di sektor peternakan. 1.2.3. Sasaran

Sasaran Renja adalah menjadi acuan dan pedoman penyusunan fasilitasi pembangunan peternakan daerah Provinsi Jawa Barat, baik yang bersumber dari APBN, APBD maupun sumber lainnya yang sah.

BAB II GAMBARAN UMUM DAN KELEMBAGAAN

2.1. Kondisi Umum Daerah Mengutip Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009, kondisi umum daerah provinsi Jawa Barat dapat dilihat

Rencana Kerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Tahun 2009

6

secara umum dari refleksi kondisi makro khususnya indicator makro yang berkaitan dengan pembangunan peternakan, mana berikut : Laju Pertumbuhan Ekonomi, Perekonomian Jawa Barat pada tahun 2007 mengalami pertumbuhan yang cukup menggembirakan dengan pencapaian sebesar 6,41% meningkat dibandingkan dengan Tahun 2006 sebesar 6,01 melebihi target yang ditetapkan sebesar 5,8% 6,0 % dan diatas rata-rata nasional dan seberar bersumber 6,2%. dari Peningkatan pertumbuhan ekonomi tersebut didukung oleh stabilitas ekonomi nasional yang tetap terjaga, meningkatnya perdagangan luar negeri, konsumsi dan bertambahnya kegiatan investasi. Inflasi Tahun 2007 tercatat sebesar 5,10 % lebih rendah dari tahun 2006 sebesar 6,15 %. Laju inflasi gabungan tujuh kota di Jawa Barat pada Triwulan IV 2007 secara triwulanan dan tahunan mengalami perlambatan. Inflasi mencapai 2,00 % (qtq) dan 6,60 % (yoy) masih berada dalam kisaran target inflasi tahun 2007 sebesar 8,00 %. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), pada Tahun adalah sebagai

2007 masih didominasi oleh sektor Industri Manufaktur sebesar 43,76 %, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 20,84 % dan sektor Pertanian sebesar 13,01 % dengan nilai sebesar Rp. 274 triliun (adhk 2000). Pencapaian tersebut diatas target yang ditetapkan yaitu sebesar Rp. 273,4 triliun (adhk 2000). Pertumbuhan Sektor Pertanian, Industri Pengolahan dan Perdagangan Hotel dan Restoran pada tahun 2007 mengalami peningkatan. Sektor Pertanian meningkat sebesar 3% dari tahun 2006 dengan nilai Rp. 35,53 triliun. Sektor Industri Pengolahan pada tahun 2007 mengalami peningkatan sebesar 5% dengan nilai Rp. 119,89 triliun dan Sektor PHR meningkat 15% dengan nilai sebesar Rp. 58,08 Triliun.

Rencana Kerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Tahun 2009

7

Kontribusi

KUKM

terhadap

perekonomian

daerah,

pembangunan sektor Koperasi dan Usaha Kecil Menengah pada tahun 2007 mengalami peningkatan. Pada tahun 2006 kontribusi sektor KUKM terhadap PDRB Jawa Barat mencapai 63,15 %, meningkat menjadi sebesar 63,80 % pada tahun 2007. Jumlah KUKM pada tahun 2007 sebanyak 7.319.583 unit atau 99,98 % dari jumlah total unit usaha di Jawa Barat dengan rincian sektor usaha pertanian sebesar 42,79 %, sektor perdagangan hotel dan restoran 34 %, sektor pengangkutan dan komunikasi 9,78 %, sektor industri pengolahan 6,31 % dan sektor jasa-jasa sebesar 4,39 %. Penyerapan tenaga kerja di sektor KUKM sebanyak 12.355.034 orang atau mencapai 88,17 % dari total tenaga kerja di Jawa Barat. Nilai Tukar Petani (NTP) yang mencerminkan kondisi

kualitas dan kesejahteraan petani dan nelayan, Jawa Barat selama Januari 2007 mengalami kenaikan 0,73 % atau naik 0,9 menjadi 124,71 dari Desember 2006. Kenaikan nilai tukar petani disebabkan oleh naiknya indeks harga yang diterima petani sebesar 3,91 % dari 683,29 dibandingkan kenaikan harga yang dibayar petani sebesar 3,16 % yaitu 569,32. Berdasarkan data BPS Jabar, naiknya indeks harga karena kenaikan harga hasil produksi pertanian sebesar 20,98 %. Angka ini relatif lebih tinggi dibandingkan kenaikan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga (9,77 %) dan keperluan produksi pertanian (10,06 %). Fluktuasi yang ditunjukkan indeks harga yang diterima petani disebabkan kenaikan subsektor tanaman bahan makanan (TBM) sebesar 4 %, sedangkan subsektor tanaman perkebunan rakyat (TPR) naik 1,46 %. Tiga kelompok subsektor TBM yang mengalami kenaikan indeks yaitu padi (7,8 %), palawija (6,22 %), dan sayur-mayur naik 3,51 %. Sementara kelompok buah-buahan justru turun 3,14 %. Indeks yang dibayar petani (IB) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan. Pada Januari 2007, IB Jabar naik 3,16 % dibandingkan DesemberRencana Kerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Tahun 2009

8

2006. Kenaikan ini dipengaruhi kenaikan konsumsi rumah tangga (3,68 %), biaya produksi dan penambahan barang modal pertanian (2,09 %). Bila dibandingkan dengan NTP Jawa Barat Januari 2006, kondisi kesejahteraan petani di Jawa Barat meningkat bila dilihat dari segi harga, dimana harga komoditas hasil pertanian ini dapat mengimbangi kenaikan harga kebutuhan produksi. Jumlah penduduk pada Tahun 2007 sebesar 41.183.729 jiwa orang, dengan komposisi laki-laki 20.919.807 jiwa atau 50,43 %, sedangkan perempuan 20.563.922 jiwa (49,57 %), dengan kepadatan penduduk 1.999,3 orang per km persegi. Laju pertumbuhan penduduk (LPP) di Provinsi Jawa Barat relatif terus menurun, pada periode 2005-2006 LPP-nya mengalami penurunan menjadi 1,94 %. LPP periode 2006-2007 sebesar 1,84 %, lebih rendah dari target yang ditetapkan sebesar 2,15%. Kondisi tersebut menunjukkan upaya pengendalian penduduk di Provinsi Jawa Barat relatif cukup baik. Jumlah pengangguran dibandingkan dengan angkatan pada tahun 2006 sebanyak 1.898.954 orang dengan jumlah angkatan kerja sebanyak 15.441.639 orang. Pada tahun 2007 jumlah penganggur sebanyak 1.149.188 orang atau menurun sebesar 39,48 %, sedangkan jumlah angkatan kerja meningkat sebanyak 17.190.820 orang atau 10,18 %. %tase jumlah penganggur terhadap angkatan kerja atau Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah sebesar 6,27 %, menurun dari Tahun 2006 yang mencapai 10,95 %.

Struktur ketenagakerjaan, pada tahun 2007 menunjukan sektor pertanian masih merupakan lapangan usaha yang paling banyak menyerap tenaga kerja walaupun dari tahun ke tahun %tasenya mengalami penurunan. Dari 17,19 juta penduduk Jawa Barat yang bekerja, 27,20 % bekerja di sektor pertanian, 24,59 % di sektor perdagangan, 15,74 % di sektor industri, 16,72 % di sektor jasa, dan sebesar 15,73 % tersebar di berbagai sektor seperti keuangan, angkutan, konstruksi dan lain-lain. Tampak bahwa dari sisi penyerapan tenaga kerja pada sektor-sektor yang ada, sektorRencana Kerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Tahun 2009

9

pertanian, perdagangan, industri, dan jasa paling banyak dipilih masyarakat Jawa Barat. Dibandingkan tahun 2006, terjadi penurunan penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian, namun disisi lain terjadi peningkatan penyerapan tenaga kerja di sektor perdagangan dan jasa. 2.2. Kondisi Umum Peternakan Pembangunan ekonomi regional di Jawa Barat sebagaimana tertuang dalam Rencana Strategi Pembangunan Provinsi dituntut untuk melakukan reorientasi pembangunan dengan mengutamakan kekuatan inti (core business) perekonomian yang mempunyai prospek dalam skala regional maupun nasional. Salah satu core business Jawa Barat adalah bidang agribisnis. Sebagai upaya untuk mewujudkan pembangunan agribisnis di Jawa Barat, yaitu dengan menetapkan fokus komoditas yang akan dikembangkan dengan menetapkan komoditas unggulan serta kawasan sentra produksinya berdasarkan keunggulan kompetitif dan komparatif yang dimiliki oleh setiap komoditas. Salah satu subsektor unggulan dalam bidang agribisnis adalah subsektor peternakan. Dilihat dari sisi potensi, usaha peternakan sudah menjadi kebiasaan masyarakat perdesaan di Jawa Barat sebagai usaha sambilan ataupun sebagai usaha pokok keluarganya dan sekaligus dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan yang memiliki nilai ekonomi baik bagi pembangunan wilayah maupun bagi petani di Jawa Barat. Selain itu, pengembangan di subsektor peternakan memberikan kontribusi pada penyerapan jumlah tenaga kerja dan sebagai penghasil sumber pangan protein dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Produk utama yang dihasilkan oleh peternakan adalah daging, telur, dan susu. Bila kita lihat pencapaian norma gizi masyarakat Jawa Barat terhadap produk-produk peternakan tersebut memperlihatkan tingkat pencapaian yang kurang memuaskan untuk produk daging dan telur karena hanya mencapai 53% dari targetRencana Kerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Tahun 2009

10

yang ditetapkan. Tetapi angka pencapaian norma gizi pada produk susu memperlihatkan angka yang lebih tinggi dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa produk peternakan belum sepenuhnya menjadi bahan makanan sehari-hari dari masyarakat Jawa Barat. Beberapa factor yang menyebabkan tidak tercapainnya angka norma gizi tersebut adalah produk peternakan masih menjadi produk istimewa karena harga yang relative mahal. Factor lainnya adalah rata-rata tingkat pendapatan masyarakat masih rendah sehingga alokasi konsumsi masih terfokus pada produk peternakan yang relative terjangkau masyrakat. Jawa peternakan, Barat juga selain sebagai daerah konsumen utama produk produk merupakan daerah penghasil

peternakan, terutama

untuk produksi susu Jawa Barat menempati

urutan ke dua setelah Jawa Timur sedangkan ayam pedaging menduduki peringkat pertama. Produksi daging di Jawa Barat di dominasi oleh produksi ayam ras pedaging, sedangkan daging yang berasal dari sapi potong baru mampu memberikan kontribusinya terhadap kebutuhan total daging sekitar 17,75 %. Bagi komoditi susu di Jawa Barat, diharapkan akan terjadi peningkatan produksi sekitar 1,93 % pertahun. Namun peningkatan produksi ini, di tingkat peternak terkendala oleh kualitas susu masih relatif rendah yang dihasilkannya. Sedangkan pada komoditi daging apabila dilihat berdasarkan sasaran produksinya, ternyata telah terlampaui pada tahun 2005. Namun khususnya bagi komoditi daging sapi kenaikannya sangat tidak berarti bila dibandingkan dengan ayam ras pedaging serta peningkatan permintaan. Tabel 1. Realisasi Daging Sapi, Ayam Pedaging dan Produksi Susu di Jawa Barat Tahun 2002 - 2007 (dalam ton)Tahun/ton No Komoditas A DAGING Sapi 2002 381.3 33 65.199 2003 414.85 3 74.898 2004 440.31 8 79.712 2005 408.41 4 72.529 2006 451.83 2 77.759 2007 469.912 77.280 11

Rencana Kerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Tahun 2009

Ayam Pedaging B SUSU

221.22 9 198.5 10

242.99 0 215.35 2

268.60 0 215.35 2

265.34 7 201.85 3

276.19 5 211.88 9

309.839 225.190

Sumber : Dinas Peternakan Prop. Jawa Barat Tabel 2. Perkembangan PDRB Peternakan Tahun 2003 - 2005 (Berdasarkan Harga Berlaku)Uraian 1. Peternakan (juta rupiah) 2. Pertanian (Juta Rupiah) 3. Jawa Barat (Juta Rupiah) 4. PDB Peternakan (Miliar Rupiah) 5. Peternakan terhadap Pertanian (%) 6. Peternakan terhadap Jawa Barat (%) 7. Peternakan terhadap PDB Peternakan (%) 2003 4.929.039,41 37.315.973,4 4 273.177.014, 01 44.499.000,0 0 13,21 1,80 11,08 2004 5.782.853,16 40.543.533,7 7 301.012.077, 08 49.121.700,0 0 14,26 1,92 11,77 2005 6.170.855,24 46.079.648,4 8 387.353.142, 83

13,39 1,59 1,60

Keterangan : *) Data sementara

Berdasarkan kedua tabel di atas, maka Provinsi Jawa Barat mempunyai potensi dan prospek sebagai wilayah konsumsi dan wilayah produksi untuk produk-produk peternakan. Potensi dan prospek tersebut harus direspon oleh pemerintah Jawa Barat melalui upaya promosi guna mengundah investor untuk menginvestasikan dananya di kedua opportunity tersebut, yaitu sisi konsumsi dan produksi dari produk-produk peternakan. Kontribusi sub sektor peternakan terhadap PDRB Jawa Barat setiap tahun terus meningkat, walaupun secara besarannya masih relatif kecil, namun sektor dibandingkan peternakan secara tersebut keseluruhan menjadi PDRB Pertanian, sub subsektor

unggulan di dalam pembangunan Jawa Barat. Gambaran perekonomian Jawa Barat ditinjau dari transaksi perdagangan, secara keseluruhan transaksi perdagangan seluruh sektor perekonomian Jawa Barat mengalami surplus perdagangan.Rencana Kerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Tahun 2009

12

Artinya

total

ekspor

yang

dikeluarkan

melebihi

impor

yang

dibutuhkan oleh seluruh sektor perekonomian oleh Provinsi Jawa Barat. Sektor-sektor yang mengalami surplus perdagangan adalah sektor jasa-jasa; industri; keuangan, usaha bangunan, dan jasa perusahaan; perdangangan, hotel dan restoran; transportasi dan komunikasi; serta listrik, gas, dan air. Adapun sektor pertanian dan seluruh subsektornya mengalami defisit perdagangan, termasuk subsektor peternakan. Hal ini dapat membuktikan bahwa untuk memproduksi barang atau produk dari sektor pertanian diperlukan berbagai input produksi yang harus didatangkan dari luar negeri (import content). Artinya komponen impor masih mendominasi input produksi bagi subsektor peternakan. Di samping itu, produksi dari produk-produk pertanian termasuk subsektor peternakan lebih banyak dikonsumsi di dalam negeri dibandingkan dengan di ekspor. Di lihat dari sisi tersebut, maka Provinsi Jawa Barat termasuk wilayah konsumsi untuk produk-produk pertanian umumnya dan peternakan pada khususnya. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat memberi gambaran kepada kita bahwa komponen impor yang digunakan untuk proses produksi masih mendominasi input produksi subsektor peternakan. Oleh karena itu, upaya yang harus dilakukan adalah mencari alternatif input produksi dari bahan baku lokal kuantitas dan kualitasnya menyamai dengan produk daya impor lokal tersebut melalui agar kegiatan penelitian dan pengembangan. Upaya penelitian dan pengembangan waktu ke waktu. Di Jawa Barat saat ini tercatat 94 perusahaan yang bergerak di bidang sub system hewan/vaksin 49 agribisnis hulu, antara lain industri konsentrat obat 10 perusahaan, industri pakan terhadap sumber dilakukan ketergantungan kita terhadap bahan baku impor dapat dikurangi dari

perusahaan, industri pembibit ternak ayam ras 24 (PS) dan 11 (GPS) perusahaan, 45 perusahaan yang bergerak di bidang sub sistem agribisnis budidaya meliputi sapi perah 3 perusahaan; sapi potong 12Rencana Kerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Tahun 2009

13

perusahaan; domba 1 perusahaan; ayam ras 29 perusahaan serta 586 perusahaan yang bergerak dibidang sub system agribisnis hilir berupa fasilitas pemotong Hewan/Unggas RPH/TPH sebanyak 216 buah TPH dan dan RPU/TPU sebanyak 356 buah serta industri pengolahan hasil 14 perusahaan. Kelembagaan tani yang dikembangkan saat ini tercatat 1.515 kelompok tani ternak, dengan klasifikasi pemula 641 kelompok, lanjut 417 kelompok dan madya 64 kelompok dan utama 4 kelompok serta 389 kelompok yang belum dikukuhkan. Kondisi ini menggambarkan secara tidak langsung, baru 32,01% sumberdaya peternak yang dapat bermitra sejajar dan bersaing dengan perusahaan Peternakan dalam membangun agribisnis Peternakan. Kelembagaan ekonomi berupa KUD/Koperasi Peternakan saat ini tercatat sebanyak 41 KUD/Koperasi yang terdiri dari KUD/Koperasi sapi perah 26 KUD/Koperasi, Koperasi perunggasan 13 koperasi dan 2 koperasi sapi potong. Keberadaan KUD/Koperasi ini baru terbatas dalam penyediaan sub system agribisnis hulu (pakan, pelayanan, fasilitas permodalan dan penyediaan sarana obat-obatan/vaksin) dan sebagian kecil sub system agribisnis hilir berupa channeling pemasaran dan pengolahan susu. Dilihat dari kelembagaan yang tersedia, komoditas ayam ras, sapi perah dan sapi potong merupakan komoditas yang siap untuk dikembangkan menjadi industri Peternakan yang berwawasan agibisnis. Wilayah pengembangan agribisnis berdasarkan 8 (delapan) kawasan andalan yang telah ditetapkan, antara lain di kawasan andalan CiayuMajakuning, Cekungan Bandung Bopuncur dan sekitarnya, Sukabumi, dan Priangan Timur, Purwasuka, Pangandaran

dan Bodebek. Secara teknis wilayah pengembangan komoditas Peternakan yang cukup potensial, antara lain di Bagian Selatan Kabupaten Ciamis, Tasikmalaya, Garut, Cianjur dan Sukabumi yang merupakan daerah berbukit dengan sedikit daerah pantai Lautan Hindia dengan luas area 9.091,79 km2 (26,74% dari luas Jawa Barat) merupakan daerah pengembangan sapi potong dan kerbau denganRencana Kerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Tahun 2009

14

daya

tampung

2.165.945 Cianjur,

Satuan

Ternak.

Di

Bagian

Tengah

Kabupaten

Bogor,

Sukabumi,

Bandung,

Sumedang,

Majalengka, Kuningan, Tasikmalaya dan Garut merupakan daerah rangkaian pegunungan dengan suhu udara rata-rata 1800 C dengan luas area 16.551,85 km2 (48,80% dari luas Jawa Barat) merupakan daerah potensial pengembangan pengembangan sapi perah dan domba garut dengan daya tampung 1.664.297 ST (Satuan Ternak). dibagian Utara Kabupaten Cirebon, Indramayu, Subang, Purwakarta, Karawang dan Bekasi yang merupakan (24,46% dari luas Jawa Barat) daerah berbukit dengan daerah potensial sedikit daerah pantai Laut Jawa dengan luas area 8.317,12 km2 merupakan pengembangan domba/kambing priangan dan ternak unggas dengan daya tampung 870.890 ST (Satuan Ternak). Pembangunan peternakan yang berkelanjutan memerlukan kebijakan yang menyeimbangkan peranan keseluruhan dan pasca produksi yang meliputi kegiatan subsistem dan agribisnis peternakan yaitu pra produksi, produksi atau budi daya, pengolahan pemasaran hasil. Ketiganya harus mampu berkembang secara terpadu, sehingga potensi sumber daya alam dan pertumbuhan pada salah satu subsistem pada gilirannya harus memacu pertumbuhan pada subsistem lainnya. Pemerintah berkepentingan dengan kesinambungan agribisnis peternakan tersebut, sehingga berperan dalam mendorong bekerjanya pasar yang efisien melalui pelayanan informasi, infrastruktur untuk memperlancar distribusi barang, stabilitas harga dan produksi, dan pengembangan pemanfaatan plasma nutfah. Bagi kalangan dunia usaha, baik peternak atau pemilik modal kesediaan untuk memilih peternakan sebagai suatu bentuk kegiatan investasi didasarkan kepada perhitungan jangka panjang maupun jangka pendek. Pertimbangan jangka pendek didasarkan kepada layak tidaknya dari segi imbangan arus pendanaan (cash flow), insentif bagi petani berupa pendapatan yang wajar atas korbanan pencurahan kerja (cost opportunity of farm labor), serta tingkatRencana Kerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Tahun 2009

15

keuntungan usaha jangka pendek yang didasarkan kepada selisih antara total nilai penjualan dan biaya operasional. Sedangkan dalam jangka panjang adalah berupa kemampuan usaha tersebut mengembalikan investasi yang ditanamkan (financial rate of return). Mengingat berlakunya penilaian time prefency of money, makin cepat suatu jenis usaha mampu mengembalikan investasi (pay back periode) makin berpeluang untuk menjadi pilihan investasi. Guna peningkatan nilai tambah pada masing-masing sub sistem, maka wilayah Jawa Barat yang secara geografis terbagi kedalam tiga wilayah yaitu Utara, Tengah dan Selatan. Di wilayah Utara dan Tengah, sesuai dengan perkembangan saat ini, tampaknya harus dikukuhkan Selatan, sebagai daerah subsistem sub pasca sistem produksi. produksi. Sedangkan merupakan wilayah

Peningkatan pendapatan masyarakat industri di wilayah Tengah dan Utara, telah mendorong sub sistem pasca produksi tumbuh subur. Kondisi ini, harus mampu menarik subsistem produksi dan sarana produksi di wilayah selatan. Sehingga pertumbuhan Jawa Barat dapat berkembang secara bersama. 2.3. Tugas Provinsi Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, merupakan salah satu SKPD dari Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat, sesuai dengan Keputusan Gubernur Nomor 42 Tahun 2001 mempunyai tugas pokok dan fungsi sesuai berisi masing-masing sebagai berikut: 2.3.1. Tugas Pokok Merumuskan kebijakan operasional di bidang peternakan yang merupakan sebagian kewenangan desentralisasi Provinsi serta 2.3.2. kewenangan Fungsi : 1. Perumusan peternakan; kebijakan operasional di bidang yang dilimpahkan kepada Gubernur berdasarkan azas dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Pokok Fungsi dan Kewenangan

Rencana Kerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Tahun 2009

16

2. Penyelenggaraan peternakan

pelayanan

umum

di

bidang

3. Fasilitasi pelaksanaan tugas di bidang peternakan meliputi program, perbibitan, pengembangan peternakan, kesehatan hewan, kesehatan masyarakat veteriner serta UPTD; 4. Penyelenggaraan urusan ketatausahaan. 2.3.3. Kewenangan Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota pada Urusan Pertanian di subbidang Peternakan dan Kesehatan Hewan, terdapat 8 sub bidang urusan kewenangan penetapan kebijakan, pembinaan, pengendalian, dan pengawasan di wilayah Provinsi antara lain sub sub bidang : 1. Kawasan Peternakan 2. Alat dan Mesin Peternakan dan Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) 3. Pemanfaatan Air untuk Peternakan dan Kesehatan Hewan dan Kesmavet 4. Obat Hewan, Vaksin, Sera dan Sediaan Biologis 5. Pakan Ternak 6. Bibit Ternak 7. Pembiayaan 8. Kesehatan Hewan (Keswan), Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Kesejahteraan Hewan. 2.3.4. Struktur Organisasi dan personalia Dalam melaksanakan Tugas, Pokok dan Fungsi Dinas, Kepala Dinas dibantu oleh 1 (satu) orang Kepala Bagian Tata Usaha 5 (lima) orang Kepala Sub Dinas yaitu (1) Sub Dinas Program ; (2) Sub Dinas Pengembangan ; (3) Sub Dinas Perbibitan ; (4) Sub Dinas Kesehatan Hewan ; (5) Sub DinasRencana Kerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Tahun 2009

17

Kesehatan Masyarakat, yang membawahi 3(tiga) orang Kepala Sub Bagian dan 15 orang Kepala Seksi. Selain perangkat diatas Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 54 Tahun 2002, mempunyai perangkat Unit Pelaksana Teknis Daerah setingkat eselon III, yang terdiri dari 8 (delapan) UPTD yaitu 5 (lima) UPTD pengembangan, 2 (dua) UPTD pelayanan dan 1 (satu) UPTD pelatihan, yaitu : 1. Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi Perah Cikole Kabupaten Bandung; 2. Balai 3. Balai Pengembangan Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi Perah Domba Bunikasih Kabupaten Cianjur; Perbibitan Ternak Margawati Kabupaten Garut dengan Instalasi SPTD Trijaya Kabupaten Kuningan; 4. Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Unggas Jatiwangi Kabupaten Majalengka; 5. Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi Potong Kabupaten Ciamis; 6. Balai Penyidikan Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner di Cikole Kab. Bandung dengan Instalasi Laboratorium Kesehatan Hewan Jatiwangi Kab. Majalengka, Check Point Banjar Kab.Ciamis, dan Check Point Losari Kab. Cirebon. 7. Balai Pengujian Sarana Produksi Peternakan CikoleLembang Kabupaten Bandung 8. Balai Pelatihan Peternakan Cikole-Lembang Kabupaten Bandung. Masing-masing UPTD mempunyai struktur organisasi Kepala UPTD dibantu 3 orang pejabat esselon IV (1 Kepala Subagian Tata Usaha dan 2 orang Kepala Seksi). Secara keseluruhan jumlah pegawai Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat adalah :Rencana Kerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Tahun 2009

18

1. Pegawai Negri Sipil sebanyak 252 orang dengan rincian Golongan IV = 26 orang ; Golongan III = 115 orang ; Golongan II = 89 orang ; dan Golongan I = 21 orang. 2. Kontrak kerja sebanyak 64 orang 2.4. Kelembagaan Fungsi Peternakan 2.4.1. Pemerintah Pusat Kelembagaan pengaturan, berada pemerintah pembinaan dan yang fasilitasi melaksanakan peternakan, dengan

dibawah

Departemen

Pertanian

organisasi setingkat esselon I yaitu : 1. Direktorat Jenderal Peternakan 2. Direktorat Jenderal Pengolahan Hasil Pertanian 3. Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air 4. Badan SDM 5. Badan Pembiyaan Pertanian 2.4.2. Pemerintah Kabupaten/Kota 1. Kabupaten Bogor Perikanan 2. Kota Depok 3. Kota Bogor 5. Kota Sukabumi 6. Kabupaten Cianjur Perikanan dan Kelautan 7. Kabupaten Purwakarta : Perikanan 8. Kabupaten Karawang Perikanan dan kelautan 9. Kabupaten Bekasi 10. Kota Bekasi 11. Kabupaten Subang : Dinas Pertanian : Dinas Peternakan19

:

Dinas

Peternakan

dan

: Dinas Pertanian : Dinas Agribisnis : Dinas Peternakan : Dinas Pertanian : Dinas Dinas Peternakan, dan

4. Kabupaten Sukabumi

Peternakan

:

Dinas

Peternakan,

: Dinas Perekonomian

Rencana Kerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Tahun 2009

12. 13. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.

Kabupaten Bandung Kota Bandung

:

Dinas

Peternakan

dan Perikanan : Dinas Pertanian : Dinas Perekonomian Dinas Dinas Peternakan Pertanian 14. Kota Cimahi

Kabupaten Bandung Barat: Dinas Pertanian Kabupaten Sumedang : Kabupaten Majalengka : Kabupaten Cirebon Kabupaten Kuningan Kota Cirebon Kabupaten Ciamis Kota Banjar

dan Perikanan Pertanian : Dinas Pertanian : Dinas Pertanian : Dinas Pertanian : Dinas Kabupaten Indramayu : Dinas Pertanian

Peternakan : Dinas Pertanian : Dinas Kabupaten Tasikmalaya Kota Tasikmalaya :

Peternakan, Perikanan dan Kelautan : Dinas Pertanian Dinas Peternakan, 26. Kabupaten Garut Perikanan dan kelautan 2.4.3. Organisasi Profesi Organisasi profesi/stake holder yang aktif sebagai mitra kerja dibidang peternakan adalah : 1. Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) 2. Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) 3. Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) 4. Himpunan Peternak Domba dan Kambing Indonesia (HPDKI) 5. Perhimpunan Peternak Unggas Indonesia (PPUI) 6. Perhimpunan Peternak Ayam Nasional (PPAN)Rencana Kerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Tahun 2009

20

7. Himpunan Peternak dan Penggemar Ayam Pelung Indonesia (HIPPAPI) 8. Himpunan Peternak dan Penggemar Kelinci Indonesia (HIPKINDO) 9. Perhimpunan Pelestari Perkutut Seluruh Indonesia (P3SI) 10. Asosiasi Pengusaha Feedlotter Indonesia (APFINDO) 11. Asosiasi Pedagang Daging (APDASI) 12. 13. Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) Sapi Seluruh Indonesia

14. Perhimpunan Inseminator Jawa Barat (HIBAR) 15. Indonesia Cat Asociation (ICA) 16. 17. 18. 19. BAB III KEBIJAKAN PEMBANGUNAN Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia (HIMPULI) Perhimpunan Kinologi Indonesia (PERKIN) Perhimpunan Burung Berkicau Indonesia (PBBI) Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia (ISPI)

20. Persatuan Dokter Hewan Indonesia (PDHI)

3.1. Visi dan Misi Jangka Menengah Daerah Penyusunan RKPD Provinsi Jawa Barat Tahun 2009 dilaksanakan pada saat Rencana Strategis Pemerintah Provinsi Jawa Barat Tahun 2003 2008 sebagai rencana pembangunan jangka menengah daerah telah habis masa berlakunya, sementara Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah periode selanjutnya yang memuat visi dan misi jangka menengah daerah belum disusun. Menindaklanjuti hal tersebut, disusun Peraturan Gubernur yang mengatur program indikatif sebagai dokumen transisi yang menjadi

Rencana Kerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Tahun 2009

21

acuan dalam penetapan program pembangunan prioritas pada RKPD Tahun 2009. Dalam rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Jawa Barat 2005-2025, tercantum visi jangka panjang Jawa Barat yaitu Jawa Barat dengan Iman dan Taqwa sebagai Provinsi Termaju di Indonesia. Pada tahapan kedua RPJPD tersebut (tahun 2008-2013), arah pembangunan infrastruktur ditujukan untuk meningkatkan aksesibilitas dan kualitas pelayanan kesehatan dan pendidikan, pembangunan strategis, revitalisasi pertanian, perdagangan, jasa dan industri pengolahan yang berdaya saing, rehabilitasi dan konservasi lingkungan serta penataan struktur pemerintahan daerah untuk menyiapkan kemandirian masyarakat Jawa Barat. 3.2. Arah Kebijakan Pembangunan Daerah Sebagai tahun terakhir dari pelaksanaan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004 2009, kebijakan ekonomi makro tahun 2009 diarahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berdimensi pemerataan untuk mencapai sasaran pengurangan kemiskinan menjadi 8,2 % dan pengurangan pengangguran menjadi 5,1 %. Pertumbuhan ekonomi didorong terutama dengan meningkatkan investasi dan ekspor pada komoditas non migas dan pertambangan, serta mendorong daya saing industri pengolahan. Investasi juga didorong dengan meningkatkan produktivitas dan akses UKM pada sumberdaya ekonomi dilakukan juga produktivitas. diberikan Dorongan dengan terhadap pertumbuhan pembangunan dalam mempercepat kemampuan

infrastruktur dan penyediaan energi termasuk listrik. Kebijakan ini untuk meningkatkan ekonomi menciptakan lapangan kerja dan mengurangi kemiskinan. Stabilitas ekonomi dijaga melalui pelaksanaan kebijakan moneter yang berhati-hati serta pelaksanaan kebijakan fiskal yangRencana Kerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Tahun 2009

22

mengarah pada kesinambungan fiskal (Fiscal Sustainability). Dengan tetap memberi ruang gerak bagi peningkatan kegiatan ekonomi. Stabilitas ekonomi juga akan didukung dengan reformasi struktural di berbagai bidang dan meningkatnya ketahanan sektor keuangan melalui penguatan dan pengaturan jasa keuangan, perlindungan dana masyarakat, serta peningkatan koordinasi dengan otoritas keuangan melalui jaring pengaman sistem keuangan. Stabilitas ekonomi juga ditingkatkan melalui penyediaan kebutuhan pokok rakyat dengan cadangan beras yang memadai. Bagi Jawa Barat, tahun 2009 adalah tahun kedua dalam pelaksanaan RPJMD 2008-2013. Pada tahap ini kebijakan ekonomi daerah diarahkan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan (Common dan berkualitas melalui dengan pengembangan kegiatan potensi lokal untuk utama (core businesses) dengan mewujudkan tujuan bersama Goals) berdasarkan mengurangi disparitas kesejahteraan antar wilayah serta m emantapkan infrastruktur wilayah dalam rangka mendukung pemerataan dan pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi daerah Jawa Barat diarahkan pada peningkatan nilai tambah segenap sumber daya ekonomi melalui pengembangan agribisnis, bisnis kelautan, industri manufaktur, jasa, dan pariwisata, yang ditunjang oleh pengambangan dunia usaha, investasi, infrastruktur dan keuangan daerah. Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan berkualitas dilakukan melalui pengembangan industri input untuk memperkuat sisi hilir dan meningkatkan nilai tambah dan produktivitas baik di kegiatan kemitraan teknologi agribisnis antar maupun kecil industri dan pengolahan. dan Peningkatan jejaringnya infrastruktur usaha yang menengah

merupakan kekuatan penggerak pertumbuhan ekonomi. Penguasaan informasi didukung pembangunan wilayah yang strategis merupakan upaya akselerasi perwujudan dan pencapaian kesejahteraan masyarakat.Rencana Kerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Tahun 2009

23

Proyeksi kondisi perekonomian regional makro tahun 2009 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3. Proyeksi Kondisi Perekonomian Regional Makro Tahun 2009 N o 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. INDIKATOR a. Jumlah Penduduk b. Laju Pertumbuhan Penduduk Laju Pertumbuhan Ekonomi Inflasi PDRB adh Konstan tahun 2000 Jumlah Keluarga Miskin Laju Pertumbuhan Investasi IPM a. Indeks Pendidikan b. Indeks Kesehatan c. Indeks Daya Beli Proporsi Pengangguran Investasi LP Pertanian Target Tahun 2008 42,4 juta jiwa 1,99% 6,5% 6,5% - 6,9% Rp 293,03 Trilyun